PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM.

(1)

Nur Afiati. 2014

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN

GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh

Nur Afiati NIM 1002448

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Nur Afiati. 2014

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2014

Pengaruh Penerapan Pembelajaran Berbasis Zone of Proximal Development Terhadap Pemahaman Konsep Berdasarkan Gender Pada Materi Hidrolisis

Garam

Oleh Nur Afiati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Nur Afiati 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

Nur Afiati. 2014

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

NUR AFIATI

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN

GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr. H. Wahyu Sopandi, M.A NIP. 196605251990011001

Pembimbing II

Dr. Momo Rosbiono, M.Pd., M.Si NIP. 195712111982031006

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Dr. H. Ahmad Mudzakir, M.Si NIP. 196611211991031002


(4)

Nur Afiati. 2014

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(5)

Nur Afiati. 2014

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL

DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Berbasis Zone of

Proximal Development Terhadap Pemahaman Konsep Berdasarkan Gender

Pada Materi Hidrolisis Garam” yang dilakukan di salah satu SMAN wilayah

Kota Bandung dengan melibatkan 61 orang siswa SMA kelas XI. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dan gambaran tentang penerapan pembelajaran berbasis konsep Zone of Proximal Development (ZPD) berbantuan teks perubahan konseptual materi hidrolisis garam terhadap pemahaman konsep berdasarkan gender. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimental dengan desain Nonequivalen Control Group Desain. Instrumen penelitian berupa butir soal dan pedoman wawancara yang menggali tingkat pemahaman konsep pada level makroskopik, submikroskopik, dan simbolik serta pendapat mengenai penerapan pembelajaran berbasis ZPD pada materi hidrolisis garam berdasarkan perbedaan gender. Melalui penerapan pembelajaran berbasis ZPD dan yang tidak berbasis ZPD pada materi hidrolisis garam ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam efektivitas peningkatan pemahaman konsep level makroskopik antara siswa laki-laki dan perempuan kelompok kontrol dengan taraf signifikansi (p=0,498) dan kelompok eksperimen (p=0,507). Pada level submikroskopik ditemukan pula tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan pada kelompok kontrol (p=0,105) dan kelompok eksperimen (t=0,890). Pada level simbolik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan kelompok kontrol (t=0,506) dan pada kelompok eksperimen (t=0,955).

Kata kunci : ZPD, teks perubahan konseptual, pemahaman konsep, gender,


(6)

Nur Afiati. 2014

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL

DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

This study entitled "Effect of the Implementation of ZPD Based Learning

Toward Understanding of Chemistry Concepts based on Gender in Salt Hydrolysis " are conducted in one of senior high school in Bandung which

involving 61 students in third grade of natural science majors. The purpose of this study are to obtain information and an overview of the implementation of Zone of Proximal Development (ZPD) concept based learning in salt hydrolysis toward the effectiveness of increasing students' understanding of the concept based on gender. This study used Quasi Experimental method and Nonequivalen Control Group as the design. The research instrument were in the form of items and interviewing guide which explores the level of concept understanding in macroscopic, submicroscopic and symbolic level along with the opinion of the implementation of ZPD based learning in the salt hydrolysis based on gender differences.

Through the implementation of ZPD based learning in salt hydrolysis was found that there was no significant difference in the understanding of the concept of macroscopic levels between male and female students with the significance level in the control group (p=0,498) and in the experimental group (p=0,507). Then, in the submicroscopic level has found that there was no significant difference between male and female students in the control group (t=0.105) and the experimental group (t=0.890). Afterwards, in the symbolic level there was no significant difference between male and female students in the control group ( t = 0.506 ) and the experimental group (t=0.955).

Keywords : ZPD, conceptual change text, undersanding concept, gender, salt


(7)

Nur Afiati. 2014

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL

DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

ABSTRAK... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ... B. Rumusan Masalah Penelitian ... C. Pertanyaan Penelitian ... D. Tujuan Penelitian ... E. Manfaat Penelitian ...

1 7 8 8 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Zone of Proximal Development (ZPD) ... 1. Pengertian Zone of Proximal Development (ZPD)... 2. Penerapan Pembelajaran Berbasis ZPD... B. Teks Perubahan Konseptual ... 1. Pengertian Teks Perubahan Konseptual ... 2. Peranan Teks Perubahan Konseptual Dalam

Meningkatkan Pemahaman Konsep ... C. Pemahaman Konsep ... D. Pengaruh Gender Dalam Sains... E. Penerapan Level Makroskopik, Submikroskopik dan

Simbolik pada Materi Hidrolisis Garam ... 1. Level Makroskopik ... 2. Level Submikroskopik ... 3. Level Simbolik ... F. Hipotesis Penelitian ...

10 10 11 13 13 13 14 15 19 21 22 26 30

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian ... 1. Metode Penelitian ... 2. Desain Penelitian ... B. Subjek Penelitian...

31 31 31 32


(8)

Nur Afiati. 2014

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL

DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Definisi Operasional... 1. Penerapan ... 2. Pembelajaran Berbasis Zone of Proximal

Development (ZPD) ... 3. Pemahaman Konsep ... 4. Gender ... D. Instrumen Penelitian ... 1. Butir Soal Pemahaman Konsep ... 2. Pedoman Wawancara ... E. Pengembangan Instrumen ... F. Alur Penelitian ...

1. Tahap Persiapan ... 2. Tahap Pelaksanaan ... 3. Tahap Pengolahan Data ... 4. Penarikan Kesimpulan ... G. Teknik Pengolahan Data ... 1. Pengolahan Data Kuantitatif ... 2. Pengolahan Data Kualitatif ... H. Analisis Data ...

1. Analisis Kuantitatif ... 2. Analisis Kualitatif ...

33 33 33 33 33 34 34 34 34 35 35 36 36 37 39 39 40 40 40 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan Pemahaman Siswa Pada Level Makroskopik Tentang Hidrolisis Garam ...

B. Hasil dan Pembahasan Pemahaman Siswa Pada Level Submikrokopik Tentang Hidrolisis Garam...

C. Hasil dan Pembahasan Pemahaman Siswa Pada Level Simbolik Tentang Hidrolisis Garam...

44 71 98

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... B. Saran ...

119 120

DAFTAR PUSTAKA ... 121

LAMPIRAN ... 128


(9)

Nur Afiati. 2014

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL

DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Pedoman Untuk Menggunakan Metode Pembelajaran Berbasis ZPD ...

11 2.2 Analisa Konten Materi Hidrolisis Garam Dalam Beberapa

Buku ...

19 3.1 Desain Penelitian Yang Digunakan ... 31 3.2 Skor Maksimum Penskoran Tiap Indikator Pada Ketiga Level

Representasi ...

39 4.1 Jawaban Pretest Level Makroskopik Siswa Kelompok

Kontrol Berdasarkan Gender ...

44 4.2 Jawaban Pretest Level Makroskopik Siswa Kelompok

Eksperimen Berdasarkan Gender ...

50 4.3 Jawaban Posttest Level Makroskopik Siswa Kelompok

Kontrol Berdasarkan Gender ...

56 4.4 Jawaban Posttest Level Makroskopik Siswa Kelompok

Eksperimen Berdasarkan Gender ...

60 4.5 Perbandingan Skor Pretest, Posttest, dan N-gain Tiap

Indikator Pada Level Makroskopik Kelompok Kontrol Berdasarkan Gender ...

64

4.6 Perbandingan Skor Pretest, Posttest, dan N-gain Tiap Indikator Pada Level Makroskopik Kelompok Eksperimen Berdasarkan Gender ...

66

4.7 Peningkatan Pemahaman Konsep Level Makroskopik Berdasarkan Gender ...

68 4.8 Uji Hipotesis Perbandingan Skor N-gain Pemahaman Konsep

Level Makroskopik Pada Siswa Laki-laki ...

69 4.9 Uji Hipotesis Perbandingan Skor N-gain Pemahaman Konsep

Level Makroskopik Pada Siswa Perempuan ...

70 4.10 Jawaban Pretest Level Submikrokopik Siswa Kelompok

Kontrol Berdasarkan Gender ...

71 4.11 Jawaban Pretest Level Submikrokopik Siswa Kelompok

Eksperimen Berdasarkan Gender ...

74 4.12 Jawaban Posttest Level Submikrokopik Siswa Kelompok 78


(10)

Nur Afiati. 2014

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL

DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kontrol Berdasarkan Gender ... 4.13 Jawaban Posttest Level Submikrokopik Siswa Kelompok

Eksperimen Berdasarkan Gender ...

83 4.14 Perbandingan Skor Pretest, Posttest, dan N-gain Tiap

Indikator Pada Level Submikrokopik Kelompok Kontrol Berdasarkan Gender ...

92

4.15 Perbandingan Skor Pretest, Posttest, dan N-gain Tiap Indikator Pada Level Submikrokopik Kelompok Eksperimen Berdasarkan Gender ...

93

4.16 Peningkatan Pemahaman Konsep Level Submikrokopik Berdasarkan Gender ...

95 4.17 Uji Hipotesis Perbandingan Skor N-gain Pemahaman Konsep

Level Submikrokopik Pada Siswa Laki-laki ...

97 4.18 Uji Hipotesis Perbandingan Skor N-gain Pemahaman Konsep

Level Submikrokopik Pada Siswa Perempuan ...

98 4.19 Jawaban Pretest Level Simbolik Siswa Kelompok Kontrol

Berdasarkan Gender ...

99 4.20 Jawaban Pretest Level Simbolik Siswa Kelompok

Eksperimen Berdasarkan Gender ...

102 4.21 Jawaban Posttest Level Simbolik Siswa Kelompok Kontrol

Berdasarkan Gender ...

105 4.22 Jawaban Posttest Level Simbolik Siswa Kelompok

Eksperimen Berdasarkan Gender ...

109 4.23 Perbandingan Skor Pretest, Posttest, dan N-gain Tiap

Indikator Pada Level Simbolik Kelompok Kontrol Berdasarkan Gender ...

113

4.24 Perbandingan Skor Pretest, Posttest, dan N-gain Tiap Indikator Pada Level Simbolik Kelompok Eksperimen Berdasarkan Gender ...

114

4.25 Peningkatan Pemahaman Konsep Level Simbolik Berdasarkan Gender ...

116 4.26 Uji Hipotesis Perbandingan Skor N-gain Pemahaman Konsep

Level Simbolik Pada Siswa Laki-laki ...

117 4.27 Uji Hipotesis Perbandingan Skor N-gain Pemahaman Konsep

Level Simbolik Pada Siswa Perempuan ...


(11)

Nur Afiati. 2014

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL

DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 “Segitiga Kimia” Johnstone, Hubungan Antara Ketiga

Level Representasi Kimia ...

3

2.1 Daerah Kemampuan Siswa ... 10

2.2 Hubungan Ketiga Unsur dalam Pembelajaran ... 14

2.3 Nilai Ujian Sains Nasional untuk Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan ... 17 2.4 Garam NaCl ... 21

2.5 Water Treatment ... 21

2.6 Baterai Kering ... 22

2.7 Garam Amonium Asetat ... 22

2.8 Model Susunan Partikel dalam Larutan NaCl ... 23

2.9 Model Susunan Partikel dalam Larutan CH3COONa .... 24

2.10 Model Susunan Partikel dalam Larutan NH4Cl ... 24

2.11 Model Susunan Partikel dalam Larutan CH3COONH4 .. 25


(12)

Nur Afiati. 2014

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL

DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A.1. Teks Perubahan Konseptual ... 128

A.2. Teks Bukan Perubahan Konseptual (BSE) ... 146

A.3. RPP Kelompok Eksperimen ... 157

A.4. RPP Kelompok Kontrol ... 168

B.1 Butir Soal Pretest ... 179

B.2 Butir Soal Posttest ... 181

B.3 Pedoman Wawancara ... 183

C.1 Hasil Wawancara Siswa ... 184

C.2 Rekapitulasi Skor Pemahaman Konsep Siswa Laki-laki dan Perempuan ... 187 C.3 Rekapitulasi Skor Pemahaman Konsep Siswa Laki-laki dan Perempuan Pada Ketiga Level Representasi Kimia ... 191 C.4 Hasil Pengolahan Data IBM SPSS 16.00 199 D.1 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 208


(13)

Nur Afiati. 2014

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL

DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kimia merupakan salah satu sains fisis yang diajarkan di sekolah menengah atas (Achor dan Kalu, 2014) yang berkaitan dengan studi tentang struktur, komposisi, sifat dan reaksi materi (Aniodoh dan Egbo, 2013). Sementara itu Mulyono (2005) mengemukakan bahwa ilmu kimia merupakan cabang dari sains dan berkedudukan sebagai ilmu dasar; ilmu yang mengkaji zat dari segi sifat, komposisi, struktur, ikatan, perubahan, dan pembuatannya serta perubahan energi yang terlibat. Kimia yang ditawarkan di kelas menengah atas dapat membantu siswa untuk mempelajari aspek-aspek penting dari sains yang akan memungkinkan mereka hidup secara efektif di lingkungan terdekat mereka (Adewumi dan Monisola, 2013).

Menurut Talanquer (2011) kimia merupakan pelajaran yang tidak hanya melibatkan konsep-konsep abstrak dan pemodelan untuk menjelaskan suatu fenomena kimia, namun juga perlu dikomunikasikan dalam bentuk model, visualisasi atau formula. Penjelasan kimia menyangkut materi, partikel, dan simbolik yang tidak dibedakan dengan jelas dapat menyebabkan miskonsepsi. Miskonsepsi mungkin timbul sebagai akibat dari berbagai interaksi siswa dengan dunia fisik dan dunia sosial atau sebagai hasil pengalaman pribadi, interaksi dengan guru, orang lain, atau melalui media (Gilbert dkk. dalam Ozmen, 2004). Beberapa miskonsepsi mungkin terjadi pada temuan-temuan konsep terdahulu, seperti garam NaCl yang terdiri dari atom Na dan Cl. Bila garam NaCl dilarutkan dalam air maka setiap atom Cl mengambil satu elektron dari atom Na. Sehingga atom Cl menjadi semakin bermuatan negatif dan atom Na menjadi bermuatan positif (Barke, dkk. 2009) dan banyak yang beranggapan setiap larutan garam selalu bersifat netral dan memiliki pH 7. Miskonsepsi bersifat permanen dan tidak


(14)

2

mudah dihilangkan terutama dengan menggunakan pembelajaran konvensional serta dapat menghambat belajar, karena itu sangat penting miskonsepsi untuk diidentifikasi dan ditemukan cara untuk menghilangkannya (Onder dan Geban, 2006).

Gilbert dan Treagust (dalam Yakmaci, dkk. 2013) mengungkapkan bahwa untuk mengurangi miskonsepsi pada siswa hendaknya dilakukan latihan secara intensif untuk mengaitkan tiga macam representasi kimia dengan baik. Tiga level representasi tersebut mencakup a) makroskopik yang mengarahkan terhadap keadaan nyata, dapat teramati, dan menunjukkan aspek pemanfaatannya; b) submikroskopik berperan menyediakan informasi tingkat molekul ataupun atomik; c) simbolik yang melibatkan penggunaan simbol, rumus, dan diagram (Gabel dan Johnstone dalam Yakmaci, dkk. 2013). Salah satu contoh level makroskopik dalam materi hidrolisis garam adalah obat batuk yang sering diminum dengan kandungan zat kimia yaitu amonium klorida (NH4Cl) yang berupa cairan berwarna kehitaman. Contoh level submikroskopik yaitu menunjukkan sifat basa dari larutan natrium asetat (NaCH3COOH) dengan cara memunculkan keberadaan ion OH- dari ionisasi air. Contoh level simbolik menunjukkan simbol reaksi hidrolisis pengikatan kation basa lemah dengan air seperti NH4+(aq) + H2O(l) NH3(aq) + H3O+(aq). Johnstone menyatakan bahwa cara mempelajari ilmu kimia pada level makroskopik hendaknya dilakukan melalui kerja di laboratorium. Dengan mengikuti pembelajaran di laboratorium atau mengamati fenomena kimia belum sepenuhnya siswa akan memahami konsep yang dipelajari. Untuk memahami konsep tersebut masih diperlukan penjelasan pada tingkat submikroskopik yang memfokuskan pada tingkat molekuler (Yitbarek, 2011). Ilmu kimia yang memiliki tiga representasi satu dengan yang lainnya saling berkaitan sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 1.1 berikut :


(15)

3

Makroskopik

Submikroskopik Simbolik

Gambar 1.1 “Segitiga Kimia” Johnstone, Hubungan Antara Ketiga Level Representasi Kimia

Sumber : Barke, dkk. 2009

Banyak guru SMA tidak mengintegrasikan tiga level representasi kimia dalam pembelajaran mereka, akibatnya siswa sering tidak dapat melihat hubungan antara tiga level representasi meskipun mereka mungkin tahu kimia pada tiga level representasi tersebut (Gabel dalam Chandrasegaran, dkk. 2007). Banyak fenomena kimia yang memerlukan penjelasan pada level submikroskopik namun sulit dilakukan observasi secara langsung (Gabel dalam Yakmaci, dkk. 2013) seperti terhidrolisisnya ion Cu2+ yang nampak setelah beberapa hari akan timbul endapan.

Disamping komponen guru dan siswa, komponen bahan ajar merupakan komponen penting dalam pembelajaran. Bahan ajar yang sering digunakan oleh guru kimia adalah buku teks tradisional. Namun pada kenyataannya penggunaan buku teks tradisional masih memunculkan miskonsepsi pada siswa. Salah satu cara untuk mengurangi miskonsepsi adalah dengan menggunakan teks perubahan konseptual. Teks perubahan konseptual merupakan bahan pembelajaran yang didasarkan pada pendekatan perubahan konseptual (Sevim dalam Sahin dan Cepni, 2011). Berbeda dari buku teks tradisional, teks perubahan konseptual secara khusus dirancang untuk menunjukkan miskonsepsi siswa tentang topik terkait dan kelemahan teksnya dalam menjelaskan atau memecahkan masalah (Baser dan Geban dalam Cetingul dan Geban, 2011). Posner, dkk. (1982) menyarankan empat kondisi untuk mengurangi miskonsepsi yaitu: (1) siswa harus menjadi tidak puas dengan konsep yang sudah dimiliki (dissatisfaction); (2)


(16)

4

konsep baru harus jelas dan mudah dipahami siswa (intelligibility); (3) konsep baru harus konsisten dengan pengetahuan yang lain, jelas, dan masuk akal (plausibility); (4) konsep yang ada dapat bermanfaat (fruitfulness). Dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa penerapan teks perubahan konseptual dapat mengurangi miskonsepsi pada siswa diantaranya pada materi konsep kesetimbangan kelarutan (Onder dan Geban, 2006), konsep larutan (Pinarbasi, dkk. 2006) serta asam dan basa (Cetingul dan Geban, 2011). Pada penelitian ini yang diterapkan adalah teks perubahan konseptual hidrolisis garam. Karena materi tersebut termasuk kedalam materi yang abstrak karena menuntut ketiga level representasi secara utuh dan juga merupakan pengembangan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Pada kenyataannya tidak semua siswa memahami semua materi yang sudah disajikan dalam teks perubahan konseptual karena bergantung terhadap tingkat kecerdasan siswa dalam memahami bacaan, sehingga dibantu melalui pembelajaran. Hasil penelitian Onder dan Geban (2006) mengungkapkan bahwa tidak mudah untuk menghilangkan miskonsepsi dengan pembelajaran konvensional karena dalam pembelajaran konvensional tidak ada penekanan pada miskonsepsi tetapi hanya memperkenalkan konsep-konsep penting dengan metode ceramah, pemecahan masalah dan mengikuti buku teks yang membuat siswa menjadi pasif. Penelitian yang dilakukan oleh Sumarna (2013) menunjukkan bahwa perlunya guru sebagai mentor dalam membimbing siswa untuk menjelaskan secara eksplisit pada proses pembelajaran terutama dalam materi hidrolisis garam agar lebih meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa. Hasil penelitian Cetingul dan Geban (2011) menyarankan dalam pembelajaran yang menggunakan teks perubahan konseptual diperkaya dengan demonstrasi, bantuan komputer, peta konsep dan lain-lain.

Salah satu pembelajaran yang memanfaatkan kondisi psikologi siswa adalah dengan menerapkan Zone of Proximal Development (ZPD). Teori ZPD adalah pembeda antara apa yang dapat dilakukan seorang anak secara mandiri dengan apa yang dilakukan membutuhkan bantuan yang disebut scaffolding. ZPD mengacu pada daerah antara tingkat perkembangan aktual dan tingkat


(17)

5

perkembangan potensial juga sebagai tingkat pembelajaran yang harus difokuskan untuk mendorong keuntungan pembelajaran terbesar bagi setiap siswa. Tujuan pembelajaran berbasis ZPD salah satunya untuk mempermudah siswa dalam memahami materi. Proses yang dilakukan oleh siswa yaitu mendapat tugas menantang tapi masuk akal yang merangsang berpikir dan memotivasi usaha untuk belajar, serta siswa merasakan lingkungan belajar dimana mereka dihargai sebagai individu, kelompok kolaboratif, dan angota di kelas. Keuntungan yang didapatkan oleh guru dalam pembelajaran berbasis ZPD adalah lebih memahami siswa sebagai peserta didik dalam pengaturan kelompok kecil dan dalam lingkungan sosial yang lebih besar, menemukan proses berpikir unik siswa yang berbeda yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan mengidentifikasi serta menggunakan kekuatan dan kelemahan untuk menyesuaikan pengalaman belajar di tingkat individu dan kelompok (Lui, 2012).

Salah satu cara untuk mengembangkan teori ZPD adalah dengan membiasakan membaca pada siswa. Membaca adalah kemampuan untuk memahami wacana (Santrock, 2010). Karena membaca besar pengaruhnya terhadap belajar. Hampir sebagian besar kegiatan belajar adalah membaca. Agar dapat belajar dengan baik maka perlulah membaca dengan baik pula, karena membaca adalah alat belajar (Slamet, 2010). Hal ini memungkinkan bahwa semakin besar intensitas membaca siswa maka semakin besar pula hasil belajar yang akan dicapai.

Isu gender merupakan salah satu faktor penting dalam pendidikan sains yang telah menghasilkan banyak perhatian bagi pendidik (Aniodoh dan Egbo, 2013). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah gender karena terkadang prestasi siswa berbeda karena gender. Prestasi dan bakat antara siswa laki-laki dan perempuan memang berbeda karena adanya ketidaksetaraan gender dalam bidang pendidikan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti yang diungkapkan oleh Suryadi dan Idris (dalam Fitrianti dan Habibullah, 2012) seperti 1) akses, yaitu kesempatan untuk memperoleh sumber daya tertentu, misalnya pendidikan; 2) partisipasi, yaitu keikutsertaan dalam suatu kegiatan dan atau pengambilan keputusan; 3) kontrol, yaitu wewenang mengambil keputusan


(18)

6

dalam melanjutkan sekolah dan memilih jurusan. Biasanya anak laki-laki lebih memilih jurusan yang lebih banyak praktik, seperti teknik, fisika, matematika, dan kimia, sedangkan anak perempuan cenderung untuk memilih jurusan kesejahteraan keluarga, bahasa, dan sains biologi; 4) manfaat, yaitu kegunaan sumber daya yang dapat dinikmati secara optimal dari pendidikan yang telah ditempuh oleh siswa. Perbedaan prestasi dan bakat siswa laki-laki dan perempuan telah dibuktikan oleh beberapa pakar gender. Seperti hasil penelitian Walberg (1967) ditemukan bahwa nilai siswa laki-laki secara signifikan lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan pada dua faktor yang disebut "Tinkering" yang termasuk item praktis dan eksperimental dan "Cosmologi" yang termasuk aspek yang lebih teoritis dan spekulatif. Dalam penelitian Walberg juga ditunjukkan bahwa nilai siswa perempuan secara signifikan lebih tinggi daripada siswa laki-laki pada tiga dari lima dimensi yang telah ia identifikasi. Faktor-faktor ini adalah “akademik” yang termasuk membaca, menghafal, menulis laporan, dan diskusi sains di kelas (Keightley, 1977). Fakta ini dilengkapi oleh penelitian Hudson (2012) bahwa prestasi siswa perempuan lebih baik dari siswa laki-laki dalam membandingkan pertanyaan pilihan berganda. Analisis menggunakan Rasch dalam gender menunjukkan secara umum prestasi siswa perempuan lebih baik dalam pilihan berganda dari siswa laki-laki. Namun ada terdapat bukti yang menunjukkan bahwa kemampuan siswa perempuan tidak berbeda dari siswa laki-laki dalam hal prestasi, sikap, aspirasi dalam sains (Twoli, 1986). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumarna (2013) bahwa dalam penelitiannya tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara pemahaman konsep siswa laki-laki dan perempuan pada level simbolik materi hidrolisis garam (p=0,87). Orientasi pilihan yang berbeda dari siswa laki-laki dan perempuan merupakan salah satu aspek perbedaan individu yang harus diidentifikasi dan serius dipertimbangkan ketika proses belajar siswa sedang dikembangkan (Keightley, 1977). Penelitian yang dilakukan oleh Orimagunje (2013) menyatakan bahwa isu gender dan kegiatan belajar siswa tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk mempengaruhi hasil belajar siswa terhadap pembelajaran analisis volumetrik dalam kimia. Hal ini diperkuat oleh beberapa hasil studi sebelumnya


(19)

7

yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pemahaman konsep siswa laki-laki dan siswa perempuan (Dimitrov, 2002; Duguryil, 2004 dalam Achor dan Kalu, 2014).

Materi hidrolisis garam merupakan salah satu materi kimia yang diterapkan di sekolah menengah atas dan dirasa sulit oleh siswa. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ikbal (2011) didapatkan bahwa 38,9% siswa menganggap materi hidrolisis garam termasuk materi yang sulit, meskipun 55,6% siswa menganggap mudah dan 3,7% siswa menganggap materi ini sebagai materi yang paling mudah dalam kimia. Materi ini rentan akan miskonsepsi dan bersifat abstrak karena mengandung tiga level representasi kimia, seperti level makroskopik yang menunjukkan bentuk garam NaCl berupa kristal berwarna putih. Level submikroskopik salah satunya dapat ditunjukkan oleh jumlah ion H3O+ pada larutan garam (NH4)2SO4 dalam air lebih banyak dari ion OH- yang menyebabkan larutan garam ini bersifat asam. Serta level simbolik tentang persamaan kimia hidrolisis garam dan termasuk didalamnya berupa perhitungan pH. Untuk mengatasi miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman ketiga level representasi kimia maka diterapkan pembelajaran berbasis ZPD yang menggunakan teks perubahan konseptual sebagai teks pendukung siswa. Pada hasil penelitian Sumarna (2013) bahwa perlu adanya peran guru untuk menjelaskan secara eksplisit pada materi hidrolisis garam agar lebih meningkatkan pemahaman konsep siswa laki-laki dan perempuan. Atas dasar pemikiran tersebut maka pada penelitian ini dipilih materi hidrolsisis garam.

Merujuk pada hal-hal tersebut pada penelitian kali ini penulis menerapkan pembelajaran hidrolisis garam berbasis Zone of Proximal Development (ZPD) untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pemahaman konsep siswa laki-laki maupun perempuan.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Permasalahan pada penelitian ini yaitu belum diterapkannya pembelajaran berbasis ZPD berbantuan teks perubahan konseptual terhadap pemahaman konsep. Penelitian ini difokuskan hanya mengkaji pengaruh penerapan pembelajaran


(20)

8

berbasis ZPD berbantuan teks perubahan konseptual materi hidrolisis garam terhadap efektivitas peningkatan pemahaman konsep siswa berdasarkan gender. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah “bagaimana pengaruh penerapan pembelajaran berbasis ZPD terhadap efektivitas peningkatan pemahaman konsep berdasarkan gender pada materi hidrolisis garam”.

C. Pertanyaan Penelitian

Adapun rincian permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan efektivitas peningkatan pemahaman konsep siswa berdasarkan gender pada level makroskopik dalam materi hidrolisis garam melalui pembelajaran berbasis ZPD dengan yang tidak berbasis ZPD? 2. Adakah perbedaan efektivitas peningkatan pemahaman konsep siswa

berdasarkan gender pada level submikroskopik dalam materi hidrolisis garam melalui pembelajaran berbasis ZPD dengan yang tidak berbasis ZPD?

3. Adakah perbedaan efektivitas peningkatan pemahaman konsep siswa berdasarkan gender pada level simbolik dalam materi hidrolisis garam melalui pembelajaran berbasis ZPD dengan yang tidak berbasis ZPD? Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Zone of Proximal Development dan gender. Variabel moderator atau variabel bebas kedua yang digunakan teks perubahan konseptual. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep. Variabel kontrol yang diterapkan adalah alokasi waktu pembelajaran dan rentang waktu pembelajaran ke posttest.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :

Memperoleh informasi dan gambaran tentang penerapan pembelajaran berbasis konsep Zone of Proximal Development (ZPD) berbantuan teks perubahan konseptual materi hidrolisis garam terhadap pemahaman konsep berdasarkan gender.


(21)

9

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Guru

a. Memberikan informasi strategi pembelajaran dan sumber belajar yang dapat digunakan untuk penguasaan konsep hidrolisis garam dalam level makroskopik, submikroskopik maupun simbolik.

b. Memberikan gambaran mengenai perbedaan pemahaman konsep ketiga level representasi kimia antara siswa laki-laki dan perempuan yang akan berpengaruh pada kegiatan pembelajaran.

c. Serta untuk mengembangkan model dan metode pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan pemahaman konsep level makroskopik, submikroskopik, dan simbolik siswa baik laki-laki maupun perempuan.

2. Siswa

a. Memberikan informasi sumber belajar yang dapat digunakan untuk penguasaan konsep hidrolisis garam dalam level makroskopik, submikroskopik maupun simbolik.

b. Serta untuk meningkatkan kebiasaan membaca buku bagi siswa. 3. Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian dengan topik sejenis dan atau topik berbeda.


(22)

Nur Afiati. 2014

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL

DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metodologi penelitian merupakan alat bantu untuk memecahkan permasalahan supaya diperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Metodologi meliputi metode dan desain penelitian sebagaimana diuraikan berikut:

1. Metode Penelitian

Menurut (Sugiyono, 2014) metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan dari suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam pendidikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment. Digunakannya metode quasi experiment karena subjek yang digunakan tidak ditetapkan secara acak. Subjek sudah secara alami terbentuk seperti siswa dalam suatu kelas (Creswell, 2009).

2. Desain Penelitian

Berdasarkan metode Quasi Eksperiment maka desain penelitian yang diterapkan adalah Nonequivalen Control Group Desain. Penelitian ini menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan eksperimen. Masing-masing kelompok dikenai suatu perlakuan pembelajaran kemudian digali pemahaman konsepnya berdasarkan variabel gender pada materi hidrolisis garam. Penggalian data pemahaman konsep tersebut diungkap melalui dua kali test yaitu pretest dan posttest. Secara ringkas desain penelitian yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian Yang Digunakan


(23)

32

Kontrol O1 X1 O2

Eksperimen O1 X2 O2

Keterangan:

O1 = Pretest pada kelompok kontrol dan eksperimen.

X1 = Penerapan pembelajaran tidak berbasis ZPD (Ceramah) dan tidak berbantuan teks perubahan konseptual

X2 = Penerapan pembelajaran berbasis ZPD (Ceramah dan diskusi) berbantuan teks perubahan konseptual

O2 = Posttest pada kelompok kontrol dan eksperimen.

Pretest dilakukan untuk mengukur seberapa besar pengetahuan siswa tentang materi hidrolisis garam secara mandiri setelah mereka membaca materi hidrolisis garam dan sebelum diberi pembelajaran oleh guru. Posttest dilakukan untuk mengukur pemahaman konsep siswa setelah mereka menerima pembelajaran. Perlakuan yang diterima kelompok kontrol yaitu berupa pembelajaran menggunakan metode ceramah yang tidak memperhatikan ZPD dalam materi hidrolisis garam dan tidak berbantuan teks perubahan konseptual. Sedangkan perlakuan pada kelompok eksperimen berupa pembelajaran menggunakan metode ceramah dan diskusi yang memperhatikan ZPD dalam materi hidrolisis garam dan berbantuan teks perubahan konseptual.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan siswa SMA yang belum mendapatkan pembelajaran hidrolisis garam yaitu kelas XI IPA di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Jumlah siswa semula yang ikut berpartisipasi sebanyak dua kelas yang terdiri dari 72 orang. Siswa yang berpartisipasi harus memenuhi kriteria yaitu mengikuti pretest dan posttest selama pembelajaran. Siswa yang memenuhi kriteria tersebut sebanyak 61 orang yang terdiri dari 29 orang kelompok kontrol dan 32 orang kelompok eksperimen. Adapun siswa yang tidak memenuhi kriteria sebanyak 11 orang terdiri atas 10 orang tidak mengikuti satu kali pembelajaran dan satu orang tidak mengikuti posttest.


(24)

33

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran mengenai sejumlah istilah yang digunakan dalam penelitian, maka peneliti mendefinisikan istilah-istilah yang dianggap penting sebagai berikut :

1. Penerapan

Arti kata penerapan atau implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penggunaan. Penerapan dalam penelitian ini merupakan penggunaan konsep metode ceramah berbasis ZPD dalam pembelajaran hidrolisis garam.

2. Pembelajaran Berbasis Zone Proximal Development (ZPD)

ZPD menurut Vygotsky (1978) adalah daerah tingkat perkembangan intelektual siswa yang baik secara mandiri maupun mendapat bantuan dari orang lain dalam memecahkan masalah. Pembelajaran berbasis ZPD adalah pembelajaran yang memperhatikan potensi peserta didik baik dalam belajar maupun dalam memecahkan masalah. Pembelajaran ini menggambarkan pula kemampuan untuk belajar secara mandiri maupun perlu adanya bantuan orang lain. Dalam penelitian ini pembelajaran berbasis ZPD diterapkan pada pembelajaran hidrolisis garam.

3. Pemahaman Konsep

Arti kata paham menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mengerti benar. Jadi pemahaman konsep dapat diartikan sebagai proses untuk mewujudkan suatu konsep dengan benar dan tegas. Dalam penelitian ini pemahaman konsep ditujukkan pada pemahaman level makroskopik, submikroskopik, dan simbolik materi hidrolisis garam.

4. Gender

Gender adalah dimensi fisik atau biologis dari peserta didik yang dibagi menjadi laki-laki dan perempuan. Dalam penelitian ini perbedaan gender akan ditinjau dari segi pemahaman level makroskopik, submikroskopik, dan simbolik dalam materi hidrolisis garam.


(25)

34

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut (Sugiyono, 2014) adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel penelitian secara objektif. Beberapa jenis instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini melingkupi pemahaman hidrolisis yang mencakup :

1. Butir Soal Pemahaman Konsep

Butir soal pemahaman konsep merupakan butir soal essay yang diterapkan untuk melaksanakan pretest dan posttest. Berfungsi untuk menggali pemahaman konsep. Data yang diperoleh dari pretest dan posttest ini adalah skor pemahaman konsep siswa laki-laki dan perempuan.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan untuk memandu penggalian data dan mempertegas kemampuan pemahaman siswa yang lebih konkret. Mengingat jumlah siswa yang banyak maka wawancara diwakili oleh siswa laki-laki dan perempuan pada kelompok eksperimen.

E. Pengembangan Instrumen

Pengembangan instrumen dilakukan untuk mendapatkan instrumen penelitian yang baik dan dapat digunakan selama penelitian. Adapun pengembangan instrumen yang dilakukan sebagai berikut :

1. Soal essay pada butir soal pemahaman konsep untuk pretest maupun posttest digunakan untuk menggali proses berpikir siswa. Pedoman wawancara melalui wawancara bebas diterapkan supaya responden (siswa) bebas mengemukakan pendapatnya.

2. Butir soal pemahaman konsep pretest dan posttest awalnya sebanyak 9 buah yang terdiri dari 4 butir soal level makroskopik, 1 butir soal level submikroskopik yang didalamnya terbagi lagi menjadi 4 butir soal dan 4 butir soal level simbolik. Sedangkan pertanyaan pedoman wawancara sebanyak 10 buah yang terdiri dari 1 pertanyaan tentang kimia, 5


(26)

35

pertanyaan tentang penerapan pembelajaran berbasis ZPD, 3 pertanyaan tentang teks perubahan konseptual, dan 1 soal tentang proses pengerjaan pretest maupun posttest.

3. Butir soal pemahaman konsep dan pedoman wawancara divalidasi oleh 4 orang ahli. Didapatkan butir soal pemahaman konsep yang memenuhi syarat sebanyak 9 buah. Sedangkan pertanyaan pada pedoman wawancara yang memenuhi syarat sebanyak 9 buah.

F. Alur Penelitian

Penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu 1) persiapan, 2) penelitian, dan 3) pengolahan data 4) penarikan kesimpulan. Keempat tahap tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Langkah – langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah :

a. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan pengaruh ZPD dan gender terhadap pemahaman konsep

b. Menganalisis Kurikulum 2013.

b.1 Menganalisis silabus Kimia kelas XI IPA.

b.2 Menganalisis KI dan KD SMA kelas XI materi hidrolisis garam. c. Menganalisis konsep ZPD dan gender berdasarkan studi pustaka. c.1 Membuat pedoman wawancara kepada sejumlah siswa kelompok

eksperimen.

d. Membuat RPP dan LKS untuk kelompok kontrol.

d.1 Memvalidasi RPP dan LKS kelompok kontrol kepada beberapa ahli. d.2 Melakukan revisi RPP dan LKS kelompok kontrol yang telah

divalidasi.

e. Membuat RPP dan LKS untuk kelompok eksperimen.

e.1 Memvalidasi RPP dan LKS kelompok eksperimen kepada beberapa ahli.

e.2 Melakukan revisi RPP dan LKS kelompok eksperimen yang telah divalidasi.


(27)

36

f. Menganalisis miskonsepsi materi hidrolisis garam.

g. Menganalisis bahan ajar teks perubahan konseptual dan BSE materi hidrolisis garam.

h. Membuat soal pretest dan posttest materi hidrolisis garam. i. Memvalidasi soal pretest dan posttest kepada beberapa ahli. j. Melakukan revisi soal pretest dan posttest yang telah di validasi.

2. Tahap pelaksanaan

Langkah – langkah yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan adalah : a. Menggunakan teks perubahan konseptual materi hidrolisis garam untuk

kelompok eksperimen dan buku BSE materi hidrolisis garam untuk kelompok kontrol.

b. Memberikan pretest kepada kelompok kontrol dan eksperimen di luar jam pelajaran kimia.

c. Menerapkan pembelajaran berbasis ZPD pada kelompok eksperimen dan pembelajaran tidak berbasis ZPD (konvensional) pada kelompok kontrol.

d. Memberikan posttest kepada kelompok kontrol dan eksperimen di luar jam pelajaran kimia.

e. Mengolah skor pretest dan posttest pada kedua kelompok berdasarkan gender sesuai dengan level makroskopik, submikroskopik, dan simbolik.

f. Mewawancarai responden mengenai materi kimia, pembelajaran berbasis ZPD, dan teks perubahan konseptual tentang materi hidrolisis garam kepada siswa kelompok eksperimen.

g. Mengolah hasil wawancara untuk mencari kecenderungan.

3. Tahap pengolahan data

Langkah – langkah yang dilakukan dalam tahap pengolahan data adalah sebagai berikut:

a. Menganalisis data kuantitatif untuk hasil pretest dan posttest yang dibagi menjadi level makroskopik, submikroskopik, dan simbolik berdasarkan gender.


(28)

37

b. Menganalisis data kualitatif untuk hasil wawancara.

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang mengacu pada rumusan masalah dan tujuan penelitian. Secara umum alur penelitian yang digunakan terdapat dalam Gambar 3.1 berikut :


(29)

38

Kesimpulan

Mengidentifikasi Masalah

Analisis Kurikulum 2013 Analisis Konsep ZPD dan Gender

Pretest Analisis Silabus SMA 2013

Analisis KI dan KD Kimia SMA Kelas XI Materi Hidrolisis Garam

Analisis Miskonsepsi Hidrolisis Garam

Pembuatan RPP dan LKS

Pembuatan Pedoman Wawancara

Validasi RPP dan LKS

Analisis Bahan Ajar CCT dan BSE

Revisi RPP dan LKS

Pembuatan Soal Pretest dan Posttest

Validasi Soal Pretest dan Posttest

Revisi Soal Pretest dan Posttest

Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen

Dengan Teks Hidrolisis Garam pada BSE Dengan Teks Perubahan Konseptual Materi Hidrolisis Garam

Pembelajaran Berbasis ZPD Pembelajaran Konvensional

Posttest

Pengolahan Skor Pretest dan Posttest

Wawancara

Analisis Data

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Pengolahan Data dan Penarikan Kesimpulan Pembuatan RPP dan LKS

Validasi RPP dan LKS Revisi RPP dan LKS

Pengolahan Hasil Wawancara


(30)

39

G. Teknik Pengolahan Data

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian mengenai pengaruh penerapan pembelajaran berbasis ZPD terhadap pemahaman konsep kimia berdasarkan gender digunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Sebelum dilakukannya analisis maka terlebih dahulu dilakukan pengolahan data baik test maupun wawancara. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Berikut ini adalah rincian pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Pengolahan Data Kuantitatif

Pengolahan data dari butir soal pemahaman konsep dilakukan secara kuantitatif. Adapun tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data kuantitatif adalah :

a. Melakukan penskoran sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Adapun pembagian skor ditampilkan pada Tabel 3. 3 sebagai berikut :

Tabel 3. 2 Skor Maksimum Penskoran Tiap Indikator Pada Ketiga Level Representasi

No Indikator Keterangan Skor

1 Menjelaskan pengertian hidrolisis garam.

Makroskopik

5

2 Menentukan jenis-jenis garam yang terhidrolisis. 15

3 Menentukan sifat/suasana pH dari suatu garam. 44

6 Mengklasifikasikan garam-garam yang mengalami

hidrolisis total dan hidrolisis sebagian. 15

4 a

Menjelaskan spesi yang terdapat dalam suatu larutan

garam. Submikroskopik 36

4 b 36

4 c 36

4 d 36

5 Menuliskan persamaan reaksi hidrolisis

Simbolik

25

7

Menentukan pH garam yang terhidrolisis.

15

8 10


(31)

40

b.Mengelompokkan skor pretest dan posttest berdasarkan indikator. Kemudian skor tersebut dikelompokkan kembali berdasarkan level makroskopik, submikroskopik, dan simbolik.

c. Skor pretest dan posttest diuji N-gain secara statistika menggunakan IBM SPSS 16.00 untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan efektivitas peningkatan pemahaman konsep antara siswa laki-laki dan perempuan pada kelompok kontrol dan eksperimen.

2. Pengolahan Data Kualitatif

Pengolahan data wawancara dilakukan secara kualitatif. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut :

a. Mengubah hasil wawancara dari bentuk lisan ke bentuk tulisan. b. Menganalisis jawaban siswa.

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah data yang dibutuhkan terkumpul dan diolah sesuai dengan kebutuhan dan sesuai prosedur yang berlaku. Pada penelitian ini analisis data diolah secara kuantitatif dan kualitatif.

1. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif didapatkan dari skor pretest dan posttest siswa dalam materi hidrolisis garam. Kemudian diolah menggunakan program IBM SPSS 16.00 berdasarkan gender baik kelompok kontrol maupun eksperimen. Pengujian secara statistika ini bertujuan untuk menguji hipotesis nol yang telah diajukan. Pengujian hipotesis yang digunakan yaitu uji dua pihak (two tail-test). Dengan Ho dan Ha sebagai berikut :

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam efektivitas peningkatan pemahaman konsep ketiga level representasi kimia antara siswa laki-laki dan perempuan baik kelompok kontrol maupun eksperimen pada materi hidrolisis garam.


(32)

41

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan dalam efektivitas peningkatan pemahaman konsep ketiga level representasi kimia antara siswa laki-laki dan perempuan baik kelompok kontrol maupun eksperimen pada materi hidrolisis garam.

Langkah pertama yang dilakukan pada uji statistika adalah mengukur kenormalan suatu pendistribusian data dari pretest maupun posttest dengan menggunakan uji normalitas. Data skor pemahaman konsep level makroskopik, submikroskopik, dan simbolik diuji normalitasnya menggunakan One Sample Shapiro Test dengan tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05). Jika nilai signifikansinya >0,05 maka data tersebut berdistribusi normal, namun jika nilai signifikansinya <0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal. Jika data bersitribusi normal maka dilakukan uji homogenitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah variansi populasi data yang diuji homogen atau tidak. Data dapat dikatakan homogen apabila nilai signifikansinya >0,05, sedangkan jika nilai signifikansinya <0,05 maka data tersebut tidak homogen. Setelah uji normalitas dan uji homogenitas dilakukan maka uji selajutnya adalah uji dua beda rata-rata. Tujuan dari uji beda dua rata-rata adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan dari pemahaman konsep siswa laki-laki dan perempuan serta dapat digunakan untuk pengujian hipotesis. Jika data berdistribusi normal maka digunakan uji parametrik dengan menggunakan Independent-Sample Test. Jika data berdistribusi normal dan homogen maka Independent-Sample Test yang digunakan adalah t. Namun jika data berdistribusi normal dan tidak homogen maka Independent-Sample Test yang digunakan adalah t’. Apabila data tidak berdistribusi normal maka dilakukan uji non parametrik. Uji non parametrik yang digunakan adalah uji Man-Whitney. Kriteria pengambilan keputusan dari uji beda dua rata-rata adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikansi >0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam efektivitas peningkatan pemahaman konsep ketiga level representasi kimia antara siswa laki-laki dan perempuan baik kelompok kontrol maupun eksperimen pada materi hidrolisis garam.


(33)

42

b. Jika nilai signifikansinya <0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan dalam efektivitas peningkatan pemahaman konsep ketiga level representasi kimia antara siswa laki-laki dan perempuan baik kelompok kontrol maupun eksperimen pada materi hidrolisis garam.

2. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif didapatkan dari hasil wawancara dengan delapan orang siswa yang terdiri dari lima orang siswa perempuan dan tiga orang siswa laki-laki pada kelompok eksperimen. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data pendukung dari hasil skor pretest dan posttest.


(34)

Nur Afiati. 2014

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL

DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan masalah yang diangkat pada penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran yang berbasis ZPD atau yang tidak berbasis ZPD dapat meningkatkan efektivitas pemahaman konsep ketiga level representasi kimia materi hidrolisis garam bagi siswa laki-laki maupun siswa perempuan. Dari ketiga level reprsentasi kimia tersebut, level submikrokopik mengalami peningkatan efektivitas pemahaman konsep paling rendah ( ̅ N-gain kelompok kontrol = 0,15 dan ̅ N-gain kelompok eksperimen = 0,43) diantara level makroskopik ( ̅ N-gain kelompok kontrol = 0,86 dan ̅ N-gain kelompok eksperimen = 0,72) dan simbolik ( ̅ N-gain kelompok kontrol = 0,75 dan ̅ N-gain kelompok eksperimen = 0,77), terutama pada kemampuan verbal atau penjelasan dari penggambaran ion, molekul hidrolisis garam.

Berdasarkan pertanyaan penelitian pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Tidak terdapat perbedaan efektivitas peningkatan pemahaman konsep yang signifikan dalam level makroskopik antara siswa laki-laki dan perempuan pada kelompok kontrol (p = 0,498) dan pada kelompok eksperimen (p = 0,507). 2. Tidak terdapat perbedaan efektivitas peningkatan pemahaman konsep yang

signifikan dalam level submikroskopik antara siswa laki-laki dan perempuan pada kelompok kontrol (p = 0,105) dan pada kelompok eksperimen (t=0,890). 3. Tidak terdapat perbedaan efektivitas peningkatan pemahaman konsep yang

signifikan dalam level simbolik antara siswa laki-laki dan perempuan pada kelompok kontrol (t = 0,506) dan pada kelompok eksperimen ( t = 0,955).


(35)

120

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran-saran yang dapat berguna bagi penelitian yang akan datang, diantaranya :

1. Pelaksanaan tes sebelum diberikannya pembelajaran bersama guru hendaknya diberikan diluar jam pelajaran kimia. Supaya lebih mengefektifkan terjadinya proses belajar mengajar.

2. Untuk mengoptimalkan penerapan pembelajaran berbasis ZPD maka guru perlu menerapkan metode diskusi antar kelompok kecil sehingga kemampuan berkomunikasi antar siswa terjalin optimal. Namun tetap diperlukan peran guru untuk memantau jalannya diskusi dan menyimpulkan materi secara keseluruhan.

3. Penekanan materi prasyarat kekuatan asam-basa perlu dilakukan oleh guru selama pembelajaran hidrolisis garam.

4. Penggunaan media CMM dapat digunakan oleh guru selama pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan visual siswa dalam pemahaman level submikroskopik.

5. Teks perubahan konseptual dapat dijadikan salah satu media pembelajaran yang dapat berguna untuk meningkatkan pemahaman konsep ketiga level representasi kimia siswa laki-laki maupun perempuan.

6. Bagi peneliti lain disarankan merancang sebuah penelitian untuk mengembangkan kemampuan visual dan verbal untuk meningkatkan pemahaman level submikroskopik siswa.


(36)

Nur Afiati. 2014

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL

DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi DAFTAR PUSTAKA

Achor, E.E. dan Kalu, R.U. (2014) Incorporating error analysis approach into the teaching of practice chemistry senior secondary schools in Makurdi, Nigeria: Any effect in achievement. International Journal of Education and Practice, 2 (12), hlm. 21-34.

Adewumi, A.F. dan Monisola, K. A. (2013) Continuous assesment, mock result and gender as predictors of academic performance of chemistry students in WASSCE and NECO examinations in Ekiti state. International Education Studies, 6 (7), hlm. 1-8.

Aniodoh, H.C.O. dan Egbo, J.J. (2013) Effect of gender on students’ achievement in chemistry using inquiry role in instructional model. Journal of Educational and Social Research, 3 (6), hlm. 17-21.

Anonim. (2013a) NaCl. [Online]. Tersedia di:

http://yennysetyowati.blogspot.com/2013/05/pengawet-alami-dan-sehat.htm. Diakses 14 Februari 2014.

Anonim. (2009b) Water Treatment. [Online]. Tersedia di: http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2009/0606375/limbah%20in dustry.htm. Diakses 14 Februari 2014

Anonim. (2014c) Baterai Kering. [Online]. Tersedia di: http://jurnaliscape.blogspot.com/2014/01/apakah-batere-kering-bisa-diisi-ulang.htm. Diakses 14 Februari 2014

Anonim. (2014d) Ammonium_acetate. [Online]. Tersedia di: http://en.wikipedia.org/wiki/Ammonium_acetate.htm Diakses 14 Februari 2014

Anonim. (2014e) Basis. [Online]. Tersedia di: http://kbbi.web.id/basis.htm. Diakses 04 September 2014.


(37)

122

Anonim. (2014f) Implementasi. [Online]. Tersedia di: http://kbbi.web.id/implementasi.htm. Diakses 04 September 2014.

Anonim. (2014g) Paham. [Online]. Tersedia di: http://kbbi.web.id/paham.htm. Diakses 04 September 2014.

Ash, D. dan Levitt, K. (2003) Working within the zone of proximal development: formative assessment as professional development. Journal of Science Teacher Education, 14 (1), hlm. 1-313

Barke, dkk. (2009) Misconceptions in chemistry. Berlin: Springer.

Barnea, N. dan Dori, Y.J. (1999) High-school chemistry students’ performance and gender difference in a computerized molecular modelling learning environment. Journal of Science Education and Technology, 8 (4), hlm. 257-271.

Baser, M. (2006) Effect of conceptual change oriented instruction on students’ understanding of heat and temperature concepts. Journal of Maltelase Education Research, 4 (1), hlm. 64-79.

Brady, J.E. dkk. (2009) Chemistry fifth edition. John Wiley & Sons (Asia), Inc

Cetingul, I. dan Geban, O. (2011) Using conceptual change texts with analogies for misconceptions in acids and bases. Journal of Education, 41, hlm. 112-123.

Chandrasegaran, dkk. (2007) The development of a two-tier multiple-choice

diagnostic instrument for evaluating secondary school students’ ability to

describe and explain chemical reactions using multiple levels of representation. Chemistry Education Research and Practice, 8 (3), hlm. 293-307.

Chang, R. (2005) Kimia dasar konsep-konsep inti edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.


(38)

123

Chittleborough, G,C. dan Treagust, D.F. (2007) The modelling ability of non-major chemistry students and their understanding of the sub-miscroscopic level. Chemistry Education Research and Practice, (3), hlm. 274-292.

Creswell, J. W. (2009) Research design qualitative, quantitative, and mixed methods approaches third edition. California: Sage.

Dahar, R.W. (1989) Teori-teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Dunphy, B.C. dan Dunphy, S.L. (2003) Assisted performance and the zone of proximal development (zpd); a potential framework for providing surgical education. Australian Journal of Educational & Developmental Psychology, 3, hlm. 48 -58.

Ezeudu, F.O. dan Theresa, O.N. (2013) Effect of gender and location on

students’ achievement in chemistry in secondary in Nsukka local goverment

area of Enugu state, Nigeria. Research on Humanities and Social Sciences, 3 (15), hlm. 50-56.

Fitrianti, R. dan Habibullah. (2012) Ketidaksetaraan gender dalam pendidikan; studi pada perempuan di Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang. Sosiokonsepsia, 17(1), hlm. 85 - 100.

Gallowary, C. (2001) Vygotsky´s learning theory. in orey, m. (ed), emerging perspectives on learning, teaching and technology.

Halpern, D.F. dan LaMay, M.L. (2000) The smarter sex: a critical review of sex differences in intelligence. Educational Psychology Review, 2 (12), hlm. 229-246.

Hudson, R.D. (2012) Gender differences in chemistry performance: what is the relationship between gender, question type and question content. International Conference The Future of education 2nd Edition.

Ikbal, D. M. (2011) Upaya peningkatan pemahaman level simbolik pada topik hidrolisis garam melalui remedial matematika. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.


(39)

124

Keightley, J.V. (1977) Sex differences in student preference for and perceptions of learning outcomes and classroom activities in year 11 Biology. Research In Science Education, 7, hlm. 123-129.

Lui, A. (2012) Teaching in the zone an introduction to working within the zone of proximal development (zpd) to drive effective early childhood instruction.

Children’s Progress, hlm. 1-10.

Marjohan. (2009) School healing. menyembuhkan problem sekolah. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.

Mulyono. (2005). Kamus kimia. Jakarta: Bumi Aksara.

Obasi dan Adaobi, V. (2013) Gender, education and globalization. International Journal of Gender and Development Issues, 1 (1), hlm. 1-6.

Onder, I. dan Geban, O. (2006) The effect of conceptual change texts oriented

instruction on students’ understanding of the solubility equibrium concept. h.u. Journal of Education, 30, hlm. 166-173.

Orimogunje, T. (2013) A study in mathemagenic activities: gender differences in understanding chemistry. Implication for women education. Journal of Ecucation and Practice, 4 (1), hlm. 63-68.

Oxtoby, D.W. dkk. (2012). Principles of modern chemistry. Brooks/Cole, Cengage learning.

Ozmen, H. (2004) Some student misconceptions in chemistry: A literature review of chemical bonding. Journal of Science Education and Technology, 13 (2), hlm. 147-159.

Ozmen, H. (2007) The effectiveness of conceptual change texts in remediating

high school students’ alternative conceptions concerning chemical equilibrium. Education Research Institute, 8 (3), hlm. 413-425.


(40)

125

Pabuccu, A. dan Omer, G. (2012) Students’ conceptual level of understanding on chemical bonding. International Online Journal of Educational Sciences, 4 (3), hlm. 563-580.

Panizzon, D. dan Lesley, L. (1997) An analysis of the role of peers in

supporting female students’ choices in science subject. Research In Science Education, 27 (2), hlm. 251-270.

Pinarbasi, dkk. (2006) An investigation of effectiveness of conceptual change text-oriented instruction students’ understanding of solution concepts. Research in Science Education, 36 (1), hlm. 313-335.

Posner, dkk. (1982) Accomodation of scientific conception: toward of theory of conceptual change. Science Education, 66 (2), hlm. 211-227.

Riduwan. (2012) Pengantar statistika sosial. Bandung: Alfabeta.

Sahin, C. dan Cepni, S. (2011) Developing of the concept cartoon, animation

and diagnostic branched tree supported conceptual change text: “gas pressure”.

Eurasian Journal of Physics and Chemistry Education, hlm. 25-33.

Santrock, J.W. (2010) Psikologi pendidikan edisi kedua. Jakarta: Kencana.

Santrock, J.W. (2011) Educational psychology fifth edition. Newyork: Mc Graw Hill

Sendur, G. dan Mustafa, T. (2013) The role of conceptual change texts to

improve students’ understanding of alkenes. Chemistry Education Research and Practice, hlm. 1-19.

Slamet. (2010) Belajar dan faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slotte, V. (2001) Study-strategy use in learning from text. Does gender make any difference?. Instructional Science, 29, hlm. 255–272.


(41)

126

Sudiapermana, E. (2005) Standard message gender mainstreaming in education sector. Jakarta: Ministry of National Education.

Sudjana, N. (2009) Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2014) Metode penelitian pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan rand). Bandung: Alfabeta.

Sumarna, A. (2013) Perubahan pemahaman konsep siswa sma kelas xi berdasarkan gender pada materi hidrolisis garam dengan menggunakan teks perubahan konseptual. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.

Svehla, G. (1990) Buku teks analisis anorganik kualitatif makro dan semimakro. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.

Taasoobshirazi, G. dan Carr, M. (2008) Gender differences in science: an expertise perspective. Educ Psychol Rev, 20, hlm. 149–169.

Talanquer, V. (2011) Macro, submicro, and symbolic: the many faces of the

chemistry “triplet”. International Journal of Science Education, 33 (2), hlm. 179–195.

Thompson, I. (2013) The mediation of learning in the zone of proximal development through a co-constructed writing activity. Research in the Teaching of English, 47 (3). 247-276.

Twoli, N. (1986) Sex differensec in science education in a developing country : Kenya. Research In Science Education, 16, hlm. 159-168.

Vygotsky, L. (1978) Interaction between learning and development. Dalam Blunden, A. dan Schmolze, N. (penyunting) Mind and Society. Cambridge: Harvard University Press, hlm. 79-91.


(42)

127

Walberg, H. J. (1967) Dimensions of scientific interest in boys and girls studying physics. Science Education, 51, hlm. 111-116.

Wu, C. dan Jordan, F. (2010) Making chemistry fun to learn. Literacy Information and Computer Education Journal (LICEJ), 1 (1), hlm. 1-5

Yakmaci, dkk. (2013) Use of multiple representations in developing preservice

chemistry teachers’ understanding of the structure of matter. International Journal of Environmental dan Science Education. 8 (1), hlm. 109-130.

Yitbarek, S. (2011) Chemical reaction: diagnosis and towards remedy of misconceptions. AJCE. 1 (1), hlm. 10-28.


(1)

Anonim. (2014f) Implementasi. [Online]. Tersedia di: http://kbbi.web.id/implementasi.htm. Diakses 04 September 2014.

Anonim. (2014g) Paham. [Online]. Tersedia di: http://kbbi.web.id/paham.htm. Diakses 04 September 2014.

Ash, D. dan Levitt, K. (2003) Working within the zone of proximal development: formative assessment as professional development. Journal of Science Teacher Education, 14 (1), hlm. 1-313

Barke, dkk. (2009) Misconceptions in chemistry. Berlin: Springer.

Barnea, N. dan Dori, Y.J. (1999) High-school chemistry students’ performance and gender difference in a computerized molecular modelling learning environment. Journal of Science Education and Technology, 8 (4), hlm. 257-271.

Baser, M. (2006) Effect of conceptual change oriented instruction on students’ understanding of heat and temperature concepts. Journal of Maltelase Education Research, 4 (1), hlm. 64-79.

Brady, J.E. dkk. (2009) Chemistry fifth edition. John Wiley & Sons (Asia), Inc

Cetingul, I. dan Geban, O. (2011) Using conceptual change texts with analogies for misconceptions in acids and bases. Journal of Education, 41, hlm. 112-123.

Chandrasegaran, dkk. (2007) The development of a two-tier multiple-choice diagnostic instrument for evaluating secondary school students’ ability to describe and explain chemical reactions using multiple levels of representation. Chemistry Education Research and Practice, 8 (3), hlm. 293-307.

Chang, R. (2005) Kimia dasar konsep-konsep inti edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.


(2)

Chittleborough, G,C. dan Treagust, D.F. (2007) The modelling ability of non-major chemistry students and their understanding of the sub-miscroscopic level. Chemistry Education Research and Practice, (3), hlm. 274-292.

Creswell, J. W. (2009) Research design qualitative, quantitative, and mixed methods approaches third edition. California: Sage.

Dahar, R.W. (1989) Teori-teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Dunphy, B.C. dan Dunphy, S.L. (2003) Assisted performance and the zone of proximal development (zpd); a potential framework for providing surgical education. Australian Journal of Educational & Developmental Psychology, 3, hlm. 48 -58.

Ezeudu, F.O. dan Theresa, O.N. (2013) Effect of gender and location on students’ achievement in chemistry in secondary in Nsukka local goverment area of Enugu state, Nigeria. Research on Humanities and Social Sciences, 3 (15), hlm. 50-56.

Fitrianti, R. dan Habibullah. (2012) Ketidaksetaraan gender dalam pendidikan; studi pada perempuan di Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang. Sosiokonsepsia, 17(1), hlm. 85 - 100.

Gallowary, C. (2001) Vygotsky´s learning theory. in orey, m. (ed), emerging perspectives on learning, teaching and technology.

Halpern, D.F. dan LaMay, M.L. (2000) The smarter sex: a critical review of sex differences in intelligence. Educational Psychology Review, 2 (12), hlm. 229-246.

Hudson, R.D. (2012) Gender differences in chemistry performance: what is the relationship between gender, question type and question content. International Conference The Future of education 2nd Edition.

Ikbal, D. M. (2011) Upaya peningkatan pemahaman level simbolik pada topik hidrolisis garam melalui remedial matematika. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.


(3)

Keightley, J.V. (1977) Sex differences in student preference for and perceptions of learning outcomes and classroom activities in year 11 Biology. Research In Science Education, 7, hlm. 123-129.

Lui, A. (2012) Teaching in the zone an introduction to working within the zone of proximal development (zpd) to drive effective early childhood instruction. Children’s Progress, hlm. 1-10.

Marjohan. (2009) School healing. menyembuhkan problem sekolah. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.

Mulyono. (2005). Kamus kimia. Jakarta: Bumi Aksara.

Obasi dan Adaobi, V. (2013) Gender, education and globalization. International Journal of Gender and Development Issues, 1 (1), hlm. 1-6.

Onder, I. dan Geban, O. (2006) The effect of conceptual change texts oriented

instruction on students’ understanding of the solubility equibrium concept. h.u.

Journal of Education, 30, hlm. 166-173.

Orimogunje, T. (2013) A study in mathemagenic activities: gender differences in understanding chemistry. Implication for women education. Journal of Ecucation and Practice, 4 (1), hlm. 63-68.

Oxtoby, D.W. dkk. (2012). Principles of modern chemistry. Brooks/Cole, Cengage learning.

Ozmen, H. (2004) Some student misconceptions in chemistry: A literature review of chemical bonding. Journal of Science Education and Technology, 13 (2), hlm. 147-159.

Ozmen, H. (2007) The effectiveness of conceptual change texts in remediating

high school students’ alternative conceptions concerning chemical equilibrium.


(4)

Pabuccu, A. dan Omer, G. (2012) Students’ conceptual level of understanding on chemical bonding. International Online Journal of Educational Sciences, 4 (3), hlm. 563-580.

Panizzon, D. dan Lesley, L. (1997) An analysis of the role of peers in

supporting female students’ choices in science subject. Research In Science

Education, 27 (2), hlm. 251-270.

Pinarbasi, dkk. (2006) An investigation of effectiveness of conceptual change text-oriented instruction students’ understanding of solution concepts. Research in Science Education, 36 (1), hlm. 313-335.

Posner, dkk. (1982) Accomodation of scientific conception: toward of theory of conceptual change. Science Education, 66 (2), hlm. 211-227.

Riduwan. (2012) Pengantar statistika sosial. Bandung: Alfabeta.

Sahin, C. dan Cepni, S. (2011) Developing of the concept cartoon, animation and diagnostic branched tree supported conceptual change text: “gas pressure”. Eurasian Journal of Physics and Chemistry Education, hlm. 25-33.

Santrock, J.W. (2010) Psikologi pendidikan edisi kedua. Jakarta: Kencana.

Santrock, J.W. (2011) Educational psychology fifth edition. Newyork: Mc Graw Hill

Sendur, G. dan Mustafa, T. (2013) The role of conceptual change texts to

improve students’ understanding of alkenes. Chemistry Education Research

and Practice, hlm. 1-19.

Slamet. (2010) Belajar dan faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slotte, V. (2001) Study-strategy use in learning from text. Does gender make any difference?. Instructional Science, 29, hlm. 255–272.


(5)

Sudiapermana, E. (2005) Standard message gender mainstreaming in education sector. Jakarta: Ministry of National Education.

Sudjana, N. (2009) Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2014) Metode penelitian pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan rand). Bandung: Alfabeta.

Sumarna, A. (2013) Perubahan pemahaman konsep siswa sma kelas xi berdasarkan gender pada materi hidrolisis garam dengan menggunakan teks perubahan konseptual. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.

Svehla, G. (1990) Buku teks analisis anorganik kualitatif makro dan semimakro. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.

Taasoobshirazi, G. dan Carr, M. (2008) Gender differences in science: an expertise perspective. Educ Psychol Rev, 20, hlm. 149–169.

Talanquer, V. (2011) Macro, submicro, and symbolic: the many faces of the

chemistry “triplet”. International Journal of Science Education, 33 (2), hlm.

179–195.

Thompson, I. (2013) The mediation of learning in the zone of proximal development through a co-constructed writing activity. Research in the Teaching of English, 47 (3). 247-276.

Twoli, N. (1986) Sex differensec in science education in a developing country : Kenya. Research In Science Education, 16, hlm. 159-168.

Vygotsky, L. (1978) Interaction between learning and development. Dalam Blunden, A. dan Schmolze, N. (penyunting) Mind and Society. Cambridge: Harvard University Press, hlm. 79-91.


(6)

Walberg, H. J. (1967) Dimensions of scientific interest in boys and girls studying physics. Science Education, 51, hlm. 111-116.

Wu, C. dan Jordan, F. (2010) Making chemistry fun to learn. Literacy Information and Computer Education Journal (LICEJ), 1 (1), hlm. 1-5

Yakmaci, dkk. (2013) Use of multiple representations in developing preservice

chemistry teachers’ understanding of the structure of matter. International

Journal of Environmental dan Science Education. 8 (1), hlm. 109-130.

Yitbarek, S. (2011) Chemical reaction: diagnosis and towards remedy of misconceptions. AJCE. 1 (1), hlm. 10-28.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Keterampilan Pemahaman Membaca Terhadap Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Berbasis Zone Of Proximal Development Pada Materi Hidrolisis Garam.

1 4 40

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM.

0 3 22

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE of PROXIMAL DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM.

0 5 42

PERANAN TEKS PERUBAHAN KONSEPTUAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI HIDROLISIS GARAM.

1 7 37

PERUBAHAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA KELAS XI BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKS PERUBAHAN KONSEPTUAL.

0 3 41

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM - repository UPI S KIM 1002448 title

0 0 4

Pengaruh Keterampilan Pemahaman Membaca Terhadap Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Berbasis Zone Of Proximal Development Pada Materi Hidrolisis Garam - repository UPI S KIM 1001085 Title

0 0 3

PENGARUH TEKS PERUBAHAN KONSEPTUAL DAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA - repository UPI T KIM 1402260 Title

0 0 6

PENGARUHPEMBELAJARAN IPA BERBASIS ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT PADA MATERI DAUR AIR TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA - repository UPI T PD 1402839 Title

0 0 5

PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

0 0 8