ANALISIS STRUKTURALISME TEKS FILM MATA HARI, AGENT H21 KARYA JEAN-LOUIS RICHARD.

(1)

ANALISIS STRUKTURALISME TEKS FILM MATA

HARI, AGENT H21 KARYA JEAN-LOUIS RICHARD

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Rr. Viqi Dian Pusvitasari 12204241038

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

IV

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rr. Viqi Dian Pusvitasari NIM : 12204241038

Program Studi : Pendidikan Bahasa Prancis

Fakultas : Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Judul Penelitian : Analisis Strukturalisme Teks Film Mata Hari,

Agent H21 Karya Jean-Louis Richard

menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya dan sepanjang pengetahuan peneliti, karya ilmiah ini tidak berisi materi yang ditulis orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang diambil sebagai acuan atau refrensi penelitian ini dengan mengikuti kaidah penulisan karya ilmiah yang lazim.

Apabila terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 3 April 2017 Penulis,


(5)

V

MOTTO

Notre m

émoire est un monde plus parfait que l’univers : elle

rend la vie

à

ce qui n’existe plus !

-Guy de Maupassant-

Will the future bring your wishdom to me? Or will darkness

rule the kingdom for all eternity? You will live in my heart. I

will still remember even though we are apart. I will feel you

there for me. As i walk the road of life. You help me fight for

what is right. I will honour thy name.


(6)

VI

PERSEMBAHAN

Teruntuk Kedua Orangtuaku dan Mon Futur Mari

Merci beaucoup


(7)

VII

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan banyak terimakasih atas bimbingan, saran, bantuan, dan dukungan kepada Bapak Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta. Ibu Dr. Widyastuti Purbani, M.A. selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Ibu Dr. Roswita Lumban Tobing, M.Hum selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis yang telah memberikan kesempatan dan berbagai kemudahan kepada saya.

Rasa hormat dan penghargaan setinggi-tingginya saya sampaikan kepada Ibu Dian Swandajani, SS., M.Hum yang dengan penuh kesabaran, kearifan dan kebijaksanaan telah memberikan bimbingan, arahan serta dorongan yang tidak henti-hentinya di sela-sela kesibukannya.

Ucapan terima kasih yang sangat mendalam juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen dan staff di Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis FBS UNY, kedua orang tua, mon future mari dan keluarga yang telah memberikan dukungan

moral, doa dan dorongan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan studi dengan baik.

Tidak lupa ucapan terimakasih kepada teman-teman jurusan Pendidikan Bahasa Prancis 2012. Adik-adik angkatan 2013, 2014, 2015. Teman-teman KKN UNY genap kelompok 19 dan teman-teman PPL Kalimosodo atas kebersamaan , dukungan dan canda tawa.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat


(8)

VIII

penulis harapkan guna perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Yogyakarta, 3 April 2017

Penulis,


(9)

IX

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

ABSTRAK... xv

EXTRAIT... xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 3

C.Batasan Masalah... 4

D.Rumusan Masalah... 4

E. Tujuan Penelitian... 5

F. Manfaat Penelitian... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Teks Film... 6

B. Analisis Struktural... 8

1. Babak dan Adegan... 11

2. Penokohan... 19


(10)

X

4. Tema... 27

C.Keterkaitan antarunsur Intrinsik... 29

D.Kondisi Sosial Politik dan Sejarah... 29

E. Penelitian Sebelumnya yang Relevan... 30

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian... 32

B. Subjek dan Objek Penelitian... 32

C.Teknik Penelitian... 33

D.Langkah-langkah Analisis Konten... 33

1.Pengadaan Data... 33

2.Inferensi... 34

3.Analisis Data... 35

E. Validitas dan Reliabilitas... 35

BAB IV PEMBAHASAN 1. Unsur-unsur Intrinsik dan Keterkaitan antarunsur Intrinsik dalam Teks Film Mata Hari, Agent H21 Karya Jean-Louis Richard... 36

1. Babak dan Adegan... 36

2. Penokohan... 55

3. Latar... 69

4. Tema... 80

5. Keterkaitan antarunsur Intrinsik Teks Film Mata Hari, Agent H21 Karya Jean-Louis Richard... 81

2. Kondisi Sosial Politik dan Sejarah Perang Dunia I di Prancis dalam Teks Film Mata Hari, Agent H21 Karya Jean-Louis Richard... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan... 95


(11)

XI

C.Saran... 98

DAFTAR PUSTAKA... 99


(12)

XII

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Tahapan Alur Robert Besson... 18 Tabel 2 Tahapan Adegan Teks Film Mata Hari, Agent H21


(13)

XIII

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Skema Aktan Menurut Greimas... 22 Gambar 2 Skema Aktan teks film Mata Hari, Agent H21


(14)

XIV

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Résumé... 103

Lampiran 2 Babak dan Adegan dalam Teks Film Mata Hari, Agent H21


(15)

XV

ANALISIS STRUKTURALISME TEKS FILM MATA HARI, AGENT H21 KARYA JEAN-LOUIS RICHARD

Oleh

Rr. Viqi Dian Pusvitasari 12204241038

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan wujud unsur-unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema dalam teks film Mata Hari, Agent H21 karya Jean-Louis Richard; (2) mendeskripsikan kondisi sosial politik

dan sejarah masyarakat yang diangkat dalam teks film Mata Hari, Agent H21

karya Jean-Louis Richard.

Subjek penelitian ini adalah teks film Mata Hari, Agent H21 karya

Jean-Louis Richard. Objek penelitian yang dikaji adalah : (1) wujud unsur-unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema; (2) kondisi sosial politik dan sejarah masyarakat yang diangkat dalam teks film Mata Hari, Agent H21

karya Jean-Louis Richard. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif dengan pendekatan teknik analisis konten. Validitas data diuji dengan validitas semantis, sedangkan reliabilitas data diperoleh dengan teknik pembacaan intra-rater dan diperkuat dengan expert-judgment.

Hasil penelitian ini yaitu (1) alur yang terdapat di dalam teks film Mata Hari, Agent H21 karya Jean-Louis Richard ialah alur progresif (maju). Terdapat

satu tokoh utama Greta dan tiga tokoh bawahan yaitu Ludovic, François, dan Julien. Secara keseluruhan latar tempat terjadi di Barcelona, Spanyol, Paris dan Narbonne, Prancis. Latar waktu di dalam teks film ini berlangsung selama 1 tahun 7 bulan 26 hari sejak tanggal 21 Februari 1916 sampai tanggal 15 Oktober 1917. Tema utama teks film ini yaitu kemewahan, sedangkan tema pendukungnya yaitu kelicikan, nasionalisme, patriotisme, cinta, dan pengorbanan; (2) kondisi sosial politik dan sejarah rakyat Prancis yang berjuang untuk membela negara pada masa Perang Dunia I.


(16)

XVI

L’ANALYSE STRUCTURALISME DU TEXTE DU FILM MATA HARI,

AGENT H21 DE JEAN-LOUIS RICHARD Par

Rr. Viqi Dian Pusvitasari 12204241038

EXTRAIT

Cette recherche a pour but (1) de décrire les éléments intrinsèques qui se

composent de l’intrigue, les personnages, les espaces, et le thème dans le texte du

film Mata Hari, Agent H21 de Jean-Louis Richard; (2) de décrire la condition

sociale politique et l’histoir dans le texte du film Mata Hari, Agent H21 de

Jean-Louis Richard.

Le sujet de cette recherche est le texte du film Mata Hari, Agent H21 de

Jean-Louis Richard. Les objets de cette recherche sont (1) les éléments

intrinsèques qui se composent de l’intrigue, les personnages, les espaces, et le thème; (2) la condition sociale, politique et l’histoir. La méthode utilisée est la méthode descriptive-qualitative avec la technique d’analyse du contenu. La validité se fonde sur la validité sémantique, alors que la fiabilité est gagnée par la

lecture d’intra-évaluateur renforcée par le jugement d’expertise.

Les résultats de cette recherche sont (1) l’intrique dans le texte du film

Mata Hari, Agent H21 est une séquence progressive. Il y a une personne principale qui s’appelle Greta, et trois personnes supplémentaires, ils sont Ludovic, François, et Julien. Les espaces de lieu sont Barcelone en Espange, Paris et Narbonne en France. Le temps dans ce texte du film se déroule sur 1 an 7 mois 26 jours, à partir du 21 Février 1916 au 15 Octobre 1917. Le thème majeur est

l’avidité, alors les thèmes mineur dans le texte du film sont la ruse, le sens du

nationalisme, le patriotisme, l'amour, et le sacrifice; (2) la condition sociale,

politique et l’histoire des Français qui se sont combattus pour défendre le pays


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah suatu karya imajinatif yang diciptakan pengarang sebagai suatu alat untuk meluapkan perasaan dan pemikiran. Menurut Abrams (via Taum, 1997: 20) sastra adalah proses imajinatif yang mengatur dan menggabungkan imajinasi-imajinasi, pemikiran-pemikiran, dan perasaan-perasaan pengarang. Pernyataan itu juga sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Luxemburg (1992: 3) bahwa karya sastra dapat dirumuskan sebagai karya imajinatif yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik, baik yang didasarkan pada aspek kebahasaan maupun aspek makna.

Karya sastra merupakan sebuah bentuk untuk mencerminkan atau menggambarkan keadaan suatu masyarakat tertentu pada zamannya dan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan pengalaman dan pengetahuan yang berlebih tentang aspek-aspek kehidupan. Hal ini berarti pula bahwa karya sastra dapat mencerminkan realitas secara jujur dan objektif dan dapat juga mencerminkan kesan realitas subjektif (Selden, 1991: 27).

Karya sastra juga berisi tentang kondisi sosial, politik, dan budaya karena kondisi dan keadaan masyarakat tergambar secara jelas dalam karya sastra. Dari karya sastra dapat diketahui budaya, adat, tingkah laku, dan sejarah dari suatu zaman. Menurut Schimit dan Viala (1982: 96) drama adalah karya sastra yang merujuk pada tindakan perbuatan pemain yang melakukan adegan serta


(18)

percakapan yang sesuai dengan naskah drama. Teks film memiliki kesamaan struktur dengan teks drama. Teks film merupakan suatu karya sastra yang berpegang pada standar atau aturan-aturan tertentu. Sama seperti drama, film merupakan karya yang dapat dipergunakan untuk mengekspresikan ide-ide pembuatnya. Film memiliki realitas yang kuat seperti menceritakan tentang kondisi sosial, budaya, politik, dan sejarah yang ada pada masyarakat.

Teks film yang digunakan dan dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah teks film Mata Hari, Agent H21 karya Jean-Louis Richard. Mata Hari, Agent H21

merupakan film yang diproduksi pada tahun 1963 oleh seorang sutradara film, aktor dan penulis Prancis, Jean-Louis Richard. Jean-Louis Richard lahir tanggal 17 Mei 1927 di Paris, Prancis. Jean-Louis Richard bukan penulis profesional, awal karirnya dimulai ketika ia menjadi seorang aktor dan komedian. Oleh karena itu, Jean-Louis Richard meminta François Truffaut untuk membantunya menulis naskah film Mata Hari, Agent H21.

Kelebihan dari film Mata Hari, Agent H21 yang mendasari peneliti

memilihnya sebagai subjek penelitian adalah karena film ini merupakan film biografi dan diangkat dari kisah nyata Margaretha Geertruida Zelle yang sangat terkenal dalam sejarah dan merupakan spionase wanita yang paling hebat dan sangat disegani di dunia. Film ini memiliki durasi 95 menit. Jean-Louis Richard sendiri sebagai pengarang, pernah memenangkan penghargaan Best Short Special Mention pada ajang Cognac Festival du Film Policier pada tahun 1996.

Dan pernah menjadi nominasi Best Writing, Original Screenplay pada ajang Academy Awards, USA pada tahun 1975, Nominasi Best Motion Picture pada


(19)

ajang Edgar Allan Poe Awards pada tahun 1969, Nominasi Best Dramatique Presentation pada ajang Hugo Awards pada tahun 1967

(http://www.imdb.com/name/nm0723827/awards?ref_=m_nm_awd&mode=deskt op).

Pengkajian dalam teks film Mata Hari, Agent H21 memiliki beberapa

alasan, yaitu teks film Mata Hari, Agent H21 merupakan sebuah karya sastra yang

menggambarkan sebagian peristiwa sejarah yang terjadi di masyarakat dan dapat membawa banyak sifat-sifat zamannya, yaitu pada abad XX sebagai latar waktu film tersebut. Dalam film tersebut terdapat suatu refleksi kondisi sosial-politik dan penjelasan suatu sejarah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan-permasalahan yang dapat diidentifikasi terkait teks film Mata Hari, Agent H21 karya Jean-Louis

Richard antara lain adalah:

1. Wujud unsur-unsur intrinsik (alur, penokohan, latar, dan tema) teks film Mata Hari, Agent H21 karya Jean-Louis Richard.

2. Keterkaitan antarunsur intrinsik dalam teks film Mata Hari, Agent H21 karya

Jean-Louis Richard.

3. Kondisi sosial politik dan sejarah masyarakat yang diangkat dalam teks film

Mata Hari, Agent H21 karya Jean-Louis Richard.

4. Kondisi sosial dan budaya masyarakat dalam teks film Mata Hari, Agent H21


(20)

C. Batasan Masalah

Agar lebih fokus dengan permasalahan yang dibahas maka peneliti melakukan pembatasan masalah. Permasalahan yang dibahas adalah sebagai berikut:

1. Wujud unsur-unsur intrinsik (alur, penokohan, latar, dan tema) dalam teks film Mata Hari, Agent H21 karya Jean-Louis Richard.

2. Keterkaitan antarunsur intrinsik dalam teks film Mata Hari, Agent H21 karya

Jean-Louis Richard.

3. Kondisi sosial politik dan sejarah masyarakat yang diangkat dalam teks film

Mata Hari, Agent H21 karya Jean-Louis Richard.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut, rumusan masalah dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana unsur-unsur intrinsik (alur, penokohan, latar, dan tema) serta keterkaitan antarunsur intrinsik dalam teks film Mata Hari, Agent H21 karya

Jean-Louis Richard?

2. Bagaimana kondisi sosial politik dan sejarah masyarakat yang diangkat dalam teks film Mata Hari, Agent H21 karya Jean-Louis Richard?


(21)

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan wujud unsur-unsur intrinsik (plot/alur, penokohan, latar, dan tema) dan keterkaitan antarunsur intrinsik dalam teks film Mata Hari, Agent H21 karya Jean-Louis Richard.

2. Mendeskripsikan kondisi sosial politik dan sejarah masyarakat yang diangkat dalam teks film Mata Hari, Agent H21 karya Jean-Louis Richard.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut::

1. Penelitian ini memperkenalkan karya sastra yang berupa film dari Prancis khususnya karya Jean-Louis Richard.

2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi penelitian karya sastra mengenai teori strukturalisme.

3. Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi pengajaran sastra dan dapat memberikan pengetahuan tentang sejarah Prancis.


(22)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teks Film

Film merupakan suatu karya sastra yang berupa gambar bergerak yang di dalamnya terdapat adegan-adegan yang menggambarkan sebuah alur cerita. Menurut Effendy (1986: 134) film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu. Film juga merupakan suatu media komunikasi yang berisi suatu hal imajinatif dan realitas. Film digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan dan menuangkan ide-ide yang dimiliki pengarang dan bertujuan untuk menghibur dan memberikan pengetahuan kepada penonton.

Pada dasarnya film dapat dikelompokkan ke dalam dua pembagian dasar, yaitu kategori film cerita (fiksi) dan film non-cerita (non fiksi). Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang, film non-cerita adalah film yang mengambil kenyataan sebagai subjeknya, yaitu merekam kenyataan daripada fiksi tentang kenyataan (Sumarno, 1996: 10). Film dan drama memiliki kesamaan yaitu suatu karya sastra yang dipentaskan dan ditampilkan pada sekelompok masyarakat. Namun film bersifat lebih modern karena film ditampilkan dengan media elektronik berupa televisi dan komputer sedangkan drama ditampilkan secara langsung di atas panggung.

Drama adalah salah satu jenis karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan mempunyai kemungkinan


(23)

dipentaskan (Waluyo, 2001: 2). Menurut Tarigan (1984: 73) ada dua pengertian drama yaitu drama sebagai text play atau reportair dan drama sebagai theatre atau performance. Naskah dan drama memiliki hubungan yang sangat erat karena

dalam setiap pementasan dan pertunjukan harus memiliki naskah, sedangkan naskah sebuah drama tidak selalu dipentaskan karena naskah juga dapat berfungsi sebagai bahan bacaan atau sebagai referensi yang digunakan untuk membuat naskah. Dalam sebuah naskah drama terdapat struktur yang terbentuk dari adegan-adegan yang membentuk sebuah alur, penokohan, latar dan tema. Menurut pendapat Luxemburg (1992: 158) yang dimaksud dengan teks-teks drama ialah semua teks yang bersifat dialog-dialog dan yang isinya membentangkan sebuah alur.

Di dalam teks drama tidak hanya terdapat dialog, namun juga terdapat monolog yang berfungsi sebagai sarana untuk mengajak para penonton berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan dari seorang tokoh. Supartinah dan Indratmo (via Wiyatmi, 2006: 52) berpendapat bahwa dialog dan monolog adalah bagian penting yang membedakan teks drama dengan yang lain. Monolog dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu monolog yang membicarakan hal-hal yang sudah lampau, soliloqui yang membicarakan hal-hal yang akan datang, dan aside

(sampingan) untuk menyebut percakapan seorang diri yang ditujukan kepada penonton. Dialog merupakan bagian naskah yang berupa percakapan antara satu tokoh dengan tokoh lain (Sumardjo dan Saini, 1994: 136).


(24)

a. Merupakan wadah penyampaian informasi kepada penonton. b. Menjelaskan watak dan perasaan pemain.

c. Memberikan tuntunan alur kepada penonton.

d. Menggambarkan tema dan gagasan pengarang sebab hakikat drama itu sendiri adalah dialog itu sendiri.

e. Mengatur suasana dan tempo permainan.

Sama halnya dengan drama, di dalam sebuah film juga terdapat teks film yang memiliki kesamaan struktur dengan teks drama. Teks film merupakan suatu karya sastra yang di dalamnya terdapat unsur-unsur intrinsik seperti alur, penokohan, latar, dan tema, hanya saja dalam teks film terdapat adegan seperti halnya teks drama. Secara umum teks film biasa disebut dengan skenario. Skenario adalah naskah cerita atau gagasan yang telah didesain cara penyajiannya agar komunikatif dan menarik untuk disampaikan dengan media film (Biran, 2010: 46).

B. Analisis Struktural

Karya sastra merupakan suatu struktur yang terdiri dari unsur-unsur yang memiliki keterkaitan dan memiliki sistem-sistem tersendiri. Unsur-unsur dalam karya sastra dapat dipergunakan untuk memahami makna dalam karya sastra itu sendiri. Menurut Pradopo (2010: 118) karya sastra merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antarunsur-unsur-unsur-unsurnya terjadi hubungan timbal balik dan saling menentukan.


(25)

Unsur-unsur yang berperan penting dalam karya sastra adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Dalam unsur intrinsik terdapat adegan, penokohan,

setting/latar, dan dialog. Sedangkan dalam unsur ekstrinsik terdapat ideologi,

moral, sosiokultural, psikologis, dan agama. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur-unsur pembangun sebuah teks naratif yang kemudian secara bersama membentuk sebuah totalitas di samping unsur formalitas bahasa.

Jean Piaget (via Hawkes dalam Pradopo, 2010: 199) menyatakan struktur merupakan adanya rangkaian kesatuan yang meliputi tiga ide dasar, yaitu ide kesatuan, ide transformasi, dan ide pengaturan diri sendiri. Struktur pada dasarnya merupakan cara berfikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Oleh karena itu di dalam analisis dengan menggunakan pendekatan struktural, unsur dalam struktur karya sastra tidak memiliki makna dengan sendirinya, akan tetapi maknanya ditentukan oleh hubungannya dengan semua unsur lainnya yang terkandung dalam struktur tersebut (Hawkes via Pradopo, 2010: 120).

Barthes (1981: 8) menjelaskan bahwa :

“Pour décrire et classer l’infinité des récits, il faut donc une «théorie» (au sens pragmatique que l’on vient de dire), et c’est à la chercher, a l’esquisser qu’il faut d’abord travailler. L’élaboration de cette théorie peut être grandement facilitée si l’on se soumet dès l’abord à un modèle qui lui fournisse ses premiers termes et ses premiers principes. Dans l’état actuel de la recherche, il paraît raisonnable de donner comme modèle fondateur a l’analyse structural du récit, le linguistique elle-même.”

“Untuk menggambarkan dan mengklasifikasikan cerita-cerita yang tak terbatas jumlahnya, harus digunakan sebuah teori (dalam makna pragmatik yang baru saja kita bicarakan), dan pertama yang harus dilakukan ialah mencari teorinya untuk mengupas isi cerita. Dengan penggarapan menggunakan sebuah teori, sangat mungkin dapat memudahkan dalam


(26)

mengupasnya jika sejak awal kita telah memiliki teori yang menjadi acuan atau prinsip dasar teorinya. Dalam konteks penelitian ini, nampaknya model pembentukan dari analisis struktural sebuah cerita ialah bahasa (yang digunakan).”

Teori strukturalisme sastra merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Sebuah teks sastra terdiri dari komponen-komponen seperti: ide, tema, amanat, latar, watak, dan perwatakan, insiden plot, dan gaya bahasa (Taum, 1997: 38-39). Satu konsep dasar yang menjadi ciri khas teori struktural adalah adanya anggapan bahwa di dalam dirinya sendiri karya sastra merupakan suatu struktur yang otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunannya yang saling berjalinan (Pradopo, 1985: 6).

Untuk dapat memahami makna suatu karya sastra, maka perlu dilakukan analisis struktural. Analisis struktural memiliki beberapa langkah yang berurutan yang ditujukan untuk mengetahui keterkaitan antarunsur dan aspek-aspek dalam karya sastra. Analisis ini bertujuan untuk membongkar, memaparkan secermat, seteliti, semendetail dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama–sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 2003: 112).

Unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada sebuah karya sastra adalah tema, amanat, alur/plot, tokoh/penokohan, latar, sudut pandang. Unsur-unsur intrinsik yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada adegan, alur/plot, tokoh/penokohan, latar dan tema.


(27)

1. Babak dan Adegan

Adegan adalah suatu unsur penting yang terdapat dalam suatu drama. Adegan adalah suatu bagian dari suatu drama atau film yang dapat menunjukkan perubahan peristiwa. Adegan bisa disertai dengan pergantian atau pemunculan tokoh di latar dan tempat kejadian yang sama atau berbeda. Adegan merupakan bagian dari babak. Sebuah adegan hanya menggambarkan satu suasana. Pergantian adegan tidak selalu disertai dengan pergantian seting atau latar. Satu babak dapat terdiri atas beberapa adegan (Wiyanto, 2002: 9).

Hal tersebut senada dengan pendapat Harymawan (via Wiyatmi, 2006: 49) bahwa babak adalah bagian terbesar dalam sebuah lakon. Pergantian babak dalam pentas drama ditandai dengan layar yang diturunkan atau ditutup, atau lampu panggung dimatikan sejenak. Setelah lampu dinyalakan kembali atau layar dibuka kembali dimulailah babak baru berikutnya. Pergantian babak biasanya menandai pergantian latar, baik latar tempat, ruang, maupun waktu. Adegan adalah bagian dari babak. Sebuah adegan hanya menggambarkan satu suasana. Pergantian adegan tidak selalu disertai dengan pergantian latar. Satu babak dapat terdiri atas beberapa adegan.

Adegan adalah suatu kesatuan kecil dari suatu pertunjukan drama atau film yang ditandai dengan perubahan situasi. Dari sebuah adegan dapat diketahui jalan cerita, karena adegan-adegan yang disatukan akan membentuk sebuah alur. Alur atau plot adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada


(28)

adanya hubungan kausalitas (Forster, via Nurgiyantoro, 2013: 167). Schmitt dan Viala (1982: 62) mendefinisikan alur sebagai berikut :

“L’ensemble des faits relatés dans un récit constitué son action. Cette action comprend, des actes (les agissements des divers participants), des états (qui affectent ces participants), des situations (dans lesquelles ils se trouvent, qui concernent les rapports qu’ils ont entre eux), des évènements (naturels ou sociaux, qui serviennent indépendamment de la volonté des participants). L’action du récit se construit selon les rapports et transformations de ces quatre éléments, actes et événements venant modifier états et situations.

"Semua fakta-fakta dalam sebuah cerita merupakan alur. Alur tersebut terdiri dari tindakan (tingkah laku para tokoh), keadaan (yang mempengaruhi para tokoh), situasi (di mana mereka berada, mempengaruhi para tokoh ), peristiwa (alam atau sosial yang dialami terlepas dari kehendak para peserta). Alir cerita dibangun menurut kriteria dan perubahan dari keempat elemen, tindakan dan peristiwa yang merubah suatu kondisi dan situasi. "

Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat dari Stanton (1965: 14) bahwa alur adalah cerita yang berisi urutan peristiwa, namun tiap peristiwa itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa lain. Alur sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat (Kenny, via Nurgiyantoro, 2013: 167). Oleh karena itu, alur dalam sebuah cerita merupakan hasil dari rangkaian peristiwa-peristiwa yang disusun secara berurutan sesuai dengan urutan waktu dan memiliki hubungan kausalitas atau sebab akibat.

Dalam kegiatan pengaluran terdapat kaidah-kaidah yang dapat dijadikan sebuah acuan untuk mengembangkan penulisan dan sebagai alat untuk menilai.


(29)

Kaidah-kaidah pemlotan meliputi masalah plausibilitas (plausibility), adanya

unsur kejutan (surprise), rasa ingin tahu (suspense), dan kepaduan (unity) (Kenny,

via Nurgiyantoro, 2013: 188). Dengan demikian pengaluran bertujuan untuk menggambarkan sebuah alur sesuai dengan kaidah-kaidah yang dapat dijadikan referensi agar suatu cerita dapat berfungsi sebagaimana mestinya, karena pengaluran merupakakan suatu urutan cerita dari awal sampai akhir.

Alur dan cerita tidak bisa berdiri sendiri, karena di dalam sebuah cerita pasti terdapat alur dan alur merupakan rangkaian peristiwa yang membentuk sebuah cerita, meskipun demikian cerita dan alur memiliki perbedaan. Menurut Baldic (via Nurgiyantoro, 2013: 168) alur dan cerita memiliki perbedaan, ia mengemukakan bahwa alur adalah pola peristiwa dan situasi dalam teks fiksi atau drama yang diseleksi dan disusun dengan penekanan adanya hubungan kausalitas dan efek untuk membangkitkan suspense dan surprise pada pembaca. Sedangkan

cerita merupakan urutan peristiwa yang terjadi secara alamiah.

Peristiwa, konflik, dan klimaks merupakan tiga unsur pokok yang terdapat di dalam sebuah alur. Peristiwa merupakan kejadian-kejadian yang terdapat dalam suatu karya sastra. Menurut pendapat Luxemburg (1992: 150) peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Peristiwa dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori tergantung dari mana ia dilihat. Dalam hubungannya dengan pengembangan plot, atau perannya dalam penyajian cerita, peristiwa dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan (Luxemburg, 1992: 151-152).


(30)

Konflik merupakan suatu atau beberapa permasalahan yang umum terjadi dan terdapat dalam sebuah teks narasi yang dialami oleh tokoh-tokoh sebagai proses sosial antara dua orang atau lebih. Hal tersebut muncul dikarenakan adanya pertentangan dan perbedaan pendapat atau pandangan dari tokoh satu dengan tokoh lainnya. Menurut pendapat Meredith & Fitzgerald (via Nurgiyantoro, 2013: 179) konflik menunjuk pada pengertian sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi dan atau dialami oleh tokoh-tokoh cerita, yang jika tokoh-tokoh itu mempunyai kebebasan untuk memilih, ia (mereka) tidak akan memilih peristiwa itu menimpa dirinya.

Konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan (Wellek & Warren, 1990: 285). Konflik merupakan kejadian yang penting karena tanpa adanya konflik, sebuah teks naratif akan monotone. Pada dasarnya konflik

sangat penting bagi sebuah teks naratif karena konflik dapat memberikan warna bagi para pembaca. Konflik memiliki bermacam-macam bentuk, itu dikarenakan penyebab konflik tidak hanya berasal dari luar tetapi bisa muncul dari dalam diri sendiri.

Stanton (1965: 16) membedakan bentuk konflik sebagai bentuk peristiwa menjadi dua kategori: konflik fisik dan konflik batin, konflik eksternal (external conflict) dan konflik internal (internal conflict). Konflik eksternal adalah konflik

yang terjadi antara seorang tokoh dan tokoh lain. Konflik eksternal dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu konflik fisik (physical conflict) dan


(31)

Konflik dan klimaks merupakan hal yang sangat penting dalam struktur alur, karena keduanya merupakan unsur utama pembentuk alur. Konflik dan klimaks memiliki kaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Klimaks tidak akan terjadi jika di dalam teks naratif tidak terdapat konflik, itu dikarenakan klimaks merupakan puncak dari konflik. Menurut pendapat Stanton (1965: 16) klimaks adalah saat konflik telah mencapai tingkat intensitas tertinggi dan saat itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari terjadinya Alur dapat dibedakan berdasarkan urutan waktu, urutan waktu yang dimaksud adalah waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam teks fiksi.

Berdasarkan urutan waktu tersebut, alur dapat dibedakan ke dalam dua kategori: kronologis dan tidak kronologis. Kronologis disebut sebagai alur lurus, maju atau dapat juga dinamakan progresif dan tidak kronologis dapat juga disebut sebagai regresif flash-back, atau sorot balik. Alur dikatakan progresif jika

peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa-peristiwa yang kemudian. Secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konfliks meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian). Sedangkan alur regresif flash-back kejadian yang dikisahkan tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir.

Peyroutet (2001: 8) membedakan teknik alur / plot berdasarkan cara penggambaran peristiwanya.


(32)

a. Récit Linéaire

Cerita yang digambarkan tampak sama seperti nyata

b. Récit Linéaire à ellipses

Cerita yang banyak menggambarkan peristiwa tambahan agar dapat membantu pembaca untuk berimaginasi sesuai penggambaran cerita.

c. Récit en parallèle

Cerita yang digambarkan secara berurutan, mulai dari cerita utama diikuti cerita kedua dan selanjutnya.

d. Récit non linéaire

Cerita digambarkan secara tidak berurutan. Cerita dimulai dari peristiwa terakhir, kemudian flash-back, hingga membentuk sebuah cerita.

Tahap pengenalan pada umumnya berisi sejumlah informasi yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Tahap tengah cerita yang dapat juga disebut sebagai pertikaian menampilkan pertentangan dan atau konflik yang sudah dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat, semakin menegangkan. Tahap akhir sebuah cerita atau dapat juga disebut sebagai tahap pelarian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks (Nurgiyantoro, 2013: 201-205).

Robert Besson (1987: 118) membedakan tahapan alur menjadi lima bagian. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut :


(33)

Merupakan tahap awal yang memberikan informasi tentang pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh cerita. Tahap ini menjadi patokan pada cerita yang akan dikisahkan selanjutnya.

2. Tahap Pemunculan Konflik (L’action se déclenche)

Tahap ini berisi kemunculan masalah-masalah yang menimbulkan konflik dan dapat disebut juga tahap awal munculnya konflik.

3. Tahap Peningkatan Konflik (L’action se développe)

Pada tahap ini terjadi pengembangan konflik yang sudah muncul sebelumnya. Permasalahan yang rumit yang menjadi inti cerita menjadi semakin meningkat dan mengarah ke klimaks.

4. Tahap Penyelesaian (L’action se dénoue)

Tahap penyelesaian merupakan penyelesaian konflik utama yang sebelumnya telah mencapai klimaksnya berangsur-angsur mulai terselesaikan.

5. Tahap Akhir (La situation finale)

Pada tahap akhir diceritakan permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan dapat menemui jalan keluar dan menuju ke akhir cerita.


(34)

Tahapan-tahapan alur tersebut menurut Besson dapat digambarkan seperti dalam tabel berikut :

Tabel 1: Tahapan Alur Robert Besson Situation

Initiale

Action proprement dite Situation Finale

1 2 3 4 5

L’action se Déclenche

L’action se Développe

L’action se Dénoue

Berdasarkan fungsi plot dalam membangun nilai estetik cerita Crane (via Fananie, 2000: 94) membagi menjadi tiga prinsip utama analisis plot, yang meliputi:

1. Plots of action

Analisis proses perubahan peristiwa secara lengkap, baik yang muncul secara bertahap maupun tiba-tiba pada situasi yang dihadapi tokoh utama, dan sejauh mana urutan peristiwa yang dianggap sudah tertulis (determinisme) itu,

berpengaruh terhadap perilaku dan pemikiran tokoh bersangkutan dalam menghadapi situasi tersebut

2. Plots of character

Proses perubahan perilaku atau moralitas secara lengkap dari tokoh utama kaitannya dengan tindakan emosi dan perasaan.

3. Plots of tought

Proses perubahan secara lengkap kaitannya dengan perubahan pemikiran tokoh utama dengan segala konsekuensinya berdasarkan kondisi yang secara langsung dihadapi


(35)

Nurgiyantoro (2013: 205) membagi penyelesaian cerita dibedakan ke dalam dua macam kemungkinan yaitu, kebahagiaan (happy end) dan kesedihan (sad end). Sedangkan Peyroutet (2001: 8) membagi penyelesaian cerita dalam tujuh tipe yaitu:

a. Fin retour à la situation de départ

Akhir cerita yang kembali lagi ke situasi awal cerita. b. Fin heureuse

Akhir cerita yang bahagia. c. Fin comique

Akhir cerita yang lucu. d. Fin tragique sans espoir

Akhir yang tragis dan tidak ada harapan. e. Fin tragique mais espoir

Akhir tragis atau menyedihkan namun masih ada harapan. f. Suite possible

Akhir cerita yang mungkin masih berlanjut. g. Fin reflexive

Akhir cerita yang ditutup dengan perkataan narator yang memetik hikmah dari cerita tersebut.

2. Penokohan

Penokohan adalah suatu cara dari seorang pengarang teks naratif untuk menggambarkan atau melukiskan suatu karakter yang memiliki watak dan sikap dalam sebuah cerita. Dari tokoh-tokoh dalam cerita dapat diketahui karakter atau


(36)

sifat tokoh, karena penokohan dapat digambarkan melalui monolog, dialog, tanggapan dari tokoh lainnya. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones, via Nurgyantoro, 2013: 248). Istilah tokoh menunjuk pada orangnya atau pelaku cerita. Watak, perwatakan dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan dan karakterisasi menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita (Nurgyantoro, 2013: 247).

Hal tersebut senada dengan pendapat Wiyatmi (2006: 50) bahwa tokoh dalam drama mengacu pada watak sifat-sifat pribadi seorang pelaku, sementara aktor atau pelaku mengacu pada peran yang bertindak atau dalam berbicara dalam hubungannya dengan alur peristiwa. Watak dan sifat-sifat pribadi yang digambarkan dan ditunjukkan oleh seorang pelaku disebut dengan perwatakan. Hal tersebut dikarenakan perwatakan adalah sudut pandang seorang pengarang untuk menggambarkan dan menjelaskan secara lebih rinci fungsi tokoh tersebut. Perwatakan juga merupakan ciri khas yang dimiliki seorang tokoh, karena di dalam diri seorang tokoh memiliki watak, sikap dan karakter yang berbeda-beda antara satu tokoh dengan tokoh lainnya.

Schmitt dan Viala (1982: 69) menjelaskan tentang pengertian tokoh sebagai berikut :

“Les participants de l’action sont ordinairement les personnages du récit. Il s’agit très souvent d’humains ; mais un chose, an animal ou une entité (la Justice, la Mort, etc.) peuvent être personnifiés et considérés alors comme des personnages.”


(37)

“Tokoh adalah para pelaku aksi dalam suatu cerita yang dimanusiakan dan

bisa berwujud benda, binatang, ataupun entitas tertentu (hukuman,

kematian, dsb) yang bisa diumpamakan sebagai tokoh.”

Tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam

suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Abrams, via Nurgiyantoro, 2013: 247). Sedangkan menurut Baldic (via Nurgiyantoro, 2013: 247) tokoh adalah orang yang menjadi pelaku dalam cerita fiksi atau drama, sedangkan penokohan adalah penghadiran tokoh dalam cerita fiksi atau drama dengan cara langsung atau tidak langsung dan mengundang pembaca untuk menafsirkan kualitas dirinya lewat kata dan tindakannya.

Greimas melalui Ubersfeld (1996: 50) membagi aksi tokoh menjadi enam fungsi, yaitu:

1. Le destinateur

Pengirim yaitu sesuatu yang menjadi sumber ide dan berfungsi sebagai penggerak cerita

2. Le destinataire

Penerima yaitu segala hal yang digunakan subjek sebagai alat bantu untuk merealisasikan aksinya.

3. Le sujet

Subjek yaitu tokoh cerita yang merealisasikan ide dari pengirim untuk mendapatkan objek.


(38)

4. L’objet

Objek yaitu sesuatu yang ingin dicapai subjek

5. L’adjuvant

Pendukung yaitu sesuatu atau seseorang yang membantu subjek untuk mendapatkan objek

6. L’opposant

Penentang yaitu sesuatu atau seseorang yang menghalangi usaha subjek untuk mendapatkan objek.

Aksi tokoh tersebut menurut Greimas dapat digambarkan sebagai berikut :

Destinateur D1 Destinateur D2

Sujet Objet

Adjuvant A Opposant Op

Gambar 1 : Skema Aktan

Tokoh-tokoh dalam sebuah cerita naratif sangat bermacam-macam. Oleh karena itu tokoh dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis, tokoh-tokoh tersebut dapat dibedakan sesuai dengan peran tokoh, fungsi penampilan tokoh, perwatakan, perkembangan perwatakan, dan pencerminan tokoh dari kehidupan nyata. Dilihat dari segi peranan tokoh dalam sebuah cerita terdapat tokoh utama cerita (central character) dan tokoh tambahan atau tokoh periferal (peripheral


(39)

character). Seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita

disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama. Sedangkah tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena pemunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu (Aminuddin, 2014: 83).

Dari fungsi penampilan tokoh dapat membedakan tokoh menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan harapan-harapan pembaca. Sedangkan tokoh yang menjadi penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh antagonis adalah tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung ataupun tidak langsung, bersifat fisik ataupun batin. Tokoh antagonis penting dalam cerita fiksi karena tokoh antagonislah yang menyebabkan timbulnya konflik dan ketegangan sehingga cerita menjadi menarik (Nurgiyantoro, 2013: 261).

Dari segi perwatakan, Forster ( via Nurgiyantoro, 2013: 264) membedakan tokoh menjadi dua yaitu tokoh sederhana (simple atau flat character) dan tokoh

bulat (complex atau round character). Tokoh sederhana adalah yang hanya

memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak tertentu saja. Tokoh tersebut tidak memiliki sifat dan tingkah laku yang dapat memberikan efek kejutan bagi pembaca. Sedangkan tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya.


(40)

Berdasarkan perkembangan perwatakan, tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh statis / tidak berkembang (static character) dan tokoh berkembang

(developing character). Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial

tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi (Altenbernd & Lewis, via Nurgiyantoro 2013: 272). Kemudian berdasarkan pencerminan tokoh dari kehidupan nyata, tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh tipikal (typical character) dan tokoh netral (neutral character). Tokoh tipikal merupakan penggambaran, pencerminan, atau penunjukan terhadap orang, atau sekelompok orang yang terikat dalam sebuah lembaga sedangkan tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan tokoh imajinatif yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi (Nurgiyantoro, 2013: 275).

Teknik pelukisan tokoh menurut Altenbernd & Lewis (via Nurgiyantoro, 2013: 279) dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, teknik ekspositori dan teknik dramatik. Penulisan tokoh cerita dalam teknik ekspositori dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca dengan cara tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai diskripsi yang berupa sikap, sifat, watak, atau tingkah laku. Sedangkan penulisan tokoh cerita dalam teknik dramatik dilakukan secara tidak langsung, tidak didiskripsikan secara eksplisit

sifat dan sikap serta tingkah lakunya.

Senada dengan pendapat Altenbernd & Lewis, Peyroutet (2001: 14) mengemukakan bahwa teknik pelukisan tokoh dapat dilakukan dengan dua cara


(41)

yaitu, metode langsung (méthode directe) dan metode tak langsung (méthode indirect). Metode langsung adalah narator mendeskripsikan atau menjelaskan

secara langsung tentang suatu sikap, gestur, pakaian yang menggambarkan karakter tokoh. Metode ini juga menyampaikan tentang perasaan-perasaan dari para tokoh. Sedangkan metode tak langsung adalah metode yang dilakukan secara tak langsung. Artinya pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan

sikap serta tingkah laku tokoh.

3. Latar

Latar merupakan keterangan mengenai tempat, waktu atau suasana di mana terjadinya peristiwa dalam sebuah cerita. Latar merupakan suatu unsur dalam sebuah cerita yang dapat memberikan gambaran yang nyata untuk para pembaca. Dalam karya sastra, setting merupakan satu elemen pembentuk cerita yang sangat penting, karena elemen tersebut akan dapatmenentukan situasi umum sebuah karya (Abrams, via Fananie 2002: 97).

Latar suatu cerita dapat mempunyai suatu relasi yang lebih langsung dengan arti keseluruhan dan arti yang umum dari sesuatu cerita (Tarigan, 1985: 136). Sebagaimana yang disebutkan Sumardjo (via Fananie, 2002: 98) latar atau

setting yang berhasil haruslah terintegrasi dengan tema, watak, gaya, implikasi

atau kaitan filosofisnya. Menurut Aminuddin (2014: 67) latar adalah latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis.


(42)

Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Penggunaan dan deskripsi latar tempat harus teliti dan realistis agar pembaca terkesan dan seolah-olah hal yang diceritakan itu sungguh-sungguh ada dan terjadi. Latar tempat dalam sebuah teks naratif biasanya meliputi berbagai lokasi dan akan berpindah-pindah sesuai dengan perkembangan plot. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.

Latar waktu dalam fiksi dapat menjadi dominan jika dibuat secara teliti terutama jika dihubungkan dengan waktu sejarah namun cerita yang diceritakan harus sesuai dengan perkembanagan sejarah. Masalah waktu dalam karya naratif dapat bermakna ganda: di satu pihak menunjuk pada waktu penceritaan, waktu penulisan cerita, dan di pihak lain menunjuk pada waktu dan urutan waktu yang terjadi dan dikisahkan dalam cerita Oleh karena itu kejelasan masalah waktu menjadi lebih penting daripada kejelasan unsur tempat (Genette via Nurgiyantoro, 2013: 318-319).

Latar sosial-budaya merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Peyroutet (2001:12) membagi unsur pokok latar menjadi tiga yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat merupakan tempat di mana cerita itu dimulai. Latar waktu berhubungan dengan kapan peristiwa dalam cerita itu terjadi. Memberi kejelasan mengenai pada masa, tahun atau bulan kapan


(43)

peristiwa itu terjadi. Latar sosial dalam sebuah cerita biasanya merupakan cerminan kehidupan masyarakat pada masa itu, sehinga latar sosial dalam sebuah cerita meliputi tentang perilaku tokoh dalam masyarakat, masalah sosial, status sosial, serta budaya dan tradisi masyarakat.

4. Tema

Tema merupakan salah satu unsur pokok dan pembangun dari suatu karya sastra. Tema adalah ide pokok atau gagasan dasar untuk membuat sebuah cerita dibuat. Tema merupakan suatu hal yang penting karena tanpa adanya tema sebuah cerita tidak akan terbentuk, karena pengarang harus memiliki tema sebelum cerita dibuat. Baldic (via Nurgiyantoro, 2013: 115) berpendapat bahwa tema adalah gagasan abstrak utama yang terdapat dalam sebuah karya sastra atau yang secara berulang-ulang dimunculkan baik secara eksplisit maupun implisit lewat pengulangan motif. Hartoko dan Rahmanto (via Nurgiyantoro, 2013: 115) berpendapat bahwa tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.

Pernyataan tersebut senada dengan Fananie (2002:84) bahwa tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatar belakangi ciptaan karya sastra. Karena sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan dalam karya sastra bisa sangat beragam. Sedangkan menurut Stanton (1965:21) tema diartikan sebagai makna sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana. Tema bersinonim dengan ide utama (central idea) dan tujuan utama (central purpose).


(44)

Tema adalah ide suatu cerita yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca, baik secara langsung tersurat atau tersamar atau tersembunyi (Sumardjo dan Saini, 1994: 56). Tema berhubungan dengan premis dari drama yang berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandang yang dikemukakan oleh pengarangnya (Waluyo, 2001: 24). Tema adalah gagasan dasar yang menopang sebuah karya sastra sebagai struktur semantis dan bersifat abstrak yang secara berulang-ulang dimunculkan lewat motif-motif dan biasanya dilakukan secara implisit.

Tema terdiri dari dua macam, yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor merupakan makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu sedangkan tema minor adalah makna-makna tambahan yang menjadi dasarnya. Dalam usaha menemukan dan menafsirkan tema secara lebih khusus dan rinci, Stanton (1965 : 22-23) mengemukakan adanya sejumlah kriteria yaitu:

1. Penafsiran tema hendaknya mempertimbangkan tiap detail cerita yang menonjol. Hal itu dikarenakan pada detail-detail yang menonjol atau ditonjolkan dapat diidentifikasi sebagai tokoh, masalah, konflik utama.

2. Penafsiran tema hendaknya tidak bersifat bertentangan dengan tiap detail cerita.

3. Penafsiran tema hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Penafsiran tema haruslah mendasarkan diri pada bukti-bukti yang secara langsung ada atau yang disarankan dalam cerita.


(45)

C. Keterkaitan antarunsur Intrinsik

Dalam karya sastra unsur-unsur intrinsik memiliki hubungan timbal balik, saling menentukan, dan saling berkaitan karena unsur-unsur tersebut secara langsung turut serta membangun cerita sehingga sebuah cerita dapat memiliki nilai estetik. Sebuah karya sastra merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyeluruhan yang bersifat artistik. Menurut pendapat Sumardjo dan Saini (1997: 54) struktur karya sastra terdiri atas unsur-unsur alur, penokohan, tema, dan latar sebagai unsur yang menunjang dan paling dominan dalam membangun karya sastra fiksi.

Hal tersebut menunjukkan bahwa alur tidak akan terbentuk jika tidak adanya penokohan, itu dikarenakan penokohan merupakan pelaku utama dalam suatu peristiwa yang mana peristiwa-peristiwa tersebut digabungkan menjadi sebuah alur. Penokohan juga tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya latar dan tema. Latar merupakan tempat yang berupa kondisi dan situasi yang dialami seorang tokoh, sedangkan tema merupakan unsur penggikat alur, penokohan dan latar. Dengan demikian unsur-unsur intrinsik tersebut tidak dapat berdiri sendiri, karena unsur-unsur tersebut saling terkait antara satu dan lainnya dan unsur-unsur tersebut secara langsung turut serta membangun cerita.

D. Kondisi Sosial Politik dan Sejarah

Karya sastra adalah suatu karya imajinatif yang diciptakan pengarang sebagai suatu alat untuk meluapkan perasaan dan pemikiran. Di dalam suatu karya sastra terdapat keadaan sosial, politik dan sejarah yang dapat mencerminkan keadaan suatu masyarakat. Oleh karena itu keadaan politik sosial dan budaya


(46)

secara tidak langsung dapat tercermin di dalam sebuah karya sastra. Menurut Taum (1997:40) karya sasta adalah totalitas yang bermakna sebagaimana masyarakatnya. Setiap karya sastra adalah suatu keutuhan yang hidup, yang dapat dipahami dari unsur-unsurnya. Latar belakang sejarah, zaman dan sosial masyarakat berpengaruh terhadap proses penciptaan karya sastra, baik dari segi isi maupun segi bentukya atau strukturnya (Jabrohim, 2001: 63).

Fakta sejarah tersebut berdasarkan pada kondisi sosial, politik dan ekonomi suatu masyarakat, contohnya pada masyarakat Prancis pada abad keduapuluh terjadi Perang Dunia I. Kaum borjuis pada saat itu yang pendapatannya sangat besar jauh lebih tinggi bila dibandingkan gaji para buruh yang kemampuannya sungguh tak menentu, memungkinkan kaum itu hidup leluasa serta rasa aman. Tingkat pendidikan kaum borjuis diperoleh sejak kecil karena keluarganya telah mapan sejak dahulu kala dan kehidupan sosialnya yang melejit naik. Kaum borjuis merasa atau menganggap dirinya bagian dari sebuah kelas di dalam bangsa yang ditakdirkan untuk memegang peran dan memimpin dalam cara berpakaian, cara bertutur bahasa dan cara bertingkah laku. Kaum borjuis yang berciri seperti tersebut pada masa sebeum perang di Prancis, tidak lagi bahagia hidupnya itu dikarenakan berbagai revolusi ekonomi merongrong harta kekayaan yang semula stabil dan tidak terusik (Marc Bloch via Carpentier & Lebrun, 2011:358).

E. Penelitian Sebelumnya yang Relevan

Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rakhmi Dwi Rahayu (11204241013) yang berjudul Analisis


(47)

Struktural Genetik Teks Film Indigènes karya Rachid Bouchareb. Penelitian ini

mendeskripsikan wujud unsur-unsur intrinsik (alur, penokohan, latar, dan tema), latar belakang sosial dan politik dan pandangan dunia (vision du monde)

pengarang dalam teks film Indigènes karya Rachid Bouchareb. Objek penelitian

ini yaitu unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam teks film indigènes dan juga

referensi sejarah, politik, sosial-budaya yang digunakan untuk menemukan pandangan dunia (vision du monde) pengarang.

Alur yang terdapat di dalam penelitian ini ialah alur progresif (maju) dan latar waktu dalam teks film ini yaitu pada tahun 1943 sampai tahun 1944 sedangkan latar sosial di dalam teks film ini adalah kehidupan sosial para tentara pejuang kemerdekaan dari negara-negara Afrika pada II dan perjuangan merebut kebebasan. Tema utama teks film ini yaitu nasionalisme dan isu rasialisme, sedangkan tema pendukungnya yaitu persamaan, kesetiaan, dan kepercayaan. Pandangan dunia pengarang di dalam teks film ini yaitu jiwa nasionalisme yang tinggi milik para indigènes dan penuntutan persamaan hak bagi para indigènes ketika Perang Dunia II maupun setelah perang usai. kkkkkkkkkkkkkkkkkkk


(48)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) yang dilakukan

di perpustakaan. Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988: 111). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif karena data yang dikumpulkan merupakan data deskriptif. Deskriptif kualitatif merupakan metode penelitian yang memaparkan hasil analisisnya dengan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan aspek yang dikaji (Moleong, 2008: 11).

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah teks film Mata Hari, Agent H21 karya

Jean-Louis Richard berupa transkrip yang diproduksi pada tahun 1963. Objek penelitian ini adalah unsur-unsur intrinsik dalam teks film Mata Hari, Agent H21.

Hasil unsur-unsur intrinsik kemudian dianalisis dengan mendeskripsikan kondisi sosial politik dan sejarah dalam teks film Mata Hari, Agent H21 dan

mengaitkannya dengan kondisi sosial politik dan sejarah yang sesungguhnya. Kemudian peneliti menemukan fakta sejarah melalui hasil analisis.


(49)

C. Teknik Penelitian

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis konten (content analysis). Barelson (via Zuchdi, 1993:1) mengemukakan bahwa analisis

konten adalah suatu teknik penelitian untuk menghasilkan diskripsi yang objektif, sistematik dan bersifat kuantitatif mengenai isi yang terungkap dalam komunikasi. Data yang akan dipergunakan adalah semua kata, frasa dan kalimat yang ada dalam teks film.

D. Langkah-langkah Analisis Konten

Beberapa langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk menemukan jawaban atas rumusan maslah yang telah disusun, yaitu :

1. Pengadaan Data

Pengadaan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyimak dan mentranslitasi subjek penelitian agar mendapatkan data yang sesuai pada rumusan masalah.

a. Penentuan Unit Analisis

Penentuan unit analisis merupakan serangkaian kegiatan untuk memisahkan data menjadi bagian-bagian yang selanjutnya akan dianalisis (Zuchdi, 1993: 30). Menurut Krippendorff (via Zuchdi 1993: 30), ada lima cara untuk membatasi dan mengidentifikasi sebuah unit, yaitu unit menurut fisik, unit menurut sintaksis, unit referensial, unit proposisional, dan unit tematik. Data yang digunakan dari teks film Mata Hari, Agent H21 adalah data intrinsik yang berupa


(50)

sejarah yang terdapat dalam teks film tersebut. Penentuan unit analisis berdasarkan pada unit sintaksis yang digunakan untuk menyampaikan informasi. Unit yang terkecil adalah kata, sedangkan unit yang lebih besar berupa frasa, kalimat, paragraf dan wacana (Zuchdi, 1993: 30).

b. Pencatatan

Pada tahap pencatatan data yang digunakan adalah data yang saling berkaitan. Data-data tersebut adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik meliputi alur, penokohan, latar, dan tema. Sedangkan unsur ekstrinsik meliputi kondisi sosial politik dan sejarah masyarakat yang terdapat dalam teks film Mata Hari, Agent H21.

2. Inferensi

Menurut Zuchdi (1993: 22), untuk menganalisis hanyalah diperlukan deskripsi, sedangkan untuk menganalisis makna, maksud atau akibat komunikasi diperlukan penggunaan inferensi. Inferensi dimaksudkan untuk memaknai data sesuai dengan konteksnya. Untuk melakukan sebuah analisis konten yang bersifat inferensial, maka peneliti tersebut haruslah sensitif terhadap konteks data yang diteliti (Zuchdi, 1993: 53). Oleh karena itu di dalam penelitian ini kegiatan interferensi dilakukan dengan memahami makna dan konteks, kemudian akan dilakukan kegiatan memaknai unsur-unsur intrinsik yaitu alur, penokohan, latar, dan tema serta unsur ekstrinsik yang berupa kondisi sosial politik dan sejarah dalam teks film Mata Hari, Agent H21.


(51)

3. Analisis Data

Dalam proses ini yang dilakukan oleh peneliti adalah meringkas dan menyajikan data dalam bentuk kelompok-kelompok data yang berurutan sehingga mudah untuk dibaca dan dipahami. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif kualitatif. Kegiatan ini meliputi pembacaan, pemberian tanda, membaca ulang, pencatatan data, pembahasan data, penyajian data, dan penarikan inferensi. Data struktural tersebut akan diklasifikasikan kemudian akan dideskripsikan menurut teori strukturalisme.

E. Validitas dan Reliabilitas

Dalam penelitian ini untuk menjaga keabsahan hasil penelitian maka diperlukan validitas dan reliabilitas. Validitas yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah validitas semantis dan, validitas semantik digunakan untuk mengukur tingkat kesensitifan suatu teknik terhadap makna makna simbolik yang relevan dengan konteks tertentu Krippendorf (via Zuchdi, 1993 : 75).

Untuk menguji reliabilitas data dalam penelitian ini yang digunakan adalah reliabilitas inter-rater atau antarpengamat. Reliabilitas dilakukan dengan cara membaca sumber data yang berupa teks film secara berulang – ulang. Agar penelitian memiliki stabilitas dan keakuratan, maka peneliti konsultasi dan diskusi (expert-judgement) yaitu dengan mengkonsultasikannya dengan Ibu Dian


(52)

36 BAB IV

UNSUR-UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK TEKS FILM MATA HARI, AGENT H21 KARYA JEAN-LOUIS RICHARD

Hasil penelitian ini berupa analisis unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik dalam teks film Mata Hari, Agent H21 karya Jean-Louis Richard. Unsur intrinsik

dianalisis dengan menggunakan analisis struktural yang meliputi adegan, penokohan, latar, tema dan keterkaitan antarunsur intrinsik. Setelah menganalisis unsur intrinsik kemudian dilanjutkan dengan menganalisis unsur ekstrinsik yang berupa kondisi sosial, politik, dan sejarah, yang terdapat dalam teks film tersebut.

1. Unsur-unsur Intrinsik dan Keterkaitan Antarunsur Intrinsik dalam Teks

Film Mata Hari, Agent H21 Karya Jean-Louis Richard

a. Babak dan Adegan

Teks film ini memiliki adegan-adegan yang dapat berfungsi membentuk sebuah alur. Adegan adalah bagian dari babak, adegan-adegan tersebut terdiri dari peristiwa-peristiwa yang saling berhubungan sehingga membentuk cerita. Di dalam teks film ini terdapat 3 babak yang terdiri dari 41 adegan, urutan babak dan adegan dalam teks film ini sebagai berikut:

Babak 1 terdapat 31 adegan. Adegan tersebut terjadi di Prancis. Tokoh dalam adegan ini adalah Greta, Ludovic, François, dan Julien. Adegan 1 diawali dengan kedatangan para penonton untuk melihat pertunjukan tari dari Greta. Adegan 2, para penonton meninggalkan gedung pertunjukan Alcazar karena ada serangan mendadak di Douamont. Adegan 3, Greta marah karena managernya tidak mau membayar gaji nya setelah pertunjukan selesai. Adegan 4, ketika


(53)

datangnya Gaston ke ruangan Greta untuk menyewa jasa Greta namun ditolak oleh Greta. Adegan 5, kedatangan Alphonse membawa karangan bunga yang berisi surat rahasia dari Ludovic untuk Greta. Adegan 6, penantian para pengemar Greta yang ada di luar gedung pertunjukan alcazar untuk meminta tandatangan. Adegan 7, kedatangan ayah Greta yang selalu meminta uang pada Greta dan pemberian uang kepada ayahnya oleh Greta.

Pada adegan 8, keberangkatan Greta bersama asistennya yang bernama Julien untuk menuju Rue de Trois Frère. Adegan 9, Greta dan Ludovic bertemu di tempat yang telah dituliskan dalam surat rahasia yang dibawa oleh Alphonse untuk Greta untuk membahas misi yang akan dikerjakan oleh Greta. Adegan 10, yaitu kedatangan Greta ke pesta yang diadakan di rumah madame Baronne du Maine untuk menjalankan misi yang diberikan oleh Ludovic yaitu membuat Kapiten François tertarik dan jatuh hati padanya. Adegan 11, pertemuan Greta dengan Arthur, yang merupakan teman lama Greta dari Belanda di rumah madame Baronne du maine. Adegan 12, Greta mengajak François untuk makan malam di rumahnya, agar Greta dan Ludovic bisa mengambil data-data penting yg tersimpan di tas François.

Pada adegan 13, kepergian Greta ke luar kamar dengan alasan membuatkan François teh Jawa, agar Greta dapat membantu Ludovic untuk mencuri data-data rahasia yang ada dalam tas François. Adegan 14, kepergian Ludovic dengan membawa tas milik François karena dia tidak bisa membuka kunci yang ada di tas François. Adegan 15, usaha Greta untuk mengulur waktu agar François tidak terburu-buru pergi ke stasiun dan Ludovic bisa


(54)

mengembalikan Tas milik François. Adegan 16, Greta pergi untuk mengantar François ke stasiun untuk pergi berperang bersama dengan tentara yang lain di Narbonne. Adegan 17, Greta sedih karena mendapat surat dari François yang mengabarkan jika François terluka parah. Adegan 18, Greta pergi ke kamarnya untuk mempersiapan pakaian yang akan dibawa untuk mengunjungi François yang sedang sakit.

Pada adegan 19, Greta marah kepada karena Gaston sudah berada di dalam kamarnya dan meminta Greta untuk tidur bersamanya. Adegan 20, kedatangan ayah Greta ke rumah Greta untuk meminta uang. Adegan 21, Kedatangan Greta di barak tentara untuk menjenguk François yang terluka akibat berperang. Adegan 22, François mengungkapkan keinginannya untuk menikahi Greta, namun ditolak oleh Greta. Adegan 23, Kepulangan Greta ke rumahnya dan keterkejutan Greta karena Ludovic datang untuk membicarakan misi dan mengancam Greta agar mendekati dan menarik hati Kolonel Pelletier yang akan dikerjakan oleh Greta. Adegan 24, Greta dan François terkejut karena François nyaris tertimpa 1 sak semen di depan grand hotel Paris yang memang sengaja dijatuhkan oleh orang suruhan dari Ludovic. Adegan 25, François marah dan memprotes pekerja hotel karena ada 1 sak semen yang hampir menimpahnya.

Pada adegan 26, Greta yang ketakutan pun mulai melancarkan misi untuk mendekati Kolonel Pelletier dan berjanji akan makan malam bersama di tempat kerja Kolonel Pelletier. Adegan 27, yaitu ketika François datang ke kamar Greta namun ia salah sangka dengan surat yang ditulis Greta tentang Kolonel Pelletier untuk Ludovic sehingga dia meninggalkan Greta tanpa mendengar penjelasan dari


(55)

Greta. Adegan 28, Kepergian Greta dan Kolonel Pelletier untuk makan malam bersama di Bureau à la Citadelle / Pangkalan Militer. Adegan 29, Greta memukul Kolonel Pelletier sampai pingsan karena Greta nyaris diperkosa. Adegan 30, kepergian Greta setelah mencuri data rahasia dari kantor Kolonel Pelletier untuk menemui Julien untuk mengantarkannya ke Spanyol. Pada Adegan 31, kepergian Greta dan Julien ke Spanyol yang dihadang oleh tentara Prancis saat perjalanan yang diatasi oleh Julien dengan menembak mati kedua tentara Prancis.

Babak 2 terdapat 2 adegan. Adegan tersebut terjadi di Spanyol. Tokoh dalam adegan ini adalah Greta dan Julien. Adegan 1, kedatangan Greta dan Julien ke kantor kepala spionase Jerman yang ada di Barcelona untuk menyerahkan data-data yang telah di curi dari Kolonel Pelletier dan berhenti sementara waktu dari pekerjaannya menjadi agent H21. Adegan 2, penolakan Greta atas kesempatan yang diberikan oleh kepala spionase Jerman agar Greta pindah ke negara lain karena Greta ingin tetap di Prancis agar bisa bertemu François.

Babak 3 terdapat 8 adegan. Adegan tersebut terjadi di Prancis. Tokoh dalam adegan ini adalah Greta, François, dan Julien. Adegan 1, Greta datang ke barak tentara untuk bertemu dengan François dan menjelaskan tentang kesalahpahaman yang terjadi diantara mereka. Adegan 2, François mengajak Greta untuk menginap di rumah tua yang sering didatangi oleh François. Adegan 3, para tentara Jerman datang ke rumah tua dan menyebabkan François mati tertembak, namun Greta dapat melarikan diri dari tempat itu. Adegan 4, Greta datang ke rumah ayahnya untuk bersembunyi dan menginap sementara namun ayahnya meminta uang sebagai imbalan untuk menolong Greta.


(56)

Pada adegan 5, usaha Julien untuk menghentikan Greta agar tidak pergi ke bank dengan cara menyuruh seorang penjual koran untuk berbicara dengan Greta. Adegan 6, Greta yang pergi ke bank untuk mengambil uang untuk ayahnya namun ditangkap oleh para tentara Prancis di depan Bank Nasional de Pays Bas. Adegan 7, Greta datang ke ruang sidang dan didampingi seorang pastur, ditetapkan sebagai tersangka dan dijatuhi hukuman. Adegan 8, Greta menerima hukuman mati dengan cara ditembak oleh banyak juru tembak dan didampingi seorang pastur.

Tahapan alur dalam Teks Film Mata Hari, Agent H21 karya Jean-Louis

Richard dapat digambarkan dengan tabel sebagai berikut:

Situation Initiale

Action proprement dite Situation Finale

1 2 3 4 5

L’action se Déclenche L’action se Développe L’action se Dénoue Babak 1, adegan: 1 Babak 1, adegan: 2 Babak 1, adegan: 3 –

Babak 3, adegan: 6 Babak 3, adegan: 7 Babak 3, adegan: 8

Tabel 2. Tahapan Adegan Teks Film Mata Hari, Agent H21 karya Jean-Louis Richard

Pada tabel di atas, teks film Mata Hari, Agent H21 memiliki alur progresif

atau alur maju yaitu peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa-peristiwa yang kemudian sesuai dengan waktu kejadian Perang Dunia Pertama dan dalam film tersebut tidak ada


(57)

tragis atau menyedihkan atau Fin tragique sans espoir, karena pada akhir cerita,

tokoh utama Greta mengalami kekalahan karena tertangkap oleh tentara Prancis dan dijatuhi hukuman mati.

Pada tahap penyituasian (La situation initiale) ditunjukkan pada babak 1,

adegan 1 dimulai dengan kedatangan para penonton untuk melihat pertunjukan tari dari Greta. Pertunjukan tari tersebut di tonton oleh banyak orang karena Greta sangat terkenal.

Pada tahap selanjutnya yaitu tahap pemunculan konflik (L’action se déclenche) yang ditunjukkan pada babak 1, adegan 2. Masalah mulai muncul

ketika Greta yang telah selesai dengan pertunjukannya mendapatkan pujian dari managernya namun ia terlihat tidak senang dengan pujian itu karena managernya tidak membayarnya. Greta meminta bayaran kepada managernya karena dia sedang krisis dan membutuhkan uang.

Pada tahap selanjutnya yaitu tahap peningkatan konflik (L’action se

développe) yang ditunjukkan pada babak 1, adegan 3 – babak 3, adegan 6.

Konflik sudah banyak bermunculan dan suwasana menjadi panas. Greta yang sedang berada di ruang ganti kedatangan Gaston untuk menyewa jasa dari Greta namun Greta marah dan menolak tawaran yang diberikan Gaston. Greta menyuruh asistennya yang bernama Charlotte untuk mengusir Gaston dari ruang ganti.

Ketika Greta sedang marah dan kesal karena kedatangan Gaston, ia kaget dan hampir marah karena melihat ada seseorang yang masuk lagi ke ruang ganti.


(58)

Namun ternyata itu hanya karangan bunga yang sangat besar dan diantar oleh seorang anak kecil yang bernama Alphonse. Di dalam karangan bunga tersebut terdapat surat rahasia dari Ludovic untuk Greta. Hal itu tampak pada dialog berikut:

Charlotte : Mais qu'est ce que c'est que ça ? Ho,c'est le fils de Madame Perrin

Greta : C'est pour moi ça ?Merci comment tu t'appelles Alphonse : Alphonse!

Greta : Oh ! Mais il y'a une carte. Qui est-ce ? Ho! Zut! Au revoir Alphonse!

Alphonse : Au revoir!

Charlotte : Apa itu? Dia anak Nyonya Perrin. Greta : Itu untukku? Siapa namamu? Alphonse : Alphonse!

Greta : Oh, ada surat. Siapa ini? Oh! Sialan! Sampai jumpa Alphonse.

Alphonse : Sampai jumpa!

Dialog tersebut menunjukkan bahwa Greta menemukan surat rahasia yang dimasukkan dalam karangan bunga yang diantarkan oleh Alphonse ke ruang ganti. Surat yang didapatkan Greta hanyalah kertas kosong, tulisan dalam surat tersebut akan muncul setelah diolesi dengan cairan khusus. Greta mengerti maksud surat tersebut. Greta dengan cepat mengganti bajunya dan bersiap untuk meninggalkan gedung pertunjukan Alcazar untuk bertemu dengan Ludovic di suatu tempat sesuai dengan yang tertulis di dalam surat rahasia.

Greta yang sudah siap untuk meninggalkan gedung pertunjukan Alcazar dihadang oleh para penggemarnya untuk dimintai tanda tangan, dan dengan senang hati Greta memberikan tanda tangan kepada para pengemarnya. Pada saat


(59)

itu juga ayah Greta datang untuk menemui Greta, hal tersebut tampak pada kutipan dialog berikut:

La ventilateur4 : Pour mon mari, s'il vous plaît. Le pére de Greta : Pour ton papa chérie!

Greta : C'est malin, je t'avais dit de ne pas venir au théâtre.

Le pére de Greta : Oh tu m'a dis aussi de ne pas venir chez toi, alors on veut plus embrasser son vieux père? T'as honte de moi, c'est ça?

Greta : Bon, qu'est-ce que tu veux ? Le pére de Greta : Bien...l’argent

Penggemar : Untuk suamiku, tolonglah Ayah Greta : Untuk papamu sayang!

Greta : Itu pintar, Aku pernah katakan padamu jangan pernah pergi

ke gedung pertunjukan.

Ayah Greta : Oh kamu juga pernah bilang kepadaku jangan pergi ke rumahmu. Lalu, kamu mau memeluk ayahmu ini? Kamu malu karena aku kan?

Greta : Apa yang kamu inginkan? Ayah Greta : Tentu saja uang!

Pada dialog tersebut menunjukkan bahwa ayah Greta datang dengan maksud tertentu yaitu meminta uang pada Greta walaupun Greta telah melarangnya untuk datang ke gedung pertunjukan jika ia ingin meminta uang. Ayah Greta selalu meminta uang karena ia tidak memiliki pekerjaan dan ia tidak mau mencari pekerjaan. Setelah memberi uang kepada ayahnya, Greta menyuruh Charlotte untuk pulang terlebih dahulu dan tidak perlu menunggu Greta pulang ke rumah. Greta juga meminta Julien untuk mengantarkannya ke tempat rahasia tersebut dan memintanya menunggu sampai urusannya dengan Ludovic selesai. Ketika Greta dan Ludovic bertemu Greta diberikan misi baru. Hal tersebut tampak pada kutipan dialog berikut:


(60)

Greta : Je dis Merci Mademoiselle.

Ludovic : Pour moi il n'y a pas de Mademoiselle. Vous êtes agent H21. Vous avez du recevoir il y'a trois jours une invitation de la Baronne du Maine.

Greta : Oui.

Ludovic : Nos chefs vous chargent d'une nouvelle mission pour ce soir.

Greta : Aku bilang terimakasih Nona.

Ludovic : Tidak ada Nona. Kamu agen H21. Anda telah menerima sejak tiga hari yang lalu sebuah undangan dari Baronne du Maine.

Greta : Ya.

Ludovic : Pemimpin kita memberikan Anda misi baru malam ini.

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa selain menjadi penari terkenal Greta juga merupakan agen spionase Jerman dengan kode rahasia H21. Greta dibayar untuk mengetahui rahasia-rahasia yang disimpan negara Prancis. Ludovic menanyakan apakah Greta diundang untuk datang pesta di rumah Madame Baronne du Maine. Jika ia diundang, maka Greta diharuskan untuk datang ke pesta yang diadakan oleh Madame Baronne du Maine untuk menjalankan misi baru yang telah direncanakan oleh Ludovic.

Greta yang datang ke pesta yang diadakan di rumah Madame Baronne du Maine berpura-pura menikmati pesta padahal ia sedang gelisah menanti kedatangan Kapten François. Greta terpesona dengan Kapten François karena dia tampan namun Kapten François yang datang bersama tunangannya membuat Greta sedikit jengkel dan membuatnya menjauhkan Kapten François dengan tunangannya. Pada akhirnya Greta mampu menjalankan misi yang diberikan oleh Ludovic dengan baik yaitu membuat Kapten François tertarik dan jatuh hati pada


(61)

Greta. Ia berhasil membawa Kapten François untuk datang dan menginap di rumahnya.

Ketika Greta dan François sedang melihat album foto milik Greta, Ludovic pun datang ke rumah Greta untuk mencuri data-data yang diletakkan di dalam tas milik François. Greta berniat untuk menolong Ludovic untuk mengambil tas Francois dan meminta izin kepada François dengan alasan untuk membuatkannya teh Jawa. Ludovic yang sedang mengangkat kursi yang digunakan François untuk menaruh tasnya sempat menjatuhkan kursi tersebut dan dengan sengaja Greta menjatuhkan baki berisi gelas agar François tidak curiga. Hal tersebut tampak pada kutipan dialog berikut:

François : Qu'est-ce qui se passe? Greta : J'ai renversé le plateau. François : Je vais vous aidez. Greta : Non,non,laissez.

François : Ça ne fait rien. Nous ne boivrons pas, ,je ne connaîterais pas le goût du thé de Java.

François : Apa yang terjadi? Greta : Aku menjatuhkan baki. François : Izinkan aku menolongmu. Greta : Tidak, tidak, biarkan..

François : Sudahlah. Kita tidak minum, Aku tidak tahu rasanya teh Jawa.

Pada kutipan dialog tersebut François curiga dengan suara kursi dan baki yang terjatuh pun bertanya kepada Greta. Greta beralasan jika ia menjatuhkan piring dan menolak tawaran François yang ingin menolongnya. Greta juga beralasan telah melihat tikus sehingga ia menjatuhkan baki tersebut dan itu


(1)

112

Louis Richard, il y a un personnage principal qui est Greta. Pendant ce temps, des caractères supplémentaires dans le texte de ce film est François, Ludovic et Julien. Contexte global des lieux dans le texte de ce film se trouve à Barcelone en Espagne, Paris et Narbonne en France. Le temps de fond sur le texte de ce film est de 1 an 7 mois 26 jours à compter du 21 Février 1916 jusqu'au 15 Octobre 1917. Le contexte social est une classe sociale moyenne-faible. Le thème majeur dans le texte du film Mata Hari, Agent H21 est l’avidité, alors les thèmes mineur dans le texte du film sont la ruse, le sens du nationalisme, le patriotisme, l'amour, et le sacrifice.

Deuxièmement, dans le texte du film Mata Hari, Agent H21 œuvres de Jean-Louis Richard il y a une condition sociale qui montre que leur niveau de classe sociale est très visible et que seuls les gens riches peuvent voir des spectacles de danse et louer les services d'une danseuse exotique. Dans le texte de ce film, il est montré un fait historique de l'existence d'un espion pendant la Première Guerre Mondiale.

Après avoir effectué une analyse des texte de film Mata Hari, Agent H21 de Jean-Louis Richard, les résultats de l'étude sont attendus pour être utilisé comme l'apprentissage de la connaissance de l'histoire de France et la connaissance des films Français et leurs auteurs Français. Cette recherche peut être utilisé comme une référence pour d'autres recherches dans l'analyse des œuvres littéraires sous la forme de la structuralism.


(2)

113

BABAK DAN ADEGAN DALAM TEKS FILM MATA HARI, AGENT H21 KARYA JEAN-LOUIS RICHARD

Babak 1 terdapat 31 adegan yaitu:

1. Kedatangan para penonton untuk melihat pertunjukan tari dari Greta.

2. Para penonton meninggalkan gedung pertunjukan Alcazar karena ada serangan mendadak di Douamont.

3. Kemarahan Greta kepada managernya karena tidak mau membayar gaji nya setelah pertunjukan selesai.

4. Kedatangan Gaston ke ruangan Greta untuk menyewa jasa Greta namun ditolak oleh Greta.

5. Kedatangan Alphonse membawa karangan bunga yang berisi surat rahasia dari Ludovic untuk Greta.

6. Penantian para pengemar Greta yang ada di luar gedung pertunjukan alcazar untuk meminta tandatangan.

7. Kedatangan ayah Greta yang selalu meminta uang pada Greta dan pemberian uang kepada ayahnya oleh Greta.

8. Keberangkatan Greta bersama asistennya yang bernama Julien untuk menuju Rue de Trois Frère.

9. Pertemuan Greta dan Ludovic di tempat yang telah dituliskan dalam surat rahasia yang dibawa oleh Alphonse untuk Greta untuk membahas misi yang akan dikerjakan oleh Greta.


(3)

114

10.Kedatangan Greta ke pesta yang diadakan di rumah madame Baronne du Maine untuk menjalankan misi yang diberikan oleh Ludovic yaitu membuat Kapiten François tertarik dan jatuh hati padanya.

11.Pertemuan Greta dengan Arthur, yang merupakan teman lama Greta dari Belanda di rumah madame Baronne du maine.

12.Greta mengajak François untuk makan malam di rumahnya, agar Greta dan Ludovic bisa mengambil data-data penting yg tersimpan di tas François. 13.Kepergian Greta ke luar kamar dengan alasan membuatkan François teh Jawa,

agar Greta dapat membantu Ludovic untuk mencuri data-data rahasia yang ada dalam tas François.

14.Kepergian Ludovic dengan membawa tas milik François karena dia tidak bisa membuka kunci yang ada di tas François.

15.Usaha Greta untuk mengulur waktu agar François tidak terburu-buru pergi ke stasiun dan Ludovic bisa mengembalikan Tas milik François.

16.Greta pergi untuk mengantar François ke stasiun untuk pergi berperang bersama dengan tentara yang lain di Narbonne.

17.Kesedihan Greta karena mendapat surat dari François yang mengabarkan jika François terluka parah.

18.Kepergian Greta ke kamarnya untuk mempersiapan pakaian yang akan dibawa untuk mengunjungi François yang sedang sakit.

19.Kemarahan Greta kepada karena Gaston sudah berada di dalam kamarnya dan meminta Greta untuk tidur bersamanya.


(4)

21.Kedatangan Greta di barak tentara untuk menjenguk François yang terluka akibat berperang.

22.François mengungkapkan keinginannya untuk menikahi Greta, namun ditolak oleh Greta.

23.Kepulangan Greta ke rumahnya dan keterkejutan Greta karena Ludovic datang untuk membicarakan misi dan mengancam Greta agar mendekati dan menarik hati Kolonel Pelletier yang akan dikerjakan oleh Greta.

24.Greta dan François terkejut karena François nyaris tertimpa 1 sak semen di depan grand hotel Paris yang memang sengaja dijatuhkan oleh orang suruhan dari Ludovic.

25.François marah dan memprotes pekerja hotel karena ada 1 sak semen yang hampir menimpahnya.

26.Greta yang ketakutan pun mulai melancarkan misi untuk mendekati Kolonel Pelletier dan berjanji akan makan malam bersama di tempat kerja Kolonel Pelletier.

27.Kedatangan François ke kamar Greta namun ia salah sangka dengan surat yang ditulis Greta tentang Kolonel Pelletier untuk Ludovic sehingga dia meninggalkan Greta tanpa mendengar penjelasan dari Greta.

28.Kepergian Greta dan Kolonel Pelletier untuk makan malam bersama di Bureau à la Citadelle / Pangkalan Militer.

29.Greta memukul Kolonel Pelletier sampai pingsan karena Greta nyaris diperkosa.


(5)

116

30.Kepergian Greta setelah mencuri data rahasia dari kantor Kolonel Pelletier untuk menemui Julien untuk mengantarkannya ke Spanyol.

31.Kepergian Greta dan Julien ke Spanyol yang dihadang oleh tentara Prancis saat perjalanan yang diatasi oleh Julien dengan menembak mati kedua tentara Prancis.

Babak 2 terdapat 2 adegan yaitu:

1. Kedatangan Greta dan Julien ke kantor kepala spionase Jerman yang ada di Barcelona untuk menyerahkan data-data yang telah di curi dari Kolonel Pelletier dan berhenti sementara waktu dari pekerjaannya menjadi agen H21. 2. Penolakan Greta atas kesempatan yang diberikan oleh kepala spionase Jerman

agar Greta pindah ke negara lain karena Greta ingin tetap di Prancis agar bisa bertemu François.

Babak 3 terdapat 8 adegan yaitu:

1. Kedatangan Greta ke barak tentara untuk bertemu dengan François dan menjelaskan tentang kesalahpahaman yang terjadi diantara mereka.

2. François mengajak Greta untuk menginap di rumah tua yang sering didatangi oleh François.

3. Para tentara Jerman datang ke rumah tua dan menyebabkan François mati tertembak, namun Greta dapat melarikan diri dari tempat itu.


(6)

4. Greta datang ke rumah ayahnya untuk bersembunyi dan menginap sementara namun ayahnya meminta uang sebagai imbalan untuk menolong Greta.

5. Usaha Julien untuk menghentikan Greta agar tidak pergi ke bank dengan cara menyuruh seorang penjual koran untuk berbicara dengan Greta.

6. Greta yang pergi ke bank untuk mengambil uang untuk ayahnya namun ditangkap oleh para tentara Prancis di depan Bank Nasional de Pays Bas. 7. Greta datang ke ruang sidang dan didampingi seorang pastur, ditetapkan

sebagai tersangka dan dijatuhi hukuman.

8. Greta menerima hukuman mati dengan cara ditembak oleh banyak juru tembak dan didampingi seorang pastur.