GAMBARAN HEALTH BELIEF MODEL PADA PENDERITA KANKER YANG MEMILIH DAN MENJALANI PENGOBATAN ALTERNATIF.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Progam Strata Satu (S1) Psikologi (S.Psi)

Devi Putri Suryaning Jannah B07212006

PROGAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk memahami gambaran health belief model pada penderita kanker yang memilih dan menjalani pengobatan alternatif. Health Belief Model adalah model yang menggambarkan kepercayaan individu terhadap hidup sehat. Health Belief Model sendiri terdiri dari 5 dimensi, yaitu perceived suscepbility, perceived severity, perceived benefits, perceivd berriers, and cues to actions. Penelitian ini menggunkan3 subjek yang memilih daan menjalani pengobatan alternative di Sidoarjo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi. Penelitian ini menggunakan metode wawancara untuk mengumpulkan data dan analisis tematik berdasarkan teori Driven untuk menganalisa data. Berdasarkan penelitian ini, dapat diketahi bahwa seluruh subjek merasa rentan mengalami keparahan ketka menderita kanker, mereka juga meraka juga merasa rentan terhdap suatu ancaman ketika kanker tidak segera ditangani, namun seluruh subj tidak merasa rentan mengalami kesalahan metode penanganan ketika memilih dan menjalani pengobatan alternatif. Seluruh subjek lebih mempertimbangkan manfaat disbanding dengan rintangan ketika memilih dan menjalani pengobatan alternatif. Lingkungan, ketakutan terhadap pengobatan secara medis, biaya, dan dukungan keluarga menjadi stimulus seluruh subjek.


(7)

ABSTRACT

This riseach examined a described the Health Belief Model, on individuals who chose and underwent alternative medicine. Health belief model was a model to describe individual’s health belief. Health belif mdel consists of 5 dimentions, perceived suscepbility, perceived severity, perceived benefits, perceivd berriers, and cues to actions. This research involved 3 subject who chose and underwent alternative medicine in Sidoarjo. This risearch used qualitative approach withinstrumental case fenomenologi. This research usd interview to collected data and used thematic data analysis based on theory driven to analized data. From this research we can understand that all subject felt vulnerable to threat when the cancer occurred, they also felt vulnerable to threat when the cancer not threat immediately, bt all of them didn’t felt vulnerable if an incorrect procedure happen when they underwent alternative medicine. All of the subject considered he benefits than berriers when they chose and underwent alternative medicine. The envirotment, fear to medical procedure, costs, therapist, and the result of alternative medicine also be a stimulus for them to chose and underwent alternative medicine, they still used it because they felt benefits and profits.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

INTISARI ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 7

C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaaat Penelitian ... 7

E. Keaslian Penelitian ………. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Health belief model ... 11

1. Pengertian Health Belief Model ... 11

2. Pengetian Pengobatan Alternatif ... 20

3. Proses psikologi pemilihan pengobatan alternative ... 22

4. Kriteria pemilihan alternatif menurut teori Health Belief model ... 25

5. Penyebab individu memilih dan menjalani pengobatan alternative ... 26

B. Presepsi Teoritik... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

B. Lokasi Penelitian ... 34

C. Sumber Data ... 35

D. Cara Pengumpulan Data ... 44

E. Prosedur Analisis dan interpretasi Data ... 47

1. Analisis Sebelum di Lapangan ... 47

2. Analisis Selama di Lapangan ... 48

3. Interpretasi Data ... 51

F. Keabsahan Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek ... 55


(9)

3. Subjek 3 ... 60

B. Temuan Penelitian ... 61

1. Diskripsi temuan penelitian... 61

a. Subjek 1 ... 61

b. Subjek 2 ... 63

c. Subjek 3 ... 65

2. Analisis Temuan penelitian ... 66

C. Pembahasan ... 80

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 88

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 56 Tabel 2 : Gambaran Umum Significant Other ... 56


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti dan dipandang sebagai penyebab utama kematian di seluruh dunia. Penyakit ini masih merupakan ancaman bagi kesejahteraan dan kesehatan manusia pada umumnya. World Health Organization (WHO) mengungkapkan terjadi peningkatan jumlah penderita kanker setiap tahunnya hingga mencapai 6,25 juta orang dan dua pertiganya berasal dari negara berkembang termasuk Indonesia.

National Cancer Institute mengungkapkan dari 7,6 juta kematian di dunia yang terjadi akibat penyakit, 13,0% kematian tersebut disebabkan oleh penyakit kanker dan 458 ribu adalah kasus kanker payudara.2 Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang kejadiannya bermula dari sel-sel di payudara yang tidak normal dan terus tumbuh berlipat ganda dan pada akhirnya membentuk benjolan pada payudara. Pertumbuhan sel yang terus menerus akan menyebabkan tingkat keparahan yang terus berlanjut pada payudara karena sel-sel akan menyebar (metastasis) pada bagian tubuh lainnya sehingga berpeluang menyebabkan kematian. Meskipun kanker payudara dianggap sebagai penyakit di negara maju, namun mayoritas (69,0%) dari semua kematian kanker payudara terjadi di negara berkembang.

Pada tahun 2006 (Leyva et all) melakukan penelitian pada 150 wanita di Meksiko mengenai kepercayaan mereka terhadap kanker serviks dan Pap smear. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa 85% dari responden telah menjalani


(12)

2

Pap smear. Para responden yang tidak melakukan Pap smear disebabkan karena responden yakin bahwa kanker serviks tidak mudah terjadi pada dirinya dan adanya penghalang untuk melakukan Pap smear.

Penelitian Abotchie PN pada tahun 2009 tentang skrining kanker serviks menurut Health Belief Modelmasih rendahnya skrining kanker serviks disebabkan oleh tiga faktor yaitu kurangnya kepercayaan bahwa skrining dapat mendeteksi kanker serviks, dan kepercayaan bahwa Pap smear bersifat nyeri, serta dapat merusak keperawanan.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Abdullah di Malaysia pada tahun 2011, didapatkan hasilkurangnya tindakan skrining terhadap kanker serviks, akibat adanya penghalang yang dirasakan bahkan hal ini juga dialami pada wanita beredukasi tinggi. Diperlukan adanya promosi kesehatan dan edukasi pada segala tingkat pendidikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sirait, et al (2003) di rumah sakit Dharmais Jakarta menunjukkan bahwa penderita baru memeriksakan diri ke rumah sakit pada stadium lanjut.Sebanyak 40.8 % penderita pada Stadium III dan 36.4% stadium II, sedangkan stadium I hanya 8.4%.Keadaan ini memperlihatkan bahwa kesadaran penderita untuk berobat masih rendah karena penyakit kanker serviks jarang menunjukkan gejala-gejala yang mengganggu pada stadium awal, sehingga penderita kurang memperhatikannya.

Usaha yang dilakukan pasien untuk menyembuhkan penyakitnya misalnya dengan melaksanakan pengobatan. Jenis pengobatan kanker payudara terdiri atas kemoterapi yang berupa pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk cairan


(13)

3

melalui infus, radioterapi yang berupa proses penyinaran sel kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma, mastektomi yakni berupa pembedahan atau pengangkatan sel-sel kanker payudara dengan cara operasi.5 Pelaksanaan pengobatan dapat menimbulkan dampak yang telah ditemukan menjadi respon psikologis yang dapat menekan kondisi pengidap kanker payudara seperti adanya perubahan citra tubuh akibat perubahan fisik.

Pengobatan alternatif menjadi sebuah topik yang sedang marak-maraknya beberapa tahun ini. Pengobatan ini menjadi salah satu usaha yang dilakukan oleh masyarakat untuk menyelesaikan permasalah kesehatan yang sedang mereka alami. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eisenberg dkk (1996) diperkirakan bahwa sebanyak 425 juta orang di Amerika melakukan kunjungan ke pengobatan alternatif, jumlah tersebut melebihi angka dari kunjungan masyarakat Amerika ke dokter (Weiss dan Lynne, 1996 dalam Novitasari , 2010). Sementara di Indonesia dari data yang diperoleh BPS tahun 2003 menunjukkan bahwa sebanyak 30,67% dari penduduk Indonesia menggunakan pengobatan alternatif untuk mengatasi permasalahan terkait kesehatan mereka. Persentase tersebut meningkat dua kali lipat dari tahun 1999 (Jauhari, Utami, & Padmawati, 2008).

Penelitian Jauhari dkk tahun 2008 menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam pemanfaatan pengobatan alternatif. Beberapa faktor-faktor itu antara lain faktor pengalaman, ekonomi, kebudayaan. Fenomena pengobatan alternatif tersebut disebut etnomedisin. Etnomedisin adalah sebuah kepercayaan dan praktek-praktek yang berkenaan dengan penyakit yang


(14)

4

merupakan hasil dari perkembangan kebudayaan asli, eksplisit dan tidak berasal dari kerangka kedokteran modern (Anderson dan Foster, 1986).

Pemilihan sumber pengobatan yang dilakukan oleh penduduk Indonesia yang mengeluhkan sakit, persentase terbesar 66,82% penduduk yang mengobati sendiri dan berobat jalan 45,80%. Serta persentase penduduk Indonesia yang menggunakan obat tradisional adalah 23,63% (BPS, 2011). Hal tersebut cukup menarik, dikarenakan masih banyak masyarakat yang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan banyaknya masyarakat yang lebih memilih untuk mengobati penyakitnya sendiri (Depkes).

Di Indonesia, pengobatan alternatif masih dijadikan salah satu pilihan oleh penduduknya. Fakta yang diperoleh dari survey ekonomi nasional pada tahun 2001 menghadirkan fakta, bahwa 9,8% penduduk Indonesia masih menggunakan pengobatan tradisional (Depkes, 2012). Sebagian masyarakat masih menggunakan pelayanan kesehatan dari pengobatan tradisional. Pada tahun 2003, sebanyak 30,67% penduduk Indonesia menggunakan pengobatan alternatif. Selain itu, pada tahun 2014 pemanfaatan obat tradisional yang merupakan bagian dari pengobatan alternatif mempunyai angka yang lebih dari 2 kali lipat dari tahun 1999 yaitu 32,87% dibandingkan dengan 15,04% (Badan Pusat Statistik, 2014). Data tersebut menunjukkan adanya kecenderungan semakin meningkatnya penggunaan pengobatan alternatif di masyarakat. Peningkatan penggunaan pengobatan alternatif ini didukung oleh maraknya iklan-iklan pengobatan alternatif di media cetak dan acara-acara konsultasi pengobatan alternatif di media elektronik seperti radio dan televisi.


(15)

5

Pemilihan sumber pengobatan yang dilakukan oleh penduduk Indonesia yang mengeluhkan sakit, persentase terbesar 66,82% penduduk yang mengobati sendiri dan berobat jalan 45,80%. Serta persentase penduduk Indonesia yang menggunakan obat tradisionaltermasukpengobatanalternatif adalah 23,63% (BPS, 2011). Hal tersebut cukup menarik, dikarenakan masih banyak masyarakat yang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan banyaknya masyarakat yang lebih memilih untuk mengobati penyakitnya sendiri.

Alasan lain yang melatar belakangi peneliti menggunakan Health Belief Model untuk menjelaskan bagaimana individu memilih dan menjalani pengobatan alternatif untuk menyembuhkan penyakit kaker yang diderita pasien adalah adanya asumsi berdasarkan berbagai penelitian sebelumnya bahwa kondisi psikologis yang mencakup kecemasan akan resiko dan hasil yang tidak diinginkan jika memilih pengobatan secara konvensional atau medis. Factor demografis juga dapat mempengaruhi Health Belief Model individu (Resenstock, 1974), selain itu factor psikologis juga mempengaruhi Health Belief Model individu (Conner & Norman, 2003), sehingga individu melakukan perilaku hidup sehat, yang dalam penelitian sebelumnya adalah perilaku memilih dan menjalani pengobatan secara alternatif.

Penelitian ini menggunakan teori Health Belief Model karena model ini dapat mengatasi permasalahan pada perilaku sehat dan dapat meningkatkan perhatian individu pada kesehatan (Renuka & Pushpanjali, 2014). Penelitian dengan menggunakan Health Belief Model juga dapat menemukan keterkaitan


(16)

6

antara keyakinan akan kesehatan yang dimiliki oleh individu sehingga memunculkan suatu perilaku sehat (Renuaka & Pushpanjali, 2014).

Health Belief Model berfokus pada presepsi ancaman dan evaluasi perilaku terkait kesehatan sebagai aspek utama untuk memahami bagaimana seseoang mempresentasikan tindakan sehat (Strecher dan oenstock, 1997).Presepsi ancaman terdiri atas dua jenis keyakinan utama.Kerentanan terhadap sakit yang dirasakn (perceived susceptibility) bagi masalah kesehatan mencerminkan kalau setiap individu percaya bahwa mereka menderita sakit atau bahkan sembuh.

Seperti model kognisi sosial lainnya mengenai perilaku sehat, Health Belief Model memiliki kegunaan potensial karena telah mengidentifikasi sejumlah factor kunci yang penting un tuk memprediksi apakah seseorang akan menjalani perilaku proteksi kesehatan atau tidak. Karena konstruk teori ini adalah prediksi tentang perilaku sehat, mengubah keyakinan ini akan mengarah kepada perubahan perilaku.

Penelitian ini dilakukan karena semakin banyak individu yang lebih memilih alternatif sebagai cara untuk menyembuhkan segala penyakit. Bahkan meyakini pengobatan alternatif yang ampuh dan tanpa efek samping yang menakutkan sehingga menimbulkan kekhawatiran. Dalam penelitian ini Health Belief Model sangat penting bagi psikologi kesehatan karena menyediakan deskripsi tentang sejumlah factor berbasis kognitif yang dianggap signifikan dalam memahami proses pengambilan keputusan di dalam perilaku sehat dan perilaku sakit.


(17)

7

Pembentukan keputusan untuk menjalani perilaku sehat, individu memadukan suatu bentuk berfikir rasional dan memfokuskan sejulah factor yang berbasis kognitif secara serentak.Bentuk pengambilan keputusan-keputusan rasional meliputi analisa biaya dan keuntungan mengenai presepsi terkait ancaman sakit dan juga analisis tentang seberapa menguntungkan atau tidaknya arah suatu tindakan keehatan yang dialami individu. Dengan pengetahuan konseptual semacam itu, mestinya memungkinkan secara hipotesis untuk mengubah jenis-jenis proses berfikir ini untuk bisa mengubah perilaku melalui intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, menjelaskan tentang rumusan masalah yaitu bagaimana “ Gambaran Health Belief Model pada pasien kanker yang memilih atau menjalani pengobatan alternatif”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar peneliti maupun

pembacamengetahui latar belakang “Gambaran Health Belief Model pada Penderita Kanker yang Memilih dan Menjalani Pengobatan Alternatif.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfat Teoritis

a. Untuk mengembangkan keilmuan dibidang psikologi, terutama psikologi kesehatan.

b. Untuk menambah khasanah kajian ilmiah dalam pembelajaran psikologi dan memperluar ranah psikologi klinis.


(18)

8

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti: Memberikan pengalaman kepada peneliti untuk menerapkan dan menambah wawasan dalam penerapan teori dan pengetahuan yang diterima di dalam perkuliahan pada kegiatan nyata. Terutama bagi psikologi klinis dalam menganalisa bagaimana system Health Belief Model dapat terjadi pada penentuan pelayanan kesehatan atau pemilihan pengobatan alternatif untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit.

b. Dapat menambah pengetahuan beberapa gambaran individu tentang bagaimana Health Belief Model yang diyakini sehingga menghasilkan perilaku sehat sebagaimana memilih dan menjalani pengobatan alternatif sebagai penanganan penyakit individu yang mengalami sakit kanker.

E. Keaslian Penelitian

Sejauh pengetahuan peneliti terdapat beberapa penelitian yang berhubungan dengan peneliti, yaitu : Aditya dan Afif (2015) Gambaran Health

Belief Model pada individu yang memlih dan menjalani pengobatan

alternatif(Tradisional Sangkal Putung). Penelitian ini memiliki 2, responden responden satu masih ragu untuk menjalan pengobatan tradisional fraktur dan respoden yang lain tidak rentan mengalami kesalahan penanganan. Lokasi penelitian yang berbeda karena subjek penelitian yang berbeda.untuk hasil penelitian terdahulu responden merasa rentan terhadap suatu penyakit dan saat terlambat penanganannya nammun keduanaa tidak merasa rentan terhadap


(19)

9

kesalahan dalam penanganan. Kedua responden lebih mempertimbangkan manfaat yang diperoleh pada saat berobat di sangkal putung.Responden juga memilih lokasi tersebut dengan tidak mempertimbangkan kendala pada saat penanganan.Lingkungan sekitar responden karakteristik psikologis, dan kondisi demografis menjadi stimulus bagi responden untuk memilih pengobatan sangkal putung.

Penelitian ke dua yaitu Motivasi dan Kepercayaan Pasien untuk Berobat ke Sinse, didalam penelitan tersebut dijelaskan bahwa Sebagian masyarakat masih menggunakanpelayanan kesehatan dari pengobatan tradisional menurut penelitian tersebut dijelaskan bahwa pengobatan alternatif adalah jenis pengobatan yang sudah ada sejak turun temurun dan dipengaruhi adat dan budaya suatu daerah.Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasipasien berobat ke sinse timbul karena pasienmempunyai kepercayaan yang salah tentangpengobatan

konvensional. Kepercayaan tersebutadalah adanya kegagalan atau

ketidakpastianpengobatan konvensional, ketakutan akanpenggunaan obat kimia yang berlebihan serta adanyatindakan operasi pada penyakit tertentu.

Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang “GAMBARAN HEALTH

BELIEF MODEL PADA PENDERITA KANKER YANG MEMILIH DAN

MENJALANI PENGOBATAN ALTERATIF” peneliti menggambarkan tentang penelitian bagaimana gambaran keyakinan sehat yang menjadi fenomena masyarakat yang lebih memilih dan menjalani pengobatan alternatif, dengan alasan karena rentan biaya pengobatan medis dan alternatif terlampau jauh. Alasan demografis lain yaitu masalah pengetahuan tentang sakit yang dialami,


(20)

10

alasan tersebut sudah terlalu umum bahkan sangat sering digunakan sebagai alasan untuk tidak melakukan pengobatan medis. Peneliti juga menggambarkan tentang subjek penelitian yang berjumlah 3 subjek yaitu laki-laki maupun perempuan, memiliki usia berkisar 25 hingga 60 tahun yang memiliki profesi maupun pengetahuan tentang pengobatan medis maupun alternatif. Menggunakan metode wawancara sistematik yaitu peneliti menyiapkan guide (pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara) secara tertulis. Dalam penelitian nantinya akan diperdalam lagi bagaimana subjek meyakini bahwa tindakan yang dilakukan setiap pengobatan mampu erubah keadaannya semakin membaik atau berangsur pulih.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah adanya subjek yang lebih banyak, melibatkan significant other, tempat penelitian yang tidak dibatasi oleh satu tempat, wawancara yang mendalam dengan subjek dan significant other yang didukung data-data penelitian terdahulu, subjek yang digunakan adalah penderita kanker yaitu penyakit yang mematikan yang diakibatkan oleh perkembangan sel penyakit yang bisa menyebar ke seluruh bagian tubuh individu penderitanya, penelitian ini juga tidak terpaut dengan satu jenis penanganan pengobatan alternatif. Dalam penelitian ini meneliti tentang Health Belief Model pada penderita kanker. Sedangkan persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif dan wawancara, serta subjek yang mengalami kerentanan terhadap sakit yang dialami.


(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Health belief model

1. Pengertian health belief model

Health belief model dikemukakan pertama kali oleh Resenstock 1966, kemudian disempurnakan oleh Becker, dkk 1970 dan 1980.Sejak tahun 1974, teori Health belief model telah menjadi perhatian para peneliti.Model teori ini merupakan formulasi konseptual untuk mengetahui persepsi individu apakah mereka menerima atau tidak tentang kesehatan mereka. Variabel yang dinilai meliputi keinginan individu untuk menghindari kesakitan, kepercayaan mereka bahwa terdapat usaha agar menghindari penyakit tersebut.

Menurut World Health Organization (WHO) yang dimaksud dengan sehat atau health adalah suatu kondisi tubuh yang lengkap secara jasmani, mental, dan sosial, dan tidak hanya sekedar terbebas dari suatu penyakit dan ketidakmampuan atau kecacatan, sedangkan menurut UU No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Belief dalam bahasa inggris artinya percaya atau keyakinan. Menurut peneliti belief adalah keyakinan terhadap sesuatu yang menimbulkan perilaku tertentu. Misalnya individu percaya bahwa belajar sebelum ujian akan


(22)

12

berpengaruh terhadap nilai ujian. Jenis kepercayaan tersebut terkadang tanpa didukung teori teori lain yang dapat dijelaskan secara logika.

Model adalah seseorang yang bisa dijadikan panutan atau contoh dalam perilaku, cita-cita dan tujuan hidup yang akan dicapai individu. Biasanya teori modeling ini sangat efektif pada perkembangan anak di usia dini, namun dalam materi peneliti kali ini teori modeling di umpakan sebuah issue atau pengalaman pengobatan dari seseorang yang memiliki riwayat sakit yang sama dan memilih serta menjalani pengobatan alternative yang mendapatkan hasil yang positif.

Health belief model merupakan suatu konsep yang mengungkapkan alasan dari individu untuk mau atau tidak mau melakukan perilaku sehat (Janz & Becker, 1984).Health belief model juga dapat diartikan sebagai sebuah konstruk teoretis mengenai kepercayaan individu dalam berperilaku sehat (Conner, 2005).

Health belief model adalah suatu model yang digunakan untuk menggambarkan kepercayaan individu terhadap perilaku hidup sehat, sehingga individu akan melakukan perilaku sehat, perilaku sehat tersebut dapat berupa perilaku pencegahan maupun penggunaan fasilitas kesehatan.Health belief model ini sering digunakan untuk memprediksi perilaku kesehatan preventif dan juga respon perilaku untuk pengobatan pasien dengan penyakit akut dan kronis.Namun akhir-akhir ini teori Health belief model digunakan sebagai prediksi berbagai perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.

Konsep utama dari health belief model adalah perilaku sehat ditentukan oleh kepercaaan individu atau presepsi tentang penyakit dan sarana yang tersedia untuk menghindari terjadinya suatu penyakit. Health belief model (HBM) pada


(23)

13

awalnya dikembangkan pada tahun 1950an Oleh sekelompok psikolog sosial di Pelayanan Kesehatan Masyarakat Amerika Serikat, dalam usaha untuk menjelaskan kegagalan secara luas partisipasi masyarakat dalam program pencegahan atau deteksi penyakit. Kemudian, model diperluas untuk melihat respon masyarakat terhadap gejala-gejala penyakit dan bagaimana perilaku mereka terhadap penyakit yang didiagnosa, terutama berhubungan dengan pemenuhan penanganan medis.Oleh karena itu, lebih dari tiga dekade, model ini telah menjadi salah satu model yang paling berpengaruh dan secara luas menggunakan pendekatan psikososial untuk menjelaskan hubungan antara perilaku dengan kesehatan.

Dari pengertian-pengertian mengenai health belief model yang sudah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa health belief model adalah model yang menspesifikasikan bagaimana individu secara kognitif menunjukkan perilaku sehat maupun usaha untuk menuju sehat atau penyembuhan suatu penyakit. Health belief model ini didasari oleh keyakinan atau kepercayaan individu tentang perilaku sehat maupun pengobatan tertentu yang bisa membuat diri individu tersebut sehat ataupun sembuh.

Health belief model ini awalnya dikonsep oleh Rosenstock (1974) kemudian dikaji lebih lanjut oleh Becker dkk (1974) health belief model dikembangkan untuk memahami sejumlah factor psikologis berbasis keyakinan didalam pengambilan keputusan terkait kesehatan dan perilaku sehat. Seperti model lain (teori perilaku terencana dan teori tindakan rasional), health belief model adalah model nilai-ekspektansi. Individu mempresentasikan


(24)

14

lanjutan perilaku berdasarkan keyakinan individu yang dapat diprediksi dan menghasilkan sebuah perilaku, sehingga dapat meneliti nilai yang melekat pada hasil perilaku.

Dipertengahan 20a-an para peneliti kesehatan di AS mulai menyoroti bagaimana cara paling efektif melakukan intervensi pendidikan kesehatan. Para peneliti ini tertarik untuk mengidentifikasi factor-faktor yang dapat memprediksi kepuusan untuk melakukan perilaku sehat. Health belef model ini berfokus pada presepsi ancamandan evaluasi perilaku terkait kesehatan sebagai aspek primer untuk memahamii bagaimana seseoran mempresentasikan tindakan sehat (Strecher dan Rosenstock, 1997)

Perkembangan dari HBM tumbuh pesat dengan sukses yang terbatas pada berbagai program Pelayanan Kesehatan Masyarakat di tahun 1950-an. Apabila individu bertindak untuk melawan atau mengobati penyakitnya, ada empat variabel kunci dua tambahan yang baru-baru ini diungkapkan para ahli yang terlibat didalam tindakan tersebut, yakni kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit, keseriusan yang dirasakan, manfaat yang diterima dan rintangan yang dialami dalam tindakan melawan penyakitnya, dan hal-hal yang memotivasi tindakan tersebut. Di mana komponen-komponennya disebutkan di bawah ini.

Gambaraa Health belief model terdiri dari 6 dimensi, diantaranya:

a. Perceived susceptibility atau kerentanan yang dirasakankonstruk tentang resiko atau kerentanan (susceptibility) personal, Hal ini mengacu pada persepsi subyektif seseorang menyangkut risiko dari kondisi kesehatannya. Di dalam kasus penyakit secara medis, dimensi tersebut meliputi penerimaan


(25)

15

terhadap hasil diagnosa, perkiraan pribadi terhadap adanya resusceptibilily (timbul kepekaan kembali), dan susceptibilily (kepekaan) terhadap penyakit secara umum.

b. Perceived severity atau kesriuasan yang dirasa.Perasaan mengenai keseriusan terhadap suatu penyakit, meliputikegiatan evaluasi terhadap konsekuensi klinis dan medis (sebagai contoh, kematian, cacat, dan sakit) dan konsekuensi sosial yang mungkin terjadi (seperti efek pada pekerjaan, kehidupan keluarga, dan hubungan sosial). Banyak ahli yang menggabungkan kedua komponen diatas sebagai ancaman yangdirasakan (perceived threat).

c. Perceived benefitsm, manfaat yang dirasakan.Penerimaan susceptibility sesorang terhadap suatu kondisi yang dipercaya dapat menimbulkan keseriusan (perceived threat) adalah mendorong untuk menghasilkan suatu kekuatan yang mendukung kearah perubahan perilaku. Ini tergantung pada kepercayaan seseorang terhadap efektivitas dari berbagai upaya yang tersedia

dalammengurangi ancaman penyakit, atau keuntungan-keuntungan

yangdirasakan (perceived benefit) dalam mengambil upaya-upaya kesehatan tersebut. Ketika seorang memperlihatkan suatu kepercayaan terhadap adanya kepekaan (susceptibility) dan keseriusan (seriousness), sering tidak diharapkan untuk menerima apapun upaya kesehatan yang direkomendasikan kecuali jika upaya tersebut dirasa manjur dan cocok.

d. Perceived barriers atau hambatan yang dirasakan untuk berubah, atau apabila individu menghadapi rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. Sebagai tambahan untuk empat keyakinan (belief) atau persepsi.


(26)

16

Aspek-aspek negatif yang potensial dalam suatu upaya kesehatan (seperti: ketidakpastian, efek samping), atau penghalang yang dirasakan (seperti: khawatir tidak cocok, tidak senang, gugup), yang mungkin berperan sebagai halangan untuk merekomendasikan suatu perilaku.

e. Health motivation dimana konstruk ini terkait dengan motivasi individu untuk selalu hidup sehat. Terdiri atas kontrol terhadap kondisi kesehatannya serta health value (Conner, 2005).

f. Cues to action suatu perilaku dipengaruhi oleh suatu hal yang menjadi isyarat bagi seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku. (Becker dkk, 1997 dalam Conner & Norman, 2003). Isyarat-isyarat yang berupa faktor-faktor eksternal maupun internal, misalnya pesan-pesan pada media massa, nasihat atau anjuran kawan atau anggota keluarga lain, aspek sosiodemografis misalnya tingkat pendidikan, lingkungan tempat tinggal, pengasuhan dan pengawasan orang tua, pergaulan dengan teman, agama, suku, keadaan ekonomi, sosial, dan budaya, self-efficacy yaitu keyakinan seseorang bahwa dia mempunyai kemampuan untuk melakukan atau menampilkan suatu perilaku tertentu.

Health belief model dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor demografis (Rosenstock, 1974 dalam Conner & Norman, 2003), karakteristik psikologis (Conner & Norman, 2003), dan juga dipengaruhi oleh structural variable, contohnya adalah ilmu pengetahuan (Sarafino, 1994).

Faktor demografis yang mempengaruhi health belief model individu adalah kelas sosial ekonomi. Individu yang berasal dari kelas sosial ekonomi


(27)

17

menengah kebawah memiliki pengetahuan yang kurang tentang faktor yang menjadi penyebab suatu penyakit (Hossack & Leff, 1987 dalam Sarafino, 1994). Faktor demografis (Rosenstock, 1974 dalam Conner & Norman, 2003), karakteristik psikologis (Conner & Norman, 2003), dan structural variable (Sarafino, 1994), pada akhirnya mempengaruhi health belief model pada individu yang mengalami fraktur.

Edukasi merupakan faktor yang penting sehingga mempengaruhi health belief model individu (Bayat dkk, 2013). Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan individu merasa tidak rentan terhadap gangguan, yang dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Edmonds dan kawan – kawan adalah osteoporosis (Edmonds dkk, 2012). Karakteristik psikololgis merupakan faktor yang mempengaruhi health belief model individu (Conner & Norman, 2003). Dalam penelitian ini, karakteristik psikologis yang mempengaruhi health belief model kedua responden adalah ketakutan kedua responden menjalani pengobatan secara medis.

Beberapa factor Health belief model berbasis kognitif (seperti keyakinan dan sikap) dan berkaitan dengan proses berfikir yang terlibat dalam pengambilan keputusan individu dalam menentukan cara sehat individu. Dalam kajian psikologi kesehatan, persepsi individu dalam melakukan atau memilih perilaku sehat dikaji dalam teori Health belief model (HBM). HBM adalah model kepercayaan kesehatan individu dalam menentukan sikap melakukan atau tidak melakukan perilaku kesehatan (Conner, 2005).


(28)

18

Teori Health belief model menghipotesiskan terdapat hubungan aksi dengan faktor berikut:

1) Motivasi yang cukup kuat untuk mencapai kondisi yang sehat.

2) Kepercayaan bahwa seseorang dapat menderita penyakit serius dan dapat menimbulkan sekuele.

3) Kepercayaan bahwa terdapat usaha untuk menghindari penyakit tersebut walaupun hal tersebut berhubungan dengan finansial.

Health belief model juga dapat menjelaskan tentang perilaku pencegahan pada individu.Hal ini menjelaskan mengapa terdapat individu yang mau mengambil tindakan pencegahan, mengikuti skrining, dan mengontrol penyakit yang ada.

Perilaku responden juga dapat ditinjau dari pendekatan modelling dan operant conditioning, sehingga perilaku berubah karena konsekuensinya (Sarafino, 1994). Modelling dilakukan dengan cara memperhatikan perilaku orang lain (Bandura, 1969), melakukan observasi dan melakukan modelling terhadap urutan perilaku dapat merubah perilaku hidup sehat secara efektif (Sarson dkk, 1991).

Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Rosenstock adalah sebagai berikut:

a) Ancaman

1. Presepsi tentang kerentanan diri terhadap bahaya penyakit (atau kesedian menerima diagnosa sakit)


(29)

19

b) Harapan

1. Presepsi tentang keuntungan suatu tindakan

2. Presepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan suatu tindakan.

c) Pencetus tindakan : media, pengaruh orang lain dan hal-hal yang mengingatkan (reminder)

d) Faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin atau gender, suku bangsa).

e) Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan tindakan itu) (Anonim, 2012)

Untuk mempermudah memahami gambaran Health Belief Model (lihat Bagan 1)

Bagan 1

Health Belief Model (Janz dan Becker, 1984) Factor-faktor demogrefis : usia, gender, status social-ekonomi, dan lain-lain Factor-faktor psikologis : tekanan rekan sebaya, gaya kepribadian dan lain-lain. Kerentanan yang dirasakan Bahaya sakit yang dirasakan Motivasi sehat atau sembuh Keuntungan yang dirasakan Penghambat yang dirasakan Tindakan pencegahan sakit atau penyembuhan penyakit yang sudah diagnosa. Pengobatan melalui medis maupun non medis (alternative)


(30)

20

2. Pengertian Pengobatan Alternatif

Menurut Kuntari (2008), paradigma pemahaman tentang pengobatan alternatif sebenarnya merupakan ekspresi dari rasa frustrasi dan respon masyarakat terhadap tingginya biaya pengobatan dan kesehatan secara medis. Padahal, jika dikalkulasikan dengan cermat, upaya ikhtiar mencari kesembuhan dengan berobat ke dukun, paranormal dan jasa penghusada lainnya, biayanya bisa jadi lebih mahal, jika dibandingkan dengan pengobatan medis secara ilmiah dan tidak sedikit juga yang berujung dengan hal-hal yang tidak diinginkan seperti penyakitnya bertambah parah dan kematian. Seringkali pasien baru kembali berobat medis ketika efek pengobatan tersebut menunjukkan gejala-gejala semakin berbahaya atau memburuk. Banyak sekali dokter yang harus mau menerima pasien setelah tubuh si pasien menjalani dan menerima berbagai jenis terapi yang memberikan efek yang buruk bagi tubuh dan makin memperlambat pemberian terapi ilmiah (Kuntari, 2012).

Pengobatan alternative sering ditukar istilah dengan pengobatan tradisional. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (W.H.O) ada beberapa macam pengobatan alternative yang dibeda-bedakan dengan cara pengobatannya. Pengobatan alternative juga bisa diartikan sebagai jenis pengobatan yang dilakukan diri sendiri dengan melakukan pola hidup sehat dan pola makan yang sehat pula. Sedangkan pengobatan tradisional biasanya idntik dengan pengobatan melalui jamu-jamuan dan cara pengobatan terdahulu yang sudah digunakan sejak nenek moyang (turun temurun).


(31)

21

Menurut peneliti Pengobatan alternative adalah ketika pengobatan modern tidak mampu menangani seluruh masalah kesehatan.Pengobatan alternative juga disebut pengobatan pengganti yang dicari orang dibedakan dengan pengobatan modern yang kita kenal sekarang ini sebagai hasil perkembangan ilmu pengetahuan (bersifat ilmiah).Pada abad ke -19 sejak pengobatan modern berkembang penemuan bakteri dan mikroskop sehingga para ahli menyimpulkan bahwa setiap penyakit ada penyebab yang jelas sehingga dapat dicarikan obatnya. Sebelum cara ini ditemukan ada metode pengobatan tradisional yang berdasarkan pada anggapan bahwa penyakit disebabkan oleh roh-roh jahat yang mengganggu seseorang atau bahwa penyakit disebabkan oleh ketidak seimbangan energi dalam tubuh (misalnya yin-yang).

Manusia terdiri dari dua aspek yang saling berkaitan (holistik) dan bukan dua aspek yang terpisah secara dikotomik (badan dan jiwa).Berdasarkan hal itu, realita dan pengobatan penyakit harus mencakup keduanya, jadi lebih tepat disebut sebagai pengobatan komplimenter (dengan pengertian saling melengkapi) dari pada “alternative” yang dimaknakan sebagai pengganti.

Menurut kamus kesehatan istilah alternatif mengacu pada berbagai

perawatan yang biasanya tidak diklasifikasikan sebagai tradisi “pengobatan Barat”. Biasanya pengobatan alternatif ini juga mencakup perawatan jamu, biofeedback, bekam, gurah, homeopati dan akupuntur yang semua itu tidak termasuk sebagai praktik standart dalam system pengobatan kedokteran.

Filosofi pengobatan alternative sendiri biasanya menekankan promosi kesehatan, penyembuhan dan pencegahan melalui kesadaran diri atas pikiran dan


(32)

22

tubuh, serta olahraga, gizi dan bentuk lain dari perawatan diri sendiri. Biasanya pengobatan alternative menggunakan bahasa yang komunikatif dan gampang dimengerti pasiennya (bukan bahasa yang menggunakan istilah medis).Tak jarang penggunaan bahasa komunikasi yang digunakan menggunakan unsure motivasi kesehatan yang menuntun pasiennya agar lebih menjaga kesehatan dan berfikir positif untuk mencapai kesembuhan.

3. Proses psikologi dalam pemilihan pengobatan alternative sebagai penanganan kesehatan menurut teori health belief model

Perilaku kesehatan individu untuk menentukan pilihan individu terhadap berbagai fasilitas kesehatan mana yang akan digunakan untuk mendapakan penanganan sakit yang dialami individu tersebut. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh kepercayaan individu terhadap kesehatan. Health belief model menjadi dasar dalam perilaku individu ini. Variable-variabel pada kerangka teorinya adalah presepsi terhadap kerentanan (perceived susceptibility), presepsi terhadap keseriusan sakit (perceived severity), yang merupakan presepsi terhadap ancaman sakit (perceived treat), presepsi terhadap manfaat dan rintangan-rintangan (perceived benefit and barriers), serta isyarat atau tanda-tanda pendorong (cues to action) (Lewin, 1954; Becker, 1974 dalam Glanz, 2012).Selain teori health belief model tersebut memperlihatkan bahwa perilaku kesehatan bergantung pada tiga jenis factor yaitu:

a. Faktor motivasi untuk mengobati sakitnya. b. Faktor belief in health threat


(33)

23

c. Faktor kepercayaan akan mendapatkan manfaat maupun rintangan yang dilakukan (Kitko, Lisa., et al, 2008).

Factor-faktor ini memperlihatkan variable yang menentukan seseorang dalam memilih tindakan yang akan didapatkan untuk mengobati sakitnya. Factor

pelayanan kesehatan dan kepercayaan terhadap penyediaan layanan

mempengaruhi perilaku individu dalam health seeking. Selain itu factor isyarat dan tanda-tanda pendorong juga turut mempengaruhi health seeking behavior pasien (Notoatmodjo, 2010).

Pencarian pengobatan dilakukan ketika salah satu anggota keluarga yang benar-benar sakit dan membutuhkan pertolongan kemudian barulah orang sakit dan keluarganya mencari informasi atau mengunjungi fasilitas kesehatan untuk mengobati sakitnya. Masyarakat yang mendapat penyakit dan tidak merasakan sakit tidak akanbertindak terhadap penyakitnya. Mereka baru akan bertindak ketika penyakit yang diserang menimbulkan rasa sakit, maka barulah timbul berbagai macam perilaku dan usaha (Notoatmodjo, 2007) antara lain:

a. Tidak bertindak apa-apa (no action)

Masyarakat yang mengalami situasi ini, kondisi yang dialami tidak akan mengganggu kegiatan mereka dan menganggap bahwa gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya dan lebih memprioritaskan tugas lain daripada mengobati sakitnya.


(34)

24

b. Pengobatan sendiri (self treatment)

Masyarakat pada situasi ini beranggapan bahwa pengobatan dengan usaha sendiri dapat mendatangkan kesembuhan.Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan.

c. Pengobatan Alternative (tradisional remedy)

Pada umumnya, masyarakat pada situasi ini masyarakat pedesaan yang menganggap bahwa sehat-sakit bagian dari kebudayaan yang hanya bisa diobati dengan menggunakan pengobatan alternative yang ditangani langsung oleh dukun atau pakar pengobatan tersebut.

d. Mencari Pengobatan modern baik yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta seperti puskesmas dan rumah sakit.

Masalah kesehatan masyarakat, terutama diIndonesia, terdapat dua aspek yaitu aspek fisik seperti ketersediaan sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan aspek non–fisik yang berkaitan dengan perilaku kesehatan masyarakat. Kedua aspek tersebut saling berkaitan yaitu aspek perilaku dalam menentukan sarana kesehatan yang dipilih dan pengobatan penyakit yang merupakan aspek non–fisik perilaku individu atau kelompok dengan kemungkinan besar yang mengalami keluhan kesehatan tetapi masyarakat lebih memilih untuk pergi ketempat pelayanan kesehatan medis ataupun memilih alternatif pengobatan yang lain. Penentuan individu dalam memilih pengobatan oleh pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi individu untuk memenuhi keinginannya untuk sembuh dan sehat.


(35)

25

4. Kriteria pemilihan pengobatan alternative menurut teori Health belief model Kriteria yang dimaksud adalah bagaimana seseorang memutuskan untuk menggunakan pengobatan alternative dengan berbagai alasan yang menurutnya logis untuk dilakukan. Salah satu alasan seseorang memilih pengobatan alternative salah satunya adalah keterbatasan biaya untuk menjalani serangkaian pelayanan kesehatan medis, mengalami ketakutan, kecemasan akan hasil operasi yang tidak sesuai, ketakutan akan dampak negative pasca operasi ketergantungan obat dan beban psikologis lain yang harus di tanggung pasien maupun pihak keluarga.

Pemilihan pengobatan alternative ini terkadang menjadi opsi terakhir atau bahkan menjadi tujuan utama yang dilakukan individu untuk mencapai kesembuhan, dalam riwayat kanker yang selalu merujukkan pasien untuk operasi jika obat jalan dan terapi sudah tidak mampu mengatasi penyakit kanker, bahkan membuat individu yang sudah didiagnosa oleh dokter tidak mengindahkan hal tersebut. Individu akan mencari cara lain agar dirinya tidak menjalani operasi.

Individu merasakan lebih nyaman saat menjalani pengobatan alternatif, serta meyakini pengobatan tersebut membawa dampak positif bagi peningkatan kesehatan.Rasa nyaman dan damai inilah yang membuat sel kanker tumbuh secara lambat. Meski belum bisa dipastikan secara jelas ketenangan batin bisa menghilangkan sel-sel kanker yang ada di dalam tubuh pasien.

5. Penyebab individu memilih dan menjalani pengobatan alternative

Penentuan individu dalam memilih pengobatan oleh pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi individu untuk memenuhi keinginannya


(36)

26

untuk sembuh dan sehat. Penentuan pemilihan pengobatan yang dilakukan masyarakat, dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sepertipengetahuan, masalahbiaya pengobatan, ketidakpuasan terhadap hasil pengobatan, ketidak puasan dengan pelayanan yang diterima dalam menjalani pengobatan, beberapa kasus malpraktek, dan letak tempat pelayanan kesehatan.

Individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran atas suatu obyek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat (Batubara, 2009).

Tingkat sosial ekonomi merupakan menggambarkan kedudukan seseorang dalam bermasyarakat yang biasanya ditentukan oleh unsur pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan yaitu kelompok tinggi, kelompok menengah, dan kelompok rendah. Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi seseorangdapat menentukan suatu pilihan pengobatan yang ada sesuai dengan kemampuannya.

Individu yang berbeda suku bangsa, pekerjaan, atau tingkat pendidikan mempunyai kecenderungan yang tidak sama dalam mengerti dan bereaksi terhadap kesehatan mereka. Didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dengan latar belakang struktur sosial yang bertentangan akan menggunakan pelayanan kesehatan dengan cara yang tertentu pula (Notoatmodjo, 2012). Pendapatan dapat digunakan sebagai ukuran kesanggupan seseorang untuk memperoleh pelayanan kesehatan.


(37)

27

Proses Health belief model dalam pemilihan pengobatan alternative

Presepsi Individu Faktor Perubahan

Kemungkinan Melakukan penyembuhan

Tindakan pencegahan atau

penyembuhan

Iklan, saran dari orang lain, pengalaman keluarga, artikel

dan koran MEDIS

Presepsi tentang ancaman penyakit Presepsi tentang resiko operasi dan efek samping obat

Presepsi tentang pengobatan alternative

Pemilihan pengobatan alternative sebagai penanganan


(38)

28

B. PERSPEKTIF TEORITIK

Prespektif mengenai pengobatan alternatif yaitu Pengobatan alternatif menjadi sebuah topik yang sedang marak-maraknya beberapa tahun ini. Pengobatan ini menjadi salah satu usaha yang dilakukan oleh masyarakat untuk menyelesaikan permasalah kesehatan yang sedang mereka alami. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eisenberg dkk (1996) diperkirakan bahwa sebanyak 425 juta orang di Amerika melakukan kunjungan ke pengobatan alternatif, jumlah tersebut melebihi angka dari kunjungan masyarakat Amerika ke dokter (Weiss dan Lynne, 1996 dalam Novitasari , 2010). Sementara di Indonesia dari data yang diperoleh BPS tahun 2003 menunjukkan bahwa sebanyak 30,67% dari penduduk Indonesia menggunakan pengobatan alternatif untuk mengatasi permasalahan terkait kesehatan mereka. Persentase tersebut meningkat dua kali lipat dari tahun 1999 (Jauhari, Utami, & Padmawati, 2008).

Pemilihan sumber pengobatan yang dilakukan oleh penduduk Indonesia yang mengeluhkan sakit, persentase terbesar 66,82% penduduk yang mengobati sendiri dan berobat jalan 45,80%. Serta persentase penduduk Indonesia yang menggunakan obat tradisional adalah 23,63% (BPS, 2011). Hal tersebut cukup menarik, dikarenakan masih banyak masyarakat yang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan banyaknya masyarakat yang lebih memilih untuk mengobati penyakitnya sendiri (Depkes).

Beberapa review dari beberapa penelitian tentang pengobatan alternatif yang ada di Indonesia, didapatkan fakta bawa individu menjalani


(39)

29

pengobatan alternatif karena adanya anggapan bahwa pengobatan alternatif dapat memberikan kesembuhan dengan cepat dan biaya yang dibutuhkan juga relative murah, jarak yang dekat disbanding rumh sakit besar, metode pengobatannya tidak menakutkn seperti di rumah sakit, sebab beberapa individu memiliki pengalaman buruk dengan perawatan rumah sakit.

Adanya kepercayaan supranatural dalam pengobatan alternatif juga turut membuat individu meyakini akan kesembuhan yang akan didapatkan (Notosiwoyo dkk, 2001). Mayarakat yang berobat dipengobatan alternatif karena adanya kecemasan untuk menalani pengobatan di rumah sakit, pengobatan alternatif juga membutuhkan biaya yang murah, serta kurangnya pengetahuan individu tentang resiko menjalani pengobatan alternatif.

Berdasarkan beberapa penelitian tersebut peneliti beasumsi bahwa individu berobat ke alternatif dilatar belakangi adanya anggapan bahwa pengobatan alternatifdapat memberikan kesembuhan dengan cepat, adanya kecemasan individu untuk menjalani pengobatan secara medis, yang diasumsikan merupakan factor karakteristik psikologis.

Dalam penelitian ini adapun teori rasa sakit yaitu pengalaman indrawi dan emosi tidak menyenangkan yang terkait dengan kerusakan jaringan actual atau potensial, atau dapat digambarkan berdasarkan kerusakannya.Umumnya para petugas kesehatan professional menganggap rasa sakit akut sebagai simtom yang tepat untuk berbagai kondisi penyakit dan prosedur penyembuhan.


(40)

30

Dari pengertian-pengertian mengenai health belief model adalah model yang menspesifikasikan bagaimana individu secara kognitif menunjukkan perilaku sehat maupun usaha untuk menuju sehat atau penyembuhan suatu penyakit. Health belief model ini didasari oleh keyakinan atau kepercayaan individu tentang perilaku sehat maupun pengobatan tertentu yang bisa membuat diri individu tersebut sehat ataupun sembuh dari sakit yang dialaminya.

Penelitian ini menggunakan teori health belief model sebagai factor yang mendasari individu memilih pelayanan ataupun tindakan periaku demi terwujudnya sehat. Teori ini berbasis kognitif yang dinggap signifikan dalam memahami suatu proses pengambilan sutu keputusan didalam perilaku sehat dan perilaku sakit. Bentuk pemikran rasional tersebut meliputi analisa biaya dan keuntungan mengenai ancaman penyakit yang dialami.Dengan pengetahun konseptual seperti itu mestinya memungkinkan secara hipotesis untuk mengubah jenis-jenis proses berfikir untuk bisa mengubah perilaku melalui intervensi yang memajukan kesehatan.


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Kualitatif yaitu sesuatu yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat berpisah-pisah menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan (Suharsimi Arikunto, 1998). Menurut Creswell (2013), penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting., seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema yang umum, dan menafsirkan makna data.

Fokus dalam penelitian ini adalah Gambaran Health Belief Model Pada Pasien yang Memilih dan Menjalani Pengobatan Alternatif. Guna mendalami fokus tersebut penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel. Siapapun yang terlibat dalam penelitian ini harus menerapkan cara pandang penelitian yang bergaya induktif, berfokus terhadap makna individual, dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan.

Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh seperti hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk angka. Hasil


(42)

32

analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif.

Menurut Creswell (2013), peneliti kualitatif membangun makna tentang suatu fenomena berdasarkan pandangan-pandangan dari para partisipan. Untuk penelitian yang satu ini, peneliti berusaha menyelidiki suatu isu yang berhubungan dengan marginalisasi individu-individu tertentu. Untuk meneliti isu ini, cerita-cerita dari individu tersebut dengan menggunakan pendekatan naratif. Individu-individu ini kemudian diwawancarai untuk mengetahui bagaimana mereka secara pribadi mengalami penindasan dan marginalisasi.

Penelitian kualitatif dipilih karena fenomena yang diamati perlu pengamatan terbuka, lebih mudah berhadapan dengan realitas, kedekatan emosional antar peneliti dan responden sehingga didapatkan data yang mendalam, dan bukan pengangkaan.

Secara harfiah fenomena diartikan sebagai gejala atau sesuatu yang menampakkan. Fenomena dapat dipandang dari dua sudut. Pertama, fenomena

selalu “menunjuk ke luar” atau berhubungan dengan realitas di luar pikiran. Kedua, fenomena dari sudut kesadaran kita, karena fenomenologi selalu berada dalam kesadaran kita. Oleh karena itu dalam memandang fenomena harus terlebih

dahulu melihat “penyaringan” (ratio), sehingga mendapatkan kesadaran yang

murni (Denny Moeryadi, 2009).

Donny (2005: 150) menuliskan fenomenologi adalah ilmu tentang esensi-esensi kesadaran dan esensi-esensi ideal dari obyek-obyek sebagai korelasi dengan kesadaran. Fenomenologi juga merupakan sebuah pendekatan filosofis untuk


(43)

33

menyelidiki pengalaman manusia. Fenomenologi bermakna metode pemikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang ada dengan langkah-langkah logis, sistematis kritis, tidak berdasarkan apriori/prasangka, dan tidak dogmatis. Fenomenologi sebagai metode tidak hanya digunakan dalam filsafat tetapi juga dalam ilmu-ilmu sosial dan pendidikan.

Prinsip-prinsip penelitian fenomenologis ini pertama kali diperkenalkan oleh Husserl. Husserl mengenalkan cara mengekspos makna dengan mengeksplisitkan struktur pengalaman yang masih implisit. Konsep lain fenomenologis yaitu Intensionalitas dan Intersubyektifitas, dan juga mengenal istilah phenomenologik Herme-neutik yang diperkenalkan oleh Heidegger.

Teknik wawancara yang dipilih peneliti adalah teknik wawancara mendalam, karena di dalamnya peneliti menyelidiki peristiwa, aktivitas, program dan proses individu di masa lalu. Dalam konteks penelitian yang akan dikaji dan yang menjadi fokus utama dari penelitian ini adalah bagaimana gambaran health belief model yang ada pada pasien yang memilih dan menjalani pengobatan alternatif.

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah gambaran health belief model pada individu yang memilih dan menjalani pengobatan di alternatif. Health belief model adalah suatu model yang digunakan untuk menggambarkan keyakinan individu terhadap perilaku hidup sehat, yang dapat berupa perilaku pencegahan maupun pemilihan pemilihan fasilitas kesehatan (Becker dkk, 1977 dalam Conner & Norman, 2003). Health belief model terdiri dari 4 konstruk inti


(44)

34

yaitu perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, dan perceived barriers.

Responden dalam penelitian ini ditentukan dengan cara purposif sampling atau responden dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian (Poerwandari, 2007). Kriteria responden dalam penelitian ini antara lain adalah pria atau wanita, berusia 25 sampai 60 tahun, mengalami kanker ringan atau sedang, sedang melakukan pengobatan tradisional, bersedia terlibat dalam penelitian, yang dibuktikan dengan pengisian informed consent.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi disalah satu Pengobatan Alternatif yang berlokasi di desa Candi dan Kalanganyar, Sidoarjo, Jawa Timur. Peneliti memilih lokasi tersebut karena terdapat fakta bahwa pasien kanker banyak yang memutuskan untuk berobat di daerah Kalanganyar menurut pernyataan pemilik tempat pengobatan alternatif tersebut, salah satu subjek penelitian (subjek 3) adalah salah satu dari sekian banyak pasien kanker yang masih dalam tahap pengobatan. Lokasi penelitian unntuk subjek 1 di Lokasi Kediaman subjek dengan alasan subjek hanya beberapa kali saja menjalani pengobatan alternatif di satu tempat dilanjutkan ditempat alternatif lainnya. Sedangkan subjek ke 2 lokasi penelitian dilakukan di Tempat tinggal Subjek yang berada di Porong Sidoarjo, subjek 2 mengaku bahwa pengobatan alternatif yang dijalaninya selalu dilakukan di rumah. Peneliti mengambil sample dari tempat alternatif lainnya agar mendapat data yang lebih beragam dan lebih jelas gambaran Health Belief Model antar subjek


(45)

35

Peneliti menemukan subjek sesuai purposive, maka penelitian juga akan dilakukan di daerah Kalanganyar Sedati Sidoarjo. Ditempat tersebut ada beberapa pasien kanker yang juga rawat inap di tempat pengobatan alternatif tersebut.

Signifikan other adalah sumber data yang diperoleh pada orang terdekat pasien, dengan ciri mengetahui bagaimana perjalanan subjek memilih menjalani pengobatan hingga sampai menemani pengobatan.Untuk mendapatkan data dari orang terdekat subjek peneliti menggunkan anak subjek untuk subjek pertama.

C. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland (1984, dalam Moleong, 2008) Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan yang dilakukan oleh subjek penelitian, selebihnya adalah data tambahan. Seperti dokumen dan lain sebagainya. Terdapat dua jenis sumber data yaitu sumber data primer (subjek penelitian) dan sumber data sekunder (significan others) (Bungin, 2001).

Sumber data primer adalah data yang diambil dari subjek yang memiliki kualifikasi yang sudah ditentukan dan bersedia untuk membantu penelitian. Sedangkan sumber data sekunder adalah signifikan other yang memiliki kedekatan dan mengetahui keseharian subjek penelitian misalnya istri, suami anak atau teman subjek.

1. Sumber Data Primer.

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama adalah subjek penelitian :

a. Subjek pertama adalah S, subjek bekerja di sebuah perusahaan K, subjek tinggal di Daerah Sidoarjo.


(46)

36

Subjek dipilih peneliti karena memiliki beberapa kualifikasi sebagai subjek penelitiaan yaitu subjek menderita kanker dibuktikan dengan diagnose dokter. Subjek sebelumnya menjalani pengobatan medis namun sekarang memutuskan untuk memilih menjalani pengobatan alternatif, factor biaya dan ketakutan efek samping dari operasi membuat subjek enggan meneruskan pengobatan medis. Subjek pada awalnya mendapat diagnose dari dokter ambaian dan sempat mendapat operasi kecil untuk penyakitnya tersebut. Beberapa waktu kemudian sakit yang dialami subjek tidak kunjung membaik, kemudian melanjutkan pengobatan medis yang pada akhirnya mendapat diagnose menderita kanker yang harus dioperasi untuk mengangkat kanker tersebut. Subjek mengurungkan niatnya melanjutkan pengobatan meis karena operasi membuat subjek mengalami stress dan ketakutan akan akibat negative pasca operasi. Setelah mendapat beberapa saran dari orang terdekat dan keluarga, subjek memutuskan untuk memilih pengobatan alternatif sebagai jalan lain. Untuk mendukung data agar menemukan kejelasan materi penelitiaan, peneliti mengambil sumber data lain yaitu data dari orang


(47)

37

terdekat subjek yang mengetahui bagaimana perilaku yang tampak atau perilaku hasil presepsi subjek tentang kerentana yang dialami sehingga mengambil keputusan

memilih dan menjalani pengobatan alternatif.

Significant other tersebut adalah V, V sudah menikah tapi masih bertempat tinggal dengan subjek. V anak dari S yang selalu menemani pengobatan atau anak yang paling mengerti perubahan perilaku bapaknya tersebut. V yang selalu mengamati perkembangan bapaknya mulai dari awal hingga masa perawata sekarang. V dipilih peneliti karena V terbuka terhadap pertanyaan peneliti dan tidak menutup-nutupi data yang sebenarnya. Alasan peneliti tidak menggunakan keterangan dari istri subjek karena ada masalah teknis yang diraa akan dialami peneliti jika menggunakan significant other dari pihak istri subjek.

b. Subjek ke dua L adalah Subjek adalah ibu rumah tangga, yang tinggal di Buduran Sidoarjo ini memiliki 2 anak dan salah satu anaknya berusia 22 yang menjadi significant other (N) tahun yang berkuliah di UIN Sunan Ampel Surabaya semester VIII. Subjek hidup di dalam kondisi ekonomi yang juga menengah ke bawah. Karena subjek hidup di desa subjek kurang mengerti


(48)

38

tentang tanda-tanda sakit yang dideritanya saat itu. Subjek juga masih meyakini bahwa segala penyakit itu selalu ada obatnnya, tidak dibatasi harus melalui medis saja atau terapi saja, melainkan bisa melalui salah satunya ataupun dua-duanya. Pada awalnya subjek didiagnosa kanker payudara, subjek sangat terkejut dan bingung harus bagaimana. Keyakinan untuk sembuh pun memudar karena sudah mendapat kabar yang menyatakan bahwa penyakit kanker itu selalu berujung kematian di waktu dekat jika ada kesalahan penanganan atau kondisi kesehatan yang menurun drastis. Setelah mengetahui diagnose dokter menyatakan kanker payudara, tetangga, saudara dan keluarga terdekat saling bersautan member saran pengobatan alternatif ada pula yang menyarankan menggunakan medis saja karena dapat dipantau dengan pasti. Namun subjek memilih pengobatan alternatif, dalam pengobatan tersebut subjek hanya memiliki kista kecil atau kista payudara subjek juga rutin menjalan terapi tersebut, karena setiap terapi selesai subjek merasa sehat dan seperti sedia kala. Meskipun terapinya masih berlanjut beberapa kali dalam seminggu.


(49)

39

c. Subjek R Subjek yang berinisial R ini berstatus sudah menikah dengan 2 anak yang bertempat tinggal di daerah Surabaya. Subjek adalah istri dari anggota kesatuan TNI, subjek hidup d keluarga yang menengah ke atas. Sudah setahunan lebih keluarga subjek pindah di perumahan daerah Blitar. Kondisi keluarganya yang sebelumnya bertempat tinggal dengan saudara yang lain membuat subjek sedikit memendam hak keputusan dalam memilih jenis pengobatan yang akan dijalani. Berdasarkan wawancara subjek, peneliti menemukan beberapa ekspresi suram ketika membahas keluarga yang lain, dan kemudian kembali ke topik pengobatan yang subjek jalani. Peneliti pun menghargai privasi tersbut dan berhenti mencari informasi tentang keluarganya. Subjek menderita kanker sejak tahun 2014 pada pemeriksaan itu subjek menjalani beberapa tes untuk mengetahui jenis kanker dan tingkat stadium yang di deritanya. Serangkaan tes kesehatan sudah subjek jalani termasuk Biopsi, Xray atau CT Scan. Setelah mengetahui jenis kankernya subjek dianjurkan untuk menjalani kemoterapi. Significant other yang diambil adalah suami subjek sendiri yang selalu


(50)

40

mendampingi subjek pada saat pengobatan alternatif maupun medis pada saat itu.

Menurut Sarantakos (dalam Poerwandi, 1998), prosedur pangambilan subjek dalam penelitian kualitatif adalah umumnya menampilkan karakteristik yaitu:

1) Diarahkan tidak pada jumlah subjek yang besar, melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian.

2) Tidak ditentukan secara kaku sejak awal tetapi dapat berubah baik dalam jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian.

3) Tidak diarahkan pada keterwakilan (dalam arti jumlah atau peristiwa acak) melainkan kecocokan konteks. Dalam konteks ini peneliti mengambil ketiga subjek dengan alasan ketiga subjek mengalami beberapa kasus serupa tentang penyakit yang dialaminya namun memiliki perjalanan pengobatan alternatif yang berbeda, seperti halnya subjek ke dua yang sudah tidak meyakini lagi pengobatan alternatif karena sudah merasakan bagaimana kerentanan keparahan dan akibat kesalahan penanganan alternatif tertentu.

Subjek dipilih dengan alasan dan pertimbangan seperti yang sudaah ditentukan purposive sampling yang harus memenuhi karakter yang diinginkan serta tidak menyulitkan peneliti dan proses penelitian, menutupi data-data yang


(51)

41

sebenarnya, memilih subjek yang tidak menjadikan penelitian ini buruk di pandangan hal layak.

Alasan dalam memilih significant other:

Pengambilan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memilih subjek dan informan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Dengan pengambilan subjek secara purposif (berdasarkan kriteria tertentu), maka penelitian ini menemukan subjek yang sesuai dengan tema penelitian.

Significant other dipilih karena satu dari sekian orang yang lebih dekat dengan subjek, yang lebih tau tentang kehidupan subjek, dan paling mengerti dengan keadaan subjek dalam kondisi apapun dengan kata lain keluarga. Significant ther juga bisa diambil dari orang terdekat namun bukan keluarga, misalkan tetangga, saudara dekat yang juga mengetahui bagaimana yang dialami subjek serta dipandang dari sisi luar atau dari sisi lain selain pandangan dari anggota keluarga sbjek. Data ini diamil hanya untuk mngetahui seberapa akurat data yang sudah didapat dari keluarga atau significant other yang di maksud dalam penelitian dan di identifikasi serta diinterpretasi dalam hasil penelitian.

Adapun kriteria utama dari subjek penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Dewasa akhir- manula dengan rentan usia 26 – 60 tahun peneliti

mengambil usia ini karena kanker biasanya baru terdeteksi di usia dewasa. b) Seorang yang mendapat diagnose kanker (dibuktikan dengan surat

keterangan diagnosa)


(52)

42

d) Bersedia menjadi subjek penelitian

Untuk mencari subjek yang sesuai dengan kriteria penelitian tersebut, penulis mencari informasi dari beberapa warga Surabaya-Sidoarjo. Dengan demikian penulis menemukan subjek yang sesuai dengan kriteria penelitian tersebut dan memilih S, L dan R sebagai subjek dalam penelitian ini.

Adapun kriteria utama significant other adalah sebagai berikut : 1) Memiliki kedekatan yang baik dengan subjek

2) Telah mengetahui subyek dan mengetahui keseharian subjek Untuk mencari significant other yang sesuai dengan kriteria penelitian tersebut, penulis mencari informasi dari subjek. Dengan demikian penulis menemukan subjek significant other yang sesuai dengan kriteria penelitian tersebut dan memilih V, N dan M sebagai significant other dalam penelitian ini.

Adapun significan other dari pihak pengobatan alternatif pun juga dibutuhkan, untuk kepentingan menambah data tentang bagaimana pengobatan tersebt merubah pola berfikir yang membuat subjek memilih dan menjalani pengobatan tersebut. Utuk memperdalam maksud health belief model itu sendiri peneliti mencoba mencari data secara mendalam melalui observai ringan saat melihat langsung bagaimana prosedur pengobatan yang dilakukan.

Melalui penjelasan dari pegawai atau orang yang mengobati pasien, peneliti akan menggali lebih dalam data mengenai pengobatan alternatif tersebut sehingga mampu meningkatankan kesehatan atau bahkan mampu menyembuhkan segala penyakit. Sebagai seorang muslim yang meyakini bahwa Allah menciptakan sakit pada manusia dan selalu ada obatnya (penyembuhnya) dengan


(53)

43

ketentuan individu tidak menyerah untuk mencari obat tersebut. Dengan kata lain manusia yang diberikan sakit seharusnya tetap berikhtiar untuk sembuh bagaimanapu caranya, yang sesuai degan syariat agama yang dianutnya.

Sumber data pada penelitian ini menggunakan data dari hasil wawancara dari beberapa subjek dan signifikan other. Subjek berasal dari pasien tempat yang menangani pengobatan alternatif. Adapula yang didapat dari informasi teman yang mengenal pasien yang memiliki pengalaman memilih alternatif sebelum menjalani operasi berkali-kali. Beberapa data juga didapatkan dari hasil penelitian terdahulu. Significan others juga diambil berdasarkan Karakterstik yang sudah ditentukan yaitu seorang anggota keluarga yang dekat dengan subjek serta terlibat langsung dalam proses selama subjek memilih dan menjalani pengobatan alternatif.

Beberapa data peneliti dapat dari pendapat individu lain yang tidak menggunakan pengobatan alternatif dan hanya menggunakan pengobatan medis dan mengakui jika individu tesebut sembuh dari penyakitnya. Individu tersebut mengalami ketakutan akan mengalami hal yyang serupa dengan tetangga sebelah rumahnya yang sama-sama memiliki penyakit kanker payudara namun hanya mengandalkan pengobatan alternative sehingga hal yang buruk terjadi. Individu tersebut memiliki keyakinan Nasrani, namun menyerahkan segala hasil dan efek operasi dengan doa sendiri.

Subjek dalam penelitian ini menjalani pengobatan alternatif karena memiliki keyakinan tersendiri tentang bagaimana pengobatan yang sesuai untuk membantu subjek merubah perilaku dan pola hidup sehat. Penelitian ini juga


(54)

44

melibatkan langsung orang-orang sekitar agar penelitian berjalan senatural mungkin. Hambatan dan rintangan juga pasti dialami pada saat pengambilan data secara lapangan, sehingga peneliti juga harus menyesuaiakan keadaan kesehtan subjek penelitian dan tidak menuntut banyak waktu dari subjek. Subjek yang digunakan adalah seorang pasien kanker yang memilih dan menjalani pengobatan alternatif, usia subjek berkisar 26 tahun hingga 60 tahun yang memiliki profesi maupun pengetahuan tentang pengobatan medis maupun alternatif. Untuk mendapatkan hasil data yang akurat dan variatif maka peneliti menggunakan subjek yang memiliki latar belakang social yang berbeda.

D. Cara Penggalian Data

Penggalian data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)

Interview yang sering disebut juga dengan wawancara adalah merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data. (Ali : 1987).

Metode Wawancara yaitu sebuah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh data dan informasi dari yang diwawancarai. Metode wawancara/interviewini peneliti digunakan untuk mengumpulkan data yang dilaksanakan melalui proses tanya jawab secara langsung untuk mendapatkan informasi atau keterangan.


(55)

45

Metode ini digunakan untuk menggali data yang terkait dengan proses merintis usaha subjek, permasalahan-permasalahan dalam usaha subjek dan aspek–aspek resiliensi yang dimiliki oleh subjek. Peneliti harus memperhatikan cara-cara yang benar dalam melakukan wawancara, diantaranya adalah sebagai berikut: (Ali : 1987)

1. Pewawancara hendaknya menghindari kata yang memiliki arti ganda, ataupun yang bersifat ambiguitas.

2. Pewawancara menghindari pertanyaan panjang yang mengandung banyak pertanyaan khusus. Pertanyaan yang panjang hendaknya dipecah menjadi beberapa pertanyaan baru.

Pewawancara hendaknya mengajukan pertanyaan yang konkrit dengan acuan waktu dan tempat yang jelas. (Ali : 1987)

Panduan Interview

Agar pertanyaan dalam wawancara tetap terarah dan tidak bertanya tentang hal-hal yang tidak mendukung atau pertanyaan mengalir terlalu jauh, maka diperlukan adanya paduan wawancara. Panduan wawancara berisi tata laksana tentang apa saja pertanyaan yang akan diberikan kepada subyek, yakni sebagai berikut :

Interview Guide menggunakan metode 5 W & 1 H:

1. What : Apa saja faktor yang meliputi perasaan dan emosi ketika memilih dan menjalani pengobatan alternatif?

2. Where : dimanakah tempat anda dalam melakuakan pengobatan tersebut ? 3. Who : siapakah yang merekomendasikan termpat tersebut?


(56)

46

4. Whay : kenapa anda memilih pengobatan alternatif ?

5. When : Kapan anda merasa berkebutuhan untuk memilih dan menjalani pengobatan ?

6. How : Bagaiman mempertahankan asumsi anda bahwa pengobatan alternatif tersebut benar-benar tepat untuk menangani penyakit anda? Jenis wawancara dalam penggalian data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan wawancara semi terstruk yaitu wawancara yang sudah cukup mendalam karena ada penggabungan antara wawancara yang berpedoman pada pertanyaan yang telah disiapkan dan pertanyaan yang lebih luas dan mendalam dengan mengabaikan pedoman yang sudah ada (Afifudin & Saebani, 2009). Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan significant others untuk memperkaya data penelitian serta membandingkan data yang diperoleh dari responden (Zulfikar & Budiantara, 2012).

Analisis tematik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tematik berdasarkan pendekatan theory driven, dengan melakukan formulasi pada bukti yang mendukung teori yang digunakan (Boyatzis, 1998 dalam Poerwandari, 2007). Penyajian datanya berupa uraian singkat yang berhubungan dengan tema penelitian (Milles & Herman, 1984). Terakhir adalah penarikan kesimpulan dari hasil wawancara lapangan yang didukung oleh bukti-bukti yang ditemukan selama penelitian berlangsung.

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa motivasi pasien berobat alternatif timbul karena pasien mempunyai kepercayaan yang salah tentang pengobatan konvensional. Kepercayaan tersebut adalah adanya kegagalan atau


(57)

47

ketidak pastian pengobatan konvensional, ketakutan akan penggunaan obat kimia yang berlebihan serta adanya tindakan operasi pada penyakit tertentu. Kepercayaan tersebut mendorong pasien untuk mencari alternatif pengobatan lain yang dinilai tepat. Berdasarkan informasi dan pengalaman tentang pengobatan yang diterima, maka pasien akan mulai mencari alternatif atau mencoba-coba pengobatan selain pengobatan konvensional.

Penggunaan obat-obat kimia secara terus menerus dengan dosis tinggi bagi pasien dengan penyakit kronis menimbulkan ketakutan pasien akan dampak yang ditimbulkan. Ada kepercayaan pasien bahwa penggunaan obat-obat kimia sangat berbahaya bagi dirinya. Ketakutan ini dipengaruhi oleh informasi yang diterima masyarakat bahwa penggunaan bahan-bahan kimia pada obat-obatan akan menimbulkan dampak kerusakan ginjal dan organ tubuh lainnya. Hal ini menimbulkan motivasi bagi pasien untuk mencari pengobatan yang menggunakan bahan-bahan alami yang berasal dari tanaman. Pasien percaya bahwa bahan-bahan alami akan lebih aman di tubuh, meskipun ada pasien yang mengkhawatirkan kebersihan dari bahan-bahan tersebut.

E. Prosedur Analitis dan Interpretasi Data

1. Analisis Sebelum Dilapangan

Penelitian ini menggunakan sumber data dari beberapa penelitian terdahulu tentang health belief model yang dapat digunakan untk menggambarkan keyakinan individu dan bagaimana keyakinan tersebut menimbulkan reaksi presepsi maupun prilaku sehat yang akan dipilih untuk dijalani. Dengan berbagai factor yang melatar belakangi terjadinya


(58)

48

health belief model hingga proses pemilihan alternatif sebagai pelayanan kesehatan peneliti menggali data dengan cara wawancara tertutup dengan subjek menggunakan guiden agar wawancara menjadi terarah, namun tidak menutup kemungkinan ada petanyaan tambahan sesuaai kondisi dan jawaaban saaat melakukan wawancara.

Jika penelitian kuantitatif menekankan pada orang, maka penelitian kualitatif menghendaki agar penekanan bukan pada data.Proses pengumpulan dan analisis data baik berupa narasi, deskripsi, dokumen tertulis dan tidak tertulis dilakukan secara simultan. Dalam penelitian ini tahap-tahap analisis yang akan peneliti lakukan adalah: Pertama, mengubah hasil wawancara dalam bentuk verbatim. Kedua, memilah dan memilih data yang relevan untuk keperluan analisis. Artinya, data yang tidak relevan dibuang. Ketiga, menganalisis data yang telah dipilah dan dipilih sesuai dengan kepentingan analisis, dan akhirnya menarik kesimpulan.

2. Analisis selama dilapangan

Menurut miles dan Huberman (1984) ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif yaitu :

a. Reduksi Data

Sebagai panduan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan health belief model pada pasien kanker yang memilih pengobatan alternatif, peneliti menggunakan guiden


(59)

49

wawancara kemudian menyusun proses waancara serta melakukan persiapan sebelum wawancara.

b. Penyajian data

Peneliti menggunakan penyajian data secara verbatim kemudian dianalisis berdasarkan tema yang ditemukan. Tabel untuk menunjukkan hasil dari wawancara sehingga ditemukannya gambaran proses health belief model yang memilih pengobatan alternatif pada setiap subjek atau responden yang terlibat dengan peneliti.Menurut Poerwandari (1998) Pengolahan dan analisis data sesungguhnya dimulai dengan mengorganisasikan data. Dengan data kualitatif yang sangat beragam dan banyak, menjadi kewajiban peneliti untuk mengorganisasikan datanya dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin.

Prosedur analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis tematik dengan melakukan koding terhadap hasil transkrip wawancara yang telah diverbatim dan deskripsi observasi. Koding adalah pengorganisasian data kasar kedalam tema-tema atau konsep-konsep yang digunakan untuk menganalisis data. Penelitian kualitatif melakukan koding terhadap semua data yang telah dikumpulkan. (Newman 2003-200)

Koding dimasukkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang diteliti. Dengan


(1)

89

2. Ketiga subjek memahami keseriusan kanker ketikka tidak

segera ditangani, tapi ketiga subjek memilih pengobatan

alternatif sebagai pengobatan utama.

3. Ketiga subjek hanya mempertimbangkan manfaat

pengobatan alternatif berdasarkan informasi yang diterima,

tanpa mencari tau letak keparahan dan tingkat penanganan

yang harusnya dijalani di medical center.

4. Mereka memilih dan menjalani pengobatan alternatif

dengan berbagai metode karena bagi ketiga subjek tidak

mempertimbangkan kendala atau masalah ang akan

ditimbulkan pada saat berobat alternatif.

5. Linkungan disekitar subjek, memiliki karakteristik

psikologis, dan kondisi demografis yang memberikan

stimulus untuk menggunakan layanan kesehatan alternatif

terlebih dahulu dibandingkan medic sesudah mengalami

diagnose penyakit.

6. Subjek 1 dan 3 memiliki keamaan enggan untuk menjalani

pembedahan dan kemoterapi karena memiliki ketakutan atas

dampak negative pasca pengobatan tersebut, namun untuk

subjek ke 2 tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana

cara pernyebaran kanker yang dialami atau subjek belum

memiliki pengethuan gambaran khusus tentang kanker


(2)

90

B. Saran

Dari hasil penelitan yang sudah dipaparkan peneliti di bab I

hingga bab IV, peneliti juga tak lupa memberikan saran untuk

penelitian selanjutnya, guna menyempurnakan dan memperjelas

bagaimana gambaran kesehatan setiap individu sehingga

menghasilkan perilaku sehat.

1. Saran untuk penelitian selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan lebih

banyak kasus kanker yang beragam, mulai dari staium awal

yang bisa ditangani hanya dengan pembedahan hingga

stadium akhir, menggunakan subjek yang memiki

lingkungan yang tidak berpengaruh dalam keputusan subjek

memlih dan menjalani pengobtan alternatif.

2. Saran untuk badan kesehatan

Badan yang terkait atau organisasi anti kanker diharapkan

memberikan penyuluhaan hingga ke Desa atau

Perkampungan yang sangat mengandalkan alternatif sebagai

pandangan utama tentang penanganan kesehatan yang tepat.

Serta memberikan gambaran kerentanan keparahan ketika

kanker mengalami keterlambatan penanganan.

3. Saran untuk pihak Pengobatan Alternatif

Sebaiknya pihak yang terkait atau pemilik tempat


(3)

91

menggunakan layanan medis ketika kanker masih dalam

tahap awal, sehingga kanker mendapat penanganan yang

tepat dan tingkat kematian akibat kanker dapat di cegah.

4. Saran untuk individu yang mengalami kanker

Sebaiknya individu yang menjadi penderita kanker terlebih

dahulu mencari informasi bagaimana bahaya kanker tanpa

medis, dan mencari informasi bagaimana penanganan yang

tepat, selalu mempertimbangkan dampakpositif dan

negative dari pengobatan ang di jalani sehingga dapat

menentukan menggunakan layanan kesehatan yang lebih

jelas catatan perkembangan kesehatannya yaitu layanan

kesehatan melalui medis. Kemudian barulah didampingi

pengobatan alternatif sesuai persetjuan doker atau pengawas


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aditya & Afif (2015). Gambaran Health Belief Model pada Individu yang

Memilih dan Menjalani Pengobatan Alternatif Sangkal Putung. Surabaya: Universitas Airlangga. Volume 04 No 3

Artikel oleh Humas DPRD Sidoarjo 03 Agustus 2010 diunduh pada sabtu 16 April 2016.

Bassey, R., Aquaisua, A., Edagha, I., Peters, A., &Bassey, E. (2009). The Practice

of Traditional Bone Setting in The South – South Region of Nigeria. The

Internet Journal of Alternative Medicine, 1-6.

Bayat, F., Shojaeezadeh, D., Baikpour, M., Heshmat, R., Baikpour, M., &Hosseini, M. (2013). The Effect of Education on Extended Health Belief

Model in Type 2 Diabetic Patients: a randomized controlled trial. Journal

of diabetes & metabolic disorder, 1-6.

Becker, M. H. the Health Belief Model and Personal Health Behaviour. Health

education Monograps. Vol 2 No 4.

Buglar, M. E., White, K. M., & Robinson, N. G. (2010). The Role of Self-Efficacy in Dental Patients’ Brushing and Flossing: Testing an Extended Health Belief Model. Patient Education and Counseling, 269-272.

Callistus, K. B., Alhassan, A., &Issahaku, M. (2013). Fracture Complications

After Treatment by Traditional Bone Setters in Northern Ghana. Pelagia

Research Library, 207-211.

Conner, M., & Norman, P. (2003). The Health Belief Model. Buckingham: Open

University Press

Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

http://www.gizikia.depkes.go.id/artikel/sebesar-besar-manfaat-pengobatan20%alternatif/?print=pdf

Janz, N. K., & Becker, M. H. (1984). The Health Belief Model: a decade later. Sophe, 1-47.

Janz, N.K., & Becker, M. H. (1984). The Health Belief Model: A Dekade Later. Health Education Quartely, Vol 11 (1), 1-47.

Kurnia, S. H., Kosasih, C.E. & P,A.P. (2012). Faktor - Faktor yang Melatar belakangi Pasien Patah Tulang Berobat ke Pengobatan Tradisional Ahli


(5)

93

Muzaham F. Memperkenalkan sosiologi kesehatan. Penerbit Universitas Indonesia (UIPress). Jakarta 1995.

Notosiswoyo, M., Suprapto, A., Umboh, J. M., &Thaha, A. R. (2001). Review

Penelitian Pengobatan Tradisional Patah Tulang. Media Litbang

Kesehatan, 17-24.

Nugroho, A. (2010, 01 31). Desa Sumput, Kecamatan Sidoarjo, Pusat pengobatan Sangkal Putung. Radar Sidoarjo, hal. 34.

Poerwandari, E. K. (2007). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku

Manusia. Depok: Perfecta.

Poerwandari, E. K. (2007). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku

Manusia. Depok: Perfecta

Renuka, P., & Pushpanjali, K. (2014). Effectiveness of Health Belief Model in Motivating for Tobacco Cessation and to Improving Knowledge, Attitude and Behavior of Tobacco Users. Cancer and Oncology Research, 2 (4), 43-50.

Rosenstock, I. (1974). Historical Origins of The Belief Model. iHealth Education

Sansnee, J., & MacLennan, R. (2002). Health beliefs, perceived self-efficacy, and

breast self-examination among Thai migrants in Brisbane. Blackwell

Publishing, 241-249.

Santiasari, R. N. (2013). Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Tentang Penanganan dan Penyembuhan Patah Tulang di Pengobatan Tradisional

Sangkal Putung Fatimah Sisdoarjo. E-Journal STIKES William Booth

Surabaya, 1-3.

Sarafino, E. P (1994). Health Psychoogy Biopsycholgy Interactions.United States

of America: John Willey &Sons, Inc

Seberapa Besar Manfaat Pengobatan Alternatif. Diakses pada 16 Juni 2016 dari

Hyperlink

http://www.gizikia.depkes.go.id/artikel/seberapa-besar-manfaat-pengobatan 20%alternatif/pdf

Soejono, Sri K, Lamsudin R. Ghofir A. Pengobatan konvensional dan pengobatan komplementer. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 1999:1-10.

Southam, J. D., Silvis, M. L., & Black, K. P. (2010). Sacral Stress Fracture in a Professional. Orthopedics, 1-4.


(6)

94

Sudaryanti, N. Y., Pramesti, T. A., & Murtini, W. (2014). Persepsi Pasien Fraktur

Terhadap Pengobatan Tradisional Patah Tulang. KMB, Maternitas, Anak,

dan Kritis, 170-179.


Dokumen yang terkait

Sindrom Depresif Pada Penderita Kanker Payudara

0 55 58

KECEMASAN PENDERITA KANKER SERVIKS YANG MENJALANI KEMOTERAPI

0 10 2

Determinan Perilaku Pencarian Pengobatan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan Tahun 2013

1 18 114

Health Belief Model.

0 2 16

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KECEMASAN PADA PENDERITA TB PARU YANG MENJALANI PENGOBATAN Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Kecemasan Pada Penderita Tb Paru Yang Menjalani Pengobatan Di Ruang Pojok Tb Rumah Sakit Dr. R. Soeprapto Cepu.

0 3 14

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KECEMASAN PADA PENDERITA TB PARU YANG MENJALANI PENGOBATAN Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Kecemasan Pada Penderita Tb Paru Yang Menjalani Pengobatan Di Ruang Pojok Tb Rumah Sakit Dr. R. Soeprapto Cepu.

0 2 15

PERILAKU MENCARI PENGOBATAN PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA Perilaku Mencari Pengobatan Pada Penderita Kanker Payudara (Studi Kasus pada Penderita Kanker Payudara yang Telah Berhasil Sembuh Menjalani Pengobatan Secara Medis).

0 1 16

PENDAHULUAN Perilaku Mencari Pengobatan Pada Penderita Kanker Payudara (Studi Kasus pada Penderita Kanker Payudara yang Telah Berhasil Sembuh Menjalani Pengobatan Secara Medis).

0 1 12

PERILAKU MENCARI PENGOBATAN PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA Perilaku Mencari Pengobatan Pada Penderita Kanker Payudara (Studi Kasus pada Penderita Kanker Payudara yang Telah Berhasil Sembuh Menjalani Pengobatan Secara Medis).

0 0 24

Health belief model pada pasien yang berobat ke pengobatan alternatif - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 1 19