ANALISIS KEMAMPUAN PEMBELAJAR BAHASA JEPANG UPI TERHADAP KATA TUNJUK KORE SORE ARE.
ANALISIS KEMAMPUAN PEMBELAJAR BAHASA JEPANG UPI TERHADAP KATA TUNJUK KORE SORE ARE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang
Oleh
MEIRINA ANDREANY 0902620
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
(2)
Analisis Kemampuan Pembelajar
Bahasa Jepang UPI terhadap Kata
Tunjuk Kore Sore Are
Oleh: Meirina Andreany
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia
© Meirina Andreany Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2013
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Dilarang memperbanyak skripsi ini, baik sebagian maupun seluruhnya dalam bentuk apapun tanpa izin dari penulis.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Meirina Andreany
NIM : 0902620
Judul Skripsi : Analisis Kemampuan Pembelajar Bahasa Jepang UPI Terhadap Kata Tunjuk Kore Sore Are
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Dianni Risda, M.Ed. Dr. Wawan Danasasmita, M.Ed. NIP. 197105261998032002 NIP. 195201281982031002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang
Dra. Neneng Sutjiati, M.Hum. NIP. 196011081986012001
(4)
ANALISIS KEMAMPUAN PEMBELAJAR BAHASA JEPANG UPI TERHADAP KATA TUNJUK KORE SORE ARE
Meirina Andreany 0902620
ABSTRAK
Kata tunjuk merupakan kata yang digunakan dalam percakapan sehari-hari dengan maksud untuk menunjuk suatu objek. Objek yang dimaksud dapat berupa objek konkret ataupun objek abstrak. Terdapat perbedaan antara kata tunjuk dalam bahasa Jepang dengan kata tunjuk dalam bahasa Indonesia. Kata tunjuk dalam bahasa Indonesia hanya memiliki dua jarak dimensional, sedangkan kata tunjuk dalam bahasa Jepang memiliki tiga jarak dimensional yaitu Kore, Sore dan Are. Tidak terdapat kesulitan saat menunjuk benda konkret, tetapi terkadang ada kesulitan saat menunjuk benda abstrak.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis meneliti permasalahan tersebut dengan judul “Analisis Kemampuan Pembelajar Bahasa Jepang UPI Terhadap Kata Tunjuk Kore Sore Are”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan penggunaan dan kemampuan pemahaman terhadap kata tunjuk Kore Sore Are, kemudian membandingkan kemampuan pembelajar bahasa Jepang dalam penggunaan dan pemahaman kata tunjuk tersebut.
Pengambilan data dalam penelitian ini adalah melalui tes dan angket. Hasil penelitian ini adalah kemampuan seluruh responden terhadap kata tunjuk Kore, Sore, dan Are berdasarkan fungsi menunjuk objek abstrak dan objek konkretadalah sangat kurang. Kemampuan penggunaan kata tunjuk Kore dan Are adalah kurang. Kemampuan penggunaan kata tunjuk Sore adalah sangat kurang. Sedangkan kemampuan pemahaman kata tunjuk Kore, Sore, dan Are adalah cukup. Dibandingkan dengan menunjuk objek konkret, kemampuan memahami dan menggunakan dalam menunjuk objek abstrak adalah kurang.
Selain itu, penulis membandingkan kemampuan mahasiswa tingkat satu, tingkat dua, dan tingkat tiga terhadap penggunaan dan pemahaman kata tunjuk Kore Sore Are, dan diperoleh hasil bahwa kemampuan tingkat satu sangat kurang, kemampuan tingkat dua kurang, dan tingkat tiga cukup. Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat 1 dan tingkat 2, serta tingkat 1 dan tingkat 3, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat 2 dan tingkat 3.
Berdasarkan data yang telah diperoleh, kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi adalah dikarenakan responden belum memahami bagaimana menggunakan kata tunjuk Kore, Sore, ataupun Are dalam menunjuk objek abstrak.
(5)
AN ANALYSIS OF INDONESIA UNIVERSITY OF EDUCATION
JAPANESE LANGUAGE LEARNERS’S UNDERSTANDING ABILITY OF
DEMONSTRATIVE KORE SORE ARE
Meirina Andreany 0902620
ABSTRACT
Demonstrative is a word that used in daily conversation to designate an object. That object means concrete object or abstract object. There are differences between Bahasa’s demonstrative with Japanese’s demonstrative. There are only two dimension spatial in Bahasa’s demonstrative “Ini” and “Itu”. In other way, Japanese’s demonstrative has three dimension spatial in demonstrative Kore, Sore, and Are.
This research’s tittle is “an analysis of Indonesia University of Education Japaneses language learners’s understanding ability of demonstrative kore sore are”. This research’s purposes is to describe the demonstrative kore sore are, and to compare the using ability and understanding ability of Japanese languange learner about that demonstrative.
This research’s object is 10 person from first grade, 10 person from second grade, and 10 person from third grade, as a whole 30 person from Indonesia University of Education from Japanese Languange of Education Program.
The result of this research is ability of demonstrative Kore is very decrease. Ability of demonstrative Sore is very decrease. And ability of demonstrative Are is very decrease. Using ability of demonstrative Kore is decrease. Using ability of demonstrative Sore is very decrease. And using ability of demonstrative Are is decrease. Whereas, understanding ability of demonstrative Kore is enough. Understanding ability of demonstrative Sore is enough. And the understanding ability of demonstrative Are is enough. Also in this research, writer compared the using ability and the understanding ability of demonstrative Ko So A from the first grade student, the second grade student, and the third grade student, and the result is the first grade student’s ability is very decrease, the second grade student’s ability is decrease, and the third grade student’s ability is enough.
From the data that writer’s got, the reason that the mistakes happened is because the sample are not yet understand about the differences of demonstrative Ko So A, which is has 3 dimension spatial, with their mother tongue, Bahasa, which has only 2 dimension spatial. Keyword : Kore, Sore, Are, Ability, Demonstrative
(6)
イン ネシア教育大学 日本語学習者 け 指示代名詞代名詞 こ
あ 能力分析
メイ アン ア二
0902620
要旨
指示代名詞 を指 用い 具体物 他 抽象的 こ
用い 指示代名詞を使用 当 誤用 生 こ
多い 特 イン ネシア人学習者 指示代名詞 い項目
一 あ イン ネシア語 指示代名詞 二種類 く
話者 近い を指 指示代名詞 話者 を指 指示代名詞
あ 一方 日本語 三 分け こ あ あ
具体的 を指 時 用い 指示代名詞 使い方 ほ
く い 抽象的 こ を指 時 用い 指示代名詞
い を背景 筆者 イン ネシア教育大学 日本語学習者 け
指示代名詞 こ あ 能力分析 を調べ 必要 あ
本研究 イン ネシア人日本語学習者 理解 び運用能力を分析
サンプ 一年性 名 あ 二年性 名 あ 三
年性 名 あ 全部イン ネシア教育大学 日本語教育学科 学
習者 3 名 あ 調査方法 ス アンケー を使用 調査
結果 機能 指示代名詞 こ あ 能力 非常
低い こ 運用能力 低い 運用能力 非常 低い
あ 運用能力 低い こ 理解能力 低い
あ 理解能力 中 あ
ま 本研究 筆者 一年性 二年性 三年性 運用能力 理
解能力を比べ 結果 一年性 能力 非常 低い 二年性 能力
低い 三年性 能力 中 あ 一年生 二年生 能力 一年生 三
年生 能力 有意さ あ 二年生 三年生 能力 有意さ
い
ータ 誤用 原因 サンプ 抽象的 を指 時
こ あ を使用 ま 分 い い
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR GRAFIK ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 ... La tar Belakang... 1
1.2 ... Ru musan Masalah ... 4
1.3 ... Tu juan dan Manfaat Penelitian ... 4
1.4 ... Ti njauan Pustaka ... 4
1.5 ... M etodologi Penelitian ... 5
1.5.1 Metode yang Digunakan……….. 5
1.5.2 Populasi dan Sampel……… 5
1.6 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data...6
1.6.1 Teknik Pengumpulan Data... 6
(8)
1.7 ... Si
stematika Penulisan ... 8
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
2.1... De finisi Kata Tunjuk ... 9
2.2... Ka ta Tunjuk Kore Sore Are ... 13
2.3... Pe nelitian Terdahulu ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 33
3.1 Metode Penelitian ... 33
3.2 Populasi dan Sampel ... 34
3.2.1 Populasi……… 34
3.2.2 Sampel………34
3.3Instrumen Penelitian………... 35
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38
3.5 Teknik Pengolahan Data ... 39
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 45
4.1 Pengumpulan Data……….45
4.2 Analisis Data Tes ………..45
4.3 Analisis Jawaban Tes……… 59
4.3.1 ... A nalisis Tes Isian ... 59
4.3.2 ... A nalisis Tes Benar-Salah ... 63
4.3.3 ... A nalisis Tes Menerjemahkan ... 68
(9)
4.3.3.1 ... Te
s Menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia ... 68
4.3.3.2 ... Te s Menerjemahkan ke dalam Bahasa Jepang ... 71
4.4 Interpretasi Data Tes………. 73
4.5 Membandingkan Kemampuan Tingkat Responden……….. 74
4.6 Analisis Angket………. 87
4.7 Pembahasan………95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98
5.1... Ke simpulan……… 98
5.2 Saran dan Rekomendasi………. 100 DAFTAR PUSTAKA
(10)
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Daimeishi menurut Terada dalam Sudjianto dan Dahidi ... 15
TABEL 3.1 Kisi-kisi Penulisan Soal Tes ... 36
TABEL 3.2 Kisi-kisi Penulisan Angket ... 37
TABEL 3.3 Pedoman tingkat kemampuan Kata Tunjuk Kore, Sore, Are ... 41
TABEL 3.4 Tabel Persiapan Menghitung t-hitung ... 42
TABEL 3.5 Klasifikasi presentase angket ... 44
TABEL 4.1 Tabel Distribusi Kemampuan Penggunaan Terhadap Kata Tunjuk Kore Sore Are ... 46
TABEL 4.2 Tabel Distribusi Kemampuan Pemahaman Terhadap Kata Tunjuk Kore Sore Are ... 49
TABEL 4.3 Tabel Distribusi Kemampuan Terhadap Kata Tunjuk Kore Berdasarkan Fungsinya ... 51
TABEL 4.4 Tabel Distribusi Kemampuan Penggunaan Kata Tunjuk Sore Berdasarkan Fungsinya ... 54
TABEL 4.5 Tabel Distribusi Kemampuan Penggunaan Kata Tunjuk Are Berdasarkan Fungsinya ... 57
(11)
TABEL 4.7 Analisis Jawaban Tes Benar-Salah ... 63
TABEL 4.8 Analisis Jawaban Tes Menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia ... 68
TABEL 4.9 Analisis Tes Menerjemahkan ke dalam Bahasa Jepang ... 71
TABEL 4.10 Kemampuan Responden Tingkat 1 ... 75
TABEL 4.11 Kemampuan Responden Tingkat 2 ... 76
TABEL 4.12 Kemampuan Responden Tingkat 3 ... 78
TABEL 4.13 Perbandingan Kemampuan Responden ... 79
TABEL 4.14 Perbandingan Kemampuan Tingkat 1 dan Tingkat 3` ... 80
TABEL 4.15 Perbandingan Kemampuan Tingkat 1 dan Tingkat 2 ... 83
TABEL 4.16 Perbandingan Kemampuan Tingkat 2 dan Tingkat 3 ... 85
TABEL 4.17 Hasil Angket Nomor 1 ... 82
TABEL 4.18 Hasil Angket Nomor 2 ... 83
TABEL 4.19 Hasil Angket Nomor 3 ... 83
TABEL 4.20 Hasil Angket Nomor 4 ... 84
TABEL 4.21 Hasil Angket Nomor 5 ... 85
TABEL 4.22 Hasil Angket Nomor 6 ... 86
TABEL 4.23 Hasil Angket Nomor 7 ... 87
(12)
TABEL 4.25 Hasil Angket Nomor 9 ... 89 TABEL 4.26 Hasil Angket Nomor 10 ... 90
(13)
DAFTAR GRAFIK
GRAFIK 4.1 Grafik Kemampuan Penggunaan Terhadap Kata Tunjuk
Kore Sore Are ... 48 GRAFIK 4.2 Grafik Kemampuan Pemahaman Terhadap Kata Tunjuk
Kore Sore Are ... 50 GRAFIK 4.3 Grafik Kemampuan Kata Tunjuk Kore Berdasarkan
Fungsinya... 53 GRAFIK 4.4 Grafik Kemampuan Kata Tunjuk Sore Berdasarkan
Fungsinya... 56 GRAFIK 4.5 Grafik Kemampuan Kata Tunjuk Are Berdasarkan
Fungsinya... 58 GRAFIK 4.6 Grafik Kemampuan Penggunaan dan Pemahaman Kata
(14)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 ... 22
GAMBAR 2.2 ... 23
GAMBAR 2.3 ... 24
GAMBAR 2.4 ... 24
GAMBAR 2.5 ... 25
GAMBAR 2.6 ... 25
GAMBAR 2.7 ... 26
(15)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketika membicarakan objek, baik berupa benda maupun orang lain, kita mengenal kata tunjuk. Kata tunjuk dalam Bahasa Indonesia adalah kata “ini” dan “itu”. Dalam bahasa Jepang dikenal kata tunjuk “kore”, “sore”, dan “are”, dengan perbedaan 3 dimensi jarak. Sementara Bahasa Indonesia hanya memiliki 2 dimensi jarak.
Dimensi jarak yang dimaksud adalah perasaan dimana objek pembicaraan berada. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kata penunjuk dalam Bahasa Jepang memiliki 3 dimensi jarak yaitu dekat, pertengahan, dan jauh (Hirota, 2002). Dalam penelitiannya, Hirota membandingkan kata penunjuk Bahasa Jepang dengan Bahasa Inggris. Hirota mengambil data berupa terjemahan pembelajar ketika menerjemahkan kata penunjuk Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Jepang, juga sebaliknya. Pembelajar Jepang seringkali menerjemahkan kata “it” menjadi “sore”, dan kata “that” menjadi “are” ataupun “ano”.
Kata tunjuk “kore”, “sore”, dan “are” digunakan untuk menunjukkan objek. Selain kata tunjuk tersebut, ada pula kata tunjuk yang digunakan untuk menunjukkan suatu tempat yaitu kata tunjuk “koko”, “soko”, dan “asoko”. Dan terakhir, kata tunjuk yang menyatakan arah adalah kata tunjuk “kochira”, “sochira”, dan “achira” (Hirota, 2002).
Menurut pernyataan Hirota tersebut, kata tunjuk “kore”, sore”, dan “are” digunakan untuk menunjukkan suatu objek, seperti pada contoh berikut ini:
(16)
Sore wa nandesuka.
2. こ リンゴ (Ishikawa, 2007)
Kore wa ringo desu.
3. 昔 いい天気 う 願い 人形
う 呼 学校 遠足
え そ
運動会 う う い
前 日
こ 作 (Watanabe dan Kikuchi)
Mukashi kara, ii tenki ni naru youni onegaisuru ningyoo wo “teru teru boozu” to yonde, gakkoo no ensoku ya undookai no mae no hi ni kore wo tsukurimasu.
4. あ (Diambil dari buku Shokyu Bunpou 1)
Are wa kaban desu.
5. あ 先 生 自 動 車 (Diambil dari buku Shokyu Bunpou 1)
Are wa sensei no jidoosha desu.
Kelima contoh kalimat tersebut merupakan contoh kalimat yang mengandung kata tunjuk yang menunjukkan suatu objek konkrit. Untuk menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia dipastikan menggunakan kata tunjuk dalam Bahasa Indonesia, yaitu “ini”, dan “itu”.
Namun, kata tunjuk “kore”, “sore”, dan “are” juga seringkali digunakan tanpa maksud untuk menunjuk suatu objek konkret. Seperti pada contoh berikut:
1. あ そ た (Hoshino dan Endo, 2003)
A, sore wa yokatta desune.
2. A: 新潟県
い た
湯沢 わ
いう こ 宿 民 宿
スキー場 そ い も滑
B: そ 便利 (Hoshino dan Endo, 2003)
A: Niigata-ken no yuzawa toiu tokoro desu. Yado wa minzoku nan desuga, sukii joo no sugu soba desukara itsudemo suberemasuyo.
(17)
B: Sore wa benri desune.
3. ええ そ ... 学生課 聞いた う いい
う (Hoshino dan Endo, 2003)
Eeto, sore wa..., gakuseika de kiita hooga iideshoo.
Berdasarkan contoh tersebut, dapat diketahui bahwa objek pembicaraan yang dimaksud bukanlah objek konkrit. Untuk menerjemahkannya kedalam Bahasa Indonesia akan terasa janggal jika menggunakan kata tunjuk “ini” ataupun “itu”, karena kata tunjuk dalam kalimat tersebut tidak dapat diterjemahkan dengan menggunakan kata tunjuk Ini dan Itu dalam bahasa Indonesia.
Selain itu, kata “ini” dan “itu” dalam Bahasa Indonesia terasa memiliki 2 dimensi jarak saja yaitu dekat dan jauh, sama seperti Bahasa Inggris. Dan untuk itu, ketika menerjemahkan kata tunjuk Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jepang akan menjadi sulit mengingat dimensi jarak yang berbeda. Misalnya, untuk menerjemahkan kata “itu”, ada dua kata tunjuk dalam Bahasa Jepang yang dapat digunakan yaitu “sore” atau “are”. Karena kata tunjuk “itu” memiliki dimensi jarak jauh, sama halnya dengan kata “are”, namun dapatkah kata “itu” diterjemahkan menjadi “sore” dengan dimensi jarak pertengahan? Tentunya dalam penggunaan kata tunjuk Kore Sore Are tersebut, ada peraturan atau ketentuan tertentu berdasarkan tata bahasa.
Kore Sore Are telah dipelajari oleh pembelajar Bahasa Jepang pada tingkat dasar. Pada tingkat ini, pembelajar hanya mempelajari kata tunjuk yang menyatakan objek konkret. Tetapi tidak dibahas lagi dalam pelajaran selanjutnya.
Berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas, penulis akan meneliti masalah tersebut dengan judul “Analisis Kemampuan Pembelajar
(18)
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan hal-hal yang telah dipaparkan diatas, penulis membatasi permasalahan pada hal-hal berikut:
1. Bagaimana pemahaman pembelajar terhadap kata tunjuk tersebut?
2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pembelajar dalam mehamami dan menggunakan kata tunjuk dalam Bahasa Jepang antara pembelajar tingkat dasar dengan tingkat atas?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam mengangkat permasalahan ini, tujuan dan manfaat yang ingin dicapai oleh penulis yaitu:
1. Mengetahui sejauh mana pemahaman pembelajar mengenai kata tunjuk tersebut.
2. Membandingkan kemampuan pembelajar tingkat dasar dan pembelajar tingkat atas dalam pemahamannya mengenai kata tunjuk dalam Bahasa Jepang.
1.4 Tinjauan Pustaka
Kata tunjuk dalam Bahasa Jepang berdasarkan hubungan jarak kedudukan dibagi menjadi “dekat/sedang/jauh”, dan secara fungsi lebih dekat dengan kata tunjuk (this, these; that, those) dalam Bahasa Inggris daripada (he, she, it, they). Ada hubungan kesamaan kualitas dan gagasan umum dari kata “Kore Sore Are” dalam Bahasa Jepang dengan kata tunjuk Bahasa Inggris “near/remote”, dan ketika menunjuk suatu benda sambil mengatakannya, ada perasaan biasa. Kata tunjuk seringkali digunakan bersama dengan bahasa tubuh atau gerakan tangan, agar maksud dari apa yang dicapkannya menjadi jelas. Dalam Bahasa Jepang, kata “Kore Sore Are” memiliki 3 dimensi yang berlawanan, dan dalam Bahasa Inggris ada
(19)
2 dimensi yang berlawanan yaitu “dekat/jauh”. Dalam Bahasa Inggris tidak ada dimensi “pertengahan”. (Hirota, Noriko: 2002)
Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2001).
Kemampuan dalam istilah linguistik adalah kemampuan seseorang menggunakan bahasa yang memadai dilihat dari sistem bahasa. Dalam penelitian ini, kemampuan yang dimaksud termasuk di dalamnya kemampuan memahami (言 語 理 解 能 力/Gengo Rikai Nouryoku) dan kemampuan menggunakan (言語運用能力/Gengo Unyou Nouryoku).
Berdasarkan uraian diatas, penulis berpendapat bahwa Analisis Kemampuan adalah penyelidikan kemampuan seseorang dalam memahami bahasa yang memadai dilihat dari sistem bahasa.
1.5 Metode Penelitian
1.5.1 Metode yang digunakan
Dalam meneliti masalah tersebut, metode yang penulis gunakan adalah metode deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual (Sutedi, 2011:58).
1.5.2 Populasi dan Sampel
Untuk meneliti masalah ini, penulis mengambil populasi pembelajar Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia. Sampel dalam penelitian ini adalah pembelajar Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Tingkat 1, 2, dan 3, Universitas Pendidikan Indonesia. Penulis mengambil sampel 10 orang dari setiap angkatan. Teknik penyampelan yang penulis gunakan adalah teknik Random, yaitu teknik secara acak.
(20)
Selain responden pembelajar Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia, penulis juga mengambil data dari sumber buku atau jurnal referensi Bahasa Jepang mengenai kata tunjuk Kore Sore Are. Situs yang penulis gunakan sebagai sumber adalah situs www.cinii.co.jp.
1.6 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 1.6.1 Teknik Pengumpulan Data
A. Instrumen
Instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau menyediakan berbagai data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian. Data penelitian adalah sejumlah informasi penting yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian melalui prosedur pengolahan. (Sutedi, 2011:155)
Penulis mengumpulkan data dari kamus bahasa Jepang, literatur, jurnal, internet, serta sumber-sumber lain yang relevan dengan penelitian. Serta melakukan tes pada tingkat satu, dua, dan tiga JPBJ FPBS-UPI untuk mengambil data. Instrumen yang penulis gunakan adalah instrumen tes yaitu berupa tes tertulis dan instrumen non tes yaitu berupa angket tertutup. Uraian instrumen yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:
a. Tes
1. Tes Menerjemahkan
Pembelajar diharapkan dapat menerjemahkan kalimat-kalimat yang telah penulis siapkan dalam Bahasa Jepang untuk kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, dan kalimat-kalimat dalam Bahasa Indonesia untuk diterjemahkan ke dalam Bahasa Jepang.
(21)
Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pembelajar dalam menggunakan kata tunjuk.
2. Tes Isian
Dalam tes ini, pembelajar harus memilih kata tunjuk yang sesuai dengan konteks kalimat yang sesuai dari 3 pilihan kata tunjuk yaitu “kore”, “sore”, dan“are”.
Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pembelajar dalam menggunakan kata tunjuk yang sesuai.
3. Tes Benar-Salah (bunpousei handan tesuto)
Tes ini berisikan kalimat-kalimat mengandung Kore Sore Are, kemudian pembelajar harus menentukan kalimat tersebut benar atau salah dengan memilih jawaban maru (O) atau batsu (X). Tes ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman pembelajar terhadap Kore Sore Are.
Masing-masing tes tersebut terdiri dari 10 soal.
b. Angket
Penulis membuat angket untuk mengetahui pendapat pembelajar Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang terhadap kata tunjuk Kore Sore Are. Angket terdiri dari 10 butir soal tertutup, namun pada setiap jawaban opsi terakhir penulis berikan secara terbuka, agar responden dapat menjawabnya secara bebas.
1.6.2 Teknik Pengolahan Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data, data yang ada dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari studi literatur, dan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes dan angket dan akan diolah secara statistik.
(22)
1.7Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis akan memaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian serta sistematika pembahasan.
BAB II LANDASAN TEORITIS
Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai definisi dan penggunaan kata tunjuk Kore Sore Are dalam Bahasa Jepang
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai metode yang digunakan dan pengumpulan data dari hasil penelitian.
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan memaparkan mengenai pemahaman pembelajar pada kata tunjuk Kore Sore Are dalam Bahasa Jepang dan bagaimana perbandingan kemampuan pembelajar tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3 mengenai kata tersebut.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan dari hasil analisa penelitian dan hal-hal yang perlu ditindaklanjuti untuk penelitian berikutnya.
(23)
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang dilakukan berdasarkan pada langkah kerjailmiahsecarateratur,sistematis,danlogis dalam upaya mengkaji, memahami,dan menemukanjawaban dari suatu masalah. Dengan demikian, penelitian pendidikan merupakan upaya untuk memahami permasalahan pendidikan serta hal-hal yang lain berhubungan dengannya, melalui pengumpulan berbagai bukti akurat, dilakukan secara sistematis berdasarkan metode ilmiah, sehingga dipeoleh suatu jawaban untuk memecahkan masalah tersebut. (Sutedi, 2011:16)
Dalam meneliti permasalahan ini, metode yang penulis gunakan adalah metode deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual (Sutedi, 2011:58).
Sedangkan menurut Masyhuri dan Zainuddin dalam Novianti (2012:24) penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi. Ia juga bersifat komperatif dan korelatif. Penelitian deskriptif banyak membantu terutama dalam penelitian yang bersifat longitudinal, genetik, dan klinis. Penelitian survey biasanya termasuk dalam penelitian ini.
Pada penelitian ini penulis menggunakan cara menghimpun, meneliti, dan mempelajari buku-buku referensi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, seperti buku-buku, artikel, jurnal maupun internet
(24)
yang berisi teori-teori maupun hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai permasalahan yang akan dibahas.
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi
Menurut Iqbal dalam Novianti (2012:25), populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memilih karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Objek atau nilai yang akan diteliti dalam populasi disebut unit analisis atau elemen populasi. Unit analisis dapat berupa orang, perusahaan, media, dan sebagainya. Untuk meneliti masalah ini, penulis mengambil populasi pembelajar Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia.
3.2.2 Sampel
Sampel menurut Iqbal dalam Novianti (2012:25) adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, lengkap, yang dianggap bisa mewakili populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah pembelajar Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Tingkat 1, 2, dan 3, Universitas Pendidikan Indonesia. Penulis mengambil sampel 10 orang dari setiap tingkat. Teknik penyampelan yang penulis gunakan adalah teknik Random, yaitu teknik secara acak. Teknik ini digunakan karena karakter populasinya bersifat homogen.
(25)
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau menyediakan berbagai data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian. Data penelitian adalah sejumlah informasi penting yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian melalui prosedur pengolahan. (Sutedi, 2011:155)
Dalam penelitian pendidikan, instrumen penelitian secara garis besarnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu yang berbentuk tes dan non tes. (Sutedi, 2011:155) Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini terdiri dari kedua jenis instrumen tersebut, yaitu instrumen tes dengan tes tertulis, dan instrumen non tes dengan angket. Berikut adalah uraian mengenai tes tertulis yang penulis gunakan:
a) Tes Tertulis
1. Tes Menerjemahkan
Pembelajar diharapkan dapat menerjemahkan kalimat-kalimat yang telah penulis siapkan dalam Bahasa Jepang untuk kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, dan kalimat-kalimat dalam Bahasa Indonesia untuk diterjemahkan ke dalam Bahasa Jepang.
Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pembelajar dalam menggunakan kata tunjuk yang tepat.
2. Tes Isian
Dalam tes ini, pembelajar harus memilih kata tunjuk yang sesuai dengan konteks kalimat yang sesuai dari 3 pilihan kata tunjuk yaitu “kore”, “sore”, dan “are”.
(26)
Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pembelajar dalam menggunakan kata tunjuk yang sesuai.
3. Tes Benar-Salah
Tes ini berisikan kalimat-kalimat mengandung Kore Sore Are, kemudian pembelajar harus menentukan kalimat tersebut benar atau salah dengan memilih jawaban maru (O) atau batsu (X). Tes ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman pembelajar terhadap Kore Sore Are.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Penulisan Soal Tes Kata
tunjuk Fungsi Nomor Soal
Kore Menunjukkan objek konkrit yang berada dekat dengan pembicara
1, 9, 10, 11, 14, 17, 19, 21, 22, 23, 24 Menunjukkan objek abstrak yang berkaitan
dengan pembicara
4, 7, 8, 16, 29 Sore Menunjukkan objek konkrit yang berada
jauh dari pembicara dan dekat dengan lawan bicara
2, 12, 20, 25
Menunjukkan objek abstrak yang hanya diketahui oleh pembicara
18, 28, 30 Menunjukkan objek abstrak yang tidak
diketahui baik oleh pembicara maupun lawan bicara
27
(27)
jauh baik dari pembicara maupun lawan bicara
Menunjukkan objek abstrak yang telah diketahui baik oleh pembicara maupun lawan bicara
15, 26
b) Angket
Selain tes, penulis juga membuat angket atau kuesioner untuk mengetahui pendapat pembelajar Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang terhadap kata tunjuk Kore Sore Are.
Angket ini terdiri dari 10 butir pertanyaan dalam bentuk jawaban tertutup. Namun ada beberapa butir soal yang opsi terakhirnya penulis berikan secara terbuka. Hal ini dimaksudkan agar responden menjawab secara bebas.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Penulisan Angket
Aspek yang diamati Nomor soal
Pengetahuan mengenai kata tunjuk Kore Sore Are 1, 7, 8 Kesulitan dalam memahami, menggunakan, dan
menerjemahkan kata tunjuk Kore Sore Are
2, 3, 4, 6 Pelajaran khusus mengenai kata tunjuk Kore Sore
Are
(28)
3.5 Teknik Pengumpulan Data a. Studi Literatur
Mencari dan mengumpulkan buku-buku referensi dan literatur yang relevan tentang kata tunjuk Kore Sore Are. Buku-buku yang menjadi sumber dalam penelitian ini diantaranya adalah Nihongo Bunkei Jiten, Minna No Nihongo I, dan buku lainnya yang terdapat penjelasan mengenai kata tunjuk Kore Sore Are. Selain itu, penulis juga mengambil data dari sumber buku atau jurnal referensi Bahasa Jepang mengenai kata tunjuk Kore Sore Are. Situs yang penulis gunakan sebagai sumber adalah situs www.cinii.co.jp.
b. Studi Lapangan
Penulis mengumpulkan data pada mahasiswa tingkat 1, 2, dan 3 yang dilakukan dengan pendekatan one-shoot model. Penulis memberikan tes tertulis berupa tes isian, tes benar salah, dan tes terjemahan (bahasa Indonesia-bahasa Jepang, dan bahasa Jepang-bahasa Indonesia), serta angket tertutup.
Penulis melakukan pengambilan data pada hari Rabu 25 September 2013 kepada tingkat 1 pukul 12.00, dan pukul 13.00 kepada tingkat 3. Kemudian pada hari Kamis, 26 September 2013 pukul 12.00 kepada tingkat 2. Jumlah mahasiswa yang mengikuti tes ini adalah 30 orang.
Tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang terhadap kata tunjuk Kore Sore Are.
(29)
3.6 Teknik Pengolahan Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data, data yang ada dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif akan diolah secara statistik, dan data kualitatif diperoleh dari studi literatur.
1. Pengolahan Data Tes
Penulis mengumpulkan data penelitian dengan menggunakan instrumen tes tertulis, yang terdiri dari 30 soal. 10 soal berbentuk isian, 10 soal berbentuk pilihan benar salah (bunpousei handan tesuto), 5 soal terjemahan bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia, dan 5 soal terjemahan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jepang.
Sampel penelitian adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni UPI Bandung tingkat 1, 2, dan 3. Penulis mengambil sampel 10 0rang dari setiap tingkat sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah 30 orang.
Setelah data dari tes dan angket terkumpul, penulis mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memeriksa dan menghitung banyaknya data.
b. Menyusun frekuensi jawaban benar pada tiap butir soal dengan menggunakan rumus:
P Keterangan:
(30)
f: Frekuensi yang akan dicari presentasinya N: Jumlah frekuensi atau banyaknya individu
(Sudjiono dalam Novianti, 2012:30) c. Menyusun tabel frekuensi dan presentase jawaban tiap butir
soal.
d. Menghitung presentase kemampuan mahasiswa tiap kategori dengan menggunakan rumus:
P =
P: Presentase kemampuan
∑f: Jumlah frekuensi yang akan dicari presentasenya N: Jumlah soal dikali banyaknya individu
e. Menghitung rata-rata kemampuan pemahaman bahasa (gengo rikai nouryoku) dan kemampuan penggunaan bahasa (gengo unyou nouryoku) tiap kategori menggunakan rumus :
Pkat =
Keterangan:
Pkat1:Presentase kemampuan bahasa tiap kategori
Pkat2: Presentase kemampuan bahasa tiap kategori
f. Menghitung tingkat kemampuan dari seluruh kategori dengan menggunakan rumus:
(31)
P: Presentase kemampuan
∑f: Jumlah frekuensi yang akan dicari presentasenya N: Jumlah soal dikali banyaknya individu
g. Menginterpretasikan presentase dengan rata-rata kemampuan dengan berdasarkan pada kriteria berikut:
Tabel 3.3 Pedoman tingkat kemampuan Kata Tunjuk Kore, Sore, Are
Nilai (%) Penafsiran
0-54 Sangat Kurang
55-64 Kurang
65-74 Cukup
75-84 Baik
85-100 Sangat Baik
(Dikutip dari Nurgiyantoro, dalam Novianti, 2012:32)
Dalam membandingkan kemampuan responden, penulis menggunakan teknik perhitungan statistik komparasional. Yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan dalam kemampuan pemahaman dan kemampuan penggunaan terhadap kata tunjuk Kore Sore Are. Adapun tahap-tahap untuk menghitung “t -hitung” dengan menggunakan teknik statistik komparasional adalah sebagai berikut:
(32)
Tabel 3.4 Tabel Persiapan Menghitung t-hitung
No. X Y x y x2 y2
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
M Keterangan:
1. Kolom (1), diisi dengan nomor urut yang sesuai pada jumlah sampel. 2. Kolom (2), diisi oleh skor yang telah diperoleh oleh responden tingkat 1, 2
atau 3.
3. Kolom (3), diisi oleh sror yang telah diperoleh oleh responden tingkat 1, 2 atau 3.
4. Kolom (4), deviasi dari kolom X. 5. Kolom (5), deviasi dari kolom Y.
6. Kolom (6), diisi dengan hasil pengkuadratan angka pada kolom-kolom (4). 7. Kolom (7), diisi dengan hasil pengkuadratan angka pada kolom-kolom (5). 8. Baris sigma (jumlah) dari setiap kolom, untuk kolom (5) dan kolom (4)
jumlahnya harus nol.
9. M (mean) adalah nilai rata-rata dari kolom (2) dan kolom (3). a) Mencari mean kedua variabel dengan rumus berikut:
Rumus untuk mencari mean X Rumus untuk mencari mean Y
(33)
Rumus untuk mencari standar deviasi X Rumus untuk mencari standar deviasi Y
c) Mencari standar error mean kedua variabel tersebut
Untuk mencari standar error mean X Untuk mencari standar error mean Y
d) Mencari standar error perbedaan mean X dan Y
e) Mencari nilai t hitung
f) Menguji kebenarannya dengan membandingkan nilai pada t tabel g) Menarik kesimpulan
2. Pengolahan Data Angket
Penulis membuat angket yang terdiri dari 10 butir soal dan kemudian penulis menganalisisnya dengan melakukan teknik proporsional, yaitu melihat presentase jumlah jawaban responden dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menjumlahkan setiap jawaban angket b. Menyusun frekuensi jawaban
(34)
d. Menghitung presentase frekuensi dari setiap jawaban dengan menggunakan rumus:
P =
Keterangan:
P: Presentase frekuensi dari setiap jawaban f: Frekuensi dari setiap jawaban
N: jumlah responden
e. Menginterpretasikan jawaban angket berdasarkan pada kriteria berikut:
Tabel 3.5 Klasifikasi presentase angket Besar Presentase Interpretasi
0% Tidak seorangpun
1-5% Hampir tidak ada
6-25% Sebagian kecil
26-49% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
51-75% Lebih dari setengahnya
76-95% Sebagian besar
96-99% Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya
(35)
98
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah penulis bahas pada bab sebelumnya, penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel penelitian pembelajar bahasa Jepang tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3 Universitas Pendidikan Bahasa Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes isian, tes benar salah, dan tes menerjemahkan kata tunjuk Kore Sore Are ini, diketahui bahwa kemampuan penggunaan kata tunjuk Kore adalah sebesar 55,78% atau dapat dikategorikan kurang, penggunaan Kata Tunjuk Sore adalah 46,67% yang berarti kemampuan responden dinilai sangat kurang. Sedangkan penggunaan Kata Tunjuk Are yaitu 62% sehingga termasuk kurang. Sedangkan dalam kemampuan pemahaman, kata tunjuk Kore sebesar 67,33% sehingga dikategorikan cukup. Kemudian kemampuan pemahaman terhadap kata tunjuk Sore sebesar 67,78% atau cukup. Terakhir, kemampuan objek penelitian terhadap pemahaman kata tunjuk Are adalah 65% dan dikategorikan cukup. Berdasarkan fungsinya, penggunaan kata tunjuk Kore yang memiliki fungsi “menunjuk objek konkrit yang berada dekat dengan pembicara” adalah sebesar 68,2% atau dapat dikatakan cukup. Sedangkan kata tunjuk Kore yang memiliki fungsi “menunjuk objek abstrak yang berkaitan dengan pembicara” adalah sebesar 39,33% atau dapat dikatakan sangat kurang. Berdasarkan fungsi kata tunjuk Sore, diketahui bahwa kemampuan penggunaan kata tunjuk Sore yang memiliki fungsi “Menunjukkan objek konkrit yang berada jauh dari pembicara dan dekat dengan lawan bicara” adalah 76,67% atau dapat dikatakan baik. Selanjutnya, kemampuan penggunaan kata tunjuk
(36)
Sore yang memiliki fungsi “Menunjukkan objek abstrak yang hanya diketahui oleh pembicara” adalah 27,8% atau dapat dikatakan sangat kurang. Dan, kemampuan penggunaan kata tunjuk Sore yang memiliki fungsi “Menunjukkan objek abstrak yang tidak diketahui baik oleh pembicara maupun lawan bicara” adalah 46,67% atau dapat dikatakan sangat kurang. Terakhir, berdasarkan fungsi kata tunjuk Are, dapat diketahui bahwa kemampuan penggunaan kata tunjuk Are yang memiliki fungsi “Menunjukkan objek abstrak yang telah diketahui baik oleh pembicara maupun lawan bicara” adalah 25% atau dapat dikatakan sangat kurang. Kemudian, kemampuan penggunaan kata tunjuk Are yang memiliki fungsi “Menunjukkan objek konkrit yang berada jauh baik dari pembicara maupun lawan bicara” adalah 78% atau dapat dikatakan baik.
2. Terdapat perbedaan kemampuan antara responden tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3 dalam menggunakan dan memahami kata tunjuk Kore Sore Are, yaitu tingkat 1 sangat kurang dengan presentase 45,67%, tingkat 2 kurang dengan presentase 63,67%, dan tingkat 3 cukup dengan presentase 67,33%. Berdasarkan kategori fungsinya, presentase tingkat 1 dalam menggunakan dan memahami kata tunjuk Kore adalah 11,67%, Sore 16,67%, dan Are 18,03%. Kemampuan responden tingkat 2 terhadap penggunaan dan pemahaman kata tunjuk Kore adalah 21,67%, kata tunjuk Sore adalah sebesar 21,33%, dan kata tunjuk Are adalah sebesar 17,14%. Kemudian pada tingkat 3, kemampuan penggunaan kata tunjuk Kore adalah 22,8%, kata tunjuk Sore adalah 21,67%, dan kata tunjuk Are adalah sebesar 19,5%. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan tingkat 1 dan tingkat 2, serta tingkat 1 dan tingkat 3. Namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat 2 dan tingkat 3.
(37)
5.2 Saran dan Rekomendasi
Berdasarkan data yang telah diperoleh penulis, perbedaan kata tunjuk yang beragam masih membingungkan pembelajar sehingga masih banyak terjadi kesalahan. Beberapa dari responden masih belum memahami perbedaan kata tunjuk yang digunakan untuk menunjukkan objek konkrit dan objek abstrak.
Penelitian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut lagi mengenai kata tunjuk lain seperti Kono, Sono, Ano, dan kata tunjuk yang lainnya, ataupun penelitian mengenai analisis penggunaan dan pemahaman kata tunjuk dalam bahasa Jepang berdasarkan bahasa ibu responden yang akan diteliti, ataupun mengenai analisis kontrastif kata tunjuk dalam bahasa Jepang dengan kata tunjuk dalam bahasa yang lain.
(38)
DAFTAR PUSTAKA
AOTS. (2004). Shin Nihongo no Chukyuu Bunpou Kaisetsusho Indonesia Goban. Jepang: Suriel Network.
Archer, J. (2005). Kisah Para Diktator, Biografi Politik Para Penguasa Fasis, Komunis Despotis dan Tiran. Yogyakarta: Narasi.
Depdikbud. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3. Jakarta : Balai Pustaka.
Guruupu Jamashi. (1998). Nihongo no Bunkei Jiten. Jepang: Kurosio Publisher. Hashimoto, K., Nishide, K., Takahashi T. (2002). “Shiji Daimeishi no
Tsukaiwake ni yoru Sanjigen Kuukan no Ryouiki Bunsetsu”. 552, 155-159.
Hirota, N. (2002). “<are/kore/sore> to Eigo no shiji/ninsho daimeishi -Shiji Karadaito no Wayou Secchuu Toiu Mondai Ten-.37, 27-32.
Hoshino & Endo, R. (2003). An Intensive Training Course in Japanese. Jepang: ALC.
Ishikawa, M. (2007). “Chokusetsuhou ni yoru Shijishi [Kore, Sore, Are] no Dounyuu to Tenkai”. 1-25.
Muslich, M. (2008). Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara.
Noboru, O. (2004). New Approach Japanese Intermediate Course. Tokyo: Nihongo Kenkyuusha.
Novianti, A. (2012). Analisis Kemampuan Jootai Fukushi Shikkari Kichinto Dan Tadashiku. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak ditersbitkan.
(39)
Ogawa, I. (2000). Minna no nihongo I. Tokyo: Suriel Network.
Pariawan, I W. (2009). Deiksis Dalam Kajian Pragmatik -Makalah Pragmatik Deiksis-. Retrieved December 6, 2013, from
Suluhpendidikan.blogspot.com/2009/01/deiksis-dalam-kajian-pragmatik.html
Sudjianto & Dahidi, A. (2009). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Oriental.
Sutedi, D. (2011). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.
Sutjiati, N. (2009). Pengantar Nihonjijo. UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Staf Pengajar Program Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI. (2001). Kamus
Istilah Gramatika Bahasa Jepang. UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Takamizawa, H., Hunt Kageyama Y., Ikeda Y., Ito H., Usami M., Nishikawa
S., et al. (2004). Shin/Hajimete no Nihongo Kyouiku I. Jepang: ASK Kaisha.
Tim Penyusun Bimbingan Belajar Tridaya. (2008). Useful Book Tridaya kelas 12. Bandung: UPI.
Tim Penyusun Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang. Shokyu Bunpou 1. Bandung: UPI.
Tim Penyusun Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang. Shokyu Kaiwa 1. Bandung: UPI.
Tim Penyusun Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang. Shokyu Sakubun 1. Bandung: UPI.
(1)
d. Menghitung presentase frekuensi dari setiap jawaban dengan menggunakan rumus:
P =
Keterangan:
P: Presentase frekuensi dari setiap jawaban
f: Frekuensi dari setiap jawaban
N: jumlah responden
e. Menginterpretasikan jawaban angket berdasarkan pada kriteria berikut:
Tabel 3.5 Klasifikasi presentase angket Besar Presentase Interpretasi
0% Tidak seorangpun 1-5% Hampir tidak ada 6-25% Sebagian kecil 26-49% Hampir setengahnya 50% Setengahnya
51-75% Lebih dari setengahnya 76-95% Sebagian besar
96-99% Hampir seluruhnya 100% Seluruhnya
(2)
98
Meirina Andreany, 2014
Analisis Kemampuan Pembelajar Bahasa Jepang UPI Terhadap Kata Tunjuk Kore Sore Are
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah penulis bahas pada bab sebelumnya, penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel penelitian pembelajar bahasa Jepang tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3 Universitas Pendidikan Bahasa Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes isian, tes benar salah, dan tes menerjemahkan kata tunjuk Kore Sore Are ini, diketahui bahwa kemampuan penggunaan kata tunjuk Kore adalah sebesar 55,78% atau dapat dikategorikan kurang, penggunaan Kata Tunjuk Sore adalah 46,67% yang berarti kemampuan responden dinilai sangat kurang. Sedangkan penggunaan Kata Tunjuk Are yaitu 62% sehingga termasuk kurang. Sedangkan dalam kemampuan pemahaman, kata tunjuk Kore sebesar 67,33% sehingga dikategorikan cukup. Kemudian kemampuan pemahaman terhadap kata tunjuk Sore sebesar 67,78% atau cukup. Terakhir, kemampuan objek penelitian terhadap pemahaman kata tunjuk Are adalah 65% dan dikategorikan cukup. Berdasarkan fungsinya, penggunaan kata tunjuk Kore yang memiliki fungsi
“menunjuk objek konkrit yang berada dekat dengan pembicara”
adalah sebesar 68,2% atau dapat dikatakan cukup. Sedangkan kata tunjuk Kore yang memiliki fungsi “menunjuk objek abstrak yang
berkaitan dengan pembicara” adalah sebesar 39,33% atau dapat dikatakan sangat kurang. Berdasarkan fungsi kata tunjuk Sore, diketahui bahwa kemampuan penggunaan kata tunjuk Sore yang memiliki fungsi “Menunjukkan objek konkrit yang berada jauh dari pembicara dan dekat dengan lawan bicara” adalah 76,67% atau dapat dikatakan baik. Selanjutnya, kemampuan penggunaan kata tunjuk
(3)
Sore yang memiliki fungsi “Menunjukkan objek abstrak yang hanya
diketahui oleh pembicara” adalah 27,8% atau dapat dikatakan sangat kurang. Dan, kemampuan penggunaan kata tunjuk Sore yang memiliki fungsi “Menunjukkan objek abstrak yang tidak diketahui
baik oleh pembicara maupun lawan bicara” adalah 46,67% atau dapat dikatakan sangat kurang. Terakhir, berdasarkan fungsi kata tunjuk
Are, dapat diketahui bahwa kemampuan penggunaan kata tunjuk Are
yang memiliki fungsi “Menunjukkan objek abstrak yang telah
diketahui baik oleh pembicara maupun lawan bicara” adalah 25% atau dapat dikatakan sangat kurang. Kemudian, kemampuan penggunaan kata tunjuk Are yang memiliki fungsi “Menunjukkan objek konkrit yang berada jauh baik dari pembicara maupun lawan
bicara” adalah 78% atau dapat dikatakan baik.
2. Terdapat perbedaan kemampuan antara responden tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3 dalam menggunakan dan memahami kata tunjuk Kore Sore Are, yaitu tingkat 1 sangat kurang dengan presentase 45,67%, tingkat 2 kurang dengan presentase 63,67%, dan tingkat 3 cukup dengan presentase 67,33%. Berdasarkan kategori fungsinya, presentase tingkat 1 dalam menggunakan dan memahami kata tunjuk Kore adalah 11,67%, Sore 16,67%, dan Are 18,03%. Kemampuan responden tingkat 2 terhadap penggunaan dan pemahaman kata tunjuk Kore adalah 21,67%, kata tunjuk Sore adalah sebesar 21,33%, dan kata tunjuk Are adalah sebesar 17,14%. Kemudian pada tingkat 3, kemampuan penggunaan kata tunjuk Kore adalah 22,8%, kata tunjuk Sore adalah 21,67%, dan kata tunjuk Are adalah sebesar 19,5%. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan tingkat 1 dan tingkat 2, serta tingkat 1 dan tingkat 3. Namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat 2 dan tingkat 3.
(4)
100
Meirina Andreany, 2014
Analisis Kemampuan Pembelajar Bahasa Jepang UPI Terhadap Kata Tunjuk Kore Sore Are
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5.2 Saran dan Rekomendasi
Berdasarkan data yang telah diperoleh penulis, perbedaan kata tunjuk yang beragam masih membingungkan pembelajar sehingga masih banyak terjadi kesalahan. Beberapa dari responden masih belum memahami perbedaan kata tunjuk yang digunakan untuk menunjukkan objek konkrit dan objek abstrak.
Penelitian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut lagi mengenai kata tunjuk lain seperti Kono, Sono, Ano, dan kata tunjuk yang lainnya, ataupun penelitian mengenai analisis penggunaan dan pemahaman kata tunjuk dalam bahasa Jepang berdasarkan bahasa ibu responden yang akan diteliti, ataupun mengenai analisis kontrastif kata tunjuk dalam bahasa Jepang dengan kata tunjuk dalam bahasa yang lain.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
AOTS. (2004). Shin Nihongo no Chukyuu Bunpou Kaisetsusho Indonesia Goban. Jepang: Suriel Network.
Archer, J. (2005). Kisah Para Diktator, Biografi Politik Para Penguasa Fasis, Komunis Despotis dan Tiran. Yogyakarta: Narasi.
Depdikbud. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3. Jakarta : Balai Pustaka.
Guruupu Jamashi. (1998). Nihongo no Bunkei Jiten. Jepang: Kurosio Publisher.
Hashimoto, K., Nishide, K., Takahashi T. (2002). “Shiji Daimeishi no Tsukaiwake ni yoru Sanjigen Kuukan no Ryouiki Bunsetsu”. 552, 155-159.
Hirota, N. (2002). “<are/kore/sore> to Eigo no shiji/ninsho daimeishi -Shiji Karadaito no Wayou Secchuu Toiu Mondai Ten-.37, 27-32.
Hoshino & Endo, R. (2003). An Intensive Training Course in Japanese. Jepang: ALC.
Ishikawa, M. (2007). “Chokusetsuhou ni yoru Shijishi [Kore, Sore, Are] no Dounyuu to Tenkai”. 1-25.
Muslich, M. (2008). Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara.
Noboru, O. (2004). New Approach Japanese Intermediate Course. Tokyo: Nihongo Kenkyuusha.
Novianti, A. (2012). Analisis Kemampuan Jootai Fukushi Shikkari Kichinto Dan Tadashiku. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak ditersbitkan.
(6)
Meirina Andreany, 2014
Analisis Kemampuan Pembelajar Bahasa Jepang UPI Terhadap Kata Tunjuk Kore Sore Are
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ogawa, I. (2000). Minna no nihongo I. Tokyo: Suriel Network.
Pariawan, I W. (2009). Deiksis Dalam Kajian Pragmatik -Makalah Pragmatik Deiksis-. Retrieved December 6, 2013, from
Suluhpendidikan.blogspot.com/2009/01/deiksis-dalam-kajian-pragmatik.html
Sudjianto & Dahidi, A. (2009). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Oriental.
Sutedi, D. (2011). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.
Sutjiati, N. (2009). Pengantar Nihonjijo. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Staf Pengajar Program Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI. (2001). Kamus Istilah Gramatika Bahasa Jepang. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Takamizawa, H., Hunt Kageyama Y., Ikeda Y., Ito H., Usami M., Nishikawa S., et al. (2004). Shin/Hajimete no Nihongo Kyouiku I. Jepang: ASK Kaisha.
Tim Penyusun Bimbingan Belajar Tridaya. (2008). Useful Book Tridaya kelas 12. Bandung: UPI.
Tim Penyusun Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang. Shokyu Bunpou 1. Bandung: UPI.
Tim Penyusun Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang. Shokyu Kaiwa 1. Bandung: UPI.
Tim Penyusun Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang. Shokyu Sakubun 1. Bandung: UPI.