PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER MODEL TUTORIAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI.

(1)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 17

C. Pertanyaan Penelitian ... 17

D. Tujuan Penelitian ... 18

E. Manfaat Penelitian ... 19

F. Defenisi Operasional ... 20

G. Hipotesis Penelitian ... 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 22

A. Konsep Belajar dan Pembelajaran ... 22

1. Konsep Belajar ... 22

2. Konsep Pembelajaran... 37

B. Media Pembelajaran ... 43

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 43

2. Kedudukan Media Pembelajaran ... 45

3. Pentingnya Media Pembelajaran ... 47

4. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 50

5. Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 53

6. Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran ... 54 halaman


(2)

1. Komputer sebagai Multimedia Pembelajaran Interaktif ... 61

2. Pembelajaran Berbasis Komputer Model Tutorial ... 67

D. Hakakat Mata Pelajaran Geografi ... 78

1. Pengertian Mata Pelajaran Geografi ... 78

2. Tujuan Mata Pelajaran Geografi ... 80

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Geografi ... 81

4. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Geografi ... 82

E. Hasil Belajar ... 83

1. Pengertian Hasil Belajar ... 83

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar ... 86

3. Pengukuran Hasil Belajar ... 88

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 92

A. Metode dan Desain Penelitian ... 92

B. Variabel Penelitian ... 95

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 95

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 97

E. Teknik Pengolahan Data ... 104

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 106

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 107

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 109

1. Pelaksanaan Eksperimen ... 109

2. Deskripsi Hasil Belajar Siswa ... 117

3. Deskripsi Respon Siswa ... 119

4. Deskripsi Respon Guru ... 129

5. Deskripsi Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Pembelajaran Geografi Berbasis Komputer ... 130


(3)

D. Pembahasan ... 143

1. Perbedaan Hasil Belajar Siswa ... 143

2. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Geografi Berbasis Komputer ... 155

3. Respon Guru Terhadap Pembelajaran Geografi Berbasis Komputer ... 159

4. Faktot-faktor Penghambat dan Pendukung Penerapan Pembelajaran Geografi Berbasis Komputer ... 161

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 167

A. Simpulan ... 167

B. Rekomendasi ... 169

DAFTAR PUSTAKA ... 172


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sangat pesat, telah membawa perubahan di berbagai aspek kehidupan manusia. Selain mendatangkan manfaat bagi kehidupan manusia, perubahan tersebut juga membawa manusia kedalam era globalisasi yang syarat akan persaingan. Agar mampu berperan dan memenangkan persaingan dalam percaturan global saat ini, bangsa Indonesia perlu terus berbenah diri untuk mengembangkan dan meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu manusia yang memiliki kecenderungan kuat untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal baik potensi sosial, intelektual maupun moral spiritualnya melalui upaya pendidikan yang terarah dan berencana. Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan pemerintah dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan pada dasarnya memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Tujuan pendidikan dapat diwujudkan melalui iklim pendidikan yang kondusif. Kendati demikian realitas


(5)

kondisi pendidikan di Indonesia masih menunjukkan berbagai permasalahan pendidikan yang sangat kompleks. Niniwanty (2009: 2) permasalahan pendidikan dapat ditinjau dari sudut mikro misalnya, dari rendahnya kualitas output pendidikan, keterbatasan dana pendidikan, minimnya sarana dan prasarana yang mendukung proses pendidikan, profesionalisme guru, kurangnya perhatian pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru, perubahan kebijakan, dan lain sebagainya. Ditinjau dari sudut makro permasalahan pendidikan dihadapkan pada relevansi pendidikan dengan dunia kerja, mutu pendidikan, efisiensi serta pemerataan pendidikan. Permasalahan-permasalahan tersebut sangat mempengaruhi kualitas pendidikan, sehingga kualitas pendidikan di Indonesia menunjukkan hasil yang belum menggembirakan, dan salah satu indikatornya adalah posisi kualitas sumber daya manusia dalam perspektif Human Development Index (HDI) tahun 2010 yang dipublikasikan oleh United Nations Development Programme (UNDP), di mana posisi Indonesia menempati peringkat ke-108 dari 169 negara di dunia. Sementara negara-negara ASEAN lain seperti Singapura menempati peringkat 27, Brunei Darussalam peringkat ke-37, Malaysia ke-57, Thailand ke-92, dan Filipina ke-97 (Human Development Reports, 2010).

Guna mengatasi kondisi tersebut pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, di antaranya dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menggantikan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang kemudian


(6)

disusul dengan aturan operasional berupa Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Selanjutnya dikeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Permen 22 dan 23 Tahun 2006, yang lebih dikenal dengan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Seluruh Undang-undang dan peraturan tersebut ditujukan sebagai penyediaan payung hukum bagi perbaikan kualitas pendidikan.

KTSP merupakan sebuah kebijakan pemerintah yang harus dijadikan pedoman bagi setiap satuan pendidikan, sebagai sebuah produk inovasi dalam pengorganisasian kurikulum saat ini, untuk dapat disesuaikan dan diterapkan melalui proses pembelajaran. Hal ini agar penyelenggaraan pendidikan berjalan dengan baik dan berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas pendidikan, terutama ditentukan oleh proses pembelajaran yang diselenggarakan pada lembaga pendidikan di sekolah, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) : a. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Proses,

Pasal 19 ayat 1 dinyatakan bahwa :

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Kurikulum, yang salah satu prinsip pelaksanaanya


(7)

melalui pendekatan multistrategi, multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, serta memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan dalam Program Pembelajaran, yang mengisyaratkan agar setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya dengan cara:

a) merujuk perkembangan metode pembelajaran mutakhir; b) menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, inovatif dan tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran; c) menggunakan fasilitas, peralatan, dan alat bantu yang tersedia secara efektif dan efisien; d) memperhatikan sifat alamiah kurikulum, kemampuan peserta didik, dan pengalaman belajar sebelumnya yang bervariasi serta kebutuhan khusus bagi peserta didik dan yang mampu belajar dengan cepat sampai lambat; e) memperkaya kegiatan pembelajaran melalui lintas kurikulum, hasil-hasil penelitian dan penerapannya; f) mengarahkan kepada pendekatan kompetensi agar dapat menghasilkan lulusan yang mudah beradaptasi, memiliki motivasi, kreatif, mandiri, mempunyai etos kerja yang tinggi, memahami belajar seumur hidup, dan berfikir logis dalam menyelesaikan masalah.

Peraturan pemerintah dan Permendiknas tersebut menuntut agar setiap satuan pendidikan melakukan proses pembelajaran yang efektif dan efisien untuk mengembangkan setiap potensi yang dimiliki oleh peserta didik secara optimal. Dalam hal ini guru memegang peran penting dalam merancang/mengatur lingkungan guna menyediakan pengalaman belajar yang sesuai dengan potensi peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peraturan ini juga mengharuskan para guru agar lebih terampil, memiliki motivasi dan kreatifitas yang tinggi untuk mampu merancang model pembelajaran yang bervariasi, inovatif dan tepat guna, didukung oleh pemanfaatan media dan teknologi yang


(8)

memadai sebagai sumber belajar guna menciptakan proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik, sehingga pada akhirnya berimplikasi pada peningkatan kualitas pendidikan dan SDM di Indonesia. Pada kondisi ini, media merupakan komponen penting yang dapat menentukan kualitas penyampaian informasi dan pengetahuan kepada siswa.

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi yang melibatkan tiga komponen yaitu (1) komponen pengirim pesan (guru), (2) komponen penerima pesan (siswa), dan (3) komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Pesan yang dikirimkan oleh guru berisi materi pelajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata dan tulisan) maupun non verbal (Rusman, 2009: 152). Dalam proses komunikasi ini sering terjadi kegagalan, karena materi pelajaran atau pesan yang disampaikan pengirim (guru) tidak optimal, artinya tidak selamanya materi pelajaran yang disampaikan guru dapat diterima atau dipahami siswa, bahkan adakalanya siswa salah menangkap isi pesan (Sanjaya, 2009: 206). Sebagai sumber pesan, guru harus menciptakan kondisi yang memungkinkan proses komunikasi berjalan lancar, agar pesan yang disampaikan dapat diterima melalui “chanel “ yaitu alat-alat indera siswa. Oleh sebab itu, dalam proses komunikasi atau pembelajaran diperlukan saluran yang berfungsi untuk mempermudah penyampaian pesan misalnya dengan menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran bukan hanya dapat memperlancar proses komunikasi, akan tetapi


(9)

dapat merangsang siswa untuk merespon dengan cepat tentang pesan yang akan disampaikan.

Apabila guru berperan sebagai pengelola pesan, maka yang menjadi sumber pesan bukan guru melainkan sumber lain. Dalam konteks ini guru hanya berperan sebagai pencipta kondisi dan pengontrol, agar proses komunikasi antara siswa sebagai penerima pesan dengan sumber pesan terhindar dari gangguan (noise) yang dapat membuat proses komunikasi menjadi tidak lancar.

Media merupakan komponen penting dalam aktivitas pembelajaran, jika digunakan dengan semestinya. Sebagaimana Gerlach dan Ely (1980: 241) menjelaskan: “ Instructional media play a key in the disign and use of systematic instruction”. Dalam pendekatan sistem, media instruksional mempunyai peran kunci dalam pembelajaran karena media merupakan satu komponen dari komponen-komponen lain yang membentuk sistem instruksional secara keseluruhan yang mempengaruhi hasil belajar.

Geografi merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang dipelajari di Madrasah Aliyah. Permendiknas No. 22 tahun 2006 menetapkan bahwa geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek spasial dan ekologis dari eksistensi manusia. Bidang kajian geografi meliputi bumi, aspek dan proses yang membentuknya, hubungan kausal dan spasial manusia dengan lingkungan, serta interaksi manusia dengan tempat. Sebagai suatu disiplin integratif, geografi memadukan dimensi alam fisik dengan


(10)

dimensi manusia dalam menelaah keberadaan dan kehidupan manusia di tempat dan lingkungannya.

Pembelajaran geografi di Madrasah Aliyah telah berlangsung lama, namun sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan pada mata pelajaran geografi di Madrasah Aliyah Swasta Kota Pekanbaru, mengindikasikan bahwa tuntutan agar guru mampu merancang model pembelajaran yang bervariasi, inovatif dan tepat guna, didukung oleh pemanfaatan media dan teknologi mutakhir, sesuai dengan pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Proses, Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Kurikulum dan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan dalam Program Pembelajaran, kurang begitu banyak diperhatikan. Hal ini berdampak pada rendahnya perolehan hasil belajar siswa. Berdasarkan data dari Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional nilai rata-rata Ujian Nasional mata pelajaran geografi Tahun Pelajaran 2009/2010 untuk Madrasah Aliyah se-Kota Pekanbaru adalah 6,745, lebih rendah dari nilai rata-rata Ujian Nasional pelajaran geografi untuk SMA se-Kota Pekanbaru yaitu 7,036 (Depdiknas, 2010).

Data rerata hasil Ujian Nasional mata pelajaran geografi Tahun Pelajaran 2009/2010 untuk Madrasah Aliyah se-Kota Pekanbaru di atas didukung dengan fenomena yang dapat diamati pada Madrasah Aliyah Swasta di Kota Pekanbaru yakni:


(11)

1. Guru cendrung menggunakan metode konvensional. Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari guru bidang studi geografi dilapangan, mengindikasikan bahwa hal ini terjadi disebabkan pelatihan yang diterima oleh guru-guru geografi pada Madrasah Aliyah Sawasta selama ini sangat kurang atau bahkan jarang sekali, dan belum berjalannya MGMP mata pelajaran geografi dengan baik.

2. Kemampuan guru merancang dan memanfaatkan media masih kurang, hal ini terlihat dari proses pembelajaran masih bersifat verbal dan klasikal atau cendrung kearah pembahasan tematik teoritik dengan text book orientied yang dilakukan secara terpusat pada guru (teacher centered). Pendekatan belajar seperti di atas mengakibatkan guru lebih aktif sedangkan siswa terkesan pasif dan hanya menghafal serta menerima materi yang diberikan oleh guru saja. Akibatnya pembelajaran kerap kali jadi membosankan, tidak menarik, siswa kurang aktif, pemahaman siswa terhadap materi sangat kurang.

3. Sarana dan prasarana yang dimiliki Madrasah Aliyah Swasta di Kota Pekanbaru sudah tersedia, namun sarana dan prasarana tersebut belum dioptimalkan penggunaannya, baik sebagai media maupun sebagai sumber belajar.

4. Media yang umunya sering dimanfaatkan oleh guru pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung adalah media konvensional berupa papan tulis dan media cetak khususnya buku-buku paket atau teks geografi. Namun kenyataannya kebanyakan buku-buku paket atau teks geografi sangat


(12)

tergantung pada verbal symbols (kata-kata) yang bersifat sangat abstrak. Sedangkan media berbasis komputer seperti (power point) sangat jarang digunakan bahkan ada sekolah yang belum pernah memanfaatkan komputer sebagai media pembelajarannya.

5. Kebutuhan dan minat peserta didik dalam proses pembelajaran seringkali diabaikan dan terpenting bagi guru adalah memberikan informasi dengan cara yang disarankan atau dicontohkan dalam buku.

6. Hasil belajar geografi siswa belum menunjukkan prestasi yang menggembirakan, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mengikuti remedial.

Purwanto (2010: 30-31) dalam pidato pengukuhan guru besar yang menandai keahlian kegurubesaran Universitas Negeri Malang (UM) dari jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial (FIS) mengungkapkan tentang “Problematika Pembelajaran Geografi” mempengaruhi rendahnya kualitas pembelajaran yang berdampak pada rendahnya hasil belajar geografi diduga disebabkan oleh beberapa komponen-komponen, dan salahsatunya adalah komponen media pembelajaran. Menyinggung tentang komponen media pembelajaran Purwanto menjelaskan secara khusus bahwa karena banyaknya konsep kongkrit dalam bahan ajar geografi dan keharusan penerapan pendekatan keruangan, maka penggunaan media pembelajaran, terutama: gambar, foto, peta, globe, dan bahkan film merupakan suatu keharusan. Konsep kongkrit seperti: gunung, sungai, danau dan sebagainya, tidak perlu di definisikan tetapi ditunjukkan contohnya. Dalam buku teks geografi, konsep kongkrit didefinisikan


(13)

tanpa menggunakan contoh kongkrit. Akibatnya, sebagian besar siswa menganggap geografi tak lebih dari sekadar ilmu yang harus dihafal.

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Maryani (2007: 931) bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan geografi dianggap tidak menarik untuk dipelajari,

pertama, pelajaran geografi seringkali terjebak pada aspek kognitif tingkat rendah, yaitu menghafal nama-nama tempat, sungai, dan gunung, atau sejumlah fakta lainnya. Kedua, ilmu geografi seringkali dikaitkan dengan sebagai ilmu yang hanya membuat peta. Ketiga, geografi hanya menggambarkan tentang perjalanan manusia di permukaan bumi. Keempat, proses pembelajaran geografi cenderung bersifat verbal; kurang melibatkan fakta-fakta aktual, dan tidak menggunakan media kongkrit dengan teknologi mutakhir. Kelima, kurang aplikabel dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang saat ini.

Studi geografi mempelajari studi keruangan tentang gejala-gejala geografi (Sumaatmadja, 1988: 45), gejala-gejala geografi tersebut merupakan gejala yang konkrit atau nyata dalam kehidupan manusia. Keberadaan gejala-gejala yang nyata ini terkait dengan konsep-konsep geografi dengan pola yang bersifat abstrak yaitu adanya (penyebaran, relasi, fungsi, bentuk, serta proses yang kompleks) bahkan terkadang di luar pengalaman siswa sehari-hari. Beberapa konsep yang berkaitan erat dengan gejala-gejala geografi yang konkrit atau nyata misalnya pembentukan tata surya berdasarkan teori-teori dari para ahli, proses terjadinya gempa bumi yang diakibatkan oleh tenaga endogen, proses terjadinya Elnino dan Lanina yang diakibatkan oleh perubahan suhu, proses terjadinya siklus hidrologi yang melibatkan unsur-unsur pembentuknya dan beberapa konsep lainnya, sehingga untuk mensimulasikan berbagai proses yang terjadi tidak mungkin diamati secara langsung atau dilakukan dilaboratorium nyata. Dengan


(14)

mempelajari konsep dari gejala-gejala geografi yang ada, maka akan dengan mudah memahami sebab, akibat, hubungan, fungsi, proses terjadinya gejala dan masalah sehari-hari disekitar kita.

Mengingat karakteristik materi geografi dalam memudahkan tercapainya sasaran mata pelajaran tersebut maka pembelajaran geografi seharusnya tidak hanya memberikan berbagai informasi dan pengetahuan konsep dalam bentuk tekstual tetapi juga visual konsep dalam setiap proses objek kajiannya. Upaya yang dapat dilakukan guru untuk menjelaskan konsep dari gejala-gejala geografi yang konkrit agar mencapai tujuan pembelajaran dan terjadinya peningkatan kualitas hasil belajar adalah, dengan penggunaan media yang tepat dan representatif.

Merujuk pada permendiknas No. 22 tahun 2006, dan 19 Tahun 2005 tentang Standar Proses serta hakikat pembelajaran geografi yang sebenarnya, berbagai permasalahan pada pembelajaran geografi di Madrasah Aliyah Swasta di atas dapat diatasi apabila didalam pembelajarannya guru menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered) dengan pemanfaatan media pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan mata pelajaran geografi, agar dapat memenuhi kebutuhan semua siswa, terciptanya proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik, meningkatkan aktivitas siswa, dan terpenuhinya pemahaman siswa terhadap materi yang pada akhirnya diharapkan mampu memperbaiki hasil belajar siswa secara optimal sesuai dengan standar dan tuntutan kurikulum.


(15)

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah pembelajaran tersebut adalah dengan pemanfaatan hasil teknologi berupa komputer. Guru hendaknya mampu memilih dan menggunakan model pembelajaran yang didukung oleh pemanfaatan media dan teknologi mutakhir, agar mempermudah pemahaman siswa terhadap materi dan konsep-konsep geografi melalui Pembelajaran Berbasis Komputer. Kegiatan pembelajaran dengan bantuan komputer atau lebih dikenal sebagai Computer Based Instruction (CBI) merupakan istilah umum untuk segala kegiatan belajar mengajar yang menggunakan komputer, baik sebagian maupun secara keseluruhan. Pembelajaran berbasis komputer (CBI) adalah sebuah konsep baru dalam dunia pendidikan dan pembelajaran yang muncul sebagai wujud nyata dari globalisasi Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Komputer merupakan jenis media yang secara virtual dapat menyediakan respon yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh siswa. Perkembangan teknologi yang pesat saat ini, telah memungkinkan komputer memuat dan menayangkan beragam bentuk media di dalamnya. Dengan pola pembelajaran ini diharapkan setiap siswa mampu lebih berfikir kreatif, memperoleh gambar objek secara keseluruhan sehingga tercapai proses pembelajaran geografi yang sesuai dengan standar dan tuntutan kurikulum.

Beberapa bentuk penggunaan komputer sebagai media yang dapat digunakan dalam pembelajaran, menurut (Rusman, 2009: 174) meliputi:

a. Penggunaan Multimedia Presentasi: digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang sifatnya teoritis, digunakan dalam pembelajaran klasikal dengan group belajar yang cukup banyak di atas 50 orang. Media ini cukup efektif sebab menggunakan multimedia proyektor yang memilki jangkauan pancar cukup besar.


(16)

b. Multimedia Interaktif: dapat digunakan pada pembelajaran disekolah, sebab cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa terutama komputer. Sifat media ini selain interaktif, juga bersifat multimedia dan terdapat unsur-unsur media secara lengkap yang meliputi sound, animasi, video, teks, dan grafis. Beberapa model multimedia interaktif berbasis komputer diantaranya sebagai berikut:

1. Model Drill and Practice: model drill dan praktek dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penyediaan latihan-latihan soal.

2. Model Tutorial: CBI model tutorial merupakan program pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak komputer yang berisi tujuan, materi pelajaran, pengorganisasian materi, latihan dan evaluasi. Sifat dari model tutorial ini adalah mastery learning, yaitu menuntut ketuntasan belajar.

3. Model Simulasi: model Simulasi dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penciptaan tiruan– tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya. 4. Model Games Instruction: model permainan ini dikembangkan

berdasarkan “ pembelajaran menyenangkan”, di mana peserta didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan aturan permainan.

Dari model–model pembelajaran berbasis komputer di atas, pembelajaran menggunakan multimedia interaktif model tutorial yang paling banyak menjadi pilihan dalam proses pembelajaran, karena model ini memberi bimbingan dan arahan kepada peserta didik secara tuntas menguasai materi dengan cepat dan menarik.

Penggunaan multimedia berdampak positif dalam membangun pembelajaran yang bermakna (meaningful learning). Siswa akan lebih menghayati keseluruhan proses belajar mengajar dengan hadirnya multimedia dalam pembelajaran. Hal ini senada diungkapkan oleh (Abdulhak dan Sanjaya, 1995). Teknologi multimedia komputer memiliki kemampuan untuk mengontrol elemen-elemen yang ada, yang dikenal dengan interactive multimedia (multimedia interaktif). Tampilan yang bervariasi dengan elemen-elemen pengontrol yang ada


(17)

dalam software multimedia interaktif memungkinkan guru untuk lebih leluasa memilih, mensintesis, dan mengelaborasi pengetahuan-pengetahuan yang ingin diberikan agar lebih mudah dipahami siswa (Clintock, 1992: 10).

Multimedia sebagai alat bantu dalam pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya: (1) Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif. (2) Mampu menimbulkan rasa senang selama PBM berlangsung sehingga akan menambah motivasi siswa. (3) Mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik, animasi gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling mendukung sehingga tercapai tujuan pembelajaran. (4) Mampu menvisualisasikan materi yang abstrak. (5) Media penyimpanan yang relatif gampang dan fleksibel. (6) Membawa obyek yang sukar didapat atau berbahaya ke dalam lingkungan belajar. (7) Menampilkan obyek yang terlalu besar kedalam kelas. (8) Menampilkan obyek yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. (Rakim, 2008).

Dengan menggunakan teknologi komputer terutama multimedia interaktif model Tutorial pada pembelajaran, dimungkinkan materi dapat disajikan dalam bentuk tekstual maupun visual disertai dengan evaluasinya sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan dapat terukur pada waktu pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran berbasis komputer dengan model tutorial adalah sebuah program pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak berupa program komputer yang berisi materi pelajaran. Dalam pembelajaran berbasis komputer model Tutorial ini, sajian utamanya berupa bacaan, demonstrasi, penentuan bacaan atau pengalaman yang membutuhkan respon secara oral dan tulisan dan adanya ujian. Tujuan dari sebuah pengajaran tutorial adalah untuk memberikan pemahaman secara tuntas (Mastery) kepada siswa mengenai materi atau bahan pelajaran yang sedang dipelajarinya (Hernawan, dkk. 2000: 25-26).


(18)

Melalui pembelajaran ini, komputer sebagai tutor berorientasi pada upaya membangun perilaku siswa melalui penggunaan komputer, yang secara sederhana pola-pola pengoperasiannya meliputi: komputer menyajikan materi, siswa memberikan respon, respon siswa dievaluasi oleh komputer dengan orientasi pada arah siswa dalam menempuh presentasi berikutnya, melanjutkan atau mengulangi tahapan sebelumnya.

Gora (2005: 5), menyatakan penggunaan komputer model tutorial sebagai media pembelajaran memberi kemungkinan pengelolaan proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, karena penggunaan komputer model ini mempunyai berbagai manfaat, seperti:

(1) Menyajikan informasi yang bervariasi kepada siswa melalui penggunaan animasi, presentasi, dan penyajian materi dalam bentuk teks; (2) Menciptakan lingkungan belajar dengan interaksi tinggi antara siswa dengan bahan belajar; dan (3) Meningkatkan proses berfikir siswa dengan penekanan kepada pembelajaran berpusat pada siswa.

Beberapa penelitian terdahulu menguatkan pernyataan bahwa penggunaan media komputer merupakan alat yang memberikan perbedaan yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian yang dilakukan Rusman (2007) menyimpulkan bahwa komputer merupakan perangkat yang dapat membantu peningkatan kompetensi siswa pada mata pelajaran matematika. Demikian pula Riswanti, A (2007) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan hasil pembelajaran berbasis komputer dengan model tutorial pada aspek pemahaman, selanjutnya Putra,T.G (2007) menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis komputer dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berfikir kritis siswa yang diperkuat oleh hasil penelitian Rusyana (1998) yang menyimpulkan


(19)

bahwa pembelajaran berbasis komputer memberikan kontribusi prestasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan model konvensional. Kustandi, C. (2008) juga mengujicobakan pembelajaran interaktif model vidio tutorial pada mata pelajaran TIK, menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan program interaktif model vidio tutorial. Begitu juga penelitian yang dilakukan Nurhalim, M (2008) menyimpulkan pembelajaran berbasis komputer model tutorial memberikan kontribusi prestasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan model konvensional

Berbagai keunggulan pembelajaran berbasis komputer dan hasil penelitian diatas membuktikan bahwa pembelajaran berbasis komputer pada umumnya mampu memberikan sumbangan yang positif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini memfokuskan pada efektifitas pembelajaran berbasis komputer model tutorial untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang diterapkan pada mata pelajaran geografi di Madrasah Aliyah Swasta Kota Pekanbaru. Tentunya dengan menerapkan pembelajaran berbasis komputer model tutorial diharapkan agar, dapat memenuhi kebutuhan semua siswa, terciptanya proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik, meningkatkan aktivitas siswa, dan terpenuhinya pemahaman siswa terhadap materi yang pada akhirnya diharapkan mampu memperbaiki hasil belajar siswa secara optimal sesuai dengan standar dan tuntutan kurikulum.


(20)

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Efektifitas Penerapan Pembelajaran Berbasis Komputer Model Tutorial Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Di Madrasah Aliyah Swasta Kota Pekanbaru?

Dengan penerapan pembelajaran berbasis komputer ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan seperti bersifat verbal dan klasikal, pembelajaran membosankan dan tidak menarik, siswa kurang aktif, pemahaman siswa terhadap materi sangat kurang dan pada akhirnya mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran.

Pembatasan masalah dalam penelitian ini difokuskan pada pembelajaran berbasis komputer model tutorial, dengan penerapan pada mata pelajaran geografi kelas X pokok bahasan Hidrosfer, khusus membahas materi Perairan Darat. Sedangkan hasil belajar, dalam penelitian ini mengarah pada ranah kognitif.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan dan pembatasan masalah di atas dapat dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberikan treatment?

2. Apakah terdapat perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis komputer model tutorial dengan hasil


(21)

belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran ekspository pada mata pelajaran geografi di Madrasah Aliyah Swasta Kota Pekanbaru?

3. Bagaimana respon siswa mengenai pembelajaran berbasis komputer model tutorial pada mata pelajaran geografi yang diterapkan di Madrasah Aliyah Swasta Kota Pekanbaru?

4. Bagaimana respon guru mengenai pembelajaran berbasis komputer model tutorial pada mata pelajaran geografi yang diterapkan di Madrasah Aliyah Swasta Kota Pekanbaru?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penerapan pembelajaran berbasis komputer model tutorial terhadap hasil belajar siswa dibanding dengan model pembelajaran ekspository yang biasa dilakukan oleh guru pada mata pelajaran geografi di Madrasah Aliyah Swasta Kota Pekanbaru.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Mengukur signifikansi perbedaan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberikan treatment.

2. Mengukur signifikansi perbedaan antara hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis komputer model tutorial dengan hasil belajar siswa


(22)

yang mengikuti model pembelajaran ekspository pada mata pelajaran geografi di Madrasah Aliyah Swasta Kota Pekanbaru.

3. Mengetahui bagaimana respon siswa mengenai pembelajaran berbasis komputer model tutorial yang diterapkan di Madrasah Aliyah Swasta Kota Pekanbaru.

4. Mengetahui bagaimana respon guru mengenai pembelajaran berbasis komputer model tutorial yang diterapkan di Madrasah Aliyah Swasta Kota Pekanbaru.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan semua siswa, terciptanya proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik, meningkatkan aktivitas siswa, dan terpenuhinya pemahaman siswa terhadap materi yang pada akhirnya diharapkan mampu memperbaiki hasil belajar siswa secara optimal sesuai dengan standar dan tuntutan kurikulum.

2. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan berguna untuk membantu memecahkan masalah dalam pembelajaran geografi yang dihadapi selama ini, dan dapat menjadi salah satu alternatif pilihan bagi guru untuk merancang model pembelajaran inovatif dan kreatif di dukung oleh media pembelajaran yang efisien dan efektif merujuk pada perkembangan mutakhir


(23)

3. Bagi sekolah

Penelitian ini sebagai masukan di dalam mengembangkan program pembelajaran, maupun Pembelajaran Berbasis Komputer (Computer Based Instruction), serta meningkatkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien untuk mengembangkan setiap potensi yang dimiliki oleh peserta didik secara optimal.

F. Definisi Operasional

Untuk memperjelas ruang lingkup penelitian ini, maka diperlukan definisi operasional sebagaimana berikut:

1. Pembelajaran Berbasis Komputer Model Tutorial

Pembelajaran Berbasis Komputer Model Tutorial merupakan salah satu aktivitas pembelajaran yang menggunakan komputer untuk menjalankan program pembelajaran yang sudah dikemas dalam bentuk CD multimedia interaktif. Tujuannya untuk memberi tutorial atau bimbingan belajar secara interaktif kepada peserta didik untuk menguasai dan memahami materi pembelajaran dengan cepat, menarik, dan tuntas guna meningkatkan hasil belajar siswa yang dikemas secara lengkap dan terintegrasi meliputi unsur sound, animasi, video, teks dan grafis. 2. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa merupakan perubahan perilaku siswa yang diperoleh setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam suasana pembelajaran. Perubahan perilaku dalam penelitian ini diindikasikan dengan penguasaan konsep terhadap materi pelajaran. Untuk mengukur hasil belajar dilakukan dengan pemberian tes hasil belajar yang meliputi aspek kognitif.


(24)

G. Hipotesis Penelitian

Pada penelitian ini, pembelajaran berbasis komputer model tutorial dibandingkan dengan model pembelajaran ekspository yang biasa dilakukan oleh guru pada pelajaran geografi di Madrasah Aliyah Swasta Kota Pekanbaru, adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Hipotesis nol (Ho) = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberikan treatment. Hipotesis kerja (Ha) = Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberikan treatment. 2. Hipotesis nol (Ho) = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil

belajar siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis komputer model tutorial dengan model pembelajaran ekspository.

Hipotesis kerja (Ha) = Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis komputer model tutorial dengan model pembelajaran ekspository.


(25)

92

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh penerapan pembelajaran berbasis komputer model tutorial terhadap hasil belajar siswa, maka metode dalam penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimental. Menurut Sukmadinata (2009b: 194), penelitian eksperimen (experimental research), merupakan pendekatan penelitian kuantatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi semua persyaratan untuk menguji hubungan sebab akibat. Dalam desain eksperimen terutama true-eksperimental pengontrolan variabel dilakukan secara ekstra agar memenuhi validitas internal. Sedangkan praktik pendidikan yang memerlukan terjadinya interaksi dalam kelas baik antara siswa dengan siswa atau guru maupun siswa dengan lingkungan sangat sulit melakukan pengontrolan yang sedemikian ketat. demikian pula pemberian perlakuan dalam eksperimen secara teratur, melakukan acak, pengukuran, variabel juga tidak selalu dapat dilaksanakan. Furqon dan Emilia (2010: 17) menjelaskan bahwa dalam eksperimen murni harus dilakukan pengelompokan subjek secara acak ke dalam kelompok eksperimen atau kelompok kontrol yang disebut dengan (random assignment) dan yang diacak adalah subjek eksperimen (satuan analisis). Jika satuan analisis pada suatu studi adalah peserta didik yang harus diacak ke kelompok eksperimen atau kelompok kontrol. Sementara dalam konteks sosial dan pendidikan, pengacakan


(26)

assignment) sering sekali sulit dilakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan desain eksperimen dengan pengontrolan yang sesuai dengan kondisi yang ada atau yang sering disebut dengan desain eksperimen semu (quasi exsperiment) dengan desain sebagaimana yang dikembangkan McMillan (2008:230) dengan istilah Nonequivalent-Group Pretest-Posttes Design.

Desain yang dikembangkan McMillan (2008:230) dengan istilah Nonequivalent-Group Pretest-Posttes Design.

Keterangan :

O = Tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) A = Kelas Eksperimen

B = Kelas Kontrol

X1 = Treatment pembelajaran geografi berbasis komputer model tutorial.

X2 = Treatment pembelajaran geografi model ekpository.

Dalam desain ini, kedua kelompok diberi tes awal (pretest) dengan tes yang sama. Selanjutnya, kelompok eksperimen diberi perlakukan model pembelajaran geografi berbasis komputer, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakukan

Pretest

Group Intervention Posttest

A B

O O

O

O X1

X2


(27)

setiap awal dan akhir setiap proses pembelajaran. Hasil kedua tes (kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen) diambil rata-ratanya dan diperbandingkan (diuji perbedaannya).

Secara sederhana, gambaran desain penelitian ini dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 3.2: Diagram Alur Penelitian Identifikasi Masalah

Kajian Literatur

Pembuatan Proposal

Pembuatan Instrumen

Penentuan Sampel

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Pretest Pretest

Proses Pembelajaran ekspository

Proses pembelajaran Berbasis Komputer Angket Respon

Pengumpulan Data

Posttest Posttest

Kesimpulan Analisis Data


(28)

Varaiabel adalah kondisi-kondisi atau karakteristik-karakteristik yang oleh pengeksperimen dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi (Best, 1982:82). Variabel utama yang akan menjadi fokus pada penelitian ini adalah variabel perlakuan (treatment variabel) dan variabel terikat (dependent variabel). Treatment Variabel adalah variabel yang mempengaruhi dan digunakan untuk memprediksi variabel lain, dalam hal ini variabel dependen, dan variabel dependen sendiri adalah variabel yang terpengaruh atau diprediksi.

Penelitian ini memiliki dua variabel terdiri dari satu bebas (independent variable) yaitu model pembelajaran geografi berbasis komputer dan satu variabel terikat (dependent variable) yaitu hasil belajar siswa.

Gambar 3.3 Hubungan antar Variabel Penelitian

C. Populasi dan Sampel Penelitian.

Sampling sangat menentukan keabsahan data suatu penelitian. Jika salah dalam melakukan sampling maka hasil penelitian akan menjadi sia-sia. Oleh karena itu, pada bagian ini akan diuraikan mengenai populasi penelitian dan bagaimana proses penentuan sampel dari populasi tersebut.

model pembelajaran geografi berbasis komputer

Hasil Belajar Siswa


(29)

Menurut Sukardi (2008:53), populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Menurut Sukmadinata (2009b:250), populasi merupakan kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian. Populasi yang besar dalam suatu penelitian biasanya dibatasi untuk mempermudah penarikan sampel. Populasi dalam penelitian ini dibatasi pada MA swasta yang ada di Kota Pekanbaru Riau, yang berjumlah 10 (sepuluh) madrasah. Seluruh populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Nama dan Status Madrasah

No Nama Masrasah Status

1 MA Ummatan Wasathan Pesantern Swasta

2 MA Diniyah Pekanbaru Swasta

3 MA Darul Hikmah Pekanbaru Swasta

4 MA Masmur Pekanbaru Swasta

5 MA Muhammadiyah pekanbaru Swasta

6 MA Hasanah Pekanbaru Swasta

7 MA Pondok Modern Al-Kautsar Swasta

8 MA PP. Al-Munawarah Pekanbaru Swasta

9 MA Al-Ikhwan Swasta

10 MA Miftahul Hidayah Tampan Swasta

2. Sampel Penelitian

Kelompok subjek atau partisipan yang mana dari mereka data penelitian diperoleh disebut dengan sampel (McMillan, 2008:110). Sampel diambil dari


(30)

(2009b: 252), pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel dan perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau objek penelitian.

Penentuan sekolah yang akan menjadi sampel penelitian adalah dengan menggunakan teknik acak atau random. Menurut Sukmadinata (2009b: 253), pengambilan sampel secara random berarti setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Individu-individu tersebut punya peluang yang sama, bila mereka memiliki karakteritik yang sama atau diasumsikan sama.

Setelah dilakukan pengundian maka yang terpilih menjadi sampel penelitian adalah MA Diniyah Pekanbaru dan MA Masmur Pekanbaru. Pada masing-masing sekolah tersebut selanjutnya akan dipilih satu kelas untuk dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka pengumpulan data, pengukuran dilakukan dengan menggunakan instrumen. Instrumen ini sangat berhubungan dengan variabel yang hendak diukur. Pengukurannya dapat dilakukan dengan cara tertulis, pengamatan, wawancara, dan dokumentasi (Purwanto, 2010:6). Instrumen dalam dunia pendidikan atau yang diistilahkan oleh Sudjana (2009: 234) sebagai alat penilaian proses belajar-mengajar dalam penelitian pendidikan dapat dikategorikan ke dalam tes dan non tes.


(31)

belajar dan angket respon siswa maupun guru. 1. Tes Hasil Belajar

Jenis tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes objektif berbentuk tes pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban. Item-item soal yang dipakai dalam pengukuran hasil belajar siswa diambil dari materi pelajaran geografi. Soal diberikan pada setiap awal pertemuan sebelum pembelajaran dimulai (pretest) dan setiap akhir pembelajaran (posttest).

Tujuan penggunaan teknik tes objektif adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa (ranah kognitif) setelah mengikuti pembelajaran. Dalam penelitian ini, pemberian pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan untuk memastikan bahwa kemampuan awal siswa dalam penguasaan materi pelajaran yang terlibat dalam penelitian adalah homogen. Sedangkan, posttest bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan.

Menurut Sudjana dan Ibrahim (2004:100), ada dua jenis tes hasil belajar, yaitu tes baku (standardized test) yang dibuat para ahli dan tes tidak baku (buatan guru atau peneliti). Tes buatan peneliti sekalipun tidak baku tetap dapat digunakan dalam penelitian asalkan telah memenuhi persayaratan validitas dan reliabelitas. Tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang dibuat peneliti dengan mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditentukan oleh Pemerintah sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). Tes yang dibuat ini diusahakan sedemiian rupa agar valid dan reliabel. Berikut penjelasan terhadap kedua syarat tersebut.


(32)

Validitas tes ada tiga jenis, yaitu validitas isi (content validity), validitas konstruk (construct validity), dan validitas criteria (criterion validity). Metode yang akan digunakan untuk menjaga validitas isi dalam penelitian ini adalah metode item review dengan membuat kisi-kisi instrumen, kemudian peneliti dengan bantuan kedua dosen pembimbing mengkaji kesesuaian antara kisi-kisi dengan butir item yang dibuat. Kisi-kisi tes hasil belajar dalam penelitian ini disajikan pada Lampiran 3.1.

Pengujian validitas isi juga dapat dilakukan dengan melihat korelasi skor butir dengan skor total. Korelasi ini menunjukkan sumbangan butir terhadap totalnya. Sebuah butir soal dikatakan valid apabila berkorelasi tinggi dengan totalnya. Butir yang berkorelasi tinggi dengan totalnya menunjukkan bahwa butir tersebut merupakan isi dari instrumen karena mempunyai sumbangan yang besar membentuk skor total dari test hasil belajar (Purwanto, 2010:123).

Penghitungan koefisien korelasi pada penelitian ini menggunakan SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi 18, dengan cara mengkorelasikan skor item tiap pertanyaan dengan skor total untuk seluruh pertanyaan. Untuk menginterpretasi kriteria dari besarnya koefisien korelasi, Arikunto (2006: 75) memberikan pedoman sebagai berikut: 0,00– 0,20 = validitas soal sangat rendah; 0,21 – 0,40 = validitas soal rendah; 0,41 – 0,60 = validitas soal sedang; 0,61 – 0,80 = validitas soal tinggi; dan 0, 81 – 1,00 = validitas soal sangat tinggi. Ketentuan lain yang dapat digunakan adalah ketentuan yang diberikan oleh Sugiyono (2006:179), yaitu apabila koefisien korelasinya > 0.3


(33)

tidak valid dan harus di revisi atau di buang.

Pada penelitian ini, ujicoba dilakukan pada 30 orang siswa MA di Kota Pekanbaru yang tidak terlibat dalam pengambilan data penelitian. Jumlah soal yang diujikan adalah sebanyak 25 soal dan selengkapnya disajikan pada Lampiran 3.2. Soal-soal ini selanjutnya diujicobakan untuk mengetahui tingkat validitasnya dan rekapitulasi skor hasil ujicoba disajikan pada Lampiran 3.3. Skor yang dihasilkan ini selanjutnya ditentukan koefisien korelasi antar butir dengan skor total untuk melihat apakah soal valid ataukah tidak. Namun, sebelum itu harus dipastikan dulu prasyarat dari uji korelasi yaitu data harus berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas data validitas tes hasil belajar dengan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) disajikan pada Lampiran 3.4 dan dari hasil uji tersebut diperoleh harga Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,144, lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, data berdistribusi normal dan telah memenuhi syarat untuk dilakukan uji korelasi.

Setelah dipastikan data berdistribusi normal, langkah selanjutnya adalah menentukan validitas instrumen melalui uji korelasi. Hasil uji korelasi disajikan pada Lampiran 3.5, dan berikut adalah rangkuman hasil uji korelasi terhadap hasil ujicoba soal-soal tes hasil belajar


(34)

Soal Nomor Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

Tingkat Validitas Keterangan

SR R S T ST

1 ,543 Valid √ Dipakai

2 ,467 Valid √ Tidak Dipakai

3 ,234 Tidak Valid - - - Tidak Dipakai

4 ,543 Valid √ Dipakai

5 ,206 Tidak Valid - - - Tidak Dipakai

6 ,543 Valid √ Dipakai

7 ,429 Valid √ Dipakai

8 ,543 Valid √ Dipakai

9 ,861 Valid √ Dipakai

10 ,861 Valid √ Dipakai

11 ,633 Valid √ Dipakai

12 ,520 Valid √ Dipakai

13 ,410 Valid √ Tidak Dipakai

14 ,705 Valid √ Dipakai

15 ,565 Valid √ Dipakai

16 ,299 Tidak Valid - - - Tidak Dipakai

17 ,645 Valid √ Dipakai

18 ,468 Valid √ Dipakai

19 ,847 Valid √ Dipakai

20 ,790 Valid √ Dipakai

21 ,781 Valid √ Dipakai

22 ,708 Valid √ Dipakai

23 ,572 Valid √ Dipakai

24 ,647 Valid √ Dipakai

25 ,483 Valid √ Dipakai

Soal yang tidak dipakai karena tidak valid atau tidak dipilih adalah soal nomor 2, 3, 5, 13, dan 16. Konstruksi soal yang akan diuji reliabelitasnya disajikan pada Lampiran 3.6.

b. Reliabilitas Tes

Reliabilitas berkenaan dengan keajegan atau ketepatan hasil pengukuran (Sukmadinata, 2009b:229). Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung dengan koefesien reliabilitas.


(35)

dengan menghitung harga koefisien Alfa dengan bantuan SPSS 18. Menurut Sudarmanto (2005), pengkorelasian dapat dilakukan pada dua skor yang dihasilkan dari dua kali tes atau dengan menggunakan teknik belah dua antara sekor genap dan ganjil.

Untuk menginterpretasikan harga koefisien reliabilitas tersebut mengacu pada katagori yang diajukan Guilford (Ruseffendi, 2005: 160), dengan ketentuan sebagai berikut: 0.00 - 0.20 = Kecil; 0.20 - 0.40 = Rendah; 0.40 - 0.70 = Sedang; 0.70 - 0.90 = Tinggi; 0.90 - 1.00 = Sangat Tinggi

Dalam melakukan uji korelasi yang membandingkan dua kelompok data, maka prasyarat yang harus dipenuhi adalah data harus berdistribusi normal dan bervarian homogen. Hasil uji normalitas data uji reliabelitas disajikan pada Lampiran 3.7 dan dari hasil uji tersebut diperoleh harga Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,126 dan 0,576. Kedua harga signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05, sehingga dipastikan bahwa data berdistribusi normal.

Prasyarat yang kedua adalah uji homogenitas data. Uji homogenitas data ini menggunakan uji Lavene Statistic yang terdapat pada uji anova. Hasil pengujian homogenitas data disajikan pada Lampiran 3.8, dan dari hasil pengujian tersebut diperoleh harga signifikansi sebesar 0,544, lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, kedua data memiliki varian yang homogen.

Setelah kedua syarat terpunuhi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan reliabelitas tes hasil belajar. Hasil pengujian reliabelitas tes hasil belajar secara


(36)

sebagai berikut:

Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Reliabelitas Tes Hasil Belajar

Soal Harga

r

Kriteria

Keterangan

Sedang Tinggi Sangat

Tinggi

Test Hasil Belajar 0,867 √ Reliabel

Dari Tabel 3.3 diketahui bahwa harga koefisien reliabelitas hasil penghitungan dengan SPSS adalah 0,867, dan tes hasil belajar dinyatakan reliabel dan layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Tes hasil belajar (pretest dan posttest) yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Lampiran 3.10 dan 3.11.

2. Angket Respon

Instrumen ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pendapat siswa dan guru terhadap model yang dieksperimenkan. Instrumen ini dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan bantuan Dosen Pembimbing. Angket/kuesioner dikembangkan sesuai tujuan dan kebutuhan peneliti. Instrumen ini tidak ditentukan validitas reliabilitasnya, karena hanya bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang pendapat siswa dan guru dalam pembelajaran. Kuesioner ini bersifat tertutup dengan jawaban yang telah disediakan peneliti. Angket respon siswa disajikan Lampiran 3.12 dan angket respon siswa guru disajikan pada Lampiran 3.13.


(37)

Data yang akan dihasilkan dari penelitian ini meliputi: (1) nilai pretest dan posttest, (2) data respon siswa terhadap pembelajaran geografi berbasis komputer, dan data respon guru terhadap pembelajaran geografi berbasis komputer. Perbedaan hasil belajar antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen dianalisis dengan uji-T, sedangkan data respon guru dan siswa dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan prosesntase. Berbagai teknik analisis tersebut dianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS versi 18.

Dalam melakukan analisis data menggunakan uji statistik parametrik seperti uji-t, anova, ataupun regresi, maka data harus berdistribusi normal dan berasal dari populasi dengan varian homogen. Berikut adalah penjelasan tentang teknik pengujian normalitas dan homogenitas data hasil penelitian.

1. Uji Normalitas Data

Galton (Ruseffendi, 1998:291) mengatakan bahwa bila kita mengambil orang secara acak kemudian dilihat kemampuannya, maka skor-skor kepandaian, kemampuan berolah raga, dan sebagainya, akan berupa kumpulan data yang sekurang-kurangnya berdistribusi normal. Lebih lanjut Putrawan (Sudarmanto, 2005:105) menegaskan bahwa suatu pengujian dengan menggunakan uji-t, uji-F, dan sejenisnya, menuntut suatu asumsi, yaitu populasi harus berdistribusi normal.

Untuk menganalisis normalitas data, disamping dengan memperbandingkan rasio Skewness dan Kurtosis (Santoso, 2005:204), juga dapat menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov dan Shapiro-Wilk dan juga dengan Normal Probability Plot


(38)

Penentuan normalitas data dalam penelitian ini akan menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov (K-S) dengan bantuan SPSS versi 18. Ketentuannya adalah apabila harga atau nilai Asymp. Sig.(2-tailed) > dari 0,05 maka dinyatakan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data sampel diperoleh dari populasi yang bervarians homogen ataukah tidak. Untuk melakukan uji homogenitas varians data digunakan analisis Lavene Test dengan menggunakan program SPSS (Sudarmanto, 2005:114-115). Analisis ini menempel pada Independent Sample t-Test pada analisis Compare Means. Jika harga Significancy pada tabel yang dihasilkan lebih besar dari dari taraf signifikansi (α) yang ditentukan yaitu 0.05, maka data tersebut berasal dari populasi yang ber varians homogen.


(39)

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik beberapa simpulan berikut :

1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen (kelas yang akan mengikuti pembelajaran geografi berbasis komputer model tutorial) dengan kelas kontrol (kelas yang akan mengikuti model pembelajaran ekspositori yang biasa dilakukan oleh guru) sebelum diberikan treatment. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan awal siswa terhadap materi yang diujikan atau kedua kelas tersebut homogen.

2. Pembelajaran berbasis komputer model tutorial efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Efektifnya model ini terlihat dari kekuatan model yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran geografi. Berdasarkan uji eksperimen yang telah dilakukan dalam penelitian ini memperlihatkan perbedaan yang signifikan antara hasil belajar geografi siswa (dilihat berdasarkan perolehan skor posttest) antara kelas ekperimen yang mengikuti pembelajaran geografi berbasis komputer dengan hasil belajar siswa kelas kontrol yang mengikuti pembelajaran ekspositori. Hasil belajar


(40)

dari hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran ekspositori.

3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif mengenai penerapan pembelajaran geografi berbasis komputer model tutorial yang diterapkan. Tanggapan ataupun respon yang diberikan siswa mengenai pembelajaran geografi berbasis komputer model tutorial yang diikutinya adalah bahwa model pembelajaran ini sangat lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran yang selama ini digunakan guru, kemudian sebagian besar siswa beranggapan bahwa media yang digunakan dalam pembelajaran sangat membantu mereka dalam memahami materi pelajaran. Ketika dikonfirmasi kembali kepada para siswa, apakah mengharapkan penggunaaan media geografi berbasis komputer di masa yang akan datang, maka sebagian besar siswa mengharapkan agar media geografi berbasis komputer digunakan di masa yang akan datang.

4. Dalam penelitian ini guru berpendapat bahwa media geografi berbasis komputer membuat siswa menjadi lebih aktif dan sangat membantu dalam memberikan pemahaman konsep. Guru juga berpendapat bahwa siswa tidak kesulitan dalam menggunakan media yang diterapkan dalam pembelajaran geografi, materi yang disajikan dalam media telah sesuai dengan tujuan pembelajaran, urutan materi pelajaran, dan kurikulum yang berlaku saat ini.


(41)

Melihat begitu besar dampak dan manfaat multimedia interaktif berbasis komputer model simulasi, maka penelitian merekomendasikan beberapa hal berikut :

1. Rekomendasi Kepada Sekolah

Kepala sekolah sebagai atasan guru dapat mendorong guru untuk memperbaiki kualitas implementasi kurikulum, Implementasi KTSP menekankan bagaimana setiap satuan pendidikan mengoptimalkan segala kemampuan yang dimiliki guna meningkatkan mutu pelajaran. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, sewajarnya sekolah mendukung terhadap penerapan inovasi-inovasi pembelajaran dengan memberikan fasilitas dan menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran yang dibutuhkan guna menunjang terlaksanananya inovasi pembelajaran tersebut sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Hubungannya dengan pembelajaran berbasis komputer, pihak sekolah harusnya memberikan motivasi kepada guru melalui penghargaan yang sesuai dengan hasil, harus mempunyai minat yang tinggi untuk memasyarakatkan pembelajaran berbasis komputer dengan melakukan berbagai kegiatan seperti seminar atau pelatihan pembuatan program dan memberikan dukungan penuh bagi guru yang hendak mengembangkannya baik secara moral maupun material (biaya).


(42)

Pemahaman yang selama ini berkembang adalah bahwa pelajaran Geografi lebih banyak bersifat hafalan, monoton, dan membosankan, namun demikian hendaknya para pendidik (guru) dapat memvariasikan beberapa model pembelajaran yang dikombinasikan dengan penggunaan media belajar kepada peserta didik (siswa), sehingga tidak ada kejenuhan dari siswa dalam belajar. Guru harus dapat merubah persepsi pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered dengan melakukan proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik , agar setiap potensi yang dimiliki oleh peserta didik berkembang secara optimal. Salah satu model pendekatan dalam pembelajaran adalah Pembelajaran Berbasis Komputer Model Tutorial.

Penerapan model ini efektif memperbaiki kinerja guru, terkait erat dan sangat didukung oleh kemauan dan kemampuan guru untuk menerapkan rencana pengajaran yang applicable dan dalam hal ini terkandung tuntutan untuk memahami Geografi sebagai disiplin ilmu, berbagai inovasi dan kreatifitas dalam pembelajaran dapat dikembangkan dengan merancang berbagai variasi media, variasi gambar, musik dan animasi serta gambar.


(43)

Bagian Mapenda )

Kepala sekolah hanya bertugas dan bertanggung jawab terhadap inovasi yang diadakan di sekolahnya untuk inovasi dan peningkatan mutu pendidikan pada sekolah yang lebih luas di lingkungan departemen agama menjadi tugas dan tanggung jawab bagian Mapenda kota atau kabupaten dan tingkat provinsi. Disamping memberikan dukungan langsung untuk membantu mempermudah dalam memfasilitasi berbagai kebutuhan belajar siswa bagian Mapenda juga dapat mensosialisasikan penerapan pembelajaran berbasis komputer model tutorial yang digunakan dalam penelitian ini sebagai program dan acuan dalam pelaksanaan inovasi dan peningkatan mutu pendidikan yang diwujudkan dalam kegiatan pelatihan-pelatihan untuk guru baik pada tingkat kecamatan, kota/kabupaten dan provinsi khususnya dalam pembelajaran Geografi .


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, I & Sanjaya, W. (1995). Multimedia Pendidikan. Bandung: Pusat Pelayanan dan Pengembangan Multimedia Pendidikan IKIP.

Arifin, M. (2000). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia UPI.

Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Bell-Gredler, ME. (1986). Learning and Instruction: Theory into Practice. New York: Mac millan Publishing Company.

Bruner, Jerome. S. (1966). Toward a Theory of Instruction. Cambridge: Harvard University.

Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dick, W & Carey, L. (1990). The Systematic Design of Instruction (Third ed.). USA: Harper Collins Publishers.

Furqon dan Emilia, E. (2010). Penelitian Kualitatif & Kuantitatif (Beberapa Isu Kritis). Bandung: SPS UPI.

Gagne, R.M. Briggs, L.J. (1979). Principle of Instructional Design, (2 nd ed). New York: Holt, Rinehart and Winston.

Gagne, Robert M. (1985). The Conditioning of Learning and Theory and Theory of Instruction.(Fourth ed). New York: Holt, Pinehart and Winston

Gerlach,V.S dan Ely,D.P. (1980). Teaching and Media, A Systematic Approach.New Jersey: Prentice- Hall Inc.Engliwood Clifta.

Heinich, R. (2005). Instructional Technology and Media for Learning. New York: Macmillan Publising.

Hamalik, O. (1994). Media Pendidikan. (cetakan ke-7). Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.


(45)

Hernawan, Asep Herry dkk.tt. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Komputer (Teori dan Praktek). Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Human Development Reports. ( 2010). Human Development Index and its Components. [Online]. Tersedia: http://hdr.undp.org/en/statistics/hdi/ [ 7 Juni 2011).

Kamarga, H. (2000). Model Pembelajaran Pengemas Awal ( Advanced Organizer) dalam Implementasi Kurikulum Sejarah di Sekolah Dasar yang Menggunakan Pendekatan Kronologis dalam Rangka Mengembangkan Aspek Berfikir Kesejarahan. Disertasi: tidak dipublikasikan. Bandung: SPs UPI.

Kemp. J.E. dan Dauton, D.K. (1985). Planning dan Producing Instructional Media (Fifth Edition). New York: Harper & Row, Publishers.

Kustandi, C. (2008). Efektifitas Penggunaan Program Pembelajaran Interaktif Model VidioTutorial terhadap Hasil Belajar siswa SMA. Tesis: tidak dipublikasikan. Bandung: UPI Bandung

Maryani, Enok. (2007). ”Pendidikan Geografi” dalam Mohammad Ali (ed) (2007) Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press Mc Clintock,R. (1992). Power and Pedagogy: Transforming Education Through

Information Technology. New York: Institute for Teaching Technologies. McDonough, D, et.al (1994). University Courseware Development Comparative

Views of Computer Based Teaching By User & Non User. McMillan, H. James. (2008). Educational Research. New York: Pearson.

Miarso, Y. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Multimedia.

Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung Persada.

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : Alfabeta.


(46)

Niniwanty, A. (2009). Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Multimedia untuk Meningkatkan Hasil Belajar (Studi Pada Siswa Madrasah Aliyah Kota Pekanbaru). Tesis: tidak dipublikasikan. Bandung: UPI Bandung.

Nurhalim, M. (2008). Penerapan Pembelajaran Berbasis Komputer (computer based instruction) Model Tutorial untuk Meningkatkan Hasil Belajar siswa Madrasah Aliyah Kota Bandung Tesis: tidak dipublikasikan. Bandung: UPI Bandung

Pidarta, M. (2000). Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

_______. (2010). Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Purwanto, Edy. (2010). Problematika Pembelajaran Geografi. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pembelajaran Geografi pada Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Malang (UM). [Online]. Tersedia:

http://library.um.ac.id/images/stories/pidatogurubesar/gurubesar/Juni10/ Problematika Pembelajaran Geografi- Prof Dr Edy Purwanto M Pd.pdf. [ 7 Juni 2011)

Putra, T.G. (2007). Model Pembelajaran Redoks Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa. Tesis PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rakim (2008). Multimedia dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://rakim-ypk.blogspot.com/2008/04/multimedia-dalam-pembelajaran.html . Rohani, A. (1997). Media Instruksional Educatif. Jakarta: Rineka Putra.

Riswanti, A. (2007). Pengaruh Penggunaan Computer Assisted Instruction (CAI) Model Tutorial terhadap Hasil Belajar Akutansi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) (Studi Kuasi Ekperimen terhadap Siswa Kelas 2 SMK Negeri 3 Bandung. tidak dipublikasikan. Bandung: UPI Bandung

Rusman. (2007). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika di SMK. Disertasi PPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(47)

_______. (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. _______. (2010). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Rusyana. (1998). Penerapan Model Mengajar Berbasis Komputer dengan Menggunakan Pendekatan Analogi sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa melalui Pengajaran Biologi. Tesis: tidak dipublikasikan. Bandung: IKIP Bandung

Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta. Sanjaya, W. (2009). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Prenada Media.

_______. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media.

_______. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Seel, B & Richey, R. (2000). Instructional Technology, The Defenition and Domain of the Field. Terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, R. Raharjo, Yusufhadi Miarso. Jakarta: IPTI & LPTK.

Semiawan, C. (1997). Perspektif Pendidikan Anak Berbakat.Jakarta:Grasindo. Soekamto, T., dkk.(1992). Prinsip Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ditjen

Dikti. PAU-UT.

Suciati & Prasetya, I. (2001). Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta: Depdiknas, Ditjen PT.PAU-UT.

Sudarmanto, R. G. (2005). Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjana, N. & Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sudjana, N. & Rivai, A. (2009). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.


(48)

Sudjana, N dan Rivai A. (1991). Multimedia Pengajaran Penggunaan dan Pembuatannya. Bandung: Sinar Baru Offset.

Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2006). Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, N.S. (2007). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

________. (2009a). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

_______. (2009b). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni.

.(1997). Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara

Susilana, R.dkk (2006). Kurikulum dan pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan UPI.

Sutopo, Ariesto Hadi. (2003). Multimedia Interaktif dengan Flash.Yogyakarta : Graha Ilmu.

Suyanto, M. (2005). Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing. Yogyakarta: Andi Offset.

TIP. (1998). Constructivist Theory (J. Brunner). [Online]. Tersedia: http ://tip.psychology. org/bruner.html. [ 1 Juni 2009].

Trollip,S.R dan Alessi,S.M.tt (1995) Computer Based Instruction Method and Development.New Jersey: Prentice Hall.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wahidmurni. dkk. (2010). Evaluasi Pembelajaran (Kompetensi Dan Praktik).


(49)

Warsita, B. (2008). Teknologi Pembelajaran:Landasan & Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Winkel,W.S. (1985). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, I & Sanjaya, W. (1995). Multimedia Pendidikan. Bandung: Pusat Pelayanan dan Pengembangan Multimedia Pendidikan IKIP.

Arifin, M. (2000). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia UPI.

Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Bell-Gredler, ME. (1986). Learning and Instruction: Theory into Practice. New York: Mac millan Publishing Company.

Bruner, Jerome. S. (1966). Toward a Theory of Instruction. Cambridge: Harvard University.

Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dick, W & Carey, L. (1990). The Systematic Design of Instruction (Third ed.). USA: Harper Collins Publishers.

Furqon dan Emilia, E. (2010). Penelitian Kualitatif & Kuantitatif (Beberapa Isu Kritis). Bandung: SPS UPI.

Gagne, R.M. Briggs, L.J. (1979). Principle of Instructional Design, (2 nd ed). New York: Holt, Rinehart and Winston.

Gagne, Robert M. (1985). The Conditioning of Learning and Theory and Theory of Instruction.(Fourth ed). New York: Holt, Pinehart and Winston

Gerlach,V.S dan Ely,D.P. (1980). Teaching and Media, A Systematic Approach.New Jersey: Prentice- Hall Inc.Engliwood Clifta.

Heinich, R. (2005). Instructional Technology and Media for Learning. New York: Macmillan Publising.

Hamalik, O. (1994). Media Pendidikan. (cetakan ke-7). Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.


(2)

Hernawan, Asep Herry dkk.tt. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Komputer (Teori dan Praktek). Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Human Development Reports. ( 2010). Human Development Index and its Components. [Online]. Tersedia: http://hdr.undp.org/en/statistics/hdi/ [ 7 Juni 2011).

Kamarga, H. (2000). Model Pembelajaran Pengemas Awal ( Advanced Organizer) dalam Implementasi Kurikulum Sejarah di Sekolah Dasar yang Menggunakan Pendekatan Kronologis dalam Rangka Mengembangkan Aspek Berfikir Kesejarahan. Disertasi: tidak dipublikasikan. Bandung: SPs UPI.

Kemp. J.E. dan Dauton, D.K. (1985). Planning dan Producing Instructional Media (Fifth Edition). New York: Harper & Row, Publishers.

Kustandi, C. (2008). Efektifitas Penggunaan Program Pembelajaran Interaktif Model VidioTutorial terhadap Hasil Belajar siswa SMA. Tesis: tidak dipublikasikan. Bandung: UPI Bandung

Maryani, Enok. (2007). ”Pendidikan Geografi” dalam Mohammad Ali (ed) (2007) Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press Mc Clintock,R. (1992). Power and Pedagogy: Transforming Education Through

Information Technology. New York: Institute for Teaching Technologies. McDonough, D, et.al (1994). University Courseware Development Comparative

Views of Computer Based Teaching By User & Non User. McMillan, H. James. (2008). Educational Research. New York: Pearson.

Miarso, Y. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Multimedia.

Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung Persada.

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : Alfabeta.


(3)

Niniwanty, A. (2009). Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Multimedia untuk Meningkatkan Hasil Belajar (Studi Pada Siswa Madrasah Aliyah Kota Pekanbaru). Tesis: tidak dipublikasikan. Bandung: UPI Bandung.

Nurhalim, M. (2008). Penerapan Pembelajaran Berbasis Komputer (computer based instruction) Model Tutorial untuk Meningkatkan Hasil Belajar siswa Madrasah Aliyah Kota Bandung Tesis: tidak dipublikasikan. Bandung: UPI Bandung

Pidarta, M. (2000). Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

_______. (2010). Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Purwanto, Edy. (2010). Problematika Pembelajaran Geografi. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pembelajaran Geografi pada Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Malang (UM). [Online]. Tersedia:

http://library.um.ac.id/images/stories/pidatogurubesar/gurubesar/Juni10/ Problematika Pembelajaran Geografi- Prof Dr Edy Purwanto M Pd.pdf. [ 7 Juni 2011)

Putra, T.G. (2007). Model Pembelajaran Redoks Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa. Tesis PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rakim (2008). Multimedia dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://rakim-ypk.blogspot.com/2008/04/multimedia-dalam-pembelajaran.html . Rohani, A. (1997). Media Instruksional Educatif. Jakarta: Rineka Putra.

Riswanti, A. (2007). Pengaruh Penggunaan Computer Assisted Instruction (CAI) Model Tutorial terhadap Hasil Belajar Akutansi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) (Studi Kuasi Ekperimen terhadap Siswa Kelas 2 SMK Negeri 3 Bandung. tidak dipublikasikan. Bandung: UPI Bandung

Rusman. (2007). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika di SMK. Disertasi PPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(4)

_______. (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. _______. (2010). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Rusyana. (1998). Penerapan Model Mengajar Berbasis Komputer dengan Menggunakan Pendekatan Analogi sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa melalui Pengajaran Biologi. Tesis: tidak dipublikasikan. Bandung: IKIP Bandung

Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta. Sanjaya, W. (2009). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Prenada Media.

_______. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media.

_______. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Seel, B & Richey, R. (2000). Instructional Technology, The Defenition and Domain of the Field. Terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, R. Raharjo, Yusufhadi Miarso. Jakarta: IPTI & LPTK.

Semiawan, C. (1997). Perspektif Pendidikan Anak Berbakat.Jakarta:Grasindo. Soekamto, T., dkk.(1992). Prinsip Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ditjen

Dikti. PAU-UT.

Suciati & Prasetya, I. (2001). Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta: Depdiknas, Ditjen PT.PAU-UT.

Sudarmanto, R. G. (2005). Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjana, N. & Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sudjana, N. & Rivai, A. (2009). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.


(5)

Sudjana, N dan Rivai A. (1991). Multimedia Pengajaran Penggunaan dan Pembuatannya. Bandung: Sinar Baru Offset.

Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2006). Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, N.S. (2007). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

________. (2009a). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

_______. (2009b). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni.

.(1997). Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara

Susilana, R.dkk (2006). Kurikulum dan pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan UPI.

Sutopo, Ariesto Hadi. (2003). Multimedia Interaktif dengan Flash.Yogyakarta : Graha Ilmu.

Suyanto, M. (2005). Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing. Yogyakarta: Andi Offset.

TIP. (1998). Constructivist Theory (J. Brunner). [Online]. Tersedia: http ://tip.psychology. org/bruner.html. [ 1 Juni 2009].

Trollip,S.R dan Alessi,S.M.tt (1995) Computer Based Instruction Method and Development.New Jersey: Prentice Hall.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wahidmurni. dkk. (2010). Evaluasi Pembelajaran (Kompetensi Dan Praktik).


(6)

Warsita, B. (2008). Teknologi Pembelajaran:Landasan & Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Winkel,W.S. (1985). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

0 4 105

PENERAPAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MENGGAMBAR MENGGUNAKAN SISTEM CAD.

1 15 31

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MODUL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KEAMANAN PANGAN.

0 2 28

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK (GROUP INVESTIGATION) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI.

0 1 55

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI.

0 3 53

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER MODEL TUTORIAL TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM: Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas V SD Negeri Gegerkalong KPAD Bandung.

0 0 50

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI.

0 5 31

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER (COMPUTER BASED INSTRUCTION) MODEL TUTORIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA :Studi pada Mata Pelajaran IPA (Biologi) Di MTs. Swasta Kota Bandung.

1 1 52

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

0 0 9

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MODEL TUTORIAL TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP

0 0 9