IMPLEMENTASI MODEL TEACHING GAME for UNDERSTANDING (TGfU) DALAM MENINGKATKAN INTENSITAS LATIHAN GERAK DAN KEMAMPUAN GERAK DASAR.

(1)

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

IMPLEMENTASI MODEL TEACHING GAME for UNDERSTANDING (TGfU) DALAM MENINGKATKAN INTENSITAS LATIHAN GERAK

DAN KEMAMPUAN GERAK DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas 4 SD Negeri Cijati Kec. Majalengka Tahun Ajaran 2012/2013)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Olahraga

Oleh

Endi Rustandi 1004751

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Implementasi Model Teaching Game for Understanding (TGfU) dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak dan Kemampuan Gerak Dasar” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung resiko / sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain

terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, September 2013. Yang membuat pernyataan,


(3)

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing:

PEMBIMBING I,

Prof. DR. H. Adang Suherman , M.A. NIP : 19630618 198803 1 002

PEMBIMBING II,

Prof. Drs. Harsono, M.Sc

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Olah Raga Sekolah Pascasarjana UPI

Prof. DR. H. Adang Suherman , M.A. NIP : 19630618 198803 1 002


(4)

i

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Endi Rustandi (2013). IMPLEMENTASI MODEL TEACHING GAME for UNDERSTANDING (TGfU) DALAM MENINGKATKAN INTENSITAS LATIHAN GERAK DAN KEMAMPUAN GERAK DASAR. Tesis. Bandung. SPs UPI Bandung.

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi pedagogis antara guru, siswa, materi, dan lingkungan. Muara dari proses pembelajaran adalah siswa belajar. Dalam menjalankan proses pembelajaran penjas, seorang guru harus mampu memerankan fungsi mengajarnya pada saat proses pembelajaran. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa, salahsatu masalah dalam proses pembelajaran penjas terutama di sekolah dasar adalah rendahnya kualitas pembelajaran. Dampak dari permasalahan tersebut adalah intensitas siswa dalam mengikuti pembelajaran penjas menjadi rendah.

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh data respon siswa mengenai pengaruh penerapan model TGfU terhadap intesitas latihan gerak dan kemampuan gerak dasar siswa SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini terdiri dari 3 siklus, yaitu diawali dengan kegiatan prasiklus, siklus 1, siklus 2, siklus 3. Hasil penelitian dianalisis dan disajikan dalam bentuk deskriptif kualitatif. Sampel penelitian adalah siswa kelas 4 SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka dengan jumlah 26 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, lembar wawancara, tes kemampuan gerak dasar dan penghitungan denyut nadi.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa, 1) Respon siswa terhadap penerapan model TGfU di SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka rata-rata memberikan respon yang positif; 2) Terdapat pengaruh penerapan model TGfU terhadap intensitas latihan gerak siswa SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka; 3) Terdapat pengaruh penerapan model TGfU terhadap kemampuan gerak dasar siswa SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka.


(5)

ii

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

ABSTRACT

Endi Rustandi (2013). IMPLEMENTATION OF TEACHING GAME for UNDERSTANDING (TGfU) TO IMPROVE MOTOR ABILITY INTENSITY AND BASIC MOTOR ABILITY. Tesis. Bandung. SPs UPI Bandung.

Actually learning process is a pedagogic interaction among teachers, students, learning materials, and environment. The purpose of learning process is student learning activity. Learning process in physical education, the teacher has to be the role as a teacher but in the fact shows that one of the problems in the learning process in physical education in elementary school in learning quality is poor. The effect from this problem is student participation in learning physical education is poorly.

The purposes of this research to getting data about the influence from TGfU method on intensity of motor exercises and basic motor ability in SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka.

The use of method in this research with using action research classroom. This research consist of three cycles. There are the first cycles is pra-cycles, cycles one, cycles two, and cycles three. The result of this research have analyze and presented in form of descriptive qualitative. Sample of research is student in four grade of SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka with 26 students. Techniques of collecting data using observation sheet, interview sheet, test of basic motor ability and pulse counting.

The conclusion from this research that is, 1) students’ respond of using application

TGfU method in SD Negeri Cijati Kec. Majalengka give the positive respond. 2) there are influence of using application TGfU method on intensity student basic motor ability at SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka.. 3) there are influences using application TGfU method


(6)

iii

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Robbi, atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga proses studi dan penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Berkat bantuan dan dorongan dari para pembimbing, serta bantuan dari berbagai pihak telah memungkinkan tesis ini dapat diwujudkan. Penulis menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Pernyataan terimakasih pertama-tama penulis sampaikan kepada Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd, selaku rektor Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Kedua kepada Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed, selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, yang telah menyediakan fasilitas belajar yang memadai serta sarana penunjang lainnya yang mendukung kelancaran proses studi. Ketiga ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Prof. Dr. H. Adang Suherman, M.A, selaku ketua Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, sekaligus juga selaku pembimbing 1, dan ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Prof. Drs. Harsono, M.Sc, selaku pembimbing 2, yang telah memberikan saran-saran dan dorongan untuk membuka wawasan yang lebih luas, yang memberi makna kepada penulis. Kesabaran, bimbingan dan dukungan berupa pemberian buku-buku dan materi-materi terkait penelitian sungguh merupakan pengetahuan yang bermakna. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada para staf pengajar Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, sehingga penulis memperoleh pengetahuan dan wawasan.

Kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penyelesaian tesis ini. Penulis haturkan terima kasih, dengan harapan semoga amal ibadah yang telah dilakukan dapat diterima dan dibalas oleh Allah Subhanahuwata’ala.


(7)

iv

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Sebagai harapan penulis sampaikan kepada seluruh penyandang profesi terkait pendidikan jasmani, semoga hasil penelitian memberikan manfaat bagi pengembangan pendidikan jasmani di tanah air.

Bandung, September 2013


(8)

v

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Variabel ... 8

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Sistematika Tesis ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 12

A. Penbelajaran Pendidikan Jasmani ... 12

1. Belajar dan Pembelajaran ... 12

2. Teori-teori Belajar ... 15

3. Pendidikan Jasmani ... 18

4. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 18

B. Pembelajaran Motorik ... 20

1. Definisi Pembelajaran Motorik ... 20

2. Tujuan Pembelajaran Motorik ... 20

3. Domain Pembelajaran Motorik ... 21

4. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Motorik ... 23


(9)

vi

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

C. Teori Bermain ... 24

1. Teori-teori Bermain ... 24

2. Fungsi Bermain Dalam Pendidikan ... 26

3. Tujuan Bermain ... 27

D. Model Pembelajaran Teaching Games for Understanding ... 27

E. Latihan untuk anak Usia Sekolah Dasar ... 30

F. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar... 31

G. Kerangka berfikir ... 32

H. Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN... 37

A. Metode Penelitian... 37

B. Desain Penelitian ... 39

C. Populasi dan Sampel ... 43

D. Lokasi dan Subjek Penelitiaan ... 44

E. Definisi Operasional Variabel ... 44

F. Instrument Penelitian ... 46

G. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Hasil Penelitian ... 53

B. Pembahasan ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 98

B. Rekomendasi ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100

LAMPIRAN ... 103 RIWAYAT HIDUP


(10)

vii

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan Bukan Tindakan

kelas ... 38

Tabel 3.2. Format Catatan Lapangan ... 47

Tabel 3.3. Format Respon Siswa terhadap Latihan ... 48

Tabel 3.4. Instrumen Tes Gerak Dasar ... 50

Tabel 4.1. Data Intensitas Latihan Gerak Prasiklus ... 53

Tabel 4.2. Data Kemampuan Gerak Dasar Prasiklus ... 54

Tabel 4.3. Profil Hasil Tes Denyut Nadi Latihan dan Kemampuan Gerak Dasar Prasiklus ... 55

Tabel 4.4. Profil Distribusi Frekwensi Denyut Nadi Latihan Kegiatan Prasiklus ... 56

Tabel 4.5. Data Denyut Nadi Latihan Siklus 1 ... 59

Tabel 4.6. Data Hasil Tes Kemampuan Gerak Dasar Siklus 1 ... 60

Tabel 4.7. Data Respon Siswa Jenis Keringat dan Denyut Nadi Latihan Siklus 1 ... 61

Tabel 4.8. Data Respon Siswa Jenis Pertanyaan Pernafasan, Level Latihan, dan Komentar Siklus 1 ... 62

Tabel 4.9. Hasil Tes Denyut Nadi Latihan Siklus 1 ... 63

Tabel 4.10. Presentase Hasil Tes Denyut Nadi Latihan Siklus 1 ... 63

Tabel 4.11. Presentase Respon Siswa Jenis Keringat, dan Denyut Nadi Latihan Siklus 1 ... 64

Tabel 4.12. Presentase Respon Siswa Jenis pertanyaan pernafasan, level latihan, dan komentar Siklus 1 ... 64

Tabel 4.13. Rata-rata Hasil Tes Kemampuan Gerak Dasar Siklus 1 ... 65

Tabel 4.14. Temuan-temuan Siklus 1 ... 65

Tabel 4.15. Data Denyut Nadi Latihan Siklus 2 ... 68

Tabel 4.16. Data Hasil Tes Kemampuan Gerak Dasar Siklus 2 ... 69

Tabel 4.17. Data Respon Siswa Jenis Keringat dan Denyut Nadi Latihan Siklus 2 ... 70


(11)

viii

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Tabel 4.18. Data Respon Siswa Jenis Pertanyaan Pernafasan, Level

Latihan, dan Komentar Siklus 2 ... 71

Tabel 4.19. Hasil Tes Denyut Nadi Latihan Siklus 2 ... 72

Tabel 4.20. Presentase Hasil tes denyut nadi latihan siklus 2 ... 72

Tabel 4.21. Presentase Respon Siswa Jenis Keringat dan Denyut Nadi Latihan Siklus 2 ... 73

Tabel 4.22. Presentase Respon Siswa Jenis Pertanyaan Pernafasan, Level Latihan, dan Komentar Siklus 2 ... 73

Tabel 4.23. Rata-rata Hasil Tes Kemampuan Gerak Dasar Siklus 2 ... 74

Tabel 4.24. Temuan-temuan Siklus 2 ... 74

Tabel 4.25. Data Denyut Nadi Latihan Siklus 3 ... 77

Tabel 4.26. Data Hasil Tes Kemampuan Gerak Dasar Siklus 3 ... 78

Tabel 4.27. Data Respon Siswa Jenis Keringat dan Denyut Nadi Latihan Siklus 3 ... 79

Tabel 4.28. Data Respon Siswa Jenis Pertanyaan Pernafasan, Level Latihan, dan Komentar Siklus 3 ... 80

Tabel 4.29. Hasil Tes Denyut Nadi Latihan Siklus 3 ... 81

Tabel 4.30. Presentase Hasil Tes Denyut Nadi Latihan Siklus 3 ... 81

Tabel 4.31. Presentase Respon Siswa Jenis Keringat dan Denyut Nadi Latihan Siklus 3 ... 82

Tabel 4.32. Presentase Respon Siswa Jenis Pertanyaan Pernafasan, Level Latihan, dan Komentar Siklus 3 ... 82

Tabel 4.33. Rata-rata Hasil Tes Kemampuan Gerak Dasar Siklus 3 ... 83

Tabel 4.34. Temuan-temuan Siklus 3 ... 83

Tabel 4.35. Profil Respon Siswa Jenis Keringat dan Denyut Nadi Latihan Siklus 1, 2, 3 ... 84

Tabel 4.36. Profil Respon Siswa Jenis Pertanyaan Pernafasan, Level Latihan, dan Komentar Siklus 1, 2,3 ... 85

Tabel 4.37. Profil Hasil Tes Denyut Nadi Latihan Siklus 1, 2, 3 ... 86

Tabel 4.38. Prosentase Hasil Tes Denyut Nadi Latihan Siklus 1, 2, 3 ... 87

Tabel 4.39. Hasil Tes Kemampuan Gerak Dasar Siklus 1, 2, 3 ... 90


(12)

ix

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Diagram Teaching Games for Understanding (TGfU) ... 28

Gambar 3.1. Alur Penalaran Penelitian Tindakan Kelas ... 41

Gambar 3.2. Diagram Siklus Pelaksanaan Tindakan Kelas ... 42


(13)

x

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1. Profil Hasil Tes Awal Denyut Nadi Latihan dan

Kemampuan Gerak Dasar ... 56

Grafik 4.2. Profil Hasil Tes Awal Distribusi Frekwensi Denyut Nadi Latihan ... 57

Grafik 4.3. Hasil Tes Denyut Nadi Latihan Play 1 ... 87

Grafik 4.4. Hasil Tes Denyut Nadi Latihan Teach ... 88

Grafik 4.5. Hasil Tes Denyut Nadi Latihan Play 2 ... 88

Grafik 4.6. Diagram Perbandingan Rata-rata Denyut Nadi Latihan ... 90

Grafik 4.7. Hasil Tes Kemampuan Gerak Dasar ... 91

Grafik 4.8. Diagram Perbandingan Rata-rata Kemampuan Gerak Dasar ... 92


(14)

1

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pemahaman guru terhadap esensi proses pembelajaran merupakan faktor penting agar guru dapat melakukan inovasi pembelajaran secara sistematis dan berkelanjutan menuju pada target sosok pembelajaran yang komprehensif dan efektif. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi pedagogis antara guru, siswa, materi, dan lingkungannya. Muara dari proses pembelajaran adalah siswa belajar. Dalam menjalankan proses pembelajaran pendidikan jasmani seorang guru harus mampu memerankan fungsi mengajarnya pada saat menjalankan proses belajar mengajarnya. Siedentop (1991: 36) mengemukakan tiga fungsi utama guru pada saat melakukan pembelajaran sebagai berikut, “Three major functions occupy most of the attention of physical educators as they teach: managing students, directing and instructing students, and monitoring/supervising students.”

Gambaran umum tentang efektivitas mengajar ditandai oleh gurunya yang selalu aktif dan siswanya secara konsisten aktif belajar. Dalam lingkungan pembelajaran yang efektif, siswa tidak bekerja sendiri melainkan selalu diawasi oleh gurunya dan tidak banyak waktu yang terbuang ketika proses pembelajaran berlangsung. Mengajar pendidikan jasmani yang efektif lebih cenderung menekankan pada proses yang terjadi yaitu “active teacher – learning student.” Guru secara aktif menciptakan lingkungan pembelajaran yang menguntungkan bagi siswa untuk belajar, supaya siswa senang dan giat belajar. Sedangkan keberhasilan mengajar lebih cenderung melihat outcomes dari suatu proses belajar mengajar. Suherman (2009: 57) mengungkapkan bahwa: “Ada tiga kriteria yang sering dijadikan patokan dalam mengajar penjas yaitu: (1) kesesuaian dengan program sekolah, (2) kepuasan gurunya, (3) kesenangan anak didik.”


(15)

2

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengetahuan dan pemahaman tentang isi kurikulum merupakan hal penting yang harus dikuasai oleh guru. Berdasarkan pengamatan penulis di SD Negeri Cijati menunjukkan bahwa guru penjas kurang memahami isi kurikulum. Hal ini disebabkan karena guru cenderung menggunakan model tradisional dalam proses pembelajaran, yang lebih menekankan kepada siswa bagaimana menguasai keterampilan kecabangan olahraga. Ketika proses belajar mengajar penjas berlangsung, guru cenderung “melatih” ketimbang mengajar. Padahal program pendidikan jasmani dan program olahraga mempunyai tujuan yang berbeda. Graham, dkk (Suherman 2009: 9) dalam sebuah premis pendidikan jasmani menyatakan bahwa:

Pembuatan program pendidikan jasmani ditujukan untuk setiap anak didik (dari mulai anak yang berbakat sampai anak yang sangat kurang keterampilannya, dari mulai anak yang tertarik sampai tidak tertarik sama sekali). Tujuan utama dari pembuatan program tersebut adalah menyediakan dan memberikan berbagai pengalaman gerak untuk membentuk fondasi gerak yang kokoh yang pada akhirnya diharapkan dapat berdampak terhadap pemilihan gaya hidup yang aktif dan sehat.

Salah satu masalah pendidikan yang dihadapi dewasa ini, khususnya dalam pelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar, adalah rendahnya kualitas pembelajaran, terutama dilihat dari aspek proses pembelajaran. Dalam aspek proses, kelemahan terletak pada kegiatan pembelajaran yang kurang mengembangkan keterampilan dasar siswa. Masalah pendidikan jasmani yang terjadi seperti itu, sebenarnya tidak bisa lepas dari belum efektifnya pembelajaran penjas di sekolah.. Efektivitas dan efisiensi pengelolaan penjas oleh guru saat ini belum menunjukkan ke arah yang memuaskan. Lutan (1988: 26) menyatakan bahwa:

Efektivitas pengajaran ialah keberhasilan dalam proses pembiasaan atau sosialisasi siswa, dan pengembangan sikap serta pengetahuan yang mendukung pencapaian keterampilan yang lebih baik dalam kerangka program pembinaan. Efektivitas pengajaran juga erat kaitannya dengan efisiensi.


(16)

3

Berdasarkan pengamatan, proses pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Cijati, kegiatan pembelajaran guru penjas bersifat monoton, berpusat pada guru, hanya menggunakan pendekatan latihan, dan hanya menekankan pada penguasaan motorik saja. Padahal aspek lain seperti intelektual, mental, dan nilai-nilai ke-penjas-an lainnya yang merupakan hal penting yang tidak bisa diabaikan tidak nampak diajarkan. Akibatnya siswa cenderung kurang motivasi dalam belajar, merasa bosan, dan kurang kreatif. Misalnya, ketika proses pembelajaran baru berlangsung beberapa menit saja siswa sudah minta untuk berhenti. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kurang motivasinya dan merasa bosan dengan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Ketika hal itu dibiarkan maka akan berdampak terhadap partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran penjas menjadi rendah. Dikhawatirkan ketika partisipasi belajar siswa rendah, maka akan berdampak juga terhadap tingkat kebugaran jasmani dan terhambatnya perkembangan gerak. Menurut Badriah (2011: 31), “Kebugaran jasmani dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh dalam melakukan berbagai macam pekerjaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan dapat segera pulih sebelum

datangnya tugas pada keesokan harinya.” Kebugaran jasmani akan diperoleh

apabila seseorang melakukan latihan rutin dan berkesinambungan. Kebugaran akan mempengaruhi terhadap kinerja sehingga tidak akan cepat merasa lelah.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam meningkatkan kebugaran jasmani adalah dengan memberikan intensitas latihan pada saat proses pembelajaran penjas berlangsung. Intensitas menyatakan berat ringannya beban latihan dan merupakan faktor utama yang mempengaruhi efek latihan terhadap faal tubuh atau fungsi dari kuatnya respon saraf terhadap beban tertentu pada waktu latihan. Hasil studi awal yang dilakukan oleh penulis di SD Negeri Cijati, menunjukkan bahwa intensitas latihan dari proses pembelajaran hanya mencapai 46% dari denyut nadi maksimal.Suherman (2009: 3) mengemukakan bahwa:

Dalam merancang pembelajaran penjas seharusnya berorientasi pada tujuan dan berusaha menyesuaikan dengan kondisi fisik dan psikis siswa, sehingga melakukan aktivitas belajar sesuai dengan minat, keinginan, dan bakat yang dimiliki serta kreativitas sesuai dengan kemampuan siswa.


(17)

4

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam upaya memperbaiki rendahnya kualitas pembelajaran penjas seperti yang disampaikan di atas, maka perlu ada sebuah model pembelajaran yang cocok dengan tingkat perkembangan siswa, khususnya siswa sekolah dasar. Penulis berpendapat bahwa salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan untuk siswa sekolah dasar adalah dengan mengggunakan model pembelajaran permainan. Sebagaimana dikemukakan oleh Metzler (2000: 159) bahwa: “There are seven intructional models for physical education, one is The Tactical Games Model.” Dalam bagian lain Metzler (2000: 340) mengungkapkan: “The tactical games model cleverly uses student interest in the game structure to promote skill development and tactical knowledge needed for competent game performance.” Dari ungkapan tersebut jelas bahwa model pembelajaran permainan lebih mengutamakan minat siswa dalam struktur permainan dalam meningkatkan pengembangan keterampilan dan pengetahuan taktis yang diperlukan untuk penampilan yang kompeten dalam bermain. Perkembangan Tactical Games Model ini berawal dari adanya ketidakpuasan terhadap model tradisional yang lebih mengedepankan pendekatan keterampilan dengan pemberian latihan-latihan kecabangan olahraga pada saat proses pembelajaran penjas berlangsung.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penerapan latihan tersebut tidak cocok diterapkan pada saat proses pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh waktu pembelajaran penjas yang terbatas. Alokasi waktu pembelajaran penjas di sekolah dasar hanya berlangsung satu kali pertemuan dalam satu minggu, dengan durasi waktu 2 x 35 menit. Padahal, latihan harus dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang. Harsono (1988: 101) mengungkapkan bahwa “Training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya.” Yang dimaksud sistematis adalah latihan yang teratur, berulang-ulang maksudnya ialah agar gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah, sedang kian hari maksudnya adalah secara periodik.


(18)

5

Salah satu bentuk dari model pembelajaran permainan adalah Teaching Games for Understanding (TGfU). Model ini merupakan sebuah pendekatan untuk pembelajaran permainan yang berkaitan dengan olahraga dengan hubungan yang kuat dengan sebuah pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran. Model Teaching Games for Understanding (TGfU) sangat mengutamakan peran guru sebagai fasilitator dan peran siswa untuk aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran TGfU dilakukan untuk mengembangkan minat dan belajar siswa. Dalam beberapa penelitian, model Teaching Games for Understanding(TGfU) mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan aspek kognitif, motivasi, minat, pemahaman strategi, dan pengambilan keputusan. Implementasi model Teaching Games for Understanding(TGfU) di sekolah dasar mengharuskan guru mengenali kebutuhan anak-anak untuk belajar dalam sebuah kerangka baru. Model ini mengharuskan siswa untuk bisa terlibat bersama dalam permainan, secara mandiri dan dalam kelompok-kelompok kecil. Diterapkannya model TGfU ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa. Gerak merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia. Hampir semua aktivitas yang dilakukan manusia melibatkan unsur gerak.

Kemampuan gerak dasar atau kemampuan motorik merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang sejak kecil, dari masa anak-anak yang berkembang seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan. Lutan (1988: 96), mengungkapkan bahwa:

Kemampuan motorik dan keterampilan bukanlah sebagai dua konsep yang sama pengertiannya. Kemampuan motorik lebih tepat disebut sebagai kapasitas dari seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan satu keterampilan yang relatif melekat setelah masa kanak-kanak. Kemampuan motorik dasar itulah yang kemudian berperan sebagai landasan bagi perkembangan keterampilan. Selain itu keterampilan banyak tergantung pada kemampuan dasar. Keseimbangan, kecepatan reaksi, fleksibilitas misalnya adalah contoh-contoh dari kemampuan dasar yang penting untuk melaksanakan berbagai keterampilan dalam olahraga.

Motor ability atau kemampuan gerak, pada dasarnya merupakan kemampuan yang mendasari gerak yang dibawa sejak lahir yang bersifat umum atau fundamental. Motor ability juga berperan untuk melakukan gerak, baik


(19)

6

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gerakan olahraga maupun non olahraga. Untuk itu, bagi siswa sekolah dasar perlu ditanamkan kemampuan gerak dasar yang dimiliki untuk dilakukan dengan benar. Menanamkan cara melakukan gerak dasar yang benar sangat penting bagi siswa sekolah dasar, karena usia sekolah dasar merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan, dengan demikian kemampuan gerak dasar yang dimiliki dapat dilakukan dengan benar. Kesalahan dalam melakukan gerak dasar akan berdampak pada pola gerakan yang salah, sehingga akan berdampak pada aktivitas geraknya.

Guru pendidikan jasmani perlu memberi pemahaman kepada para siswanya akan arti penting aktivitas jasmani bagi kehidupan. Kondisi saat ini mencirikan bahwa aktivitas jasmani kurang diperhatikan banyak orang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan kendaraan bermotor baik roda dua atau empat, penggunaan elevator atau lift di kota-kota besar, dan sejumlah kemudahan lainnya, mengantarkan manusia kurang menyadari akan keberadaan jasmani.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Disporabudpar Kab. Majalengka, diperoleh data bahwa angka partisipasi masyarakat dalam berolahraga di kecamatan Majalengka pada tahun 2011 mencapai 36,89% dari jumlah total penduduk sebanyak 69.068 jiwa. Data tersebut diperoleh dari hasil pengamatan terhadap partisipasi masyarakat dalam berolahraga. Dilihat dari frekuensinya, masyarakat yang melakukan olahraga tiga kali seminggu sebanyak 3,62%, sedangkan yang melakukan olahraga dua kali seminggu sebanyak 5,02%. Sisanya 28,25% melakukan olahraga sebanyak satu kali seminggu. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat kurang memahami akan pentingnya aktivitas jasmani. Dikhawatirkan rendahnya partisipasi masyarakat dalam berolahraga akan menyebabkan kurangnya gerak. Salah satu akibat dari kekurangan gerak bisa menyebabkan rendahnya tingkat kebugaran jasmani. Hasil tes kebugaran jasmani yang dilaksanakan di SD Negeri Cijati diperoleh data bahwa 29,9% siswa


(20)

7

dinyatakan memiliki tingkat kebugaran jasmani yang rendah, 55,8% dinyatakan cukup, 10,4% dinyatakan baik, dan 3,9% dinyatakan baik sekali.

Pembelajaran gerak merupakan salah satu bagian dari pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah agar siswa memiliki keterampilan gerak yang memadai. Keterampilan gerak merupakan kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh siswa sebagai bekal dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Jika seorang mempunyai keterampilan gerak yang baik, maka dia mempunyai kesempatan yang besar untuk meraih kecakapan hidup yang dibutuhkan. Dalam proses pembelajaran pembelajaran penjas, seorang guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan dan strategi permainan, internalisasi nilai-nilai dan pembiasaan hidup sehat. Pelaksanaan penjas dan pembelajaran motorik seharusnya tidak hanya dilakukan secara konvensional didalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun juga melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi, dan sosial. Selain itu, aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapat sentuhan didaktik metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran.

Thomas dan Lee (1988: 5) mengungkapkan bahwa: “Physical education contributes two unique goals to the curriculum: developing physical fitness and developing motor skills.” Maksud dari ungkapan tersebut adalah bahwa pendidikan jasmani memberikan dua kontribusi yang unik terhadap kurikulum yaitu mengembangkan kebugaran jasmani dan mengembangkam kemampuan motorik.

Pada dasarnya kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani sangat beragam. Perbedaan kemampuan siswa ini harus bisa disikapi secara bijak oleh guru ketika proses belajar mengajar berlangsung. Guru tidak bisa menyamakan kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran penjas. Hal ini akan berdampak buruk terhadap perkembangan psikologis siswa. Salah satu contoh dampak psikologis yang ditimbulkan adalah kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran penjas. Penjas bukan hanya membentuk fisik saja tetapi juga membentuk perkembangan siswa secara psikis.


(21)

8

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dampak yang ditimbulkan ketika guru keliru menerapkan metode pembelajaran diantaranya adalah, siswa akan bersifat pasif atau kurang aktif ketika mengikuti proses belajar. Selain itu motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran penjas menjadi rendah, karena siswa berasumsi bahwa penjas merupakan pelajaran yang membosankan dan menakutkan. Ketika kedua hal ini terjadi, maka kemampuan gerak siswa di sekolah menjadi terhambat. Ketiadaan atau kekurangan gerak ini juga akan berdampak pada kemampuan gerak (motor ability) dan tingkat kebugaran jasmani siswa menjadi rendah. Dikhawatirkan ketika tingkat kebugaran jasmani siswa rendah maka akan berdampak pada rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran secara keseluruhan.

B. Identifikasi Variabel

Pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan model TGfU telah disebarluaskan di seluruh dunia sejak awal 1980-an. Sebuah pendapat lain mengungkapkan bahwa perkembangan model pendekatan permainan berawal dari adanya ketidakpuasan terhadap model pendekatan tradisional, yang lebih mengedepankan pendekatan keterampilan dengan pemberian latihan-latihan yang mengarah pada penguasaan teknik dalam suatu permainan. Gre´haigne et al. (Robert, Fairclough., 2012) dalam jurnal European Physical Education Review (EPER) mengungkapkan bahwa: “The evolution of the TGM originated with a dissatisfaction with the traditional, skill-drill approach to teaching games, which has been reported to follow a sequence of warm-up, skills/ technique followed by a short game.” Dari ungkapan tersebut dapat diartikan bahwa evolusi dari model pendekatan permainan berasal dari adanya ketidakpuasan terhadap pendekatan tradisional, latihan keterampilan untuk pembelajaran permainan, yang selama ini dilaporkan mengikuti suatu rangkaian pemanasan, keterampilan / teknik yang dilanjutkan dengan permainan singkat.

Dalam proses pembelajaran, tujuan akan tercapai apabila guru mampu menerapkan metode mengajar yang cocok kepada siswa. Kenyataan di lapangan


(22)

9

menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran pendididikan jasmani di sekolah, banyak guru masih menggunakan pendekatan tradisional. Dalam pelaksanaannya, pendekatan tradisional lebih mengedepankan penguasaan keterampilan atau teknik dasar suatu cabang olahraga.

Meskipun konsep pendekatan tradisional bisa meningkatkan penguasaan teknik dasar siswa, tetapi kekurangannya adalah bahwa keterampilan teknik dasar diajarkan kepada siswa sebelum siswa mampu memahami keterkaitan teknik-teknik dasar tersebut dengan penerapannya di dalam permainan yang sebenarnya. Akibatnya sifat kesinambungan dari implementasi teknik dasar ke dalam permainan menjadi terputus. Untuk menghindari hal tersebut penulis berpendapat bahwa model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam mengajar penjas terutama yang terkait dengan mengajar untuk olahraga kecabangan yaitu dengan menerapkan model Teaching Game for Understanding (TGfU).

Pengajaran melalui model Teaching Game for Understanding (TGfU) ini berusaha menghubungkan kemampuan taktis bermain dan keterampilan teknik dasar dengan menekankan pemilihan waktu yang tepat untuk melatih teknik dasar dan aplikasi dari teknik dasar tersebut ke dalam kemampuan taktis bermain. Dengan demikian maka hal tersebut akan mampu merangsang siswa untuk berfikir dan menemukan sendiri alasan-alasan yang melandasi gerak dan penampilannya. Selain itu model Teaching Game for Understanding (TGfU) dapat dipakai untuk menghindari tidak tercapainya tujuan atau target kompetensi yang diharapkan, yang disebabkan oleh minimnya sarana dan prasarana yang ada di sekolah atau alokasi waktu pembelajaran penjas yang sedikit yang berakibat minimnya kesempatan gerak dan rendahnya kebugaran jasmani.

Dalam pelaksanaannya pendekatan taktis ini memanfaatkan bentuk-bentuk permainan yang dimodifikasi. Contohnya pada permainan bola voli, bentuk modifikasinya seperti ukuran lapangan diperkecil, tinggi tiang net diperpendek, jumlah pemain bisa dikurangi atau ditambah. Modifikasi ini disesuaikan dengan kemampuan keterampilan siswa. Dengan penerapan permainan yang seperti ini, diharapkan keterlibatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran penjas


(23)

10

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meningkat. Keterlibatan aktif siswa dalam mengikuti pelajaran penjas akan berdampak terhadap meningkatnya kebugaran jasmani.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi variabel di atas, maka masalah penelitian secara rinci diungkapkan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah implementasi model TGfU dapat meningkatkan intensitas latihan gerak siswa SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka?

2. Apakah implementasi model TGfU dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka?

3. Bagaimanakah respon siswa terhadap penerapan model TGfU di SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengungkap pengaruh proses pembelajaran dengan menggunakan model TGfU terhadap kemampuan gerak (Motor Ability) pada siswa sekolah dasar. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui peningkatan intensitas latihan gerak siswa SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka melalui penerapan model TGfU.

2. Mengetahui peningkatan kemampuan gerak dasar siswa SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka melalui penerapan model TGfU.

3. Mengetahui respon siswa SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka terhadap penerapan model TGfU.

E. Manfaat Penelitian


(24)

11

a. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan kajian studi yang relevan ke arah pengembangan konsep model pembelajaran serta memberikan manfaat berupa sumbangan dalam membina dan meningkatkan hasil belajar secara utuh sesuai dengan tujuan pendidikan jasmani sebagai pembelajaran sepanjang hayat di Sekolah Dasar.

b. Hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi secara teori dan metodologi serta memberikan informasi khususnya dalam bidang pengkajian dalam meningkatkan intensitas latihan gerak dan kemampuan gerak dasar melalui penerapan model Teaching Game for Understanding (TGfU).

2. Manfaat praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: a. Sekolah.

Memberikan inovasi pembelajaran dalam meningkatakn intensitas latihan gerak dan kemampuan gerak dasar.

b. Guru.

Bisa menjadi kajian alternatif bagi para guru penjas dalam rangka mengembangkan pendidikan jasmani. Selain itu guru memperoleh suatu model pembelajaran yang lebih variatif dalam upaya meningkatkan intensitas latihan gerak dan kemampuan gerak dasar siswa.

c. Siswa.

Dengan penerapan model TGfU diharapkan siswa akan lebih termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

F. Sistematika Tesis

Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I sebagai pendahuluan berisikan latar

belakang masalah, identifikasi variabel, rumusan masalah, tujuan penelitian dan

manfaat penelitian. Bab II berisikan kajian pustaka,kerangka pemikiran dan

hipotesis penelitian. Kajian pustaka dalam Bab II ini berisikan teori-teori


(25)

12

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, lokasi dan subjek

penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian dan teknik analisis

data. Bab IV berisikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian. Bab V

berisikan kesimpulan dan rekomendasi penelitian untuk pihak-pihak yang terkait


(26)

37

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Asrori (2009: 6) mengatakan bahwa:

Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran dikelas secara lebih berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

Mendiskusikan model-model penelitian tindakan kelas, tidak bisa dilepaskan dari penelitian induknya yaitu penelitian tindakan atau action research. Sebab, penelitian tindakan kelas pada dasarnya merupakan penelitian tindakan yang diterapkan pada pembelajaran di kelas. Alwasilah (2010: 63) menyatakan bahwa:

Dilihat dari namanya saja sudah jelas bahwa action research atau kaji tindak. Artinya, ada kajian dan tindakan. Kombinasi kedua kegiatan inilah yang membedakannya dari penelitian penelitian lain. Tidak berarti bahwa action research lebih atau kurang hebat atau ilmiah daripada penelitian lain, yang menentukan kualitas keilmiahan penelitian adalah sejauh mana penelitian itu dilakukan sesuai dengan prosedur baku yang disepakati oleh masyarakat akademik.

Dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas sesungguhnya banyak manfaat yang bisa diperoleh. Asrori (2009: 15) menyatakan bahwa: “Manfaat yang terkait dengan komponen pembelajaran antara lain meliputi: 1) Inovasi pembelajaran, 2) Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas, 3) Peningkatan profesionalisme guru.”


(27)

38

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Beberapa manfaat penelitian tindakan kelas juga di ungkapkan oleh Alwasilah (2010: 103) yang mengungkapkan setidaknya ada lima manfaat action research(AR) diantaranya sebagai berikut:

1. Murah meriah tapi ilmiah. Artinya AR dapat dilakukan oleh siapapun, sekolah dan kelas manapun untuk meneliti masalah tertentu.

2. Memperbaiki mutu pendidikan

3. Demam penelitian. Maksudnya dengan melakukan AR peneliti mampu mengembangkkan desain penelitian sendiri pada masa mendatang. 4. Berpikir dan bertindak sistematis. AR melatih guru melihat persoalan

secara terfokus dan sistematis.

5. AR membangun komunitas peneliti bagi guru yang berorientasi kepada penelitian dalam upaya membangun karirnya.

Perbedaan penelitian tindakan kelas dengan bukan tindakan kelas adalah seperti yang tercantum dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dengan Penelitian Bukan Tindakan Kelas

No Aspek Aspek Penelitian

Tindaakkan Kelas

Bukan Tindakkan Kelas

1. Dasar Filosofis Bagaimana

memperbaiki realitas pembelajaran

Bagaimana membangun pengetahuan

berdasarkaan hasil penelitian

2. Sumber Masalah Hasil diagnosis Hasil deduksi-indukksi

3. Tujuan Penelitian Perbaikan proses dan hasil pembelajaran

Verifikasi dan generalisasi

4. Status peneliti Kolaborasi sejawat Sebagai orang luar

5. Desain proses Bersiklus Linear

6. Sampel Penelitian Tidak menekankan keterwakilan terhadap populasi

Menekankan pentingnya keterwakilan terhadap populasi 7. Metode penelitian Cenderung fleksibel Standar dan kaku

(fixed)


(28)

39

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Asrori (2009: 45) menyatakan bahwa: “Setidaknya ada empat model penelitian tindakan kelas, yaitu: 1) Model guru sebagai peneliti, 2) Model kolaboratif, 3) Model simultan terintegrasi, 4) Model administrasi sosial eksperimental.”

Dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis menggunakan model kolaboratif. Model penelitian tindakan kelas kolaboratif melibatkan beberapa pihak, baik guru, kepala sekolah, maupun dosen/peneliti dari perguruan tinggi kependidikan secara simultan atau serempak. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas praktik pembelajaran, memberikan sumbangan kepada perkembangan teori dan peningkatan karir guru. Model penelitian kolaboratif seperti ini selalu dirancang dan dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari guru, peneliti dari perguruan tinggi, dan kepala sekolah. Hubungan antara guru dan peneliti dari perguruan dari perguruan tinggi bersifat kemitraan. Artinya, duduk bersama secara harmonis untuk memikirkan dan menemukan permasalahan yang akan diteliti melalui penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif.

Dalam proses penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif seperti ini bukan pihak luar semata yang bertindak sebagai inovator atau pembaharu. Guru juga dapat melakukannya melalui kerjasama dengan peneliti dari perguruan tinggi kependidikan. Dengan suasana kerja seperti itu, guru dan peneliti dari perguruan tinggi dapat saling belajar dan saling mengisi terhadap proses peningkatan profesionalisme masing-masing.

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model siklus. Kemmis dan McTaggart (Asrori, 2009: 68) menjelaskan, “Model siklus dalam penelitian tindakan kelas mengandung empat


(29)

40

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

komponen, yaitu: (1) Rencana (Planning), (2) Tindakan (Action), (3) Pengamatan (Obsevation), (4) Refleksi (Reflection).”

1. Rencana (Planing)

Pada komponen ini, peneliti merumuskan rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkkan proses pembelajaran, perilaku, dan sikap belajar siswa.

2. Tindakan (Action)

Pada komponen ini peneliti melaksanakan tindakan, berdasarkan rencana tindakan yang telah direncanakan, sebagai upaya perbaikan dan peningkkatan atau perubahan proses pembelajaran, perilaku, dan sikap belajar siswa yang diinginkan.

3. Pengamatan (Observation)

Pada komponen ini peneliti, mengamati dampak atau hasil dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Apakah berdasarkan tindakan yang dilaksanakan itu memberikan pengaruh yang meyakinkan terhadap perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran.

4. Refleksi (Reflection)

Pada komponen ini, peneliti mengkaji dan mempertimbangkan secara mendalam tentang hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan itu dengan mendasarkan pada beberapa kriteria yang telah dibuat. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat melakukan perbaikan terhadap rencana awal yang telah dibuatnya jika masih terdapat kekurangan sehingga belum memberikan dampak perbaikan dan peningkatan yang meyakinkan.

Keempat tahap dalam penelitian tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu kegiatan beruntun, yang kembali ke langkah semula. Jadi, satu satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi yang tidak lain adalah evaluasi. Jangka waktu untuk satu siklus tergantung


(30)

41

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari materi yang dilaksanakan dengan cara tertentu. Arikunto (2009: 21) menyatakan bahwa:

Mungkin saja peneliti menentukan untuk mengadakan pertemuan tiga sampai lima kali sehingga siswa sudah dapat merasakan proses dan hasilnya, demikian pula pengamat sudah memperoleh informasi yang dirasakan cukup dan mantap sebagai masukan yang berarti untuk mengadakan perbaikan bagi siklus berikutnya.

Adapun alur penalaran penelitian tindakan kelas seperti yang tercantum dalam Gambar 3.1.

Gambar 3.1

Alur Penalaran Penelitian Tindakan Kelas (Asrori, 2009: 35)

Masalah Tujuan

Perumusan Masalah

Analisis

Masalah Teori

Pembahasan / Pengkajian

Gagasan tentang Alternatif Tindakan

Memilih Tindakan yang diperkirakan

tepat

Tindakan Dicobakan

Tindakan Dicermati dan Direnungkan


(31)

42

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedangkan diagram siklus pelaksanaan tindakan kelas seperti tercantum dalam Gambar 3.2.

Gambar 3.2

Diagram Siklus Pelaksanaan Tindakan Kelas (Asrori, 2009: 103)

Penelitian tindakan kelas dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan, yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan siklus pertama tadi, guru akan mengetahui letak keberhasilan dan kegagalan atau hambatan yang dijumpai pada siklus pertama tersebut. Oleh karena itu, guru merumuskkan kembali rancangan tindakan untuk siklus kedua. Kegiatan pada siklus kedua ini dapat berupa kegiatan sebagaimana yang dilakukan pada siklus

Perencanaan Tindakan siklus I

Permasalahan Tindakan siklus I Pelaksanaan

Observasi siklus I Refleksi siklus I

SIKLUS I

Permasalahan Baru Hasil

Refleksi

Perencanaan Tindakan siklus II

Pelaksanaan Tindakan siklus II

Observasi siklus II Refleksi siklus II

SIKLUS II

Penyimpulan dan Pemaknaan

Hasil

Jika Permasalahan belum Terselesaikan

Lanjut ke Siklus Berikutnya


(32)

43

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertama, tetapi sudah dilakukan perbaikan-perbaikan atau tambahan-tambahan berdasarkan hambatan atau kegagalan yang dijumpai pada siklus pertama.

Dengan merancang tindakan untuk siklus kedua, guru dapat melanjutkan tahap-tahap kegiatan sebagaimana yang telah dilakukan pada siklus pertama, tetapi sudah dilakukan perbaikan-perbaikan. Jika dalam dua siklus, guru merasa sudah tercapai indikator kinerja yang telah dirumuskan sebelumnya, makaa dilakukan penyimpulan dan pemaknaan hasilnya. Namun, jika permasalahan yang diteliti masih ada yang belum terselesaikan, maka dilanjutkan ke siklus berikutnya dengan tahapan sebagaimana yang telah dilakukan pada siklus kedua, tentunya dengan perbaikan-perbaikan. Mengenai berapa siklus sehaarusnya dilakukan, sebenarnya tidak ada batasan tergantung kepada ketercapaian indikator kinerja yang telah dirumuskan sebelumnya.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek/objek yan akan diteliti, meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu. Sugiyono (2009: 117) memberi pengertian populasi sebagai berikut:

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjekyang mempunyai kualitas dan karaktristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.

2. Sampel

Sugiyono (2009: 118), mengatakan bahwa, “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Mengenai jumlah sampel, Syaodih (2010: 260) menegaskan bahwa:


(33)

44

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah sampel (n) sebanyak 30 individu telah dipandang cukup besar, sedang dalam penelitian kausal komparatif dan eksperimental 15 individu untuk setiap kelompok yang dibandingkan dipandang sudah cukup memadai. Untuk penelitian survai sampel sebanyak 100 individu untuk seluruh sampel baru dipandang cukup memadai, sedang untuk kelompok-kelompok sampel berkisar antara 20 sampai 50 individu.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka. SD Negeri Cijati merupakan SD percontohan di Kabupaten Majalengka.

D. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasikan model pembelajaran Teaching Games for Understanding (TGfU) dalam meningkatkan intensitas latihan gerak dan kemampuan gerak dasar pada siswa SD Negeri Cijati. Lokasi penelitiannya terletak di kelurahan Cijati Kecamatan / Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas 4 SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka yang berjumlah 26 orang. Rata-rata usia anak kelas 4 adalah 10 tahun.

E. Definisi Istilah Variabel

Variabel adalah ciri dari individu, objek, gejala atau peristiwa yang akan diteliti. Sugiyono (2009: 61) mengemukakan bahwa, “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Dalam penelitian ini penulis menetapkan variabel-variabel yang akan dibahas sebagai pembatas terhadap kemungkinan terjadinya penafsiran-penafsiran suatu istilah yang menyebabkan kekeliruan pendapat dan mengaburkan pengertian


(34)

45

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebenarnya. Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Sugiyono (2009: 61) menyatakan bahwa, “Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.” Variabel bebas dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran penjas dengan menggunakan model TGfU, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan gerak dan intesitas latihan gerak.

Lebih jelasnya, definisi operasional variabel adalah sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran penjas model TGfU

Proses belajar mengajar merupakan interaksi berkelanjutan antara perilaku guru dan perilaku siswa (Moston dan Aswort, dalam Subroto dkk, 2011: 78). Lebih lanjut mereka mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan jasmani keempat faktor ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu: tujuan, materi, metode dan evaluasi.

Metzler (2000: 340) mengungkapkan bahwa, “The tactical games model cleverly uses student interest in the game structure to promote skill development and tactical knowledge needed for competent game performance.” Dari ungkapan tersebut jelas bahwa model pembelajaran permainan lebih mengutamakan minat siswa dalam struktur permainan dalam meningkatkan pengembangan keterampilan dan pengetahuan taktis yang diperlukan untuk penampilan yang kompeten dalam bermain.

2. Intensitas latihan gerak

Badriah (2009: 45) mengungkapkan bahwa: “Intensitas latihan

menyatakan berat ringannya beban latihan dan merupakan faktor utama yang mempengaruhi efek latihan terhadap faal tubuh atau fungsi dari kuatnya respon saraf terhadap beban tertentu pada saat latihan.” Intesitas latihan dapat diukur dengan berbagai cara. Cara yang paling mudah adalah dengan mengukur denyut jantung (heart rate) baik secara manual maupun secara elektrikal. Intesitas latihan


(35)

46

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ditentukan berdasar pada pencapaian sasaran yang didasarkan pada besarnya denyut jantung.

3. Kemampuan gerak (motor ability)

Arti yang sederhana dari motor ability dapat ditafsirkan bahwa kemampuan gerak atau motor ability adalah kemampuan umum seseorang untuk dapat bergerak. Nurhasan (2000: 106) mengemukakan bahwa, “Secara spesifik motor ability adalah kapasitas seseorang untuk dapat melakukan bermacam-macam gerakan yang memerlukan keberanian dalam olahraga.” Gerak dasar merupakan pola gerakan yang menjadi dasar meraih keterampilan gerak yang lebih kompleks. Gerak dasar ini terdiri dari beberapa jenis yaitu, gerak lokomotor, gerak non lokomotor dan gerak manipulatif.

F. Instrumen Penelitian

Sugiyono ((2009: 148) mengemukakan bahwa: “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti.” Instrumen merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Jenis instrumen harus sesuai dengan karakteristik variabel yang diamati. Selain itu, instrumen juga berfungsi untuk menjaring data-data hasil penelitian.

Pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini, menggunakan instrumen yang terdiri dari:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan catatan yang dijadikan rekaman dan bukti dari data atau informasi mengenai proses kegiatan pembelajaran pada setiap tindakan yang dilakukan. Melalui lembar observasi pada setiap tindakan, dapat diperoleh data mengenai tingkah laku siswa pada waktu belajar dan tingkah laku guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Wardhani (2008: 227) menyatakan bahwa: “Observasi dilakukan terhadap proses dan hasil tindakan


(36)

47

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perbaikan, yang tentu saja terfokus pada perilaku mengajar guru, perilaku belajar siswa, dan interaksi antara guru dan siswa.”

Suherman (2008: 2) menyatakan tujuan dari observasi dan evaluasi gerak dasar adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan teknik observasi kualitatif gerak dasar siswa sehingga dapat digunakan untuk mengevaluasi perkembangan gerak dasar siswa yang berpartisifasi dalam program gerak dasar.

b. Mengembangkan teknik identifikasi kesulitan belajar siswa dalam gerak dasar hingga didapatkan rekomendasi untuk mengatasinya. c. Menumbuhkan kesadaran para pendidik tentang runtun dan

perkembangan gerak dasar anak.

Catatan lapangan dapat berupa temuan-temuan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, dan yang menjadi subjek catatan ini adalah hal—hal yang dianggap penting dalam penelitian ini. Berikut adalah catatan lapangan dalam lembar observasi, seperti yang tercantum pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2.

Format Catatan lapangan

Catatan Lapangan

Hari/Tanggal : Waktu :

No Kriteria Temuan

1. Aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran

2.. Pemahaman siswa mengenai materi pembelajaran

3. Perkembangan gerak siswa

4. Konsep pembelajaran bisa dipahami oleh siswa

5. Interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru

6. Penggunaan alokasi waktu

2. Lembar Wawancara

Lembar wawancara adalah panduan kegiatan yang berisi langkah kegiatan dalam penelitian tindakan kelas untuk memperoleh data tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan kesulitan yang di hadapi siswa. Trianto (2011: 61)


(37)

48

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyatakan bahwa: “Wawancara dipergunakan untuk menggali beberapa hal berkaitan dengan masalah pembelajaran.”

Wawancara pada dasarnya meliputi dua jenis, yaitu wawancara yang terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah jenis wawancara yang pertanyaan-pertanyaannya telah disusun sedemikian rupa sehingga runtut. Sedangkan pada wawancara tidak terstruktur pertanyaan-pertanyaannya tidak di susun secara ketat. Berikut adalah format wawancara yang berkaitan dengan respon siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan, seperti yang tercantum pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3.

Format Respon Siswa Terhadap Latihan

Nama : Tanggal :

1. KERINGAT: Tandai jawaban yang paling cocok

a. Tidak berkeringat b. Sedikit

c. Cukup

d. Banyak keringat

2. DENYUT NADI: Tandai jawaban yang paling cocok

a. Seperti biasa b. Agak cepat c. Cepat d. Sangat cepat

3. PERNAFASAN: Tandai jawaban yang paling cocok

a. Normal

b. Kedengaran Sedikit c. Kedengaran keras d. Sangat keras

4. LIHAT HASIL MASING-MASING KATEGORI

Pada level mana anda melakukan permainan a. Terlalu ringan

b. Cukup c. Berat

d. Sangat berat

5. Apakah ini merupakan tingkatan latihan yang baik bagi anda untuk hari ini?


(38)

49

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Tidak

Mengapa?... ...

Dikutip dari Suherman (2001)

3. Intensitas Latihan

Untuk mengukur intensitas latihan, penulis menggunakan penghitungan denyut nadi maksimal. Rumus yang digunakan untuk mengetahui denyut nadi maksimal adalah seperti yang tercantum pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3.

Rumus denyut nadi latihan untuk anak-anak (Thomas and Lee, 1988: 228)

Thomas dan Lee (1988: 28) menyatakan bahwa:

In measurable terms, children should work at a minimum of 60% ( and maybe 70% if they are in good condition) of their VO2max to get a training effect. The training effect needed to increase VO2max in children can be stated as training heart rate which can be estimated from this formula: 0,7(220-age).

Maksud dari peryataan tersebut adalah dalam istilah terukur, anak-anak harus bekerja minimal 60% (dan mungkin 70% jika mereka berada dalam kondisi baik) dari VO2max mereka untuk mendapatkan efek latihan. Efek latihan yang

dibutuhkan untuk meningkatkan VO2max pada anak-anak dapat dinyatakan

dengan menggunakan rumus perkiraan denyut jantung latihan 0,7(220-usia).

4. Tes keterampilan kemampuan gerak dasar

John dan Nelson (Nurhasan, 2000: 106) mengemukakan bahwa: “Tes motor ability terdiri dari beberapa jenis butir tes yang mengukur mengenai aspek kecepatan, kelincahan, koordinasi mata dan tangan, keseimbangan.” Untuk mengukur kemampuan gerak (motor ability) dalam penelitian ini, penulis


(39)

50

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan tes motor ability untuk anak sekolah dasar. Tujuan dari tes tersebut adalah untuk mengukur kemampuan gerak dasar bagi siswa sekolah dasar. Tes ini terdiri dari 4 butir tes yaitu:

a. Tes shuttle run 4 x 10 meter.

b. Tes lempar tangkap bola jarak 1 meter dengan tembok. c. Tes Stork Stand Positional Balance.

d. Tes lari cepat 30 meter.

Secara rinci bentuk tes, alat dan fasilitas yang diperlukan, tujuan, pelaksanaan, dan skor, dapat dilihat dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4.

Instrumen Tes Kemampuan Gerak Dasar

Butir tes Tes shuttle run 4 x 10 meter

Tes lempar tangkap bola jarak 1 meter dengan tembok

Tes Stork Stand

Positional Balance

Tes lari cepat 30 meter

Tujuan Mengukur kelincahan Mengukur kemampuan koordinasi mata dan tangan Mengukur keseimbangan Mengukur kecepatan Alat dan fasilitas Stopwatch, lintasan yang lurus dan datar dengan jarak 10 meter antara garis start dan finis Bola tenis, stopwatch, dan tembok yang rata

Stopwatch Stopwatch,

lintasan lurus dan rata sejauh 30 meter, bendera Pelaksanaan Start dilakukan dengan berdiri. Pada aba-aba “bersedia”, siswa berdiri dengan salah satu ujung Siswa berdiri di belakang garis batas sambil memegang bola tenis dengan kedua tangan di depan dada. Siswa berdiri dengan tumpuan kaki kiri, kedua tangan di pinggang, kedua mata

dipejamkan, lalu letakan kaki kanan pada lutut kaki kiri sebelah dalam. Start dilakukan dengan berdiri. Pada aba-aba “bersedia” siswa berdiri dengan salah satu ujung jari kakinya sedekat mungkin dengan garis


(40)

51

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu jari kaki

sedekat mungkin dengan garis start.

Aba-aba “ya” siswa dengan segera melakukan lempar tangkap ke dinding selama 30 detik Pertahankan sikap tersebut selama mungkin. start. Aba-aba “siap” siswa siap untuk lari menuju garis finis dengan jarak 30 meter sampai melewati garis finis. Skor Dihitung waktu yang ditempuh dalam melakukan shuttle run 4 x 10 meter

Dihitung jumlah tangkapan bola yang dapat dilakukan selama 30 detik Dihitung waktu yang dicapai dalam mempertahankan sikap di atas sampai dengan tanpa memindahkan kaki kiri dari tempat semula

Dihitung waktu yang ditempuh dalam melakukan lari sejauh 30 meter

Sumber: Nurhasan (2000)

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan langkah penting setelah pengumpulan data karena kemungkinan peneliti memberikan makna terhadap data yang dikumpulkannya. Dalam penelitian tindakan kelas, proses analisis data dilakukan sejalan dengan kegiatan tindakan yang dilakukan sehingga analisis data berlangsung dari awal sampai akhir kegiatan tindakan.

Sehubungan dengan konsep tersebut, data dalam penelitian ini pun dianalisis dengan mengikuti pola analisis penelitian yaitu observasi, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi dan refleksi terhadap tindakan. Demikian seterusnya tahap demi demi tahap alur pola tersebut sampai pada tahap akhir seluruh kegiatan. Untuk memberikan makna terhadapa data yang telah terkumpul, data dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif ini digunakan untuk menganalisis data yang menunujukkan proses kegiatan dengan memberikan pemaknaan secara kontekstual sesuai dengan permasalahan penelitian.

Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh, untuk pengujian hipotesis, peneliti akan menganalisa data dari setiap kegiatan yang dilakukan dengan cara kualitatif. Jenis data yang didapat adalah data kuantitatif


(41)

52

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan data kualitatif. Data kuantitatif terdiri atas peningkatan intesitas latihan dan kemampuan gerak dasar siswa diolah dengan mencari rata-rata., sedangkan data kualitatif terdiri atas hasil observasi, wawancara dan catatan lapangan yang diolah melalui persentase dan rata-rata (mean).

1. Rata-rata (mean)

̅

Keterangan:

̅

= Rata-rata = data ke 1 n = banyaknya data

2. Menghitung prosentase kriteria intensitas latihan gerak dan kemampuan gerak dasar.

Keterangan:

f = jumlah anak yang memperoleh skor dengan kategori baik, cukup dan kurang


(42)

98

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab iv maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Implementasi model TGfU dalam proses pembelajaran penjas dapat meningkatkan intensitas latihan gerak pada siswa SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka.

2. Implementasi model TGfU dalam proses pembelajaran penjas dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar pada siswa SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka.

3. Respon siswa terhadap penerapan model TGfU di SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka rata-rata memberikan respon yang positif.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan selama pelaksanaan penelitian, penulis mengajukan rekomendasi bagi pihak-pihak terkait penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi penyelenggara pendidikan.

Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk merubah individu ke arah yang lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian bahwa penerapan model Teaching Game for Understanding (TGfU) dapat meningkatkan intensitas latihan gerak dan kemampuan gerak dasar. Oleh karena itu penulis menyarankan agar model Teaching Game for Understanding (TGfU) dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran penjas di sekolah.

2. Bagi guru pendidikan jasmani.

Penyajian materi pembelajaran melalui model Teaching Game for Understanding (TGfU) yang dilakukan guru akan menyebabkan siswa


(43)

99

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyenangi aktivitas jasmani dan akan tumbuh sikap positif terhadap kegiatan pembelajaran penjas. Pendekatan mengajar penjas berdampak pada peningkatan jumlah waktu aktif belajar atau berlatih, sehingga siswa memiliki pengalaman belajar atau berlatih yang lebih banyak dalam menguasai tugas gerak yang disampaikan dan diinstruksikan guru. Guru penjas harus senantiasa memberikan penjelasan kepada semua pihak, bahwa aktivitas olahraga permainan dalam konteks pembelajaran penjas bukan hanya sekedar aktivitas fisik saja, tetapi banyak hal yang dapat ditumbuhkembangkan seperti aspek kognitif, aspek afektif. Kesemua ini bertujuan untuk menghapus anggapan masyarakat, bahwa aktivitas jasmani dalam konteks mata pelajaran penjas bukan hanya melatih fisik siswa saja. Padahal sesungguhnya seluruh potensi siswa ( pengetahuan, keterampilan dan sikap ) turut pula dkembangkan seiring dengan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak didik pada setiap tingkatan usia.

3. Bagi peneliti selanjutnya.

Hasil temuan ini diharapkan dapat memberi peluang kepada peneliti lainnya untuk mengembangkan lebih lanjut. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu direkomendasikan untuk dilakukan penelitian-penelitian lanjutan dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda.


(44)

100

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Alwasilah, A. C. (2010). Pokoknya Action Research. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama

Arikunto, S., Suharjono dan Supardi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Asrori, M. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana Prima.

Badriah, L. D. (2011). Fisiologi Olahraga. Bandung: Multazam.

Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosdakarya.

Direktorat Bina Gizi. (2011). Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Griffin, Linda L. and Buttler, J. (2005). Teaching Games for Understanding (TGfU). Theory, Research, and Practice. New Zealand. Human Kinetic

Haga, M. (2008).”The Relationship Between Physical Fitness and Motor Competence in Children.” Journal Compilation. Blackwell Publishing Ltd. Child: care, health and development, 34,3,329-334.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Bandung: CV. Tambak Kusuma.

_______. (2007) Teori dan Metodologi Pelatihan. Bandung. Sekolah Pasca Sarjana Program Magister S2 UPI

_______. (2010). Sasaran Pendidikan Jasmani. Bandung: Diktat. Disampaikan pada sarasehan Dosen dan Mahasiswa FPOK-UPI Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Juha-Pekka. M. et al. (2006). “ A School-Based Movement Programe for Children with Motor Learning Difficulty.” Journal European Physical Education Review. Volume 12(3): 273-287.


(45)

101

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas Latihan Gerak Dan Kemampuan Gerak Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Learning Theories Knowledgebase. (2010). Cognitive Theories at Learning (online). http://www.learning-theories.com/weiners-attribution-theory.html.

Lutan, R. (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Depdibud. Dirjen Dikti.

Mahendra, A. 2009. Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: Modul Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. FPOK UPI.

McLaren, B.K. and George, K.D. (2005). Sport and Exercise Physiology. Liverpool: Bios Scientific Publishers. UK

MD Bin M. N. (2011). Indeks Massa Tubuh.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25638/4/Chapter% 2011.pdf.

Metzler, M.W. (2000). Instructional Models for Physical Education. Boston: Allyn and Bacon. USA

Nieman, C.D. (1990). Fitness and Sports Medicine, An Introduction. California: Bull Publishing Company Palo Alto. USA

Nurhasan, (2000). Modul Tes dan Pengukuran. Bandung: Jurusan Kepelatihan FPOK UPI.

Rahyubi, H. (2012). Teori-Teori Belajar dan Aplikasi, Pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa Media

Schmidt, A.R., Wrisberg, A.C. (2000). Motor Learning and Performance. (Second Edition). California: Human Kinetics. USA

Siedentop, D. (1991). Developing Teaching Skills in Physical Education. (Third Edition). California: Mayfield Publlishing Company. USA

Simon, R. and Stuart, F. (2012). “A Five-Stages Process for The Development and validation of a Systematic Observation Instrument: The System for Observing The Teaching of Games in Physical Education (SOTG-PE). Journal European Physical Education Review. 18(1) 97-113.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab iv maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Implementasi model TGfU dalam proses pembelajaran penjas dapat meningkatkan intensitas latihan gerak pada siswa SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka.

2. Implementasi model TGfU dalam proses pembelajaran penjas dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar pada siswa SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka.

3. Respon siswa terhadap penerapan model TGfU di SD Negeri Cijati Kecamatan Majalengka rata-rata memberikan respon yang positif.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan selama pelaksanaan penelitian, penulis mengajukan rekomendasi bagi pihak-pihak terkait penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi penyelenggara pendidikan.

Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk merubah individu ke arah yang lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian bahwa penerapan model

Teaching Game for Understanding (TGfU) dapat meningkatkan intensitas latihan

gerak dan kemampuan gerak dasar. Oleh karena itu penulis menyarankan agar model Teaching Game for Understanding (TGfU) dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran penjas di sekolah.

2. Bagi guru pendidikan jasmani.

Penyajian materi pembelajaran melalui model Teaching Game for


(2)

99

Endi Rustandi, 2013

Implementasi Model Teaching Generator Understanding (TGFU) Dalam Meningkatkan Intensitas

menyenangi aktivitas jasmani dan akan tumbuh sikap positif terhadap kegiatan pembelajaran penjas. Pendekatan mengajar penjas berdampak pada peningkatan jumlah waktu aktif belajar atau berlatih, sehingga siswa memiliki pengalaman belajar atau berlatih yang lebih banyak dalam menguasai tugas gerak yang disampaikan dan diinstruksikan guru. Guru penjas harus senantiasa memberikan penjelasan kepada semua pihak, bahwa aktivitas olahraga permainan dalam konteks pembelajaran penjas bukan hanya sekedar aktivitas fisik saja, tetapi banyak hal yang dapat ditumbuhkembangkan seperti aspek kognitif, aspek afektif. Kesemua ini bertujuan untuk menghapus anggapan masyarakat, bahwa aktivitas jasmani dalam konteks mata pelajaran penjas bukan hanya melatih fisik siswa saja. Padahal sesungguhnya seluruh potensi siswa ( pengetahuan, keterampilan dan sikap ) turut pula dkembangkan seiring dengan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak didik pada setiap tingkatan usia.

3. Bagi peneliti selanjutnya.

Hasil temuan ini diharapkan dapat memberi peluang kepada peneliti lainnya untuk mengembangkan lebih lanjut. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu direkomendasikan untuk dilakukan penelitian-penelitian lanjutan dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda.


(3)

Daftar Pustaka

Alwasilah, A. C. (2010). Pokoknya Action Research. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama

Arikunto, S., Suharjono dan Supardi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Asrori, M. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana Prima. Badriah, L. D. (2011). Fisiologi Olahraga. Bandung: Multazam.

Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosdakarya.

Direktorat Bina Gizi. (2011). Standar Antropometri Penilaian Status Gizi

Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Griffin, Linda L. and Buttler, J. (2005). Teaching Games for Understanding

(TGfU). Theory, Research, and Practice. New Zealand. Human

Kinetic

Haga, M. (2008).”The Relationship Between Physical Fitness and Motor Competence in Children.” Journal Compilation. Blackwell Publishing Ltd. Child: care, health and development, 34,3,329-334.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Bandung: CV. Tambak Kusuma.

_______. (2007) Teori dan Metodologi Pelatihan. Bandung. Sekolah Pasca Sarjana Program Magister S2 UPI

_______. (2010). Sasaran Pendidikan Jasmani. Bandung: Diktat. Disampaikan pada sarasehan Dosen dan Mahasiswa FPOK-UPI Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Juha-Pekka. M. et al. (2006). “ A School-Based Movement Programe for

Children with Motor Learning Difficulty.” Journal European Physical Education Review. Volume 12(3): 273-287.


(4)

101

Endi Rustandi, 2013

Learning Theories Knowledgebase. (2010). Cognitive Theories at Learning (online). http://www.learning-theories.com/weiners-attribution-theory.html.

Lutan, R. (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan

Metode. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan. Depdibud. Dirjen Dikti.

Mahendra, A. 2009. Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: Modul Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. FPOK UPI.

McLaren, B.K. and George, K.D. (2005). Sport and Exercise Physiology. Liverpool: Bios Scientific Publishers. UK

MD Bin M. N. (2011). Indeks Massa Tubuh.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25638/4/Chapter% 2011.pdf.

Metzler, M.W. (2000). Instructional Models for Physical Education. Boston: Allyn and Bacon. USA

Nieman, C.D. (1990). Fitness and Sports Medicine, An Introduction. California: Bull Publishing Company Palo Alto. USA

Nurhasan, (2000). Modul Tes dan Pengukuran. Bandung: Jurusan Kepelatihan FPOK UPI.

Rahyubi, H. (2012). Teori-Teori Belajar dan Aplikasi, Pembelajaran

Motorik. Bandung: Nusa Media

Schmidt, A.R., Wrisberg, A.C. (2000). Motor Learning and Performance. (Second Edition). California: Human Kinetics. USA

Siedentop, D. (1991). Developing Teaching Skills in Physical Education. (Third Edition). California: Mayfield Publlishing Company. USA Simon, R. and Stuart, F. (2012). “A Five-Stages Process for The

Development and validation of a Systematic Observation Instrument: The System for Observing The Teaching of Games in Physical Education (SOTG-PE). Journal European Physical Education Review. 18(1) 97-113.


(5)

Subroto, T. dkk. (2010). Teori Bermain. Bandung: Modul Prodi PJKR FPOK UPI.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suherman, A. (2001). Asesmen Belajar Dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta:

Direktorat Jenderal Olahraga, Depdiknas.

_________. (2008). Pedoman Observasi dan Evaluasi Gerak Dasar. Bandung: FPOK UPI

________-_ (2009) Revitalisasai Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: CV Bintang Warli Artika.

Suherman, A. (2009). “Pengembangan Model Pembelajaran Outdoor Education Pendidikan Jasmani Berbasis Kompetensi di Sekolah Dasar.” Jurnal Penelitian.Vol. 9

Sukmadinata, S.N. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Rosdakarya.

Thomas, R.J., Lee.M.A. and Thomas, K.T. (1988). Physical Education For

Children. Illinois. Human Kinetics. USA

Trianto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas (Clasroom Action Research)

Teori dan Praktik. Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Winarno. (2006). “Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani.”

Jurnal Iptek Olahraga. Vol.8, No.2, 83-90.

Yudiana, Y. (2010). Implementasi Model Pendekatan Taktis dan Teknis

dalam Pembelajaran Permainan Bolavoli Pada Pendidikan Jasmani Siswa SMP. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan

Indonesia.

Sumber-sumber lain:


(6)

103