Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Video Audio Visual Modalitas Belajar untuk Siswa Kelas VIIIC SMP N 9 Salatiga T1 132010010 BAB II

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

1.1. Modalitas Belajar

1.1.1. Pengertian Modalitas Belajar

Budianto (2006) mendefinisikan modalitas belajar adalah pola kecenderungan yang lebih disukai siswa didalam memproses pengalaman dan informasi yang didapat atau kebiasaan yang mencerminkan cara siswa dalam menangani pengalaman yang diperolehnya melalui modalitas belajar.

Menurut DePorter (2000), modalitas belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Selanjutnya, secara umum ada dua kategori tentang bagaimana seseorang belajar. Pertama, bagaimana seseorang menyerap informasi dan kedua, cara seseorang mengatur dan mengolah informasi tersebut.

Jadi dapat disimpulkan modalitas belajar adalah cara seseorang dalam menyerap informasi dan mengolah informasi tersebut menggunakan strategi tertentu dalam proses belajarnya sehingga mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan dirinya.


(2)

1.1.2. Modalitas Belajar

Dunn (dalam DePorter, 2000), seorang pelopor di bidang gaya belajar, telah menemukan banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar orang. Ini mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis, dan lingkungan. Sebagian orang misalnya dapat belajar paling baik dengan cahaya yang terang, sedang sebagian yang lain dengan pencahayaan yang suram. Ada orang yang belajar paling baik secara berkelompok, sedang yang lain lagi memilih adanya figur otoriter seperti orang tua atau guru, yang lain lagi merasa bahwa bekerja sendirilah yang paling efektif bagi mereka. Sebagian orang memerlukan music sebagai latar belakang, sedang yang lain tidak dapat berkonsentrasi kecuali dalam ruangan yang sepi. Ada orang-orang yang memerlukan lingkungan kerja yang teratur dan rapi, tetapi yang lain lagi lebih suka menggelar segala sesuatunya supaya semua dapat terlihat.

Pada awal pengalaman belajar, salah satu di antara langkah-langkah pertama kita adalah mengenali modalitas seseorang sebagai modalist visual, auditorial, atau kinestetik (V-A-K). seperti yang diusulkan istilah-istilah ini, orang visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukannya melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan. Walaupun masing-masing dari kita belajar dengan


(3)

menggunakan ketiganya pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya.

Grinder (dalam DePorter, 2000), pengarang Righting the Education Conveyor Belt,telah mengajarkan gaya-gaya belajar dan mengajar kepada banyak instruktur. Ia memcatat bahwa dalam setiap kelompok yang terdiri dari tiga puluh murid, sekitar dua puluh dua orang mampu belajar secara cukup efektifdengan cara visual, auditorial, dan kinestetik sehingga mereka tidak membutuhkan perhatian khusus. Dari sisa delapan orang, sekitar enam orang memilih satu modalitas belajar dengan sangat menonjol melebihi dua modalitas lainnya. Sehingga, setiap saat mereka harus selalu berusaha keras untuk memahami perintah, kecuali jika perhatian khusus diberikan kepada mereka dengan menghadirkan cara yang mereka pilih. Bagi orang-orang ini, mengetahui cara belajar terbaik mereka bisa berarti perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan. Dua orang murid lainnya mempunyai kesulitan belajar karena sebab-sebab eksternal.

1.1.3. Ciri-Ciri Modalitas Belajar a. Orang-orang Visual

Siswa yang bermodalitas belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata/penglihatan (visual). Mereka cenderung belajar dengan apa yang mereka lihat. Siswa yang mempunyai modalitas belajar visual harus memperhatikan


(4)

bahasa tubuh dan ekspresi gurunya untuk mengerti materi pelajaran.

Ciri-ciri modalitas belajar dari orang-orang visual adalah: (1) Rapi dan teratur, (2) Berbicara dengan cepat, (3) Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik, (4) Teliti terhadap detail, (5) Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi, (6) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka, (7) Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar, (8) Mengingat dengan asosiasi visual, (9) Biasanya tidak terganggu dengan keributan, (10) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali bila ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya, (11) Pembaca cepat dan tekun, (12) Lebih suka membaca daripada dibacakan, (13) Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah, (14) Lebih suka seni daripada musik (dalam DePorter, 2000).

b. Orang-orang Auditorial

Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya). Siswa yang mempunyai modalitas belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa


(5)

yang guru katakan. Mereka dapat mencerna dengan baik informasi yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya.

Ciri-ciri modalitas belajar dari orang-orang auditorial adalah: (1) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja, (2) Mudah terganggu oleh keributan, (3) Menggerakan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca, (4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan, (5) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara, (6) Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita, (7) Berbicara dalam irama yang terpola, (8) Biasanya pembicara yang fasih, (9) Lebih suka musik daripada seni, (10) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat, (11) Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar, (12) Mempunyai masalah dengan pekerjaan yang melibatkan visualisasi, (13) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya, (14) Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik (dalam DePorter, 2000).


(6)

c. Orang-orang Kinestetik

Siswa yang mempunyai modalitas belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh dan melakukan.

Ciri-ciri modalitas belajar dari orang-orang kinestetik adalah: (1) Berbicara dengan perlahan, (2) Menanggapi perhatian fisik, (3) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka, (4) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain, (5) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, (6) Belajar melalui memanipulasi dan praktik, (7) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat, (8) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, (9) Banyak menggunakan isyarat tubuh, (10) Tidak dapat duduk dian dalam waktu yang lama, (11) Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi, (12) Kemungkinan tulisannya jelek, (13) Ingin melakukan segala sesuatu, (14) Menyukai permainan yang menyibukkan.

1.1.4. Cara Mengolah Informasi

Sistem identifikasi V-A-K membedakan bagaimana kita menyerap informasi. Untuk menentukan dominasi otak dan bagaimana anda memproses informasi menggunakan model yang awalnya dikembangkan oleh Anthony Gregorc (dalam DePorter, 2000), professor di bidang kurikulum dan pengajaran di Universitas Connecticut. Kajian investigatifnya menyimpulkan


(7)

adanya dua kemungkinan dominasi otak: (1) Persepsi konkret dan abstrak, dan (2) Kemampuan pengaturan secara sekuensial (linear) dan acak (nonlinear).

Ini dapat dipadukan menjadi empat kombinasi kelompok perilaku yang disebut gaya berpikir. Gregorc (dalam DePorter, 2000) menyebut gaya-gaya ini, sekuensial konkret, sekuensial abstrak, acak konkret, dan acak abstrak. Orang yang termasuk dalam dua kategori sekuensial cenderung memiliki dominasi otak kiri, sedang orang yang berpikir secara acak biasanya termasuk dalam dominasi otak kanan.

Mengenai identifikasi V-A-K, tidak setiap orang harus masuk dalam salah satu klasifikasinya. Walaupun demikian, kebanyakan kita cenderung pada yang satu daripada yang lainnya. Mengetahui ciri dominasi anda membuat anda “bekerja dengannya” dan juga menetapkan cara-cara tersebut untuk menjadi lebih seimbang.

a. Pemikir Sekuensial Konkret

Seperti yang ditunjukkan istilah ini, pemikir sekuesial konkret berpegang pada kenyataan dan proses informasi dengan cara yang teratur, linear, dan sekuensial. Bagi para SK, realitas terdiri dari apa yang dapat mereka ketahui melalui indera fisik mereka, yaitu indera penglihatan, peraba, pendengaran, perasa, dan


(8)

penciuman. Mereka memperhatikan dan mengingat realitas dengan mudah dan mengingat fakta-fakta, informasi, rumus-rumus, dan aturan-aturan khusu dengan mudah. Catatan atau makalah adalah cara baik bagi orang-orang ini untuk belajar. Pelajar SK harus mengatur tugas-tugas menjadi proses tahap demi tahap dan berusaha keras untuk mendapatkan kesempurnaan pada setiap tahap. Mereka menyukai pengarahan dan prosedur khusus.

b. Pemikir Acak Konkret

Pemikir acak konkret mempunyai sikap ekspreimental yang diiringi dengan perilaku yang kurang terstruktur. Seperti pemikir sekuensial konkret, mereka berdasarkan pada kenyataan, tetapi ingin melakukan pendekatan coba-salah (trial and error). Karenanya, merka sering melakukan lompatan intuitif yang diperlukan untuk pemikiran kreatif yang sebenarnya.

Mereka mempunyai dorongan kuat untuk menemukan alternatif dan mengerjakan sesuatu dengan cara mereka sendiri. Waktu bukanlah prioritas bagi orang-orang AK, dan mereka cenderung tidak memperdulikannya, terutama jika sedang terlibat dalam situasi yang menarik. Mereka lebih terorientasi pada proses daripada hasil; akibatnya proyek-proyek sering kali tidak berjalan sesuai dengan yang mereka rencanakan karena


(9)

kemungkinan-kemungkinanyang muncul dan mengundang eksplorasi selama proses.

c. Pemikir Acak Abstrak

Dunia nyata untuk pemikir acak abstrak adalah dunia perasaan dan emosi. Mereka tertarik pada nuansa dan sebagian lagi cenderung pada mistisisme. Pikiran AA menyerap ide-ide, informasi, dan kesan dan mengaturnya dengan refleksi. Mereka mengingat dengan sangat baik jika informasi dipersonifikasikan. Perasaan juga dapat lebih meningkatkan atau mempengaruhi belajar mereka.

Pemikir AA mengalami peristiwa secara holistic, mereka perlu melihat secara keseluruhan gambar sekaligus, bukan bertahap. Dengan alasan inilah, mereka akan terbantu jika mengetahui bagaimana segala sesuatu terhubung dengan keseluruhannya sebelum masuk ke dalam detail.

d. Pemikir Sekuensial Abstrak

Realitas bagi para pemikir sekuensial abstrak adalah dunia teori metafisis dan pemikiran abstrak. Mereka suka berpikir dalam konsep dan menganalisis informasi. Mereka sangat menghargai orang-orang dan peristiwa-peristiwa yang tertaur rapi. Adalah mudah bagi mereka untuk meneropong hal-hal penting. Proses berpikir mereka logis, rasional, dan intelektual.


(10)

Aktivitas favorit pemikir SA adalah membaca, dan jika suatu proyek perlu diteliti, mereka akan melakukannya dengan mendalam. Mereka ingin mengetahui sebab-sebab dibalik akibat dan memahami teori serta konsep. Biasanya mereka lebih suka bekerja sendiri daripada berkelompok.

1.2. Media Video Audio Visual

1.2.1. Pengertian Media Video Audio Visual

Kata media berasal dari Bahasa Latin medium yang berarti „perantara‟ atau „pengantar‟. Banyak definisi atau pengertian media yang dikemukakan oleh para ahli. Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam proses penyajian informasi dalam AECT Task Force ( dalam Sadiman dkk, 2012). Gagne (dalam Sadiman dkk, 2012), menyatakan bahwa media adalah jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (dalam Sadiman dkk, 2012) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Menurut Fleming (dalam Dwikurnaningsih, 2012), menyebut media sebagai mediator yaitu penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Sebagai mediator, media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator dapat mencerminkan


(11)

pengertian bahwa setiap sistem pengajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan paling canggih, dapat disebut sebagai media. Jadi guru dengan segala gaya dan perilakunya juga dikategorikan sebagai media.

Media video menurut Jerrold E. Kemp (dalam Dwikurnaningsih, 2012) merupakan media yang dapat menyajikan gambar bergerak dan suara secara bersama-sama. Arsyad (dalam Dwikurnaningsih, 2012) adalah media yang dapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai, sehingga memberikan daya tarik tersendiri.

Media video dapat diklasifikasikan ke dalam media audio visual dinamis yang diproyeksikan, yang dapat memberi pengalaman tentang kenyataan atau realitas melalui rekaman audio dan gambar bergerak, videodapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah, narasi yang sesuai, dan musik yang mendukung. Dalam video juga bisa menampilkan grafik, animasi, maupun teks.

1.2.2. Keuntungan dan Keterbatasan Media Video Audio Visual Dwikurnaningsih (2012) menyatakan bahwa media video pada dasarnya dapat membantu medorong siswa untuk mempelajari materi tertentu karena penyajian materi dengan menggunakan media video dapat menarik perhatian siswa. Media ini dapat


(12)

digunakan secara individual, dalam kelompok kecil maupun kelompok besar

1. Keuntungan media video audio visual:

a. Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktek, dan lain-lain. Video merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan obyek yang secara normal tidak dapat dilihat.

b. Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu. c. Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, video

menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya.

d. Video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa.

e. Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dlihat secara langsung.

f. Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen, maupun perorangan.

g. Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar frame demi frame, video yang dalam kecepatan normal memakan waktu lama dapat ditampilkan lebih cepat.


(13)

2. Keterbatasan media video audio visual:

a. Pengadaan video umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang banyak.

b. Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut. c. Video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan

dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali video itu dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.

Dengan mengkaji keuntungan dan keterbatasan media video, penggunaan video audio visual dalam pelaksanaan program bimbingan dapat memberikan manfaat yang banyak.

1.2.3. Aspek-Aspek Penilaian Media Video Audio Visual

Aspek-aspek penilaian media video ini menggunakan skala penilaian akseptabilitas (by the joint committee on standards for educational evaluation dalam Handarini, 2000). Penilaian aspek-aspek tersebut meliputi :

1. Kegunaan

Aspek kegunaan mengacu pada seberapa besar media video yang dikembangkan memberi manfaat pada siswa ataupun pada konselor. Beberapa indikator kegunaan media video audio visual mpdalitas belajar adalah sebagai berikut : (1) pemakai, mengacu


(14)

pada pentingnya serta manfaat dalam menggunakan media video audio visual modalitas belajar pada konselor dan siswa, (2) dampak atau pengaruh yang ditimbulkan dalam penggunaan media video audio visual modalitas belajar bagi siswa.

2. Kelayakan

Untuk mengetahui kelayakan media video ini mengacu pada seberapa besar kepraktisan media video ini dan kefeektifan waktu dan tenaga dalam pengembangan media ini digunakan di SMP N 9 Salatiga dan sebagai indikator keberhasilan media video audio visual modalitas belajar.

3. Ketepatan

Aspek ketepatan disini mengacu kepada seberapa besar pemahaman siswa dalam menerima dan merespek materi yang diberikan seperti ketepatan objek dan ketepatan materi dalam media video sehingga nantinya dapat berguna bagi siswa itu sendiri.


(1)

kemungkinanyang muncul dan mengundang eksplorasi selama proses.

c. Pemikir Acak Abstrak

Dunia nyata untuk pemikir acak abstrak adalah dunia perasaan dan emosi. Mereka tertarik pada nuansa dan sebagian lagi cenderung pada mistisisme. Pikiran AA menyerap ide-ide, informasi, dan kesan dan mengaturnya dengan refleksi. Mereka mengingat dengan sangat baik jika informasi dipersonifikasikan. Perasaan juga dapat lebih meningkatkan atau mempengaruhi belajar mereka.

Pemikir AA mengalami peristiwa secara holistic, mereka perlu melihat secara keseluruhan gambar sekaligus, bukan bertahap. Dengan alasan inilah, mereka akan terbantu jika mengetahui bagaimana segala sesuatu terhubung dengan keseluruhannya sebelum masuk ke dalam detail.

d. Pemikir Sekuensial Abstrak

Realitas bagi para pemikir sekuensial abstrak adalah dunia teori metafisis dan pemikiran abstrak. Mereka suka berpikir dalam konsep dan menganalisis informasi. Mereka sangat menghargai orang-orang dan peristiwa-peristiwa yang tertaur rapi. Adalah mudah bagi mereka untuk meneropong hal-hal penting. Proses berpikir mereka logis, rasional, dan intelektual.


(2)

Aktivitas favorit pemikir SA adalah membaca, dan jika suatu proyek perlu diteliti, mereka akan melakukannya dengan mendalam. Mereka ingin mengetahui sebab-sebab dibalik akibat dan memahami teori serta konsep. Biasanya mereka lebih suka bekerja sendiri daripada berkelompok.

1.2. Media Video Audio Visual

1.2.1. Pengertian Media Video Audio Visual

Kata media berasal dari Bahasa Latin medium yang berarti „perantara‟ atau „pengantar‟. Banyak definisi atau pengertian media yang dikemukakan oleh para ahli. Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam proses penyajian informasi dalam AECT Task Force ( dalam Sadiman dkk, 2012). Gagne (dalam Sadiman dkk, 2012), menyatakan bahwa media adalah jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (dalam Sadiman dkk, 2012) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Menurut Fleming (dalam Dwikurnaningsih, 2012), menyebut media sebagai mediator yaitu penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Sebagai mediator, media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator dapat mencerminkan


(3)

pengertian bahwa setiap sistem pengajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan paling canggih, dapat disebut sebagai media. Jadi guru dengan segala gaya dan perilakunya juga dikategorikan sebagai media.

Media video menurut Jerrold E. Kemp (dalam Dwikurnaningsih, 2012) merupakan media yang dapat menyajikan gambar bergerak dan suara secara bersama-sama. Arsyad (dalam Dwikurnaningsih, 2012) adalah media yang dapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai, sehingga memberikan daya tarik tersendiri.

Media video dapat diklasifikasikan ke dalam media audio visual dinamis yang diproyeksikan, yang dapat memberi pengalaman tentang kenyataan atau realitas melalui rekaman audio dan gambar bergerak, videodapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah, narasi yang sesuai, dan musik yang mendukung. Dalam video juga bisa menampilkan grafik, animasi, maupun teks.

1.2.2. Keuntungan dan Keterbatasan Media Video Audio Visual Dwikurnaningsih (2012) menyatakan bahwa media video pada dasarnya dapat membantu medorong siswa untuk mempelajari materi tertentu karena penyajian materi dengan menggunakan media video dapat menarik perhatian siswa. Media ini dapat


(4)

digunakan secara individual, dalam kelompok kecil maupun kelompok besar

1. Keuntungan media video audio visual:

a. Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktek, dan lain-lain. Video merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan obyek yang secara normal tidak dapat dilihat.

b. Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu. c. Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, video

menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya.

d. Video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa.

e. Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dlihat secara langsung.

f. Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen, maupun perorangan.

g. Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar frame demi frame, video yang dalam kecepatan normal memakan waktu lama dapat ditampilkan lebih cepat.


(5)

2. Keterbatasan media video audio visual:

a. Pengadaan video umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang banyak.

b. Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut. c. Video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan

dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali video itu dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.

Dengan mengkaji keuntungan dan keterbatasan media video, penggunaan video audio visual dalam pelaksanaan program bimbingan dapat memberikan manfaat yang banyak.

1.2.3. Aspek-Aspek Penilaian Media Video Audio Visual

Aspek-aspek penilaian media video ini menggunakan skala penilaian akseptabilitas (by the joint committee on standards for educational evaluation dalam Handarini, 2000). Penilaian aspek-aspek tersebut meliputi :

1. Kegunaan

Aspek kegunaan mengacu pada seberapa besar media video yang dikembangkan memberi manfaat pada siswa ataupun pada konselor. Beberapa indikator kegunaan media video audio visual mpdalitas belajar adalah sebagai berikut : (1) pemakai, mengacu


(6)

pada pentingnya serta manfaat dalam menggunakan media video audio visual modalitas belajar pada konselor dan siswa, (2) dampak atau pengaruh yang ditimbulkan dalam penggunaan media video audio visual modalitas belajar bagi siswa.

2. Kelayakan

Untuk mengetahui kelayakan media video ini mengacu pada seberapa besar kepraktisan media video ini dan kefeektifan waktu dan tenaga dalam pengembangan media ini digunakan di SMP N 9 Salatiga dan sebagai indikator keberhasilan media video audio visual modalitas belajar.

3. Ketepatan

Aspek ketepatan disini mengacu kepada seberapa besar pemahaman siswa dalam menerima dan merespek materi yang diberikan seperti ketepatan objek dan ketepatan materi dalam media video sehingga nantinya dapat berguna bagi siswa itu sendiri.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Salatiga T1 132014705 BAB II

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kemantapan Pengambilan Keputusan Karir Siswa Kelas IX di SMP Negeri 9 Salatiga T1 132008047 BAB II

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Video Audio Visual Modalitas Belajar untuk Siswa Kelas VIIIC SMP N 9 Salatiga

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Video Audio Visual Modalitas Belajar untuk Siswa Kelas VIIIC SMP N 9 Salatiga T1 132010010 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Video Audio Visual Modalitas Belajar untuk Siswa Kelas VIIIC SMP N 9 Salatiga T1 132010010 BAB IV

0 1 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Video Audio Visual Modalitas Belajar untuk Siswa Kelas VIIIC SMP N 9 Salatiga T1 132010010 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Video Audio Visual Modalitas Belajar untuk Siswa Kelas VIIIC SMP N 9 Salatiga

0 0 36

T1 Abstract Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Media Belajar Menggunakan Audio Visual pada Mata Pelajaran TIK Untuk Siswa Kelas VIII(Studi Kasus: SMP Negeri 07 Salatiga Jawa Tengah)

0 0 1

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Video Soal Berantai SPLDV untuk Siswa Kelas VIII B SMP Kristen Satya Wacana Salatiga T1 Full text

0 0 16

T1 Abstract Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Video Soal Berantai SPLDV untuk Siswa Kelas VIII B SMP Kristen Satya Wacana Salatiga

0 0 1