PERUBAHAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA KELAS XI BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKS PERUBAHAN KONSEPTUAL.

(1)

PERUBAHAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA KELAS XI BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

DENGAN MENGGUNAKAN TEKS PERUBAHAN KONSEPTUAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh : ANA SUMARNA

0902128

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

PERUBAHAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA KELAS XI BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

DENGAN MENGGUNAKAN TEKS PERUBAHAN KONSEPTUAL

Oleh Ana Sumarna

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Ana Sumarna 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PERUBAHAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA KELAS XI BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

DENGAN MENGGUNAKAN TEKS PERUBAHAN KONSEPTUAL Disusun oleh:

ANA SUMARNA 0902128

Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I

Dr. H. Wahyu Sopandi, M.A NIP. 196605251990011001

Pembimbing II

Dr. Momo Rosbiono, M.Pd. , M.Si. NIP. 195712111982031006

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Dr. H. Ahmad Mudzakir, M.Si NIP. 196611211991031002


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Perubahan Pemahaman Konsep Siswa SMA Kelas XI Berdasarkan Gender Pada Materi Hidrolisis Garam Dengan Menggunakan Teks Perubahan Konseptual” dengan tujuan untuk meneliti perubahan pemahaman konsep level makroskopik, submikroskopik dan simbolik siswa berdasarkan gender pada pokok materi hidrolisis garam dengan menggunakan teks perubahan konseptual. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Esperimental dengan desain Non-Equivalen Control Group Design. Penelitian ini melibatkan 124 orang siswa SMA kelas XI di salah satu SMAN wilayah Kabupaten Bandung Barat. Instrumen penelitian berupa butir soal, pedoman wawancara dan angket yang menggali tingkat pemahaman konsep pada level makroskopik, submikroskopik dan simbolik tentang konten hidrolisis garam menurut perbedaan gender. Melalui penggunaan media teks perubahan konseptual ditemukan bahwa pemahaman konsep hidrolisis garam pada level makroskopik antara siswa laki-laki dan perempuan berbeda secara signifikan pada taraf signifikansi (p=0.04) dan peningkatan pemahaman konsep siswa perempuan ( N-Gain=0,77) mendapatkan skor lebih baik dari pada siswa laki-laki(N-Gain=0,38). Pada level submikroskopik tidak terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep yang signifikan pada taraf signifikansi (p=0.73), dengan tingkat pemahaman konsep siswa laki-laki (N-Gain=0,32) dan perempuan (N-Gain=0,29). Dan pada level simbolik tidak terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep yang signifikan pada taraf signifikansi (p=0.86), dengan tingkat pemahaman konsep siswa laki-laki (N-Gain=0,16) dan perempuan (N-Gain=0,19).

Kata kunci : teks perubahan konseptual, gender, pemahaman konsep, hidrolisis garam.


(5)

ABSTRACT

This research entitled “Eleventh Grade Student’s Concept of Understanding Alteration Based on Gender to the salt Hydrolysis by Using Conceptual Change

Text” is aimed to examine conceptual understanding alteration in student’s macroscopic, submicroscopic and symbolic level based on gender to the main salt hydrolysis lesson by using conceptual change text. Research method that is used in the research is Quasi Experimental with Non Equivalen Control Group Design.

The research involves 124 eleventh grade student’s in one of public high school in

Kabupaten Bandung Barat. The research instruments are number of questions, interview and questionnaire which contain conceptual understanding alteration in

student’s macroscopic, submicroscopic and symbolic level based on gender to the main salt hydrolysis lesson. By using conceptual change text is found that conceptual understanding alteration in student’s macroscopic level between male

and female student’s is different significantly in the significant level (p=0,04) and female student’s understanding concept (N-Gain=0,77) which get better score

than male student’s (N-Gain=0,38). In the submicroscopic level, there is no differences in the conceptual understanding improvement which significant in the significant level (p=0,73) with the conceptual understanding level to the male student’s (N-Gain=0,32) and female student’s (N-Gain=0,29) and in the symbolic level there is no differences in the conceptual understanding improvement which significant in the significant level (p=0,86) with the conceptual understanding level to the male student’s (N-Gain=0,16) and female student’s (N-Gain=0,19)

Keywords : Conceptual Change Text, Gender, Salt Hydrolysis , Understanding Of The Concept


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TEKS PERUBAHAN KONSEPTUAL DAN PEMAHAMAN KONSEP DALAM KE TIGA LEVEL REPRESENTASI KIMIA BERDASARKAN TERHADAP PERBEDAAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM A. Teks Perubahan Konseptual ... 9

1. Pengertian Teks Perubahan Konseptual... 9

2. Langkah-Langkah Pembuatan Teks Perubahan Konseptual ... 10

3. Peranan Teks Perubahan Konseptual Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep ... 11

B. Pemahaman Konsep ... 12

C. Pengaruh Gender Dalam Sains ... 13

D. Representasi Kimia ... 16

E. Penerapan Level Makroskopik, Submikroskopik Dan Simbolik Pada Materi Hidrolisis Garam ... 18

1. Level Makroskopik ... 24

a. Larutan Garam Yang Berasal Dari Asam Kuat Dan Basa Kuat ... 24 b. Larutan Garam Yang Berasal Dari Asam Kuat


(7)

Dan Basa Lemah ... 25

c. Larutan Garam Yang Berasal Dari Asam Lemah Dan Basa Kuat ... 25

d. Larutan Garam Yang Berasal Dari Asam Lemah Dan Basa Lemah ... 26

2. Level Submikroskopik ... 26

a. Larutan Garam Yang Berasal Dari Asam Kuat Dan Basa Kuat (contohnya NaCl) ... 27

b. Larutan Garam Yang Berasal Dari Asam Kuat Dan Basa Lemah (contohnya NH4Cl) ... 28

c. Larutan Garam Yang Berasal Dari Asam Lemah Dan Basa Kuat (contohnya CH3COONa) ... 29

d. Larutan Garam Yang Berasal Dari Asam Lemah Dan Basa Lemah (CH3COONH4) ... 30

3. Level Simbolik ... 31

a. Larutan Garam Yang Berasal Dari Asam Kuat Dan Basa Kuat (contohnya NaCl) ... 31

b. Larutan Garam Yang Berasal Dari Asam Kuat Dan Basa Lemah (contohnya NH4Cl) ... 32

c. Larutan Garam Yang Berasal Dari Asam Lemah Dan Basa Kuat (contohnya CH3COONa) ... 32

d. Larutan Garam Yang Berasal Dari Asam Lemah Dan Basa Lemah (CH3COONH4) ... 32

e. Penurunan Rumus Penentuan pH ... 32

F. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 37

B. Prosedur Penelitian ... 38

C. Alur Penelitian ... 41

D. Subjek Penelitian ... 42

E. Instrumen Penelitian ... 42

1. Tes Hasil Pemahaman Konsep ... 42

2. Angket Siswa ... 43

3. Pedoman Wawancara ... 43

F. Definisi Operasional ... 43

G. Teknik Pengolahan Data ... 45

1. Pengolahan Data Kuantitatif ... 45

2. Pengolahan Data Kualitatif ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

1. Pemahaman Konsep Pada Level Makroskopik ... 50


(8)

3. Pemahaman Konsep Pada Level Simbolik ... 54

4. Pemahaman Konsep Pada Keseluruhan Level Representasi Kimia ... 56

5. Hasil Wawancara ... 57

B. Pembahasan ... 65

1. Level Makroskopik ... 65

2. Level Submikroskopik ... 72

3. Level Simbolik ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN ... 90


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Analisis Konten Materi Hidrolisis Garam Pada Beberapa

Buku ... 18 3.1 Nonequivalen Control Group Design ... 37 4.1 peningkatan Pemahaman Konsep Level Makroskopik

Berdasarkan Gender Dalam Kelompok Kontrol Dan

Eksperimen ... 50 4.2 Uji Hipotesis Perbandingan Skor N-Gain Pemahaman

Konsep Level Makroskopik Siswa Laki-Laki Kelompok

Kontrol Dan Eksperimen ... 51 4.3 Uji Hipotesis Perbandingan Skor N-Gain Pemahaman

Konsep Level Makroskopik Siswa Perempuan Kelompok

Kontrol Dan Eksperimen ... 51 4.4 peningkatan Pemahaman Konsep Level Submikroskopik

Berdasarkan Gender Dalam Kelompok Kontrol Dan

Eksperimen ... 52 4.5 Uji Hipotesis Perbandingan Skor N-Gain Pemahaman

Konsep Level Submikroskopik Siswa Laki-Laki Kelompok

Kontrol Dan Eksperimen ... 53 4.6 Uji Hipotesis Perbandingan Skor N-Gain Pemahaman

Konsep Level Submikroskopik Siswa Perempuan Kelompok

Kontrol Dan Eksperimen ... 53 4.7 peningkatan Pemahaman Konsep Level Simbolik

Berdasarkan Gender Dalam Kelompok Kontrol Dan

Eksperimen ... 54 4.8 Uji Hipotesis Perbandingan Skor N-Gain Pemahaman

Konsep Level Simbolik Siswa Laki-Laki Kelompok

Kontrol Dan Eksperimen ... 55 4.9 Uji Hipotesis Perbandingan Skor N-Gain Pemahaman

Konsep Level Simbolik Siswa Perempuan Kelompok

Kontrol Dan Eksperimen ... 55 4.10 Peningkatan pemahaman konsep keseluruhan Level

Representasi Kimia berdasarkan Gender dalam kelompok

Kontrol Dan Eksperimen ... 56 4.11 Hasil Wawancara Guru ... 57


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Tiga Level Representasi Kimia ... 17

2.2. Pengujian Daya Hantar Larutan NaCl ... 21

2.3. Struktur Kristal NaCl ... 21

2.4. Garam NaCl ... 24

2.5. Cairan Infus ... 24

2.6. Garam NH4Cl... 25

2.7. Obat Batuk ... 25

2.8. Garam Natrium Asetat ... 25

2.9. Sistem Pengolahan Limbah Pabrik ... 25

2.10. Garam Amonium Asetat ... 26

2.11. Formalin ... 26

2.12. Model Susunan Partikel Dalam Larutan NaCl ... 27

2.13. Model Susunan Partikel Dalam Larutan NH4Cl ... 28

2.14. Model Susunan Partikel Dalam Larutan CH3COONa ... 29

2.15. Model Susunan Partikel Dalam Larutan CH3COONH4 ... 30

3.1. Alur Penelitian ... 41

3.2. Bagan Alir Pengolahan Data Kuantitatif ... 45

4.1 Jawaban Hasil Test Siswa perempuan Pada Kelompok Kontrol ... 75

4.2 Jawaban Hasil Test Siswa perempuan Pada Kelompok Eksperimen ... 75

4.3 Jawaban Hasil Test Siswa Laki-laki Pada Kelompok Kontrol ... 76

4.4 Jawaban Hasil Test Siswa Laki-laki Pada Kelompok Eksperimen ... 76


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A.1. Teks Perubahan Konseptual ... 90

A.2. Teks Bukan Perubahan konseptual (BSE) ... 108

B.1. Butir Soal... 117

B.2. Angket Hidrolisis Garam ... 123

B.3. Pedoman Wawancara Guru ... 125

B.4. Pedoman Wawancara Siswa... 126

B.5. Kunci Jawaban Butir Soal ... 127

B.6. Judgement Validasi Teks ... 140

C.1. Hasil Angket Siswa Berdasarkan Gender ... 141

C.2. Hasil Wawancara Guru ... 145

C.3. Hasil Wawancara Siswa ... 153

C.4. Hasil Analisis Miskonsepsi Materi Hidrolisis Garam ... 156

C.5. Rekapitulasi Skor Pemahaman Konsep SiswaLaki-laki dan Perempuan ... 157

C.6. Rekapitulasi Skor Pemahaman Konsep SiswaLaki-laki dan Perempuan Pada Setiap LevelRepresentasi Kimia... 181

C.7. Hasil Data IBM SPSS 20.0 ... 193


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan (fact) atau kejadian (event) dan hubungan sebab akibatnya. Ilmu pengetahuan alam sepadan dengan kata sains (science), sains sendiri artinya pengetahuan. Sains kemudian diartikan sebagai natural sains, yang diterjemahkan menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA atau sains (dalam arti sempit) sebagai disiplin ilmu yang terdiri atas physical sciences dan life sciences. Termasuk physical sciences adalah ilmu astronomi, kimia, geologi dan fisika sedangkan life sciences meliputi biologi, zoology dan fisiologi (Pater & Drost, 1998). Salah satu bidang kajian dalam IPA adalah kimia yaitu ilmu yang memiliki karakteristik khas, sehingga menyebabkan ilmu kimia berbeda dengan kajian-kajian dari bidang IPA yang lainnya.

Karakteristik mata pelajaran kimia merupakan kumpulan pokok bahasan yang memiliki banyak konsep yang secara keseluruhan tidak dikenal oleh siswa kelas XI, mahasiswa bahkan terkadang guru pun sulit untuk menelaahnya karena suatu ke khasan dari mata pelajaran kimia tersebut (Gabel, 1998). Pendidikan kimia dan sains, telah mengidentifikasi adanya tiga level representasi (Johnstone, 1982), yaitu: (1) level makroskopik, dimana topik atau konsep dinyatakan dalam bentuk fenomena, zat, energi, atau hal-hal yang dapat teramati; (2) level mikroskopik (kadang disebut juga submikroskopik), dimana topik atau suatu konsep dinyatakan dalam tingkatan spesi berupa molekul, atom dan ion; (3) level simbolik, dimana topik atau konsep dinyatakan dalam bentuk rumus, persamaan, atau suatu modeling. Oleh karena itu, untuk memahami konsep-konsep kimia yang bersifat abstrak maka ketiga level representasi kimia tersebut harus ditekankan dalam proses pembelajaran.


(13)

2

Secara umum penyebab kesulitan siswa memahami materi kimia adalah karena konsep-konsep kimia yang dipelajari bersifat abstrak. Artinya bahwa pemahaman konsep siswa mengenai kimia terhadap ketiga level representasi kimia tidak lah sempurna. Kesulitan siswa yang paling mendasar adalah dalam memahami level submikroskopik, seperti dijelaskan dari beberapa penelitian yang dilakukan pada interaksi antar partikel (Benson, Wittroc, & Bauer, 1993; Treagust, Chittleborough, & Mamiala, 2003). Kesulitan juga terlihat dalam pemahaman level simbolik, siswa memahami simbol seperti suatu kesatuan aljabar tanpa mampu menafsirkan dan menghubungkan secara jelas dari segi makro dan mikronya (Ben-Zvi, Eylon, & Silberstein, 1988; Friedel & Maloney, 1992). Ketika pembelajaran, siswa kurang diberi kesempatan untuk menggunakan pemikirannya dalam menghubungkan konsep yang sedang dipelajari dengan model nyata (makroskopik) yang mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, level submikroskopik jarang diperkenalkan kepada siswa karena kurangnya sarana dan prasarana sekolah serta kurangnya kreatifitas guru ketika mengemas materi pembelajaran. Padahal, level submikroskopik memegang peranan penting dalam menghubungkan ketiga level representasi, level submikroskopik ini berperan sebagai jembatan dalam menghubungkan dan memahami level representasi yang lainnya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Selviyanti (2009) menunjukan hal yang sama, ternyata hanya sebagian kecil dari siswa saja yaitu (1,53%) yang memiliki pemahaman mengenai level submikroskopik pada materi pokok hidrolisis garam dengan lengkap dan benar baik secara tulisan maupun gambar. Sedangkan hampir separuhnya siswa (34,94%) memiliki pemahaman sebagian dengan kecenderungan miskonsepsi mengenai level submikroskopik baik secara tulisan maupun gambar. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kimia perlu adanya pengenalan level submikroskopik sehingga siswa mampu memahami setiap fenomena kimia dan mengetahui sebab munculnya simbol-simbol, rumus-rumus serta persamaan kimia.

Ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sulit oleh para siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Belajar ilmu kimia menuntut pemahaman


(14)

3

dan penguasaan konsep-konsep dengan benar, menuntut kemampuan berpikir abstrak serta penguasaan perhitungan matematis. Salah satu materi kimia yang memiliki karakteristik abstrak pada tingkat SMA adalah materi hidrolisis garam. Salah satu penyebab pelajaran kimia pada materi tersebut dianggap sebagai mata pelajaran yang sukar dimengerti oleh siswa, karena kebanyakan konsep kimia dalam materi tersebut bersifat abstrak dan lebih rentan menimbulkan miskonsepsi pada siswa. Upaya untuk mengatasi hal tersebut dilakukan sebuah pengembangan pembelajaran, hal ini dilakukan untuk menekan miskonsepsi siswa dalam level submikroskopik siswa salah satu upaya tersebut adalah dengan menggunakan multimedia dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan apa yang telah dikatakan oleh Kozma dan Russel (1997), menyatakan bahwa keterkaitan antar berbagai representasi diperlihatkan oleh alat multimedia yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk memvisualisasikan interaksi diantara molekul dan memahami keterkaitannya dengan konsep kimia. Hal tersebut didukung oleh temuan dari Solikha (2008) bahwa penggunaan multimedia dalam pembelajaran hidrolisis garam memang menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep siswa secara signifikan. Selain itu hasil penelitian yang bersinggungan tentang penelitian mengenai multimedia seperti yang telah dilakukan oleh (Latif, 2012; Fauziah, 2012; Wulandari, 2012) menemukan bahwa penggunaan media dapat meningkatkan pemahaman level submikroskopik siswa secara visual namun masih kurang untuk kemampuan verbalnya.

Multimedia memang cukup membantu proses pembelajaran, namun penggunaannya sendiri dalam pembelajaran masih dirasa belum praktis dan membutuhkan berbagai sarana pendukung. Di sisi lain, alat yang tepat dan yang efisien serta mudah untuk membantu siswa agar lebih mudah dalam memahami dan mempelajari kimia adalah buku teks, karena buku teks merupakan media yang selalu digunakan oleh guru sebagai panduan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut ditunjukan oleh penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Nuraeni (2008) mengungkapkan bahwa hanya 8,9% siswa yang mampu menuliskan dan menggambarkan level mikroskopik hidrolisis garam dengan lengkap sesuai dengan konsep standar yang diharapkan sedangkan sebagian besar lainnya


(15)

4

(86,3%) tidak dapat menuliskan dan menggambarkan level mikroskopik hidrolisis garam yang lengkap dan sesuai dengan konsep standar yang ada. Selain itu, dalam penelitian ini pun ditunjukan bahwa hasil (0%) yang ditunjukan dari penelitian tersebut untuk buku teks yang telah beredar di kalangan SMA di kota Bandung yang menjelaskan mengenai level mikroskopik secara utuh (tulisan maupun gambar). Berdasarkan uraian beberapa penelitian sebelumnya maka dapat dinyatakan seharusnya buku teks yang digunakan dalam proses pembelajaran kimia haruslah mencakup tiga level representasi kimia. Sehingga siswa akan memproleh secara utuh ketiga level representasi kimia dan tidak akan mengalami miskonsepsi dalam proses pembelajaran. Akan tetapi, pada saat ini disinyalir bahwa buku teks pelajaran kimia hanya didominasi oleh repesentasi level makroskopik dan simbolik saja, sedangkan untuk level mikroskopik seperti gambar keadaan partikel-partikel dalam larutan jarang dimuat dalam buku teks pelajaran kimia. Demikian juga pada saat proses pembelajaran berlangsung, tidak ada gambar atau model-model yang digunakan untuk menggambarkan keadaan partikel-partikel tersebut (Murniati, 2007). Sehingga perbaikan dalam bidang buku teks memang harus dilakukan, hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir miskonsepsi yang akan ditimbulkan dari imaginasi siswa yang berlebihan dan juga karena tidak adanya kejelasan mengenai suatu pemikiran yang konkret dan abstrak terutama dalam level mikroskopik sehingga diperlukan sebuah perubahan dalam buku teks yang mampu untuk membantu siswa melihat dan memahami suatu fenomena-fenomena kimia pada level mikroskopik yang muncul dan mungkin salah satunya adalah dengan menggunakan teks perubahan konseptual.

Teks perubahan konseptual adalah teks yang mendukung siswa selama proses pembelajarannya mengubah pengetahuan awal menjadi pengetahuan yang bersifat ilmiah (Beerenwinkel et al. , 2006). Sejalan dengan itu Ozmen (2007) mengatakan bahwa teks perubahan konseptual adalah teks yang dirancang untuk mengubah pengetahuan awal siswa dan fokus pada strategi untuk mempromosikan perubahan konseptual siswa dengan menantang pengetahuan awal siswa, menghasilkan ketidakpuasan, diikuti oleh penjelasan yang benar dan baik serta dimengerti dan masuk akal bagi siswa. Penelitian yang telah dilakukan terkait


(16)

5

penggunaan teks perubahan konseptual diantaranya: atom dan molekul, Gunay, (2005); laju reaksi, Balci, (2006); kesetimbangan kimia, Ozmen, (2007); asam dan basa , Geban & Cetingul, (2011). Dalam penelitian-penelitian tersebut menunjukkan ternyata terdapat penurunan miskonsepsi pada siswa. Artinya bahwa penggunaan teks perubahan konseptual tersebut mampu untuk memberikan pemahaman konsep kimia secara utuh dalam ketiga level representasi kimia. Merujuk pada penelitian-penelitian di atas maka disusunlah teks perubahan konseptual hidrolisis garam yang memadukan ketiga level representasi untuk membangun pemahaman konsep kimia siswa secara utuh dan sinergis agar tidak terjadi lagi miskonsepsi-miskonsepsi di dalam sebuah proses pembelajaran.

Terkait dengan pemahaman konsep sains, ternyata dalam pemahaman konsep sains ditemukan adanya suatu perbedaan yang menonjol antara pemahaman konsep siswa laki-laki dan perempuan ketika memahami suatu konsep sains (Moreno, 2010). Pernyataan Moreno tersebut ternyata didukung oleh penemuan dari beberapa penelitian yang mengemukakan bahwa terdapat suatu hubungan antara pemahaman konsep sains siswa dengan gender. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam psikologis dan hubungannya langsung dalam seks biologisnya adalah perbedaan perkembangan hormon seks dari individu sendiri terhadap gender dalam otaknya (Bronstein, 2006). Perbedaan gender dalam konsep sains tersebut ternyata berkaitan langsung dengan kemampuan visual-spasial yaitu suatu kemampuan untuk memvisualkan atau mempresentasikan suatu objek 2D menjadi suatu objek 3D dalam suatu ruang, dimana dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa kemampuan visual-spasial laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan (Halpen and LaMay, 2000 ; Chipman, Brush and Wilson, 1985; Fennema, 1984; Linn and Hyde, 1989; Taasoobshirazi and Carr, 2008; Balci, 2006). Adapun kemampuan visual-spasial ini diantaranya adalah kemampuan merepresentasikan, merotasikan dan menginversikan objek dua dimensi ke dalam tiga dimensi (Barnea and Dori, 1999).

Adapun penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh (Dawson dalam Balci, 2006) dalam penelitiannya tentang menyelidiki 203 siswa mengenai minatnya dalam ilmu pengetahuan yang dilakukan pada siswa


(17)

6

Australia selatan grade 7, Dawson menemukan bahwa anak laki-laki lebih cenderung tertarik pada ilmu pengetahuan dibandingkan dengan anak perempuan. Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Balci (2006), yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap pemahaman konsep siswa pada materi laju reaksi dimana dalam hal ini, laki-laki memiliki skor yang lebih baik dalam pemahaman konsepnya dibandingkan dengan perempuan. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul penelitian

Perubahan Pemahaman Konsep Siswa Sma Kelas XI Berdasarkan Gender Pada Materi Hidrolisis Garam Dengan Menggunakan Teks Perubahan Konseptual”

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Permasalahan krusial yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini adalah tidak adanya teks perubahan konseptual yang mendukung pemahaman siswa tentang level representasi kimia. Pemahaman tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor kebiasaan membaca, gender, dan peranan teks terhadap pemahaman ketiga level representasi. Penelitian ini difokuskan hanya mengkaji pengaruh

gender terhadap pemahaman konsep dalam tiga level representasi kimia yang terdapat dalam teks perubahan konseptual topik hidrolisis garam.

Variabel terikat pada penelitian ini adalah pemahaman konsep siswa pada level makroskopik, submikroskopik dan simbolik. Adapun yang menjadi variabel bebas adalah teks bacaan dan gender. Dengan variabel kontrol jeda waktu antara

pretest dan posttest, durasi waktu membaca teks, dan materi bacaan teks mengenai hidrolisis garam.

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah umum yang dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimana perubahan pemahaman konsep level representasi kimia siswa berdasarkan gender melalui penggunaan teks perubahan

konseptual pada materi hidrolisis garam?”

Agar penelitian lebih terarah, rumusan masalah umum tersebut diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian yaitu:


(18)

7

1. Adakah perbedaan perubahan pemahaman konsep siswa berdasarkan gender

pada level makroskopik dalam materi hidrolisis garam antara kelompok yang menggunakan teks perubahan konspetual dan kelompok yang menggunakan bukan teks perubahana konseptual?

2. Adakah perbedaan perubahan pemahaman konsep siswa berdasarkan gender

pada level submikroskopik dalam materi hidrolisis garam antara kelompok yang menggunakan teks perubahan konseptual dan kelompok yang menggunakan bukan teks perubahana konseptual?

3. Adakah perbedaan perubahan pemahaman konsep siswa berdasarkan gender

pada level simbolik dalam materi hidrolisis garam antara kelompok yang menggunakan teks perubahan konseptual dan kelompok yang menggunakan bukan teks perubahana konseptual?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dan gambaran tentang perubahan pemahaman konsep level representasi kimia siswa antara siswa laki-laki dan perempuan pada pokok materi hidrolisis garam dengan menggunakan teks perubahan konseptual, secara khusus tujuannya sebagai berikut:

1. Memperoleh informasi dan gambaran tentang perubahan pemahaman konsep level makroskopik siswa laki-laki dan perempuan pada pokok materi hidrolisis garam dengan menggunakan teks perubahan konseptual.

2. Memperoleh informasi dan gambaran tentang perubahan pemahaman konsep level submikroskopik siswa laki-laki dan perempuan pada pokok materi hidrolisis garam dengan menggunakan teks perubahan konseptual.

3. Memperoleh informasi dan gambaran tentang perubahan pemahaman konsep level simbolik siswa laki-laki dan perempuan pada pokok materi hidrolisis garam dengan menggunakan teks perubahan konseptual.


(19)

8

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

1. Guru

a. Memberikan informasi dan gambaran kepada guru mengenai pemahaman konsep siswa antara laki-laki dan perempuan pada level makroskopik, mikroskopik dan simbolik pada materi hidrolisis garam.

b. Sebagai masukan bagi guru dalam meningkatkan pembelajaran hidrolisis garam pada level makroskopik, mikroskopik dan simbolik dengan mengintensifkan penggunaan teks perubahan konseptual.

c. Serta guna untuk mengembangkan model dan metode yang tepat dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa baik siswa laki-laki maupun siswa perempuan dengan melibatkan level makroskopik, submikroskopik dan simbolik.

2. Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi peneliti lain untuk memverifikasi dan mengembangkan penelitian dengan kajian sejenis dan atau topik berbeda.


(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian diperlukan adanya metode penelitian, metode penelitian ini berfungsi sebagai pendekatan dalam mendapatkan data dari penelitiannya untuk menggambarkan atau mencari jawaban dari penelitian yang sedang dilakukan. Sugiyono (2012), mengemukakan metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan , dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam pendidikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan jenis desain Quasi Experimental dengan jenis yang digunakan adalah Non Equivalen Control Group Desain. Dalam desain penelitian ini melibatkan dua kelompok subjek penelitian yang dipilih secara purposif. Kedua kelas tersebut diberi pretest

dan posttest. Kelompok eksperimen diberi perlakuan menggunakan teks perubahan konseptual, sedangkan kelompok kontrol menggunakan teks bukan perubahan konseptual (BSE). Desain penelitian yang digunakan dapat dilihat dalam tabel 3.1 di bawah ini:

Tabel 3.1 Nonequivalen Control Group Desain Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O1 - O2

Keterangan:

X = Merupakan Kelas Yang Membaca Teks Perubahan Konseptual.

- = Merupakan Kelas Yang Membaca Bukan Teks Perubahan Konseptual (BSE) O1 = Nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)

O2 = Nilai posttest (setelah diberi perlakuan)


(21)

38

B. Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan dalam empat tahap, yaitu (1) Persiapan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengolahan dan Analisis data, dan (4) Penarikan kesimpulan. Keempat tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi masalah penelitian.

b. Analisis SK dan KD materi hidrolisis garam. c. Analisis miskonsepsi materi hidrolisis garam.

d. Melakukan studi literatur yang berkaitan dengan teks perubahan konseptual dan gender.

e. Analisis materi hidrolisis garam.

f. Analisis aspek makroskopik, submikroskopik dan simbolik pada materi hidrolisi garam.

g. Penyusunan teks perubahan konseptual berdasarkan unsur-unsur teks perubahan konseptual yang telah dikonsultasikan pada dosen pembimbing. h. Penyusunan Soal tes pemahaman konsep, angket dan pedoman wawancara. i. Penyempurnaan teks pembelajaran teks perubahan konseptual pada materi

hidrolisis garam.

j. Peninjauan kembali instrumen berupa Soal pemahaman konsep, angket dan format wawancara

k. Mengkonsultasikan instrumen kepada dosen pembimbing

l. Menguji validitas instrumen yang telah disusun kepada dosen ahli atau pakar. m. Melakukan revisi terhadap instrumen yang telah divalidasi.


(22)

39

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan data Kelompok Eksperimen:

1) Pemberian pretest tentang materi hidrolisis garam.

2) Membagikan teks perubahan konseptual dan pemberian kesempatan pada siswa untuk membacanya selama satu minggu.

3) Pemberian posttest dilakukan dengan jeda waktu selama satu minggu dari

pretest dan sebelum siswa memperoleh pembelajaran dari guru. Soal posttest

sama dengan soal pretest.

4) Penyebaran angket kepada siswa yang telah membaca teks perubahan konseptual.

5) Wawancara mengenai teks perubahan konseptual pada materi hidrolisis garam kepada guru dan siswa kelompok eksperimen.

Kelompok Kontrol:

1) Pemberian pretest tentang materi hidrolisis garam.

2) Membagikan teks bukan perubahan konseptual (BSE) dan pemberian kesempatan pada siswa untuk membacanya selama satu minggu.

3) Pemberian posttest dilakukan dengan jeda waktu selama satu minggu dari

pretest dan sebelum siswa memperoleh pembelajaran dari guru. Soal posttest

sama dengan soal pretest.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Tahap pengolahan data dilakukan, sebagai berikut:

a. Pengolahan skor pretest dan posttest berdasarkan perbedaan gender secara umum dalam bentuk tabulasi.


(23)

40

b. Pengolahan skor pretest dan posttest untuk masing-masing level : makroskopik, submikroskopik dan simbolik berdasarkan perbedaan gender

dalam bentuk tabulasi.

c. Pengolahan skor jawaban angket dalam bentuk tabulasi. d. Pengolahan hasil wawancara dalam bentuk kategori sasi.

e. Analisis skor pretest dan posttest berdasarkan perbedaan gender secara umum dan pada level makroskopik, submikroskopik dan simbolik. Dengan menggunakan skor gain, N-Gain dan uji statistik beda rata-rata.

f. Analisis Jawaban Angket dengan menerapkan skala Guttman. g. Analisis Wawancara dilakukan dengan mencari kecenderungan.

4. Tahap Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara mengabstraksi hasil analisis dan pembahasan yang mengacu pada rumusan masalah dan tujuan penelitinan yang diajukan.


(24)

41

Analisis SK & KD SMA Kelas XI Pada Pokok materi Hidrolisis Garam

Studi pustaka mengenai teks perubahan konseptual dan Gender

Analisis Bahan ajar Hidrolisis Garam

Pembuatan teks Hidrolisis garam berasaskan teks perubahan

konseptual

Revisi Teks Hidrolisis Garam Berasaskan teks

perubahan konseptual

Penyusunan soal Tes pemahaman konsep

Validasi

Revisi

Penyusunan Angket dan Pedoman

Wawancara

Pre-test

Kelompok Experimen Kelompok Kontrol

Post-test

Angket

Wawancara Dengan Teks Hidrolisis garam

berasaskan teks perubahan konseptual

Dengan Teks Hidrolisis garam pada buku BSE

Analisis Data Analisis Temuan Tahap Persiapan Tahap Pelaksanaan Tahap Pengolahan data dan penarikan kesimpulan Mengidentifikasi masalah Analisi Miskonsepsi pada materi hidrolisis

garam C. Alur Penelitian

Bagan alur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini:


(25)

42

D. Subjek Penelitian

Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri di daerah kabupaten Bandung Barat. Jumlah siswa yang diambil sebanyak empat kelas dengan jumlah total siswa awalnya melibatkan 124 siswa. Dengan kriteria siswa harus mengikuti pretest, membaca teks dan mengikuti posttets, maka subyek yang memenuhi kriteria tersebut terdapat 90 orang. Adapun siswa yang tidak memenuhi syarat sebanyak 34 orang terdiri atas 11 orang tidak membaca teks, 6 orang tidak memberi keterangan apakah membaca teks atau tidak, 13 orang hanya mengikuti pretes, 4 orang hanya mengikuti postes. Dari hasil tersebut maka subyek yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 90 orang siswa dengan rincian 43 orang siswa pada kelompok kontrol dan 47 orang siswa pada kelompok eksperimen.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah test pemahaman konsep materi hidrolisis garam, angket dan pedoman wawancara. Rincian masing-masing instrumen sebagai berikut:

1. Tes Pemahaman konsep

Tes pemahaman konsep ini berupa tes tertulis untuk mengukur perubahan pemahaman konsep siswa level makroskopik, submikroskopik dan simbolik pada materi hidrolisis garam. Test pemahaman konsep yang digunakan peneliti adalah sebuah test modifikasi yang telah dikembangkan dari penelitian sebelumnya, yaitu dari penelitian Selviyanti (2009). Modifikasi dalam test ini yaitu berupa ditampilkannya fenomena-fenomena makroskopik yang ada dalam kehidupan sehari-hari terkait materi hidrolisis garam. Serta dalam test ini pula peneliti sedikit mengubah jenis test nya menjadi test dengan sebuah pemahaman konsep


(26)

43

(analisis). Data yang diperoleh dari tes pemahaman konsep ini adalah skor pemahaman konsep siswa laki-laki dan perempuan.

2. Angket Siswa

Angket ini diberikan kepada siswa kelompok eksperimen dengan tujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap teks perubahan konseptual pada materi hidrolisis garam.

3. Pedoman Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa kelompok eksperimen. Tujuannya adalah untuk mengetahui tanggapan guru/siswa kelompok eksperimen tentang perbedaan teks perubahan konseptual pada materi hidrolisis garam dengan teks hidrolisis garam pada buku teks BSE karangan budi utami.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran mengenai sejumlah istilah yang digunakan dalam penelitian, maka peneliti mendefinisikan istilah-istilah yang dianggap penting, sebagai berikut:

1. Perubahan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perubahan adalah suatu hal (keadaan) yang dapat berubah atau peralihan dan pertukaran. Dalam penelitian ini perubahan yang diamati adalah perubahan pemahaman konsep siswa laki-laki dan perempuan level makroskopik, submikroskopik dan simbolik pada materi hidrolisis garam.

2. Pemahaman konsep

Pemahaman kosep merupakan suatu kemampuan mengkonstruk makna atau pengertian suatu konsep berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru kedalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Pemahaman konsep yang diteliti yaitu pemahaman konsep mengenai materi hidrolisis garam.


(27)

44

3. Level Makroskopik

Level makroskopik adalah fenomena kimia yang dapat diamati termasuk didalamnya pengalaman kehidupan sehari-hari siswa seperti perubahan warna, pengamatan terhadap terbentuknya produk baru hasil reaksi dan fenomena lainnya yang tampak (Treagust, Chittleborough, dan Mamiala, 2003). Dalam penelitian ini level makroskopik yang ditunjukan adalah penggambaran fenomena-fenomena dalam kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan materi hidrolisisgaram.

4. Level Submikroskopik

Level submikroskopik merupakan representasi yang didasarkan pada teori partikel suatu zat yang digunakan untuk menjelaskan fenomena nyata dalam bentuk pergerakan dari suatu partikel seperti elektron, molekul, dan atom (Treagust, Chittleborough dan Mamiala, 2003). Dalam penelitian ini level submikroskopik yang ditunjukan adalah sebagai gambaran suatu partikulat dalam larutan garam.

5. Level Simbolik

Level simbolik merupakan representasi yang berupa simbol-simbol kimia, rumus, dan persamaan reaksi (Treagust, Chittleborough dan Mamiala, 2003). Dalam penelitian ini level simbolik hanya menyangkut persamaan reaksi hidrolisis garam.

6. Teks perubahan konseptual

Teks perubahan konseptual adalah teks yang dirancang untuk mengubah miskonsepsi siwa pada level representasi kimia dengan konsep-konsep kimia melalui serangkaian tahapan yang memuat empat kondisi perubahan konseptual menurut posner yaitu dissatification, inteligible, plausible, dan fruitfullness. pada penelitian in teks perubahan konseptual berfungsi sebagai buku teks yang disusun sedemikian rupa untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dan juga meningkatkan kemampuan siswa.


(28)

45

Gender adalah sifat yang membedakan organisme atas dasar peran reproduksi mereka sebagai laki-laki dan perempuan (Abubakar dan Uboh, 2010). Dalam penelitian ini perbedaan gender yang akan ditinjau yaitu pemahaman konsep pada masing-masing gender dalam level makroskopik, submikroskopik dan simbolik siswa dalam mteri hidrolisis garam.

G. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data keduanya dapat dirinci sebagai berikut:

1. Pengolahan Data Kuantitatif

Data kuantitatif yang diperoleh adalah berupa skor pretest dan skor

posttest untuk ketiga level representasi yaitu makroskopik, submikroskopik dan simbolik. Pengolahan data kuantitatif dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama membahas kenaikan digambarkan dengan bagan alir sebagai berikut:

Data normal

Data tidak normal Skor Perubahan

Pemahaman konsep siswa laki-laki dan perempuan

Uji Normalitas Skor N-Gain Siswa laki-laki dan perempuan pada ketiga level representasi kimia

Uji Non-Parametrik (Uji Mann-Whitney)

Data Homogen

Data tidak Homogen Uji t’

Uji t Uji Homogenitas Nilai N-Gain level Makroskopik,Submikrosk


(29)

46

Gambar 3.2 Bagan Alir Pengolahan Data Kuantitatif

Berdasarkan gambar 3.2 nilai skor test yang telah diperoleh diuji secara statistik untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan peningkatan hasil belajar antara siswa laki-laki dan perempuan dengan menggunakan program IBM SPSS 20.0.

Pengujian secara statistik ini tujuannya adalah untuk menguji hipotesis nol yang telah diajukan. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah Uji Dua Pihak (Two Tail Test) dengan Ho dan Ha sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pemahaman

konsep laki- laki dan perempuan baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen terhadap materi hidrolisis garam.

Ha : Terdapat perbedaan signifikan antara pemahaman konsep laki-laki

dan perempuan baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen terhadap materi hidrolisis garam.

Langkah pertama yang dilakukan pada uji statistik adalah uji normalitas. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Data skor test level makroskopik, submikroskopik dan simbolik diuji normalitasnya dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Jika nilai signifikansi nya > 0.05 maka data dikatakan berdistribusi normal, tetapi jika nilai signifikansinya < 0,05 maka data dikatakan tidak berdistribusi normal. Jika data berdistribusi normal, maka dilakukan uji homogenitas. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah variansi populasi data yang diuji homogen atau tidak. Data dikatakan homogen apabila nilai signifikansinya > 0,05, sedangkan jika nilai signifikansi < 0,05 maka data dikatakan tidak homogen. Setelah uji normalitas dan uji homogenitas, langkah yang selanjutnya adalah uji perbedaan dua rata-rata (uji t) yang dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan. Uji perbedaan dua rata-rata juga dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Jika data berdistribusi normal maka digunakan uji parametrik dengan menggunakan Independent-Sample


(30)

47

Test uji ini dilakukan untuk variabel yang berbeda. Jika data berdistribusi normal dan homogen maka Independent-Sample Test yang digunakan adalah t. Jika data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka digunakan uji t’. Sedangkan apabila data tidak berdistribusi normal maka uji yang digunakan adalah uji non-parametrik, Uji non-parametrik yang digunakan jika variabelnya tidak saling berterkaitan maka uji non-parametrik yang digunakan adalah berupa uji Mann-Whitney. Kriteria pengambilan keputusan dari uji beda rata-rata adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak

terdapat perbedaan perubahan pemahaman konsep siswa yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan.

b. jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat

perbedaan peningkatan perubahan pemahaman konsep siswa yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan.

2. Pengolahan Data Kualitatif

Data kualitatif yang diperoleh dari penelitian ini adalah angket siswa dan wawancara guru. Pengolahan datanya adalah sebagai berikut:

a. Analisis Data Angket

Data angket diolah dengan menggunakan skala Guttman. Data yang diperoleh berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif) yaitu “ya” atau

“tidak” (Sugiyono, 2012). Untuk mengetahui besar persentase dalam angket digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :


(31)

48

f = Frekuensi jawaban

n = Banyaknya siswa (responden)

b. Analisis Data Wawancara

Pengolahan data untuk wawancara dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Mengubah hasil wawancara dari bentuk lisan ke bentuk tulisan. b. Menganalisis jawaban hasil wawancara.

c. Menggabungkan data hasil wawancara dengan data sekunder lainnya serta hasil tes tertulis


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan yaitu: terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep yang signifikan (p=0.00) secara keseluruhan antara siswa laki-laki dan perempuan pada kelompok yang menggunakan teks perubahan konseptual (N-Gain = 0,29) dan yang tidak menggunakan teks perubahan konseptual (N-Gain = 0,08). Adapun kesimpulan secara khusus adalah sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan perubahan pemahaman konsep hidrolisis garam yang signifikan (p=0.00), antara siswa laki-laki (N-Gain=0,38) dan perempuan ( N-Gain=0,77) dalam kelompok eksperimen pada level makroskopik, sedangkan dalam kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep yang signifikan (p=0.71), antara siswa laki-laki (N-Gain=0,20) dan perempuan (N-Gain=0,08).

2. Tidak terdapat perbedaan perubahan pemahaman konsep hidrolisis garam yang signifikan (p=0.73), antara siswa laki-laki (N-Gain=0,32) dan perempuan (N-Gain=0,29) dalam kelompok eksperimen pada level Submikroskopik, sedangkan dalam kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep yang signifikan (p=0.08) antara siswa laki-laki (N-Gain=0,06) dan perempuan (N-Gain=0,02).

3. Tidak terdapat perbedaan perubahan pemahaman konsep hidrolisis garam yang signifikan (p=0.87), antara siswa laki-laki (N-Gain=0,16) dan perempuan (N-Gain=0,19) dalam kelompok eksperimen pada level Simbolik, sedangkan dalam kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep yang signifikan (p=0.34) antara siswa laki-laki ( N-Gain=0,10) dan perempuan (N-Gain=0,15).


(33)

81

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan beberapa hal, diantaranya:

1. Untuk meningkatkan dan menguatkan pemahaman konsep-konsep kimia secara utuh khususnya dalam materi hidrolisis garam disarankan kepada siswa untuk menggunakan teks yang memaparkan aspek-aspek tiga level representasi kimia salah satunya seperti teks perubahan konseptual.

2. Buku teks perubahan pemahaman konsep ini dapat dijadikan salah satu program alternatif atau salah satu media pembelajaran yang dapat berguna untuk meningkatkan aspek level makroskopik siswa laki-laki maupun perempuan, dan juga dapat dijadikan suatu alat untuk meningkatkan ketelitian siswa laki-laki dalam menelaah suatu bahasa verbal dan juga untuk menambah pengalaman dalam berfenomena dalam kehidupan sehari-hari. 3. Untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam level representasi

kimia disarankan kepada guru agar dalam pembelajaran menerapkan ketiga level representasi kimia sebagai alternatif model pembelajaran kimia di dalam kelas disesuaikan dengan materi yang akan diajarkannya, karena hal tersebut ternyata sangat efektif untuk membuat siswa lebih paham dalam memahami konsep kimia secara utuh.

4. Perlunya guru sebagai mentor dalam membimbing siswa untuk menjelaskan secara eksplisit pada proses pembelajaran terutama dalam materi hidrolisis garam agar lebih meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa laki-laki dan perempuan pada ketiga level representasi kimia.

5. Bagi peneliti lain, disarankan merancang sebuah penelitian yang menganalisis peningkatan pemahaman konsepsi siswa dengan menggunakan teks perubahan konseptual namun dipadukan dengan peran guru sebagai mentor dalam memberikan penjelasan yang eksplisit dalam sebuah pembelajaran.


(34)

Daftar pustaka

Abubakar, R. B. and Uboh,V. (2010). “Breaking the gender barrier in enrolment

and academic achievement of Science and Mathematics students”. Akoka

journal of Pure and applied Science Education,10,(1), 203-213.

Anderson, O.W. and Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy For Learning, Teaching And Assessing (A Revision Of Bloom’s Taxonomy Of Educational Objectives). New york: Addision Wesley Longman, Inc.

Anonim. (2012). Ammonium Acetat. [Online]. Tersedia: https://en.wikipedia.org /wiki/Ammonium_acetat [12 Januari 2013].

Ridho, Gary. (2012). Teknologi Pengolahan Limbah B3. [Online]. Tersedia: http://aku-cinta-lingkunganku.blogspot.com/2012/11/teknologi-pengolahan-limbah-b3.html. [15 Januari 2013].

Anonim. (2012). Formalin. [Online]. Tersedia: http://keluarga-noe.blogspot.com /2012/06/ciri-ciri-makanan-mengandung-formalin.html [15 Januari 2013]. Anonim. (2013). Ammonium Chloride. [Online]. Tersedia: https://en.wikipedia.

org/wiki/Ammonium_chloride [15 Januari 2013].

Anonim. (2013). Pengujian daya hantar lelehan NaCl. [Online]. Tersedia: http://www.ibchem.com/IB/ibnotes/full/red_htm/10.3.htm [20 Januari 2013]. Anonim. (2013). Salt. [Online]. Tersedia: http://cahngaran-coba-coba.blogspot.com

/2012/04/garam-dapur.html [ 15 Januari 2013].

Anonim. (2013). Sodium Acetat. [Online]. Tersedia: https://en.wikipedia.org /wiki/Sodium_acetat [20 Januari 2013].

Arifin, M. (1995). Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press.

Balci, C. (2006). Conceptual Change Text Oriented Instruction To Facilitate Conceptual Change In Rate Of Reaction Concepts. Middle East Technical University. A Thesis Submitted to The Graduate School of Natural and Applied Sciences Middle East Technical university


(35)

83

Barnea and Dori. (1999). “High-School Chemistry Students Performance And

Gender Differences In A Computerized Molecular Modeling”. Journal of

Science Education and Technology,8, No. 4.

Beller, M. and Gafni, N. (1991).”The 1991 International Assessment of Educational progress in mathematics and science. The gender differences in perspective”. Journal of Educational Psychology, 88, 365-377.

Benson, D.L., Wittrock, M.C. and Bauer, M.E. (1993). “Students Preconceptions Of The Nature Of Gases”. Journal of Research in Science Teaching, 30, 587–597.

Ben-Zvi, R., Eylon, B. and Silberstein, J. (1988). Theories, Principles And Laws. Education in Chemistry, 25, 89–92.

Berenwinkel, et al. (2011). “Conceptual Change Texts in Chemistry Teaching: A

Study on The Particle Model of Matter”. International Journal of Science & Mathematics Education, 9, 1235-1259.

Bloom, B. S. ed. et al. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: Handbook 1,Cognitive Domain. New York: David McKay.

Bronstein, W. P. (2006). The family environment: Where gender socialization begins. In J. Worell & C. D. Goodheart (Eds). New York: Oxford University Press,pp.262-271.

Chipman, S. F., Brush, L., and Wilson, D.D. (Eds.). (1985). Women and mathematics: Balancing the equation. H.J: Lawrence Erlbaum Associates.

Chittleborough and Treagust. (2007). The Modelling Ability Of Non-Major Chemistry Students And Their Understanding Of The Sub-Microscopic Level. Journal of Educational Research.


(36)

84

Dahar, Ratna W. (1989).Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Eckert, P. and Ginet, S. M. (2002). Language and Gender. England: Cambridge University Press.

Falvo & Suits. (2008). Gender and Spatial Ability and the use of Specific Labels and Diagrammatic Arrows in a Micro-Level Chemistry Animation. 240 Education and Humanities Building Delaware State University

Fauziah, L. (2012).Penggunaan Video Sifat Diskontinu Materi Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Level Submikroskopik Pada Materi Wujud Zat Dan Perubahannya. Skripsi pada FPMIPA UPI: Bandung : tidak diterbitkan

Fauziah, N. (2009).Kimia untuk SMA dan MA kelas XI IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional : BSE.

Fennema, E. (1984).Girls, women and mathematics. In E. Fennema (Ed.). Women and Education: Equity or Equality? Berkley, CA: McCutchun Publishing Co.

Friedel, A.W, and Maloney, A.W. (1992).‟An Exploratory, Classroom Based

Investigation Of Students Difficulties With Subscripts In Chemical

Formulas‟. Science Education. 76. 65-78

Gabel, D. (1998). „The complexity of chemistry and implications for teaching‟. In

B. J. Fraser and K. G. Tobin (Eds.), International handbook of science education. Dordrecht, The Netherlands: Kluwer Academic Publishers.

Geban, O. and Cetingul I. (2011). „Using Conceptual Change Text With Analogies For Misconceptions In Acids And Bases’. Universitesi Egitim Fakultesi Dergisi. H.U. Journal of Education 41, 112-123.


(37)

85

Günay, B.(2005). Effects of conceptual change text instryction on overcoming students’ misconceptions and their understanding of atom and molecule concepts. Unpublished master thesis, Middle East Technical University Secondary Science and Mathematics Education, Ankara.

Gustiar, S. (2012). Cairan Infus. [Online]. Tersedia: http://cholate-gustiar.blogspot.com/2012/05/seputar-macam-macam-cairan-infus-dan.html [ 15 Januari 2015].

Halpern, D F dan LaMay L.(2000). „The Smarter Sex: A Critical Review Of Sex

Differences In Intelligence‟. Educational Psychology Review. 12, No.2.

Hernanto, A. (2009). Kimia 2 untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional: BSE.

Jansoon, N, et al. (2009). „Understanding Mental Models of Dilution in Thai

Students‟. International Journal of Environmental & Science Education 4, No. 2, 147-168.

Johnstone A.H. (1982). „Macro- and micro- chemistry‟. School Science Review.

64,(227), 377-379.

Kaufman. (2007). „Sex differences in mental rotation and spatial visualization

ability: Can they be accounted for by differences in working memory

capacity?‟. Science Direct Intelligence35, 211 – 223.

Korporshoek, H. et al. (2011). “Who succeeds in advanced mathematics and science courses?”. British Educational Research Journal, 37, (3), 357-380.

Kozma, R. B., dan Russell, J. (1997). Multimedia and understanding: Expert and novice responses to different representations of chemical phenomena.


(38)

86

Latif, A. .(2012). Penggunaan Video Pembelajaran Sifat Diskontinu Materi Pada Pokok Bahasan Wujud Zat dan Perubahannya untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMP Kelas VII. Skripsi pada FPMIPA UPI: Bandung : tidak diterbitkan

Linn, M.C. and Hyde, J. S. (1989). ‟Gender mathematics and science‟.

Educational Researcher, 18. 17-19.

Lloyd, J. E. V., Walsh, J. dan Yailagh, M. S. (2005). Sex differences in performance attributions, self efficacy, and achievement in mathematics: If I'm so smart, why don't I know it? Canadian Journal of Education / Revue canadienne de l'education, 28(3), 384-408.

Maskur. (2010). Obat Batuk OBH. [Online]. Tersedia:

http://maskurblog.wordpress.com/2010/06/09/akhirnya-ku%C2%A0menemukanmu%E2%80%A6/ [ 15 Januari 2013].

McMurry, J. and Fay, R.C. (2003). Chemistry, 4th Edition.

Moreno, R. (2010). Educational psychology. University of New Mexico: John Wiley& Sons, Inc.

Muniarti. (2007). Analisis Miskonsepsi Level Mikroskopik Salah Satu Sma Negeri Di Kota Bandung Pada Materi Larutan Asam Basa, Garam, Penyangga, Dan Hidrolisis Garam. Skripsi pada FPMIPA UPI: Bandung : tidak diterbitkan

Neuschmidt, O., Barth, J. dan Hastedt, D. (2008). Trends in gender differences in mathematics and science (TIMSS 1995-2003). Studies in Educational Evaluation, 34, 56-72.

Nuraeni, Ani .(2008). Analisis Level Mikroskopik Dalam Buku Teks Kimia Sma, Pembelajaran, Dan Pemahaman Siswa Pada Materi Hidrolisis Garam. Skripsi pada FPMIPA UPI: Bandung : tidak diterbitkan


(39)

87

Ozmen, H. (2007). “The Effectiveness of Conceptual Change Texts in Remediating High School Students‟ Alternative Conceptions Concering Chemical Equilibrium”. Asia Pasific Education Review. 8 (3), 413-425. Pater, J.I.G.M and Dorst, S.J. (1998). Pendidikan Sains yang

Humanistis.Yogyakarta: Kanisius.

Permana, I.(2009).Kimia 2 untuk Kelas Xi, Semester 1 dan 2 Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional: BSE.

Posner, G.J. et al. (1982). “Accommodation ofa scientific conception: Toward a

theoryof conceptualchange”. Science Education,66, (2), 211-227.

Roth, KJ. (1985). Conceptual change learning and studentsprocessing of science texts. Paper presented at the Annual Meeting of the American Research Association, Chicago, IL.

Ruminten, A. R.(2009).Kimia 2. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional: BSE.

Santrock, J. W. (2002). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga.

Sears, D.O. et al. (1985). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Selviyanti.(2009). Analisis Hasil Belajar Level Makroskopik, Mikroskopik Dan Simbolik Siswa SMA Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam. Skripsi pada FPMIPA UPI: Bandung : tidak diterbitkan

Sirhan, G. (2007). “Learning difficulties in chemistry: An Overview”. Journal of


(40)

88

Solikha.(2008). Pengaruh Multimedia Interaktif Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Dan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Materi Hidrolisis Garam. Skripsi pada FPMIPA UPI: Bandung : tidak diterbitkan

Sopandi, W. (2009). ‘Pembelajaran Kimia yang Berorientasi pada Struktur:

Sebuah Alternatif Memperkenalkan Ilmu Kimia pada Siswa SMP untuk

Mengatasi Masalah Miskonsepsi’. Makalah Workshop Nasional

Pembelajaran Kimia SMP tanggal 15 Agustus 2009 di Auditorium FPMIPA UPI.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : ALFABETA.

Suparno, P. .(2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. PT. Gramedia Widia Sarana: Yogyakarta.

Suwardi, et al. .(2009).Panduan Pembelajaran Kimia untuk SMA&MA Kelas XI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional: BSE.

Taasoobshirazi, G. and Carr. (2008).„Gender Differences in Science‟. An

Expertise Perspective‟. Educ Psychol Rev20, 149-169.

Terlecki, M.S. and Newcombe. (2005). „How Important Is the Digital Divide? The Relation of Computer and Videogame U sage to Gender Differences in

Mental Rotation Ability‟. Sex Roles, 53, Nos. 5/6, DOI: 10.1007/s11199-005-6765-0.

Treagust, D., Chiitleborough, G. and Mamiala, T. (2003). „The Role Of Submicroscopic And Symbolic Representations In Chemical Explanations‟.

International Journal of Science Education,25, 1353-1368.

Utami, B. .(2009).Kimia untuk SMA dan MA kelas XI Program Ilmu Alam. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional: BSE.


(41)

89

Vebriyanti, V. .(2011). Analisis Hasil Belajar Level Makroskopik, Mikroskopik, dan Simbolik Siswa SMA Kelas XI Pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Gender. Skripsi pada FPMIPA UPI: Bandung : tidak diterbitkan

Wulandari, W. T. .(2012). Analisis Hasil Belajar Siswa Smp Pada Materi Wujud Zat Dan Perubahannya Dengan Menggunakan Videopembelajaran Sifat Diskontinu Materi Berdasarkan Gender. Skripsi pada FPMIPA UPI: Bandung : tidak diterbitkan


(1)

Dahar, Ratna W. (1989).Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Eckert, P. and Ginet, S. M. (2002). Language and Gender. England: Cambridge University Press.

Falvo & Suits. (2008). Gender and Spatial Ability and the use of Specific Labels and Diagrammatic Arrows in a Micro-Level Chemistry Animation. 240 Education and Humanities Building Delaware State University

Fauziah, L. (2012).Penggunaan Video Sifat Diskontinu Materi Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Level Submikroskopik Pada Materi Wujud Zat Dan Perubahannya. Skripsi pada FPMIPA UPI: Bandung : tidak diterbitkan

Fauziah, N. (2009).Kimia untuk SMA dan MA kelas XI IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional : BSE.

Fennema, E. (1984).Girls, women and mathematics. In E. Fennema (Ed.). Women and Education: Equity or Equality? Berkley, CA: McCutchun Publishing Co.

Friedel, A.W, and Maloney, A.W. (1992).‟An Exploratory, Classroom Based

Investigation Of Students Difficulties With Subscripts In Chemical

Formulas‟. Science Education. 76. 65-78

Gabel, D. (1998). „The complexity of chemistry and implications for teaching‟. In

B. J. Fraser and K. G. Tobin (Eds.), International handbook of science education. Dordrecht, The Netherlands: Kluwer Academic Publishers.

Geban, O. and Cetingul I. (2011). „Using Conceptual Change Text With Analogies


(2)

Günay, B.(2005). Effects of conceptual change text instryction on overcoming

students’ misconceptions and their understanding of atom and molecule

concepts. Unpublished master thesis, Middle East Technical University Secondary Science and Mathematics Education, Ankara.

Gustiar, S. (2012). Cairan Infus. [Online]. Tersedia: http://cholate-gustiar.blogspot.com/2012/05/seputar-macam-macam-cairan-infus-dan.html [ 15 Januari 2015].

Halpern, D F dan LaMay L.(2000). „The Smarter Sex: A Critical Review Of Sex Differences In Intelligence‟. Educational Psychology Review. 12, No.2.

Hernanto, A. (2009). Kimia 2 untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional: BSE.

Jansoon, N, et al. (2009). „Understanding Mental Models of Dilution in Thai Students‟. International Journal of Environmental & Science Education 4, No. 2, 147-168.

Johnstone A.H. (1982). „Macro- and micro- chemistry‟. School Science Review. 64,(227), 377-379.

Kaufman. (2007). „Sex differences in mental rotation and spatial visualization

ability: Can they be accounted for by differences in working memory

capacity?‟. Science Direct Intelligence35, 211 – 223.

Korporshoek, H. et al. (2011). “Who succeeds in advanced mathematics and science courses?”. British Educational Research Journal, 37, (3), 357-380.

Kozma, R. B., dan Russell, J. (1997). Multimedia and understanding: Expert and novice responses to different representations of chemical phenomena.


(3)

Latif, A. .(2012). Penggunaan Video Pembelajaran Sifat Diskontinu Materi Pada Pokok Bahasan Wujud Zat dan Perubahannya untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMP Kelas VII. Skripsi pada FPMIPA UPI: Bandung : tidak diterbitkan

Linn, M.C. and Hyde, J. S. (1989). ‟Gender mathematics and science‟.

Educational Researcher, 18. 17-19.

Lloyd, J. E. V., Walsh, J. dan Yailagh, M. S. (2005). Sex differences in performance attributions, self efficacy, and achievement in mathematics: If I'm so smart, why don't I know it? Canadian Journal of Education / Revue canadienne de l'education, 28(3), 384-408.

Maskur. (2010). Obat Batuk OBH. [Online]. Tersedia:

http://maskurblog.wordpress.com/2010/06/09/akhirnya-ku%C2%A0menemukanmu%E2%80%A6/ [ 15 Januari 2013].

McMurry, J. and Fay, R.C. (2003). Chemistry, 4th Edition.

Moreno, R. (2010). Educational psychology. University of New Mexico: John Wiley& Sons, Inc.

Muniarti. (2007). Analisis Miskonsepsi Level Mikroskopik Salah Satu Sma Negeri Di Kota Bandung Pada Materi Larutan Asam Basa, Garam, Penyangga, Dan Hidrolisis Garam. Skripsi pada FPMIPA UPI: Bandung : tidak diterbitkan

Neuschmidt, O., Barth, J. dan Hastedt, D. (2008). Trends in gender differences in mathematics and science (TIMSS 1995-2003). Studies in Educational Evaluation, 34, 56-72.

Nuraeni, Ani .(2008). Analisis Level Mikroskopik Dalam Buku Teks Kimia Sma, Pembelajaran, Dan Pemahaman Siswa Pada Materi Hidrolisis Garam. Skripsi pada FPMIPA UPI: Bandung : tidak diterbitkan


(4)

Ozmen, H. (2007). “The Effectiveness of Conceptual Change Texts in Remediating High School Students‟ Alternative Conceptions Concering Chemical Equilibrium”. Asia Pasific Education Review. 8 (3), 413-425. Pater, J.I.G.M and Dorst, S.J. (1998). Pendidikan Sains yang

Humanistis.Yogyakarta: Kanisius.

Permana, I.(2009).Kimia 2 untuk Kelas Xi, Semester 1 dan 2 Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional: BSE.

Posner, G.J. et al. (1982). “Accommodation ofa scientific conception: Toward a

theoryof conceptualchange”. Science Education,66, (2), 211-227.

Roth, KJ. (1985). Conceptual change learning and studentsprocessing of science texts. Paper presented at the Annual Meeting of the American Research Association, Chicago, IL.

Ruminten, A. R.(2009).Kimia 2. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional: BSE.

Santrock, J. W. (2002). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga.

Sears, D.O. et al. (1985). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Selviyanti.(2009). Analisis Hasil Belajar Level Makroskopik, Mikroskopik Dan Simbolik Siswa SMA Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam. Skripsi pada FPMIPA UPI: Bandung : tidak diterbitkan

Sirhan, G. (2007). “Learning difficulties in chemistry: An Overview”. Journal of Turkish Science Education. Vol. 4, Issue 2.


(5)

Solikha.(2008). Pengaruh Multimedia Interaktif Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Dan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Materi Hidrolisis Garam. Skripsi pada FPMIPA UPI: Bandung : tidak diterbitkan

Sopandi, W. (2009). ‘Pembelajaran Kimia yang Berorientasi pada Struktur:

Sebuah Alternatif Memperkenalkan Ilmu Kimia pada Siswa SMP untuk

Mengatasi Masalah Miskonsepsi’. Makalah Workshop Nasional Pembelajaran Kimia SMP tanggal 15 Agustus 2009 di Auditorium FPMIPA UPI.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : ALFABETA.

Suparno, P. .(2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. PT. Gramedia Widia Sarana: Yogyakarta.

Suwardi, et al. .(2009).Panduan Pembelajaran Kimia untuk SMA&MA Kelas XI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional: BSE.

Taasoobshirazi, G. and Carr. (2008).„Gender Differences in Science‟. An

Expertise Perspective‟. Educ Psychol Rev20, 149-169.

Terlecki, M.S. and Newcombe. (2005). „How Important Is the Digital Divide? The Relation of Computer and Videogame U sage to Gender Differences in

Mental Rotation Ability‟. Sex Roles, 53, Nos. 5/6, DOI: 10.1007/s11199-005-6765-0.

Treagust, D., Chiitleborough, G. and Mamiala, T. (2003). „The Role Of Submicroscopic And Symbolic Representations In Chemical Explanations‟.

International Journal of Science Education,25, 1353-1368.

Utami, B. .(2009).Kimia untuk SMA dan MA kelas XI Program Ilmu Alam. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional: BSE.


(6)

Vebriyanti, V. .(2011). Analisis Hasil Belajar Level Makroskopik, Mikroskopik, dan Simbolik Siswa SMA Kelas XI Pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Gender. Skripsi pada FPMIPA UPI: Bandung : tidak diterbitkan

Wulandari, W. T. .(2012). Analisis Hasil Belajar Siswa Smp Pada Materi Wujud Zat Dan Perubahannya Dengan Menggunakan Videopembelajaran Sifat Diskontinu Materi Berdasarkan Gender. Skripsi pada FPMIPA UPI: Bandung : tidak diterbitkan