REPRESENTASI CITRA ORANG INDONESIA DALAM PUISI MBELING KARYA REMY SYLADO.

(1)

REPRESENTASI CITRA ORANG INDONESIA DALAM PUISI MBELING KARYA REMY SYLADO

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra

oleh Ilham Mahendra

1002660

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

REPRESENTASI CITRA ORANG

INDONESIA DALAM PUISI MBELING

KARYA REMY SYLADO

oleh Ilham Mahendra

sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Ilham Mahendra 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ... 11

1.2.1 Batasan Masalah ... 11

1.3 Rumusan Masalah Penelitian ... 12

1.4 Tujuan Penelitian ... 12

1.5Manfaat Penelitian ... 13

1.5.1 Manfaat Teoretis ... 13

1.5.2 Manfaat Praktis ... 13

1.6 Struktur Organisasi Skripsi ... 13

BAB II LANDASAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 15

2.1 Puisi Mbeling ... 15

2.2 Struktur Puisi ... 18


(5)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.2.1.1 Diksi ... 19

2.2.1.2 Pengimajian ... 21

2.2.1.3 Kata Konkret ... 22

2.2.1.4 Bahasa Figuratif ... 22

2.2.1.5 Versifikasi ... 24

2.2.1.6 Tata Wajah (Tipografi) ... 26

2.2.2 Struktur Batin ... 26

2.2.2.1 Tema ... 27

2.2.2.2 Perasaan ... 27

2.2.2.3 Nada dan Suasana ... 28

2.2.2.4 Amanat ... 28

2.3 Representasi ... 29

2.4 Sosiologi Sastra ... 32

2.5 Citra Orang Indonesia ... 36

2.6 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 42

2.7 Kerangka Pemikiran ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

3.1 Metode Penelitian ... 45

3.2 Sumber Data ... 45

3.3 Definisi Operasional ... 46

3.4 Teknik Penelitian ... 47

3.4.1 Teknik Pengolahan Data ... 47

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.4.2.1 Observasi ... 49

3.4.2.2 Wawancara ... 50


(6)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.4.2.4 Studi Pustaka ... 52

3.5 Alat dan Instrumen Penelitian ... 53

3.5.1 Alat ... 53

3.5.2 Instumen Penelitian ... 54

3.5.2.1 Lembar Pertanyaan 1 ... 54

3.5.2.2 Lembar Pertanyaan 2 ... 54

3.5.2.3 Angket Tentang Citra Orang Indonesia ... 55

3.5.2.4 Pedoman Analisis ... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1 Puisi Meyingkat Kata Karya Remy Sylado ... 59

4.1.1 Struktur Puisi Menyingkat Kata ... 58

4.1.1.1 Struktur Fisik Puisi Menyingkat Kata ... 58

4.1.1.1.1 Diksi ... 58

4.1.1.1.2 Pengimajian ... 64

4.1.1.1.3 Kata Konkret ... 65

4.1.1.1.4 Bahasa Figuratif ... 66

4.1.1.1.5 Versifikasi ... 67

4.1.1.1.6 Tipografi ... 69

4.1.1.2 Struktur Batin Puisi Menyingkat Kata ... 70

4.1.1.2.1 Tema ... 70

4.1.1.2.2 Perasaan ... 75

4.1.1.2.3 Nada dan Suasana ... 77

4.1.1.2.4 Amanat ... 78

4.1.2 Representasi Citra Orang Indonesia dalam Puisi Menyingkat Kata ... 78

4.1.3 Model Representasi Citra Orang Indonesia dalam Puisi Menyingkat Kata ... 85


(7)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.2 Puisi Teks Atas Descartes Karya Remy Sylado ... 85

4.2.1 Struktur Puisi Teks Atas Descartes ... 85

4.2.1.1 Struktur Fisik Puisi Teks Atas Descartes ... 86

4.2.1.1.1 Diksi ... 86

4.2.1.1.2 Pengimajian ... 90

4.2.1.1.3 Kata Konkret ... 91

4.2.1.1.4 Bahasa Figuratif ... 92

4.2.1.1.5 Versifikasi ... 93

4.2.1.1.6 Tipografi ... 95

4.2.1.2 Struktur Batin Puisi Teks Atas Descartes ... 96

4.2.1.2.1 Tema ... 96

4.2.1.2.2 Perasaan ... 99

4.2.1.2.3 Nada dan Suasana ... 100

4.2.1.2.4 Amanat ... 101

4.2.2 Representasi Citra Orang Indonesia dalam Puisi Teks Atas Descartes ... 101

4.2.3 Model Representasi Citra Orang Indonesia dalam Puisi Teks Atas Descartes ... 106

4.3 Puisi Mental Spiritual Orang Indonesia karya Remy Sylado ... 107

4.3.1 Struktur Puisi Mental Spiritual Orang Indonesia ... 107

4.3.1.1 Struktur Fisik Puisi Mental Spiritual Orang Indonesia ... 107

4.3.1.1.1 Diksi ... 107

4.3.1.1.2 Pengimajian ... 111

4.3.1.1.3 Kata Konkret ... 112

4.3.1.1.4 Bahasa Figuratif ... 113


(8)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.3.1.1.6 Tipografi ... 114

4.3.1.2 Stuktur Batin Puisi Mental Spiritual Orang Indonesia ... 115

4.3.1.2.1 Tema ... 115

4.3.1.2.2 Perasaan ... 119

4.3.1.2.3 Nada dan Suasana ... 120

4.3.1.2.4 Amanat ... 122

4.3.2 Representasi Citra Orang Indonesia dalam Puisi Mental Spiritual Orang Indonesia ... 122

4.3.3 Model Representasi Citra Orang Indonesia dalam Puisi Mental Spiritual Orang Indonesia ... 129

4.4 Puisi Ciri-Ciri Orang Indonesia karya Remy Sylado ... 130

4.4.1 Struktur Puisi Ciri-Ciri Orang Indonesia ... 130

4.4.1.1 Struktur Fisik Puisi Ciri-Ciri Orang Indonesia ... 130

4.4.1.1.1 Diksi ... 130

4.4.1.1.2 Pengimajian ... 140

4.4.1.1.3 Kata Konkret ... 142

4.4.1.1.4 Bahasa Figuratif ... 145

4.4.1.1.5 Versifikasi ... 148

4.4.1.1.6 Tipografi ... 151

4.4.1.2 Struktur Batin Puisi Ciri-Ciri Orang Indonesia ... 153

4.4.1.2.1 Tema ... 153

4.4.1.2.2 Perasaan ... 160

4.4.1.2.3 Nada dan Suasana ... 163

4.4.1.2.4 Amanat ... 164

4.4.2 Representasi Citra Orang Indonesia dalam Puisi Ciri-Ciri Orang Indonesia ... 165


(9)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.4.3 Model Representasi Citra Orang Indonesia

dalam Puisi Ciri-Ciri Orang Indonesia ... 178

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 180

5.1 Simpulan ... 180

5.2 Saran ... 184

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Analisis Struktur Fisik Puisi ... 55

Tabel 3.2 Pedoman Analisis Struktur Batin Puisi ... 56

Tabel 3.3Pedoman Analisis Representasi Citra Orang Indonesia ... 56


(11)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Diagram Presentase Jawaban Responden

Tentang Citra Orang Indonesia Suka Menyingkat Salam ... 81 Gambar 4.2 Undangan Pernikahan ... 82 Gambar 4.3 Surat ... 82 Gambar 4.4 Diagram Presentase Jawaban Responden Tentang

Citra Orang Indonesia Tidak Pernah Menggunakan

Otaknya atau Tidak Berpikir ... 104 Gambar 4.5 Orang Indonesia Berdoa Kalau Ada Maunya ... 124 Gambar 4.6 Diagram Presentase Jawaban Responden

Tentang Citra Orang Indonesia Suka Tobat Sambal ... 126 Gambar 4.7 Istilah Daging Sapi Orang Barat ... 157 Gambar 4.8 Istilah Daging Sapi Orang Indonesia ... 157 Gambar 4.9 Diagram Presentase Jawaban Responden

Tentang Citra Orang Indonesia Berpikir Praktis ... 168 Gambar. 4.10 Diagram Presentase Jawaban Responden

Tentang Citra Orang Indonesia Norak ... 171 Gambar. 4.11 Diagram Presentase Jawaban Responden

Tentang Citra Orang Indonesia Suka Pamer ... 174 Gambar. 4.12 Diagram Presentase Jawaban Responden Tentang


(12)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR SINGKATAN

1. PM = Puisi Mbeling

2. MK = Menyingkat Kata

3. TAD = Teks Atas Descartes

4. MSOI = Mental Spiritual Orang Indonesia

5. CCOI = Ciri-Ciri Orang Indonesia


(13)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5


(14)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu REPRESENTASI CITRA ORANG INDONESIA DALAM PUISI MBELING KARYA REMY SYLADO

Ilham Mahendra NIM 1002660

ABSTRAK

Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah eksistensi puisi mbeling yang tenggelam pada saat ini dan pandangan masyarakat, khususnya masyarakat sastra yang menstereotipkan puisi mbeling sebagai puisi yang tidak berbobot, tidak berpesan, dan tidak memiliki estetik, serta tidak memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding puisi konvensional. Dalam kumpulan puisi berjudul Puisi Mbeling (selanjutnya disingkat PM) karya Remy Sylado ditemukan empat puisi yang merepresentasikan citra orang Indonesia, yakni Menyingkat Kata (MK), Teks Atas Descartes (TAD), Mental Spiritual Orang Indonesia (MSOI), dan Ciri-Ciri Orang Indonesia (CCOI). Penelitian terhadap kumpulan puisi PM menjawab beberapa persoalan. Pertama, bagaimana struktur puisi-puisi mbeling

dalam kumpulan puisi PM karya Remy Sylado? Kedua, bagaimana representasi citra orang Indonesia dalam kumpulan puisi PM? Ketiga, bagaimana model representasi yang dilakukan dalam kumpulan puisi PM. Untuk menjawab persoalan tersebut digunakan teori struktural dan pendekatan sosiologi sastra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode desktiptif analisis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi lapangan dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan (1) dalam mengungkapkan gagasannya mengenai orang Indonesia, penyair mengemas dengan struktur yang sederhana. Dengan maksud agar puisi ini terkesan lugas, terus terang, dan apa adanya, sehingga pembaca dapat dengan mudah untuk memahaminya; (2) citra orang Indonesia yang direpresentasikan adalah orang Indonesia suka menyingkat salam pada puisi MK, orang Indonesia tidak pernah menggunakan otaknya pada puisi TAD, orang Indonesia suka tobat sambal pada puisi MSOI, orang Indonesia berpikir praktis, berperilaku norak, sombong, dan hanya memikirkan urusan perut pada puisi CCOI; (3) model representasi yang dilakukan pada umumnya adalah model representasi aktif. Dalam penelitian ini peneliti hanya memfokuskan pada representasi citra orang Indonesia. Sementara banyak hal menarik untuk dilakukan bagi penelitian selanjutnya. Dan penelitian terhadap puisi

mbeling, khususnya kumpulan puisi PM tidak hanya terbatas kepada gaya atau style, sehingga memberikan banyak kesempatan bagi penelitian selanjutnya untuk memperlakukan puisi mbeling seperti puisi konvensional.


(15)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

REPRESENTATION ON THE IMAGE OF INDONESIAN PEOPLE IN PUISI MBELING BY REMY SYLADO

Ilham Mahendra NIM 1002660

ABSTRACT

The thing that motivated this research is a worsen existence of Puisi Mbeling and the negative point of view of the society, especially the literary society that regards Mbeling poems as something classless, shallow, inaestethical and is more inferior than conventional poems. In the collection of Puisi Mbeling (abbreviated as PM) by Remy Sylado, there are four poems that represents the image of Indonesian people. These are Menyingkat Kata (MK), Teks Atas Descartes (TAD), Mental Spiritual Orang Indonesia (MSOI), and Ciri-Ciri Orang Indonesia (CCOI). The research on the collection of PM answers to several problems. First, how is the structure of Mbeling poems in the collection of Mbeling poems by Remy Sylado? Second, how is the representation of Indonesian image in PM? Third, how is the representation model that is used on PM. To answer these problems this research uses structural theory and socio -literature approach. The method that is used in this research is the analytic descriptive method. Field study and literature study technique are used to collect the data. The result shows (1) in expressing his ideas about Indonesian people, the author uses a simple structure. It is to keep these poems simple and honest, so they are easy to comprehend; (2) the image of Indonesian people which is represented are their tendency to shorten greetings in poem MK, the shallowness of Indonesian people in TAD, the tendency of Indonesian to betray their remorse in MSOI, the image of arrogance, frivolousness, and selfishness are on CCOI, (3) the representation model that is used is mainly the active representation model. In this research, researcher focuses only on the representation of Indonesian people's image. There are other interesting parts for further research. The researchs on Mbeling poems are not limited to the style, and it leaves many chances for future researchers to regard Mbeling poems like conventional poems.


(16)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Di dalam sejarah kesusastraan Indonesia, setiap periode memiliki ciri khasnya sendiri, salah satunya adalah periode 70-an. Periode tersebut merupakan periode yang banyak menciptakan pembaharuan, baik dari segi stilistik maupun dari segi tematik. Sapardi Djoko Damono (dalam Soedjarwo, 2000: 6) menjelaskan, pembaharuan itu tercipta karena tidak diberlakukan lagi aturan yang mengharuskan sastra untuk mengikuti garis golongan tertentu—politik—sejak tahun 1966, sehingga menimbulkan kebebasan bagi para sastrawan dalam proses penciptaannya.

Rosidi (1977: 6) pun mengungkapkan, kekhasan yang menandai kesusastraan Indonesia setelah gagalnya coup d’etat gestapu—usaha menggulingkan pemerintahan oleh PKI—tahun 1966 adalah lahirnya momentum bagi para sastrawan untuk melakukan eksperimen tanpa batas. Eksperimen atau pembaharuan dari segi stilistik maupun tematik dilakukan oleh para sastrawan, khususnya para penyair dari periode 50-an antara lain, Subagio Sastrowardojo, Goenawan Mohamad ataupun para penyair baru seperti, Abdul Hadi W. M, Sutardji Calzoum Bachri, Darmanto J T, dsb. (Damono, 1978: 2).

Di sisi lain, kebebasan dan ekperimen itu bukan hanya menciptakan keragaman warna dalam kesusastraan Indonesia, melainkan juga memberikan semacam penindasan bagi para kaum muda yang baru menulis puisi dan ingin masuk ke ranah kesusastraan Indonesia. Penindasan yang dirasakan adalah makin mapan dan kokohnya para penyair yang namanya telah disebutkan di atas. Hal tersebut yang membuat puisi-puisi para kaum muda tidak dapat segera tampil, sebab harus bersaing ketat dengan para penyair tersebut.


(17)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penindasan itu pun bertambah karena terbatasnya majalah sastra pada saat itu, yaitu hanya majalah Horison yang memuat karya sastra, khususnya puisi. Terlebih adanya anggapan bahwa tolak ukur kepenyairan seseorang


(18)

3

ditentukan oleh puisi yang dapat dimuat dalam majalah tersebut. Dampak terbesar yang muncul setelah itu adalah lambannya regenerasi di kalangan para sastrawan, sebab sulitnya para anak muda untuk segera masuk dan muncul dalam ranah kesusastraan Indonesia.

Melihat fenomena yang terjadi Remy Sylado, salah seorang pengasuh majalah Aktuil—majalah musik ternama di Bandung—pada saat itu menciptakan sebuah media tandingan dengan membuka ruang rubrik puisi pada bulan Agustus 1972. Rubrik itu dinamai Puisi Mbeling. Landasan yang mendasari dihadirkan rubrik Puisi Mbeling adalah untuk menggugat hakikat dan estetik puisi yang dikurung oleh teori-teori yang bersifat kaku dan baku, sekaligus memberikan kesempatan bagi para kaum muda untuk memunculkan karyanya (Soedjarwo, 2000: 6). Hal-hal tersebutlah yang menjadi momentum kelahiran puisi mbeling.

Puisi-puisi yang dimuat dalam majalah Aktuil—puisi mbeling—rata-rata mengusung satire yang ditujukan kepada para penyair “tua” yang mereka sebut munafik dan sudah tidak jujur (Soedjarwo, 2001: vii.). Pernyataan itu muncul karena para penyair tersebut terlalu mendewakan kriteria puisi yang baik, pesan, dan bobot, serta bersifat sublime—ditutup-tutupi. Namun seiring berjalannya waktu, tidak ada persoalan yang luput untuk dibicarakan dalam puisi mbeling, baik persoalan keseharian maupun persoalan yang tabu atau “jorok” sekalipun. Hal ini didasari atas pandangan para penyair mbeling bahwa di dunia ini tidak ada yang harus dijunjung tinggi, serius, dan sakral (Soedjawro, 2001: 82).

Di awal kemunculannya puisi mbeling yang juga dianggap sebagai puisi kontemporer pada periode 70-an, mampu menjadi topik pembicaraan utama di tengah publik. Puisi mbeling telah menjadi model utama dalam perpuisian Indonesia yang menawarkan perubahan, sekaligus tandingan bagi puisi yang bersifat konvensional (Soedjarwo, 2001: vi). Hal tersebut dikuatkan dengan pengakuan Sylado (1974 no. 164) bahwa puisi mbeling pada saat itu mampu menarik antusias publik, sehingga dalam kuantitasnya telah melahirkan hampir 10.000 penyair. Sapardi Djoko Damono (dalam Soedjarwo, 2001: vii) juga menambahkan bahwa puisi mbeling pada saat itu telah memberikan sumbangan yang cukup besar bagi keanekawarnaan sastra, khususnya puisi di Indonesia.


(19)

4

Begitu besarnya pengaruh gerakan puisi mbeling pada saat itu, seharusnya puisi mbeling pantas untuk selalu dikenang hingga saat ini. Sebab puisi mbeling

telah menghadirkan pembaharuan dan warna baru dalam catatan sejarah kesusastraan di Indonesia, khususnya puisi kontemporer di Indonesia. Namun nyatanya, eksistensi puisi mbeling pada saat ini telah tenggelam. Hal itu disebabkan oleh pandangan yang menganggap puisi mbeling sebagai puisi lugu atau awam, main-main, dan hanya berkelakar tanpa melibatkan unsur-unsur murni puisi pada umumnya. Dengan kalimat lain, puisi mbeling distereotipkan sebagai puisi main-main yang tidak memiliki nilai estetik, tidak berbobot, dan tidak berpesan.

Dalam penyusunan sejarah kesusastraan Indonesia pun puisi mbeling

hanya dianggap sebagai riak-riak kecil yang biasa terjadi pada setiap perubahan periode, padahal momentum atas kelahiran puisi mbeling perlu dan penting untuk tetap diperhitungkan serta dibicarakan pada saat ini.

Pada tahun 1978 DKJ memutuskan kumpulan puisi mbeling berjudul

Sajak Sikat Gigi karya Yudistira sebagai salah satu dari empat kumpulan puisi terbaik pilihan DKJ tahun 1976-1977. Akan tetapi ketiga nomine lainnya, yaitu Sitor Situmorang, Abdul Hadi W. M, dan Sutardji Calzoum Bachri merasa keberatan jika kumpulan puisinya disandingkan dengan kumpulan puisi karya Yudistira. Mereka berargumen bahwa puisi-puisi Yudistira adalah puisi orang awam, tidak berbobot, puisi yang belum selesai, puisi nekat, dsb. (Soedjarwo, 2001: 22-23). Pada akhirnya dewan juri menarik kembali keputusan mereka dan membatalkan Sajak Sikat Gigi sebagai kumpulan puisi terbaik DKJ tahun 1976-1977.

Kisah di atas menunjukan bagaimana sikap para penyair yang memandang sinis terhadap puisi mbeling. Pada dasarnya puisi mbeling tidak berbeda dengan puisi konvensional. Puisi mbeling tetap dibangun dengan unsur-unsur pembangun puisi pada umumnya dan memiliki makna atau pesan—biasanya berisikan sindiran dan kritik—yang ingin disampaikan penyair kepada para pembacanya. Perbedaan antara puisi mbeling dengan puisi konvensional terletak pada hakikat dan dasar estetik dalam menyampaikan berbagai persoalan.


(20)

5

Dasar estetika puisi mbeling adalah mengusung sifat lugu, main-main, dan kelakar (Soedjarwo, 2000: 9). Sifat-sifat tersebut dimaksudkan agar puisi dapat berkata dengan jujur, terus terang, apa adanya, tidak kaku dan baku, dan segala macam persoalan tidak harus terus dipandang secara serius. Saat membaca puisi-puisi mbeling, pembaca tidak akan dipusingkan untuk memahaminya. Pembaca akan mendapatkan kesan langsung seperti tersenyum, tertawa, terkejut, dsb. Akan tetapi, setelah kesan langsung tersebut dirasakan, pembaca akan berpikir dan merenung atas persoalan yang diungkapkan dalam puisi mbeling.

Hal itu terjadi karena segala macam persoalan kehidupan yang ungkap dalam puisi mbeling dikemas dengan cara yang cerdas dan sudut pandang yang khas, yaitu dengan unsur humor atau candaan yang kuat. Dengan humor, para penyair mbeling mencoba mengajak pembaca untuk menertawakan dan melihat persoalan-persoalan yang dibicarakan sebagai sebuah komedi. Selain itu, dengan humor membuat sindiran dan kritik yang rata-rata disuguhkan dalam puisi

mbeling akan lebih mudah diterima dan tidak akan mengganggu perasaan orang yang disindir atau dikritik (Suhadi, 1989: 41). Dengan kalimat lain humor dalam puisi mbeling dimaksudkan untuk menghidupkan dan menciptakan suasana yang menegangkan menjadi mengendur, yang serius menjadi santai, dan yang resmi menjadi akrab. Cara seperti itulah yang lebih ampuh jika dibanding sindiran dan kritik disampaikan dengan langsung dan keras.

Pemaparan di atas sesuai dengan ideologi penyair mbeling mengenai hakikat puisi yang sebenarnya, yaitu puisi seharusnya tidak berjarak dengan masyarakat umum, puisi adalah cara manusia memandang kehidupan sebagai sesuatu yang tidak melulu dipandang serius, dan puisi adalah ungkapan yang jujur, apa adanya, tidak ditutup-tutupi, serta berterus terang (Soedjarwo, 2000: 12-15). Berbeda dengan puisi konvensional yang memandang kehidupan sebagai sebuah “tragedi”, bersifat sublime, misterius, kaku dan baku, serta mengedepankan pesan dan bobot, sehingga puisi hanya dapat dipahami oleh sebagian orang yang mengerti.

Namun, nilai esensial dan hakikat yang telah diungkapkan di atas tidak pernah ditanggapi secara objektif oleh masyarakat, khususnya masyarakat


(21)

6

sastra—sastrawan, pembaca, dan penelaah. Mereka terjebak oleh stigma dan stereotip bahwa puisi mbeling hanya puisi kosong, tidak berbobot, main-main, lugu, dan hanya humor belaka, sehingga mereka seolah anti untuk memahami, membaca, atau melakukan penelitian yang lebih mendalam. Jika pun membaca, mereka hanya menganggap puisi mbeling sebagai hiburan semata. Padahal bukan hiburan saja yang disuguhkan, melainkan puisi mbeling juga memberikan penghayatan dan kesadaran bagi pembaca mengenai kehidupan, namun dari sudut pandang yang berbeda.

Soedjarwo (2001: 20-21) memberikan pandangan bahwa masyarakat sastra masih cenderung menilai puisi seriuslah yang memiliki nilai yang tinggi. Mereka menganggap bahwa yang bersungguh-sungguh akan lebih berharga daripada yang hanya main-main. Terlebih kurangnya pustaka yang membahas tentang puisi

mbeling, mengakibatkan puisi mbeling terus dianggap sebelah mata, dinilai hanya dari permukaan, dan lebih parah eksistensinya telah tenggelam pada saat ini.

Melihat fenomena mengenai puisi mbeling dengan segala polemiknya, peneliti memiliki pandangan bahwa perlu adanya pembahasan yang bersifat objektif dan mendalam tentang puisi mbeling. Dengan harapan, masyarakat sastra ataupun masyarakat umum tidak lagi memandang puisi mbeling hanya dari kesan permukaannya saja. Pada nantinya puisi mbeling dapat dipandang lebih objektif, tidak lagi dianggap sebagai puisi kosong, tidak berbobot, dan hanya main-main.

Berdasarkan pemaparan dan alasan yang telah dikemukakan, peneliti menetapkan bahwa fokus penelitian ini adalah mengenai puisi mbeling. Dalam dunia puisi mbeling, para penyair yang tidak asing lagi namanya adalah Remy Sylado, Cunong Nunuk Suraja, Yudhistira, Noorca Marendra, Jeihan Sukmantoro, Adhie M. Massardi, Kurniawan Junaedi, Emha Ainun Nadjib, Gus Mustopa Bisri,

termasuk para penyair “serius” seperti Abdul Hadi W. M.,D. Zawawi Imron, dsb. Untuk korpus data atau objek dalam penelitian ini, peneliti memilih puis-puisi mbeling karya Remy Sylado yang terhimpun dalam kumpulan puisi berjudul

Puisi Mbeling (selanjutnya disingkat PM). Pemilihan kumpulan puisi PM karya Remy Sylado sebagai korpus data karena jika berbicara tentang puisi mbeling


(22)

7

tidak akan lepas dari nama Remy Sylado, salah seorang pelopor lahirnya puisi

mbeling.

Peneliti juga melihat Remy Sylado memiliki konsep atau rumusan yang utuh mengenai dasar dan hakikat puisi mbeling. Hal tersebut dapat dilihat dari essai-essai dan nasihat-nasihat yang ditulinya sebagai pengantar untuk setiap edisi dalam rubrik Puisi Mbeling, sehingga dampak positif yang muncul adalah lahirnya puluhan ribu penyair mbeling, termasuk para penyair yang telah disebutkan di atas. Alasan lain peneliti memilih kumpulan puisi PM adalah kumpulan puisi tersebut secara lengkap menghimpun puisi-puisi mbeling karya Remy Sylado dari sebelum tahun 1970-an hingga tahun 2003. Kumpulan puisi tersebut terdiri atas 144 puisi yang dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu puisi yang dibuat sebelum tahun 1972, sepanjang 1972, setelah 1972, dan cerita-cerita antara 1970-2003.

Kumpulan puisi PM menampilkan berbagai macam persoalan, yang sebagian besar berisikan tentang sindiran dan kritik. Misalnya tentang politik, pemerintahan, para pemimpin, sikap, moral, gaya hidup dan perilaku masyarakat, kehidupan sosial, nasib atau takdir diri sendiri dan orang lain, isu sosial, ketimpangan sosial, para penyair “tua”, sex, cinta, orang tua, dsb., bahkan persoalan agama dan Tuhan. Dan persoalan-persoalan tersebut diungkapkan dengan gaya khas puisi mbeling, yaitu lugu, main-main, dan berkelakar serta kuat akan unsur humor.

Setelah melakukan pembacaan dan interpretasi yang mendalam terhadap kumpulan puisi PM, peneliti menemukan beberapa puisi yang membicarakan tentang orang Indonesia. Orang Indonesia yang bicarakan atau digambarkan di dalam kumpulan puisi PM menjadi daya tarik tersendiri bagi peneliti, sebab Remy Sylado yang merupakan orang Indonesia membicarakan tentang orang Indonesia dan secara tidak langsung ia membicarakan dirinya sendiri. Selain itu, peneliti melihat bahwa tujuan penyair membicarakan orang Indonesia adalah untuk menunjukan suatu gambaran yang dapat digunakan sebagai bahan penilaian kritis pembacanya yang notabene adalah orang Indonesia. Misalnya, dapat dilihat pada puisi berjudul Teks Atas Descartes berikut ini.


(23)

8

TEKS ATAS DESCARTES

Orang Perancis berpikir

maka mereka ada Orang Indonesia tidak berpikir namun terus ada. (Sylado, 2004: 94)

Berdasarkan pembacaan awal, peneliti melihat bahwa gambaran orang Indonesia yang digambarkan pada puisi di atas bukan berasal dari pandangan subjektif penyair saja, melainkan dipengaruhi oleh kenyataan sosial yang diamati penyair. Hal ini disebabkan penggunaan subjek orang Indonesia yang bersifat referensial, dalam arti orang Indonesia yang dibicarakan dalam puisi tersebut mengacu dan merefleksikan kenyataan mengenai orang Indonesia. Dengan kalimat lain, puisi ini merepresentasikan gambaran orang Indonesia dalam kenyataan sosial yang sesungguhnya.

Namun, selain merepresentasikan gambaran orang Indonesia, peneliti juga melihat bahwa puisi Teks Atas Descartes juga merepresentasikan citra orang Indonesia. Di dalam kenyataan sosial, citra orang Indonesia dapat ditemukan berdasarkan stereotip-stereotip masyarakat tentang orang Indonesia, misalnya orang Indonesia ramah, orang Indonesia bodoh, atau orang Indonesia tidak pernah menggunakan pikirannya, sesuai dengan gambaran orang Indonesia yang direfleksikan dalam puisi Teks Atas Descartes.

Citra berarti gambaran yang dimiliki seseorang atau orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, kelompok/organisasi atau produk (KBBI, 2008: 694). Citra bersifat dan tercipta karena adanya stereotip, dalam arti citra merupakan sebuah pandangan mengenai suatu golongan yang didasari atas kesan, penilaian, dan prasangka subjektif atau meminjam istilah Walter Lippmann (dalam Lubis, 2012; vii) picture in our head—gambaran dalam benak.

Citra orang Indonesia yang direpresentasikan dalam kumpulan puisi PM


(24)

9

sosial yang terjadi, khususnya mengenai citra orang Indonesia berdasarkan stereotip yang beredar dalam kenyataan. Hasil pengamatan tersebut selanjutnya direpresentasikan berdasarkan penilaian, persepsi, dan kesan atau sesuai dengan ideologi penyair terhadap citra orang Indonesia.

Penjelasan di atas berkaitan dengan pandangan bahwa sastra merupakan miniatur dunia. Sastra merekam peristiwa-peristiwa yang dikemas kembali dengan unsur kreativitas dan imajinasi. Kejadian dalam karya sastra merupakan refleksi kejadian yang terjadi dalam kenyataan (Ratna, 2011: 35). Hal tersebut dikuatkan dengan pandangan Ian Watt (dalam Damono: 1979: 3) yang menjelaskan bahwa karya sastra merupakan refleksi dari kenyataan sosial dan sastra merupakan dokumen sosial yang diciptakan untuk menggugah kesadaran pembacanya.

Berdasarkan pemaparan di atas, persoalan citra orang Indonesia yang direpresentasikan dalam kumpulan puisi PM karya Remy Sylado menjadi hal yang menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Alasannya, puisi mbeling

yang distereotipkan sebagai puisi kosong dan puisi yang main-main, akan tetapi menyimpan persoalan krusial yang berguna untuk menggugah kesadaran pembacanya. Alasan lain, jika berbicara mengenai puisi mbeling sebagain besar akan menyoroti gaya khas (style) puisi mbeling dan sejarah kelahiran dari gerakan puisi mbeling, sehingga hal di luar dari gaya dan sejarah kelahiran puisi mbeling

kurang disoroti atau diperhatikan.

Selain puisi berjudul Teks Atas Descartes (selanjutnya disingkat menjadi

TAD), peneliti juga menemukan tiga puisi lainnya yang juga merepresentasikan citra orang Indonesia, yakni puisi berjudul Menyingkat Kata (MK), Mental Spiritual Orang Indonesia (MSOI), dan Ciri-ciri Orang Indonesia (CCOI).

Temuan tersebut berdasarkan kejelasan atas subjek yang dibicarakan dalam puisi-puisi tersebut, yaitu orang Indonesia. Adapun gambaran orang Indonesia yang direfleksikan pada puisi-puisi tersebut mengenai kebiasaan, sifat, perilaku, dan pandangan hidup orang Indonesia yang semuanya dapat dirujuk dan memiliki keterkaitan dengan citra orang Indonesia di dalam kenyataan.

Selain merepresentasikan citra orang Indonesia, keempat puisi tersebut juga dibangun dengan unsur-unsur struktur pembangun puisi seperti puisi pada


(25)

10

umumnya. Pandangan mengenai puisi mbeling yang berbeda dengan puisi pada umumnya (puisi konvensial) membuat struktur pembangun puisi mbeling kurang diperhatikan.

Atas alasan-alasan yang telah peneliti paparkan, maka peneliti menetapkan bahwa fokus penelitian ini mengenai citra orang Indonesia yang direpresentasikan dalam kumpulan puisi PM. Beberapa penelitian mengenai puisi mbeling, khususnya penelitian tentang kumpulan puisi PM pernah dilakukan, baik dalam bentuk skripsi, laporan penelitian maupun dalam media internet. Untuk menghindari reduplikasi penelitian, peneliti perlu menunjukan perbedaan antara penelitian sebelumnya yang peneliti temukan dengan penelitian ini.

Penelitian tentang puisi mbeling pernah dilakukan oleh Soedjarwo, Th. Sri Rahayu Prihatmi, dan Yudiono K. S. dengan judul Puisi Mbeling: Telaah Singkat atas Sajak-sajak Populer dari jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Budaya Universitas Diponegoro tahun 1978-1979. Penelitian tersebut membahas berbagai karya puisi mbeling dari beberapa penyair yang dimuat dalam majalah-majalah popular pada saat itu, misalnya majalah Aktuil, Top, Yunior, dsb., termasuk puisi-puisi mbeling karya Remy Sylado yang juga terhimpun dalam kumpulan puisi

PM. Hasil dari penelitian tersebut lebih mengacu kepada gaya (style) dari puisi

mbeling dan kedudukan puisi mbeling dalam kesusastraan Indonesia, meski pengkajiannya melalui kajian terhadap unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi. Namun yang kurang dari penelitian tersebut adalah puisi-puisi yang dikaji, dibahas dengan singkat dan tidak mendalam. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya puisi mbeling yang dikaji dan tidak terfokus kepada satu atau hanya beberapa penyair saja.

Kemudian penelitian mengenai kumpulan puisi PM karya Remy Sylado pernah dilakukan oleh Santi Titik Lestari pada tahun 2007 berupa skripsi di Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Penelitan tersebut berjudul Makna Dalam 13 Puisi Mbeling Karya Remy Sylado (Kajian Semiotika). Penelitian tersebut lebih difokuskan kepada puisi-puisi mbeling karya Remy Sylado yang membicarakan mengenai politik, salah satunya adalah puisi berjudul


(26)

11

dari puisi-puisi mbeling karya Remy Sylado bukan hanya mengkritik kehidupan politik Indonesia, melainkan lebih condong menyajikan sisi kehidupan politik sebuah bangsa berkembang dengan kondisi pemerintahan yang kurang baik.

Terakhir, penelitian tentang kumpulan puisi PM juga pernah dilakukan oleh Dra. Ro’yati Guru Bahasa Indonesia MTsN Slawi Kabupaten Tegal, Jateng tahun 2014. Penelitian tersebut berjudul Struktur dan Unsur Satire yang Terdapat dalam Kumpulan Puisi Mbeling Karya Remy Sylado. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan intrinsik puisi, yakni analisis struktural melalui pendekatan mimesis. Hasil dari penelitian tersebut adalah puisi mbeling karya Remy Sylado menegaskan kepada peristiwa penting yang harus diingat pada masa-masa pemerintahan tahun 1970—2000 serta puisi-puisi mbeling karya Remy Sylado merupakan kritik sosial terhadap pemerintah terkait dengan kebijakan-kebijakannya.

Pemaparan di atas memperlihatkan antara penelitian Santi Titik Lestari dan Dra. Ro’yati memiliki kesamaan, yaitu melakukan analisis untuk mengetahui makna yang dikandung dalam kumpulan puisi PM. Peneliti memandang bahwa kajian mengenai makna dan gaya puisi telah banyak dilakukan, termasuk puisi

mbeling. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, puisi mbeling rata-rata atau sebagian besar berisikan sindiran dan kritik atau satire terhadap berbagai persoalan, termasuk politik dan pemerintahan, sehingga hasil yang didapatkan dari kedua penelitian tersebut bukanlah hal baru untuk penelitian terhadap puisi

mbeling.

Uraian di atas menjelaskan bagaimana posisi atau kedudukan penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada penelitian ini peneliti akan menelaah puisi mbeling secara mendalam dari satu penyair, yakni kumpulan puisi PM karya Remy Sylado. Selain itu, pada penelitian ini peneliti juga akan meneliti bagaimana citra orang Indonesia yang direpresentasikan dalam kumpulan puisi PM dengan pendekatan yang berbeda, yaitu menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Akan tetapi, sebelum mengungkapkan citra orang Indonesia yang direpresentasikan, peneliti akan terlebih dahulu menganalisis struktur dari puisi mbeling karya Remy Sylado. Sebab unsur-unsur pembangun


(27)

12

puisi bersifat fungsional dalam kesatuannya dan dengan unsur lainnya (Waluyo, 1897: 25), sehingga struktur puisi tidak dapat dilepaskan untuk memahami sebuah puisi. Peneliti juga memposisikan dan memandang secara objektif bahwa puisi

mbeling tidak jauh berbeda dengan puisi pada umumnya, yang berbeda hanya hakikat dan dasar estetiknya saja.

Hal-hal yang telah dipaparkan di atas merupakan latar belakang peneliti untuk melakukan penelitian terhadap kumpulan puisi PM karya Remy Sylado. Bahan penelitian yang dipilih bukan berdasarkan alasan subjektif, tetapi peneliti melihat persoalan yang muncul relevan dan sesuai dengan gambaran mengenai objek penelitian dan permasalahan yang hadir di dalamnya.

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik beberapa permasalahan yang timbul, antara lain:

1. Puisi mbeling dianggap sebagai puisi yang tidak berbobot, tidak berpesan, dan tidak memiliki nilai estetik;

2. Puisi mbeling tidak diperhitungkan dalam sejarah kesusastraan Indonesia; 3. Stereotip masyarakat sastra yang menyatakan puisi mbeling memiliki nilai

yang lebih rendah dibanding dengan puisi konvesional; 4. Eksistensi puisi mbeling yang telah tenggelam pada saat ini;

5. Berbagai persoalan yang diungkap dalam puisi mbeling disajikan dengan lugu, main-main, dan berkelakar.

1.2.1 Batasan Masalah

Karena luasnya permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini, maka penelitian ini dibatasi hanya pada struktur puisi mbeling, representasi citra orang Indonesia, dan model representasi. Dalam menganalisis struktur puisi mbeling

digunakan teori struktural puisi yang terdiri atas struktur fisik dan struktur batin. Analisis struktur dilakukan untuk melihat makna dan untuk melihat gambaran orang Indonesia yang direfleksikan dalam kumpulan puisi PM karya Remy Sylado, serta melihat dengan objektif bagaimana puisi mbeling yang sebenarnya.


(28)

13

Selanjutnya, untuk mengungkap citra orang Indonesia yang direpresentasikan dalam kumpulan puisi PM digunakan pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan sosiologi sastra digunakan untuk melihat keterkaitan dan kesejajaran antara gambaran orang Indonesia yang direfleksikan dalam kumpulan puisi PM dengan citra orang Indonesia di dalam kenyataan sosial berdasarkan stereotip yang beredar. Setelah itu, peneliti juga akan mengungkap model representasi yang dilakukan dalam merepresentasikan citra orang Indonesia.

1.3 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti mengajukan rumusan masalah penelitian yang spesifik dengan tujuan agar permasalahan dalam penelitian ini menjadi jelas. Rumusan masalah tersebut sebagai berikut.

1. Bagaimana struktur puisi mbeling dalam kumpulan puisi PM karya Remy Sylado?

2. Bagaimana representasi citra orang Indonesia dalam kumpulan puisi PM

karya Remy Sylado?

3. Bagaimana model representasi yang dilakukan dalam kumpulan puisi PM

karya Remy Sylado?

1.4 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang dimunculkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan struktur puisi mbeling dalam kumpulan puisi PM karya Remy Sylado.

2. Mendeskripsikan representasi citra orang Indonesia dalam kumpulan puisi

PM karya Remy Sylado.

3. Mendeskripsikan model representasi yang dilakukan dalam kumpulan puisi PM karya Remy Sylado.


(29)

14

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para pembaca, baik yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis. Manfaat penelitian yang dapat dirumuskan sebagai berikut.

1.5.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat menambah sumbangan bagi khasanah ilmu dan dapat menjadi media informasi mengenai perpuisian di Indonesia, khususnya mengenai puisi mbeling. Selain itu, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya mengenai puisi pada umumnya dan mengenai kumpulan puisi PM karya Remy Sylado pada khususnya.

1.5.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat menambah tingkat apresiasi terhadap puisi mbeling, sehingga masyarakat umum ataupun masyarakat sastra, khususnya pembaca dapat menilai puisi mbeling lebih objektif. Penelitian ini juga merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan dan memahami citra orang Indonesia yang direpresentasikan dalam kumpulan puisi PM. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi bahan pemikiran atau penilaian secara kritis masyarakat, dalam hal ini pembaca atas citra orang Indonesia yang direpresentasikan dalam kumpulan puisi

PM. Terakhir bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk memperluas wawasan dalam bidang sastra Indonesia, khususnya mengenai puisi mbeling.

1.6 Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini terdiri atas lima bab, yakni bab satu pendahuluan, bab dua landasan teoretis dan kerangka pemikiran, bab tiga metode penelitian, bab empat hasil dan pembahasan, dan bab lima simpulan dan saran. Untuk lebih jelas, peneliti akan memaparkan bagian-bagian pada setiap babnya sebagai berikut.

1. Bab I Pendahuluan: Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah yang di dalamnya terdapat batasan


(30)

15

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis;

2. Bab II Landasan Teoretis dan Kerangka Pemikiran: Bab ini berisi tentang konsep dan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Secara keseluruhan bab ini tersusun atas enam subbab, yakni lima subbab mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini (puisi

mbeling, struktur puisi, representasi, sosiologi sastra, dan citra orang Indonesia), satu subbab berisi tentang penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, dan satu subbab berisi kerangka pemikiran penelitian.

3. Bab III Metode Penelitian: Pada bab ini dipaparkan tentang metode yang digunakan dalam penelitian, sumber data, definisi operasional, teknik penelitian yang di dalamnya meliputi pengolahan data data dan teknik pengumpulan data, serta instrumen penelitian;

4. Bab IV Hasil dan Pembahasan: Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri atas struktur puisi, representasi citra orang Indonesia, serta model representasi yang dilakukan dalam kumpulan puisi

PM karya Remy Sylado;

5. Bab V Simpulan dan Saran: Bab ini merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah ditetapkan. Bab ini juga berisi saran atau rekomendasi bagi para peneliti selanjutnya.


(31)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Ratna (2011: 34) menjelaskan, metode berasal dari kata methodos—bahasa Latin—yang terdiri atas dua kata, yakni meta berarti menuju dan hodos berarti cara. Ratna (2011: 34) juga menjelaskan, metode merupakan alat untuk menyederhanakan masalah, sehingga dapat lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami. Lebih khusus metode dapat diartikan sebagai cara, langkah, atau strategi untuk memecahkan permasalahan dalam kegiatan ilmiah

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang melakukan fokus kajian terhadap kumpulan puisi PM karya Remy Sylado. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Ratna (2011: 53) menjelaskan, metode desktiptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang dikandung di dalam objek penelitian, kemudian disusul dengan analisis terhadap fakta-fakta tersebut.

Melalui metode deksriptif analisis peneliti bermaksud untuk mendeskripsikan dan menganalisis masalah yang hadir dalam kumpulan puisi PM

karya Remy Sylado. Metode ini digunakan untuk menjawab dan memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasi, dan kemudian diinterpretasikan, sehingga mendapatkan pemahaman yang utuh mengenai kejadian atau peristiwa empirik, baik dari dalam maupun dari luar objek penelitian yang menjadi sumber data.

3.2 Sumber Data

Dalam penelitian ini peneliti membagi sumber data menjadi dua, yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kumpulan puisi PM karya Remy Sylado. Kumpulan puisi


(32)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) Jakarta pada tahun 2004 dengan tebal buku 254 halaman. Kumpulan puisi PM terdiri atas puisi-puisi mbeling karya Remy Syaldo sebelum 1972, sepanjang 1972, setelah


(33)

46

1972, dan cerita-cerita antara 1970-2003. Dari 144 puisi yang terdapat dalam kumpulan puisi PM, peneliti hanya memfokuskan pada empat puisi yang dijadikan sebagai sumber data primer dalam penelitian ini. Puisi-puisi tersebut adalah Menyingkat Kata, Teks Atas Descartes, Mental Spiritual Orang Indonesia,

dan Ciri-ciri Orang Indonesia.

Alasan peneliti memilih keempat puisi di atas sebagai sumber data primer, karena keempat puisi tersebut secara jelas membicarakan atau menggambarkan tentang orang Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat penggunaan subjek pada setiap puisi, yakni orang Indonesia. Subjek tersebut bersifat referensial, dalam arti mengacu kepada orang Indonesia di dalam kenyataan. Alasan lain, keempat puisi tersebut memiliki aspek sosiologis yang kuat. Selain menggambarkan tentang orang Indonesia, puisi-puisi tersebut memiliki keterkaitan dan kesejajaran dengan citra orang Indonesia berdasarkan stereotip dalam kenyataan sosial—dalam hal ini masyarakat—mengenai orang Indonesia. Dengan kalimat lain, keempat puisi tersebut merepresentasikan citra orang Indonesia di dalam kenyataan.

Selanjutnya, sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen dan responden. Kedua sumber data sekunder tersebut digunakan sebagai pendukung untuk memahami masalah dan untuk memperjelas masalah dalam penelitian ini. Adapun dokumen yang dimaksud adalah buku-buku pengkajian dan penelitian sastra, hasil penelitian sastra, khususnya penelitian mengenai sosiologi sastra, puisi, penelitian sebelumnya mengenai kumpulan puisi PM, artikel, jurnal ilmiah, serta surat kabar dan media lainnya atau internet. Sementara responden yang dimaksud adalah informan yang peneliti tanya perihal masalah dalam penelitian ini, baik secara lisan—wawancara—maupun secara tertulis—kuisioner.

3.3 Definisi Operasional

Untuk memadukan pemahaman dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang perlu peneliti jelaskan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kekeliruan konsep dan tafsiran, di antaranya sebagai berikut:

1. Puisi mbeling merupakan salah satu puisi kontemporer yang muncul pertama kali di majalah Aktuil pada bulan Agustus tahun 1972. Salah


(34)

47

seorang penggagas lahirnya puisi mbeling adalah Remy Sylado. Ciri-ciri dari puisi mbeling adalah gaya pengungkapan yang lugu, main-main, dan berkelakar serta kuat akan unsur humor.

2. Citra orang Indonesia adalah gambaran yang dimiliki seseorang/orang banyak berdasarkan pandangan subjektif tentang orang Indonesia. Orang Indonesia adalah manusia yang berasal dari penghuni asli (pribumi) dan tinggal serta memiliki status administrasi yang sah sebagai warga negara Indonesia. Citra orang Indonesia berasal dari stereotip yang muncul karena adanya penilaian, persepsi, dan kesan mengenai gambaran atau ciri-ciri khas yang dimiliki orang Indonesia, misalnya sikap, sifat, mental, gaya hidup, pemikiran, kelakuan, dsb. yang diamati dan dipahami.

3. Representasi adalah gambaran yang mewakili kenyataan yang diungkapkan pengarang/penyair akibat adanya hasil interaksi dengan kenyataan yang diamati dan dipahaminya berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.

4. Sosiologi sastra adalah sebuah pendekatan sastra yang menaruh penelaahan kepada aspek dokumentasi sastra yang dilandaskan pandangan bahwa karya sastra merupakan gambaran atau potret fenomena sosial dan mencerminkan kenyataan yang bersifat eksternal.

3.4 Teknik Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini dan agar tidak keluar dari konsep pemahaman, maka peneliti perlu menguraikan teknik penelitian yang digunakan dalam mengkaji kumpulan puisi PM karya Remy Sylado. Adapun teknik penelitian yang digunakan dan lakukan sebagai berikut.

3.4.1 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis, yakni pendekatan sosiologi sastra. Untuk menjawab rumusan masalah dan permasalahan dalam penelitian ini, pendekatan sosiologi sastra yang digunakan mengacu kepada pendapat Ian Watt bahwa karya sastra merupakan


(35)

48

dokumen sosial dan refleksi masyarakatnya. Akan tetapi, refleksi kenyataan tersebut tidak saja mengacu ketika karya tersebut ditulis, melainkan refleksi tersebut bersifat dinamis, dalam artian kenyataan sosial yang direfleksikan dalam karya sastra bukan hanya merepresentasikan kenyataan pada saat karya itu ditulis, melainkan dapat juga merepresentasikan kenyataan sebelum ataupun sesudah karya tersebut ditulis.

Penelitian ini juga memfokuskan kepada perspektif teks sastra yang merefleksi kehidupan masyarakat dan kenyataan sosial. Selanjutnya, teknik penelitian yang digunakan mengacu kepada konsep representasi yang memandang bahwa seni merupakan tiruan dari kenyataan yang bersifat eksternal.

Karena penelitian ini bersifat ilmiah, maka penelitian ini dilakukan secara bertahap. Prosedur atau langkah kerja dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Merencanakan penelitian sebagai tahap pra observasi;

2. Melakukan observasi guna mendapatkan puisi-puisi mbeling yang akan dijadikan sebagai objek penelitian;

3. Menentukan objek penelitian;

4. Mencari referensi yang relevan dengan penelitian;

5. Membaca secara intensif teks puisi-puisi mbeling dalam kumpulan puisi

PM yang telah ditetapkan sebagai objek penelitian;

6. Mencari data serta mengklasifikasikan data yang sesuai dengan hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti melalui sumber pustaka, observasi, wawancara, dan penyebaran angket guna memperkuat data.

7. Melakukan analisis struktur teks puisi yang meliputi, struktur fisik puisi dan struktur batin puisi;

8. Mendeskripsikan dan menganalisis citra orang Indonesia yang direpresentasikan dalam kumpulan puisi PM melalui pendekatan sosiologi sastra dan mengacu kepada hasil analisis struktur;

9. Mengaitkan gambaran orang Indonesia yang direfleksikan dalam kumpulan puisi PM karya Remy Sylado dengan citra orang Indonesia


(36)

49

berdasarkan stereotip yang beredar mengenai orang Indonesia di dalam kenyataan—sumber data sekunder;

10.Menganalisis model representasi yang dilakukan dalam merepresentasikan citra orang Indonesia;

11.Merumuskan simpulan dari keseluruhan analisis yang telah dilakukan.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yakni observasi, wawancara, penyebaran angket atau kuisioner, dan studi pustaka. Pemilihan teknik tersebut berdasarkan pandangan dari Ratna (2011: 39) bahwa ada dua macam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sastra, yakni studi lapangan dan studi sastra. Teknik pengumpulan data dengan studi lapangan dalam penelitian ini mencakup observasi, wawancara, dan penyebaran angket.

Selain itu, pemilihan teknik pengumpulan data dengan studi lapangan dan studi pustaka berdasarkan objek formal dalam penelitian ini, yakni representasi citra orang Indonesia. Oleh karena itu, kedua teknik pengumpulan data tersebut peneliti pilih untuk melihat keterkaitan dan kesejajaran antara gambaran orang Indonesia yang direfleksikan dalam kumpulan puisi PM dengan citra orang Indonesia dalam kenyataan sosial.

3.4.2.1 Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung perilaku dan lingkungan atau peninjauan secara cermat di lapangan. (Sutoyo, 2012:85-86). Tujuan dari teknik ini adalah untuk memperoleh citra orang Indonesia berdasarkan stereotip-stereotip yang terdapat atau beredar dalam kenyataan sosial—dalam hal ini masyarakat.

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi. Menurut Sutoyo (2012: 87), observasi partisipasi adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat secara langsung. Alasan


(37)

50

peneliti menggunakan teknik ini adalah seperti yang telah disinggung pada bagian sebelumnya, citra orang Indonesia berasal dari stereotip masyarakat mengenai orang Indonesia. Oleh karena itu, peneliti harus turut mengamati dan memperhatikan secara langsung demi menemukan data konkret perihal citra orang Indonesia berdasarkan stereotip yang beredar atau yang terdapat di dalam kenyataan sosial.

3.4.2.2 Wawancara

Pengumpulan data dalam penelitian ini juga dilakukan dengan wawancara. Teknik ini dimaksudkan untuk mencari data dan mencari keterangan secara langsung mengenai citra orang Indonesia kepada beberapa narasumber atau informan yang paham atau mengerti dengan hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan memanfaatkan instrumen penelitian berupa kerangka atau pokok-pokok pertanyaan yang akan ditanyakan kepada informan.

Adapun kriteria informan yang peneliti butuhkan dalam penelitian ini adalah informan yang paham dengan persoalan yang peneliti tanyakan, berpikir kritis, peka terhadap lingkungan, terlibat langsung dengan permasalahan yang hadir dalam objek atau penelitian ini. Dari kriteria tersebut peneliti lebih memfokuskan bahwa informan adalah mahasiswa.

Alasan peneliti menetapkan informan adalah mahasiswa, karena mahasiswa memiliki sifat yang lebih kritis dalam memandang persoalan, sebab pola pikir mereka telah dibentuk oleh lingkungan kampus dan organisasi kemahasiswaan, sehingga mereka lebih peka untuk mengamati keadaan sekeliling. Alasan lain adalah karena ketebatasan peneliti, khususnya keterbatasan waktu, sehingga peneliti memilih informan yang dekat atau dapat dengan mudah dijangkau oleh peneliti.

3.4.2.3 Angket

Penyebaran angket dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian kuantitatif. Teknik ini peneliti gunakan bukan sebagai tujuan utama penelitian,


(38)

51

melainkan digunakan hanya untuk menguatkan data mengenai citra orang Indonesia di dalam kenyataan berdasarkan stereotip masyarakat yang peneliti peroleh. Hal ini disebabkan oleh citra orang Indonesia yang distereotipkan masyarakat tidak dapat dinilai benar atau salah. Untuk itu, peneliti ingin melihat apakah masyarakat yang lainnya mengetahui atau mengenal citra tersebut atau tidak, sehingga data yang peneliti peroleh lebih meyakinkan.

Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat yang memiliki atau tahu mengenai citra orang Indonesia. Populasi dalam penelitian ini tidak jelas, dalam arti tidak semua masyarakat memiliki atau mengetahui mengenai citra orang Indonesia. Oleh sebab itu, dalam penentuan sampel dilakukan dengan subjektifitas peneliti. Adapun pendekatan yang peneliti pilih dalam penyebaran angket adalah sampel purposif. Sampel purposif atau purposive sampling menurut Endraswara (2006: 115) adalah penyampelan dilakukan dengan menyesuaikan gagasan, asumsi, tujuan, dan manfaat yang hendak dicapai oleh peneliti.

Endraswara dalam buku yang sama juga menjelaskan bahwa jumlah sampel dalam sampel purposif ditentukan oleh peneliti, dalam artian jumlah sampel secara khusus tidak ada—tidak dihitung secara statistik. Namun dalam penentuan jumlah angket dalam penelitian ini didasari oleh saran dari Frankel dan Wallen (1993: 92) bahwa besar sampel minimum untuk penelitian deskriptif sebanyak 100 sampel. Berdasarkan saran tersebut, maka jumlah sampel yang peneliti tetapkan adalah 110 sampel.

Karena pendekatan dalam penyebaran angket menggunakan pendekatan sampel purposif atau purposive sampling maka penentuan jumlah 110 sampel tersebut didasari atas tujuan, asumsi, dan manfaat yang ingin peneliti capai. Seperti yang telah dijelaskan di atas, tujuan penyebaran angket ini bukan untuk mengeneralisasikan—seperti dalam penelitian kuantitatif—, melainkan untuk menguatkan data mengenai citra orang Indonesia yang peneliti peroleh berdasarkan stereotip masyarakat di dalam kenyataan.

Selanjutnya, karena jumlah populasi yang tidak tidak jelas, maka peneliti berasumsi bahwa dari 110 sampel tersebut memiliki data yang peneliti inginkan. Dalam artian dengan jumlah minimum tersebut apa yang menjadi tujuan peneliti


(39)

52

dapat dibuktikan, yakni apakah orang atau masyarakat lain juga mengetahui citra yang peneliti peroleh. Hal ini yang pada nantinya menguatkan data tentang citra tersebut, sehingga dalam penyajian data apa yang direpresentasikan dalam kumpulan puisi PM karya Remy Sylado lebih memiliki nilai kepastian atau data tidak bersifat asal dan kosong.

Adapun responden yang peneliti tetapkan adalah berpikiran kritis, selalu berhadapan atau berinteraksi dengan orang banyak—orang Indonesia—, bergaul, dan dapat dijangkau dengan mudah. Atas acuan kriteria tersebut, dari 110 sampel 70% sampel adalah mahasiswa dan agar data yang diperoleh tidak bersifat homogen 30% sampel lagi adalah masyarakat dari berbagai macam profesi yang mengacu kepada kriteria selalu berinteraksi dengan orang banyak.

Alasan peneliti memilih 70% sampel adalah mahasiswa—khususnya mahasiswa UPI—dapat dijangkau dengan mudah oleh peneliti, sehingga lebih efisien dan efektif. Selain itu, mahasiswa memiliki latar belakang kultur dan asal yang beragam, memiliki pemikiran yang kritis, akrab dengan buku atau bacaan, pergaulan yang beragam, dan lebih peka terhadap lingkungan, sehingga besar kemungkinan memiliki apa yang menjadi tujuan dan harapan peneliti dalam melakukan penyebaran angket.

Selanjutnya, masyarakat yang peneliti maksud adalah memilki profesi yang selalu berinteraksi dengan orang banyak dan berada dekat dengan peneliti, misalnya pedangan warung makan, supir angkot, satpam, polisi, kondektur bus, dishub terminal, dsb. Pemilihan sampel tersebut juga didasari atas pengamatan dan pemahaman peneliti bahwa citra orang Indonesia dapat ditemukan dalam ungkapan, ejekan, candaan, dsb. yang biasanya akrab dikalangan para mahasiswa dan masyarakat yang telah peneliti sebutkan.

3.4.1.4 Studi Pustaka

Teknik ini mencoba untuk menemukan dan mencari sumber-sumber data yang relevan dengan fokus penelitian yang telah direncanakan. Teknik studi pustaka dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan pencarian buku-buku, karya tulis ilmiah, artikel, jurnal ilmiah, dsb. di perpustakaan dan tempat lainnya.


(40)

53

Selain itu, peneliti juga melakukan pengumpulan data melalui surat kabar, media elektronik atau media lainnya—internet—, khusunya stereotip yang merefleksikan citra orang Indonesia.

Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti hanya menetapkan dan mengambil beberapa sampel bukti sosial pada saat ini yang benar-benar sesuai dengan data yang dibutuhkan. Alasan peneliti adalah refleksi kenyataan dalam karya sastra bersifat dinamis dan yang utama adalah keterbatasan peneliti jika harus melihat dan mengaitkannya dengan citra orang Indonesia yang beredar dan bukti sosial dari seluruh masyarakat.

Pengumpulan data dengan teknik studi pustaka dimaksudkan untuk mencari bukti-bukti sosial tertulis mengenai stereotip yang merefleksikan citra orang Indonesia. Teknik ini juga peneliti gunakan untuk mencari bukti-bukti sosial mengenai orang Indonesia yang mencerminkan citra tersebut, dengan maksud untuk memperkuat citra orang Indonesia yang direpresentasikan dalam puisi ini.

3.5Alat dan Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, pemerolehan data dilakukan dengan mewawancarai informan dan menyebar angket kepada beberapa responden. Oleh sebab itu, proses wawancara dan penyebaran angket memanfaatkan beberapa alat dan instrumen penelitian. Untuk lebih jelas berikut penjabarannya.

3.5.1 Alat

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan beberapa alat, di antaranya sebagai berikut.

1) telepon genggam yang digunakan untuk merekam percakapan antara peneliti dengan informan ketika dalam proses wawancara;

2) alat tulis yang terdiri atas buku catatan dan pulpen yang digunakan dalam mencatat informasi-informasi pada saat melakukan wawancara dan observasi, khususnya mengenai citra orang Indonesia.


(41)

54

3.5.2 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar pertanyaan yang digunakan saat mewawancarai informan dan berupa angket yang terdiri atas beberapa pertanyaan dengan tujuan untuk mendukung data yang peneliti temukan mengenai citra orang Indonesia. Selain itu, instrumen yang juga peneliti gunakan berupa pedoman dalam melakukan analisis kumpulan puisi PM karya Remy Sylado.

3.5.2.1 Lembar Pertanyaan 1

1. Bagaimana biasanya anda menuliskan salam, assalammualaikum warohmatullahi wabarokatu di dalam tulisan, apakah secara utuh atau disingkat?

2. Jika menulisnya dengan cara menyingkat, mengapa lebih memilih menyingkat salam?

3. Apakah anda tahu jika menyingkat salam tidak diperbolehkan?

4. Apakah anda tahu atau pernah mendengar citra orang Indonesia itu suka menyingkat salam?

5. Apakah anda setuju atau sepakat kalau citra orang Indonesia itu suka menyingkat salam?

6. Mengapa anda setuju bahwa citra orang Indonesia itu suka menyingkat salam?

7. Apakah anda mengetahui mengapa orang Indonesia suka menyingkat salam?

3.5.2.2Lembar Pertanyaan 2

1. Menurut anda bagaimana gambaran orang Indonesia, khususnya dalam hal beribadah kepada Tuhan?

2. Apa benar orang Indonesia pada umumnya tidak bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Tuhan?

3. Bisakah anda memberikan contoh konkret mengenai orang Indonesia yang tidak bersungguh-sungguh beribadah kepada Tuhan?


(42)

55

5. Apa anda tahu atau pernah mendengar citra orang Indonesia, yaitu orang Indonesia suka tobat sambal?

6. Apakah anda setuju atau sepakat kalau citra orang Indonesia itu suka menyingkat salam?

3.5.2.3Angket Tentang Citra Orang Indonesia

3.5.2.4 Pedoman Analisis

Untuk memudahkan proses pengolahan data, peneliti membuat pedoman analisis kumpulan puisi PM karya Remy Sylado dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 3.1 Pedoman Analisis Struktur Fisik Puisi

No. Pokok-pokok Analisis Penjelasan

1. Diksi

Menjelaskan dan mendeskripsikan kata yang dipilih penyair dengan memerhatikan atas tiga faktor yaitu:

a. Pembendaharaan kata: Melihat tingkat perasaan dan faktor sosial budaya penyair.

b. Urutan kata: Melihat penempatan dan urutan kata yang dipilih penyair.

c. Daya sugesti kata: Melihat pertimbangan penyair dalam

pemilihan kata untuk menimbulkan daya sugesti kepada pembaca.

2. Pengimajian

Mendeskripsikan pengimajian yang hadir di dalam puisi-puisi

mbeling karya Remy Sylado.

Apakah imaji tersebut merupakan imaji penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan gerak?

3. Kata Konkret Menjelaskan kata konkret yang penyair pilih untuk memperjelas pengimajian dan menyampaikan perasaan serta gagasannya.


(43)

56

4. Bahasa Figuratif

Mendeskripsikan bahasa figuratif yang hadir dalam puisi-puisi tersebut.

Apakah bahasa figuratif yang hadir merupakan bahasa figuratif metafora, simile, personifikasi, hiperbola, sinekdote, dan ironi?

5. Versifikasi

1. Menjelaskan dan mendeskripsikan dominasi bunyi serta efek yang ditimbulkan dari pola bunyi dari puisi-puisi tersebut.

Apakah efek yang ditimbulkan termasuk kedalam bunyi euphony

atau cacophony?

2. Mendeskripsikan bagaimana rima dan ritma puisi tersebut. 6. Tata Wajah (Tipografi) Mendeskripsikan tersebut dan menjelaskan makna apa yang ditimbulkan dari tipografi yang digunakan pada puisi-puisi

tipografi tersebut.

Tabel 3.2 Pedoman Analisis Struktur Batin Puisi

No. Pokok-pokok Analisis Penjelasan

1. Tema

1. Menjelaskan makna atau gagasan yang diungkap dalam puisi-puisi tersebut dengan mengacu kepada hasil analisis struktur fisik puisi.

2. Mendeskripsikan gambaran orang Indonesia yang direfleksikan dalam puisi-puisi tersebut.

2. Perasaan Mendeskripsikan perasaan penyair yang muncul dan terasa di dalam puisi-puisi tersebut.

3. Nada dan Suasana Menjelaskan dan mendeskripsikan nada (sikap penyair kepada pembaca) dan suasana yang mucul dari sikap penyair di dalam puisi-puisi tersebut.

4. Amanat Mendeskripsikan amanat yang dikandung di dalam puisi-puisi tersebut.

Tabel 3.3Pedoman Analisis Representasi Citra Orang Indonesia

No. Pokok-pokok Analisis Penjelasan

1 Representasi Citra Orang Indonesia

Menganalisis dan mendeskripsikan apakah puisi-puisi mbeling

tersebut merepresentasikan citra orang Indonesia di dalam kenyataan sosial. Acuan yang digunakan adalah makna dari puisi atas hasil analisis struktural.

Analisis ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra, yakni melihat keterkaitan dan kesejajaran antara gambaran orang Indonesia yang direfleksikan di dalam puisi-puisi tersebut dengan citra orang Indonesia berdasarkan stereotip yang beredar dalam kenyataan sosial.

2 Model Representasi

Menganalisis dan mendeskripsikan model representasi yang dilakukan penyair dalam merepresentasikan citra orang Indonesia. Apakah model representasi yang digunakan merupakan model representasi aktif atau model representasi pasif?


(44)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap kumpulan puisi Puisi Mbeling karya Remy Sylado, didapatkan tiga simpulan yang menjawab persoalan-persoalan dalam rumusan masalah yang telah ditetapkan.

Pertama, struktur puisi dalam kumpulan puisi Puisi Mbeling dibangun secara sederhana, dengan maksud agar puisi ini terkesan lugas, terus terang, dan apa adanya sehingga pembaca dapat dengan mudah untuk memahaminya. Pada umumnya kata yang dipilih penyair merupakan kata-kata lugas atau bersifat denotatif dan susunan kata dirangkai sedemikian rupa, sehingga menimbulkan sugesti pembaca untuk berpikir dan tertawa.

Pengimajian didominasi oleh imaji penglihatan, sebab imaji penglihatan merupakan imaji yang paling mudah dirasakan. Kata yang dikonkretkan penyair dituju untuk menggambarkan subjek inti dari puisi ini, yakni orang Indonesia, sindiran, dan kesan atau gambaran mengenai orang Indonesia.

Bahasa figuratif yang hadir memberikan kesan kadar kepuitisan dari puisi

mbeling tidak terlalu tinggi. Pada umumnya didominasi oleh bahasa figuratif

sinekdoce (totem pro parte), hiperbola, dan sinisme.

Versifikasi didominasi oleh bunyi merdu dan berirama efoni. Tipografi yang penyair gunakan adalah tipografi dengan tulisan rata kiri, dengan tujuan untuk memberikan kesan yang lugas dan sederhana.

Secara rinci pergeseran atau perubahan struktur fisik puisi mbeling karya Remy Sylado yang menjadi objek dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

Berkaitan dengan diksi pada puisi Menyingkat Kata, Teks Atas Descartes, Mental Spiritual Orang Indonesia, dan Ciri-Ciri Orang Indonesia, diksi yang


(45)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dipilih merupakan kata-kata sehari-hari yang bersifat lugu, lugas, dan main-main, serta memberikan efek tertawa bagi pembaca. Hal tersebut menunjukan


(46)

181

bagaimana penyair memegang kuat ideologinya sebagai penyair mbeling dan hakikat dari puisi mbeling itu sendiri.

Pergeseran atau perubahan pengimaijian dari keempat puisi mbeling yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah, pada puisi Menyingkat Kata, Teks Atas Descartes, dan Mental Spiritual Orang Indonesia imaji yang peneliti temukan adalah imaji penglihatan. Kemudian dalam puisi berjudul Ciri-Ciri Orang Indonesia pengimajian menjadi lebih beragam. Hal tersebut dapat dilihat dari hadirnya atau munculnya imaji penglihatan, imaji pendengaran, dan imaji gerak. Banyaknya imaji yang hadir dalam puisi Ciri-Ciri Orang Indonesia jika dibandingkan dengan puisi-puisi sebelumnya karena puisi Ciri-Ciri Orang Indonesia menampilkan berbagai peristiwa atau kejadian, sehingga kata-kata yang dipilih dan dibagun penyair ditujukan untuk memberikan gambaran peristiwa yang lebih hidup dibenak pembaca.

Secara keseluruhan dari keempat puisi tersebut kata-kata yang dibangun penyair dimaksudkan untuk mengkonkretkan subjek yang dibicarakan di dalam puisi, sindiran penyair terhadap subjek yang menjadi kesannya, dan sugesti yang membuat pembaca tertawa terhadap persoalan yang dibicarakan.

Kemudian, bahasa figuratif dari keempat puisi tersebut secara garis besar dapat dilihat bahwa bahasa figuratif sinekdoce (totem pro parte) dan hiperbola. Pergeseran atau perubahan bahasa figuratif dari keempat puisi tersebut terlihat dari, misalnya pada puisi Menyingkat Kata bahasa figuratif yang hadir adalah

sarkasme, pada puisi Teks Atas Descartes, Mental Spiritual Orang Indonesia, dan

Ciri-Ciri Orang Indonesia bahasa figuratif yang hadir adalah sinisme. Perbubahan atau pergeseran bahasa figuratif dari keempat puisi tersebut adalah terjadi karena perbedaan sindiran yang dilakukan oleh penyair dan perbedaan tujuan atau maksud penyair kepada pembacanya.

Selanjutnya, versifikasi dalam keempat puisi tersebut meski memiliki kesamaan, akan tetapi juga mengalami pergeseran, misalnya pada puisi

Menyingkat Kata didomnasi bunyi konsonan tidak bersuara /k/ yang menimbulkan bunyi parau dan berirama kakofoni. Pada puisi Teks Atas Descartes


(1)

183

Perasaan penyair yang terasa pada setiap puisi berbeda-beda, yakni perasaan geram pada puisi Menyingkat Kata, perasaan ironis pada puisi Teks Atas Descrtes, perasaan sinis pada puisi Mental Spiritual Orang Indonesia, dan perasaan geli pada puisi Ciri-Ciri Orang Indonesia. Hal ini disebabkan oleh lingkungan atau kenyataan yang diamati penyair mengenai orang Indonesia pun berbeda, sehingga pengaruh yang dirasakan penyair dalam puisi yang ditulisnya tidak sama.

Nada atau sikap penyair kepada pembaca pada umumnya didominasi oleh nada yang menyindir dan berkelakar. Dengan nada menyindir menciptakan suasana-suasana yang mampu membuat pembaca untuk berpikir dan introspeksi diri. Selanjutnya, dengan nada berkelakar penyair mengajak pembaca ikut menertawakan persoalan yang dibicarakan, sehingga menciptakan suasana yang penuh kelucuan.

Amanat yang dapat dipetik pada umumnya dimaksudkan untuk menggugah kesadaran pembaca agar mampu meninggalkan perilaku yang disindir penyair sehingga menjadi lebih baik lagi.

Kedua, mengenai citra orang Indonesia yang direpresentasikan dalam puisi ini, peneliti menemukan ada beberapa gambaran tentang orang Indonesia dalam kumpulan puisi Puisi Mbeling yang merepresentasikan citra orang Indonesia berdasarkan stereotip di dalam kenyataan sosial. Adapun citra orang Indonesia yang direpresentasikan dalam puisi ini adalah, 1) orang Indonesia suka menyingkat salam pada puisi Menyingkat Kata; 2) orang Indonesia tidak pernah menggunakan otaknya atau berpikir pada puisi Teks Atas Descartes; 3) orang Indonesia suka tobat sambal pada puisi Mental Spiritual Orang Indonesia; 4) orang Indonesia berpikir praktis, norak, sombong atau suka pamer, dan hanya mengurusi urusan perut pada puisi Ciri-Ciri Orang Indonesia.

Ketiga, dalam merepresentasikan citra orang Indonesia, pada umumnya penyair menggunakan model representasi aktif. Penyair tidak hanya sekadar menyalin atau mengungkapkan citra tersebut secara apa adanya, melainkan citra tersebut dikemas sesuai dengan ideologi penyair sebagai penyair mbeling, yaitu dengan menyindir, mengkritik, dan disampaikan dengan unsur humor yang kuat.


(2)

184

Melalui cara tersebut, penyair bermaksud untuk menggugah kesadaran pembaca dan mengajak untuk melihat dengan sudut pandang yang berbeda, yakni dengan menertawakannya.

5.2 Saran

Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian selanjutnya terhadap kumpulan puisi Puisi Mbeling karya Remy Syado. Pertama, dalam penelitian ini peneliti hanya fokus kepada representasi citra orang Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan waktu, pengalaman, dan ilmu yang peneliti miliki. Sementara itu, dalam kumpulan puisi Puisi Mbeling karya Remy Sylado masih banyak ditemukan persoalan yang lebih menarik dan lebih kompleks. Pada kumpulan puisi Puisi Mbeling peneliti melihat adanya hubungan antara karya dengan kenyataan sosial yang terjadi.

Kedua, penelitian tentang puisi mbeling pada umumnya dan kumpulan puisi Puisi Mbeling pada khususnya tidak hanya terbatas kepada analisis gaya atau style dari puisi mbeling. Masih banyak hal yang belum dilirik oleh peneliti yang lain, misalnya perkembangan puisi mbeling hingga saat ini, pandangan para penyair mbeling, khususnya Remy Sylado mengenai kehidupan, humor dalam menyampaikan sindiran dan kritik, dsb.

Berdasarkan temuan dan pemaparan di atas, peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya untuk menguhubungkan puisi-puisi mbeling yang terhimpun dalam kumpulan puisi Puisi Mbeling dengan kenyataan sosial yang terjadi, misalnya mengaitkannya dengan korupsi yang terjadi di negeri ini, masalah ketimpangan dalam masyarakat Indonesia, kebijakan pemerintah, dsb. Peneliti juga menyarankan agar penelitian terhadap puisi mbeling dapat diperlakukan seperti puisi konvensional, sehingga penelitian tentang puisi mbeling menjadi beragam.


(3)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, N. L. (1997). Representasi ideologi gender dalam cerpen- cerpen karya wanita pada cerpen pilihan kompas 1992-1996. Tesis SPs UPI. UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Alkaf. Y. (2010). 4 kenorakan pengguna twitter (Indonesia.) [Online]. Tersedia di: http://yasiralkaf.wordpress.com/2010/05/05/4-kenorakan-pengguna-twitter-indonesia/. Di akses 12 Juni 2014.

AsySyariah. (2011). Faedah shalawat nabi dan hukum menyingat tulisan shalawat. [Online]. Tersedia di: http://asysyariah.com/faedah-shalawat-nabi-hukum- menyingat-tulisan-shalawat/. Ed. 036. Diakses 26 April 2014.

Bachrun, W. M. (2008). Hukum menyingkat salam dengan ass wr wb. [Online]. Tersedia di: http://ulamasunnah.wordpress.com/2008/03/06/hukum-menyingkat-salam-dengan-ass-wr-wb/. Diakses 26 April 2014.

Bundadontworry’s. (2011). Sensasi sambal. [Online]. Tersedia di: http://bundadontworry.wordpress.com/2011/09/27/sensasi-sambal/. Diakses: 12 Juni 2014.

Damono, S. D. (1978). Puisi mbeling: Suatu pembebasan. Jakarta: Kertas kerja dalam Konferensi Bahasa dan Sastera Indonesia, 12-18 Febuari 1978.

Damono, S. D. (1979). Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus besar bahasa Indonesia pusat bahasa edisi keempat. Jakarta: Gramedia.

Endraswara, S. (2013). Sosiologi sastra; Studi, teori, dan interpretasi. Yogyakarta: Ombak.


(4)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Endraswara. S. (2013). Metode, teori, teknik penelitian kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Faruk. (2012). Pengantar sosiologi sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fraenkel, J. & Wallen, N. (1993). How to design and evaluate research in education. (2nd ed). New York: McGraw-Hill Inc.

Hasan, M. A. K. (2009). The power of tobat. Solo: Tiga Serangkai.

Jamari, R. (2013). Humor otak Indonesia jarang dipakai. [Online]. Tersedia di:

http://misterrakib.blogspot.com/2013/05/humor-otak-indonesia-jarang-dipakai.html. Diakses 7 Juni 2014.

Keraf, G. (2010). Diksi dan gaya bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lubis, M. (2012). Manusia Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Monica. A. (2014). Agnes Mo: Orang Indonesia Cuma mikirin perut! . [Online]. Tersedia di: http://musik.kapanlagi.com/berita/agnez-mo-indonesia-ini-saatnya-kamu-punya- mimpi-besar-8430a9.html. Di akses: 15 Juni 2014.

Pradopo, R. D. (2010). Pengkajian puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Qardhawi, Y. (2008). Kitab petunjuk tobat: Kembali ke cahaya Allah. Bandung: Mizania.

Ratna, N. K. (2011). Teori, metode, dan teknik penelitian sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(5)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rosidi, A. (1976). Laut biru langit biru: Bungarampai sastra Indonesia mutakhir. Jakarta: Pustaka Jaya.

Santosa, I. (2012). Diagram bagian-bagian sapi bagian 1. [Online]. Tersedia di:

http://gondaloe.blogspot.com/2013/10/diagram-bagian-bagian-daging-sapi.html. Diakses 20 Juni 2014.

Santoso, E. J. (2010). Life balance ways: Jakarta: Alex Media Komputindo.

Sawabi, G. (2014). Tak mampu mengontrak, makam menjadi pilihan tempat

tinggal. [Online]. Tersedia di:

http://www.tribunnews.com/metropolitan/2014/04/21/tak-mampu-mengontrak- makam- menjadi-pilihan-tempat-tinggal. Diakses 21 April 2014.

Soedjarwo, dkk. (2001). Puisi mbeling kitsch dan sastra sepintas. Magelang: Indonesiatera.

Suhadi, M. A. (1989). Humor itu serius: Pengantar “ilmu humor”. Jakarta: Pustakakarya Grafikatama.

Sukamdi, M. (2010). Konsep taubat menurut hamka dalam perspektif kesehatan mental (Analisis BKI). Skripsi Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Semarang. IAIN Semarang: tidak diterbitkan.

Sumardjo, J. & Saini K. M. (1988). Apresiasi kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Sumardjo, J. (2000). Filsafat seni. Bandung: Penerbit ITB.

Sutoyo, A. (2012). Pemahaman individu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sylado, R. (1974). Ketakutan akan inflasi penyair kakerlak. Bandung: Aktuil, No. 164.


(6)

Ilham Mahendra, 2014

Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sylado, R. (2004). Puisi mbeling. Jakarta: Keperpustakaan Populer Gramedia.

Tarigan, M. (2014). Dubes Malaysia: Orang Indonesia suka akronim. [Online]. Tersedia di:

http://www.tempo.co/read/news/2014/02/18/118555228/Dubes-Malaysia-Orang-Indonesia-Suka-Akronim. Diakses 29 Mei 2014.

Teeuw, A. (1984). Sastra dan ilmu sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Waluyo, H. (1987). Teori dan apresiasi puisi. Jakarta: Erlangga.