EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN PROFIL KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK... v

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ..……….... ... ……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian………. 10

G. Definisi Operasional ... 11

BAB II. KONSTRUKTIVISME SEBAGAI DASAR MODEL PEMBELAJARAN SSCS UNTUK MELIHAT EFEKTIVITASNYA TERHADAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM TOPIK LISTRIK DINAMIS... 14

A. Teori Konstruktivisme ... 14

B. Model pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) ... 16

C. Keterampilan Generik Sains ... 21

D. Keterampilan Berpikir Kritis ... 24

E. Efektivitas Model Pembelajaran SSCS... ... 29

1. Efektivitas Model Pembelajaran SSCS terhadap Peningkatan Keterampilan Generik Sains... 29

2. Efektivitas SSCS terhadap Profil keterampilan Berpikir Kritis... 30

F. Deskripsi Materi Listrik Dinamis ... 31

G. Penelitian yang Relevan ... 39

BAB III. METODE PENELITIAN ... 42

A. Metode dan Desain Penelitian ... 42

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 43

C. Prosedur Penelitian ... 43

D. Alur Penelitian ... 45

E. Instrumen penelitian ... 47

F. Teknik Pengumpulan Data... 49

G. Teknik Analisis Data ... 50

H. Hasil Uji Coba Instrumen ... 59


(2)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Hasil Penelitian ... 62

1. Peningkatan Keterampilan Generik Sains Listrik Dinamis ... 62

a. Deskripsi Peningkatan Keterampilan Generik Sains ... 62 b. Peningkatan Setiap Indikator Keterampilan Generik Sains

pada Topik Listrik Dinamis... c. Uji Statistik Peningkatan Keterampilan Generik Sains... 2. Pencapaian Keterampilan Berpikir Kritis Siswa... a. Deskripsi Pencapaian Keterampilan Berpikir Kritis Siswa... b. Pengujian Statistik Pencapaian Skor Keterampilan Berpikir Kritis Siswa………... 3. Deskripsi Aktivitas Siswa dan Guru Selama Proses

Pembelajaran... 4. Tanggapan Siswa terhadap Penerapan Model Pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS)... 5. Tanggapan Guru terhadap Penerapan Model Pembelajaran

Search, Solve, Create and Share (SSCS)... B. Pembahasan ... 1. Keterampilan Generik Sains Siswa pada Topik Listrik

Dinamis... 2. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... a. Profil Keterampilan Berpikir Kritis... b. Korelasi Keterampilan Generik Sains dengan Ketrampilan Berpikir Kritis...

3. Aktivitas Siswa dan Guru Selama Model Pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS)... 4. Tanggapan Siswa terhadap Model Pembelajaran SSCS... 5. Tanggapan Guru terhadap Model SSCS ... BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... A. Kesimpulan ... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA ...

64 65 66 66 69 70 72 73 74 75 79 79 80 81 83 85 87 87 88 89


(3)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Keuntungan model SSCS menurut Pizzini... ... 19

Tabel 2.2. Peranan Guru Selama SSCS ... 21

Tabel 2.3. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 25

Tabel 2.4. Aspek Keterampilan Berpikir Kritis yang Diamati ... 28

Tabel 3.1. Desain Penelitian... 42

Tabel 3.2. Indikator Keterampilan Generik Sains ... 47

Tabel 3.3. Distribusi Soal pada Sub Aspek Keterampilan Berpikir Kritis... 49

Tabel 3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 50

Tabel 3.5. Kategori Validitas Butir Soal ... 51

Tabel 3.6.Kategori Reliabilitas Tes ... 53

Tabel 3.7.Kategori Tingkat Kemudahan……. ... 54

Tabel 3.8. Kategori Daya Pembeda ... 55

Tabel 3.9. Kategori Tingkat Gain yang Dinormalisasi...…... . 56

Tabel 3.10. Kategori korelasi... 59

Tabel 3.11.Hasil Uji Coba Soal Tes Keterampilan Generik Sains Listrik Dinamis... 60

Tabel 3.12. Jadwal Penelitian...… 61

Tabel 4.1. Skor Pretest, Posttest dan N-gain Keterampilan Generik Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...…… 62

Tabel 4.2. Skor Test Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 66

Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran SSCS pada Setiap Pertemuan... 71

Tabel 4.4. Persentase Tanggapan Siswa terhadap Penerapan Model Pembelajaran SSCS... 72

Tabel 4.5. Tabel Tanggapan Guru terhadap Penerapan Model Pembelajaran SSCS... 73


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Segmen dari Sebuah Kawat Penghantar Berarus. ... 32

Gambar 2.2. Pemasangan Voltmeter pada Rangkaian Listrik ... 33

Gambar 2.3. Pemasangan Amperemeter dalam Rangkaian Listrik ... 34

Gambar 2.4. Grafik Hubungan Beda potensial (V) Terhadap Kuat Arus Listrik (I) ... 35

Gambar 2.5. Rangkaian Hambatan disusun Seri ... 36

Gambar 2.6. Rangkaian Hambatan disusun Paralel ... 37

Gambar 2.7. Rangkaian Percabangan Listrik ... 38

Gambar 2.8. Rangkaian Listrik Satu Loop ... 39

Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian ... ….…… 46

Gambar 4.1. Diagram Perbandingan Rata-rata Persentase Pretest, Posttest, dan N-gain Keterampilan Generik Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63

Gambar 4.2. Diagram Perbandingan Rata-rata Skor N-gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Tiap Indikator... 64

Gambar 4.3. Diagram Perbandingan Rata-rata Tes Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 67

Gambar 4.4. Diagram Perbandingan Rata-rata Skor Tes Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Masing-masing Sub Aspek... 68


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A : Perangkat Pembelajaran……… 92

Lampiran B : Instrumen Penelitian ... 142

Lampiran C : Hasil Uji Coba Instrumen ... 206

Lampiran D : Data Pretest, Posttest, N-Gain dan Angket ... 207

Lampiran E : Pengolahan Data ... 219 Lampiran F : Dokumen Pendukung ...


(6)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Salah satu permasalahan besar yang dialami siswa dalam proses pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran adalah merupakan proses aktif yang berlangsung antara guru, siswa dan materi subjek, sehingga hasil pembelajaran tidak tergantung pada apa yang disampaikan guru saja, tetapi bagaimana siswa mengolah informasi yang diterima dan memprosesnya berdasarkan pengertian dan pengetahuan yang dimilikinya ( Gusrial: 2009)

Kurang dilibatkannya siswa dalam proses pembelajaran fisika akan menyebabkan rendahnya minat siswa untuk mengetahui fisika secara lebih dalam karena siswa kurang mendapatkan makna dari materi fisika yang dipelajarinya. Dominasi guru juga akan berakibat pada potensi-potensi yang dimiliki siswa seperti keterampilan dasar (generik) siswa, keterampilan berpikir kritis, menjadi tidak terbina secara optimal. Pembelajaran seperti ini tentu saja kurang baik dan tidak sejalan dengan hakikat ilmu fisika itu sendiri yang mencakup produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah, dimana siswa selain dituntut untuk dapat menguasai materi pengetahuan (produk ilmiah) juga dituntut untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tujuan utama pembelajaran fisika di SMA. Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai dalam mata pelajaran fisika bagi siswa SMA adalah mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif


(7)

dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Depdiknas, KTSP, 2006:443-444).

Pencapaian tujuan pembelajaran fisika bergantung kepada proses pembelajaran fisika yang diselenggarakan di sekolah. Menurut UUSPN No.20 tahun 2003 pembelajaran adalah ”proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Proses interaksi peserta didik dapat dilaksanakan melalui berbagai cara, diantaranya dengan membentuk kelompok diskusi atau praktikum kemudian diberikan permasalahan sebagai tantangan yang harus dipecahkan secara bersama, selanjutnya dilakukan presentasi hasil diskusi atau praktikum masing-masing kelompok. Pada pembelajaran seperti ini peserta didik akan menjadikan peserta didik lain sebagai sumber belajar baru sehingga tercipta lingkungan kondusif untuk proses pembelajaran penuh makna.

Melalui pola pembelajaran seperti ini, potensi siswa yang ingin dikembangkan dalam fisika diantaranya ialah keterampilan atau kecakapan dalam berpikir seperti yang tertera di dalam KTSP mengenai pentingnya pelaksanaan pembelajaran fisika di sekolah khususnya Sekolah Menegah Atas (SMA) yaitu: 1) Selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, pembelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kecakapan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. 2) Membekali peserta didik dengan pengetahuan,


(8)

pemahaman dan sejumlah kemampuan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi.

Beberapa keterampilan berpikir yang penting dan mendasar dalam belajar fisika antara lain keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritis. Keterampilan generik sains merupakan keterampilan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains (Brotosiswoyo, 2000), keterampilan generik sains merupakan dasar dalam membangun kemampuan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Sementara itu, keterampilan berpikir kritis termasuk salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir kritis secara esensial merupakan keterampilan menyelesaikan masalah (problem solving). Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan bernalar dan berpikir reflektif yang diarahkan untuk memutuskan hal-hal yang meyakinkan untuk dilakukan (Costa. 1985).

Dari semua pemaparan diatas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran fisika yang dikehendaki oleh kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) ialah pembelajaran melalui penemuan dengan tujuan membina seluruh potensi siswa, termasuk membina keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan suatu proses pembelajaran yang menekankan pencarian pengetahuan secara aktif.

Pada era perkembangan pendidikan di Indonesia saat ini, khususnya dalam pengembangan kategori atau level sekolah-sekolah berdasarkan penambahan kompetensi dan target-target pencapaian pendidikan dengan


(9)

standar diatas Standar Nasional Pendidikan (SNP) seperti pengembangan Sekolah Kategori Mandiri (SKM) dan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dimana pengembangan penguasaan sains lebih ditekankan dan salah satu target pembelajaran setiap mata pelajaran memiliki Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75, maka harus terus dicoba dikembangkan beberapa kemampuan dan keterampilan berpikir peserta didik selain pemahaman konsep melalui model–model pembelajaran yang tepat. Diantara beberapa keterampilan berpikir yang perlu dikembangkan itu adalah keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritis.

Model pembelajaran yang cocok untuk memenuhi tuntutan KTSP dan tuntutan pengembangan sekolah yang memiliki standar diatas Standar Nasional Pendidikan tersebut diantaranya adalah model pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS). SSCS adalah model pembelajaran yang memakai pendekatan problem solving yang didesain untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu (Baroto: 2009). Model pembelajaran SSCS melibatkan siswa dalam menyelidiki sesuatu, membangkitkan minat bertanya serta memecahkan masalah-masalah yang nyata.

Model pembelajaran SSCS ini dapat melatih siswa mengembangkan kedua keterampilan berpikir tersebut melalui tahap-tahap pembelajarannya secara berkelompok. Pada tahap search guru menciptakan situasi dimana siswa memiliki keinginan yang tinggi untuk bertanya, misalnya dengan menyajikan artikel atau sumber bacaan yang menarik sesuai dengan pokok bahasan saat


(10)

itu. Siswa diminta untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan dan memilih satu pertanyaan dari pertanyaan-pertanyaan tersebut yang harus dijadikan hipotesis terhadap permasalahan yang dihadapi dalam kelompok masing-masing. Pada tahap ini siswa dilatih mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya.

Berikutnya pada tahap solve, siswa berusaha mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disusun pada tahap search sekaligus membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dibuat sebelumnya. Pada tahap ini, dalam IPA khususnya dalam fisika, siswa melakukan eksperimen sebagai langkah-langkah sains untuk menjawab pertanyaan dan membuktikan kebenaran hipotesis. Kegiatan ini sangat efektif melatih siswa mengembangkan beberapa keterampilan berpikir diantaranya keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritis.

Selanjutnya tahap create, pada tahap ini siswa menyusun strategi untuk mengkomunikasikan hasil eksperimen yang telah dilakukannya melalui presentasi kelompok. Melalui kegiatan ini salah satu keterampilan berpikir yang dapat dikembangkan adalah keterampilan berpikir kritis.

Terakhir tahap share dimana kelompok siswa mengkomunikasikan hasil eksperimen kepada kelompok lainnya. Dalam tahap ini dilaksanakan diskusi dimana siswa dapat saling mengisi dan melengkapi kekurangan kelompoknya masing-masing. Pada tahap ini keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan sesuai karakter topik yang dibahas.


(11)

Salah satu topik fisika yang memungkinkan siswa melakukan proses pembelajaran SSCS untuk mengembangkan keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritisnya adalah topik listrik dinamis. Topik listrik dinamis ini memiliki karakter materi yang relevan dengan kedua keterampilan berpikir yang akan dikembangkan tersebut. Didalam materi listrik dinamis banyak tantangan dan permasalahan, konsep yang abstrak yang harus dipecahkan bersama melalui diskusi, praktikum dan presentasi. Tantangan dan permasalahan yang harus dipecahkan bersama diantaranya membaca alat ukur listrik, sistem rangkaian listrik tertutup, rangkaian hambatan seri dan paralel dan lain-lain. Sedangkan konsep yang abstrak diantaranya konsep kuat arus, beda potensial, faktor –faktor yang mempengaruhi hamabatan listrik dan hukum Kirchoff.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini “Apakah model pembelajaran SSCS lebih efektif untuk meningkatan keterampilan generik sains dan menunjukkan profil keterampilan berpikir kritis siswa SMA dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional?”

Untuk memperjelas lingkup persoalan penelitian, rumusan masalah di atas dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana efektivitas peningkatan keterampilan generik sains siswa SMA

pada kelas yang menggunakan model pembelajaran SSCS dibandingkan dengan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional?


(12)

2. Bagaimana deskripsi pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada kelas yang menggunakan pembelajaran SSCS dibandingkan dengan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional?

3. Bagaimana korelasi keterampilan generik sains dengan keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada kelas yang menggunakan pembelajaran SSCS dibandingkan dengan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.

4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran SSCS pada materi listrik dinamis?

5. Bagaimana tanggapan guru terhadap penggunaan model pembelajaran SSCS pada materi listrik dinamis?

C. Pembatasan Masalah

Supaya permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Materi pelajaran fisika yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi listrik dinamis.

2. Keterampilan generik sains yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan-keterampilan pengamatan langsung dan tak langsung, melakukan inferensi logika secara berarti, memahami hukum sebab akibat dan berpikir dalam kerangka logika taat asas.

3. Keterampilan berpikir kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecakapan-kecakapan; mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak? (kredibilitas), mendeduksi dan mempertimbangkan deduksi,


(13)

menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi serta mengidentifikasi asumsi.

D. Asumsi dan Hipotesis Asumsi

Beberapa asumsi diajukannya hipotesis di atas antara lain:

1. Penggunaan model pembelajaran SSCS dalam pembelajaran dapat memfasilitasi terjadinya proses latihan keterampilan generik sains siswa. Dalam tahap solve terdapat kegiatan membimbing siswa membuat prediksi sementara terhadap jawaban dari pertanyaan, menuntun siswa untuk membuktikan jawaban dari pertanyaan dengan melakukan penyelidikan-penyelidikan, pengukuran, analisis data dan menarik kesimpulan. Kegiatan ini akan efektif untuk mengembangkan beberapa keterampilan generik sains diantaranya: pengamatan langsung dan pengamatan tak langsung, melakukan inferensi logika secara berarti, memahami hukum sebab akibat, dan berpikir dalam kerangka logika taat asas.

2. Penggunaan model pembelajaran SSCS dapat memfasilitasi terjadinya proses latihan berpikir untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Pada tahap search siswa dilatih berhipotesis dan melakukan induksi, pada tahap solve dimana siswa berusaha mencari jawaban atas pertanyaan yang dibuat pada tahap search siswa dilatih melihat kredibilitas sumber dan pengamatan, melakukan deduksi dan asumsi. Model pemecahan masalah SSCS membuat studi konteks pada perkembangan dan menggunakan perintah-perintah kemampuan berpikir yang lebih tinggi dan hasil-hasil pada


(14)

kondisi yang lebih penting pada kemampuan berpikir mentransfer dari satu ruang lingkup pelajaran ke ruang lingkup pelajaran yang lain (Pizzini 1996). Hipotesis

Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini, adalah: 1. Hipotesis alternatif satu (H α 1); (µ1 < µ2; α = 0.05)

Penggunaan model pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) dalam pembelajaran fisika di tingkat SMA lebih efektif terhadap peningkatan keterampilan generik sains siswa dari pada penggunaan pembelajaran konvensional.

Keterangan:

µ1 = Keterampilan generik sains kelas kontrol µ2 = Keterampilan generik sains kelas eksperimen 2. Hipotesis alternatif dua (H α 2); (ρ1 < ρ2; α = 0.05)

Korelasi antara keterampilan generik sains dengan keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada kelas yang menggunakan model pembelajaran SSCS lebih tinggi dibandingkan korelasi pada kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

Keterangan :

ρ1 = Korelasi KGS dengan KBK pada kelas kontrol

ρ2 = Korelasi KGS dengan KBK pada kelas eksperimen E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal berikut:


(15)

1. Memperoleh informasi mengenai efektivitas peningkatan keterampilan generik sains pada materi listrik dinamis pada kelas yang menggunakan model pembelajaran SSCS dibandingkan dengan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional?

2. Memperoleh informasi mengenai deskripsi pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa pada materi listrik dinamis untuk kelas yang menggunakan model pembelajaran SSCS dibandingkan dengan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Memperoleh informasi mengenai korelasi keterampilan generik sains dengan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi listrik dinamis untuk kelas yang menggunakan model pembelajaran SSCS dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional?

4. Memperoleh informasi mengenai tanggapan guru terhadap penerapan model pembelajaran SSCS pada topik listrik dinamis di tingkat SMA.

5. Memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran SSCS pada topik listrik dinamis di tingkat SMA F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan mempunyai nilai guna sebagai berikut:

1. Bagi Guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk menggunakan model pembelajaran SSCS dalam pembelajaran fisika saat menjelaskan listrik dinamis dan materi yang setara atau sejenis


(16)

2. Bagi Siswa, penelitian ini diharapkan mampu membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritisnya pada materi listrik dinamis.

3. Bagi pihak lain yang penelitiannya beririsan, hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan atau perbandingan.

G. Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan salah tafsir, maka terdapat beberapa istilah yang perlu dijelaskan, yaitu:

1. Model pembelajaran SSCS merupakan kegiatan pembelajaran dengan tahap-tahap yang sistematis yang membutuhkan partisipasi dan kerjasama siswa dalam kelompok. Tahapan SSCS adalah: a) Membuat kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang siswa. b) Mengorientasi siswa pada masalah dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan. c) Membimbing siswa membuat prediksi sementara terhadap jawaban dari pertanyaan, menuntun siswa untuk membuktikan jawaban dari pertanyaan dengan melakukan penyelidikan-penyelidikan, pengukuran, analisis data dan menarik kesimpulan. d) Membimbing siswa dalam menyusun laporan yang akan dipresentasikan dan menentukan cara untuk mempresentasikan laporan. e) Kegiatan siswa untuk membagi informasi atau pengetahuan yang didapatkan siswa lain melalui kegiatan diskusi. Keterlaksanaan model pembelajaran SSCS diamati melalui format observasi.

2. Keterampilan generik sains adalah kemampuan dasar yang dapat ditumbuhkan ketika peserta didik menjalani proses belajar yang


(17)

bermanfaat sebagai bekal meniti karier dalam bidang yang lebih luas. Brotosiswoyo (2001) menyampaikan gagasannya tentang keterampilan berfikir dalam belajar fisika, yang pada intinya menyatakan bahwa ada keterampilan berpikir yang bersifat generik yang dapat ditumbuhkan melalui belajar fisika. Indikator berpikir generik sains yang dikembangkan diantaranya adalah sebagai berikut: pengamatan langsung dan tak langsung, melakukan inferensi logika secara berarti, memahami hukum sebab akibat, dan berpikir dalam kerangka logika taat asas. Dalam penelitian ini keterampilan generik sains diukur dengan menggunakan tes keterampilan generik sains listrik dinamis dalam bentuk pilihan ganda. 3. Norris dan Ennis menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan berpikir

masuk akal dan reflektif yang difokuskan pada pengambilan keputusan tentang apa yang dilakukan atau diyakini. Masuk akal berarti berpikir berdasarkan atas fakta-fakta untuk menghasilkan keputusan yang terbaik. Reflektif artinya mencari dengan sadar dan tegas kemungkinan solusi yang terbaik. Berpikir kritis sebagai salah satu proses berpikir tingkat tinggi dapat digunakan dalam pembentukan sistem konseptual IPA peserta didik sehingga merupakan salah satu proses berpikir konseptual tingkat tinggi (Liliasari, 2002). Berpikir kritis merupakan aspek penting dan topik yang vital dalam pendidikan modern sehingga para pendidik tertarik untuk mengembangkan berpikir kritis kepada siswa. Indikator keterampilan berpikir kritis yang akan dikembangkan diantaranya, mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak? (kredibilitas), mendeduksi


(18)

dan mempertimbangkan deduksi, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, mengidentifikasi asumsi. Dalam penelitian ini keterampilan berpikir kritis diukur dengan menggunakan tes psikologi Cornell level X berupa tes keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan Ennis.

4. Pembelajaran konvensional didefinisikan sebagai model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru fisika di salah satu SMA Negeri di Kota Banjar yang akan menjadi tempat penelitian. Pembelajaran ini didominasi oleh metode ceramah, tanya jawab yang diakhiri dengan pembuktian (verifikasi) melalui kegiatan demonstrasi atau percobaan, dimana guru cenderung lebih aktif sebagai sumber informasi bagi siswa dan siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran.


(19)

42 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu dan metode deskriptif. Untuk mendapatkan gambaran peningkatan keterampilan generik sains dan efektivitasnya terhadap kemampuan berpikir kritis siswa digunakan metode eksperimen semu dengan desain “randomized control group pretest- posttest design” (Fraenkel,1993). Sedangkan metode deskriptif untuk mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran SSCS pada pembelajaran. Desain ini menggunakan dua kelompok yaitu satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran SSCS dan kelompok kontrol mendapatkan pembelajaran konvensional. Terhadap dua kelompok dilakukan pretest dan posttest untuk melihat peningkatan keterampilan generik sains sebelum dan setelah pembelajaran. Terhadap dua kelompok tersebut juga dilakukan test psikologi Cornell Level X untuk menguji keterampilan berpikir kritis setelah dilakukan pembelajaran. Desain penelitian seperti ditunjukan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O X1 O


(20)

Keterangan:

X1 = perlakuan model pembelajaran SSCS

X2 = perlakuan berupa model pembelajaran konvensional O = pretest dan posttest keterampilan generik sains

B.Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada salah satu SMA yang ada di Kota Banjar Jawa Barat kelas X. Sampel penelitian diambil dua kelas yang dipilih secara acak sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pemilihan secara acak didapatkan kelas X-A sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 31 orang siswa dan kelas X-B sebagai kelompok kontrol dengan jumlah 32 orang siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan mengikuti alur yang dapat dilihat pada diagram alur penelitian. Berdasarkan diagram pada dasarnya penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

1. Tahap perencanaan

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain: a. Wawancara dengan guru dan siswa mengenai proses pembelajaran yang

sering digunakan, penggunaan laboratorium fisika, dan respon siswa terhadap model pembelajaran yang sering digunakan.


(21)

b. Analisis kurikulum dan materi fisika SMA, analisis jurnal, buku dan sumber bacaan lain mengenai pembelajaran SSCS, keterampilan generik sains dan berpikir kritis.

c. Penentuan materi pembelajaran yaitu listrik dinamis

d. Penyusunan skenario model pembelajaran SSCS pendekatan problem solving

e. Membuat instrumen penelitian f. Melakukan validasi instrumen g. Merevisi instrumen

h. Mempersiapkan dan mengurus surat izin penelitian i. Menentukan subyek penelitian

2. Tahap pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain:

a. Pelaksanaan pretest bagi kedua kelas untuk mengetahui keterampilan generik sains awal siswa pada materi listrik dinamis

b. Pelaksanaan pembelajaran menerapkan model pembelajaran SSCS pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvesional pada kelas kontrol

c. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh dua orang untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar dan mengamati keterlaksanaan penggunaan model pembelajaran SSCS pada kelas eksperimen.

d. Pelaksanaan posttest bagi kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui peningkatan keterampilan generik sains siswa.


(22)

e. Pelaksanaan tes keterampilan berpikir kritis berupa tes psikologi cornell level X yang dikembangkan Ennis.

3. Tahap akhir

Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir antara lain: a. Mengolah data hasil penelitian

b. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian c. Menarik kesimpulan

D. Alur Penelitian


(23)

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Survai :

Wawancara dengan guru dan siswa

Identifikasi Masalah

Studi literatur :

Analisis kurikulum dan materi fisika SMA, Analisis jurnal, buku mengenai pembelajaran SSCS, keterampilan generik sains dan berpikir kritis

Penentuan materi

• Pembuatan perangkat pembelajaran. •Pembuatan instrumen

•Judgement •Ujicoba instrument

Pelaksanaan Tes Awal

LKS Pembelajaran konvensional

(kelas kontrol) Pembelajaran SSCS

(kelas eksperiment)

Lembar observasi,

Lembar wawancara Pelaksanaan tes akhir

Data hasil tes awal dan tes akhir

Analisis data dan pembahasan temuan penelitian


(24)

E. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian digunakan tes sebagai berikut: soal tes tertulis keterampilan generik sains, tes tertulis keterampilan berpikir kritis dan angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran.

1. Tes Keterampilan Generik Sains

Tes ini dibuat dalam bentuk tes obyektif model pilihan ganda dengan lima pilihan. Setiap soal dibuat untuk menguji keterampilan generik sains siswa yang tercakup dalam materi listrik dinamis. Tes ini dilakukan dua kali, yaitu pada saat pretest untuk melihat kemampuan awal siswa terhadap keterampilan generik sains , yang kedua pada saat posttest dengan tujuan untuk mengukur keterampilan generik sains siswa sebagai hasil penggunaan model pembelajaran SSCS pada pembelajaran.

Ada empat indikator keterampilan generik sains yang diujikan melalui soal listrik dinamis. Keempat indikator keterampilan generik sains, nomor soal dan indikator soal diperlihatkan pada tabel 3.2.

Tabel 3.2. Indikator Keterampilan Generik Sains Indikator

Ket. Generik

Sains

Nomor Soal

Indikator Soal

Pengamatan langsung dan tak langsung

1 Menempatkan amperemeter dan voltmeter dalam suatu rangkaian.

2 Menempatkan amperemeter dan voltmeter dalam suatu rangkaian.

3 Membaca skala amperemeter 4 Membaca skala amperemeter


(25)

Indikator Ket. Generik Sains Nomor Soal Indikator Soal Melakukan inferensi logika secara berarti

5 Membaca skala berdasarkan grafik percobaan 6 Menentukan perbandingan hambatan dari

penghantar sejenis

7 Menentukan besar beda potensial listrik pada rangkaian seri.

8 Membandingkan kuat arus dan beda potensial pada dua rangkaian

Memahami hukum sebab akibat

9 Menentukan hambatan bahan

10 Menentukan beda potensial dan hambatan listrik jika arus diperkecil

11 Memahami karakteristik rangkaian paralel 12 Menentukan kuat arus pada rangkaian bercabang Berpikir

dalam kerangka logika taat asas

13 Menetukan kuat arus pada rangkaian bercabang 14 Menentukan kuat arus pada rangkaian bercabang 15 Menetukan beda potensial listrik antara dua titik 16 Menentukan besar tegangan jepit dalam suatu

rangkaian tertutup

2. Tes Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Tes keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan soal pilihan ganda berupa tes psikologi Cornell Level X dikembangkan oleh Ennis yang sudah baku digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa. Tes ini hanya dilakukan setelah pembelajaran selesai baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.

Tes psikologi Cornell Level X ini dilaksanakan selama 60 menit untuk 71 nomor yang yang terbagi kedalam empat sub aspek. Keempat sub aspek, jumlah soal tiap sub aspek beserta alokasi waktunya ditunjukkan pada tabel 3.3.


(26)

Tabel 3.3. Distribusi Soal pada Sub Aspek Keterampilan Berpikir Kritis

Sub aspek Keterampilan Berpikir Kritis

Jumlah Soal Alokasi Waktu

Induksi / Tes Hipitesis

23 (nomor 3 – 25) 20 menit Kredibilitas

Sumber dan Pengamatan

24 (nomor 27 – 50) 20 metit

Deduksi 14 (nomor 52 – 65) 12 menit Identifikasi Asumsi 10 (nomor 67 – 76) 8 menit

3. Angket Tanggapan Siswa terhadap pembelajaran

Angket digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran SSCS pada pembelajaran dengan metoda eksperimen pada materi listrik dinamis. angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert dengan lima kategori tanggapan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak ada komentar (N), tidak setuju (ST), dan sangat tidak setuju (STS).

F. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan tiga cara pengumpulan data yaitu melalui tes tertulis, angket, dan lembar observasi. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.4.


(27)

Tabel 3.4. Teknik Pengumpulan Data No Sumber

Data

Jenis Data Teknik

Pengumpulan

Instumen 1. Siswa Keterampilan Generik

Sains

Pretest dan posttest

Butir soal pilihan ganda yang memuat keterampilan generik sains.

2. Siswa Keterampilan berpikir kritis siswa setelah mendapatkan perlakuan

posttest Butir soal pilihan ganda yang berupa tes psikologi Cornell Level X memuat keterampilan

berpikir kritis 3. Siswa

dan Guru

Tanggapan siswa dan

guru terhadap

penggunaan model pembelajaran SSCS

Kuesioner Angket

4. Siswa dan Guru

Aktivitas siswa dan guru selama KBM dan keterlaksanaan model pembelajaran SSCS

Observasi Pedoman observasi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran

G. Teknik Analisis Data

1. Penskoran hasil tes keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritis dengan berpedoman pada standar penskoran yang telah ditetapkan. Pengujian kesahihan tes dilakukan dengan cara uji coba instrumen. Data hasil uji coba instrumen dianalisis melalui:

a. Validitas butir soal

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor setiap butir soal dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki


(28)

dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk kesejajaran (korelasi), sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi.

Perhitungan korelasi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson, sebagai berikut: (Arikunto, 2006)

{

2 2

}{

2 2

}

) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ =

Keterangan: rxy= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = skor tiap butir soal yang akan dicari validitasnya Y = skor tes total

N = jumlah sampel

Untuk mengklasifikasi koefisien korelasi dapat digunakan pedoman kategori seperti pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60 < rxy≤ 0,80 Tinggi (baik) 0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup (sedang) 0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah (kurang) 0,00 < rxy≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)


(29)

Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji-t dengan rumus berikut: (Sudjana, 2000)

2 1 2 xy xy r N r t − − = Keterangan : N = jumlah subjek

rxy= koefisien korelasi

b. Reliabilitas tes

Reliabilitas suatu alat ukur (tes) dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (ajeg, konsisten) setiap kali dipakai. Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama (identik) meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda. Tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi. Perhitungan koefisien reliabilitas tes dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua menggunakan persamaan: (Arikunto, 2006)

Keterangan: r = koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan 11

2 1 2 1

r = koefisien antara skor-skor setiap belahan tes       + = 2 1 2 1 2 1 2 1 11 1 2 r r r


(30)

Harga 2 1 2 1

r adalah nilai koefisien korelasi antara dua belahan tes, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson. Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas (r11),

digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J. P. Guilford, seperti pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Kategori Reliabilitas Tes Koefisien reliabilitas Kategori

r11≤ 0,20 Sangat rendah

0,20 < r11≤ 0,40 Rendah

0,40 < r11≤ 0,60 Cukup (sedang)

0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi

0,80 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi

c. Tingkat kemudahan butir soal

Tingkat kemudahan adalah bilangan yang menunjukkan mudah atau sukarnya suatu soal. Besarnya indeks kemudahan berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Soal dengan indeks kemudahan 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk berusaha memecahkan masalah. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai


(31)

semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Indeks kemudahan diberi simbol ‘P’ (proporsi) yang dapat dihitung dengan rumus: (Arikunto, 2006)

JS B

P=

Keterangan: P = indeks kemudahan

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Untuk mengklasifikasi indeks kemudahan dapat digunakan pedoman kategori tingkat kemudahan seperti pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Kategori Tingkat Kemudahan Indeks kemudahan Kategori soal

0,00 ≤P < 0,30 Sukar 0,30 ≤P < 0,70 Sedang 0,70 ≤P≤ 1,00 Mudah

d. Daya pembeda butir soal

Pengertian daya pembeda dari sebuah butir soal adalah seberapa jauh butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang memiliki kemampuan tinggi dengan testi yang memiliki kemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks


(32)

diskriminasi (D). Untuk menghitung indeks diskriminasi suatu tes dapat digunakan persamaan: (Arikunto, 2006)

A B

B B A A

P P J B J B

D= − = −

Keterangan: J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar

BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar

PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Untuk mengklasifikasi indeks daya pembeda dapat digunakan pedoman kategori daya pembeda seperti pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8. Kategori Daya Pembeda Indeks daya pembeda Kategori

D ≤ 0,20 Kurang

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup 0,40 < D ≤ 0,70 Baik 0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali

2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan generik sains ditinjau dari perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (normalized gain) yang


(33)

diperoleh dari penggunaannya. Perhitungan nilai gain ternormalisasi dan pengklasifikasiannya menggunakan persamaan yang dirumuskan oleh R. R. Hake sebagai berikut: (Cheng, et al., 2004)

= −

Keterangan: Spost = skor tes akhir Spre = skor tes awal

Smaks =skor maksimum ideal

Tinggi rendahnya gain yang dinormalisasi diklasifikasikan seperti pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Kategori Tingkat Gain yang Dinormalisasi Gain yang dinormalisasi Klasifikasi

g > 0,70 Tinggi

0,30 < g < 0,70 Sedang

g < 0,30 Rendah

3. Uji hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan teknik uji statistik yang sesuai dengan distribusi data yang diperoleh.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS Statistik 17.0. Sebelum dilakukan uji hipotesis (analisis inferensial), terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data sebagai berikut:


(34)

a. Uji normalitas data

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi atau sebaran skor data keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritis siswa kedua kelas. Uji normalitas data menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test.

b. Uji homogenitas data

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya kesamaan varians kedua kelas. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Levene Test. Uji tersebut didasarkan pada rumus statistik yaitu: (Ruseffendi, 1998)

Keterangan: F = nilai hitung

2 1

s = varians terbesar 2

2

s = varians terkecil c. Uji kesamaan dua rerata

Uji kesamaan dua rata-rata dipakai untuk membandingkan antara dua keadaan, yaitu uji kesamaan rata-rata untuk nilai gain yang dinormalisasi siswa pada kelas eksperimen dengan siswa pada kelas kontrol. Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dilakukan dengan menggunakan SPSS Statistik 17.0 yaitu uji-t dua sampel independen

2 2 2 1 s s F =


(35)

(Independent-Samples T Test). Dengan asumsi kedua variance sama besar (equal variances assumed) maka:

      + − = 2 1 2 1 1 1 n n S x x t dengan 2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2 − + − + − = n n S n S n S

Keterangan: x1 = rata-rata N-gain kelas eksperimen 2

x = rata-rata N-gain kelas kontrol n1 = jumlah sampel kelas eksperimen

n2 = jumlah sampel kelas kontrol

S = jumlah subyek penelitian d. Uji Korelasi

Perhitungan korelasi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson, sebagai berikut: (Arikunto, 2006)

{

2 2

}{

2 2

}

) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ =

Keterangan: rxy= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = skor keterampilan generik sains

Y = skor keterampilan berpikir kritis N = jumlah sampel

Untuk mengklasifikasi koefisien korelasi dapat digunakan pedoman kategori seperti pada Tabel 3.10.


(36)

Tabel 3.10. Kategori korelasi

Batasan Kategori

0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60 < rxy≤ 0,80 Tinggi (baik) 0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup (sedang) 0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah (kurang) 0,00 < rxy≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)

e. Analisis Data Angket Skala Likert

Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif kategori SS (sangat setuju) diberi skor tertinggi, makin menuju ke STS (sangat tidak setuju) skor yang diberikan berangsur-angsur menurun. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif ketegori STS (sangat tidak setuju) diberi skor tertinggi, makin menuju ke SS (sangat setuju) skor yang diberikan berangsur-angsur menurun.

H. Hasil Uji Coba Instrumen

Uji coba tes dilakukan pada siswa kelas XI IPA di salah satu SMA Negeri di Kota Banjar (di tempat penelitian) pada hari Kamis, 19 Mei 2011. Soal tes keterampilan generik sains yang diujicobakan berjumlah 20 butir soal berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan. Analisis instrumen dilakukan dengan menggunakan program Anates V4 untuk menguji validitas,


(37)

reliabilitas, tingkat kemudahan, dan daya pembeda soal. Hasil uji coba secara terperinci tertera pada lampiran C.

Hasil uji coba soal keterampilan generik sains listrik dinamis siswa dapat dilihat pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11. Hasil Ujicoba Soal Tes Keterampilan Generik Sains Listrik Dinamis

No Soal

Daya Pembeda

Tingkat

Kemudahan Validitas Reliabilitas Keterangan Kriteria Kriteria Kriteria Nilai Kri

teria

1. Baik Sangat Mudah Valid

0,87 Tinggi

Dipakai

2. Baik Sedang Valid Dipakai

3. Baik Sedang Valid Dipakai

4. Baik Sedang Valid Dipakai

5. Jelek Sedang Tidak Valid Tidak Dipakai

6. Baik Sukar Valid Dipakai

7. Jelek Sangat Sukar Tidak Valid Tidak Dipakai

8. Cukup Sukar Valid Dipakai

9. Baik Sukar Valid Dipakai

10. Baik Sedang Valid Dipakai

11. Cukup Sedang Valid Dipakai

12. Cukup Sedang Valid Dipakai

13. Jelek Sedang Tidak Valid Tidak Dipakai

14. Baik Sedang Sangat Valid Dipakai

15. Baik Sukar Sangat Valid Dipakai

16. Baik Sedang Valid dipakai

17. Jelek Sedang Tidak Valid Tidak Dipakai

18. Baik Sedang Sangat Valid Dipakai

19. Baik Sukar Sangat Valid Dipakai

20. Baik Sukar Valid Dipakai

Uji coba soal tes keterampilan generik sains listrik dinamis ini terdiri dari 20 soal berbentuk pilihan ganda. Berdasarkan hasil uji coba, terdapat 16 soal valid dan 4 soal yang tidak valid. Jumlah soal keterampilan generik sains


(38)

yang digunakan untuk pretest dan posttest berjumlah 16 soal. Hasil uji coba soal tes keterampilan generik sains secara rinci tertera pada Lampiran C.

I. Jadwal Kegiatan Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 24 Mei s/d 4 Juni 2011. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kegiatan pembelajaran fisika di kelas X SMA. Pembelajaran model SSCS (kelas eksperimen) dilakukan di laboratorium fisika sedangkan pembelajaran model konvensional (kelas kontrol) dilakukan di ruang belajar siswa. Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Hari/Tanggal Jenis Kegiatan

1. Selasa, 24 mei 2011 Penyampaian Tujuan

Pretest keterampilan generik sains 2. Rabu, 25 mei 2011 Pembelajaran RPP1/ penggunaan model

pembelajaran SSCS

3. Kamis, 26 mei 2011 Pembelajaran RPP2/ penggunaan model pembelajaran SSCS

4. Jumat, 27 mei 2011 Pembelajaran RPP2/ penggunaan model pembelajaran SSCS

5. Sabtu, 28 mei 2011 Pembelajaran RPP3/ penggunaan model pembelajaran SSCS

6. Senin, 30 mei 2011 Pembelajaran RPP4/ penggunaan model pembelajaran SSCS

7. Selasa, 31 mei 2011 Pembelajaran RPP5/ penggunaan model pembelajaran SSCS

8. Rabu, 1 Juni 2011 Posttest keterampilan generik sains Sebaran angket siswa


(39)

87 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan.

Berdasarkan hasil analisis data, hasil temuan, dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran Searc, Solve, Create and Share (SSCS) dengan metode ekperimen secara signifikan lebih efektif meningkatkan keterampilan generik sains siswa pada materi listrik dinamis dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

2. Penggunaan model pembelajaran Searc, Solve, Create and Share (SSCS) dengan metode ekperimen pada materi listrik dinamis dapat menunjukkan pencapaian (profil) skor tes keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian skor tes keterampilan berpikir kritis pada kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

3. Penggunaan model pembelajaran SSCS pada topik listrik dinamis dapat melatih siswa memiliki keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritis.

4. Guru memberikan tanggapan yang positif terhadap penggunaan model pembelajaran SSCS pada materi listik dinamis.

5. Siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap penggunaan model pembelajaran SSCS pada materi listrik dinamis


(40)

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penggunaan model pembelajaran SSCS dengan metode eksperimen pada materi listrik dinamis, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaran SSCS perlu dilaksanakan ditingkat SMA dalam pembahasan listrik dinamis dan dicoba diterapkan pada materi lainnya untuk lebih meningkatkan penguasaan materi fisika siswa melalui peningkatan keterampilan berpikir generik sains dan berpikir kritis siswa.

2. Mengingat penggunaan model pembelajaran SSCS pada topik listrik dinamis dengan metode eksperimen mendapatkan tanggapan positif dari siswa, maka perlu untuk diujicobakan pada konsep lain yang lebih komplek sesuai dengan karakteristik model pembelajaran SSCS.

3. Penggunaan model pembelajaran SSCS dengan metoda eksperimen ini memerlukan manajemen waktu yang sangat ketat, terutama pada tahap solve dan tahap share. Untuk mendukung efektivitas waktu tersebut maka guru selain sebagai fasilitator bagi siswa juga harus sangat cermat mengatur waktu. Selain itu juga, diperlukan sekali adanya laboran fisika terutama dalam persiapan dan mengakhiri kegiatan.


(41)

89

DAFTAR PUSTAKA

Adisyahputra, et al. (1992). Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto, S . (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Baroto, Gogol. (2009). Pengaruh Model Pembelajaran PBL dan Model Pembelajaran SSCS Ditinjau dari Kreativitas dan Intelegensi Siswa. Tesis. PPs Universitas Sebelas Maret Surakarta

Brotosiswoyo, B.S.(2000). Hakikat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta : Proyek Pengembangan Universitas Terbuka, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdiknas.

Brotosiswoyo, B.S (2001). Hakekat Pembelajaran MIPA di Perguruan Tinggi: Fisika. Jakarta: PAU-PPAI Dirjen Dikti Depdiknas.

Cheng, K. et al. (2004). “Using Online Homework System Enhances Students’ Learning of Physics Concepts in an Introductory Physics Course”. American Journal of Physics. 72, (11), 1447-1453.

Clark, Donald (2000). Discovery learning [online]. Tersedia: http://www.nwlink.com/~donclark/hrd/history.html[19 november

2008]

Costa and Pressceisen. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Fisika, Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas.

Ennis, R. H., (1985). Goal for a Critical Thinking Curriculum, Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia:ASDC.

Ennis, R.H. (1987). An Elaboration of a cardinal goal of science intruction, Educational Phillosophy and Theory, 23, (1), 31 – 34

Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. (2007). How to Design and Evaluate Research in Education (Sixth ed). New York: McGraw-Hill Book Co.


(42)

Gasong, Dina, (2006). Model Pembelajaran Konstruktivistik sebagai AlternativeMengatasiMasalahPembelajaran:

www.gerejatoraja.com/.../model_pembelajaran

Gusrial, (2009) penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran konseptual interaktif dalam meningkatkan pemahaman konsep dan meminimalkan miskonsepsi pada topik kalor. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan..

Joyce et al. (2000). Models of Teaching, Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon Liliasari, (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk

Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi (Studi Pengembangan Berpikir Kritis dan Kreatif). Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX Perguruan Tinggi. UPI Bandung.

Johnson, Elaine B. (2002) Contextual Teaching & Learning: what it is and why it’s here to stay. Corwin Press, inc.,Thousand Oaks, California

Juremi, S. Dan Ayob, A (2000). Menentukan kesahan alat ukur-alat ukur kemahiran berfikir kritis, berpikir kreatif, kemahiran proses sains dan

pencapaian biologi [online].

http://www.geocities.com/drwanrani/Sabaria_Juremi.html.

Panggabean, L.P. (1996) Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung.

Pizzini, E.L. (1996) Implentation Handbook for The SSCS Problem Solving Intruction Model. Iowa: The University of Iowa.

Priyadi. (2005).”BerpikirKritis”.http://Priyadi.net/archives/2005/04/21/ berpikir kritis.

Ramson. (2010). Model pembelajaran search, solve, create and share (SSCS) untuk meningkatkan pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa SMP pada topik cahaya. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.


(43)

Timmons, Tobin (1996) dalam “Implementasi Pendekatan Konstruktivisme


(1)

61

yang digunakan untuk pretest dan posttest berjumlah 16 soal. Hasil uji coba soal tes keterampilan generik sains secara rinci tertera pada Lampiran C.

I. Jadwal Kegiatan Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 24 Mei s/d 4 Juni 2011. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kegiatan pembelajaran fisika di kelas X SMA. Pembelajaran model SSCS (kelas eksperimen) dilakukan di laboratorium fisika sedangkan pembelajaran model konvensional (kelas kontrol) dilakukan di ruang belajar siswa. Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Hari/Tanggal Jenis Kegiatan

1. Selasa, 24 mei 2011 Penyampaian Tujuan

Pretest keterampilan generik sains 2. Rabu, 25 mei 2011 Pembelajaran RPP1/ penggunaan model

pembelajaran SSCS

3. Kamis, 26 mei 2011 Pembelajaran RPP2/ penggunaan model pembelajaran SSCS

4. Jumat, 27 mei 2011 Pembelajaran RPP2/ penggunaan model pembelajaran SSCS

5. Sabtu, 28 mei 2011 Pembelajaran RPP3/ penggunaan model pembelajaran SSCS

6. Senin, 30 mei 2011 Pembelajaran RPP4/ penggunaan model pembelajaran SSCS

7. Selasa, 31 mei 2011 Pembelajaran RPP5/ penggunaan model pembelajaran SSCS

8. Rabu, 1 Juni 2011 Posttest keterampilan generik sains Sebaran angket siswa


(2)

87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan.

Berdasarkan hasil analisis data, hasil temuan, dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran Searc, Solve, Create and Share (SSCS) dengan metode ekperimen secara signifikan lebih efektif meningkatkan keterampilan generik sains siswa pada materi listrik dinamis dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

2. Penggunaan model pembelajaran Searc, Solve, Create and Share (SSCS) dengan metode ekperimen pada materi listrik dinamis dapat menunjukkan pencapaian (profil) skor tes keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian skor tes keterampilan berpikir kritis pada kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

3. Penggunaan model pembelajaran SSCS pada topik listrik dinamis dapat melatih siswa memiliki keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritis.

4. Guru memberikan tanggapan yang positif terhadap penggunaan model pembelajaran SSCS pada materi listik dinamis.

5. Siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap penggunaan model pembelajaran SSCS pada materi listrik dinamis


(3)

88

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penggunaan model pembelajaran SSCS dengan metode eksperimen pada materi listrik dinamis, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaran SSCS perlu dilaksanakan ditingkat SMA dalam pembahasan listrik dinamis dan dicoba diterapkan pada materi lainnya untuk lebih meningkatkan penguasaan materi fisika siswa melalui peningkatan keterampilan berpikir generik sains dan berpikir kritis siswa.

2. Mengingat penggunaan model pembelajaran SSCS pada topik listrik dinamis dengan metode eksperimen mendapatkan tanggapan positif dari siswa, maka perlu untuk diujicobakan pada konsep lain yang lebih komplek sesuai dengan karakteristik model pembelajaran SSCS.

3. Penggunaan model pembelajaran SSCS dengan metoda eksperimen ini memerlukan manajemen waktu yang sangat ketat, terutama pada tahap solve dan tahap share. Untuk mendukung efektivitas waktu tersebut maka guru selain sebagai fasilitator bagi siswa juga harus sangat cermat mengatur waktu. Selain itu juga, diperlukan sekali adanya laboran fisika terutama dalam persiapan dan mengakhiri kegiatan.


(4)

89

DAFTAR PUSTAKA

Adisyahputra, et al. (1992). Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto, S . (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Baroto, Gogol. (2009). Pengaruh Model Pembelajaran PBL dan Model Pembelajaran SSCS Ditinjau dari Kreativitas dan Intelegensi Siswa. Tesis. PPs Universitas Sebelas Maret Surakarta

Brotosiswoyo, B.S.(2000). Hakikat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta : Proyek Pengembangan Universitas Terbuka, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdiknas.

Brotosiswoyo, B.S (2001). Hakekat Pembelajaran MIPA di Perguruan Tinggi: Fisika. Jakarta: PAU-PPAI Dirjen Dikti Depdiknas.

Cheng, K. et al. (2004). “Using Online Homework System Enhances Students’ Learning of Physics Concepts in an Introductory Physics Course”. American Journal of Physics. 72, (11), 1447-1453.

Clark, Donald (2000). Discovery learning [online]. Tersedia: http://www.nwlink.com/~donclark/hrd/history.html[19 november

2008]

Costa and Pressceisen. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Fisika, Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas.

Ennis, R. H., (1985). Goal for a Critical Thinking Curriculum, Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia:ASDC.

Ennis, R.H. (1987). An Elaboration of a cardinal goal of science intruction, Educational Phillosophy and Theory, 23, (1), 31 – 34

Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. (2007). How to Design and Evaluate Research in Education (Sixth ed). New York: McGraw-Hill Book Co.


(5)

90

Gasong, Dina, (2006). Model Pembelajaran Konstruktivistik sebagai AlternativeMengatasiMasalahPembelajaran:

www.gerejatoraja.com/.../model_pembelajaran

Gusrial, (2009)

penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran konseptual interaktif dalam meningkatkan pemahaman konsep dan meminimalkan miskonsepsi pada topik kalor. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan..

Joyce et al. (2000). Models of Teaching, Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon Liliasari, (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk

Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi (Studi Pengembangan Berpikir Kritis dan Kreatif). Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX Perguruan Tinggi. UPI Bandung.

Johnson, Elaine B. (2002) Contextual Teaching & Learning: what it is and why it’s here to stay. Corwin Press, inc.,Thousand Oaks, California

Juremi, S. Dan Ayob, A (2000). Menentukan kesahan alat ukur-alat ukur kemahiran berfikir kritis, berpikir kreatif, kemahiran proses sains dan

pencapaian biologi [online].

http://www.geocities.com/drwanrani/Sabaria_Juremi.html.

Panggabean, L.P. (1996) Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung.

Pizzini, E.L. (1996) Implentation Handbook for The SSCS Problem Solving Intruction Model. Iowa: The University of Iowa.

Priyadi. (2005).”BerpikirKritis”.http://Priyadi.net/archives/2005/04/21/ berpikir kritis.

Ramson. (2010). Model pembelajaran search, solve, create and share (SSCS) untuk meningkatkan pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa SMP pada topik cahaya. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.


(6)

Timmons, Tobin (1996) dalam “Implementasi Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran” http://subagio-subagio.blogspot.com


Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Sscs (Search, Solve, Create And Share) Untuk Meningkatkan Disposisi Matematik Siswa

21 139 156

Pengaruh model pmbelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

3 13 162

Pengaruh model search, solve, create and share terhadap hasil belajar siswa pada konsep fluida statis

1 18 214

PENGARUH KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE (SSCS) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

0 7 106

Pengaruh Model Pembelajaran Search Solve Create And Share (SSCS) dan Problem Based Instruction (PBI) Terhadap Prestasi Belajar dan Kreativitas Siswa

0 5 15

Penerapan Model Pemecahan Masalah Matematis Tipe Search, Solve, Create and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Dasar.

1 2 16

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH TIPE SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI.

0 4 45

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA.

0 0 44

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE (SSCS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN ADVERSITY QUOTIENT SISWA SMA.

0 6 57

Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP Pada Topik Cahaya.

4 12 41