KEKERASAN BERBASIS GENDER DALAM NOVEL MIMI LAN MINTUNA KARYA REMY SYLADO.

(1)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bagian metode penelitian, peneliti memaparkan mengenai (1) metode penelitian, (2) sumber data, (3) teknik penelitian, (4) definisi operasional.

3.1 Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian yang sifatnya ilmiah diperlukan adanya metode penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian Kekerasan Berbasis Gender dalam Mimi Lan Mintuna karya Remy Sylado adalah metode deskriptif analisis. Deskripsi analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis.

Melalui metode penelitian ini, peneliti akan menganalisis struktur, kekerasan berbasis gender, dan mengenai perjuangan tokoh perempuan dalam relasinya dengan tokoh lain dalam novel Mimi Lan Mintuna karya Remy Sylado. Setelah mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasikan masalah-masalah, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis dengan menggunakan pendekatan kritik sastra feminis sehingga didapatkan kesimpulan berupa kekerasan berbasis gender yang terdapat dalam novel Mimi lan Mintuna karya Remy Sylado.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Mimi lan Mintuna karya Remy Sylado yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia: Jakarta pada tahun 2007 dengan ketebalan 292 halaman.

3.3 Teknik Penelitian


(2)

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, yaitu dengan mencari dan mengumpulkan sumber yang relevan dengan penelitian Kekerasan Berbasis Gender dalam Mimi lan Mintuna Karya Remy Sylado seperti buku-buku mengenai gender di antaranya Sangkan Paran Gender oleh Irwan Abdullah (ed) dan Analisis Gender dan Transformasi Sosial oleh Mansour Fakih; jurnal sastra di antaranya jurnal perempuan Trafficking dan Kebijakan dan jurnal Metasastra; penelitian terdahulu yang relevan di antaranya penelitian yang dilakukan Tineke Hellwig In The Shadow of Change dan Yulianeta dengan penelitiannya Representasi Ideologi Gender dalam Novel Saman; serta data dari internet seperti www.jurnalperempuan.org yang dapat dapat dijadikan rujukan penelitian

.

3.3.2 Teknik Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh peneliti kemudian akan diolah dan dilakukan sebuah analisis. Dalam penelitian ini data dianalisis menggunakan pendekatan struktural, dan kritik sastra feminis. Pendekatan struktural Todorov dipilih dan akan digunakan untuk menganalisis struktur novel Mimi lan Mintuna karya Remy Sylado ini.. Sementara melalui kritik sastra feminis dan perspektif gender akan didapatkan jenis kekerasan gender dan perjuangan tokoh perempuan dalam relasinya dengan tokoh lain dalam novel. Berikut adalah langkah kerja penelitian ini.

1. Peneliti melakukan analisis struktur yang menggambarkan kekerasan berbasis gender pada novel Mimi Lan Mintuna karya Remy Sylado. Analisis struktur tersebut meliputi analisis alur dan pengaluran, tokoh, latar, dan tipe penceritaan.

2. Peneliti melakukan analisis mengenai bentuk kekerasan berbasis gender pada novel Mimi Lan Mintuna karya Remy Sylado pendekatan kritik sastra


(3)

feminis. Kekerasan gender yang dianalisis meliputi bentuk pemerkosaan,

tindakan pemukulan dan serangan dalam rumah tangga (domestic violence),

pelacuran (prostitution), pornografi, dan pelecehan seksual (sexual and emotional harassment).

3. Peneliti melakukan analisis perjuangan perempuan dalam menghadapi persoalan kekerasan berbasis gender.

4. Peneliti menarik dan merumuskan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dan dianalisis. Hal ini dilakukan untuk menjawab bagaimana kekerasan berbasis gender yang terdapat dalam novel Mimi lan Mintuna karya Remy Sylado sebagai masalah utama dalam penelitian.

Untuk memudahkan penelitian, penulis membuat alur penelitian yang merupakan kerangka berpikir penelitian dalam bentuk bagan, sebagai berikut.


(4)

---S

Bagan 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Kritik Sastra Feminis -Tinjauan Feminisme terhadap

struktur teks

- Tinjauan feminisme terhadap perjuangan perempuan dalam menghadapi persoalan kekerasan berbasis gender

Struktur novel Mimi lan

Mintuna karya Remy Sylado

(Todorov)

- Analisis pengaluran - Analisis alur - Analisis tokoh - Analisis latar

- Analisis tipe penceritaan

NOVEL MIMI LAN MINTUNA KARYA REMY SYLADO

Mengisahkan perjuangan melawan kejahatan trafficking

Kekerasan gender sebagai masalah dan penyebab terjadinya trafficking

KEKERASAN BERBASIS GENDER DALAM NOVEL MIMI LAN MINTUNA KARYA REMY SYLADO

-Bentuk kekerasan berbasis gender


(5)

Dalam menganalisis struktur dan kekerasan berbasis gender dalam novel, peneliti melakukan langkah-langkah penelitian. Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Menyebutkan identitas novel berupa judul novel.

2. Menganalisis struktur novel (Todorov), yaitu pengaluran, alur, tokoh, latar, dan aspek penceritaan, dan mengkaji apakah dalam setiap unsur tersebut menggambarkan kekerasan berbasis gender.

3. Menganalisis bentuk kekerasan berbasis gender dengan menggunakan pendekatan kritik sastra feminis.

4. Menganalisis perjuangan perempuan dalam menghadapi persoalan kekerasan berbasis gender dengan menggunakan pendekatan kritik sastra feminis.


(6)

Tabel 3.1

Pedoman Analisis Struktur Novel

No. Aspek Analisis Acuan Analisis

1. Pengaluran a) Bagaimanakah uraian sekuen dalam pengaluran novel Mimi Lan Mintuna?

2. Alur a) Bagaimanakah uraian fungsi utama

dalam alur novel Mimi Lan Mintuna?

3. Tokoh a) Siapa tokoh utama dalam novel Mimi Lan Mintuna?

b) Bagaimanakah perwatakan tokoh utama dalam novel Mimi Lan Mintuna?

c) Siapa tokoh tambahan dalam novel Mimi Lan Mintuna?

d) Bagaimanakah perwatakan tokoh tambahan dalam novel Mimi Lan Mintuna?

3. Latar a) Bagaimanakah latar tempat yang

tergambar dalam novel Mimi Lan Mintuna?

b) Bagaimanakah latar waktu yang tergambar dalam novel Mimi Lan Mintuna?

c) Bagaimanakah latar sosial yang tergambar dalam novel Mimi Lan Mintuna?


(7)

4. Penceritaan a) Bagaimanakah jenis penceritaan yang terdapat dalam novel Mimi Lan Mintuna?

b) Bagaimanakah tipe penceritaan yang terdapat dalam novel Mimi Lan Mintuna?


(8)

Tabel 3.2

Pedoman Analisis Kekerasan Berbasis Gender dalam Novel Berdasarkan Kritik Sastra Feminis

No. Aspek Analisis Acuan Analisis

1. Bentuk kekerasan berbasis gender

a) Bagaimanakah bentuk pemerkosaan yang tergambar dalam novel Mimi Lan Mintuna?

b) Bagaimanakah bentuk pemukulan dan serangan fisik dalam rumah tangga yang tergambar dalam novel Mimi Lan Mintuna?

c) Bagaimanakah bentuk pelacuran yang tergambar dalam novel Mimi Lan Mintuna?

d) Bagaimanakah bentuk pornografi yang tergambar dalam novel Mimi Lan Mintuna?

e) Bagaimanakah bentuk pelecehan seksual yang tergambar dalam novel Mimi Lan Mintuna?

2. Perjuangan perempuan dalam menghadapi persoalan kekerasan berbasis gender

a) Bagaimanakah bentuk perjuangan perempuan dalam menghadapi persoalan kekerasan berbasis gender dalam novel Mimi Lan Mintuna?


(9)

3.4 Definisi Operasional

Sesuai dengan judul, permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini meliputi beberapa konsep. Konsep-konsep tersebut perlu ditegaskan terlebih dahulu definisinya agar penelitian ini jelas dan tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami maksudnya. Adapun konsep-konsep yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Kekerasan Berbasis Gender

Kekerasan adalah suatu perbuatan yang menyebabkan cedera secara psikis maupun fisik seseorang, sedangkan gender adalah perbedaan perilaku antara laki-laki dengan perempuan yang merupakan hasil konstruksi masyarakat dan kultural. Jadi, dapat dipahami bahwa kekerasan berbasis gender adalah suatu tindakan yang menyebabkan kekerasan fisik maupun psikis yang disebabkan asumsi gender tertentu. Yang termasuk dalam kekerasan berbasis gender yaitu bentuk pemerkosaan, tindakan pemukulan dan serangan fisik dalam rumah tangga dan anak-anak, penyiksaan yang mengarah pada organ kelamin, pelacuran, pornografi, pemaksaan sterilisasi dalam Keluarga Berencana, kekerasan terselubung, dan pelecehan seksual.

2. Novel

Novel adalah cerita rekaan yang mengemukakan sesuatu yang lebih bebas, detail, kompleks, dan rinci daripada cerpen. Novel merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur yang padu.

3. Kritik Sastra Feminis

Kritik sastra feminis merupakan sebuah kritik sastra yang memandang sastra dengan kesadaran khusus bahwa ada perbedaan penting dalam jenis kelamin dan perebutan makna karya sastra.


(10)

BAB 5

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan

Dari rumusan dan hasil pembahasan yang telah dilakukan terhadap kekerasan bebasis gender dalam novel Mimi Lan Mintuna karya Remy Sylado, sampailah pada kesimpulan sebagai berikut.

5.1.1 Berdasarkan Struktur Novel

Struktur novel Mimi Lan Mintuna yang dianalisis meliputi pengaluran, alur, tokoh, latar dan aspek penceritaan. Secara sederhana, struktur pengaluran dan alur dapat dikatakan mudah dipahami karena didominasi alur linear. Alur yang ditemukan sebanyak 391 sekuen dan 54 fungsi utama. Alur kilas balik sebanyak 3 peristiwa dan bayangan sebanyak 2 peristiwa digunakan untuk menciptakan suasana dalam cerita.

Pengambaran tokoh dalam novel cukup jelas. Penokohan dibagi atas tokoh utama, tokoh utama tambahan, tokoh tambahan utama, dan tokoh tambahan. Tokoh-tokoh tersebut selain bertindak sebagai pelaku penggerak dalam cerita juga berfungsi sebagai gambaran pemikiran-pemikiran tertentu. Baik tokoh perempuan maupun laki-laki digambarkan mengalami ketidakadilan gender. Watak-watak tokoh perempuan dominan digambarkan sebagai perempuan yang kuat dan tidak mudah menyerah termasuk yang tergambar dalam tokoh utama perempuan yaitu Indayati. Sementara tokoh laki-laki digambarkan memiliki watak yang berbeda-beda. Tokoh utama laki-laki yaitu Petruk digambarkan sebagai laki-laki yang awalnya tidak dewasa. Namun, kemudian mengalami perkembangan watak menjadi laki-laki bertanggung jawab. Mafia trafficking seperti Sean PV, Raj, dan Kiky digambarkan memiliki watak yang sama yaitu kejam dan licik

Pengambaran latar yang meliputi latar tempat, latar waktu dan latar sosial ditampilkan dengan jelas. Latar tempat dalam novel bervariasi yaitu di antaranya Gunungpati, Manado, dan Bangkok. Selain menggambarkan situasi, latar tempat juga berfungsi untuk mendukung unsur estetik lain seperti tokoh dan penokohan, semisal tempat tinggal Sean yang mencerminkan sifat dan profesinya. Latar


(11)

tempat dalam juga menunjukkan korelasi dengan kenyataan misalnya kota Manado sebagai sumber atau tempat perekrutan dan Patpong sebagai tempat yang menawarkan wisata seks termasuk wisata bagi kaum homoseksual. Sementara latar waktu dalam novel menampilkan zaman yang sudah maju dengan penggambaran sarana, tempat, dan teknologi yang modern. Latar waktu ini didominasi latar waktu pagi dan malam hari. Dalam novel Mimi Lan Mintuna, latar sosial yang ditampilkan di antaranya adalah masyarakat Jawa yang menganut sistem patriarki dengan mendudukan laki-laki yang lebih memiliki kekuasaan dibanding perempuan serta latar Bangkok dan Jepang yang menempatkan perempuan sebagai objek dari komoditas.

Jenis penceritaan dalam novel mencakup pencerita intern yang hadir di dalam teks yang dapat dilacak melalui penggunaan pronominal pertama “aku” sebagai Indayati dan mengambil posisi sebagai tokoh serta pencerita ekstern yang kehadirannya dapat dilacak melalui penggunaan pronominal ketiga “dia”. Terdapat juga tipe pencerita yaitu, wicara yang dilaporkan melalui dialog antar tokoh., wicara alihan berupa monolog, dan wicara yang dinarasikan berupa gambaran peristiwa yang dialami tokoh. Jenis penceritaan dan tipe pencerita tersebut memperjelas kedudukan pengarang sebagai pembuat cerita.

5.1.2 Berdasarkan Kekerasan Berbasis Gender dalam Novel

Feminisasi trafficking merupakan hal yang terjadi dalam novel Mimi Lan Mintuna. Artinya korban-korban trafficking ini keseluruhannya adalah perempuan-perempuan yang dalam perjalanannya mengalami kekerasan berbasis gender. Terdapat lima bentuk kekerasan berbasis gender yang dianalisis, yakni pemerkosaan, pemukulan dan serangan fisik dalam rumah tangga/domestic violence, pelacuran/prostitution, pornografi, dan pelecehan seksual.

Tindak pemerkosaan yang terjadi pada Indayati cenderung dilakukan untuk menunjukkan kekuasaan Sean PV dan mafia lain dengan merenggut


(12)

Indayati ini menunjukkan penolakan terhadap mitos-mitos pemerkosaan yang sering menyalahkan perempuan sebagai korban dan justru menguntungkan pelakunya. Pemerkosaan bukan semata-mata hanyalah hubungan seks yang tidak diinginkan. Akan tetapi, pemerkosaan merupakan kekerasan berbasis gender dengan perempuan (Indayati) sebagai korbannya.

Selanjutnya domestic violence atau kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Indayati dan Petruk disebabkan oleh adanya bias gender. Gambaran laki-laki yang “lebih kuat”, “berkuasa”, “agresif” membuat laki-laki-laki lebih dikenal sebagai subjek, pelaku kekerasan. Sementara penyifatan “lemah” pada perempuan membuatnya lebih sering menjadi korban. Namun, kekerasan ini tidak hanya dialami Indayati sebagai perempuan tetapi juga Petruk sebagai laki-laki. Pandangan konvensional yang berlandaskan pada asumsi gender bahwa laki-laki atau suami sebagai “kepala rumah tangga”, “penafkah keluarga”, “bekerja dalam bidang publik”, telah menyudutkan Petruk yang harus mengalami PHK dan menjadi pengangguran. Ia juga mengalami krisis kepercayaan diri akibat tekanan dari Indayati.

Dalam kekerasan bentuk pornografi dan pelacuran perempuan korban trafficking dijadikan sebagai objek pandangan, sentuhan, hasrat, seks, dan komoditas. Keperawanan perempuan adalah salah satu yang menjadi komoditas dan diburu oleh para pembeli (laki-laki) karena dianggap sebagai obat awet muda. Mitos-mitos yang berkembang mengenai keperawanan perempuan dalam masyarakat membuat keperawanan menjadi simbol kesucian “perempuan baik -baik”. Namun, di sisi lain keperjakaan laki-laki tidak pernah dipertanyakan maupun dipermasalahkan. Hal itu memperlihatkan bias gender dan standar ganda keperawanan yang dikenai pada perempuan sementara laki-laki tidak. Selain itu, kecantikan perempuan juga dianggap penting karena dianggap dapat membangkitkan gairah. Indayati sebagai perempuan disegmentasi secara gender menjadi perempuan yang diinginkan laki-laki (menjadi cantik).


(13)

5.1.3 Berdasarkan Perjuangan Perempuan dalam Menghadapi Persoalan Kekerasan Berbasis Gender dalam Novel

Dalam melakukan perjuangan melawan kekerasan berbasis gender Indayati sebagai tokoh utama perempuan tidak berjuang sendiri. Namun, dibantu oleh tokoh-tokoh lain yang terdapat dalam cerita. Perjuangan yang dilakukan ada yang termasuk perjuangan bernilai feminis dan ada yang tidak. Perjuangan yang bernilai feminis di antaranya perjuangan melawan stereotipe, perjuangan melawan peran gender perempuan, perjuangan dengan mendekatkan diri pada Tuhan, dan perjuangan dengan kekuatan cinta. Melalui perjuangan-pejuangan bernilai feminis tersebut dapat terlihat semangat perjuangan feminisme yaitu berusaha untuk menyetarakan kedudukan antara laki-laki dan perempuan melalui pendidikan, kemandirian ekonomi, dan sebagainya. Dari berbagai perjuangan tersebut esensi yang sebenarnya ingin disampaikan pengarang adalah kekuatan cinta Indayati dan Petruk yang dapat melalui dan melawan berbagai permasalahan. Hal ini berangkat dari pemilihan judulnya yaitu mimi lan mintuna dalam bahasa Jawa yang berarti pasangan yang tidak terpisahkan.

Sementara perjuangan yang tidak bernilai feminis merupakan perjuangan yang justru mengentalkan gender dan menunjukkan ketidakberdayaan perempuan melalui gagasan dan tindakannya. Perjuangan ini dipengaruhi oleh ideologi familialisme yang mendudukkan peran perempuan dan laki-laki dalam sebuah keluarga. Hal itu berakibat pada kerelaan Indayati untuk menanggung penderitaan dengan cara bertahan dari kekerasan rumah tangga yang dilakukan Petruk. Indayati melakukannya karena berusaha menjalani perannya sebagai istri yang selalu mendampingi Petruk dan ibu yang mencintai keluarganya, anaknya, termasuk dengan menjaga keutuhan rumah tangganya. Menanggapi persoalan dan perjuangan melawan kekerasan berbasis gender dalam novel Mimi Lan Mintuna dibutuhkan adanya virus kesetaraan gender baik dalam lingkungan masyarakat, utamanya keluarga, agar ketidakadilan dan kekerasan berbasis gender dapat


(14)

5.2 Implikasi dan Rekomendasi

Setelah melakukan serangkaian penelitian pada novel Mimi Lan Mintuna karya Remy Sylado, implikasi dan rekomendasi dari penelitian yaitu:

1. Dalam novel terdapat bentuk-bentuk kekerasan berbasis gender yang dialami laki-laki dan utamanya perempuan. Kekerasan yang termasuk dalam ketidakadilan gender ini disebabkan karena adanya asumsi gender tertentu atau bias gender. Untuk itu, perlu perhatian dan kesadaran dari semua pihak demi mewujudkan kesetaraan gender. Perbedaan peran antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat dan keluarga merupakan contoh nyata dari ketidakadilan gender tersebut.

2. Bagi kegiatan akademis, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pembelajaran dan referensi sehingga memperkaya khazanah penelitian karya sastra. Novel Mimi Lan Mintuna karya Remy Sylado ini juga dapat dikaji menggunakan teori lain seperti sosiologi sastra sehingga akan didapat hasil penelitian yang beragam.


(15)

DaftarPustaka

Abdullah, I. (Penyunting).(2006). Sangkan paran gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anwar, A. (2009). Geneologi feminis. Jakarta: Republika.

Arivia, G. (2003). Filsafat berprespektif feminis. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.

Ayuwandari, I. (2011). Bias gender dalam berita kriminal di harian warta kota. (Skripsi).Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Danandjaja, J. (1997). Folklor Jepang dilihat dari kacamata Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti.

Djajanegara, S. 2000. Kritik sastra feminis: sebuah pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Dewi, R. (2008). Trafficking dalam mimi lan mintuna sebuah perspektif gender (Skripsi). Universitas Indonesia, Jakarta.

Fakih, M. (2009). Analisis gender dan transformasi sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Faruk. (2012). Metode penelitian sastra: Sebuah penjelajahan awal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fromm, E. (2004). Akar kekerasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fromm, E. (2007). Cinta, seksualitas, danmatriarki: Kajian komprehensif tentang gender. Yogyakarta: Jalasutra.

Ga, E.M. (2008). Lesbian dalam penafsiran agama. Jurnal Seksualitas Lesbian, 58, hlm. 21-46.

Handayani & Novianto. (2004). Kuasa wanita Jawa. Yogyakarta: LKiS.

Hellwig, T. (2003). In the shadow of change: Citra perempuan dalam sastra Indonesia. Jakarta: Desantara.


(16)

Kuwado. (2014). Pengalaman wisata‘nyeleneh’ala Bangkok. [Online]. Diakses dari

http://travel.kompas.com/read/2014/04/10/1812456/Pengalaman.Wisata.N yeleneh.ala.Bangkok

Lapian & Geru, H.A. (Penyunting). (2006). Trafiking perempuan dan anak: Penanggulangan komprehensif studi kasus Sulawesi Utara. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Luxemburg, J.V.,dkk. (1992). Pengantar ilmu sastra (diterjemahkan oleh Dick Hartoko). Jakarta: PT. Gramedia.

Marching, S.T. (2011). Perkosaan dan harga “kesucian” perempuan. Jurnal Perkosaan dan Kekuasaan, 71, hlm. 69-80.

Mulyani, dkk. (2003). Model penderitaan tokoh perempuan dalam novel populer Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Mulia, M. (2014). Sunat perempuan dalam perspektif Islam. [Online]. Diakses dari http://www.jurnalperempuan.org/blog/sunat-perempuan-dalam-perspektif-islam

Murniati, A.P. (1992). Citra perempuan dan kekuasaan( Jawa). Yogyakarta: Kanisius-Lembaga Studi Realino.

Murti. (2015). SMAN 29 tegaskan siswi cantik mereka dimanfaatkan EO.

[Online]. Diakses dari http://metro.sindonews.com/read/993560/170/sman-29-tegaskan-siswi-cantik-mereka-dimanfaatkan-eo-1429877923

Nurgiyantoro, B. (2010). Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nursanca, B. (2014). Dijual ke hidung belang, bibi saksikan keponakan ditiduri. [Online]. Diakses dari

http://daerah.sindonews.com/read/867492/25/dijual-ke-hidung-belang-bibi-saksikan-keponakan-ditiduri-1401113292

Prabasmoro, A.P. (2006). Kajian budaya feminis: Tubuh, sastra, dan budaya pop. Yogyakarta: Jalasutra.

Rahmanto, B. (Penyunting). (2005). Perdagangan perempuan dalam jaringan pengedaran narkotika. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.


(17)

penari striptis di Malaysia. [Online]. Diakses dari

http://nasional.kompas.com/read/2014/08/27/05524081/Diduga.Korban.Tr afficking.16.Gadis.Indonesia.Jadi.Penari.Striptease.di.Malaysia

Ratna, N.K. (2004). Teori, metode, dan teknik penelitian sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rohmat. (2013).Terungkap, belasan ABG Jembrana jadi korban human trafficking. [Online]. Diakses dari

http://daerah.sindonews.com/read/760917/27/terungkap-belasan-abg-jembrana-jadi-korban-human-trafficking-1373812450

Stanton, R. (2007). Teori fiksi. (diterjemahkan olehSugihastuti & Rossi Abi Al Irsyad). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Subono, N.I. (Penyunting). (2010). Trafficking dan kebijakan. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.

Sugihastuti& Suharto. (2002). Kritik sastra feminis teori dan aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sulistyani, H.D. (2011). Korban dan kuasa. Kajian Kekerasan Perempuan, hlm. 20-24.

Sumiyadi & Anshori, D.S. (Penyunting). (2009). Kajian sastra dalam perspektif Teori kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI.

Sylado, R. (2007). Mimi lan mintuna: Trafiking perempuan Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Takwin, dkk. (2011). Perkosaan dan kekuasaan. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.

Teeuw, A. (1983). Sastra dan ilmu sastra. Bandung: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Todorov, T. (1985). Tata sastra. Jakarta: Djambatan.

Windhu, I.M. (1992). Kekuasaan dan kekerasan menurut John Galtung. Yogyakarta: Kanisus.


(1)

166

Adisty Kusuma Wardhani, 2015

Kekerasan Berbasis Gender Dalam Novel Mimi Lan Mintuna Karya Remy Sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

Indayati ini menunjukkan penolakan terhadap mitos-mitos pemerkosaan yang sering menyalahkan perempuan sebagai korban dan justru menguntungkan pelakunya. Pemerkosaan bukan semata-mata hanyalah hubungan seks yang tidak diinginkan. Akan tetapi, pemerkosaan merupakan kekerasan berbasis gender dengan perempuan (Indayati) sebagai korbannya.

Selanjutnya domestic violence atau kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Indayati dan Petruk disebabkan oleh adanya bias gender. Gambaran laki-laki yang “lebih kuat”, “berkuasa”, “agresif” membuat laki-laki-laki lebih dikenal sebagai subjek, pelaku kekerasan. Sementara penyifatan “lemah” pada perempuan membuatnya lebih sering menjadi korban. Namun, kekerasan ini tidak hanya dialami Indayati sebagai perempuan tetapi juga Petruk sebagai laki-laki. Pandangan konvensional yang berlandaskan pada asumsi gender bahwa laki-laki atau suami sebagai “kepala rumah tangga”, “penafkah keluarga”, “bekerja dalam bidang publik”, telah menyudutkan Petruk yang harus mengalami PHK dan menjadi pengangguran. Ia juga mengalami krisis kepercayaan diri akibat tekanan dari Indayati.

Dalam kekerasan bentuk pornografi dan pelacuran perempuan korban trafficking dijadikan sebagai objek pandangan, sentuhan, hasrat, seks, dan komoditas. Keperawanan perempuan adalah salah satu yang menjadi komoditas dan diburu oleh para pembeli (laki-laki) karena dianggap sebagai obat awet muda. Mitos-mitos yang berkembang mengenai keperawanan perempuan dalam masyarakat membuat keperawanan menjadi simbol kesucian “perempuan baik -baik”. Namun, di sisi lain keperjakaan laki-laki tidak pernah dipertanyakan maupun dipermasalahkan. Hal itu memperlihatkan bias gender dan standar ganda keperawanan yang dikenai pada perempuan sementara laki-laki tidak. Selain itu, kecantikan perempuan juga dianggap penting karena dianggap dapat membangkitkan gairah. Indayati sebagai perempuan disegmentasi secara gender menjadi perempuan yang diinginkan laki-laki (menjadi cantik).


(2)

167

Adisty Kusuma Wardhani, 2015

Kekerasan Berbasis Gender Dalam Novel Mimi Lan Mintuna Karya Remy Sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

5.1.3 Berdasarkan Perjuangan Perempuan dalam Menghadapi Persoalan Kekerasan Berbasis Gender dalam Novel

Dalam melakukan perjuangan melawan kekerasan berbasis gender Indayati sebagai tokoh utama perempuan tidak berjuang sendiri. Namun, dibantu oleh tokoh-tokoh lain yang terdapat dalam cerita. Perjuangan yang dilakukan ada yang termasuk perjuangan bernilai feminis dan ada yang tidak. Perjuangan yang bernilai feminis di antaranya perjuangan melawan stereotipe, perjuangan melawan peran gender perempuan, perjuangan dengan mendekatkan diri pada Tuhan, dan perjuangan dengan kekuatan cinta. Melalui perjuangan-pejuangan bernilai feminis tersebut dapat terlihat semangat perjuangan feminisme yaitu berusaha untuk menyetarakan kedudukan antara laki-laki dan perempuan melalui pendidikan, kemandirian ekonomi, dan sebagainya. Dari berbagai perjuangan tersebut esensi yang sebenarnya ingin disampaikan pengarang adalah kekuatan cinta Indayati dan Petruk yang dapat melalui dan melawan berbagai permasalahan. Hal ini berangkat dari pemilihan judulnya yaitu mimi lan mintuna dalam bahasa Jawa yang berarti pasangan yang tidak terpisahkan.

Sementara perjuangan yang tidak bernilai feminis merupakan perjuangan yang justru mengentalkan gender dan menunjukkan ketidakberdayaan perempuan melalui gagasan dan tindakannya. Perjuangan ini dipengaruhi oleh ideologi familialisme yang mendudukkan peran perempuan dan laki-laki dalam sebuah keluarga. Hal itu berakibat pada kerelaan Indayati untuk menanggung penderitaan dengan cara bertahan dari kekerasan rumah tangga yang dilakukan Petruk. Indayati melakukannya karena berusaha menjalani perannya sebagai istri yang selalu mendampingi Petruk dan ibu yang mencintai keluarganya, anaknya, termasuk dengan menjaga keutuhan rumah tangganya. Menanggapi persoalan dan perjuangan melawan kekerasan berbasis gender dalam novel Mimi Lan Mintuna dibutuhkan adanya virus kesetaraan gender baik dalam lingkungan masyarakat, utamanya keluarga, agar ketidakadilan dan kekerasan berbasis gender dapat dihindari. Kesetaraan gender dapat dilakukan dengan adanya sinergi antara laki-laki dan perempuan yang saling mendorong pada kegiatan-kegiatan positif serta tidak membedakan peran berdasakan jenis kelaminnya.


(3)

168

Adisty Kusuma Wardhani, 2015

Kekerasan Berbasis Gender Dalam Novel Mimi Lan Mintuna Karya Remy Sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu

5.2 Implikasi dan Rekomendasi

Setelah melakukan serangkaian penelitian pada novel Mimi Lan Mintuna karya Remy Sylado, implikasi dan rekomendasi dari penelitian yaitu:

1. Dalam novel terdapat bentuk-bentuk kekerasan berbasis gender yang dialami laki-laki dan utamanya perempuan. Kekerasan yang termasuk dalam ketidakadilan gender ini disebabkan karena adanya asumsi gender tertentu atau bias gender. Untuk itu, perlu perhatian dan kesadaran dari semua pihak demi mewujudkan kesetaraan gender. Perbedaan peran antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat dan keluarga merupakan contoh nyata dari ketidakadilan gender tersebut.

2. Bagi kegiatan akademis, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pembelajaran dan referensi sehingga memperkaya khazanah penelitian karya sastra. Novel Mimi Lan Mintuna karya Remy Sylado ini juga dapat dikaji menggunakan teori lain seperti sosiologi sastra sehingga akan didapat hasil penelitian yang beragam.


(4)

Adisty Kusuma Wardhani, 2015

Kekerasan Berbasis Gender Dalam Novel Mimi Lan Mintuna Karya Remy Sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu 169

DaftarPustaka

Abdullah, I. (Penyunting).(2006). Sangkan paran gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anwar, A. (2009). Geneologi feminis. Jakarta: Republika.

Arivia, G. (2003). Filsafat berprespektif feminis. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.

Ayuwandari, I. (2011). Bias gender dalam berita kriminal di harian warta kota. (Skripsi).Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Danandjaja, J. (1997). Folklor Jepang dilihat dari kacamata Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti.

Djajanegara, S. 2000. Kritik sastra feminis: sebuah pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Dewi, R. (2008). Trafficking dalam mimi lan mintuna sebuah perspektif gender (Skripsi). Universitas Indonesia, Jakarta.

Fakih, M. (2009). Analisis gender dan transformasi sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Faruk. (2012). Metode penelitian sastra: Sebuah penjelajahan awal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fromm, E. (2004). Akar kekerasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fromm, E. (2007). Cinta, seksualitas, danmatriarki: Kajian komprehensif tentang gender. Yogyakarta: Jalasutra.

Ga, E.M. (2008). Lesbian dalam penafsiran agama. Jurnal Seksualitas Lesbian, 58, hlm. 21-46.

Handayani & Novianto. (2004). Kuasa wanita Jawa. Yogyakarta: LKiS.

Hellwig, T. (2003). In the shadow of change: Citra perempuan dalam sastra Indonesia. Jakarta: Desantara.

Imelda, dkk. (2004). Utang selilit pinggang: Sistem ijon dalam perdagangan perempuan. Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM.


(5)

Adisty Kusuma Wardhani, 2015

Kekerasan Berbasis Gender Dalam Novel Mimi Lan Mintuna Karya Remy Sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu 170

Kuwado. (2014). Pengalaman wisata‘nyeleneh’ala Bangkok. [Online]. Diakses dari

http://travel.kompas.com/read/2014/04/10/1812456/Pengalaman.Wisata.N yeleneh.ala.Bangkok

Lapian & Geru, H.A. (Penyunting). (2006). Trafiking perempuan dan anak: Penanggulangan komprehensif studi kasus Sulawesi Utara. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Luxemburg, J.V.,dkk. (1992). Pengantar ilmu sastra (diterjemahkan oleh Dick Hartoko). Jakarta: PT. Gramedia.

Marching, S.T. (2011). Perkosaan dan harga “kesucian” perempuan. Jurnal Perkosaan dan Kekuasaan, 71, hlm. 69-80.

Mulyani, dkk. (2003). Model penderitaan tokoh perempuan dalam novel populer Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Mulia, M. (2014). Sunat perempuan dalam perspektif Islam. [Online]. Diakses dari http://www.jurnalperempuan.org/blog/sunat-perempuan-dalam-perspektif-islam

Murniati, A.P. (1992). Citra perempuan dan kekuasaan( Jawa). Yogyakarta: Kanisius-Lembaga Studi Realino.

Murti. (2015). SMAN 29 tegaskan siswi cantik mereka dimanfaatkan EO.

[Online]. Diakses dari http://metro.sindonews.com/read/993560/170/sman-29-tegaskan-siswi-cantik-mereka-dimanfaatkan-eo-1429877923

Nurgiyantoro, B. (2010). Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nursanca, B. (2014). Dijual ke hidung belang, bibi saksikan keponakan ditiduri. [Online]. Diakses dari

http://daerah.sindonews.com/read/867492/25/dijual-ke-hidung-belang-bibi-saksikan-keponakan-ditiduri-1401113292

Prabasmoro, A.P. (2006). Kajian budaya feminis: Tubuh, sastra, dan budaya pop. Yogyakarta: Jalasutra.

Rahmanto, B. (Penyunting). (2005). Perdagangan perempuan dalam jaringan pengedaran narkotika. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.


(6)

Adisty Kusuma Wardhani, 2015

Kekerasan Berbasis Gender Dalam Novel Mimi Lan Mintuna Karya Remy Sylado

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu 171

penari striptis di Malaysia. [Online]. Diakses dari

http://nasional.kompas.com/read/2014/08/27/05524081/Diduga.Korban.Tr afficking.16.Gadis.Indonesia.Jadi.Penari.Striptease.di.Malaysia

Ratna, N.K. (2004). Teori, metode, dan teknik penelitian sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rohmat. (2013).Terungkap, belasan ABG Jembrana jadi korban human trafficking. [Online]. Diakses dari

http://daerah.sindonews.com/read/760917/27/terungkap-belasan-abg-jembrana-jadi-korban-human-trafficking-1373812450

Stanton, R. (2007). Teori fiksi. (diterjemahkan olehSugihastuti & Rossi Abi Al Irsyad). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Subono, N.I. (Penyunting). (2010). Trafficking dan kebijakan. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.

Sugihastuti& Suharto. (2002). Kritik sastra feminis teori dan aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sulistyani, H.D. (2011). Korban dan kuasa. Kajian Kekerasan Perempuan, hlm. 20-24.

Sumiyadi & Anshori, D.S. (Penyunting). (2009). Kajian sastra dalam perspektif Teori kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI.

Sylado, R. (2007). Mimi lan mintuna: Trafiking perempuan Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Takwin, dkk. (2011). Perkosaan dan kekuasaan. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.

Teeuw, A. (1983). Sastra dan ilmu sastra. Bandung: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Todorov, T. (1985). Tata sastra. Jakarta: Djambatan.

Windhu, I.M. (1992). Kekuasaan dan kekerasan menurut John Galtung. Yogyakarta: Kanisus.