IMPLEMENTASI TATA TERTIB SEKOLAH DALAM PENANAMAN BUDAYA DISIPLIN SISWA: Studi Deskriptif di SMPN I Tanjungsiang.

(1)

No. Daftar FPIPS: 17858/UN.40.2.2/PL/2013

Tanti Reni Puspita, 2013

IMPLEMENTASI TATA TERTIB SEKOLAH DALAM PENANAMAN BUDAYA DISIPLIN SISWA

(Studi Deskriptif di SMPN I Tanjungsiang) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

Tanti Reni Puspita 0901156

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Tanti Reni Puspita, 2013

Implementasi Tata Tertib Sekolah dalam Penanaman Budaya Disiplin Siswa (Studi Deskriptif di SMP N I Tanjungsiang)

Oleh Tanti Reni Puspita

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Tanti Reni Puspita 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

No. Daftar FPIPS: 17858/UN.40.2.2/PL/2013

Tanti Reni Puspita, 2013

LEMBAR PENGESAHAN

Tanti Reni Puspita 0901156

IMPLEMENTASI TATA TERTIB SEKOLAH DALAM PENANAMAN BUDAYA DISIPLIN SISWA

(Studi Deskriptif di SMPN I Tanjungsiang)

Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001

Pembimbing II

Dr. Kokom Komalasari, M. Pd NIP. 1972001 200112 2 001

Mengetahui,

Ketua Jururan Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001


(4)

Tanti Reni Puspita, 2013

Skripsi ini telah diuji pada :

Hari, tanggal : Rabu, 30 Oktober 2013

Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung

Panitia ujian terdiri dari :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si.

NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001 3. Penguji :3.1

Prof. Dr. H. Aim Abdulkarim, M.Pd. NIP. 19590714 198601 1 001

3.2

Dr. Dadang Sundawa, M.Pd NIP. 19600515 198803 1 002 3.3

Dra. Dartim Nan Sati NIP. 13051477600


(5)

vi Tanti Reni Puspita, 2013

ABSTRAK

IMPLEMENTASI TATA TERTIB SEKOLAH DALAM PENANAMAN BUDAYA DISIPLIN SISWA (Studi Deskriptif di SMPN I Tanjungsiang)

Sekolah merupakan elemen penting dalam pembentukan disiplin siswa. Disiplin dan tata tertib merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya, memiliki peranan penting dalam terwujudnya suatu kondisi lingkungan sekolah yang sangat dinamis, harmonis dan sejahtera. Namun, dalam pengimplementasian dari tata tertib tersebut tidak selalu berjalan mulus sehingga sering terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan siswa di sekolah. Maka disini pihak sekolah dituntut untuk membenahi keadaan tersebut sehingga dapat menekan angka dari pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan siswa sehingga akan terwujudnya kedisiplinan yang baik.Pertanyaan dalam penelitian ini antara lain: 1). Bagaimana disiplin siswa di sekolah? 2)Bagaimana implementasi tata tertib untuk penanaman disiplin 3)Apa saja faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan tata tertib untuk penanaman disiplin? 4)Bagaimana peran warga sekolah dalam penanaman disiplin? .Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif dimana penulis berusaha memecahkan masalah yang aktual dengan mengumpulkan data, menyusun, mengaplikasikannya dan menginterpretasikannya.Penelitian ini dilakukan di SMPN I Tanjungsiang, dengan tehnik pengumpulan data yang dilakukan yaitu melalui wawancara, observasi kepada beberapa narasumber seperti: kepala sekolah, wakasek kesiswaan, guru Bimbingan dan Konseling, guru PKn dan siswa. Setelah data terkumpul, maka kegiatan selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Teknik analisis data berjalan dari sebelum penelitian, selama dan setelah data terkumpul. Analisis data juga akan menghasilkan sebuah kesimpulan serta saran yang dapat direkomendasikan kepada objek yang diteliti sebagai pemecahan masalah. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: 1). Kondisi disiplin siswa sudah baik dengan perbandingan 9:1 walaupun masih ada siswa yang melanggar 2). Implementasi tata tertib sudah baik mengingat siswa telah faham dengan tata tertib yang berlaku adapun siswa yang melanggar tapi masih dikatakan wajar karena hanya terkait dengan pelanggaran ringan dan pemberian sanksi ditetapkan sesuai dengan jumlah komulatif point sanksi.3). Faktor penghambatnya adalah siswa itu sendiri terkait dengan kesadaran, lingkungan dan orang tua. Sedangkan faktor pendukungnya adalah kerja sama yang terjalin antar pihak sekolah dan siswa. 4). Peran warga sekolah sangat penting dalam penanaman budaya disiplin siswa antara lain dengan tak henti-hentinya memperingatkan siswa mengenai pentingnya disiplin, mengadakan kontrol yang dilakukan oleh Bimbingan dan Konseling dalam kegiatan belajar mengajar.Untuk lebih meningkatkan penanaman budaya disiplin siswa di SMPN I Tanjungsiang, maka sekolah harus didukung oleh berbagai pihak. Misalnya, sekolah harus lebih ditingkatkan lagi pemberian ketauladan dari pimpinan, guru serta staffnya dalam melaksanakan aturan yang berlaku. Selain itu, kepala sekolah sebagai pimpinan harus lebih berinovasi dalam pembuatan acara kegiatan.


(6)

vi Tanti Reni Puspita, 2013

ABSTRACT

IMPLEMENTATION PROCEDURES IN THE CONDUCT OF INVESTMENT CULTURE SCHOOL STUDENT DISCIPLINE (Descriptive Study on SMP I Tanjungsiang)

School is an important element in the formation of student discipline. Discipline and order are two things that can not be separated. Both have an important role in the creation of a school environment that is highly dynamic, harmonious and prosperous. However, the implementation of such rules does not always run smoothly so frequent violations of the student in school. So here the schools are required to fix the situation so as to reduce the number of offenses committed students that will be the realization that baik.Pertanyaan discipline in this study include: 1). How to discipline students in school? 2) How does the implementation rules for discipline 3) What are the factors inhibiting and supporting the implementation of rules for discipline? 4) What is the role of the school community in the discipline? . Research method used in this research is descriptive qualitative approach in which the authors tried to solve the actual problem with collecting data, preparing, applying and subscibe it. .This observation is done in SMP I Tanjungsiang, the techniques of data collection is done is through interview, observation to several sources such as principals, the vice of head master , teacher guidance and counseling, Civics teachers and students. Once the data is collected, the next activity is to analyze these data. Running data analysis techniques from prior research, during and after the data was collected. Analysis of the data will also result in a conclusion and suggestions that can be recommended to the object under study as problem solving. The results of the study revealed that: 1). Conditions of student discipline has been good with a 9:1 ratio, although there are students who violate 2). Implementation rules have been good considering the students familiar with the applicable rules as for students who violate but still said to be reasonable because it only related to minor offenses and sanctions are set according to the number of cumulative points sanksi.3). Inhibiting factor is related to the student's own consciousness, the environment and the elderly. While supporting factor is the cooperation between the school and the students. 4). The role of the school community are very important in the cultivation of a culture of discipline among other students with unrelenting warn students about the importance of discipline, hold the control exercised by the Guidance and Counseling in learning more mengajar.Untuk improve student discipline planting culture in SMP I Tanjungsiang, the school must be supported by the various parties. For example, schools should be further enhanced ketauladan provision of leadership, teachers and their staff in implementing the regulations. In addition, the principal should be more innovative as a leader in the manufacture of the event activities.


(7)

vi Tanti Reni Puspita, 2013


(8)

vi Tanti Reni Puspita, 2013


(9)

Tanti Reni Puspita, 2013

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ...x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Tata Tertib... 9

1. Pengertian Tata Tertib... 9

2. Indikator Tata Tertib ... 10

3. Peranan Tata Tertib ... 11

B. Tinjauan Umum tentang Disiplin... 18

1. Pengertian Unsur-unsur Disiplin dan Indikator ... 18

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin ... 22

3. Proses Pembentukan Sikap Disiplin ... 25

C. Penanaman Kedisiplinan Siswa di Sekolah ... 30

D. Cara Menanamkan Kedisiplin Pada Siswa ... 33

E. Penelitian Terdahulu ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 40

B. Desain Penelitian ... 42


(10)

Tanti Reni Puspita, 2013

D. Definisi Operasional ... 45

E. Instrumen Penelitian ... 48

F. Teknik Pengumpulan Data ... 49

G. Analis Data ... 53

H. Validitas Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 58

1. Profil SMPN I Tanjungsiang ... 57

2. Guru dan Personalia ... 59

3. Kegiatan Intrakulikuler dan Ekstrakulikuler ...59

4. Sarana dan Prasarana ...60

5. Data Siswa ...60

6. Tata Tertib Sekolah ...61

7. Data Pelanggaran Tata Tertib ...63

B. Laporan Hasil Penelitian ... 64

1. Hasil Observasi ... 64

2. Hasil Wawancara ... 66

3. Hasil Dokumentasi... 71

C. Analisis Hasil Penelitian ... 71

1. Kondisi Kedisiplinan Siswa di Sekolah ...71

2. Implementasi Tata Tertib dalam Penanaman Disiplin...74

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Tata Tertib dalam Penanaman Disiplin ...77

4. Peran Warga Sekolah dalam Penanaman Budaya Disiplin...80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

Daftar Pustaka………...……..90 Lampiran-Lampiran


(11)

Tanti Reni Puspita, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 ... 48 Gambar 3.2 ... 54


(12)

Tanti Reni Puspita, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 ... 59

Tabel 4..2 ... 60

Tabel 4.3 ... 60

Tabel 4..4 ... 63


(13)

1

Tanti Reni Puspita, 2013

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini, memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan. Perubahan tersebut meliputi beberapa aspek seperti politik, sosial, budaya. Sebenarnya, bila kita cermati kemajuan zaman tersebut tidak seharusnya menimbulkan dampak yang tidak baik. Kita sebut saja dampak dari kemajuan zaman itu yang terlihat sangat jelas adalah menyangkut menurunnya kedisiplinan.Seperti halnya di Negara kita, disiplin itu terkesan tidak diindahkan lagi. Padahal, disiplin itu memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter setiap insan manusia. Perilaku yang terlihat konkrit yang sering terjadi di negara kita yaitu bisa kita lihat dari media massa atau pun elektronik, dimana sosok atau figur dari para penguasa saja yang sudah seharusnya menjadi panutan memiliki perilaku yang tidak mengindahkan disiplin. Seperti anggota dewan menonton video pada saat rapat, dan mengobrol. Logikanya, bagaimana bisa rakyat kecil menjunjung tinggi disiplin kalau para penguasa di atas pun tidak bisa memberikan suri tauladan yang baik. Kita tidak harus selalu menyorot problematika yang menyangkut kedisiplinan dalam lingkup berbangsa dan bernegara, akan tetapi haruslah memperhatikan kehidupan dan lingkungan yang lebih kecil dan yang paling dekat dengan kehidupan sekitar kita. Lingkungan tersebut yaitu sekolah.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan komponen yang sangat penting dalam mengembangkan sikap disiplin siswa.Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan guru tentulah menjadi hal-hal yang dijadikan acuan oleh siswa karena mereka melihat dan mendengar apa-apa saja yang dikatakan dan mereka anggap baik semua yang diajarkan oleh


(14)

2

Tanti Reni Puspita, 2013

pendidiknya seringkali lebih besar pengaruhnya dari apa yang dikatakan atau diajarkan orang tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut merupakan bagian dari pendisiplinan siswa di sekolah. Komponen penting lainnya selain sekolah yaitu tata tertib dan guru, dimana guru mempunyai peranan besar dalam membentuk karakter disiplin siswa.

Mengapa kedisiplinan harus diperhatikan di sekolah? Hal tersebut dikarenakan bahwa sekolah pada umumnya memiliki fungsi mengembangkan potensi peserta didik dari berbagai aspek, seperti mental. Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan terlepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan yang sesuai dengan peraturan dan tata tertib di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa di sekolah terhadap tata tertib dapat dikatakan dengan disiplin siswa. Disiplin siswa adalah salah satu usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.

Menurut Wikipedia (1993) bahwa disiplin sekolah “refers to students

complying with a code of behaviour often known as the school rules”. Yang dimaksud dengan aturan sekolah tersebut, seperti tata cara berpakaian yang baik dan sopan, ketetapan waktu dan etika pelajar. Penetapan dari peraturan sekolah juga berfungsi dan memiliki tujuan sebagai pemberian hukuman (sanksi) bagi setiap siswa yang tidak mengindahkan peraturan yang berlaku.

Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman (1999) dalam (faissalrohman.blogspot) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah :

1. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.

2. Mendorong siswa melakukan hal yang baik dan benar.

3. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi dari hal-hal yang dilarang oleh sekolah.

4. Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.


(15)

3

Tanti Reni Puspita, 2013

Hal serupa dikemukakan oleh wikipedia (1993) bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa.Pentingnya kedisiplinan dan ketertiban itu adalah untuk mecegah terjadinya pelanggaran disiplin yang dilakukan siswa. Maka dari itu disiplin dan ketertiban perlu diatur oleh sebuah tatanan yang disebut tata tertib. Membicarakan tentang kedisiplinan, peraturan dan tata tertib merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan sejalan dengan yang dipaparkan oleh Arikunto (1990:155) :

Peraturan dan tata tertib merupakan dua hal yang sangat penting bagi kehidupan sekolah sebagai sebuah organisasi yang menyelenggarakan pendidikan. Untuk menjaga berlakunya peratura dan tata tertib diperlukan kedisiplinan dari semua personil sekolah. Di dalam kehidupan sekolah, peraturan dan tata tertib dimaksudkan untuk menjaga terlaksananya kegiatan belajar-mengajar siswa disamping itu juga untuk memenuhi kebutuhan pribadi yang terlibat di dalamnya karena mereka adalah individu yang semestinya dipandang sebagai manusia seutuhnya.

Menelusuri lebih jauh mengenai disiplin sekolah, bahwa disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan, seperti : sex bebas, keterlibatan dalam barang-barang haram (narkoba dan sejenisnya), geng motor, dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah tindkan kriminal lainnya), yang tidak hanya merugikan dirinya sendiri bahkan dapat merugikan mayarakat umum. Di lingkungan internal (sekolah) juga banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan dan tata tertib yang merentang dari pelanggaran ringan hingga berat , misalnya seperti : nyontek, bolos, pemalakan, pencurian dan tawuran serta tindakan-tindakan yang menyimpang lainnya. Tentu saja semua itu memerlukan upaya pencegahan dan penanggulangannya, dan disinilah arti penting dari disiplin sekolah.


(16)

4

Tanti Reni Puspita, 2013

Terciptanya kedisiplinan juga merupakan salah satu dari tujuan pendidikan karakter, dimana pendidikan karakter ini memiliki peranan yang sangat penting. Namun, istilah Pendidikan karakter sendiri masih kurang difahami oleh banyak kalangan sehingga kajian secara teoritis terhadap pendidikan karakter dapat menyebabkan salah tafsir tentang makna pendidikan karakter. Menurut Kesuma, (2011:5),beberapa masalah ketidaktepatan makna yang beredar dimasyarakat mengenai makna pendidikan karakter dapat diidentifikasi diantaranya sebagai berikut:

1) Pendidikan karakter = mata pelajaran agama dan Pkn, karena itu menjadi tanggung jawab guru agama dan Pkn.

2) Pendidikan karakter = mata pelajaran pendidikan budi pekerti.

3) Pendidikan karakter = pendidikan yang menjadi tanggung jawab keluarga, bukaan tanggung jawab sekolah.

4) Pendidikan karakter = adanya penambahan mata pelajaran baru dalam KTSP.

Berbagai makna yang kurang tepat tentang pendidikan karakter itu bermunculan dan seringkali menempati pemikiran dikalangan orang tua, guru, dan masyarakat umum sehingga menimbulkan beberapa asumsi tentang makna pendidikan karakter.Menurut ahli pendidikan karakter seperti Megawangi

(2004:95) mendefinisikan Pendidikan karakter itu sebagai berikut “Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-sehari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya”.

Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa pendidikan karakter itu adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya serta menjadikan manusia sebagai mahluk yang berketuhanan dan mengemban amanah sebagai pemimpin di dunia. Selain itu Pendidikan Karakter juga dapat membentuk siswa berkarakter kuat salah satunya siswa mempunyai karakter disiplin yang sangat baik sehingga mampu mengambil keputusan dengan bijak dan dapat mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.


(17)

5

Tanti Reni Puspita, 2013

Karakter disiplin sangat diperlukan bagi berlangsungnya kehidupan suatu bangsa. Dalam konteks kehidupan, disiplin itu merupakan sikap yang sangat penting sehingga dapat mendukung kemajuan dan perkembangan suatu masyarakat ke arah yang lebih baik namun dalam mewujudkan semua itu perlu berbagai upaya yang harus dilakukan seperti membina, membentuk dan mengembangkan karakter disiplin siswa baik dikehidupan individual, keluarga, sekolah,masyarakat, bangsa dan Negara.

Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Asy Mas’udi (2000:88): “Karakter

disiplin adalah Kebiasaan seseorang yang menjadi satu dalam prilaku kehidupan dalam melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturaan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa ada

paksaan dari siapapun”.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan implementasi tata tertib dalam pembentukan disiplin siswa dan untuk mewujudkan kondisi sekolah yang kondusif ini mendorong saya untuk mengangkat suatu judul “IMPLEMENTASI TATA TERTIB SEKOLAH

DALAM PENANAMAN BUDAYA DISIPLIN SISWA (STUDI

DESKRIPTIF DI SMP N I TANJUNGSIANG)

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahannya, adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana disiplin siswa di sekolah?

2. Bagaimana implementasi tata tertib untuk penanaman disiplin?

3. Apa saja faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan tata tertib untuk penanaman disiplin ?


(18)

6

Tanti Reni Puspita, 2013

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang dikemukakan diatas, yang secara umum adalah untuk memperoleh gambaran secara faktual mengenai implementasi tata tertib sekolah dalam penanaman budaya disiplin siswa.

2. Tujuan Khusus

Adapun tuju`an khusus dalam penelitian ini adalah 1. Mengetahui disiplin siswa di sekolah.

2. Mengetahui implementasi tata tertib untuk penanaman disiplin siswa di sekolah.

3. Mengetahui faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan tata tertib untuk penanaman disiplin.

4. Mengetahui peran warga sekolah dalam penanaman disiplin.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah bersifat teoretik dan praktis. Adapun manfaat – manfaat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Teoretik

Secara teoritik penelitian ini menekankan pada teori tentang pembelajaran hukum, kesadaran hukum dalam penerapannya terhadap tata tertib siswa di sekolah dan disiplin siswa, kompetensi guru,dan manajemen sekolah dalam pendidikan karakter. Peneliti ini mengharapkan guru dapat melakukan pengawasan atas implementasi tata tertib dan melakukan pendekatan pada setiap siswa sehingga tidak pernah terjadi perilaku meyimpang dan senantiasa disiplin.

2. Praktis

a. Bagi peneliti, penenelitian ini berguna sebagai acuan untuk mendorong peneliti ketika telah menjadi seorang pendidik kelak haruslah menjadi guru yang senantiasa membimbing, melakukan


(19)

7

Tanti Reni Puspita, 2013

pengawasan sehingga peserta didik itu bisa senantiasa menanamkan disiplin.

b. Bagi guru, penelitian ini berguna sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas mengajarnya dan lebih meningkatkan pengawasan terhadap peserta didiknya sehingga dapat memupuk dan menanamkan disiplin sejak dini.

c. Bagi siswa, penelitian ini memiliki kegunaan untuk memberikan pandangan kepada siswa-siswi mengenai pentingnya disiplin dalam pembentukan karakter siswa. Sehingga siswa akan terhindar dari perilaku-perilaku menyimpang dan siswa akan memiliki moralitas yang tinggi dan senantiasa bertumpu pada nilai-nilai yang berlaku sehingga akan mencetak warga negara yang baik (to be good citizenship).

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi ini terdiri dari : 1. Bab I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari :

a. Latar belakang menjelaskan alasan mengapa masalah tersebut diteliti, pentingnya masalah itu diteliti dan pendekatan untuk mengatasi masalah tersebut baik dari sisi teoritis maupun praktis.

b. Rumusan masalah berisi rumusan dan analisis masalahh sekaligus identifikasi variabel-variabel penelitian beserta definisi operasionalnya,.

c. Tujuan penelitian menjelaskan hasil yang ingin dicapai setelah dilakukannya penelitian.

d. Manfaat penelitian dapat dilihat dari berbagai aspek, misalnya dari segi teori, segi kebijakan, segi praktik dan segi isu serta sosial.


(20)

8

Tanti Reni Puspita, 2013

e. Struktur organisasi skripsi berisi tentang rincian urutan penulisan dari setiap bab dan bagian skripsi, mulai dari bab I sampai bab terakhir.

2. Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini terdiri dari konsep-konsep utama dan turunannya sesuai dengan masalah yang dikaji, didalamnya terdapat pula penelitian terdahulu yang relevan dengan yang diteliti dan posisi teoritik peneliti yang berkenaan dengan masalah yang diteliti, yang diturunkan dalam sub judul.

3. Bab III Metode Penelitian

Bab ini penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen seperti lokasi dan subjek/sampel penelitian,desain penelitian, pendekatan dan metode penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini membahas mengenai pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah yang berkaitan dengan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan pembahasan atau analisis temuan.

5. Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari penelitian dan saran yang diberikan peneliti.


(21)

40 Tanti Reni Puspita, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian menunjukkan pada pengertian tempat atau lokasi penelitian, yang dicirikan oleh adanya unsur-unsur seperti pelaku, tempat dan kegiatan yang dapat diobservasi. Adapun lokasi penelitian ini adalah SMP N I Tanjungsiang. Sementara itu, yang menjadi pertimbangan dasar dipilihnya SMPN I Tanjungsiang tersebut sebagai lokasi serta subjek dalam penelitian ini, dikarenakan sekolah tersebut memiliki kedisiplinan yang cukup baik.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini terlebih dahulu dijelaskan mengenai subjek penelitian,

S. Nasution (1992:32) menjelaskan bahwa “subjek penelitian yaitu sumber yang

dapat memberi informasi, dipilih secara purposif dan pertalian dengan tujuan tertentu”. Oleh sebab itu yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah:

a. Kepala Sekolah, b. Wakasek Kesiswaan, c. Guru BP,

d. Guru PKn, e. Siswa-siswi.

Subjek penelitian sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011: 215) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “Social Situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan

sebagai objek penelitian yang ingin difahami secara lebih mendalam “apa yang ada terjadi” di dalamnya.


(22)

41

Tanti Reni Puspita, 2013

Jadi subjek penelitian kualitatif adalah pihak-pihak yang dapat memberikan informasi secara purposif dan bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai. Hal ini senada dikemukakan oleh Nasution (1996:32) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sample hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi.Sering sampel dipilih secara “purposive” bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain dan seterusnya. Cara ini lajim disebut “snowball sampling” yang dilakukan secara serial atau berurutan.

Berdasarkan uraian di atas, maka subjek penelitian yang akan diteliti ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah serta tujuan penelitian. Tujuan peneliti yakni untuk mengetahui sejauh mana tata tertib itu diterapkan dalam penanaman karakter disiplin siswa di sekolah. Penentuan sampel dianggap telah memadai jika telah sampai pada ketentuan atau batas informasi yang ingin diperolehseperti yang dikemukakan oleh Nasution (1998:32-33) bahwa

“Untuk memperoleh informasi sampai dicapai taraf “redundancy” ketentuan atau kejenuhan artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang dianggap berarti”.

Dari apa yang telah diungkapkan di atas, subjek penelitian kualitatif adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi dipilih secara purposive bertalian dengan tujuan tertentu. Berdasarkan uraian tersebut, maka subjek yang diteliti akan ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian.

Dalam pengumpulan data, responden didasarkan pada ketentuan atau kejenuhan data dan informasi yang diberikan. Jika beberapa responden yang dimintai keterangan diperoleh informasi yang sama, maka itu sudah dianggap cukup untuk proses pengumpulan data yang diperlukan sehingga tidak perlu meminta keterangan dari responden berikutnya.


(23)

42

Tanti Reni Puspita, 2013

B.Desain Penelitian

Desain penelitian berdasarkan lokasi penelitian dan sumber data yang dipilih berdasarkan teknik pengambilan sampel. Sukmadinata, (2010:52) menjelaskan bahwa:

Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian (research design) tertentu. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondisi arti apa data dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah.

Desain penelitian ini dibuat berdasarkan fokus kajian yang ingin diteliti oleh peneliti. Dalam hal ini, peneliti melihat beberapa permasalahan terkait dengan implementasi tata tertib. Penelitian terhadap permasalahan yang ada kemudian diformulasikan dan difokuskan dalam sebuah fokus penelitian. Setelah ditentukan fokus penelitian, peneliti melakukan observasi, wawancara dan studi dokumentasi di lapangan dengan berbekal teori yang sudah dipelajari. Setelah diperoleh data, maka data di klasifikasikan, di olah dan di analisis. Hasil pengolahan data tersebut dijadikan sebagai temuan penelitian yang selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan penelitian, hingga bisa menghasilkan rekomendasi bagi pihak-pihak terkait.

C. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

kualitatif. Nasution (1996:3) mengemukakan bahwa “penelitian kualitatif pada

hakikatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksidengan mereka, berusaha untuk memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya”.Dalam pendekatan kualitatif, proses penelitian dan pemahaman berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Lebih lanjut menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007: 4), metode kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang


(24)

43

Tanti Reni Puspita, 2013

Penelitian kualitatif berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadang kala perlu juga melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut.

Moleong (2010:6) mengemukakan pengertian penelitian kualitatif, sebagai berikut :

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara horistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang implementasi tata tertib dalam penanaman disiplin siswa. Kedua, pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar belakang alamiahnya.Disamping itu, pendekatan kualitatif mempunyai adaptabilitas yang tinggi, sehingga memungkinkan penulis untuk senantiasa menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian ini.

2. Metode Penelitian

Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban. Menurut Sukmadinata (2010:52),

“metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan

penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosifis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”. Mendasarkan diri pada pengertian tersebut, pada penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.


(25)

44

Tanti Reni Puspita, 2013

Metode deskriptif yaitu metode penelitian yang membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, fenomena yang sedang terjadi dan berhubungan dengan kondisi masa kini. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh Suharsirni Arikunto (1993:25) bahwa:

Apabila peneliti bermaksud mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana, berapa bamyak, sejauh mana dan sebagainya, maka penelitiannya bersifat deskriptif, yaitu menjelaskan atau menerangkan peristiwa.

Menurut Sukardi (2004:57) “metode deskriptif berusaha menggambarkan dan menginterpretrasi objek sesuai dengan apa adanya”. Selain itu, Sukardi

(2004:157) mengatakan bahwa :

Penelitian deskriptif merupakan penelitiandi mana pengumpulan data untuk mengetespertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.

Menurut Surakhmad (1998:140), metode penelitian deskriptif secara umum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah masalah yang aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisa.

Berdasarkan pernyataan beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif semata-mata menerangkan atau mendeskripsikan kenyataan fenonema sosial tertentu dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang diteliti.

Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif karena disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui bagaimana implementasi dari tata tertib sekolah di SMP N I Tanjungsiang.


(26)

45

Tanti Reni Puspita, 2013

D. Definisi Operasional

Menurut Nazir, (1988:152) Definisi operasional adalah “suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti, atau mempersepsikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut”.

Untuk menghindari terjadinya kesalahan persepsi dan kesamaan konsep dalam mengartikan istilah dan memudahkan dalam menganalisis berkaitan dengan

judul “IMPLEMENTASI TATA TERTIB SEKOLAH DALAM

PENANAMAN BUDAYA DISIPLIN SISWA (STUDI DESKRIPTIF SMP N

I TANJUNGSIANG)”, agar terdapat keberagaman landasan berfikir antara peneliti dengan pembaca maka perlu dirumuskan pula definisi operasional dari penelitian ini yaitu:

1. Tata Tertib di Sekolah

definisi dari tata tertib itu sendiri, menurut Starawaji dalam (http://wwwtatatertib.blogspot.com/2011/02/tata-tertib.html) menerangkan bahwa :

“Tata tertib merupakan kosakata yang terbentuk dengan mengunakan

imbuhan-imbuhan baru, pada awalnya tat tertib berasal dari dua kata, yaitu

kata “tata” yang artinya susunan, peletakan, pemasangan, atau bisa disebut juga sebagai ilmu, contohnya, tata boga, tata graham, dan lain sebagainya.

Dan kata yang kedua adalah kata “tertib” yang artinya teratur, tidak acak

-acakan, rapih. Dalam kosakata bahasa Indonesia kata “tata tertib”

mempunyai pengertian yang baru, tapi masih ada keterkaitan dengan arti dari kedua kata tersebut, jadi kosakata tata tertib artinya adalah sebuah aturan yang dibuat secara tersusun dan teratur, serta saling berurutan, denga tujuan semua orang yang melaksanakan peratauran ini melakukannya sesuai dengan urutan-urutan yang telah dibuat”

Sedangkan menurut Depdikbud (1989) menjelaskan bahwa “pengertian tata tertib sekolah adalah aturan atau peraturan yang baik dan merupakan hasil

pelaksanaan yang konsisten (tatap azas) dari peraturan yang ada”. Selanjutnya,

Menurut Mulyono (2000) menyebutkan bahwa “tata tertib adalah kumpulan aturan–aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat anggota masyarakat. Aturan–aturan ketertiban dalam keteraturan terhadap tata tertib sekolah, meliputi kewajiban, keharusan dan larangan–larangan”.


(27)

46

Tanti Reni Puspita, 2013

Tata tertib sekolah merupakan patokan atau standar untuk hal–hal tertentu. Sesuai dengan keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 158/C/Kep/T.81 Tanggal 24 September 1981 (Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, 1989:145) dalam (http://www.psychologymania.com/2013/02/pengertian-tata-tertib-sekolah.html)

menerangkan bahwa “ketertiban berarti kondisi dinamis yang menimbulkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan dalam tata hidup bersama makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Ketertiban sekolah tersebut dituangkan dalam sebuah tata

tertib sekolah”.

Pada dasarnya tata tertib siswa di sekolah adalah sebagai berikut sebagaimana yang diungkapkan oleh Suryosubroto (2004:82-83) dalam Aang (2011)sesuai dengan instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.14 tahun 1974 adalah sebagai berikut:

a) Tugas dan kewajiban dalam kegiatan intra sekolah

1) Murid harus datang di seakolah sebelum jam pelajaran dimulai,

2) Murid harus sudah siap menerima pelajaran sesuai dengan jadwal sebelum pelajaran dimulai

3) Murid tidak dibenarkan tinggal di dalam kelas pada saat jam istirahat kecuali jika keadaan tidak mengijinkan misalnya hujan,

4) Murid boleh pulang jika pelajaran selesai,

5) Murid wajib menjaga kebersihan dan menjaga keindahan sekolah,

6) Murid wajib menjaga cara berpakaian sesuai dengan yang ditetapkan sekolah,

7) Murid harus juga memperhatikan kegiatan ekstrakulikuler : pramuka, kesenian, palang merah remaja dan sebagainya. b) Larangan-larang yang harus diperhatikan

1) Meninggalkan sekolah/jam pelajaran tanpa izin dari kepala sekolah atau guru yang bersangkutan,

2) Merokok di sekolah,

3) Berpakaian tidak senonoh dan bersolek berlebihan, 4) Kegiatan yang mengganggu jalannya pelajaran, c) Sanksi bagi murid dapat berupa :

1) Peringatan lisan secara langsung,

2) Peringatan tertulis dengan tembusan kepada orang tua, 3) Dikeluarkan sementara,


(28)

47

Tanti Reni Puspita, 2013

2. Disiplin

Disiplin merupakan istilah yang sudah memasyarakat di berbagai instansi pemerintah maupun swasta. Kita mengenal adanya disiplin kerja, disiplin lalu lintas, disiplin belajar dan macam istilah disiplin yang lain. Masalah disiplin yang dibahas dalam penelitian ini hanya difokuskaan mengenai disiplin siswa. Disiplin yang dimaksud dalam hal ini adalah disiplin yang dilakukan oleh para siswa dalam kegiatan belajarnya baik di rumah maupun di sekolah.

Secara etimologis, istilah disiplin berasal dari kata discipline yang artinya pengikut atau penganut, yakni seorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin. Dalam kehidupan sehari-hari istilah disiplin biasanya dikaitkan dengan keadaan yang tertib, maksudnya suatu keadaan dimana perilaku seorang mengikuti pola-pola tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Menurut Anwar Yasin (1989) yang dikutip Lina F.R (2006:30) disiplin digunakan dalam beberapa pengertian diantaranya:

1. Disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan pengendalian.

2. Sebagai hasil latihan (pengendalian diri) perilaku tertib.

3. Sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan watak agar perilaku tertib dan efisien.

Hal ini sejalan dengan pendapat Darmodihardjo dalam Usman Radiana

(1999:23) mengemukakan bahwa “Disiplin adalah sikap mental yang

mengandung kerelaan untuk memenuhi semua ketentuan, peraturan dan norma

yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab”.

Dari beberapa pengertian disiplin yang telah dikemukakan diatas, pada dasarnya sama yaitu menyatakan sikap tunduk dan patuh terhadap peraturan yang berlaku. Kepatuhan terhadap peraturan itu ada yang timbul atas dasar tanggung jawab dan kesadaran diri serta ada yang timbul atas dasar paksaan dan tekanan dari luar.


(29)

48

Tanti Reni Puspita, 2013

Indikator disiplin antara lain adalah Menurut Arikunto (1990:137) dalam Nurdin (2012) membagi tiga indikator kedisiplinan yaitu :

1. Perilaku kedisiplinan di dalam kelas

2. Perilaku kedisiplinan di luar kelas dan di lingkungan 3. Perilaku kedisiplinan di rumah

Selain itu juga Tu’u (2004:91) menjelaskan bahwa indikator yang

menunjukkan pergeseran atau perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi mengikuti da mentaatiperaturan sekolah adalah meliputi : dapat mengatur waktu belajar di rumah, rajin dan teratur belajar, perhatian ketika belajar di kelas, da ketertiban dalam belajar di kelas.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan hal yang paling penting dalam suatu penelitian. Hal ini dikarenakan instrumen penelitian merupakan acuan peneliti

dalam melakukan penelitian. Satori (2007:9) mengemukakan bahwa “instrumen

penelitian merupakan tumpahan teori dan pengetahuan yang dimiliki si peneliti mengenai fenomena yang diharapkan mampu mengungkap informasi-informasi

penting dari fenomena yang diteliti”.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama (key

instrument) dalam mengumpulkan data dan menginterpretasi data dengandibimbing oleh pedoman wawancara dan pedoman observasi.Pendapat lain dikemukakan Satori (2007:10) yang mengatakan bahwa:

Kategori instrumen yang baik dalam penelitian kualitatif adalah instrumen yang memiliki pemahaman yang baik akan metodologi penelitian, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun secara logistiknya.

Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan observasi dan wawancara mendalam, dengan asumsi bahwa hanya manusia yang dapat memahami makna interaksi sosial, menyelami perasaan dan nilai-nilai yang terekam dalam ucapan dan perilaku responden.Peneliti sendiri adalah sebagai pengkonstruksi realitas atas dasar pengamatan dan pengalamannya di lapangan.


(30)

49

Tanti Reni Puspita, 2013

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam sebuah penelitian, hal ini karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Beberapa macam teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2009:309) yaitu:

Gambar 3.1. Macam-macam teknik pengumpulan data (Sumber: Sugiyono, (2009:309)

Dalam rangka kepentingan pengumpulan data, teknik yang digunakan dapat berupa kegiatan:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk memperoleh informasi dan data tentang implementasi tata tertib sekolah dalam penanaman disiplin siswa. Satori (2007:44) berpendapat bahwa:

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Wawancara Observasi Macam-macam

teknik

pengumpulan data

Dokumentasi

Triangulasi/ Gabungan


(31)

50

Tanti Reni Puspita, 2013

Pendapat di atas menjelaskan bahwa wawancara dilakukan melalui proses tanya-jawab lisan secara langsung. Senada dengan pendapat Satori, pendapat

serupa diungkapkan Moleong (2007:186) bahwa “wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu. percakapan itu dilakukan oleh kedua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu”.

Pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, wawancara sebagai strategi dalam mengumpulkan data, pada konteks ini catatan data lapangan yang diperoleh berupa transkrip wawancara. Kedua, wawancara sebagai penunjang teknik lain dalam mengumpulkan data, seperti analisis dokumen dan studi literatur. Berkaitan dengan hal tersebut, Danial (2009: 71) menjelaskan bahwa:

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan dialog, tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh. Wawancara dapat dilakukan di mana saja selama dialog masih bisa dilakukan, misalnya sambil berjalan, duduk santai disuatu tempat, di lapangan, di kantor, di kebun, di bengkel, atau di mana saja.

Berdasarkan hal ini, peneliti harus mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari responden. Adapun langkah-langkah wawancara yang dikemukakan Lincoln dan Guba (dalam Sugiyono, 2009:322) yaitu:

a. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan

b. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan

c. Mengawali atau membuka alur wawancara d. Melangsungkan alur wawancara

e. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara ke dalam catatan lapangan

f. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh Dalam hal ini, pewawancara harus penuh perhatian terhadap apa yang diungkapkan, berusaha bertanya secara rinci kepada responden, menghindari pertanyaan yang kemungkinan hanya dijawab "ya" atau "tidak", dan berusaha menghubungkan keseluruhan hasil wawancara melalui persiapan pertanyaan penelitian yang direncanakan ini diharapkan dalam merespon pertanyaan


(32)

51

Tanti Reni Puspita, 2013

responden lebih bebas dan terbuka, sebingga pertanyaan/proses tanya jawab mengalir seperti pada percakapan sehari-hari.

Adapun manfaat mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Nasution (2003:114-115), yaitu:

Melalui tanya jawab kita dapat memasuki alam fikiran orang lain sehingga kita memperoleh gambaran tentang dunia mereka. jadi wawancara dapat berfungsi deskriptif, yaitu melukiskan dunia kenyataan seperti dialami oleh orang lain. Selain itu, wawancara berfungsi eksploratif, yaitu bila masalah yang kita hadapi masih samar-samar karena belum diselidiki secara mendalam oleh orang lain.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara semistruktur dilakukan dengan tanya jawab dengan responden penelitian yaitu kepala sekolah, wakasek kesiswaan,guru BP, siswa-siswi. Tujuan wawancara dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data mengenai implementasi tata tertib sekolah dalam penanaman budaya disiplin siswa.

2. Studi Dokumentasi

Moleong dalam (Satori, 2007:90) mengatakan bahwa dokumen merupakan sumber informasi yang bukan manusia (non human resources), sedangkan studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data. Secara harafiah dokumen dapat diartikan sebagai catatan kejadian yang sudah lampau.

Data yang digunakan dalam penelitian kualitatif seringkali diperoleh dari sumber manusia melalui observasi dan wawancara.Akan tetapi ada pula data yang bersumber dari dokumen dan seringkali data dokumen kurang dimanfaatkan. Arikunto (1998:236) mengatakan bahwa “metode dokumentasi merupakan salah satu cara mencari datamengenai hal-hal atau variabel berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan

sebagainya”. Data yang diperoleh dari studi dokumen dapat menjadi narasumber bagi peneliti selain wawancara dan observasi.


(33)

52

Tanti Reni Puspita, 2013

Studi dokumentasi dilakukan dengan cara pengumpulan, menganalisis dokumen-dokumen, catatan-catatan yang penting dan berhubungan serta dapat memberikan data-data untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, Danial. E (2009: 79) mengungkapkan bahwa:

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dan sebagainya.

Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data penelitian kualitatif yang sudah lama digunakan karena sangat bermanfaat. Teknik ini dilakukan dengan cara melihat dan menganalisa data-data yang berupa dokumentasi yang berkaitan dan menunjang penelitian tentang implementasi tata tertib. Contohnya seperti catatan dalam buku pelanggaran tata tertib, catatan atau dokumen yang dipegang oleh guru BP dan lain-lain. Seperti yang dijelaskan oleh Sukmadinata (2010:221) yang mengungkapkan bahwa: “studi documenter (documentary study)

merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.

3. Studi Literatur

Studi literatur yaitu alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau dtieliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari buku-buku dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang sekiranya dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian dan menunjang pada kenyataan yang berlaku pada penelitian. Pada tahapan ini, peneliti melakukan apa yang disebut dengan kajian pustaka, yaitu mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian terdahulu yang sejenis yang pernah dilakukan oleh orang lain. Tujuannya ialah untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti. Teori merupakan pijakan bagi peneliti untuk memahami persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah.


(34)

53

Tanti Reni Puspita, 2013

Peneliti mendapatkan referensi dari buku, skripsi terkait tentang kajian kedisiplinan siswa, internet.

G. Analisis Data

Setelah keseluruhan proses penelitian telah diselesaikan, maka selanjutnya peneliti mulai melakukan pengelolaan data dan analisis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, studi litelatur. Analisis data merupakan rangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis untuk mengatur, mengurutkan , mengelompokkan sehingga memperoleh temuan-temuan yang di dapat selama penelitian. Dalam hal analisis data kualitatif, Bodgan (dalam Sugiyono, 2009:334) menyatakan bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Proses analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung sebelum peneliti terjun ke lapangan, selama di lapangan, dan yang paling utama adalah analisis setelah peneliti menyelesaikan kegiatan pengumpulan data di lapangan. Setelah data diperoleh di lapangan, selanjutnya peneliti menguraikannya ke dalam bentuk tertulis dan dirangkum ke dalam bentuk tulisan. Sehingga data yang diperoleh dapat dijadikan penelitian selanjutnya. Susan Stainback (dalam

Sugiyono, 2009:335) mengemukakan bahwa “Analisis data merupakan hal yang

kritis dalam proses penelitian kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan

dievaluasi”.

Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, studi literatur dan studi dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kemudian membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.


(35)

54

Tanti Reni Puspita, 2013

Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono, (2009:337) mengemukakan bahwa:

Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display,

dan conclusion drawing/verification.

Terdapat beberapa tahapan aktivitas dalam melakukan analisis data pada penelitian kualitatif, yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci.Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting. Data hasil mengihtiarkan dan memilah-milah berdasarkan satuan konsep, tema, dan kategori tertentu akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data sebagai tambahan atas data sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan.

2. Data Display(Penyajian Data)

Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya.

3. Conclusion drawing/verification.

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono, (2009:345) langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.Kesimpulan yang di dapat masih bersifat sementara, dan tidak menutup kemungkinan akan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Dalam penelitian kualitatif, kesimpulan mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan peneliti sejak awal, tetapi mungkin juga tidak dapat menjawab rumusan masalah, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Dalam


(36)

55

Tanti Reni Puspita, 2013

penelitian kualitatif, kesimpulan diharapkan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Berikut adalah skema mengenai komponen-komponen analisis data Miles dan Huberman dalam Sugiyono, (2009:338)

Gambar 3.2 Model interaktif dalam analisis data Miles and Huberman Sumber: Sugiyono, 2009:338

H. Validitas Data

Hasil penelitian kualitatif seringkali diragukan karena dianggap tidak memenuhi syarat validitas dan reabilitas, oleh sebab itu ada cara-cara memperoleh tingkat kepercayaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kriteria kredibilitas (validitas internal). Menurut Nasution (1996: 114-118) cara yang dapat dilakukan untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya yaitu antara lain:

1. Memperpanjang masa observasi

Pada saat melakukan observasi diperlukan waktu untuk betul-betul mengenal suatu lingkungan, oleh sebab itu peneliti berusaha memperpanjang waktu penelitian dengan cara mengadakan hubungan baik dengan orang-orang disana, dengan cara mengenal kebiasaan yang ada dan mengecek kebenaran informasi guna memperoleh data dan informasi yang valid yang diperlukan dalam penelitian ini.

Data collection

Data Reduction

Conclusions :drawing/verifying

Data display


(37)

56

Tanti Reni Puspita, 2013

Peneliti memperpanjang masa observasi di SMP N I Tanjungsiang karena peneliti harus menambah data dari narasumber/informan guna keprluan penelitian.

2. Pengamatan yang terus menerus

Dengan pengamatan yang dilakukan secara terus menerus atau kontinu peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam. Melalui pengamatan yang kontinu peneliti akan dapat memberikan deskripsi yang cermat dan terinci mengenai apa yang sedang diamatinya, yang berkaitan dengan implementasi tata tertib siswa dalam penanaman disiplin siswa.

3. Triangulasi

Tujuan triangulasi ialah mencek kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data-data yang diperoleh dari sumber lain. Dalam penelitian ini triangulasi data dilakukan terhadap informasi yang diberikan oleh responden yang satu dengan lainnya dan informan lain yang dapat mendukung penelitian guna memperoleh kebenaran informasi yang diinginkan.

4. Membicarakan dengan orang lain (peer debriefing)

Pembicaraan ini antara lain bertujuan untuk memperoleh kritik, pertanyaan-pertanyaan tajam, yang menantang tingkat kepercayaan akan kebenaran penelitian. Selain itu pembicaraan ini memberi petunjuk tentang langkah-langkah yang akan dilakukan selanjutnya.

5. Menggunakan bahan referensi

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil wawancara dengan subjek penelitian atau bahan dokumentasi yang diambil dengan cara tidak mengganggu atau menarik perhatian informan, sehingga informasi yang didapatkan memiliki validitas yang tinggi.

6. Mengadakan member check

Salah satu cara yang sangat penting ialah melakukan member chek pada akhir wawancara dengan menyebutkan garis besarnya dengan maksud agar


(38)

57

Tanti Reni Puspita, 2013

responden memperbaiki bila ada kekeliruan, atau menambahkan apa yang masih kurang. Tujuan member chek ialah agar informasi yang penulis peroleh dan gunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan.


(39)

86 Tanti Reni Puspita, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan

mengenai studi tentang “Implementasi Tata Tertib Sekolah dalam Penanaman Budaya Disiplin Siswa” (Studi Deskriptif di SMPN 1 Tanjungsiang ) dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut: A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Untuk mencapai suatu implementasi tata tertib dalam penanaman budaya disiplin siswa yang baik di SMPN 1 Tanjungsiang Kabupaten Subang diperlukan kesadaran dari siswa itu sendiri mengingat pelaksanaan dari tata tertib tersebut memberikan manfaat yang sangat banyak dan memudahkan semua pihak baik itu dari pihak sekolah ataupun siswa mencapai tujuan pembelajaran serta tercapainya suatu tujuan nasional pendidikan.Selain itu, dibutuhkan adanya kerjasama antara beberapa elemen seperti Kepala Sekolah, Guru beserta staff sehingga terciptanya suatu komunikasi yang baik dan memudahkan untuk saling berinteraksi melakukan suatu pembiasaan terhadap pelaksanaan tata tertib tersebut.

2. Kesimpulan Khusus

Secara Khusus hasil penelitian ini dapat dirumuskan kedalam beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Kondisi kedisiplinan siswa di SMPN 1 Tanjungsiang Kab. Subang sudah baik. Pelanggaran yang terjadi hanya sebatas pelanggaran disiplin ringan dan dalam tahap wajar seperti: datang terlambat ke sekolah dan masuk kelas, tidak memakai atribut lengkap,bolos.Penyebab pelanggaran kurangnya kesadaran dan disiplin diri, pengaruh keluarga dan lingkungan. 2. Implementasi tata tertib di sekolah ini sudah cukup baik, siswa telah faham

akan tata tertib. Walaupun sebagian kecil dari mereka masih ada yang melanggar. Hal trsebut sangat manusiawi mengingat pelanggaran pasti saja terjadi di berbagai lingkungan. Ketaatan siswa terhadap tata tertib terlepas


(40)

87

Tanti Reni Puspita, 2013

dari mereka mentaati peraturan karena takut ataupun tidak, mereka harus mentaatinya karena semata-mata terikat dengan suatu kewajiban.

3. Dalam implementasi tata tertib, ditemui beberapa faktor penghambat dan pendorong terlaksananya suatu penanaman budaya disiplin yang baik. Diantaranya adalah faktor penghambatnya yaitu kurangnya kesadaran dalam diri siswa mengenai pentingnya tata tertib, faktor lingkungan dan keluarga. Sedangkan yang menjadi faktor pendukung dalam implementasi tata tertib adalah faktor kebersamaan dari beberapa elemen sekolah sehingga terciptanya suatu komunikasi yang baik dan memudahkan penanaman budaya disiplin tersebut tumbuh dan berkembang di lingkungan sekolah. Adanya kontrol dari pihak sekolah dengan cara adanya KBM dengan muatan materi yang diberikan oleh pihak Bimbingan dan Konseling.

4. Peran serta pihak sekolah dalam penanaman budaya disiplin siswa adalah dengan cara melalui berbagai tahapan diantaranya adalah : melakukan pembiasaan pada siswa mengingat pentingnya penanaman budaya disiplin siswa di sekolah, bergerak langsung di lapangan dengan cara memberikan contoh/tauladan kepada siswa, mengingatkan dan menegur siswa apabila mereka melakukan pelanggaran dengan sistem pemberian sanksi/teguran berdasarkan jumlah komulatif point pelanggaran.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang diuraikan diatas maka melalui skripsi ini penulis akan mengemukakan beberapa saran kepada pihak-pihak yang terkait dengan hasil penelitian ini, terutama pihak-pihak yang berkepentingan dengan pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Untuk Sekolah

a. Lebih ditingkatkan lagi ketauladanan dari pimpinan sekolah dan guru dalam melaksanakan berbagai aturan sekolah sehingga terbentuknya karakter disiplin pada diri siswa.


(41)

88

Tanti Reni Puspita, 2013

b. Lebih ditingkatkan lagi kerjasama antara dewan sekolah, pimpinan sekolah, guru dan orangtua dalam membentuk karakter disiplin siswa. 2. Untuk Kepala Sekolah

Terus berupaya untuk lebih membangun kebiasaan disiplin pada diri siswa khususnya di lingkungan sekolah dengan menambah strategi yaitu:

a. Kepala sekolah harus lebih berinovasi dalam membuat rencana kegiatan dalam rangka membina kedisiplin demi terbentuknya budaya disiplin siswa.

b. Lebih ditingkatkan lagi dalam melakukan kerjasama dengan berbagai pihak seperti orangtua, murid, dan tenaga kependidikan lainnya dalam memecahkan masalah yang dihadapi tentang pelanggaran kedisiplinan. c. Memberikan kesempatan kepada guru-guru dalam pelatihan atau diklat

serta seminar-seminar dalam rangka meningkatkan kualitas dan profesional guru khususnya dalam pembinaan karakter disiplin siswa.

3. Untuk seluruh staf guru khususnya guru PKn

Guru memegang peranan sentral dalam keberhasilan dalam pembelajaran dan ketertiban lingkungan sekolah, maka dari itu guru diharapkan terus melakukan pembinaan, pengarahan, dan inovasi dalam pembelajaran supaya dapat tetap memberikan keteladanan khususnya dalam kedisiplinan yang selama ini ditanamkan dan dibentuk pada diri siswa. Selain itu untuk menciptakan suasana kelas dan sekolah yang kondusif, guru PKn diharuskan:

a. Lebih dapat menciptakan suasana belajar yang serius tapi santai, hangat, terbuka, humoris, demokratis, dan penuh kekeluargaan, supaya siswa tidak merasa jenuh, bosan, dan lebih termotivasi pada saat pelajaran PKn, serta terjalinnya keakraban yang baik antara guru dan siswa.

b. Jangan sering memakai hukuman pada siswa dengan hukuman fisik karena dapat menimbulkan kesan yang negatif dari siswa bukan membuat jera.


(42)

89

Tanti Reni Puspita, 2013

c. Guru harus memberikan ketauladan kepada anak dengan cara guru selalu datang ke sekolah tepat waktu.

4. Untuk Siswa

Siswa diharapkan terus belajar dengan tekun dan penuh disiplin demi meningkatkan prestasi belajar. Biasakanlah diri kita untuk senantiasa tepat waktu, dalam melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk guru dan peraturan sekolah, membiasakan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, berhati-hati dalam memilih teman pergaulan karena dapat memberikan pengaruh pada diri kita.

5. Untuk Peneliti

Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi peneliti lainnya yang respek terhadap permasalahan pengembangan pendidikan, khususnya yang berhubungan optimalisasi peranannya dalam pembelajaran terkait dengan penanaman disiplin siswa di sekolah.


(43)

Tanti Reni Puspita, 2013

DAFTAR PUSTAKA Buku

.

Asy Mas’udi. 2000. Pendidikan Pancasiladan Kewarganegaraan.Yogyakarta:

PT.Tiga Serangkai

Danial, E. Dan Wasriah. 2009. Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan. FPIPS. Universitas Pendidikan Indonesia.

Djahiri, K. (2006). Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan

Kewarganegaraan. Bandung: Lab PKn UPI Bandung.

Djojonegoro,W.(1996). Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia. Jakarta: Depdikbud

Gordon,T. (1996). Mengajar Anak Berdisiplin Diri di Rumah dan di Sekolah. Jakarta:PT.Gramedia Utama.

Hurlock, Elizabeth B. (1990). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta:Airlangga. Indrakusuma.(1995). Ilmu Pendidikan. Surabaya:Usaha Nasional.

Kalsid,E.(1987).Disiplin Suatu Media Komunikasi Hati Nurani.Makalah (Tidak diterbitkan) IKIP Bandung.

Kesuma,D.Pendidikan Karakter:Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset.

Megawangi,R (2004). Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa.Bogor:Indonesia Heritage Foundation

Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisirevisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nasution. 1992. Teknik Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Purwanto, Ngalim (1990).Psikologi Pendidikan.Jakarta: Aneka cipta

Satori, Djam’an. 2007. Metode Penelitian Kualitatif (mata kuliah Analisis Penelitian Kualitatif). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Soekanto, Soerjono. (1986) Pengantar Penelitian Hukum.Jakarta:Universitas Indonesia Press.

Sugiyono. 2009. MetodePenelitianPendidikanPendekatanKuantitatif, Kualitataif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukardi. 2004. MetodologiPenelitianPendidikan: KompetensidanPraktiknya. Yogyakarta: BumiAksara


(44)

Tanti Reni Puspita, 2013

Sukmadinata, Nana syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Surakhmad, W. 1998. PengantarPenelitianIlmiah. Bandung: Tarsito

Sutadipura, Balnadi. (1982).Aneka Problema Keguruan.Bandung:Angkasa.

Tu’u, T. (2004). Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi.Jakarta:PT.Gramedia Indonesia

Usman,M.U (2009).Menjadi Guru Profesional.Bandung:Remaja Rosdakarya. Yusuf,S. (2008).Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung:PT.Remaja

Rosdakarya.

Dokumen, Skripsi dan undang-undang Undang- Undang Dasar 1945

Lina FR.(2006) Studi tentang Pelaksanaan Pemberian Sanksi Hukuman untuk

Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di Sekolah. Skripsi pada Program

Sarjana. UPI Bandung:Tidak diterbitkan

Sumardi,Nirmala.(2012) Kajian tentang Penerapan Ta’zir dalam membina

kedisipinan Santri Sebagai Warga Negara Muda Indonesia. Skripsi pada

Program Sarjana. UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Jungjunan,Ricky (2012). “Peranan Guru PKn dalam Membentuk Karakter

Disiplin Siswa”.Skripsi pada Program Sarjana. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Website

Aang. (2011). Bab II Skripsi Aang [online], Tersedia di (http://aangarifudinsoleh.blogspot.com/2011/09/bab-ii-skripsi-aang.html) Depdikbud (1989). Pengertian Tata Tertib. [online] tersedia di

http://www.psychologymania.com/2013/02/pengertian-tata-tertib-sekolah.html

Haryanto (2010). Macam-macam Motivasi Belajar. [online], Tersedia di (http://belajarpsikologi.com/macam-macam-motivasi-belajar/)

Kharisma,M. (2012). Peranan Tata TertibSekolah. [online] Tersedia di (http://kharismati.blogspot.com/2012/03/peranan-tata-tertib-sekolah.html


(45)

Tanti Reni Puspita, 2013

Mulyono (2000).Pengertian Tata Tertib [online], Tersedia di (http://www.psychologymania.com/2013/02/pengertian-tata-tertib-sekolah.html)

Nurdin (2012). Angket Kedisiplinan Siswa, [online] Tersedia di (http://nurdinkhan.wordpress.com/2012/30/angket-kedisiplinan-siswa/)

Rissahanny (2012). Kedisiplinan Siswa di Sekolah. [online] Tersedia di (http://my.opera.com/rissahanny/blog/2012/10/30/disiplin-siswa-di-sekolah-dalam-kehidupan)

Starawaji (2012). Tata Tertib Sekolah, [online]. Tersedia di

(http://www.tatatertib.blogspot.com/2011/02/tata-tertib.html

Tim Dosen Jurusan FIP IKIP Malang (1989:145). Pengertian Tata Tertib Sekolah. [online], Tersedia di (http://www.psychologymania.com/2013/02/pengertian-tata-tertib-sekolah.html

Ummi Athifi (2011). Indikator Disiplin [online]. Tersedia di


(1)

87

Tanti Reni Puspita, 2013

Implementasi Tata Tertib Sekolah Dalam Pemahaman Budaya Disiplin Siswa

dari mereka mentaati peraturan karena takut ataupun tidak, mereka harus mentaatinya karena semata-mata terikat dengan suatu kewajiban.

3. Dalam implementasi tata tertib, ditemui beberapa faktor penghambat dan pendorong terlaksananya suatu penanaman budaya disiplin yang baik. Diantaranya adalah faktor penghambatnya yaitu kurangnya kesadaran dalam diri siswa mengenai pentingnya tata tertib, faktor lingkungan dan keluarga. Sedangkan yang menjadi faktor pendukung dalam implementasi tata tertib adalah faktor kebersamaan dari beberapa elemen sekolah sehingga terciptanya suatu komunikasi yang baik dan memudahkan penanaman budaya disiplin tersebut tumbuh dan berkembang di lingkungan sekolah. Adanya kontrol dari pihak sekolah dengan cara adanya KBM dengan muatan materi yang diberikan oleh pihak Bimbingan dan Konseling.

4. Peran serta pihak sekolah dalam penanaman budaya disiplin siswa adalah dengan cara melalui berbagai tahapan diantaranya adalah : melakukan pembiasaan pada siswa mengingat pentingnya penanaman budaya disiplin siswa di sekolah, bergerak langsung di lapangan dengan cara memberikan contoh/tauladan kepada siswa, mengingatkan dan menegur siswa apabila mereka melakukan pelanggaran dengan sistem pemberian sanksi/teguran berdasarkan jumlah komulatif point pelanggaran.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang diuraikan diatas maka melalui skripsi ini penulis akan mengemukakan beberapa saran kepada pihak-pihak yang terkait dengan hasil penelitian ini, terutama pihak-pihak yang berkepentingan dengan pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Untuk Sekolah

a. Lebih ditingkatkan lagi ketauladanan dari pimpinan sekolah dan guru dalam melaksanakan berbagai aturan sekolah sehingga terbentuknya karakter disiplin pada diri siswa.


(2)

88

Tanti Reni Puspita, 2013

Implementasi Tata Tertib Sekolah Dalam Pemahaman Budaya Disiplin Siswa

b. Lebih ditingkatkan lagi kerjasama antara dewan sekolah, pimpinan sekolah, guru dan orangtua dalam membentuk karakter disiplin siswa. 2. Untuk Kepala Sekolah

Terus berupaya untuk lebih membangun kebiasaan disiplin pada diri siswa khususnya di lingkungan sekolah dengan menambah strategi yaitu:

a. Kepala sekolah harus lebih berinovasi dalam membuat rencana kegiatan dalam rangka membina kedisiplin demi terbentuknya budaya disiplin siswa.

b. Lebih ditingkatkan lagi dalam melakukan kerjasama dengan berbagai pihak seperti orangtua, murid, dan tenaga kependidikan lainnya dalam memecahkan masalah yang dihadapi tentang pelanggaran kedisiplinan. c. Memberikan kesempatan kepada guru-guru dalam pelatihan atau diklat

serta seminar-seminar dalam rangka meningkatkan kualitas dan profesional guru khususnya dalam pembinaan karakter disiplin siswa.

3. Untuk seluruh staf guru khususnya guru PKn

Guru memegang peranan sentral dalam keberhasilan dalam pembelajaran dan ketertiban lingkungan sekolah, maka dari itu guru diharapkan terus melakukan pembinaan, pengarahan, dan inovasi dalam pembelajaran supaya dapat tetap memberikan keteladanan khususnya dalam kedisiplinan yang selama ini ditanamkan dan dibentuk pada diri siswa. Selain itu untuk menciptakan suasana kelas dan sekolah yang kondusif, guru PKn diharuskan:

a. Lebih dapat menciptakan suasana belajar yang serius tapi santai, hangat, terbuka, humoris, demokratis, dan penuh kekeluargaan, supaya siswa tidak merasa jenuh, bosan, dan lebih termotivasi pada saat pelajaran PKn, serta terjalinnya keakraban yang baik antara guru dan siswa.

b. Jangan sering memakai hukuman pada siswa dengan hukuman fisik karena dapat menimbulkan kesan yang negatif dari siswa bukan membuat jera.


(3)

89

Tanti Reni Puspita, 2013

Implementasi Tata Tertib Sekolah Dalam Pemahaman Budaya Disiplin Siswa

c. Guru harus memberikan ketauladan kepada anak dengan cara guru selalu datang ke sekolah tepat waktu.

4. Untuk Siswa

Siswa diharapkan terus belajar dengan tekun dan penuh disiplin demi meningkatkan prestasi belajar. Biasakanlah diri kita untuk senantiasa tepat waktu, dalam melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk guru dan peraturan sekolah, membiasakan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, berhati-hati dalam memilih teman pergaulan karena dapat memberikan pengaruh pada diri kita.

5. Untuk Peneliti

Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi peneliti lainnya yang respek terhadap permasalahan pengembangan pendidikan, khususnya yang berhubungan optimalisasi peranannya dalam pembelajaran terkait dengan penanaman disiplin siswa di sekolah.


(4)

Tanti Reni Puspita, 2013

Implementasi Tata Tertib Sekolah Dalam Pemahaman Budaya Disiplin Siswa DAFTAR PUSTAKA

Buku .

Asy Mas’udi. 2000. Pendidikan Pancasiladan Kewarganegaraan.Yogyakarta: PT.Tiga Serangkai

Danial, E. Dan Wasriah. 2009. Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan. FPIPS. Universitas Pendidikan Indonesia.

Djahiri, K. (2006). Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Lab PKn UPI Bandung.

Djojonegoro,W.(1996). Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia. Jakarta: Depdikbud

Gordon,T. (1996). Mengajar Anak Berdisiplin Diri di Rumah dan di Sekolah. Jakarta:PT.Gramedia Utama.

Hurlock, Elizabeth B. (1990). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta:Airlangga. Indrakusuma.(1995). Ilmu Pendidikan. Surabaya:Usaha Nasional.

Kalsid,E.(1987).Disiplin Suatu Media Komunikasi Hati Nurani.Makalah (Tidak diterbitkan) IKIP Bandung.

Kesuma,D.Pendidikan Karakter:Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset.

Megawangi,R (2004). Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa.Bogor:Indonesia Heritage Foundation

Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisirevisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nasution. 1992. Teknik Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Purwanto, Ngalim (1990).Psikologi Pendidikan.Jakarta: Aneka cipta

Satori, Djam’an. 2007. Metode Penelitian Kualitatif (mata kuliah Analisis Penelitian Kualitatif). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Soekanto, Soerjono. (1986) Pengantar Penelitian Hukum.Jakarta:Universitas Indonesia Press.

Sugiyono. 2009. MetodePenelitianPendidikanPendekatanKuantitatif, Kualitataif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukardi. 2004. MetodologiPenelitianPendidikan: KompetensidanPraktiknya. Yogyakarta: BumiAksara


(5)

Tanti Reni Puspita, 2013

Implementasi Tata Tertib Sekolah Dalam Pemahaman Budaya Disiplin Siswa

Sukmadinata, Nana syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Surakhmad, W. 1998. PengantarPenelitianIlmiah. Bandung: Tarsito

Sutadipura, Balnadi. (1982).Aneka Problema Keguruan.Bandung:Angkasa.

Tu’u, T. (2004). Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi.Jakarta:PT.Gramedia Indonesia

Usman,M.U (2009).Menjadi Guru Profesional.Bandung:Remaja Rosdakarya. Yusuf,S. (2008).Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung:PT.Remaja

Rosdakarya.

Dokumen, Skripsi dan undang-undang Undang- Undang Dasar 1945

Lina FR.(2006) Studi tentang Pelaksanaan Pemberian Sanksi Hukuman untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di Sekolah. Skripsi pada Program Sarjana. UPI Bandung:Tidak diterbitkan

Sumardi,Nirmala.(2012) Kajian tentang Penerapan Ta’zir dalam membina kedisipinan Santri Sebagai Warga Negara Muda Indonesia. Skripsi pada Program Sarjana. UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Jungjunan,Ricky (2012). “Peranan Guru PKn dalam Membentuk Karakter

Disiplin Siswa”.Skripsi pada Program Sarjana. UPI Bandung: Tidak

diterbitkan. Website

Aang. (2011). Bab II Skripsi Aang [online], Tersedia di (http://aangarifudinsoleh.blogspot.com/2011/09/bab-ii-skripsi-aang.html) Depdikbud (1989). Pengertian Tata Tertib. [online] tersedia di http://www.psychologymania.com/2013/02/pengertian-tata-tertib-sekolah.html

Haryanto (2010). Macam-macam Motivasi Belajar. [online], Tersedia di (http://belajarpsikologi.com/macam-macam-motivasi-belajar/)

Kharisma,M. (2012). Peranan Tata TertibSekolah. [online] Tersedia di (http://kharismati.blogspot.com/2012/03/peranan-tata-tertib-sekolah.html


(6)

Tanti Reni Puspita, 2013

Implementasi Tata Tertib Sekolah Dalam Pemahaman Budaya Disiplin Siswa

Mulyono (2000).Pengertian Tata Tertib [online], Tersedia di (http://www.psychologymania.com/2013/02/pengertian-tata-tertib-sekolah.html)

Nurdin (2012). Angket Kedisiplinan Siswa, [online] Tersedia di (http://nurdinkhan.wordpress.com/2012/30/angket-kedisiplinan-siswa/) Rissahanny (2012). Kedisiplinan Siswa di Sekolah. [online] Tersedia di (http://my.opera.com/rissahanny/blog/2012/10/30/disiplin-siswa-di-sekolah-dalam-kehidupan)

Starawaji (2012). Tata Tertib Sekolah, [online]. Tersedia di

(http://www.tatatertib.blogspot.com/2011/02/tata-tertib.html

Tim Dosen Jurusan FIP IKIP Malang (1989:145). Pengertian Tata Tertib Sekolah. [online], Tersedia di (http://www.psychologymania.com/2013/02/pengertian-tata-tertib-sekolah.html

Ummi Athifi (2011). Indikator Disiplin [online]. Tersedia di

(http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2183959-indikator-disiplin/#ixzz2jMg3KljR)