PROGRAM HIPOTETIK BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENGEMBANGKAN PERILAKU PROSOSIAL PESERTA DIDIK : Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas Atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

(1)

PROGRAM HIPOTETIK BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL

MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK

MENGEMBANGKAN PERILAKU PROSOSIAL PESERTA

DIDIK

(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas Atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

ANANDHA PUTRI RAHIMSYAH 0901596

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

PROGRAM HIPOTETIK BIMBINGAN PRIBADI

SOSIAL MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK

MENGEMBANGKAN PERILAKU PROSOSIAL

PESERTA DIDIK

Oleh

Anandha Putri Rahimsyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Anandha Putri Rahimsyah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

ANANDHA PUTRI RAHIMSYAH 0901596

PROGRAM HIPOTETIK BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENGEMBANGKAN PERILAKU

PROSOSIAL PESERTA DIDIK

(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas Atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Hj. Nani M. Sugandhi, M.Pd. NIP. 19570830 198101 2 001

Pembimbing II

Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd. NIP. 19661115 199102 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP. 19600501 198603 1 004


(4)

ABSTRAK

Anandha Putri Rahimsyah. (2013). Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial melalui Teknik Role Playing untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Peserta Didik (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas Atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2013/2014).

Perilaku prososial merupakan tugas perkembangan yang penting bagi anak. Pentingnya penguasan keterampilan sosial yang difokuskan pada perilaku prososial peserta didik sekolah dasar dapat mendukung perkembangan sosialnya, sehingga peserta didik bermanfaat bagi orang lain dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Tujuan penelitian adalah diperolehnya gambaran umum perilaku prososial yang dimiliki peserta didik kelas atas sekolah dasar dan dihasilkannya program hipotetik bimbingan pribadi sosial melalui teknik role playing untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik. Penelitian dilakukan di SD Laboratorium UPI Bandung. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode studi deskriptif. Hasil penelitian: (1) gambaran umum perilaku prososial peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung berada pada kategori sedang artinya peserta didik sudah cukup mampu menunjukkan perilaku prososial seperti empati, murah hati, kerja sama dan kasih sayang. Gambaran umum perilaku prososial peserta didik berdasarkan indikator berada pada kategori sedang, artinya peserta didik sudah cukup mampu menunjukkan kepedulian pada orang yang kesusahan, menunjukkan kesenangan kepada seseorang yang mendapatkan kebahagiaan, berbagi sesuatu dengan orang lain, memberi sesuatu kepada orang lain, bergiliran tanpa “rewel”, memenuhi permintaan tanpa “rewel”, membantu orang lain mengerjakan tugas, dan membantu (peduli) pada orang lain yang membutuhkan; (2) implikasi gambaran umum perilaku prososial peserta didik bagi bimbingan dan konseling disusun dalam bentuk program hipotetik bimbingan pribadi sosial melalui teknik role playing untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik kelas atas SD Laboratorium UPI Bandung. Rekomendasi penelitian: (1) bagi konselor, dapat mempergunakan program sebagai panduan dalam mengembangkan perilaku prososial peserta didik melalui teknik role playing; (2) bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, diharapkan dapat memfasilitasi pengembangan keterampilan mahasiswa dalam melakukan intervensi pada anak di Sekolah Dasar khususnya untuk mengembangkan perilaku prososial; (3) bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian dapat digunakan sebagai gambaran untuk melakukan penelitian yang sama dengan metode yang berbeda. Kata kunci: bimbingan pribadi dan sosial, perilaku prososial, teknik role playing.


(5)

ABSTRACT

Anandha Putri Rahimsyah. (2013). Social and Personal Guidance Hypothetic

Program Using Role Playing Techniques To Develop Prosocial Behavior Students (Descripitive Study of Students Upper Class in SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Academic Year 2013/2014).

Research based on the importance of mastery the social skills focused on conduct prososial students to support development of social so students able to adapt to environmental and beneficial for another. The purpose of the research was getting an overview of the prosocial behavior owned by the students of upper class grade school and it generates a personal social assistance hypothetic program to develop the prosocial behavior students using role playing techniques. Research using quantitative approach with a descriptive method. The results showed: (1) an overview of the prosocial behavior learners upper class SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung in the category medium it means the students quite capable of show the prosocial behavior such as empathy, generosity, cooperation and caregiving; and (2) an overview of the implications of the prosocial behevior students for guidance and counseling are arranged in the form of private social assistance programs to develop the prosocial behavior students using role playing technique upper class SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Research recommendation: (1) the study suggest counselor can use social and personal guidance hypothetic program using role playing techniques to develop prosocial behavior students upper class in SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung academic year 2013/2014; (2) for the guidance and counseling program can fasilitate the university student skill for doing intervention to students in elementary school, in particular for develop prosocial behavior: (3) the study also recommends next researchers are this result research can use a describe for doing the same research with the different method.

Keyword: Social and Personal Guidance, Prosocial Behavior and Role Playing Technique


(6)

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... 1 DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GRAFIK ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR BAGAN ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined.

BAB II PERILAKU PROSOSIAL, TEKNIK ROLE PLAYING, DAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL... Error! Bookmark not defined.

A. Perilaku Prososial ... Error! Bookmark not defined. B. Teknik Role Playing ... Error! Bookmark not defined. C. Bimbingan dan Konseling di Sekolah DasarError! Bookmark not defined.

D. Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial melalui Teknik Role Playing untuk Mengembangkan Perilaku Prososial... Error! Bookmark not defined.

E. Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined. F. Kerangka Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.


(7)

C. Definisi Operasional Variabel ... Error! Bookmark not defined. D. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. F. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

G. Pengembangan Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial melalui Teknik Role Playing untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Peserta DidikError! Bookmark

not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined. A. Deskripsi Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Pembahasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI . Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Perkembangan individu berlangsung sejak lahir sampai akhir hayat dan ditampilkan melalui fase-fase perkembangannya. Fase perkembangan individu terdiri dari masa usia pra sekolah, masa usia sekolah dasar, masa usia sekolah menengah dan masa usia mahasiswa (Yusuf, 2011: 23). Fase anak dikatakan pula sebagai masa usia sekolah dasar. Masa usia sekolah dasar terdiri dari dua fase, yaitu masa kelas rendah sekolah dasar, kira-kira usia enam atau tujuh tahun sampai usia sembilan atau 10 tahun. Masa kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira usia sembilan atau 10 tahun sampai usia 12 atau 13 tahun (Yusuf, 2011: 24-25).

Menurut Yusuf (2011: 180), masa perkembangan sosial anak sekolah dasar ditandai dengan perluasan hubungan, di samping dengan keluarga anak juga membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas. Anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain) terjadi pada masa usia sekolah dasar (Yusuf, 2011: 180).

Menurut Hurlock (1978: 250) proses sosialisasi anak mencakup tiga proses yaitu anak belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, anak memainkan peran sosial yang dapat diterima dan anak mengembangkan sikap sosial. Menurut Ambron (Yusuf, 2011: 123) sosialisasi merupakan proses belajar yang membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif. Perkembangan merupakan perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati (Yusuf, 2011: 15). Setiap individu yang normal akan mengalami fase perkembangan dari bayi hingga masa tua yang setiap fasenya memiliki tugas perkembangan yang khas.

Tugas perkembangan pada masa anak sekolah menurut Havighurst (Hurlock, 1978: 40), yaitu :


(9)

1. Belajar kecakapan fisik yang diperlukan untuk permainan anak-anak 2. Membangun sikap menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai organisme

yang bertumbuh

3. Belajar bergaul dengan teman sebaya

4. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya

5. Mengembangkan kecakapan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung

6. Mengembangkan konsep yang diperlukan untuk sehari-hari 7. Mencapai kemandirian pribadi

8. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial

Tugas-tugas perkembangan anak masa usia sekolah, yaitu anak belajar bergaul dengan teman-teman sebayanya dan mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial. Anak belajar bergaul dengan teman sebaya yaitu anak belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru serta teman-teman sebayanya. Mengembangkan sikap positif terhadap kelompok sosial, hakikatnya adalah mengembangkan sikap sosial yang demokratis dan menghargai hak orang lain. Misalnya, anak belajar mengembangkan sikap tolong-menolong, sikap tenggang rasa, mau bekerja sama dengan orang lain, toleransi terhadap orang lain dan menghargai hak orang lain (Yusuf, 2011: 69-71). Kelompok teman sebaya menurut Havighurst (Hurlock, 1978: 264) didefinisikan sebagai suatu kumpulan orang yang kurang lebih berusia sama yang berpikir dan bertindak bersama-sama. Penguasaan tugas-tugas perkembangan tidak lagi sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua seperti masa sebelumnya. Penguasaan tugas-tugas perkembangan menjadi tanggung jawab guru-guru dan sebagian kecil menjadi tanggung jawab teman-teman sebayanya (Suherman, 2000: 44).

Peserta didik sekolah dasar yang termasuk ke dalam akhir masa kanak-kanak memiliki Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dicapai yaitu keterampilan hidup dan karir. Peserta didik memiliki kompetensi dasar dapat bekerja sama dalam kelompok, tolong menolong, dan menjaga diri sendiri dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya. Standar Kompetensi Lulusan mengenai keterampilan hidup dan karir merupakan standar yang termasuk ke dalam tugas perkembangan sosial peserta didik sekolah dasar untuk mencapai perkembangan sosial dalam hidupnya. Peserta didik diharapkan memiliki keterampilan dalam


(10)

hidup yang di dalamnya termasuk keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain agar dapat diterima di lingkungan sosialnya.

Berdasarkan tugas perkembangan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh anak usia sekolah, untuk mencapai kematangan sosial dan hubungan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Menurut Lafontana & Cillessen (Carlie, 2006: 18) masa kanak tengah dan kanak-kanak akhir yang meliputi anak-anak usia enam sampai 11 tahun adalah ketika anak mulai memikirkan teman-teman yang akan diterima dan tidak diterima untuk masuk ke dalam kelompok teman sebaya yang dekat. Anak-anak harus belajar untuk bertindak dengan tepat dan salah satunya adalah yang bermanfaat bagi diri dan orang lain. Interaksi positif adalah suatu keharusan, ketika anak berpartisipasi dalam pengaturan kelompok, sehingga dengan keterampilan sosial memungkinkan anak berinteraksi dengan orang lain dan diterima secara sosial (Damon, Lerner & Eisenberg, 2006). Keterampilan sosial memudahkan anak merealisasikan diri dalam hubungan dengan teman dan orang dewasa (Khairian, 2011: 14).

Keterampilan sosial yang merupakan tugas perkembangan yang penting bagi anak adalah perilaku prososial. Santrock (Carlie, 2006: 18) menyebutkan perilaku prososial digambarkan sebagai tindakan yang tidak mementingkan diri sendiri, membantu orang lain dan menunjukkan empati. Perilaku prososial mencakup tindakan membantu teman sekelas, termasuk orang lain untuk bergabung dalam kelompok, mendukung teman sekelas yang dikucilkan dan menunjukan rasa hormat terhadap orang lain, sehingga perilaku prososial merupakan tanda-tanda penyesuaian yang positif. Eisenberg & Mussen (Carlie, 2006) menegaskan perilaku membantu orang lain sebagai prasyarat dari tanggung jawab sosial atau perilaku prososial yaitu termasuk menyadari orang lain, menafsirkan kebutuhan orang lain dan menyadari orang lain membutuhkan bantuan.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SD Laboratorium Percontohan UPI pada peserta didik kelas V yang dilakukan pada bulan Desember 2012 dengan menggunakan angket prososial yang dibuat oleh Dewinuraida dengan reliabilitas instrumen 0,71 yang termasuk pada kualifikasi instrumen yang


(11)

memiliki keterandalan yang kuat, menunjukkan perilaku prososial peserta didik berada pada kategori tinggi sekitar 20,34%, kategori sedang sekitar 16,95% dan kategori rendah sekitar 62,71%. Dapat disimpulkan masih banyak peserta didik kelas V SD Laboratorium Percontohan UPI yang memiliki perilaku prososial dalam kategori rendah, sehingga peserta didik memerlukan bantuan untuk mengembangkan perilaku prososial.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di kelas V SD Negeri Sukagalih 7 Bandung ditemukan fenomena anak-anak yang suka berkelahi karena saling mengejek, ada juga beberapa anak yang tidak mau meminjamkan alat tulis kepada temannya atau berbagi buku bersama ketika belajar di kelas. Fenomena yang ditemukan menunjukkan peserta didik di sekolah dasar memiliki perilaku prososial yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan perkembangan sosialnya. Menurut Santrock (Carlie, 2006) kebalikan dari perilaku prososial adalah perilaku antisosial seperti berbohong, menipu dan mencuri. Sementara menurut Eliason & Jenkins et.al (Saripah, 2006: 2) mengemukakan kebalikan dari perilaku prososial dapat berupa perilaku agresif ataupun perilaku pasif. Bentuk-bentuk tingkah laku prososial berlawanan dengan tingkah laku agresi, antisosial, merusak, mementingkan diri sendiri, kejahatan dan lain-lain. Menurut Darwis (2006: 45) sikap bermusuhan tampak dalam perilaku agresif, menyerang, mengganggu, bersaing dan mengancam lingkungan. Perilaku pasif adalah perbuatan yang ditandai dengan menarik diri dari hubungan positif dengan orang lain. Mementingkan diri sendiri adalah sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya, perilaku antisosial adalah perbuatan yang merusak dan merugikan bagi dirinya dan orang lain (Santrock, 2007: 140).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Utami (2010) disimpulkan: (1) bentuk perilaku agresif pada anak-anak terbagi atas: (a) perilaku agresif yang bersifat fisik, meliputi: merebut barang teman, merusak barang-barang, memukul, menendang. (b) perilaku agresif yang bersifat verbal, meliputi: marah-marah dan berteriak-teriak, mengadu domba, mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor (2) faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku agresif meliputi: kondisi sosial ekonomi, pengaruh lingkungan, tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkannya,


(12)

mendapatkan ejekan dari teman, pola pendidikan orang tua, adanya model, dan pengaruh tontonan TV.

Penelitian Zakyah (2010) diketahui perilaku agresif anak diartikan sebagai respons anak dalam menghadapi situasi atau perilaku orang lain yang tidak menyenangkan atau mengecewakan sehingga mendorong anak bertindak menyakiti, melukai, dan merugikan orang lain yang ditampilkan anak dalam bentuk tindakan fisik, verbal, atau non verbal. Karakteristik permasalahan anak berperilaku agresif memberikan petunjuk mengenai buruknya keterampilan sosial anak.

Sementara penelitian yang dilakukan oleh Anthonysamy dan Gembeck (2007: 980) menyatakan adanya korelasi antara status teman sebaya dengan perilaku anak. Anak-anak yang ditolak dalam kelompok adalah anak yang agresif baik secara fisik dan verbal, anak yang menarik diri dari lingkungannya dan anak yang kurang prososial. Hartup, et.al (Saripah, 2006) mengatakan anak yang tidak belajar mengembangkan perilaku prososial minimal pada umur enam tahun, maka anak akan mempunyai kecenderungan yang kuat untuk “beresiko” selama hidupnya.

Berdasarkan pentingnya pengembangan perilaku prososial yang merupakan tugas perkembangan sosial yang dimiliki anak dan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, maka perlu adanya bantuan bagi anak-anak dalam mengembangkan perilaku prososialnya. Pada setting pendidikan, bimbingan dan konseling merupakan upaya membantu pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah individu. Fokus bimbingan di sekolah dasar menekankan pada pemahaman diri, pemecahan masalah dan kemampuan berhubungan secara efektif dengan orang lain. Perilaku prososial berkaitan dengan kemampuan peserta didik dalam menjalin hubungan dengan orang lain yang memberikan manfaat positif dan berpengaruh bagi penerimaan dirinya dalam lingkungannya dapat menjadi fokus layanan bimbingan di sekolah dasar yang dikembangkan dalam sebuah program bimbingan. Program bimbingan di sekolah dasar meyakini bahwa masa usia sekolah dasar merupakan tahapan yang amat penting dalam perkembangan anak. Oleh karena itu, perlu


(13)

adanya pengembangan program bimbingan dalam membantu mengembangkan perilaku prososial peserta didik.

Program bimbingan perkembangan yang komprehensif meliputi empat jenis bidang layanan, yaitu bidang bimbingan pribadi, sosial, bidang bimbingan dan konseling akademik dan bidang bimbingan dan konseling karir (Suherman, 2007 : 18). Perilaku prososial merupakan aspek positif dari perkembangan moral yang melibatkan kemampuan pribadi dan sosial peserta didik, maka layanan yang dapat diberikan adalah bimbingan pribadi dan sosial. Pada aspek perkembangan pribadi sosial, layanan bimbingan membantu peserta didik agar memiliki pemahaman diri, mengembangkan sikap positif, membuat pilihan kegiatan yang sehat, mampu menghargai orang lain, memiliki rasa tanggung jawab, mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi, dapat menyelesaikan masalah dan dapat membuat keputusan secara baik.

Role playing merupakan salah satu teknik bimbingan yang dapat digunakan untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik di sekolah. Dalam pandangan behavioristik, seluruh perilaku merupakan hasil belajar, sehingga implikasinya bimbingan dan konseling membantu peserta didik menciptakan kondisi baru bagi proses belajar dan pemberian pengalaman belajar yang belum dipelajari (Nurihsan dan Syamsu, 2008: 137). Role playing merupakan sarana untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik memperoleh keterampilan baru berbasis pengalaman belajar yang memungkinkan dirinya ikut aktif terlibat mempraktikan pada suatu situasi dan menerima umpan balik tentang apa yang telah dilakukan (Dobson, 2010: 386).

Upaya memfasilitasi perkembangan sosial peserta didik sekolah dasar, perlu program bimbingan khusus dalam bidang pribadi sosial melalui teknik role playing untuk mengembangkan perilaku prososial. Peneliti menganggap perlu diadakan penelitian yang difokuskan pada penyusunan rancangan program hipotetik bimbingan pribadi sosial melalui teknik role playing.untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/2014.


(14)

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

“Peserta didik sekolah dasar sedang dan akan memasuki kehidupan sosial, dalam keluarga, di sekolah dan di masyarakat, sehingga agar dapat membina hubungan sosial dalam keluarga, di sekolah dan di masyarakat sekitar, anak-anak harus memiliki kebutuhan tentang perlunya sahabat, perlunya asuhan dan pengawasan dari orangtua, perlunya bimbingan dan tuntunan dari guru, dan kesiapan untuk berinteraksi dengan lingkungannya” (Sukmadinata, 2007: 101).

Untuk menghadapi berbagai macam kondisi dan agar diterima dilingkungannya, anak-anak harus memiliki kesiapan dalam membina hubungan sosial, kerjasama, saling menghargai, saling menerima, saling membantu, dan lain-lain. “Apabila kebutuhan penerimaan sosial tidak terpenuhi, anak-anak tidak akan bahagia. Apabila kebutuhan penerimaan sosial terpenuhi, anak-anak akan puas dan bahagia” (Hurlock, 1978: 251).

Perilaku prososial adalah tanda-tanda penyesuaian yang positif (Papalia, et al. 2008: 487). Staub (Desmita, 2011: 237) mengemukakan bahwa “perilaku prososial adalah tindakan sukarela dengan mengambil tanggung jawab menyejahterakan orang lain. Tindakan sukarela mengambil tanggung jawab penting, karena secara langsung mempengaruhi individu dan kelompok sosial secara keseluruhan, dalam situasi interaksi akan menghilangkan kecurigaan, menghasilkan perdamaian, dan meningkatkan toleransi hidup terhadap sesama”.

Eisenberg et al (Williamson, et.al. 2013: 549) menegaskan “kapasitas anak untuk memperoleh perilaku prososial baru memiliki implikasi untuknya atau kompetensinya di berbagai domain, termasuk hubungan sebaya, prestasi akademik, dan fungsi psikologis”.

Pengembangan perilaku prososial merupakan upaya pencapaian tugas perkembangan sosial anak usia sekolah. Melalui perilaku prososial peserta didik akan mampu diterima dalam kelompok sosialnya, sehingga pengembangan perilaku prososial di sekolah dasar dipandang perlu sebab akan menjadi dasar untuk pengembangan perilaku prososial dalam tahap berikutnya. Apabila pada usia sekolah dasar perilaku prososial belum terbentuk, maka akan menghambat berkembangnya perilaku prososial pada masa remaja dan seterusnya, sehingga orang dewasa yang berada di sekitarnya baik orangtua maupun guru di sekolah harus peduli terhadap terbentuknya perilaku prososial anak (Dewinuraida, 2010: 79).

Kurangnya perilaku prososial pada anak mungkin hasil dari lingkungan sosial atau perilaku belajar dan sifat yang diwarisi (Eisenberg & Paul, 1989: 8).


(15)

Keterampilan perilaku prososial membantu anak-anak berteman dan menjaga hubungan yang sehat (Pfeiffer, 2009). Anak-anak yang mampu bergaul dengan orang lain kemungkinan besar telah belajar berbagai keterampilan prososial dan memiliki tingkat kecerdasan sosial tinggi. Anak yang tidak memiliki keterampilan prososial akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan persahabatan dan menunjukkan kemarahan kronis. Meiyani (Saripah. 2006: 7) menambahkan kesulitan atau kegagalan yang dialami anak dalam bidang sosial ternyata tidak hanya berdampak terhadap aspek akademis melainkan juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, kematangan berpikir, dan sistem nilai. Dipertegas Hoffmann (Lindenberg et al, 2006: 4) kegagalan dalam berperilaku prososial maka kegagalan dalam aspek sosialisasi atau aspek pembentukkan kepribadian atau bahkan kegagalan dalam keduanya.

Perilaku prososial menuntut kemampuan pribadi dan sosial peserta didik dalam menampilkan dan menunjukkan tingkah lakunya. Perilaku prososial melibatkan kemampuan individu membuat keputusan untuk melakukan sesuatu yang positif bagi orang lain. Bantuan yang dapat diberikan untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik di sekolah adalah melalui layanan bimbingan dan konseling. Program bimbingan yang dianggap sesuai dengan perilaku prososial yang akan dikembangkan adalah bidang pribadi dan sosial. Pada bidang bimbingan pribadi sosial, memuat layanan bimbingan yang berkenaan dengan pemahaman diri, mengembangkan sikap positif, membuat pilihan kegiatan secara sehat, menghargai orang lain, mengembangkan rasa tanggung jawab, mengambangkan keterampilan hubungan antar pribadi, keterampilan menyelesaikan masalah dan membuat keputusan secara baik.

Salah satu teknik bimbingan yang dapat digunakan dalam mengembangkan perilaku prososial peserta didik adalah role playing. Role playing dapat membantu peserta didik melihat perilaku mereka sebagai orang lain dan memperoleh umpan balik tentang perilakunya serta dapat juga memberikan latihan untuk membuat keputusan dan mengeksplorasi konsekuensi. Role playing berguna untuk mengembangkan sebuah rasa empati dan mulai untuk memodifikasi pandangan dunia egosentriknya.


(16)

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, diperoleh pertanyaan umum sebagai arah perumusan masalah dalam penelitian, yaitu bagaimana rancangan program hipotetik bimbingan pribadi sosial melalui teknik role playing untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/2014. Secara rinci pertanyaan penelitian dijabarkan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum perilaku prososial peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/2014 ?

2. Bagaimana gambaran aspek perilaku prososial peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/2014 ?

3. Bagaimana gambaran perilaku prososial peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/2014 berdasarkan indikator ?

4. Seperti apakah rancangan program hipotetik bimbingan pribadi sosial melalui teknik role playing yang sesuai untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/2014 ?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah tersusunnya rancangan program hipotetik bimbingan pribadi sosial melalui teknik role playing untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/2014 yang dinilai layak oleh pakar dan praktisi bimbingan dan konseling. Secara spesifik tujuan penelitian yaitu :

1. Menemukan gambaran umum perilaku prososial peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/2014.

2. Menemukan gambaran aspek perilaku prososial peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/2014.

3. Menemukan gambaran perilaku prososial peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/2014 berdasarkan indikator.


(17)

4. Merumuskan program hipotetik bimbingan pribadi sosial melalui teknik role playing untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/2014.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Menjadi pedoman bagi guru bimbingan dan konseling dalam membantu peserta didik mengembangkan perilaku prososial.

2. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Menambah khasanah penelitian Bimbingan dan Konseling bagi anak di Sekolah Dasar.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Memperdalam penelitian perilaku prososial pada anak dan dikembangkan lebih lanjut.

E.Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi disusun untuk memberikan gambaran menyeluruh dan memudahkan penyusunan skripsi. Struktur organisasi skripsi berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi. Adapun struktur organisasi dalam skripsi sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan meliputi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian pustaka. Kajian pustaka mencakup perilaku prososial, teknik role playing, konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah dasar, bimbingan pribadi sosial, dan program hipotetik bimbingan pribadi sosial melalui teknik role playing untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik.

Bab III Metode penelitian meliputi pendekatan dan metode penelitian, lokasi, populasi, sampel penelitian, definisi operasional variabel, instrumen


(18)

penelitian, pengembangan instrumen penelitian, teknik analisis data, dan prosedur penelitian.

Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan meliputi pengolahan atau analisis data berdasarkan hasil temuan dan pembahasan atau analisis temuan.

Bab V Kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan temuan dari hasil penelitian.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian studi deskriptif. Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk memperoleh data yang sifatnya gambaran mengenai perilaku prososial peserta didik. Pendekatan kuantitatif digunakan meneliti populasi atau sampel tertentu untuk mendapatkan angka-angka secara numerikal yang digunakan untuk mengetahui gambaran perilaku prososial pada peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung.

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan, menganalisis, dan mengambil suatu generalisasi mengenai perilaku prososial peserta didik sekolah dasar. Berdasarkan hasil temuan tersebut dijadikan dasar untuk mengembangkan program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik melalui teknik role playing.

B.Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

Penelitian mengambil lokasi di SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena adanya fenomena tentang perilaku prososial peserta didik yang masih memerlukan pengembangan. Selain itu, di SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung belum tersedia layanan bimbingan dan konseling yang secara khusus difokuskan untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik.

Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas atas yaitu kelas V dan VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Jumlah peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung adalah 120 orang, dengan demikian seluruh peserta didik kelas atas yaitu kelas V dan VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung diambil untuk menjadi sampel penelitian.


(20)

Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan berikut :

1. Peserta didik kelas atas Sekolah Dasar termasuk dalam masa usia sekolah dasar yang harus memiliki kemampuan untuk dapat diterima oleh teman sebaya dan merupakan masa kelas tinggi yang mulai tidak bergantung dengan orang tua. 2. Peserta didik kelas atas Sekolah Dasar mengalami perluasan hubungan sosial

dan sedang mempersiapkan diri untuk dapat menghadapi lingkungan sosial yang lebih kompleks selanjutnya.

3. Belum pernah terdapat penelitian yang menggambarkan perilaku prososial peserta didik di SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung.

C.Definisi Operasional Variabel

1. Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial

Program hipotetik bimbingan pribadi sosial dalam penelitian yaitu suatu rancangan kegiatan layanan bimbingan pribadi sosial yang disusun secara sistematis dan terkoordinasi untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik sekolah dasar kelas atas.

Struktur program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik sesuai dengan struktur pengembangan program bimbingan dan konseling berbasis tugas perkembangan meliputi: (a) rasional, (b) visi dan misi, (c) deskripsi kebutuhan, (d) tujuan program, (e) sasaran program, (f) komponen program, (g) rencana operasional, (h) pengembangan tema dan implementasi program, (i) pengembangan satuan layanan (SKLBK), dan (j) evaluasi dan tindak lanjut.

2. Teknik Role Playing

Teknik role playing dalam penelitian adalah cara dalam pelayanan bimbingan pribadi sosial dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memainkan peran sosial untuk melatih peserta didik mengembangkan perilaku kerja sama, kasih sayang, murah hati dan empati sebagai bentuk perilaku prososial.


(21)

Dalam penelitian peserta didik belajar untuk mengenal peran, mengamati perilaku yang diperankan, mendiskusikan permainan peran, dan mengulang kembali permainan peran sehingga peserta didik memperoleh keterampilan baru yang dipelajari yaitu perilaku prososial, mengeksplorasi wawasan tentang sikap, nilai dan persepsinya dalam berperilaku prososial dan mengembangkan keterampilan berperilaku prososial. Peserta didik berlatih membuat keputusan untuk berperilaku yang dapat diterima secara sosial.

Pelaksanaan role playing mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: a. Tahap Pertama : Memperkenalkan Masalah atau Tema. Tahapan konselor

mengemukakan masalah atau tema.

b. Tahap Kedua: Memilih Pemeran. Pada tahap memilih pemeran, konselor dan peserta didik melukiskan berbagai karakter yang akan diperankan. Penggambaran karakter didasarkan atas tuntutan cerita menurut persepsi konselor dan peserta didik.

c. Tahap Ketiga: Memilih Pengamat (Penilai). Keberadaan pengamat sangat penting bagi setiap cerita yang diperankan.

d. Tahap Keempat: Menyiapkan Tahap-Tahap Peran. Tahapan para pemeran menyusun garis-garis besar adegan yang akan mereka mainkan. Tidak perlu dialog-dialog khusus dipersiapkan, sebab dalam bermain peran, peserta didik dituntut untuk bertindak dan berbicara secara spontan.

e. Tahap Kelima: Pemeranan. Tahapan para peserta didik mulai bereaksi secara spontan, sesuai dengan peran masing-masing. Peserta didik berusaha memainkan setiap peran seperti benar-benar dialaminya.

f. Tahap Keenam: Diskusi dan Evaluasi. Manakala pemeran dan pengamat terlibat dalam pemeranan, baik secara intelektual maupun secara emosional, tidak terlalu sulit untuk memulai diskusi. Konselor harus secara jeli mengungkap segi manakah yang akan ditekankan dalam diskusi. Tidak perlu menekankan diskusi pada kualitas pemeranan, konselor harus mengarahkan diskusi yang dilakukan para peserta didik untuk mencapai tujuan bimbingan yang telah dirumuskan.


(22)

g. Tahap Ketujuh: Memerankan Kembali. Pemeranan ulang dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi mengenai alternatif-alternatif pemeranan. Mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut, demikian halnya dengan para pelakunya. Perubahan ini memungkinkan adanya perkembangan baru dalam upaya pemecahan masalah. Setiap perubahan peran akan mempengaruhi peran-peran yang lainnya.

h. Tahap Kedelapan: Diskusi dan Tahap Dua. Diskusi dan evaluasi dilakukan sama seperti pada teman, hanya dimaksudkan untuk menganalisis hasil pemeranan ulang dan pemecahan masalah mungkin sudah lebih jelas

i. Tahap Kesembilan: Membagi Pengalaman dan Pengambilan Keputusan. Tujuan pokok role playing adalah membantu para peserta didik untuk memperoleh pengalaman-pengalaman berharga dalam kehidupan melalui aktivitas interaksional dengan teman-temannya.

3. Perilaku Prososial Peserta Didik Sekolah Dasar

Perilaku prososial adalah perilaku positif peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung yang memberikan keuntungan dan bermanfaat bagi temannya yang di dalamnya mencakup empati, murah hati, kerja sama dan kasih sayang. Secara rinci dijabarkan sebagai berikut :

a. Empati, yaitu kemampuan anak menunjukkan kepedulian kepada seseorang yang mengalami kesusahan dan kemampuan menunjukkan kesenangan kepada seseorang yang mendapatkan kebahagiaan.

b. Murah hati, yaitu kemampuan anak untuk berbagi sesuatu dengan orang lain dan memberikan sesuatu yang dimilikinya kepada orang lain.

c. Kerja sama, yaitu kemampuan anak untuk bergiliran tanpa rewel dan memenuhi permintaan tanpa rewel.

d. Kasih sayang, yaitu kemampuan anak untuk menolong orang lain mengerjakan tugas dan menolong (peduli) pada orang lain yang membutuhkan.


(23)

D.Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpulan data penelitian menggunakan data primer yang diambil dari alat ukur berupa angket atau kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpul data sekaligus alat ukur untuk mencapai tujuan penelitian. Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap tingkat perilaku prososial peserta didik dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Item-item pernyataan instrumen pengungkap perilaku prososial dikembangkan dari komponen atau variabel perilaku prososial yang telah ada, lalu dijabarkan melalui sub komponen yang akhirnya berbentuk indikator-indikator.

1. Jenis Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah angket tertutup (angket berstruktur) yang merupakan alat pengumpul data sekaligus alat ukur untuk mencapai tujuan penelitian. Responden hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif respon yang telah disediakan.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket kepada seluruh peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI yang menjadi sampel dalam penelitian. Angket yang digunakan menggunakan format rating scale (skala bertingkat) dengan lima alternatif jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS) dengan skor berkisar antara 1 sampai dengan 5.

2. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen dikembangkan menjadi empat aspek perilaku prososial yaitu (1) empati; (2) murah hati; (3) kerja sama, dan (4) kasih sayang.

Penyebaran instrumen yang berupa kuesioner menggunakan teknik built-in artinya kuesioner disebarkan dengan cara bersama terhadap sampel penelitian untuk uji coba sekaligus dengan pengumpulan data dan penelitian. Kisi-kisi instrumen perilaku prososial tersaji pada Tabel 3.1 berikut:


(24)

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Prososial Peserta Didik Sekolah Dasar (Sebelum Ditimbang)

Aspek Indikator Pernyataan

(+) (-)

1. Empati

a. Menunjukkan kepedulian pada orang yang kesusahan

1,2,3,4,5,6,7 ,8

9,10,11,12 12 b. Menunjukkan kesenangan kepada

seseorang yang mendapatkan kebahagiaan

13,14,15,16, 17,18

19 7

2. Murah Hati

a. Berbagi sesuatu dengan orang lain 20,21,22,23, 24

25 6

b. Memberi sesuatu kepada orang lain

26,27,28,29, 30

31,32 7

3. Kerja Sama

a. Bergiliran tanpa “rewel” 33,34,35 36,37,38,39 7 b. Memenuhi permintaan tanpa

“rewel” 40,41,42,43 44,45,46 7

4. Kasih Sayang

a. Membantu orang lain mengerjakan tugas

47,48,49,50, 51

52,53 7 b. Membantu (peduli) pada orang

lain yang membutuhkan

54,55,56,57, 58

59,60 7

JUMLAH 60

E.Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Uji Kelayakan Instrumen

Uji kelayakan instrumen perilaku prososial dilakukan melalui penimbangan (judgement) oleh ahli untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk dan isi. Penimbangan instrumen dilakukan oleh tiga orang dosen ahli dari jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan, yaitu Prof. Dr. Juntika Nurikhsan, M.Pd., Dr. Ipah Saripah, M.Pd., dan Eka Sakti Yudha, M.Pd. Penilaian oleh tiga dosen ahli dilakukan dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan item tersebut dapat digunakan dan item yang diberi nilai TM dapat memiliki dua kemungkinan yaitu item tidak dapat digunakan atau diperlukan revisi pada item. Hasil penimbangan dari tiga dosen ahli, ditampilkan pada Tabel 3.2 berikut:


(25)

Tabel 3.2

Hasil Penimbangan Instrumen Perilaku Prososial

Hasil Penimbangan

Pakar

Nomor Item Jumlah

Memadai 1,3,6,7,10,13,14,16,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,30 ,31,32,33,34,35,36,37,38,40,41,43,44,46,47,48,49,50,

51,52,53,54,55,58,59,60

44

Revisi 2,15,39,45,57 5

Dibuang 4,5,8,9,11,12,17,18,29,42,56 11

Total 60

Kisi-kisi instrumen setelah uji kelayakan instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Prososial Peserta Didik Sekolah Dasar (Setelah Ditimbang)

Aspek Indikator Pernyataan

(+) (-)

1. Empati

a. Menunjukkan kepedulian pada orang yang kesusahan

1,2,3,4,5 6 6

b. Menunjukkan kesenangan kepada seseorang yang mendapatkan kebahagiaan

7,8,9,10 11 5

2. Murah Hati

a. Berbagi sesuatu dengan orang lain

12,13,14,15, 16

17 6

b. Memberi sesuatu kepada orang lain

18,19,20,21 22,23 6

3. Kerja Sama

a. Bergiliran tanpa “rewel” 24,25,26 27,28,29,30 7 b. Memenuhi permintaan tanpa

“rewel” 31,32,33 34,35,36 6

4. Kasih Sayang

a. Membantu orang lain mengerjakan tugas

37,38,39,40, 41

42,43 7 b. Membantu (peduli) pada orang

lain yang membutuhkan

44,45,46,47 48,49 6


(26)

2. Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan item dilakukan dengan memberikan angket kepada tiga orang peserta didik kelas V SD Negeri Isola Bandung. Uji keterbacaan bertujuan untuk mengukur sejauh mana keterbacaan instrumen oleh responden. Berdasarkan uji keterbacaan, semua item pernyataan dapat dipahami dengan baik, sehingga angket dapat diberikan kepada responden yang menjadi sampel penelitian yaitu peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2013/2014.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Uji validitas adalah untuk mengukur tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010: 211). Instrumen dikatakan valid apabila tepat mengukur apa yang hendak diukur (Riduwan, 2012: 97). Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kevalidan instrumen perilaku prososial dalam mengukur tingkat perilaku prososial peserta didik. Uji validitas instrumen dilakukan terhadap populasi sebanyak 120 orang peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung.

Pengolahan data dalam penelitian menggunakan bantuan SPSS 17 for windows. Validitas dilakukan dengan prosedur pengujian Spearman’s rho atau rank difference correlation, dengan rumus sebagai berikut:

Rhoxy =1 -

Keterangan:

Rhoxy : Koefisien korelasi tata jenjang

D : Difference (beda antara jarak jenjang setiap subjek) N : Banyaknya subjek

Hasil uji validitas instrumen perilaku prososial yang terdiri dari 49 item pernyataan, menunjukkan 48 item valid dan 1 item tidak valid.


(27)

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Instrumen Perilaku Prososial Peserta Didik

Kesimpulan Item Jumlah

Jumlah Awal 49

Item Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,18,19,20,21,22,2 3,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,4

1,42,43,44,45,46,47,48

48

Tidak Valid

(Dibuang) 17

1

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama (Sukmadinata, 2012: 229-230). Instrumen yang memiliki reliabilitas tinggi memiliki konsistensi dari waktu ke waktu, data yang diperoleh akan tetap sama meskipun beberapa kali diambil dalam waktu yang berbeda.

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 17 for windows dengan metode Alpha, dengan rumus sebagai berikut:

[ ] [ ]

Keterangan:

= Nilai reliabilitas

= Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians total

k = Jumlah item

Klasifikasi koefisien reliabilitas yang digunakan sebagai tolak ukur adalah sebagai berikut:

0,00-0,199 : derajat keterandalan sangat rendah 0,20-0,399 : derajat keterandalan rendah 0,40-0,599 : derajat keterandalan sedang 0,60-0,799 : derajat keterandalan tinggi


(28)

0,80-1,00 : derajat keterandalan sangat tinggi

(Arikunto, 2006: 276) Hasil pengolahan uji reliabilitas instrumen perilaku prososial dapat dilihat pada Tabel 3.5, sebagai berikut:

Tabel 3.5

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Perilaku Prososial Peserta Didik

Cronbach's Alpha

N of Items .930 48

Pengujian reliabilitas instrumen perilaku prososial memperoleh hasil sebesar 0,930, artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalannya sangat tinggi. Instrumen perilaku prososial yang digunakan sudah baik dan dapat dipercaya untuk dijadikan alat pengumpul data.

Kisi-kisi instrumen setelah uji coba sebagai berikut :

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Prososial Peserta Didik (Setelah Uji Coba)

Aspek Indikator Pernyataan

(+) (-)

1. Empati

a. Menunjukkan kepedulian pada orang yang kesusahan

1,2,3,4,5 6 6

b. Menunjukkan kesenangan kepada seseorang yang mendapatkan kebahagiaan

7,8,9,10 11 5

2. Murah Hati

a. Berbagi sesuatu dengan orang lain

12,13,14,15, 16

- 5

b. Memberi sesuatu kepada orang lain

18,19,20,21 22,23 6

3. Kerja Sama

a. Bergiliran tanpa “rewel” 24,25,26 27,28,29,30 7 b. Memenuhi permintaan tanpa

“rewel” 31,32,33 34,35,36 6

4. Kasih Sayang

a. Membantu orang lain mengerjakan tugas

37,38,39,40, 41

42,43 7 b. Membantu (peduli) pada orang

lain yang membutuhkan

44,45,46,47 48,49 6


(29)

E.Teknik Analisis Data 1. Verifikasi Data

Verifikasi data dilakukan untuk pemeriksaan terhadap data yang sudah diperoleh, verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang layak untuk diolah dan data yang tidak layak untuk diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan, sebagai berikut:

a. Mengecek jumlah instrumen yang akan disebar, jumlah instrumen yang terkumpul harus sesuai dengan instrumen yang disebar kepada sampel penelitian.

b. Tabulasi atau merekap data yang diperoleh dari hasil responden dengan memberikan penyekoran data sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah ditentukan.

2. Penyekoran Data Hasil Penelitian

Instrumen perilaku prososial peserta didik menggunakan skala Likert yang menyediakan lima alternatif jawaban, yaitu: Sangat Sesuai, Sesuai, Kurang Sesuai, Tidak Sesuai, dan Sangat Tidak Sesuai. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor tertentu, sebagai berikut:

Tabel 3.7

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Pernyataan Skor Alternatif Respon

SS S KS TS STS

Positif (+) 5 4 3 2 1


(30)

Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1 - 5 dengan bobot tertentu. Bobotnya sebagai berikut :

a. Untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 1 pada pernyataan positif dan skor 5 pada pernyataan negatif.

b. Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 2 pada pernyataan positif atau 4 pada pernyataan negatif.

c. Untuk pilihan jawaban ragu-ragu (KS) memiliki skor 3 untuk pernyataan positif dan negatif

d. Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 4 pada pernyataan positif atau skor 2 pada pernyataan negatif.

e. Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 5 pada pernyataan positif atau skor 1 pada pernyataan negatif.

3. Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah untuk mengukur bagaimana gambaran umum perilaku prososial peserta didik di SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung yang selanjutnya akan dikembangkan menjadi program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik.

Perilaku prososial peserta didik dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Menghitung jumlah skor setiap peserta didik b. Menghitung rata-rata skor setiap peserta didik

c. Menghitung simpangan baku dari keseluruhan skor peserta didik d. Mengubah skor mentah menjadi skor baku (Z)

Rumus sebagai berikut :

(Furqon, 2009: 67) Keterangan:

X : Skor Total Xbar : Skor Rata-rata S : Simpangan Baku


(31)

Setelah diperoleh jumlah skor baku (Z), data dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi dengan berpedoman pada tabel 3.8 berikut

Tabel 3.8

Pengkategorian Perilaku Prososial Peserta Didik Rentang Skor Kategori

Z < -1 Rendah

-1 ≤ Z < 1 Sedang

Z > 1 Tinggi

Interpretasi dari setiap kategori perilaku prososial adalah sebagai berikut :

Tabel 3.9

Interpretasi Skor Kategori Perilaku Prososial Peserta Didik Kategori Perilaku

Prososial

Rentang Interpretasi

Tinggi Z > 1 Peserta didik pada kategori tinggi sudah mampu menampilkan dan melakukan tindakan prososial dalam kehidupan sehari-harinya, yang meliputi: perilaku empati yaitu menunjukkan kepedulian kepada teman yang mengalami kesusahan dan menunjukkan kesenangan kepada seseorang yang mendapatkan kebahagiaan; murah hati yaitu berbagi sesuatu dengan teman dan memberikan sesuatu yang dimilikinya kepada teman; kerja sama, yaitu mampu bergiliran tanpa rewel dan memenuhi permintaan tanpa rewel; dan kasih sayang yaitu menolong teman mengerjakan tugas dan menolong (peduli) pada teman yang membutuhkan.

Sedang -1 ≤ Z < 1 Peserta didik pada kategori sedang cukup mampu menampilkan dan melakukan tindakan prososial dalam kehidupan sehari-harinya, yang meliputi: perilaku empati yaitu menunjukkan kepedulian kepada teman yang mengalami kesusahan dan menunjukkan kesenangan kepada seseorang yang mendapatkan kebahagiaan;


(32)

murah hati yaitu berbagi sesuatu dengan teman dan memberikan sesuatu yang dimilikinya kepada teman; kerja sama, yaitu mampu bergiliran tanpa rewel dan memenuhi permintaan tanpa rewel; dan kasih sayang yaitu menolong teman mengerjakan tugas dan menolong (peduli) pada teman yang membutuhkan.

Rendah Z < -1 Peserta didik pada kategori rendah belum mampu menampilkan dan melakukan tindakan prososial dalam kehidupan sehari-harinya, yang meliputi: perilaku empati yaitu menunjukkan kepedulian kepada teman yang mengalami kesusahan dan menunjukkan kesenangan kepada seseorang yang mendapatkan kebahagiaan; murah hati yaitu berbagi sesuatu dengan teman dan memberikan sesuatu yang dimilikinya kepada teman; kerja sama, yaitu mampu bergiliran tanpa rewel dan memenuhi permintaan tanpa rewel; dan kasih sayang yaitu menolong teman mengerjakan tugas dan menolong (peduli) pada teman yang membutuhkan.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan pelaporan, sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal, meliputi langkah-langkah :

a. membuat proposal penelitian dan mempresentasikannya pada mata kuliah metode riset bimbingan dan konseling;

b. menyerahkan proposal penelitian yang telah disahkan oleh pembina metode riset bimbingan dan konseling kepada Ketua Dewan Skripsi, calon dosen pembimbing serta Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan;

c. mengajukan permohonan Surat Keputusan (SK) pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada tingkat fakultas; dan


(33)

d. mengajukan permohonan izin penelitian dari Universitas untuk disampaikan kepada Badan Dinas Kesatuan Bangsa, Perlindungan, dan Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Pendidikan, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, serta SD Laboratorium Percontohan UPI.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian meliputi :

a. melakukan studi pendahuluan ke SD Laboratorium (Percontohan) UPI; b. mengumpulkan data awal penelitian;

c. membuat instrumen penelitian yang ditimbang terlebih dahulu tiga orang pakar yakni pakar bimbingan pribadi sosial, pakar perkembangan dan pakar statistika;

d. mengumpulkan data melalui penyebaran instrumen penelitian; e. mengolah dan menganalisis data; dan

f. membuat program bimbingan dan konseling yang kemudian ditimbang oleh dua pakar bimbingan dan konseling dan praktisi di sekolah.

3. Tahap Akhir

Pada tahap akhir, penelitian disempurnakan melalui langkah: a. hasil penelitian disusun menjadi laporan akhir penelitian; b. penelitian diujikan pada saat ujian sarjana; dan

c. hasil ujian sarjana dijadikan masukan bagi penyempurnaan penelitian.

G.Pengembangan Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial melalui Teknik Role Playing untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Peserta Didik

Proses pengembangan program bimbingan pribadi sosial dalam penelitian terdiri dari tiga langkah, sebagai berikut:


(34)

1. PenyusunanProgram

Pengembangan program hipotetik bimbingan pribadi sosial dimulai dengan melakukan need assesment berdasarkananalisis data mengenai gambaran perilaku prososial peserta didik.

2. Validasi Program

Validasi program dilakukan kepada pakar bimbingan dan konseling serta guru bimbingan dan konseling SD Laboratorium Percomtohan UPI. Hasil validasi program merupakan pedoman untuk melakukan perbaikan dan revisi program hipotetik bimbingan pribadi sosial melalui teknik role playing untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik.

3. Program Hipotetik

Program hipotetik bimbingan pribadi sosial disusun untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik melalui teknik role playing sebagai program baru dalam keseluruhan program bimbingan dan konseling di SD Laboratorium Percontohan UPI, secara khusus program hipotetik pribadi sosial bertujuan untuk membantu peserta didik agar memiliki keterampilan dalam mengembangkan perilaku prososialnya yang bermanfaat dalam menjalin hubungan dengan orang lain pada proses sosialisasinya.


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Gambaran umum perilaku prososial yang dimiliki peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung berada pada kualifikasi sedang, artinya peserta didik sudah cukup mampu menunjukkan perilaku prososial seperti empati, murah hati, kerja sama dan kasih sayang. Gambaran umum perilaku prososial peserta didik berdasarkan indikator berada pada kategori sedang, artinya peserta didik sudah cukup mampu menunjukkan kepedulian pada orang yang kesusahan, menunjukkan kesenangan kepada seseorang yang mendapatkan kebahagiaan, berbagi sesuatu dengan orang lain, memberi sesuatu kepada orang

lain, bergiliran tanpa “rewel”, memenuhi permintaan tanpa “rewel”, membantu

orang lain mengerjakan tugas, dan membantu (peduli) pada orang lain yang membutuhkan.

Berdasarkan hasil gambaran umum perilaku prososial yang dimiliki peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung, disusun program hipotetik bimbingan pribadi sosial melalui teknik role playing untuk mengembangkan perilaku prososial peserta didik. Struktur program terdiri dari: rasional, visi dan misi, deskripsi kebutuhan, tujuan program, sasaran program, komponen program, rencana operasional, pengembangan tema dan implementasi program, pengembangan satuan layanan (SKLBK), dan evaluasi dan tindak lanjut.

B.Rekomendasi 1. Bagi Guru BK

Guru BK sebagai pendidik dan pembimbing di sekolah dapat mempergunakan program sebagai panduan dalam mengembangkan perilaku prososial peserta didik melalui teknik role playing yang telah dirancang peneliti, baik kepada peserta didik kelas atas SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung


(36)

tahun ajaran 2013/2014 maupun peserta didik SD Laboratorium UPI Bandung yang tahun ajaran 2014/2015.

2. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dapat memfasilitasi pengembangan keterampilan mahasiswa dalam melakukan intervensi pada anak di Sekolah Dasar khususnya untuk mengembangkan perilaku prososial.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai gambaran untuk melakukan penelitian yang sama dengan metode yang berbeda.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2007) Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dan Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Anthonysamy dan Gembeck. (2007). Peer Status And Behaviors of Maltreated Children and Their Classmates in The Early Years of School. Journal Child Abuse & Neglect. 31, 971-991.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Beaty, J.J. (1994). Observing Development of The Young Child. 3rd Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Blatner, A. (2009). Role Playing in Education. [Online]. Tersedia: http://www.blatner.com/adam/pdntbk/rlplayedu.htm (11 November 2012) Bruce, et. al. (2009). Model of Teaching (Model-Model Pengajaran). Edisi

Kedelapan. dialihbahasakan oleh Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Carlie, K. (2006). The Effects of Empathy on Prosocial Behavior

Among Middle School Children. [Online]. Tersedia: http://digitalcommons.brockport.edu/edc_theses (2 Januari 2013)

Damon, Lerner & Eisenberg, (2006). Handbook of Psychology Child. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Darwis, A. (2006). Perilaku Menyimpang Murid SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Desmita, (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Dewinuraida, H. (2010). Kontribusi Pola Asuh Orangtua yang dirasakan Anak terhadap Perilaku Prososial Anak. Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(38)

Dobson, K. S. (2010). Handbook of Cognitive Behavioral Therapies. London: The Guilford Press.

Eisenberg, N. (1982). The Development of Prosocial Behavior. New York: Academic Press Inc.

Eisenberg dan Paul H. M. (1989). The Roots of Prosocial Behavior in Children. Newyork: Cambridge University Press.

Eisenberg, et.al. (2001) Brazillian Adolescent’ Prosocial Moral Judgement and Behavior: Relation to Sympathy, Perspective Taking, Gender-Role Orientation, and Demographic Characteristics. Child Development,

72, (2), 518-534.

Eka, N. (2008). Bimbingan Bagi Siswa Terisolir di Kelas melalui Teknik Bermain Peran (Role Playing). Skripsi. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Ellis, R. (2012). Program Bimbingan melalui Teknik Role Playing untuk Meningkatkan Self Efficacy Karir Peserta Didik. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Findlay, et. al. (2006). Links Between Empathy, Social Behavior, and Social Understanding In Early Childhood. Early Childhood Research Quarterly.

21, 347-359.

Forrester. (2000). Role-Playing and Dramatic Improvisation as an Assessment Tool. The Arts in Psychotherapy, 27, (4), 235-243.

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Gangel O. K. (2009). Definisi Bermain Peran. (online). Tersedia di http://www.lead.sabda.org. (11 November 2012)

Hastings, et. al, (2007). The Socialization of Prosocial Development. New York: The Guilford Press.

Hurlock, E. B. (1978). Developmental Child. New York. McGraw Hill. Inc. Khairian, H. (2011). Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar

Melalui Diskusi Kelompok. Skripsi. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Lindenberg, et. al. (2006). Solidarity and Prosocial Behavior. USA: Springer Science Business Media, Inc.


(39)

Luckner, et. al. (2011). Teacher–Student Interactions in Fifth Grade Classrooms: Relations with Children's Peer Behavior. Journal of Applied Developmental Psychology. 32, 257-266.

Marion, M. (1991). Guidance of Young Children. 3rd Edition. New York: Macmillan Publishing Co.

Marsudi, dkk. (2010). Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Mulyasa, E. (2005). Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mussen, et.al. (1989). Perkembangan dan Kepribadian Anak. dialihbahasakn oleh F. X Budiyanto, Gianto Widianto, Arum Gayatri. Jakarta: Arcan.

Nelson, R.C. (1972). Guidance and Counseling in the Elementary School. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Nurihsan, J dan Akur, S. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Kurikulum 2004. Jakarta: Grasindo Anggota IKAPI.

Nurihsan, J dan Syamsu, Y. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Papalia, et. al. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi kesembilan dialihbahasakan oleh A.K. Anwar. Jakarta: Kencana.

Pfeiffer, K. (2009). What Are Prosocial Skills ?. [Online]. Tersedia: http://suite101.com/article/what-are-prosocial-skills-a133626 (2 Januari 2013)

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Saripah, I. (2006). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Anak (Dikembangkan berdasarkan studi terhadap Bimbingan para Pengasuh dan Kemampuan Perilaku Prososial Anak di TPA Babakan Sukaratu, PTPN VIII Malabar, Pengalengan, Kabupaten Bandung. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Setiawati & Ima. (2007). Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI Press

Shaftel & Shaftel. (1967). Role-Playing for Social Values Decision Making in The Social Studies. New Jersey. Prentice Hall., Inc.


(40)

Suherman, U. (2000). Karakteristik Siswa dan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Jurnal Bimbingan dan Konseling, 4, (7), 44-62

Suherman, U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Madani Production

Sukardi, D dan Nila. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Sukmadinata, N. S. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek. Bandung: Maestro.

Utami, S. (2010). Studi Kasus Perilaku Agresif Siswa Kelas IV SD Negeri Dagen II Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

Skripsi. [Online]. Tersedia:

http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=12898 (20 Oktober 2012)

Wahyudi, Y. (2009). Sekolah dan Perilaku Antisosial. (Online). Tersedia: http://old.nabble.com/Sekolah-dan-Perilaku-Antisosial-p25964766.html [15 April 2013]

Williamson, et. al. (2013). Learning How To Help Others: Two-Year-Olds’ Social Learning of A Prosocial Act. Journal of Experimental Child. 114. 543-550. Worzbyt,et.al ,(2003). Elementary School Counseling. New York:

Brunner-Routledge

Yuliati, R. (2008). Studi Tentang Perilaku Prososial Siswa Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang. Skripsi. [Online]. Tersedia: e- contents/downloadpdf.php/pub/studi-tentang-perilaku-prososial-siswa-sekolah- dasar-negeri-se-kecamatan-mojoagung-kabupaten-jombang-ratna-yuliati-36710- 02370KI08

ABSTRAK%20.doc (20 Oktober 2012)

Yusuf, S. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Yusuf, S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.


(41)

Zakyah, S. (2010). Perilaku Agresif Anak Di Sekolah Dasar Dan Upaya Bimbingan Guru Dalam Menanganinya : Penelitian Studi Kasus pada Beberapa Anak Siswa Kelas 3 dan Anak Siswa Kelas 5 SDN Angkasa X Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(1)

124

tahun ajaran 2013/2014 maupun peserta didik SD Laboratorium UPI Bandung yang tahun ajaran 2014/2015.

2. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dapat memfasilitasi pengembangan keterampilan mahasiswa dalam melakukan intervensi pada anak di Sekolah Dasar khususnya untuk mengembangkan perilaku prososial.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai gambaran untuk melakukan penelitian yang sama dengan metode yang berbeda.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2007) Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling

dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: Direktorat Pembinaan

Sekolah Menengah Atas dan Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Anthonysamy dan Gembeck. (2007). Peer Status And Behaviors of Maltreated

Children and Their Classmates in The Early Years of School. Journal

Child Abuse & Neglect. 31, 971-991.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Beaty, J.J. (1994). Observing Development of The Young Child. 3rd Edition. New

Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Blatner, A. (2009). Role Playing in Education. [Online]. Tersedia: http://www.blatner.com/adam/pdntbk/rlplayedu.htm (11 November 2012) Bruce, et. al. (2009). Model of Teaching (Model-Model Pengajaran). Edisi

Kedelapan. dialihbahasakan oleh Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Carlie, K. (2006). The Effects of Empathy on Prosocial Behavior

Among Middle School Children. [Online]. Tersedia: http://digitalcommons.brockport.edu/edc_theses (2 Januari 2013)

Damon, Lerner & Eisenberg, (2006). Handbook of Psychology Child. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Darwis, A. (2006). Perilaku Menyimpang Murid SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Desmita, (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Dewinuraida, H. (2010). Kontribusi Pola Asuh Orangtua yang dirasakan Anak

terhadap Perilaku Prososial Anak. Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(3)

126

Dobson, K. S. (2010). Handbook of Cognitive Behavioral Therapies. London: The Guilford Press.

Eisenberg, N. (1982). The Development of Prosocial Behavior. New York: Academic Press Inc.

Eisenberg dan Paul H. M. (1989). The Roots of Prosocial Behavior in

Children. Newyork: Cambridge University Press.

Eisenberg, et.al. (2001) Brazillian Adolescent’ Prosocial Moral Judgement and

Behavior: Relation to Sympathy, Perspective Taking, Gender-Role Orientation, and Demographic Characteristics. Child Development,

72, (2), 518-534.

Eka, N. (2008). Bimbingan Bagi Siswa Terisolir di Kelas melalui Teknik Bermain

Peran (Role Playing). Skripsi. Jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Ellis, R. (2012). Program Bimbingan melalui Teknik Role Playing untuk

Meningkatkan Self Efficacy Karir Peserta Didik. Tesis. Sekolah Pasca

Sarjana UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Findlay, et. al. (2006). Links Between Empathy, Social Behavior, and Social

Understanding In Early Childhood. Early Childhood Research Quarterly.

21, 347-359.

Forrester. (2000). Role-Playing and Dramatic Improvisation as an Assessment

Tool. The Arts in Psychotherapy, 27, (4), 235-243.

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Gangel O. K. (2009). Definisi Bermain Peran. (online). Tersedia di http://www.lead.sabda.org. (11 November 2012)

Hastings, et. al, (2007). The Socialization of Prosocial Development. New York: The Guilford Press.

Hurlock, E. B. (1978). Developmental Child. New York. McGraw Hill. Inc. Khairian, H. (2011). Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar

Melalui Diskusi Kelompok. Skripsi. Jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Lindenberg, et. al. (2006). Solidarity and Prosocial Behavior. USA: Springer Science Business Media, Inc.


(4)

Luckner, et. al. (2011). Teacher–Student Interactions in Fifth Grade Classrooms: Relations with Children's Peer Behavior. Journal of Applied

Developmental Psychology. 32, 257-266.

Marion, M. (1991). Guidance of Young Children. 3rd Edition. New York:

Macmillan Publishing Co.

Marsudi, dkk. (2010). Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Mulyasa, E. (2005). Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mussen, et.al. (1989). Perkembangan dan Kepribadian Anak. dialihbahasakn oleh F. X Budiyanto, Gianto Widianto, Arum Gayatri. Jakarta: Arcan.

Nelson, R.C. (1972). Guidance and Counseling in the Elementary School. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Nurihsan, J dan Akur, S. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di

Sekolah Dasar Kurikulum 2004. Jakarta: Grasindo Anggota IKAPI.

Nurihsan, J dan Syamsu, Y. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Papalia, et. al. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi kesembilan dialihbahasakan oleh A.K. Anwar. Jakarta: Kencana.

Pfeiffer, K. (2009). What Are Prosocial Skills ?. [Online]. Tersedia: http://suite101.com/article/what-are-prosocial-skills-a133626 (2 Januari 2013)

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Saripah, I. (2006). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Perilaku

Prososial Anak (Dikembangkan berdasarkan studi terhadap Bimbingan para Pengasuh dan Kemampuan Perilaku Prososial Anak di TPA Babakan Sukaratu, PTPN VIII Malabar, Pengalengan, Kabupaten Bandung. Tesis

PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Setiawati & Ima. (2007). Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI Press

Shaftel & Shaftel. (1967). Role-Playing for Social Values Decision Making in The


(5)

128

Suherman, U. (2000). Karakteristik Siswa dan Pelaksanaan Bimbingan dan

Konseling di Sekolah Dasar Jurnal Bimbingan dan Konseling, 4, (7),

44-62

Suherman, U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Madani Production

Sukardi, D dan Nila. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Sukmadinata, N. S. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek. Bandung: Maestro.

Utami, S. (2010). Studi Kasus Perilaku Agresif Siswa Kelas IV SD Negeri Dagen

II Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

Skripsi. [Online]. Tersedia:

http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=12898 (20 Oktober 2012)

Wahyudi, Y. (2009). Sekolah dan Perilaku Antisosial. (Online). Tersedia: http://old.nabble.com/Sekolah-dan-Perilaku-Antisosial-p25964766.html [15 April 2013]

Williamson, et. al. (2013). Learning How To Help Others: Two-Year-Olds’ Social

Learning of A Prosocial Act. Journal of Experimental Child. 114. 543-550.

Worzbyt,et.al ,(2003). Elementary School Counseling. New York: Brunner-Routledge

Yuliati, R. (2008). Studi Tentang Perilaku Prososial Siswa Sekolah Dasar Negeri

Se-Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang. Skripsi. [Online].

Tersedia: e- contents/downloadpdf.php/pub/studi-tentang-perilaku-prososial-siswa-sekolah- dasar-negeri-se-kecamatan-mojoagung-kabupaten-jombang-ratna-yuliati-36710- 02370KI08

ABSTRAK%20.doc (20 Oktober 2012)

Yusuf, S. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Yusuf, S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.


(6)

Zakyah, S. (2010). Perilaku Agresif Anak Di Sekolah Dasar Dan Upaya

Bimbingan Guru Dalam Menanganinya : Penelitian Studi Kasus pada Beberapa Anak Siswa Kelas 3 dan Anak Siswa Kelas 5 SDN Angkasa X Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi Jurusan Psikologi