Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga (1949-1975) T1 152009011 BAB II

BAB II
KAJIAN TEORI dan PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Kajian Teori
1. Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Mendidik dan pendidikan adalah 2 hal yang saling
berhubungan. Dari segi bahasa, mendidik ialah kata kerja,
pendidikan kata benda. Mendidik, kita melakukan suatu kegiatan
atau tindakan. Kegiatan mendidik menunjukan adanya yang
mendidik di satu pihak dan yang dididik di lain pihak. Dengan kata
lain,

mendidik

adalah

suatu

kegiatan


yang

mengandung

komunikasi antara 2 orang atau lebih.
Menurut S.A. Branata dkk, pendidikan adalah usaha yang
sengaja dilakukan/diadakan, baik langsung maupun dengan cara
yang

tidak

langsung,

untuk

membantu

anak

dalam


perkembangannya mencapai kedewasaannya.
Menurut Umar Tirtaharja dan S. L. La Sulo (2008 : 33-36),
pendidikan didefinisikan fungsinya, yaitu :
1. Pendidikan sebagai Proses Tranformasi Budaya
Pendidikan sebagai proses transformasi budaya diartikan
sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Pewarisan budaya ini meliputi kebiasaan-

7

kebiasaan tertentu, larangan-larangan dan anjuran, dan ajakan
supaya generasi penerus dapat bersikap sesuai dengan nilainilai yang dikehendaki oleh masyarakat.
2. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis
dan sistematik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta
didik. Proses pembentukan pribadi ini bertujuan untuk
membentuk pribadi yang dewasa dan bagi peserta didik yang
belum dewasa dan bagi peserta didik yang sudah dewasa
dituntut adanya pengembangan diri agar kualitas kepribadian

menjadi meningkat.
3. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
Pendidikan sebagai penyiapan warga Negara diartikan
sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali
peserta didik agar menjadi warga yang baik. Warga Negara
yang baik dapat diartikan selaku pribadi yang tahu hak dan
kewajibannya sebagai warga Negara.
4. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Tenaga Kerja
Pedidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagi
kegiatan membimbing peserta didik sehingga mempunyai bekal
dalam bekerja. Pembekalan ini berupa sikap, pengetahuan, dan
keterampilan kerja pada calon luaran dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Pendidikan merupakan sarana yang sangat

8

penting untuk membawa kehidupan individu yang tidak
berdaya pada saat permulaan hidupanya menjadi suatu pribadi
yang mampu berdiri sendiri dan berinteraksi dalam kehidupan
bersama orang lain secara konstruktif (Drs. B. Suryosubroto,

2010 : 15-16).
Dalam GBHN, pendidikan pada hakekatnya adalah usaha
sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di
dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
b. Sistem Pendidikan
Sistem diartikan sebagai kesatuan elemen-elemen yang
saling berkaitan dalam mencapai suatu tujuan meliputi input
(masukan), proses, dan output (keluaran). Sistem dalam pendidikan
dimaksudkan

untuk

memaksimalkan

pencapaian

tujuan

pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk mengembangakan bakat
yang dimiliki peserta didik dengan memperhatikan isi pendidikan,

kualitas pendidik, sistem pengawasan dan ukuran evaluasinya
(Suparlan Suhartono, 2008 : 125-126).
Pelaksanaan

berbagai

jenis

pendidikan

mana

pun

memerlukan hal-hal atau faktor-faktor agar kegiatan dapat
terlaksana dengan baik (Drs. B. Suryosubroto, 2010 : 16-24).
Adapun faktor-faktor tersebut, yaitu :

9


1. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan adalah membawa anak didik agar dapat
berdiri sendiri (mandiri) di dalam hidupnya di tengah-tengah
masyarakat.
2. Pendidik
Pendidik yang di maksud adalah orang dewasa yang
bertanggung jawab memberi pertolongan kepada anak didik
yang perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai
tingkat kedewasaannya, maupun berdiri sendiri memenuhi
tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial, dan sebagai
individu (pribadi) yang mandiri.
Pendidik bertugas sebagai medium agar anak didik dapat
mencapai tujuan pendidikan yang sudah dirumuskan. Tanpa
pendidik, tujuan pendidikan mana pun yang telah di rumuskan
tidak akan dapat dicapai oleh anak didik.
3. Anak Didik
Yang dimaksud anak didik disini adalah anak yang belum
dewasa yang memerlukan bimbingan dan pertolongan dari
orang lain yan sudah dewasa, guna dapat melaksanakan
tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai warga negara,

sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau
individu yang mandiri.

10

Setiap

peserta

didik

mempunyai

pembawaan

yang

berlainan. Karena itu, pendidik wajib senantiasa berusaha
untuk mengetahui pembawaan masing-masing anak didiknya,
agar layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan keadaan

pembawaan masing-masing anak didiknya.
4. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan pendidik dalam usahanya untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan. Sarana pendidikan meliputi
: ruangan, peralatan untuk kegiatan belajar, dan media
pendidikan. Dewasa ini semakin pentingnya peranan sarana
pendidikan ini dalam mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan.
5. Lingkungan
Lingkungan dalam pendidikan dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang berada di luar diri anak dalam alam
semesta ini. Lingkungan memberikan pengaruh yang besar
kepada perkembangan anak didik, dan hal ini tidak sulit bagi
kita untuk mencari contoh-contohnya. Lingkungan dapat
dikatakan sebagai “pendidik yang tersembunyi”, karena
pengaruh lingkungan yang tidak sengaja tersebut besar juga
kepada perkembangan anak didik.

11


2. Guru
a. Pengertian Guru
Guru menurut Sudarwan Danim (2010 : 17), diartikan
sebagai

pendidik professional

dengan tugas

mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik dalam jalur pendidikan formal.
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak
usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus
mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang
lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru
dapat juga dianggap seorang guru (wikipedia).

b. Kompetensi Guru
Guru dalam mengembangkan tugas profesinya tersebut
harus mempunyai empat kompetensi utama (Sudarwan Danim,
2010 : 22-25), meliputi :
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi ini terdiri atas 5 subkompetensi, yaitu
memahami peserta didik secra mendalam, merancang
pembelajaran

termasuk

memahami

landasan

pendidikan, melaksaakan pembelajaran, merancang dan
melaksanakanevaluasi

pembelajaran


dan

12

mengembangkan

peserta

didik

untuk

mengaktualisasikan berbagai potensinya.
2. Kompetensi Kepribadian
Guru

sebagai

seorang

pendidik

harus

berkepribadian mantap dan stabil, dewasa, arif,
berwibawa dan berakhlak mulia. Subkompetensi
tersebut akan menunjukan keterbukaan dalam berpikir
dan bertindak.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi

ini

menunjukan

kemampuan

berkomunikasi guru dengan peserta didik, sesame
pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua peserta
didik serta masyarakat.
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi

ini

terdiri

dari

dua

ranah

subkompetensi. Pertama, subkompetensi menguasai
substansi keilmuwan yang terkait dengan bidang studi
antara lain : memahami materi ajar, struktur dan konsep
metode keilmuwan, memahami hubungan konsep antar
mata pelajaran terkait dan menerapkan konsep-konsep
keilmuwan dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua,

subkompetensi menguasai langkah-langkah penelitian

13

dan kalian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau
materi bidang studi.
1. Sejarah Kota Salatiga
a. Salatiga Zaman Kemerdekaan
Berita Proklamasi Kemerdekaan RI dikumandangkan pada
tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta melalui pemancar Domei
Jakarta. Akan tetapi, berita tersebut tidak dapat disebarkan ke
seluruh wilayah Indonesia karena Jepang menduduki kantor-kantor
yang penting, seperti rradio Hoosookyoku, P.T.T (an sich) dan
Jawatan

Kereta

Api.

Dengan

demikian

datangnya

berita

Proklamasi tersebut hanya dapat disampaikan dari mulut ke mulut.
Berita proklamasi kemerdekaan tersebut, baru sampai di Salatiga
pada tanggal 19 Agustus 1945 (MS. Handjojo, 1973 : 26).
Kekuatan tentara Jepang harus di patahkan ,karena Jepang
dengan kenpeitainya tidak bersedia menyerah kepada pejuang kita,
sehingga menimbulkan perebutan dan perlucutan senjata dimanamana seperti di Jogja, Solo, Magelang, ekalongan dan terakhir di
Semarang.
Setelah pertempuran lima hari di Semarang selesai, pada
tanggal 20 oktober 1945 mendaratlah tentara Inggris sebagai
tentara skutu di pelabuhan Semarang. Ternyata tentara Inggris
yang mendarat ini di barengi oleh tentara Belanda yang diikuti oleh
NICA (Nederlands Indish Civil Administration).

14

Sedangkan menurut perjanjian POSDAM tentara sekutu
harus :
1. Melindungi dan mengungsikan tawanan perang dan
tawanan biasa.
2. Melucuti dan mengembalikan tawanan Jepang.
3. Menjaga keamanan dan kententraman umum agar
kedua maksud diatas dapat di laksanakan dengan baik.
Pada tanggal 26 oktober 1945 tentara Inggris tiba di
Ambarawa dan Magelang. Di kota ini timbul kekacauan karena
tindakannya

ternyata

melanggar

kedaulatan

RI,

dengan

membebaskan interniran Belanda di Ambarawa dan Magelang.
Orang-orang belanda yang dibebaskankan ini menjadi amat
sombong dan berusaha untuk menduduki kembali fungsi mereka
seperti sebelum perang dunia ke II. Mereka mengatakan bahwa
Panglima Inggris memegang kekuasaan wilayah Indonesia atas
nama Pemerintah Belanda.
Di dalam kota Ambarawa sendiri sebelumnya telah terjadi
pertempuran antara batalyon TKR Divisi IV Salatiga yang
dipimpin oleh Mayor Soenarto. Ambarawa di kepung dari segala
jurusan. Tentara sekutu untuk menghadapi pertempuran tersebut
menggunakan tentara Jepang. Pada tanggal 5 desember 1945
Benteng Banyubiru di tinggalkan oleh sekutu. Pertempuran di

15

Ambarawa tersebut berlangsung selama 4 hari 4 malam, akhirnya
pada tanggal 15 desember 1945, Ambarawa jatuh di tangan kita
kembali, tentara sekutu terdesak menuju ke kota Semarang.
Oleh karena Salatiga terletak dalam garis Medan Selatan
dengan sendirinya masyarakat kota Salatiga bersama pihak tentara
sehari-hari selalu sibuk dengan mengirimkan balabantuan dan
makanan ke garis depan daerah Ungaran.
Sebelum kota Semarang diduduki keseluruhan oleh NICA,
semua pegawai RI dan rakyat yang cinta pada RI sudah
meninggalkan kota Semarang mengungsi ke pedalaman. Dengan
demikian kota Salatiga yang kecil itu semakin bertambah ramai
penuh dengan kesibukan dalam tetap menegakkan Negara RI.
Batas demarkasi sebelah selatan dari daerah NICA untuk kota
Semarang ialah Srondol.
Setelah NICA bercokol di Semarang , tiada lama kemudian
datang bantuan dari negeri Belanda sati Divisi 7 Desember, yang
terdiri dari tentara KL (Kioniklijke Leger). Dengan adanya bantuan
tersebut bangsa Belanda semakin merasa dirinya kuat dan
menunjukan sikap angkuh dan semena-mena.
Tanggal 20 Juli 1947 Dr. Van Mook, mendapat kuasa penuh
dari pemerintah Belanda untuk mengadakan Aksi Polisioneel,
sehingga pada tanggal 21 Juli 1947 jam 01.00 tentara Belanda
menyerang RI dari segala jurusan baik darat, laut maupun udara.

16

Pada tanggal 21 Juli 1947 ntara jam 11.00 siang dua kapal udara
Mustang terkenal dengan nama Cocor Merah Belanda melayanglayang di atas kota Salatiga. Awalnya pesawat Mustang
diperintahkan ntuk membuat panik dan mengacaukan kota Salatiga
dengan menembakkan peluru-peluru kosong dan hanya boleh
menembak jika ada serangan balik dari bawah.
Dengan adanya tembakan dari bawah Mustang tersebut
memuntahkan peluru tajam dari senapan mesin mengenai
sepanjang jalan Solo di muka pasar Jl. Kalisombo dan sekitar Hotel
Kalitaman. Akibat, dari serangan ini 2-3 orang mendapat luka-luka.
Keesokan harinya tanggal 22 Juli 1947 tentara KNIL mengadakan
patroli dengan jalan kaki dari arah Jl. Tuntang. Pada tanggal 23
Juli 1947 keesokan harinya tentara Belanda kembali masuk ke
Salatiga dan mengadakan penyerangan, namun dalam penyerangan
itu tidak ada perlawanan yang berarti dari pihak kita dan mereka
mengundurkan diri di selatan di daerah Surakarta dan ke Timur di
daerah Susukan untuk selanjutnya menjalankan perang gerilya.
Walikota Salatiga Soemitro dengan beberapa stafnya
mengungsi ke Sulusari Kabupaten Grobgan. Setelah tentara
Belanda dapat menduduki kota Salatiga, maka mereka memperluas
daerah pendudukan dengan batas selatanya Sungai Ketangi
(Tengaran). Dengan demikian, maka seluruh Kabupaten Semarang
hanya tersisa tiga desa dari Asistenan Tengaran dan 13 desa dari

17

Asistenan Susukan yang belum di kuasai NICA. Kota Salatiga
tidak aman selama pendudukan NICA, seringkali terdengar letusan
tembakan di malam hari dari para geriyawan maupun perampok.
Ketika pendudukan NICA di Salatiga, maka kedudukan Salatiga
sebagai kotapraja di hapuskan.
Pada tanggal 18 Desember 1948, dikabarkan melalui radio
bahwa Belanda tidak terikat lagi oleh perjanjian Renville. Berita
tersebut menandai agresi militer kedua yang dilakukan oleh
Belanda kota Salatiga yang menjadi penghubung diantara Kota
Surakarta dan Yogyakarta menjadi semakin ramai karena Belanda
berhasil menduduki kedua kota tersebut. Penyerbuan Belanda ke
Indonesia diakhir setelah terpenuhinya Konferensi Meja Bundar
(KMB). Tanggal 4 Agustus 1949 presiden Republik Indonesia
mengumumkan perhentian tembak menembak di seluruh Indonesia.

18

4.

Penelitian Yang Relevan
Adapun beberap tulisan yang berkaitan dengan judul penulis antara
lain, skripsi yang berjudul “Sejarah Sekolah Menengah Pertama Stella
Matuttina di Salatiga (1970-2008)” oleh Soraya Atika Ony. Penelitian
ini membahas tentang sejarah perkembangan Sekolah Menengah
Pertama Stella Matuttina yang dulu bernama Sekolah Menengah
Pertama Pangudi Luhur Putri dan lepasnya Sekolah Menengah Pertama
Stella Matutina dengan Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur
Putra.
Penelitian yang lain dengan judul “Sejarah Sekolah Guru B di
Salatiga (1950-1961) oleh Dian Luckitaningtyas. Penelitian ini
membahas tentang tenaga guru di Salatiga, sekolah guru di Salatiga dan
perkembangan Sekolah Guru B di Salatiga.

19

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga (1949-1975)

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga (1949-1975) T1 152009011 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga (1949-1975) T1 152009011 BAB IV

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga (1949-1975) T1 152009011 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga (1949-1975)

0 0 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga Tahun 1970-2008 T1 152008003 BAB II

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pemecahan Masalah Barisan dan Deret Siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Tuntang T1 202008080 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pemecahan Masalah Barisan dan Deret Siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Tuntang T1 202008080 BAB II

2 13 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pemecahan Masalah Barisan dan Deret Siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Tuntang T1 202008080 BAB IV

0 1 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pemecahan Masalah Barisan dan Deret Siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Tuntang T1 202008080 BAB V

0 0 2