PERANAN SISTEM FULL DAY SCHOOL DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA.

(1)

PERANAN SISTEM FULL DAY SCHOOL DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA

(Studi Kasus di MTs Asih Putera Cihanjuang Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh :

CINDY ADITYA PRAMODAWARDANI 0901406

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

PERANAN SISTEM FULL DAY SCHOOL DALAM MENINGKATKAN

KEDISIPLINAN SISWA

(Studi Kasus di MTs Asih Putera Cihanjuang Cimahi)

Oleh:

CINDY ADITYA PRAMODAWARDANI

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© CINDY ADITYA PRAMODAWARDANI 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : CINDY ADITYA PRAMODAWARDANI NIM : 0901406

Judul Skripsi : PERANAN SISTEM FULL DAY SCHOOL DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA (Studi Kasus MTs. Asih Putera Cihanjuang Cimahi)

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed NIP. 196308201988031001

Pembimbing II,

Dr. Kokom Komalasari, M. Pd NIP. 197210012001122001

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan,

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed NIP. 196308201988031001


(4)

ABSTRAK

PERANAN SISTEM FULL DAY SCHOOL DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA

(Studi Kasus di MTs. Asih Putera Cihanjuang Cimahi)

Cindy Aditya Pramodawardani* 2013

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pemilihan sekolah yang baik bagi siswa. Sekolah tidak hanya memberikan pelajaran mengenai ilmu pengetahuan saja, melainkan juga memberikan pengetahuan tentang akhlak dan aqidah yang dapat diaplikasikan siswa dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah karakter disiplin siswa. Beraneka ragam jenis sekolah yang dapat dipilih oleh orang tua siswa. MTs asih Putera Cihanjuang Cimahi adalah salah satu sekolah yang menerapkan sistem berbeda dengan sekolah lainnya, yaitu sistem Full Day School. Sekolah ini membantu pengembangan dan peningkatan kedisiplinan siswa ketika di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem Full Day School dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah, serta untuk mengetahui kendala dan peluang yang ada dalam penerapan sistem tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, subjek dalam penelitian ini adalah siswa MTs Asih Putera, instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara dan studi dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan reduksi data, display data dan penafsiran/kesimpulan. Berdasarkan pendekatan dan pengolahan data dalam penelitian, maka didapatkan hasil penelitian sebagai berikut: 1) MTs Asih Putera menerapkan sistem Full Day School dengan membiasakan siswa berada sehari di sekolah sejak pukul 07.00-16.00 untuk mengikuti proses belajar mengajar baik didalam kelas maupun diluar kelas; 2) Siswa MTs Asih Putera wajib untuk menaati peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Terdapat empat jenis pelanggaran dan sanksi bagi masing-masing pelanggaran untuk siswa yang melanggar peraturan; 3) Kepala Sekolah, Guru dan Tenaga Pendidik lainnya bekerja sama dan saling membantu serta saling mendukung satu sama lain dalam usaha meningkatkan kedisiplinan siswa di MTs Asih Putera; 4) Kendala yang dihadapi ketika menerapkan sistem Full Day Shool di MTs Asih Putera adalah ketika menghadapi kejenuhan siswa yang akan mempengaruhi perilaku siswa untuk melanggar tata tertib sekolah. Dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan sistem Full Day School di sekolah dapat membantu meningkatkan karakter kedisiplinan siswa ketika berada di sekolah, serta dapat memperbaiki akhlak dan aqidah siswa. Bagi sekolah yangakan menerapkan sistem Full Day School diharapkan dapat memberikan pemahaman dan penjelasan bagaimana mekanisme sistem tersebut kepada orang tua dan siswa agar dapat diaplikasikan oleh siswa ketika dalam proses belajar disekolah.


(5)

ABSTRACT

FULL DAY SCHOOL SYSTEM ROLE IN IMPROVING STUDENT DISCIPLINE (Case Study in MTs Asih Putera Cihanjuang Cimahi)

Cindy Aditya Pramodawardani* 2013

This research is motivated by the importance of choosing a good school for students. Schools not only provide lessons about science, but also provide moral and doctrinal knowledge that can be applied to students in everyday life, one of which is the character of student discipline. Diverse types of schools can be chosen by the parents. MTs Asih Putera Cihanjuang Cimahi is one of the schools that implement different from other school systems, this systems is Full Day School. This school helps students to develop and increase discipline while in school. This study aims to determine how the implementation of Full Day School systems to improve student discipline in schools, and to investigate the constraints and opportunities that exist in the implementation of the system. The approach used in this study is a qualitative approach to the case study method, the subjects in this study were students of MTs Asih Putera, research instruments used were interview guides and documentation studies. The data obtained were then processed using data reduction, data display and interpretation / conclusions. Based approach and processing of data in the study, then obtained the following results: 1) MTs Asih Putera implement a system to familiarize Full Day School students are in school day started at 7:00 a.m. to 4:00 p.m. to follow the teaching and learning both in the classroom and outside the classroom; 2 ) MTs Asih Students are required to obey the Son of rules and regulations that apply in school. There are four types of violations and sanctions for each violation for students who violate the rules; 3) Principal, Teachers and other educators work together and help each other and support each other in an effort to improve the discipline of students in MTs Asih Putera; 4) constraints faced when implementing a system of MTs Full Day School Asih Putera was when facing boredom of students who will influence the behavior of students for violating school rules. In this study, it can be conclude that by implementing a system Full Day School at school can help improve the character of the discipline of students while in school, as well as to repair the moral and doctrinal students. For schools which shall be introduced a system Full School Day is expected to provide an understanding and explanation of how the mechanism of the system to parents and students that can be applied by students when in the learning process in schools.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Deskripsi Peranan ... 14

B. Full Day School ... 15

1. Definisi Full Day School ... 15

2. Tujuan Full Day School ... 18

3. Kegiatan Full Day School pada Umumnya ... 20

4. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Full Day School ... 23

5. Teori Pendidikan dalam Konteks Full Day School ... 24

6. PKn dalam Konteks Full Day School ... 24

C. Teori Disiplin ... 25

1. Definisi Disiplin ... 25

2. Macam-macam Kedisiplinan ... 30

3. Bentuk Kedisiplinan Siswa ... 31

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Kedisiplinan ... 34

5. Kedisiplinan dalam Konteks PKn ... 36

D. Analisis SWOT ... 37


(7)

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

A. Lokasi Penelitian ... 45

B. Definisi Operasional ... 45

C. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 47

D. Instrumen Penelitian ... 49

E. Jenis dan Sumber Data ... 50

F. Teknik Pengumpulan Data ... 51

G. Teknik Analisis Data ... 54

H. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 61

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 73

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skema Analisis SWOT ... 38

Tabel 4.1 Data Guru dan Karyawan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Asih Putera ... 64

Tabel 4.2 Jenis Pelanggaran Tingkat I ... 84

Tabel 4.3 Jenis Pelanggaran Tingkat II ... 86

Tabel 4.4 Jenis Pelanggaran Tingkat III ... 88


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Macam-macam Taknik Pengumpulan Data ... 52

Gambar 3.2 Triangulasi Data ... 53

Gambar 3.3 Skema Analisis Data ... 54


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. SK Pembimbing Skripsi Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 3. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian di MTs Asih Putera

Lampiran 4. Buku Panduan Siswa Mts Asih Putera

Lampiran 5. Surat Pengakuan Palanggaran Siswa MTs Asih Putera Lampiran 6. Surat Pemberian Sanksi

Lampiran 7. Surat Lampiran Sanksi

Lampiran 8. Data Pelanggaran dan Pengurangan Skor MTs Asih Putera Lampiran 9. Dokumentasi


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Dunia pendidikan saat ini sedang mengalami krisis sikap disiplin yang dialami oleh para peserta didik. Lewat pendidikan setiap orang mengharapkan agar seluruh bakat, kemampuan dan kemungkinan yang dimiliki dapat dikembangkan secara maksimal, agar insan dapat mandiri dalam proses membangun dirinya. Namun, dalam kehidupan sosial dimana manusia hidup saling berdampingan, maka terdapat peraturan yang harus dipatuhi, karena jika tidak maka setiap kepentingan masing-masing individu akan saling bergesekan dan akan menimbulkan suatu masalah. Dalam pembentukan akhlak bagi setiap manusia adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan terus menerus tanpa henti baik melalui pembinaan, membiasaan dan hal-hal yang dapat meningkatkan perbaikan akhlak seseorang. Berbagai tindak kriminalitas telah terjadi hingga saat ini akibat manusia tidak lagi memegang teguh iman dan akhlak yang baik sehingga membuat manusia menjadi sulit membedakan perbuatan baik dan buruk. Selain itu, sulitnya bersosialisasi dengan sesama dan tingginya sifat individualistis, membuat orang menjadi tidak peduli dengan yang terjadi di masyarakat. Sedangkan, moralitas merupakan faktor utama yang perlu diperhatikan oleh seluruh lapisan masyarakat dalam bersosialisasi. Tidak dapat dibayangkan bila generasi muda yang notabene adalah pendobrak aktor masa depan tidak mencerminkan suatu moral yang seharusnya menjadi contoh dan harapan masyarakat. Kurangnya karakter disiplin pun menjadi suatu kendala bagi individu-individu untuk beradaptasi di suatu lingkungan dengan baik. Itulah sebab perlu adanya karakter disiplin yang dimiliki setiap individu. Salah satu cara untuk menerapkan dan mengembangkan karakter tersebut adalah melalui pendidikan baik pendidikan di luar sekolah, maupun di luar sekolah. Selain itu, pengembangan kepribadian dan akhlak siswa merupakan salah satu tugas dan


(12)

tanggungjawab terpenting lembaga pendidikan (sekolah). Oleh karena itu, suatu lembaga pendidikan dijadikan sebagai asset pembangunan pendidikan akhlak bangsa saat ini. Maka peran aktif guru sangat penting dalam pembinaan dan pengembangan karakter disiplin siswa di sekolah. Menyandang gelar sebagai lembaga pendidikan, tidak hanya dituntut untuk memberi pendidikan saja, melainkan juga menjaga dan memperkokoh moral bangsa. Selain itu, pengembangan kepribadian dan akhlak siswa merupakan salah satu tugas dan tanggungjawab bagi sebuah lembaga pendidikan. Karena, lembaga pendidikan menjadi aset pembangunan pendidikan saat ini. Terutama pembentukan akhlak siswa agar menjadi teladan dan dapat diaplikasikan dilingkungan masyarakat. Sesungguhnya, mengembangkan karakter disiplin adalah menjadi tanggung jawab bersama, namun melalui pendidikan pengembangan disiplin dapat dilakukan dengan mudah. Seperti melalui materi pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Menurut Mujayanah (2013: 1) bahwa “Lembaga pendidikan merupakan suatu jasa pendidikan serta proses pelayanan untuk mentransfer pengetahuan, sikap dan perilaku-perilaku yang baik. Sebab kemajuan bangsa dimasa sekarang dan masa mendatang sangat dipengaruhi oleh sektor pendidikan, dengan bantuan pendidikan setiap individu akan dapat berkembang menjadi lebih baik. Lewat pendidikan pula semua orang mengharapan supaya semua bakat dan kemampuan serta perilaku

yang dimiliki bisa dikembangkan secara maksimal”. Oleh karena itu, lembaga

pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan akhlak dan karakter anak, terutama jika anak tidak mendapatkan contoh perilaku yang baik dan positif di rumah, maka kebiasaan siswa di sekolah akan menjadi salah satu cermin kepribadian siswa ketika beranjak dewasa kelak.

Sebuah fenomena terjadi, ketika para generasi muda yang diharapkan, sulit memahami sebuah peraturan. Pada dasarnya peraturan itu dapat mengatur perilaku kita dalam suatu tempat dimana kita tinggal. Fenomena ini banyak terjadi didunia persekolahan, ketika para siswa sulit sekali untuk menaati aturan yang diberlakukan di sekolah. Merokok di lingkungan sekolah, tidak mengikuti upacara bendera dengan khidmat, menjadi anggota geng motor adalah sedikit contoh sikap peserta didik kalangan remaja yang meresahkan masyarakat.


(13)

3

Masalah kedisiplinan yang rendah ini sangat menghawatirkan. Masalah ini seharusnya dapat diatasi dengan adanya pendidikan di sekolah. Pada kenyataannya masalah ini justru terjadi di dunia persekolahan, banyak siswa yang tidak mengenal peraturan yang berlaku di sekolahnya. Pada dasarnya terdapat tiga kelompok siswa yang memprihatinkan bagi orang tua, masyarakat dan sekolah, mereka adalah anak putus sekolah, siswa yang kurang berprestasi dan siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Ketiga masalah ini biasanya akibat dari masalah-masalah yang kompleks dari kehidupan siswa baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan masyarakat. Sesungguhnya, masalah ini adalah masalah yang telah disadari oleh seluruh lapisan masyarakat, ditandai dengan adanya penerimaan oleh masyarakat dengan adanya masalah tersebut, sikap kekeluargaan yang selama ini diterapkan sehingga tidak sama sekali memberikan efek jera kepada mereka dan non evaluasi bahwa siswa tersebut sanggup untuk melihat dirinya dan memulai memperbaiki sikap moral yang seharusnya ditanam sejak dini ini, baik dalam pendidikan orang tua maupun pendidikan di lingkungan sekolah. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan mengenai arti pendidikan itu sendiri seperti berikut :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara” Sesungguhnya, dalam lingkungan sekolah siswa harus mampu mengendalikan keinginan-keinginan pribadinya sebagai makhluk individu, karena setiap hak yang dimiliki bergesekan dengan hak orang lain, mengingat kita juga adalah makhluk sosial. Untuk mengatasi adanya gesekan yang mungkin terjadi yang menimbulkan perpecahan, maka setiap sekolah menerapkan beberapa sanksi untuk memperbaiki sikap dan moral para siswanya, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan adanya penerapan sanksi-sanksi bagi siapapun yang melanggar peraturan sekolah. Meskipun begitu, seorang Guru sebaiknya tidak pada perilaku menghukum anak didik. Karena, guru yang sering menghukum anak didik dapat


(14)

mengganggu hubungan keperayaan (raport) dan berbagai informasi yang diperlukan dari siswa tersebut. Hal ini secara tidak langsung akan merusak profesi kependidikan di sekolah. Maka peran aktif dan kreatif guru sangan diharapkan untuk dapat menunjang pembelajaran moral siswa terutama akhlak siswa. Semua itu dilalui melalui contoh teladan dan aplikasi siswa di lingkungannya. Tanggung jawab dalam mempersiapkan generasi muda yang matang perlu dipikirkan serta dikonsep sedemikian rupa oleh guru dan tenaga pendidik lainnya. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan terdapat sebuah tujuan mulia yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan sebagaimana termuat dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003:

“Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia sehat, berilmu, cakap, kreatif dan

mandiri, menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.

Driyarkara (1980 dalam Mikarsa, 2004: 2) menyatakan bahwa “pendidikan

adalah upaya memanusiakan manusia muda”. Pengangkatan manusia muda ke taraf insani harus diwujudkan dalam seluruh proses atau upaya pendidikan. Melalui pendidikan, diharapkan semua pembelajaran dapat tersampaikan. Baik pembelajaran mengenai akhlak maupun akademik. Belajar untuk disiplin menjadi salah satunya. Ini merupakan bagian pembelajaran kecil dari keseluruhan pembelajaran. Ini bukan hanya sebuah teori sehingga sulit dalam penerapannya di lingkungan sekolah itu sendiri yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Nursito dalam sebuah artikel di Internet mengemukakan bahwa masalah kedisiplinan siswa menjadi sangat berarti bagi kemajuan sekolah. Hal ini sangat logis karena dalam sekolah yang tertib akan selalu menciptakan proses pembelajaran yang baik. Sebaliknya, dalam sekolah yang dinilai kurang tertib maka pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa maupun oleh guru akan dianggap biasa, dan itu akan membuat sulit untuk mengubahnya. Sedangkan, dalam sebuah proses pembelajaran yang baik, maka harus adanya sebuah


(15)

5

perubahan yang terjadi baik pada siswa maupun guru. Mengingat bahwa belajar merupakan suatu proses dimana seseorang yang awalnya tidak bisa menadi bisa, begitu juga yang awalnya tidak tahu menjadi. Itulah perubahan yang diharapkan sehingga pendidikan akan berjalan sesuai fungsinya dan bermanfaat seperti yang telah diharapkan oleh seluruh lapisan masyarakat terutama oleh orang tua siswa yang memberikan pendidikan kepada anak mereka agar dapat menjadi generasi muda yang bukan hanya kaya akan ilmu pengetahuan namun dapat diandalkan ketika nanti mereka telah dewasa dan bertanggung jawab serta disiplin sehingga memiliki komitmen dalam setiap langkah yang dipilih. Dalam Dictionary of Education (2000) dikemukakan bahwa :

“Pendidikan adalah (1) proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk serta tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana dia hidup (2) proses sosial dimana seseorang diharapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang

optimum”.

Berdasarkan yang tertulis dalam Undang-Undang tersebut, disebutkan bahwa salah satu ciri manusia yang berkualitas ialah mereka yang tangguh iman dan taqwanya serta memiliki akhlak mulia. Untuk menciptakan insan seperti itu perlu usaha-usaha yang dilakukan oleh lembaga pemerintah atau swasta dengan menerapkan sistem atau kurikulum yang sesuai dengan kemampuan pendidik, salah satunya adalah sostem full day school.

Sistem pembelajaran Full Day School menurut Mushlihah (2009: 17) merupakan salah satu kreasi dan inovasi pembelajaran untuk menjadikan sekolah unggul, inovatif dan kreatif dengan sistem pembelajaran terpadu yang berlandaskan iman dan taqwa (imtaq), serta ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK. Selain itu, sistem pembelajaran full day school memberikan banyak kesempatan bagi siswa dan guru untuk mengeksplorasi topik-topik pelajaran secara lebih mendalam, memberi keleluasaan dalam beraktivitas positif, serta menyediakan lingkungan yang baik untuk mengembangkan pendidikan secara


(16)

tepat sesuai kurikulum yang telah ditetapkan. Sistem pembelajaran ini, menjadikan siswa memperoleh banyak keuntungan baik secara akademis maupun sosial. Siswa mendapatkan pembelajaran dan pengetahuan bukan hanya didalam kelas, tetapi juga diluar kelas baik itu di bidang olahraga, kesenian, maupun sosial. Kualitas sistem pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa merupakan hal yang harus diupayakan karena lamanya waktu belajar tanpa disertai kegiatan akademik yang bermutu tidak akan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa serta kesadaran siswa akan pentingnya kedisiplinan siswa dalam pergaulan di sekolah, bahkan sistem tersebut akan lebih membelenggu dan menyita hak siswa serta kurang mengutamakan kreatifitas yang dimiliki oleh siswa sehingga akan berpotensi menimbulkan siswa menjadi jenuh. Kejenuhan yang dirasakan oleh siswa akan berdampak negatif terhadap keseluruhan penerapan sistem full day school sendiri. Dampak negatif dari lamanya rentang waktu belajar pada sistem pembelajaran ini perlu diantisipasi karena menentukan efek negatif dari lamanya waktu belajar adalah ketika waktu yang disediakan tidak digunakan untuk belajar sepenuhnya di dalam kelas.

Lingkungan masyarakat yang kurang baik menuntut orang tua harus selalu mengawasi anak-anak mereka karena waspada terhadap pengaruh buruk yang akan ikut dalam pergaulan anak. Namun, waktu yang tersedia bagi orang tua tidaklah banyak mengingat pekerjaan yang membuat mereka sibuk, sedangkan kecenderungan anak utuk fokus belajar di rumah sangat negatif. Sehingga dilakukan inovatif oleh lembaga pendidikan dengan menerapkan sistem full day school di sekolah. Sistem full day school adalah salah satu program unggulan yang diterapkan oleh beberapa sekolah di Indonesia. Menurut Mujayanah (2013:

18) “sistem full day school merupakan sebuah model pendidikan alternatif, dimana peserta didik sehari penuh berada di sekolah untuk melakukan proses

pembelajaran dan proses beribadah”. Proses pembelajaran dalam sistem full day school tidak hanya bersifat formal, tetapi terdapat banyak suasana pembelajaran yang bersifat informal dan tidak kaku serta menyenangkan bagi siswa.


(17)

7

Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar mengajar berjalan dengan lancar, tetapi juga untuk menciptakan pribadi yang kuat bagi setiap siswa. Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Sedangkan, menurut Hasibuan (2000) dalam suatu situs web di internet menyatakan bahwa, “kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan yang berlaku .”

Disiplin saat ini sedang menjadi sorotan publik, karena termasuk dalam 18 karakter bangsa yang ditentukan oleh Menteri Pendididikan Nasional.Kedisiplinan telah dianggap sebagai pondasi dalam pembentukan karakter bangsa. Oleh karena itu, disiplin merupakan salah satu karakter yang harus dikembangkan di sekolah. Arief Bharata Al Huda dalam sebuah artikel di internet mengemukakan bahwa ada 5 bentuk penanaman kesadaran yang perlu dimulai untuk menuju karakter disiplin, yaitu :

a. Manfaat dan mudharat b. Cita-cita besar

c. Amanah

d. Manajer waktu yang handal

Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penanaman kedisiplinan diperlukan adanya motor penggerak baik dari diri sendiri, maupun dari lingkungan luar. Di persekolahan, kedisiplinan dapat dicapai dengan adanya kerjasama antar siswa, maupun siswa dengan guru, selain yang menjadi motor penggerak terciptanya kedisiplinan dalam sekolah adalah sistem yang diberlakukan oleh sekolah tersebut, sehingga siswa akan hidup di lingkunngan sekolah dengan sistem yang telah dibuat dan dikondisikan untuk seluruh siswa di sekolah tersebut.

Kedisiplinan memang perlu untuk diangkat karena kedisiplinan merupakan salah satu langkah dasar untuk memulai mencapai 18 karakter bangsa tersebut.


(18)

Kedisiplinan juga sangat berpengaruh karena berkaitan dengan managemen waktu dan peraturan.

Kesadaran adalah sikap seseorang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggungjawabnya, sehingga dia akan mematuhi atau mengerjakan tugasnya dengan baik bukan dengan paksaan. Sedangkan kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan baik tertulis maupun tidak.

Peran guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja melainkan juga sebagai teman siswa saat proses belajar mengajar berlangsung. Selain itu, dengan diterapkannya sistem ini dapat memupuk jiwa sosial diantaranya siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan orang lain dalam sekolah. Hal ini bertujuan untuk meningkatan minat dan kreativitas siswa dalam belajar. Yang paling utama adalah untuk pembentukan kediplinan siswa dalam belajar. Hal ini diciptakan sedemikian rupa sehingga siswa merasa betah dan nyaman untuk berlama-lama di lingkungan sekolah. Sistem pembelajaran full day school ini menuntut kehadiran siswa di sekolah selama penuh dengan diberlakukannya penambahan jam pelajaran agar siswa mampu mendalami setiap mata pelajaran dengan jatah waktu yang proporsional.

Setelah diterapkan sistem ini, diharapkan siswa dapat mengenal peraturan-peraturan yang diterapkan di sekolah tersebut, sehingga siswa memiliki rasa tanggung jawab untuk menaati peraturan tersebut. Pada penerapannya terdapat kendala yang dirasakan seperti sistem ini mengakibatkan siswa menjadi stress dan siswa cenderung menjadi bosan.

Sejalan dengan Mushlihah (2009: 19) penulis memilih madrasah sebagai lokasi penelitian karena selama ini madrasah masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Mereka enggan mempercayakan putra-putrinya untuk belajar di madrasah karena gengsi dan merasa malu dengan kualitas pendidikan madrasah yang dianggap rendah. Namun, pandangan miring itu kini nampaknya kian bergeser. Sebagai jalur pendidikan yang berciri khas keagamaan (agama Islam),


(19)

9

madrasah memiliki peranan yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama dalam waktu yang bersamaan di tengah degradasi moral yang tengah terjaadi saat ini. Harapan orang tua agar putra-putrinya memperoleh ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum secara seimbang turut mempengaruhi pandangan mereka terhadap Madrasah. Hubungan yang baik antara pihak sekolah dan orang tua siswa harus terus dibina karena dukungan orang tua dapat memberikan dampak positif dalam memajukan kualitas pertumbuhan dan perkembangan siswa. Selain itu, menurut Addin

Arsyadana (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Sistem Full Day School sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di MI Al-Qamar

Nganjuk”, menyatakan bahwa dengan adanya sistem semacam ini (full day school) lamanya waktu pembelajaran tidak menjadi beban bagi siswa, karena sebagian waktu digunakan untuk kegiatan-kegiatan informal. Pandangan miring itu kian bergeser, terbukti saat ini telah banyak madrasah yang mampu melahirkan lulusan (output) pendidikan yang berkualitas dan berprestasi serta menjadi sekolah unggulan, seperti yang telah diupayakan oleh Madrasah Tsanawiyah (MTs) Asih Putera Cihanjuang, Cimahi. MTs Asih Putera merupakan salah satu madrasah yang menerapkan sistem pembelajaran full day school. Dalam penelitian ini, peneliti memilih lembaga pendidikan yang sudah menerapkan sistem full day school dan menerapkan peraturan yang disiplin. Selain itu, sekolah tersebut mengoptimalkan penerapan sistem full day school antara kurikulum Departemen Agama dengan kurikulum buatan sendiri yaitu dengan menambah jadwal-jadwal

yang bersifat keagamaan, seperti mengaji, shalat berjama’ah, latihan berpidato,

keputrian dll. Kemudian, menurut hasil pra penelitian peneliti banyak warga yang ingin mendaftar di sekolah tersebut baik warga sekitar sekolah maupun warga di luar lingkungan sekolah, dapat dilihat dengan banyaknya siswa yang mendaftar dari tahun ke tahun. Walaupun bila dilihat letaknya, sekolah ini tidak berada di pusat kota seperti sekolah full day lainnya. Sekolah ini bergerak dalam bidang keagamaan dan penanaman nilai-nilai spiritual. Karena, penanaman nilai-nilai Islami sejak dini merupakan tonggak pembentukan dasar akhlak seorang muslim dan pembiasaan hidup secara Islami merupakan upaya mendapatkan keselamatan


(20)

hidup di dunia dan akhirat. Hal ini menarik peneliti untuk memilih sekolah tersebut dan menjadikan lokasi penelitian. Oleh karena itu, dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul “Peranan Sistem Full Day School dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa, Studi Kasus di MTs Asih Putera Cihanjuang, Cimahi.”

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana menerapkan sistem Full Day School di MTs Asih Putera? 2. Bagaimana menerapkan kedisiplinan di sekolah dalam konteks Full Day

School?

3. Bagaimana peran Kepala Sekolah, Guru dan tenaga kependidikan dalam penerapan disiplin di sekolah tersebut?

4. Bagaimana tantangan yang dihadapi sekolah dalam penerapan sistem Full Day School menurut Analisis SWOT?

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi penerapan sistem Full Day School di MTs Asih Putera. 2. Menganalisis penerapan kedisiplinan di sekolah dalam konteks sistem Full

Day School.

3. Mengkaji peran Kepala Sekolah, Guru dan tenaga pendidik dalam penerapan disiplin di sekolah.

4. Mengevaluasi tantangan yang dihadapi sekolah dalam sistem Full Day School menurut analisis SWOT.


(21)

11

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan tidak hanya memberikan kontribusi kepada lembaga pendidikan terutama pada MTs. Asih Putera sebagai lokasi penelitian, namun dapat juga memberikan manfaat bagi peneliti khususnya serta umumnya kepada masyarakat luas.

1. Manfaat teoritis :

Manfaat penerapan ini secara pengembangan keilmuan yaitu dapat menjadikan acuan dalam peningkatan kedisiplinan siswa dan dalam pengembangan pemikiran bahwa masalah kedisiplinan dapat diatasi melalui pendidikan lewat sistem full day school, yaitu dengan pembiasaan siswa berada sehari di sekolah, maka siswa akan lebih mengenal peraturan yang berlaku di sekolah tersebut. Selain itu, kegunaan dari penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi dan sumbangan terhadap perkembangan dunia pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang siap menghadapi tantangan saat ini dan di masa yang akan datang, dimulai dengan meningkatkan disiplin dalam kehidupan sehari-hari terutama di persekolahan, terutama kepada generasai muda yang notabene adalah penerus bangsa.

2. Manfaat praktis : a. Sekolah

Memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam hal kedisiplinan di MTs Asih Putera Cihanjuang, Cimahi.Selain itu, dapat menjadi contoh atau referensi bagi sekolah lainnya, bahwa kedisiplinan dapat tercipta dengan menerapkan sistem full day di sekolah, dan menjadikan siswa lebih mengenal sekolah serta peraturan yang berlaku di sekolah tersebut.

b. Guru/Tenaga pengajar

Bersama-sama dengan guru maupun tenaga pengajar di MTs Asih Putera untuk mencari solusi dalam memecahkan masalah kedisiplinan di sekolah berpegang pada sistem yang di terapkan di sekolah tersebut yaitu sistemFull Day School.Selain itu, mencari solusi atas kendala-kendala yang dihadapi dalam


(22)

penerapan sistem full day school serta penegakan kedisiplinan bagi siswa di MTs. Asih Putera.

c. Siswa

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memotivasi siswa agar lebih mengenal peraturan yang di terapkan di sekolah, dan senantiasa disiplin dalam mematuhinya dan menaatinya. Agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan sekolah tersebut serta menumbuhkan sikap tanggung jawab dalam diri siswa dalam setiap kondisi maupun situasi dimana pun siswa berada, baik di lingkungan rumah siswa maupun lingkungan sekolah. Terutama dalam pergaulan siswa dengan antar sesama yang dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Hal ini, akan mempengaruhi moral siswa dalam menjalani hubungan maupun interaksi sampai dewasa di masyarakat nanti.

d. Bagi peneliti

Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah dapat memberikan pengetahuan dan pembelajaran serta sebagai bahan kajian dalam kehidupan sehari-hari khususnya yang berkaitan dengan system full day school di sekolah. Selain itu, dapat memberikan pengetahuan mengenai cara menegakan kedisiplinan siswa dalam proses belajar dan mengajar baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah.

E.Struktur Organisasi Skripsi

Dalam penyusunan skripsi ini terdapat struktur organisasi yang pertama adalah Pendahuluan pada BAB I yang berisi Latar belakang masalah. Latar belakang masalah menjelaskan bagaimana dan apa latar belakang diadakannya penelitian ini. Identifikasi dan rumusan masalah. Setelah mengetahui yang menjadi latar belakang dari penelitian, maka akan ditemukan suatu masalah, masalah tersebut kemudian dirumuskan dan tertuang dalam identifikasi dan rumusan masalah. Dalam bab I dijelaskan pula tujuan dari penelitian ini. Tertuang dalam Tujuan dari penelitian skripsi ini. Kemudian manfaat penelitian, yang menjelaskan manfaat dari penelitian. Dan bagian terakhir dari bab I adalah struktur organisasi skripsi. Dalam BAB II kajian pustaka berisi konsep-konsep


(23)

13

dan teori yang digunakan dalam penelitian ini, serta penelitian terdahulu yang menunjang penelitian ini. Kemudian, BAB III metode penelitian dalam bab ini dijelaskan definisi operasional, metode, jenis pengumpulan data dan sumber-sumber apa yang digunakan dalam penelitian ini. Lalu, BAB IV yang berisi hasil penelitian dan pembahasannya. Terakhir adalah BAB V kesimpulan penelitian ini dan saran dari peneliti. Daftar pustaka memuat semua sumber tertulis (buku, jurnal, dokumen resmi atau sember-sumber lain dari internet) atau tercetak yang pernah digunakan dan dikutip dalam penelitian ini. Lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam peneliti.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi Penelitian

Menurut pendapat Nasution (2003: 43) bahwa “Lokasi penelitian menunjukkan pada pengertian tempat atau lokasi penelitian yang dicirikan oleh adanya unsur yaitu pelaku, tempat dan kegiatan yang dapat diobservasi dan lokasi penelitian tersebut menggambarkan situasi sosial”. Lokasi obyek penelitian ini adalah di sebuah lembaga pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Asih Putera yang merupakan suatu lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan Departemen Agama, berada di Jl. Cihanjuang No. 199 Cimahi.

Peneliti memilih madrasah ini karena Madrasah Tsanawiyah (MTs) Asih Putera telah menerapkan sistem pembelajaran full day school dimana penelitian ini terkait dengan hal tersebut. Alasan lain penelitian memilih Madrasah Tsanawiyah (MTs) Asih Putera sebagai lokasi penelitian disebabkan selama ini madrasah masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Padahal madrasah adalah jalur pendidikan yang berciri khas keagamaan (agama Islam) yang memiliki peranan cukup strategis dalam menyikapi kebutuhan akan ilmu pengetahuan umum dan agama dalam waktu yang bersamaan di tengah degradasi moral yang terjadi saat ini.

B.Definisi Operasional

Penelitian ini berjudul “Penerapan Sistem Full Day School dalam

Meningkatkan Kedisiplinan Siswa” maka akan dijelaskan istilah sebagai berikut :

1. Full Day School

Full day School berasal dari bahasa inggris, full artinya penuh, day artinya hari, sedangkan school artinya sekolah. Full day school berarti sekolah sepanjang hari.Full day school adalah proses sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang diberlakukan dari pagi sampai sore hari. Dengan dimulainya jam sekolah dari pagi sampai sore hari, sekolah lebih leluasa mengatur jam pelajaran


(25)

46

yang mana disesuaikan dengan bobot pelajaran dan ditambah dengan model pendalamannya. Sedang waktunya digunakan untuk program-program pembelajaran yang bernuansa informal, tidak kaku, menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreativitas dan inovasi dari guru. Dalam full day school, pelajaran yang dianggap sulit diletakkan diawal masuk sekolah dan pelajaran yang cukup mudah diletakkan pada sore hari, karena pada saat sore hari siswa lebih segar dan bersemangat, dengan demikian pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa akan mudah di cerna karena menerimanya dalam keadaan otak masih segar, namun jika dalam sore hari siswa akan merasa lemas dan tidak bersemangat karena sudah beraktvitas seharian, hal itu akan berpengaruh pada kondisi fisik dan psikissiswa, karena itulah biasanya dalam penerapaan full day school di terapkandengan istirahat dua jam sekali.

Menurut Sucipto (2009), ada beberapa tujuan yang mendasari lahirnya sistem Full Day School, diantaranya adalah:

a) Meminimalkan pengaruh dari luar terhadap anak sekolah. b) SistemFull Day School meningkatkan efisiensi waktu. c) SistemFull Day School dapat meringankan tugas orang tua

Penerapan sistem ini memiliki kekurangan dan kelebihan. Kekurangan yang dirasakan adalah siswa merasa jenuh dalam menghadapi tugas sekolah, sehingga menghambat proses belajar dan mengajar di sekolah. Hal ini mengakibatkan banyaknya siswa yang bolos dari sekolah. Selain kekurangan atau kelemahan, terdapat pula kelebihan dalam penerapan sistem ini. Sistem full day yang diterapkan di sekolah, menuntut siswa untuk berada sehari penuh di sekolah, hal ini baik untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman siswa.Siswa dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau mengikuti pelajaran tambahan yang diberikan oleh guru. Siswa diharapkan memiliki kemampuan tambahan menurut kegiatan ekstrakurikuler yang diikutinya, karena sesungguhnya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dapat menyalurkan bakat dan minat siswa.


(26)

2. Kedisiplinan

Pada hakikatnya, disiplin merupakan hal yang dapat dilatih. pelatihan disiplin diharapkan dapat menumbuhkan kendali diri, karakter atau keteraturan, dan efisiensi. Menurut Fathoni (2006) kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Jadi secara singkat dapat disimpulkan bahwa disiplin berhubungan dengan pengendalian diri agar dapat menbedakan mana hal yang benar dan mana hal yang salah sehingga dalam jangka panjang diharapkan bisa menumbuhkan perilaku yang bertanggung jawab.

a) Tujuan dan kemampuan b) Teladan pimpinan c) Balas jasa

d) Keadilan

e) Waskat (pengawasan melekat) f) Sanksi hukuman

g) Ketegasan

h) Hubungan kemanusiaan

Selain indikator kedisiplinan, terdapat pula prinsip-prinsip pendisiplinan. Prinsip-prinsip pendisiplinan yang dikemukakan Ranupandojo dalam Asmiarsih (2006) adalah:

a) Pendisiplinan dilakukan secara pribadi b) Pendisiplinan harus bersifat membangun

c) Pendisiplinan harus dilakukan secara langsung dengan segera d) Keadilan dalam pendisiplinan sangat diperlukan

C.Pendekatan dan Metode Penelitian

Berdasarkan obyek penelitiannya, baik tempat maupun sumber datanya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Menurut Banister, dkk (1994) penelitian kualitatif dapat didefinisikan sebagai suatu cara sederhana, sangat longgar yaitu suatu penelitian interpretative


(27)

48

terhadap suatu masalah dimana peneliti merupakan sentral dari pengertian atau pemaknaan yang dibuat mengenai masalah itu. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor (dalam Margono, 2005:36) penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Ada 9 ciri-ciri penelitian kualitatif (Asmadi, 2003:39), yaitu:

1. Penelitian kualitatif memiliki setting alamiah sebagai sumber data 2. Peneliti sebagai instrument penelitian

3. Penelitian kualitatif adalah deskriptif

4. Penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses daripada hasil penelitian 5. Peneliti kualitatif cenderung menganalisa datanya secara induktif

6. Pemaknaan merupakan perhatian utama dari penelitian kualitatif 7. Pentingnya kontak personal langsung dengan subjek

8. Berorientasi pada kasus yang unik

9. Penelitian kualitatif biasanya merupakan penelitian lapangan (field work).

Dalam bukunya yang berjudul „Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta

Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi‟, Asmadi (2003:40) menjelaskan terdapat langkah-langkah penelitian dengan pendekatan kualitatif, yaitu:

1. Mengidentifikasi problem penelitian 2. Mereview kepustakaan

3. Menetapkan tujuan penelitian 4. Mengumpulkan data

5. Menganalisa dan menginterpretasi data, dan 6. Melaporkan dan mengevaluasi penelitian

Dengan demikian, penelitian ini diharapkan peneliti dapat meneliti gejala sosial dengan menganalisis satu kasus secara mendalam dan utuh. Sesuai dengan namanya, penelitian studi kasus adalah penelitian yang menempatkan sesuatu objek yang diteliti sebagai kasus. Dengan pendekatan kualitatif diharapkan penelitian ini mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok,


(28)

masyarakat dan atau suatu organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistik.

Studi kasus merupakan penelitian untuk mempelajari, menerangkan atau menginterpretasi suatu kasus.Penelitian dengan rancangan studi kasus dilakukan untuk memperoleh pengertian yang mendalam mengenai situasi dan makna sesuatu/subjek yang diteliti. Penelitian studi kasus lebih mementingkan proses daripada hasil, lebih mementingkan konteks daripada suatu variabel khusus, lebih ditujukan untuk menemukan sesuatu daripada kebutuhan konfirmasi.

Menurut Smith (dalam Merriam, 1998), rancangan studi kasus dibedakan dari jenis rancangan penelitian yang lain, karena ia mendeskripsikan dan menganalisa secara lebih intensif terhadap suatu unit tunggal atau satu sistem terbatas (bounded sistem) seperti seorang individu, suatu program, suatu peristiwa, suatu intervensi atau suat komunitas. Sedangkan menurut Danial dan Warsiah (2009:63) metode studi kasus atau metode kasus dan lapangan (case and field studies) ini merupakan metode yang intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang status, dan interaksi lingkungan terhadap individu, kelompok, institusi dan komunitas masyarakat tertentu. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus karena, dalam pengambilan data, peneliti terjun langsung ke lapangan dan menggali sumber data langsung kepada sumber informasi tersebut.

D.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu pedoman dalam penelitian untuk mencari data-data atau informasi agar peneliti mendapatkan hasil atau data yang akan di oleh pada bab berikutnya. Salah satunya dapat melalui wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara untuk memecahkan pertanyaan-pertanyaan yang di tetapkan dalam rumusan masalah. Pertanyaan wawancara mencakup tiga hal, yaitu:

1. Pertanyaan umum dan identitas informan 2. Pertanyaan tentang setting sosial


(29)

50

Menurut Moleong (2007) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument penelitian atau alat peneliti adalah peneliti itu sendiri.Wawancara, dokumentasi dan pengamatan ke lapangan adalah pelengkap data dalam penelitian ini. Peneliti dalam hal ini, ia tidak menggunakan angket atau selebaran lainnya dalam penelitian ke lapangan. Selain itu, menurut Sugiyono (2009; 61) menyatakan bahwa:

“Dalam penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti itu sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrument penelitian sederhana, yang dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada ground tour question, tahap focused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan”.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka peneliti berpedoman pada pendapat diatas bahwa peneliti disini harus lebih aktif pada awal penelitian, namun setelah focus permasalahan menjadi jelas, maka peneliti dapat mengembangkan hasil penelitiannya di awal dengan wawancara, pengambilan dokumentasi, dan observasi untuk melengkapi data lainnya.

E.Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, data dikumpulkan oleh peneliti sendiri dengan memasuki lapangan.Peneliti menjadi instrument utama yang terjun ke lokasi serta berusaha sendiri mengumpulkan informasi melalui observasi atau wawancara. Pada penelitian ini data utamanya adalah berupa orang yang diamati atau diwawancarai.Data tersebut diperoleh melalui kegiatan mengamati dan bertanya.

Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat di peroleh. Apabila peneliti menggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun tidak tertulis. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau proses. Sedangkan, apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka sumber


(30)

data yang diperoleh berupa dokumen atau catatan penelitian.Menurut Suharsimi

(2006: 129) menyatakan bahwa sumber data adalah “subyek darimana data diambil atau diperoleh”. Data primer berupa keterangan-keterangan yang langsung dicatat oleh peneliti yang bersumber dari tenaga pendidik sekolah dan masyarakat setempat yang mengetahui secara rinci tentang masalah yang diteliti. Sedangkan data sekunder adalah catatan yang bersumber dari rekaman atau dokumen – dokumen sebagai pelengkap data.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara berikut: observasi langsung, wawancara terbuka, dan studi dokumen. Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Hal ini dipergunakan untuk memperoleh data dengan melalui pengamatan secara langsung terhadap obyek yang sedang diteliti. Menurut Nasution (2003:122) dengan berobservasi dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial yang sukar diperoleh dengan metode lain. Sedangkan menurut Margono (2004: 158) observasi yaitu dengan melakukan pengamatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian yang dilakukan pada actor yaitu pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu. Observasi pertama kali dilakukan secara menyeluruh terhadap fenomena yang akan diteliti dengan melakukan penelusuran terhadap penelitian terdahulu melalui kajian pustaka dan fenomena lapangan yang akan diteliti guna memperoleh fokus penelitian dan mempertajam masalah penelitian.Peneliti disini melakukan obsevasi ke sekolah MTs. Asih Putera untuk mendapatkan data-data penelitian. Peneliti mengikuti berbagai kegiatan di sekolah guna meneliti gejala-gejala atau fenomena yang tedapat di sekolah. Berikut skema macam-macam teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2012: 225) dalam bukunya „Metode


(31)

52

Gambar 3.1

Macam-macam Teknik Pengumpulan Data

Observasi

Teknik Pengumpulan Data Wawancara

Studi dokumentasi

Wawancara, yaitu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara, seperti kepala sekolah dan guru sebagai orang yang terlibat langsung dalam melaksanakan tugas di sekolah.menurut Danial dan Warsiah (2009:71), wawancara merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengadakan dialog, tanya jawab antara peneliti dan respon dengan secara sungguh-sungguh. Sedangkan, menurut Mulyana (2002: 181) mengenai wawancara menyatakan bahwa:

“Wawancara mendalam bersifat luwes susunan pertanyaan dan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara, termasuk karakteristik sosial budaya (agama, suku, gender, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan sebagainya) responden yang dihadapi”

Dalam penelitian ini, peneliti akan mewawacara wakil kepala sekolah atau yang mewakilinya mengenai pengaruh penerapan sistem Full Day dengan kedisiplinan siswa di sekolah. Wawancara yang terjadi dibiarkan berlangsung secara alami dan direkam dalam bentuk catatan lapangan (field note) ataupun dalam bentuk rekaman elektronik. Data yang dihasilkan melalui wawancara dari satu subyek setelah diinterpretasi peneliti, kemudian diperiksakan kembali pada subyek lain. Demikian seterusnya sampai menemui kejenuhan yakni sumber data yang didatangi tetap memberikan data.


(32)

Dokumentasi, adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Hal ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kondisi obyektif pelaksanaan pendidikan dengan model full day school.Menurut Danial dan Warsiah (2009:79), dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian seperti peta, data statistik, jumlah dannama pegawai, gambar, surat-surat, foto, akta dan sebagainya. Sedangkan menurut Subagyo (1990; 23) studi dokumentasi adalah pengumpulan data yang bersumber dari pustaka-pustaka yang relevan dengan penelitian. Dokumen sebagai sumber data akan berfungsi sebagai indikator dari produk tingkat komitmen subyek yang diteliti dan sebagai informasi sekunder yang berkaitan dengan fokus penelitian. Dalam penelitian ini selain obsevasi dan wawancara atau bertanya, peneliti juga mengumpulkan dokumen, gambar dan arsip-arsip yang berkaitan dengan penelitian dan merupakan data penelitian. Tujuan dari tiangulasi data adalah mengecek kebenaan data tertentu dan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Berikut gambaran mengenai tiangulasi dengan teknik pengumpulan data:

Gambar 3.2

Triangulasi Data

Wawancara Observasi

Studi Dokumentasi

Dalam gambar diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pengumpulan data melalui triangulasi data, wawancara, obsevasi dan studi dokumentasi saling berkaitan dan saling melengkapi satu sama lain. Pada penelitian ini, wawancara dan observasi akan saling melengkapi data dengan adanya studi dokumentasi. Peneliti dalam penelitian ini melakukan obsevasi secara berkala dengan mengunjungi sekolah beberapa kali, dan melakukan wawancara bersama wakil kepala sekolah dan siswa MTs. Asih Putera.


(33)

54

G.Teknik Analisis Data

Menurut Nazir (1983:358) “Analisis data adalah pengelompokkan,

membuat suatu urutan, memanipulasi serta mnyingkatkan data sehingga mudah

untuk dibaca”. Dalam penelitian ini terdapat dua corak analisis.Pertama; analisis saat mempertajam keabsahan data, dan kedua; melalui interpretasi data secara keseluruhan yang bertujuan untuk menangkap makna dari sudut pandang pelaku dengan menghayati kejadian tersebut melalui pengamatan peneliti yang bersifat partisipatoris. Pada analisis corak pertama dilakukan penyusunan data, yakni penyusunan paparan (transkrip) hasil wawancara dengan kepala sekolah, para guru, siswa yang menjadi informan hasil observasi dan dokumen-dokumen, berdasarkan kategorisasi yang sesuai dengan masalah penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh dikembangkan penajaman data melalui pencarian data selanjutnya. Dalam penelitian ini, data tidak dianggap sebagai error reality yang dipermasalahkan oleh teori yang ada sebelumnya, tapi dianggap sebagai another reality. Dalam hal ini peneliti mencatat data apa adanya, tanpa intervensi dari teori yang terbaca atau paradigma peneliti yang selama ini dimiliki. Secara rinci langkah-langkah analisis data dilakukan dengan mengikuti cara yang disarankan oleh Miles dan Huberman yaitu: reduksi data, display data dan mengambil kesimpulan, dan verifikasi. Berikut skema komponen dalam analisis data menurut Sugiyono (2012; 58) :

Gambar 3.3 Skema Analisis Data

Pengumpulan Data

Kesimpulan: Penarikan/verifikasi

Reduksi

Data

Penyajian

Data


(34)

Reduksi data ialah proses penyederhanaan data, memilih hal-hal yang pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. sehingga dapat dianalisis dengan mudah. Reduksi data ini bukanlah suatu kegiatan yang terpisah dan berdiri sendiri dari proses analisis data, akan tetapi merupakan bagian dari proses analisis itu sendiri.

Display data ialah suatu proses pengorganisasian data sehingga mudah dianalisis dan disimpulkan. Proses ini dilakukan dengan cara membuat matrik, diagram, atau grafik. Dengan demikian peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan data yang begitu banyak.

Mengambil kesimpulan dan verifikasi merupakan langkah ketiga dalam proses analisis. Langkah ini dimulai dengan mencapai pola, tema, hubungan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya yang mengarah pada konsep pelaksanaan pendidikan dengan sistem full day school dan diakhiri dengan menarik kesimpulan sebagai hasil temuan lapangan. Kesimpulan yang pada awalnya masih sangat tentatif, kabur, dan diragukan, maka dengan bertambahnya data, menjadi lebih sistematis (grounded). Proses ini dilakukan mulai dari pengumpulan data dengan terus menerus dilakukan verifikasi sehingga kesimpulan akhir didapat setelah seluruh data yang diinginkan didapatkan.Metode pengecekan dilakukan dengan bentuk pertanyaan yang berbeda atau dengan cara pengamatan yang berlainan, sehingga dengan upaya tersebut diharapkan dapat melahirkan kebenaran yang betul-betul konvergen sebagai akibat dari proses peneriksaan silang dan pensiklusan kembali.

H.Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsap penting yang diperbarui dari konsep kesahihan data (validitas) dan keandalan (reabilitas) menurut aliran positivism. Dalam pandangan aliran naturalistik disebutkan bahwa kepercayaan yang berbeda mengarah pada tuntutan pengetahuan dak criteria yang berbeda. Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan paradigma naturalistik, pengecekan keabsahan data menjadi faktor yang sangat menentukan terhadap tingkat kepercayaan dan kebenaran hasil penelitian.“Menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian


(35)

56

memusatkan dari pada hal-hal tersebut dengan rinci”, (Moleong, 2005: 329). Agar memperoleh temuan penelitian yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, maka hasil penelitian perlu diuji keabsahannya.

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Terdapat empat criteria yang digunakan, yaitu:

a. Kepercayaan (Credibility)

Kriteria ini berfungsi dalam pelaksanaan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat tercapai. Kemudian, dapat mempertunjukkan kepercayaan dan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada objek penelitian.

b. Keteralihan (Transferability)

Keteralihan sebagai persoalan empiris yang bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Dalam melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti dapat mencari dan mengumpulkan kejadian-kejadian empiris dalam konteks yang sama. Oleh karena itu, peneliti bertanggung jawab untuk menghasilkan data deskriptif, apabila peneliti ingin memperoleh keputusan mengenai pengalihan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, peneliti memerlukan sebuah penelitian kecil untuk memastikan usaha verifikasi yang telah dijelaskan diatas.

c. Kebergantungan

Konsep kebergantungan lebih luas cakupannya dibandingkan dengan konsep reabilitas. Hal itu disebabkan karena peninjauan yang dilakukan dari segi konsep yang diperhitungkan yaitu ada pada reabilitas itu sendiri yang kemudian dapat ditambah oleh faktor-faktor lainnya yang bersangkutan.

d. Kepastian (Confirmability)

Objektivitas dan subjektivitas sesuatu bergantung pada seseorang. Selain itu, masih ada unsur kualitas yang melekat pada konsep objektivitas. Hal itu dapat digali dari pengertian bahwa suatu objek dapat dipercaya, faktual


(36)

dan dapat dipastikan. Konsep subjektif dapat dikatakan tidak dapat dipercaya.

Kriteria kredibilitas dengan teknik pemeriksaan dapat dibagi mejadi beberapa bagian, seperti sebagai berikut:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam teknik pengumpulan data. Keikutsertaan tidak hanya dalam waktu yangsingkat, tetapi memerlukan perpanjangan pada latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan peneliti memungkinkan meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Hal tersebut penting artinya karena penelitian kualitatif berorientasi pada situasi, sehingga dengan perpanjangan keikutsertaan dapat memastikan apakah konteks penelitian hanya dihayati atau dipahami.

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan dimaksudkan menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.

c. Triangulasi

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainya. Denzim (1978) membedakan empat macam trianggulasi sebagi teknik pemeriksaaan yang memanfaatkan sumber, metode, penyidik dan teori. Berikut adalah klasifikasi triangulasi:

1) Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yag diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Patton 1987:331) hal


(37)

58

tersebut dapat dicapai melalui: (a). Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (b) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakanya secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakanya sepanjang waktu, (d) membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menegah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

2) Trianggulasi degan metode , menurut (Patton 1987:331) terdapat dua strategi, yaitu: (a) pengecekkan derajat kepercayaaan menemukan hasil penelitian beberapa teknik penggumpulan data dan (b) Pengecekan derajat kepercayaan bebrapa sumber data dengan metode yang sama. 3) Triangulasi dengan penyidik adalah dengan jalan memanfaatkan

peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainya membantu menggurangi kemencengan dalam pegumpulan data.

4) Trianggulasi dengan teori, menurut Lincon dan Guba (1981:307), berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaanya dengan satu atau lebih teori. Dipihak lain Patton juga berpendapat yaitu, bahwa hal itu dapat dilakukan dan hal itu dinamakan penjelasan banding (rival exsplanations).

d. Pemeriksaan Sejawat melalui Diskusi

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Adapun maksudnya adalah sebagai berikut:

(a) Untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran. Dalam diskusi analitik tersebut kekeliruan peneliti diklasifikasi dalampenafsiran.


(38)

(b) diskusi dengan teman sejawat memberikan kesempatan awal yang baik untuk menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti. Ada kemungkina hipotesis yang muncul dalam benak peneliti sudah dapt dikonfirmasikan , tetapi dalam diskusi analitik ini mungkin sekali dapat terungkap segi-segi lainya justru membongkar pemikiran peneliti. Sekiranya peneliti tidak dapat mempertahankan posisinya , maka dia perlu mempertimbangkan kembali arah hipotesisnya itu. e. Analisis Kasus Negatif

Teknik analisi kasus negatif dilakukan dengan jalan menggumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecendrungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagi bahan pembanding. Kasus negatif digunakan sebagi kasus negatif untuk memjelaskan hipotesis alternatif sebagi upaya meningkatkan argumentasi penemuan.

f. Kecukupan referensial mula-mula diusulkan oleh Eisner (1975) dalam Lincon dan Guba , 1981:313) sebagi alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi , Film atau video-tape, dapat digunakan sebagi alat perekam pada saat senggang dapat dimanfaatkan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dengan krirtik yang terkumpul. Jadi bahan-bahan yang tercatan dan terekam dapat digunakan sebagi patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data.

g. Pengecekan Anggota

Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses penggumpulan data sangat penting dalam memeriksa derajat kepercayaaan, yang dicek dengan anggota yang terlibat meliputi data, kategori analitis, penafsiran dan kesimpulan .tujuanya tentu untuk pemeriksaan derajat kepercayaan. Selain itu, terdapat pula bagian-bagian dari keteralihan dengan teknik pemeriksaan, yaitu adanya ukuran rinci. Ukuran rinci yaituusaha membangun keteralihan dalam penelitian kualitatif yang dilakukan dengan cara uraian rinci.


(39)

60

Keteralihan tergantung pada pengetahuan seorang peneliti tentang konteks pengertian dan konteks penerimaan. Sedangkan, criteria kebergantungan dengan teknik pemeriksaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Data mentah;

b. Data yang direduksi dan hasil kajian; c. Rekonstruksi data dan hasil sintesis; d. Catatan tentang proses penyelenggaraan;

e. Bahan yang berkaitan dengan maksud dan tujuan; f. Informasi tentang pengembangan instrument.

Namun, dalam penelitian ini, peneliti hanya menempuh beberapa teknik saja dalam pemeriksaan keabsahan data yaitu: observasi, member chek, triangulasi dan analisis kasus saja. Tujuan triangulasi data dalam penelitian ini adalah mengecek kebenaran data tertentu dan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Metode pengecekan dilakukan dengan bentuk pertanyaan yang berbeda atau dengan cara pengamatan yang berlainan, sehingga diharapkan dapat melahirkan hasil yang konvergen dan dapat menjadi sebuah pensiklusan kembali.


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. MTs. Asih Putera menerapkan sistem full day school untuk membantu orang tua yang tidak dapat mengawasi anaknya ketika belajar di rumah. Sistem ini menuntut siswa untuk belajar di sekolah sehari penuh, yaitu mulai pukul 07.00 pagi sampai pukul 16.00 sore hari. Dalam penerapan sistem full day school¸ siswa tidak hanya melakukan proses belajar mengajar di kelas saja namun juga melakukan kegiatan di luar kelas seperti kegiatan ekstrakurikuler yang sebenarnya adalah untuk mengatasi kejenuhan yang dirasakan oleh siswa.

2. Dengan adanya penerapan sistem full day school di MTs. Asih Putera, siswa diatur oleh peraturan-peraturan yang ketat. Mengingat sekolah MTs. Asih Putera merupakan sekolah berlatarbelakang keagamaan, maka sebagian peraturan yang dilaksanakan adalah peraturan yang mengatur tata tertib siswa sesuai dengan aturan agama. Peraturan atau tata tertib yang diberlakukan di MTs. Asih Putera memiliki empat tingkat. Tata tertib ini, berbeda pula sanksi yang dikenakan apabila terdapat siswa yang melanggar. Jenis pelanggaran tingkat satu merupakan jenis pelanggaran paling sederhana yang kemudian bertingkat sampai jenis pelanggaran paling berat pada jenis pelanggaran ke empat. Dalam menegakan kedisplinan di sekolah, MTs. Asih Putera menerapkan pula sistem poin. Siswa diberikan 100 poin setiap semester dan poin akan berkurang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Pihak sekolah memberikan motivasi kepada siswa untuk mempertahankan poin mereka dengan memberikan reward pada akhir semester, begitupun sebaliknya sekolah akan memberikan punishment kepada siswa yang melakukan pelanggaran paling banyak.


(41)

102

3. Penegakkan kedisiplinan siswa di sekolah, dibantu oleh kepala sekolah, guru dan tenaga pendidik lainnya seperti staff tata usaha. Kepala sekolah sebagai manager/pengatur program-program sekolah, turut untuk mengatur dan membuat peraturan yang akan diberlakukan kepada siswa. Kepala sekolah juga membantu guru untuk mengawasi siswa dalam kegiatan sehari-hari. Sedangkan guru, bertugas untuk memberikan pengajaran mengenai kedisiplinan kepada siswa baik didalam kelas yang diselipkan pada materi pelajaran, maupun diluar kelas yaitu pada kegiatan ssehari-hari siswa disekolah.Guru akan memberikan sanksi kepada siswa yang terdapat melanggar tata tertib sekolah. Dan seluruh guru di MTs. Asih Putera saling bekerjasama dalam mengawasi siswa ketika belajar maupun ketika bermain disekolah. selai itu, staff tata usaha berperan dalam pencatatan poin siswa disekolah. Staff tata usaha sekolah membantu guru dalam pencatatan poin siswa dan mengakumulasikan poin tersebut di akhir semester.

4. Penerapan sistem full day school di sekolah MTs. Asih Putera memiliki tantangan yang dihadapi, baik oleh siswa maupun oleh guru. Tantangan yang dihadapi oleh siswa adalah ketika membiasakan diri dengan sistem yang menuntut mereka untuk melakukan kegiatan sehari disekolah. Sehingga tidak jarang siswa yang merasa jenuh di sekolah. Bagi guru, kejenuhan siswa merupakan tantangan ketika sedang melakukan proses belajar mengajar di kelas, siswa menjadi tidak fokus dan akan lebih mudah untuk melakukan kegaduhan dalam kelas. Tantangan pula dirasakan dalam menegakkan kedisiplinan di sekolah. Mengingat lokasi sekolah yang menyatu dengan MA. Asih Putera, sehingga siswa MTs sering mendapat contoh yang kurang baik dari siswa MA, dan siswa MTs cenderung untuk meniru sikap-sikap kurang baik tersebut. Selain itu, banyaknya tata tertib bagi siswa tidak mudah untuk dipahami seluruhnya oleh siswa, karena siswa MTs merupaan siswa yang termasuk dalam kalangan remaja yang secara psikologis masih labil dalam pergaulan sehari-hari.


(42)

B. Saran 1) Sekolah

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran kepada pihak sekolah agar pihak sekolah memberikan sosialisasi terlebih dahulu kepada siswa baru melalui rapat orang tua siswa bersama dengan komite sekolah ketika tahun ajaran baru mengenai sistem full day school dan seluruh tata tertib yang akan diterapkan di sekolah, sehingga siswa dapat memahami sejak awal mengenai mekanisme sistem tersebut dan tata tertib serta sanksi yang dikenakan ketika melakukan pelanggaran.

2) Guru

Selain itu, guru diharapakan agar tidak hanya sebagai pengajar atau penyampai materi kepada siswa di dalam kelas saja, tetapi dapat menjadi teman siswa dan menjadi orang tua kedua siswa di sekolah, dengan meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan siswa mengenai materi pembelajaran ataupun mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa baik dirumah maupun di sekolah. Sehingga, siswa tidak akan merasa segan kepada guru, begitu juga sebaliknya guru akan mudah ketika memberikan nasihat kepada siswa dan menegur siswa ketika siswa tersebut melanggar tata tertib sekolah.

3) Siswa

Siswa MTs. Asih Putera diharapkan tidak hanya memahami seluruh tata tertib serta sanksi-sanksi yang diberlakukan oleh pihak sekolah, namun senantiasa dapat mematuhinya sebagai kewajiban siswa sebagai pelajar disekolah, dengan cara saling mengingatkan sesama teman apabila melakukan pelanggaran atau dapat disebut pula tutor sebaya. Selain itu, apabila telah melakukan pelanggaran diharapkan dapat mematuhi sanksi yang diberikan oleh sekolah dan tidak mengulanginya lagi.


(43)

104

4) Peneliti

Saran bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi, dengan membaca secara seksama baik latar belakang maupun tujuan dan memahami serta mengoreksi teori yang digunakan dalam penelitian ini agar membantu dan mempermudah penelitian selanjutnya baik mengenai sistem full day school maupun mengenai kedisiplinan siswa di sekolah.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Afwan, Budi Asyhari. 2002. Full Day School dengan Metode Pengajaran Dialogis-Emansipatois. Gerbang Majalah Pendidikan.

Arikunto, Suharsimi. (1998). Dasar-dasar Metodelogi Penelitian. Jakarta: Gelar Pustaka Mandiri.

Asmadi Alsa. (2003). Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi. Pustaka Belajar

Danial, E dan Warsiah N. (2009).Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Lab. PKn UPI.

Koestoer. (1983). Dinamika dalam Psikologi Pendidikan Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Margono. (2005). Prosedur Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Marsh, Colin J &George Willis. (1999). Curriculum: Alternative Approaches, Ongoing Issues. Pearson: Merrill Prentice Hall.

Miles, Matthew &Huberman, A. Michael.(1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press.

Moleong, Lexy J (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT. Tarsito.


(45)

105

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sumber-sumber lain:

Arsyadana, Adin. (2010). Penerapan Sistem Full Day School sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di MI Al-Qamar Nganjuk. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Mujayanah, Siti. (2013). Efektivitas SistemFull Day School dalam Pembentukan Akhlak Siswa SD Muhammadiyah Pakel Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Ul-Haqq, Mushlihah. (2009). Peranan Sistem Full Day School dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di MTs Surya Buana Malang. Malang: Universitas Islam Negeri Malang.

Suyatin. (2009). Upaya Guru Agama dalam Meningkatkan Kedisiplinan Shalat Berjamaah di Sekolah SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.


(46)

http://carapedia.com/pengertian_definisi_disiplin_info2133.html http://www.scribd.com/doc/54689505/Pengertian-Kedisiplinan

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2244857-pengertian-dan-tujuan-day-school/

http://hipni.blogspot.com/2011/09/pengertian-analisis-swot.html

https://www.google.com/search?hl=en&tbo=d&output=search&sclient=psy-ab&q=Definisi+Penelitian+Studi+Kasus&btnG=


(1)

102

3. Penegakkan kedisiplinan siswa di sekolah, dibantu oleh kepala sekolah, guru dan tenaga pendidik lainnya seperti staff tata usaha. Kepala sekolah sebagai manager/pengatur program-program sekolah, turut untuk mengatur dan membuat peraturan yang akan diberlakukan kepada siswa. Kepala sekolah juga membantu guru untuk mengawasi siswa dalam kegiatan sehari-hari. Sedangkan guru, bertugas untuk memberikan pengajaran mengenai kedisiplinan kepada siswa baik didalam kelas yang diselipkan pada materi pelajaran, maupun diluar kelas yaitu pada kegiatan ssehari-hari siswa disekolah.Guru akan memberikan sanksi kepada siswa yang terdapat melanggar tata tertib sekolah. Dan seluruh guru di MTs. Asih Putera saling bekerjasama dalam mengawasi siswa ketika belajar maupun ketika bermain disekolah. selai itu, staff tata usaha berperan dalam pencatatan poin siswa disekolah. Staff tata usaha sekolah membantu guru dalam pencatatan poin siswa dan mengakumulasikan poin tersebut di akhir semester.

4. Penerapan sistem full day school di sekolah MTs. Asih Putera memiliki tantangan yang dihadapi, baik oleh siswa maupun oleh guru. Tantangan yang dihadapi oleh siswa adalah ketika membiasakan diri dengan sistem yang menuntut mereka untuk melakukan kegiatan sehari disekolah. Sehingga tidak jarang siswa yang merasa jenuh di sekolah. Bagi guru, kejenuhan siswa merupakan tantangan ketika sedang melakukan proses belajar mengajar di kelas, siswa menjadi tidak fokus dan akan lebih mudah untuk melakukan kegaduhan dalam kelas. Tantangan pula dirasakan dalam menegakkan kedisiplinan di sekolah. Mengingat lokasi sekolah yang menyatu dengan MA. Asih Putera, sehingga siswa MTs sering mendapat contoh yang kurang baik dari siswa MA, dan siswa MTs cenderung untuk meniru sikap-sikap kurang baik tersebut. Selain itu, banyaknya tata tertib bagi siswa tidak mudah untuk dipahami seluruhnya oleh siswa, karena siswa MTs merupaan siswa yang termasuk dalam kalangan remaja yang secara psikologis masih labil dalam pergaulan sehari-hari.


(2)

B. Saran

1) Sekolah

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran kepada pihak sekolah agar pihak sekolah memberikan sosialisasi terlebih dahulu kepada siswa baru melalui rapat orang tua siswa bersama dengan komite sekolah ketika tahun ajaran baru mengenai sistem full day school dan seluruh tata tertib yang akan diterapkan di sekolah, sehingga siswa dapat memahami sejak awal mengenai mekanisme sistem tersebut dan tata tertib serta sanksi yang dikenakan ketika melakukan pelanggaran.

2) Guru

Selain itu, guru diharapakan agar tidak hanya sebagai pengajar atau penyampai materi kepada siswa di dalam kelas saja, tetapi dapat menjadi teman siswa dan menjadi orang tua kedua siswa di sekolah, dengan meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan siswa mengenai materi pembelajaran ataupun mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa baik dirumah maupun di sekolah. Sehingga, siswa tidak akan merasa segan kepada guru, begitu juga sebaliknya guru akan mudah ketika memberikan nasihat kepada siswa dan menegur siswa ketika siswa tersebut melanggar tata tertib sekolah.

3) Siswa

Siswa MTs. Asih Putera diharapkan tidak hanya memahami seluruh tata tertib serta sanksi-sanksi yang diberlakukan oleh pihak sekolah, namun senantiasa dapat mematuhinya sebagai kewajiban siswa sebagai pelajar disekolah, dengan cara saling mengingatkan sesama teman apabila melakukan pelanggaran atau dapat disebut pula tutor sebaya. Selain itu, apabila telah melakukan pelanggaran diharapkan dapat mematuhi sanksi yang diberikan oleh sekolah dan tidak mengulanginya lagi.


(3)

104

4) Peneliti

Saran bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi, dengan membaca secara seksama baik latar belakang maupun tujuan dan memahami serta mengoreksi teori yang digunakan dalam penelitian ini agar membantu dan mempermudah penelitian selanjutnya baik mengenai sistem full day school maupun mengenai kedisiplinan siswa di sekolah.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Afwan, Budi Asyhari. 2002. Full Day School dengan Metode Pengajaran Dialogis-Emansipatois. Gerbang Majalah Pendidikan.

Arikunto, Suharsimi. (1998). Dasar-dasar Metodelogi Penelitian. Jakarta: Gelar Pustaka Mandiri.

Asmadi Alsa. (2003). Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi. Pustaka Belajar

Danial, E dan Warsiah N. (2009).Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Lab. PKn UPI.

Koestoer. (1983). Dinamika dalam Psikologi Pendidikan Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Margono. (2005). Prosedur Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Marsh, Colin J &George Willis. (1999). Curriculum: Alternative Approaches, Ongoing Issues. Pearson: Merrill Prentice Hall.

Miles, Matthew &Huberman, A. Michael.(1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press.

Moleong, Lexy J (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT. Tarsito.


(5)

105

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Sumber-sumber lain:

Arsyadana, Adin. (2010). Penerapan Sistem Full Day School sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di MI Al-Qamar Nganjuk. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Mujayanah, Siti. (2013). Efektivitas SistemFull Day School dalam Pembentukan Akhlak Siswa SD Muhammadiyah Pakel Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Ul-Haqq, Mushlihah. (2009). Peranan Sistem Full Day School dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di MTs Surya Buana Malang. Malang: Universitas Islam Negeri Malang.

Suyatin. (2009). Upaya Guru Agama dalam Meningkatkan Kedisiplinan Shalat Berjamaah di Sekolah SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.


(6)

http://carapedia.com/pengertian_definisi_disiplin_info2133.html http://www.scribd.com/doc/54689505/Pengertian-Kedisiplinan

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2244857-pengertian-dan-tujuan-day-school/

http://hipni.blogspot.com/2011/09/pengertian-analisis-swot.html

https://www.google.com/search?hl=en&tbo=d&output=search&sclient=psy-ab&q=Definisi+Penelitian+Studi+Kasus&btnG=


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN FULL DAY SCHOOL TERHADAPKEDISIPLINAN SISWA MI MUHAMMADIYAH PK Pengaruh Penerapan Full Day School Terhadap Kedisiplinan Siswa MI Muhammadiyah PK Kartasura Tahun Ajaran 2014/2015.

4 27 15

PENGARUH PENERAPAN FULL DAY SCHOOL TERHADAPKEDISIPLINAN SISWA MI MUHAMMADIYAH PK Pengaruh Penerapan Full Day School Terhadap Kedisiplinan Siswa MI Muhammadiyah PK Kartasura Tahun Ajaran 2014/2015.

0 3 12

PERBEDAAN STATUS GIZI DAN KARAKTERISTIK KELUARGA PADA SISWA SD ANTARA PROGRAM FULL DAY SCHOOL DENGAN NON FULL Perbedaan Status Gizi Dan Karakteristik Keluarga Pada Siswa SD Antara Program Full Day School Dengan Non Full Day School Di Desa Tulakan Kabup

0 3 16

IMPLEMENTASI SISTEM PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOL DALAM MENANAMKAN PERILAKU SOSIAL SISWA DI SD KYAI IBRAHIM SURABAYA.

1 5 128

Perbedaan relgiusitas remaja SMP Islam full day school dan non full day school - Ubaya Repository

0 1 1

Makalah Full Day School

0 4 14

PENGARUH SISTEM FULL DAY SCHOOL TERHADAP

1 1 120

Keyword: full day school, Islamic epistemology A. Pendahuluan - PENDIDIKAN FULL DAY SCHOOL DALAM PERSPEKTIF EPISTEMOLOGI MUHAMMAD ‘ABID AL- JABIR

0 1 22

PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL DALAM MEMBENTUK SIKAP KEDISIPLINAN SERTA MENGEMBANGKAN MINAT DAN BAKAT SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

0 2 17

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Full Day School - PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL DALAM MEMBENTUK SIKAP KEDISIPLINAN SERTA MENGEMBANGKAN MINAT DAN BAKAT SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 29