PENGARUH PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR KONTEKSTUAL DALAM PELAJARAN IPS TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL PESERTA DIDIK.

(1)

(Studi Quasi Eksperimen Kelas VIII Semester 1 SMPN 1 Luragung Kabupaten Kuningan)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh :

UU MUHTAROM

1204776

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

(Studi Quasi Eksperimen Kelas VIII Semester 1 SMPN 1 Luragung Kabupaten Kuningan)

Oleh Uu Muhtarom S.Pd. IKIP Bandung, 1996

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

©Uu Muhtarom 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Pebruari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

Pembimbing I

Prof. DR. Disman, MS. NIP.19590209 198412 1 001

Pembimbing II

DR. Kokom Komalasari, M.Pd. NIP. 19721001 200112 2 001

Mengetahui, Ketua Program Studi PIPS

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M.Pd., M.A NIP. 19620702 198601 1 002


(4)

v

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Struktur Organisasi Tesis ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Pengertian Berfikir dan Berfikir Rasional ... 9

2.2. Sumber Belajar ... 14

2.3. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Sosial ... 18

2.3. Kerangka Pemikiran ... 15

2.4. Beberapa Penelitian Terdahulu ... 26

2.5. Kerangka Pemikiran ... 28

2.6. Asumsi Penelitian ... 39

2.7. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODEPENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ... 31

3.2. Lokasi, Populasi dan Penentuan Sampel Penelitian ... 33

3.3. Variabel dan Definisi Operasional ... 34

3.4. Instrumen Penelitian ... 35

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.6. Prosedur Penelitian ... 37

3.7. Analisa Alat Tes ... 37

3.8. Teknik Analisis Data ... 38

3.9. Uji Hipotesis ... 41

3.10. Respon siswa ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Tempat Penelitian ... 44

4.2. Hasil Penelitian ... 47


(5)

vi

5.2. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 84


(6)

ii

KOMALASARI, M.Pd. Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, 2014.

Penelitan ini dilatarbelakangi dengan menggali sumber-sumber pembelajaran konstekstual dari kehidupan nyata sehari-hari dalam mengembangkan keterampilan berpikir rasional peserta didik. Berkaitan dengan konsep-konsep IPS dalam kehidupan nyata yang terjadi di masyarakat dan lingkungan sekitar peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui perbedaan kemampuan berpikir rasional yang menggunakan sumber belajar kontekstual pada pengukuran awal (pre-test) dengan pengukuran akhir (post test), 2) untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir rasional yang menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukuran awal (pre-test) dengan pengukuran akhir (post-test), 3) untuk mengetahui perbedaan yang signifikan keterampilan berpikir rasional pada kelas yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukuran akhir (post-test), dan 4) untuk mengetahui perbedaan yang signifikan pada kelas yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukuran nilai gain. Landasan teori pembelajaran kontektual penelitian ini adalah teori perkembangan dari Piaget, Free disvovery learning dari Brunner, teori meaningful dari Ausabuel, dan teori belajar Vygotsky. Pandangan pendekatan rational emotif dari Albert Ellis tentang membangun tingkah laku individu, serta pandangan dari G.R. Steele tentang berfikir rasional sebagai atribut psikologis seseorang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment atau eksperimen semu, dengan desain eksperimen Non equivalent Control Group Design. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan sampel random sampling, dengan cara randomisasi (sampling) kelas dan dilakukan di kelas VIII SMPN 1 Luragung Kuningan.Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji normalitas, uji homogenitas, uji gain serta pengujian hipotesis menggunakan satistik parametik dengan uji paired samples t Test dan independent-sample T test. Berdasarkan hasil uji hipotesis didapatkan hasil : 1) Dibandingkan antara sebelum dan setelah perlakuan, kemampuan berpikir rasional siswa sangat meningkat setelah mengikuti pembelajaran dengan sumber belajar kontekstual. 2) Dibandingkan antara sebelum dan setelah perlakuan, kemampuan berpikir rasional siswa meningkat setelah mengikuti pembelajaran dengan sumber belajar konvensional tetapi peningkatannya tidak signifikan. 3) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir rasional siswa antara siswa yang menggunakan sumber belajar kontekstual dibandingkan dengan siswa yang menggunakan sumber belajar konvensional. 4) Peningkatan kemampuan berpikir rasional siswa yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih baik dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh penggunaan sumber belajar kontekstual dalam pelajaran IPS terhadap keterampilan berpikir rasional peserta didik.


(7)

iii

Universitas Pendidikan Indonesia, 2014.

This research is based by exploring contextual learning resource in Social Studies class from real life in order to improve students’ rational thinking ability. The learning resource relates to the social studies concepts that happen in society.The objectives of this research are: 1. To know the difference between students’ rational thinking ability using contextual learning resource in pre-test and post-test, 2. To know the difference students’ rational thinking ability using conventional resource learning in pre-test and post-test, 3. To know significant differences in students’ rational thinking between students who use contextual learning resource and those who use conventional learning resource in post-test score, 4. To know significant differences in students’ rational thinking between students who use contextual learning resource and those who use conventional learning resource in gained score.The theoretical backgrounds of this research are Piaget’s theory, Free Discovery Learning from Brunner, meaningful theory from Ausubel, learning theory from Vygotsky, emotive rational from Albert Ellis about individual activity and G.R, Steele about rational thinking as personal psychology attributes. This research uses quantitative method by using quasi experimental research design with non-equivalent control group design. The sample is got by using random sampling technique. The writer uses the eight grade students of SMPN 1 Luragung. To analyze the data, the writer uses normality test, homogenity test, gain test and hypothesis test by parametric statistics with paired sample t-test and independent sample t-test.Based on the hypothesis test, it is known that: 1. There is progress on students’ rational thinking ability after studying by using contextual learning resource, 2. There is progress on students’ rational thinking ability after studying by using conventional learning resource, 3. There is significant differences between students who are taught by using conventional learning resource and those who are taught by using contextual learning resource, 4.Students’ rational thinking ability taught by using contextual learning resource is better than those who are taught by using conventional learning resource.The conclusion of this research is that contextual learning resource in Social Studies influences Students’ Rational Thinking Ability.


(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPS selama ini cenderung bersifat monoton dan tidak menghasilkan banyak kemajuan dalam aplikasinya di kehidupan peserta didik sehari-hari terutama dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran diarahkan pada ketercapaian target kurikulum, yaitu ketercapaian pada kriteria ketuntasan minimal saja.

Guru hanya mengajarkan hapalan-hapalan (secara verbal), pembelajaran diarahkan pada keterampilan menghapal konsep-konsep ilmu ekonomi dari teori-teori ilmu ekonomi yang dikemukakan ahli-ahli ekonomi sebagaimana tertulis dalam buku-buku pelajaran. Peserta didik hanya diajarkan menghapal materi pelajaran dari buku-buku teks dan buku-buku sumber informasi yang lain. Keterampilan berpikir yang lebih tinggi seperti menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi serta mengambil keputusan belum dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran (Depdiknas, 2003).

Pembelajaran IPS menjadi kurang menantang kegairahan belajar peserta didik, karena peserta didik tidak dilibatkan secara aktif untuk belajar dan mengembangkan sendiri konsep-konsep atau pengetahuan yang diperoleh dari guru dan buku-buku sumber, peserta didik tidak diajak untuk kritis dan termotivasi belajar secara bersemangat dan menyenangi untuk belajar IPS sehingga pembelajaran tidak terasa monoton dan membosankan.

Materi-materi yang bersumber dari buku pelajaran berupa konsep-konsep atau informasi-informasi yang tidak aplikatif di dalam kehidupan peserta didik sehari-hari, sehingga peserta didik merasa bahwa konsep-konsep atau informasi-informasi dalam buku pelajaran bukan sesuatu yang dapat dilakukan secara nyata dalam kehidupan mereka sehari-hari, hanya pengetahuan-pengetahuan yang perlu diketahui agar mampu menjawab soal-soal dalam ujian saja. Materi pembelajaran hanya dikembangkan atas acuan yang terdapat dalam buku teks saja, dan


(9)

pemanfaatan sumber belajar di lingkungan sekitar kurang optimal serta pengalaman keseharian peserta didik dalam proses pembelajaran kurang dieksplorasikan, sehingga pembelajaran IPS selama ini terkesan membosankan bagi peserta didik.

Seperti lebih rinci Wyatt dan Looper dalam Kokom Komalasari (2012: 116) mengemukakan bahwa :

Berbagai strategi pembelajaran dan pengaruhnya terhadap kemampuan siswa mengingat pelajaran dengan gambaran “kerucut pengalaman”, dimana jika peserta didik hanya mendengarkan (verbal) saja dan hasilnya materi yang diingat hanya 20% saja. Jika guru menggunakan alat bantu visual berupa gambar, diagram, melihat video film, melihat demontrasi, maka siswa hanya terlibat secara visual saja dan hasil materi yang diingat hanya 30%. Jika siswa dilibatkan dalam diskusi, maka kemampuan siswa dalam mengingat pelajaran cukup baik, yaitu 50%, dan jika mempresentasikan hasil diskusi tersebut, maka hasilnya akan jauh lebih baik, yaitu 70% materi dapat dingat siswa. Pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk berbuat melalui bermain peran, melakukan simulasi, mengerjakan hal yang nyata, maka kemampuan siswa untuk mengingat materi pelajaran sangat tinggi yaitu 90%. Dengan demikian keberhasilan pembelajaran datang dari siswa dengan mengalami langsung dan menemukan sendiri materi pelajaran dengan bantuan guru sebagai motivator dan fasilitator.

Kenyataannya pada paradigma pendidikan sebelumnya, proses pembelajaran IPS terkesan kurang mengikutsertakan peran serta peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran bersifat monoton, dan guru tidak mengoptimalkan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yang menarik dan tersedia di sekitar tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran, bahkan guru cenderung lebih memerankan dirinya sebagai pusat pembelajaran serta menjadikan buku paket sebagai satu-satunya sumber belajar. Keadaan tersebut sebagian ditentukan faktor peran aktif guru, oleh karena kebermaknaan proses pembelajaran khususnya bagi kebutuhan perkembangan peserta didik, sedikitnya tergantung pada perencanaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar yang mampu dilakukan guru. Ketidakberhasilan guru dalam pengembangan proses pembelajaran pendidikan IPS secara bermakna dilatari oleh beberapa alasan, seperti : 1) sarana pembelajaran yang tidak memadai, 2) tenaga profesionalisme guru yang masih terbatas, 3) buku paket sebagai satu-satunya


(10)

sumber pembelajaran, 4) penguasaan metodologi guru yang masih terbatas, 5) tidak mengaplikasikan materi pembelajaran dengan kondisi lingkungan setempat, 6) penguasaan konsep-konsep ilmu-ilmu sosial yang terbatas, 7) tidak memahami tingkat perkembangan anak. (Istianti, Dkk 2001)

Pembelajaran IPS adalah bagian dari pembelajaran ilmu-ilmu sosial yang bersifat dinamis dalam perkembangan informasi, setiap saat dapat terjadi perubahan yang memerlukan solusi yang berbeda beda pula. Untuk itu metode yang digunakan dalam mengajar haruslah metode-metode yang fleksibel dan tidak bersifat mengajarkan hapalan saja, tetapi pemahaman dan pengalaman langsung yang dapat diaplikasikan peserta didik dalam masalah atau informasi atau isu yang berbeda di kehidupan nyata sehari-harinya dan mengarah kepada peningkatan keterampilan berpikir rasional peserta didik.

Keterampilan berpikir rasional dalam IPS adalah rasionalitas sebagai sebuah atribut psikologis. Seseorang yang menampilkan berpikir rasional dalam IPS adalah tindakan mengoptimalkan keadaan yang terbatas untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin, mengalokasikan sumber daya terbatas yang tersedia secara efisien dalam penggunaan atau pemanfaatanya, merumuskan secara objektif atau pilihan-pilihan yang dikumpulkan dari informasi-informasi akurat untuk diambil kesimpulan secara logika berdasarkan pertimbangan akibat atau resiko yang ditimbulkan sehigga tindakan yang dilakukan tepat.

Guru dapat menggali sumber-sumber pembelajaran konstekstual IPS dari kehidupan nyata sehari-hari dalam mengembangkan keterampilan berpikir rasional peserta didik. Berkaitan dengan konsep-konsep ekonomi dalam kehidupan nyata yang terjadi di masyarakat dan lingkungan sekitar peserta didik, seperti pola hidup hemat, dimana peserta didik diberi contoh menggunakan uang jajan secara bijak dengan memprioritaskan membeli barang-barang utama yang dibutuhkan seperti keperluan belajar. Hemat dalam pemanfaatan energi listrik, dimana peserta didik diajarkan menggunakan energi listrik secara cerdas dengan mematikan lampu, komputer atau televisi saat tidak dipakai. Selain keluarga sebagai sumber pembelajaran kontekstual dalam IPS seperti, lingkungan alam sekitar juga dapat digunakan sebagai sumber belajar, seperti Lingkungan Alam,


(11)

Peninggalan Sejarah, Monumen, Prasasti,para pedagang, pasar, pabrik, industri, perbankan, dll.

Bertolak dari kondisi pembelajaran dewasa ini, penulis memandang perlu upaya untuk meningkatkan kebermaknaan hasil belajar IPS, guru hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, karena lingkungan merupakan sumber belajar yang kaya dengan konsep, nilai dan moral yang dapat menggali dan mengoptimalkan potensi dasar siswa. Hal ini sejalan dengan pandangan Sumaatmaja (1984 :17-18), bahwa :

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang-bidang yang digali dari kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan obyeknya merupakan suatu bidang pengetahuan yang tidak berpijak pada kenyataan. IPS yang tidak bersumber kepada kenyataan tidak mungkin mencapai sasaran dan tujuannya, dan tidak akan memenuhi tuntutan kemasyarakat .

Kemampuan berpikir rasional sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik SMP Negeri 1 Luragung pada mata pelajaran IPS masih tergolong rendah. Hal tersebut terlihat dari hasil analisis soal Ujian Kenaikan Kelas (UKK) peserta didik yang dilakukan oleh guru bidang studi IPS dengan sebaran kemampuan mengerjakan soal dari 200 peserta didik dalam tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1

Sebaran Hasil Kemampuan Berpikir Peserta didik SMP Negeri 1 Luragung Kuningan Jawa Barat

No Tahun

Persentase rata-rata jawaban benar

Jumlah Ranah Kemampuan

C1 C2 C3 C4 C5 C6

1 2009/2010 55 62 46 20 9 8 200

2 2010/2011 59 54 40 25 12 10 200

3 2011/2012 60 47 46 20 15 12 200

Rata-rata 58 54 44 22 12 10


(12)

Berdasarkan data di atas terlihat kemampuan peserta didik menyelesaikan soal pada ranah kemampuan c4, c5 dan c6 masih rendah. Rata-rata dalam 3 tahun terakhir adalah 10%, 6%, dan 5% lebih rendah dibandingkan penguasaan kemampuan c1, c2, dan c3 dengan rata-rata 29%, 27%, dan 22%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa peserta didik masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal kemampuan berpikir tingkat tinggi serta mengkorelasikan antara konsep dan kenyataan yang dialami peserta didik dalam kehidupan sehari hari.

Berdasarkan pernyataan di atas, jelas tergambar bahwa seharusnya terjadi penggalian sumber belajar pada suatu lingkungan belajar oleh peserta didik yang difasilitasi oleh guru dalam pembelajaran IPS. Untuk itu guru perlu secara kreatif menggali serta mengembangkan penggunaan sumber belajar kontekstual untuk meningkatkan keterampilan berpikir rasional peserta didik. Melalui latar belakang ini penulis mencoba melakukan penelitian dengan judul “ “PENGARUH

PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR KONTEKSTUAL DALAM

PELAJARAN IPS TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL PESERTA DIDIK” (Studi Quasi Eksperimen di Kelas VIII Semester 1 SMPN 1 Luragung Kuningan).

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan sumber belajar kontekstual dalam pelajaran IPS dapat meningkatkan keterampilan berpikir rasional peserta didik di SMPN 1 Luragung Kuningan?”

Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan pertanyaan untuk penelitian ini adalah :

1.2.1 Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir rasional yang menggunakan sumber belajar kontekstual pada pengukuran awal (pre test) dengan pengukuran akhir (post-test) ?

1.2.2 Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir rasional yang menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukran awal ( pre-test) dengan pengukuran akhir (post-test) ?


(13)

1.2.3 Apakah terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan berpikir rasional pada kelas yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukuran akhir (post-test) ?

1.2.4 Apakah terdapat perbedaan yang signifikan berpikir rasional pada kelas yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukuran nilai gain ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir rasional yang menggunakan sumber belajar kontekstual pada pengukuran awal (pre-test) dengan pengukuran akhir (post-test).

1.3.2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir rasional yang menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukran awal ( pre-test) dengan pengukuran akhir (post-test).

1.3.3. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan keterampilan berpikir rasional pada kelas yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukuran akhir (post-test).

1.3.4. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan berpikir rasional pada kelas yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukuran nilai gain.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah : 1.4.1. Secara Teoritis

1.4.1.1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan pemanfaatan penggunaan sumber belajar


(14)

kontektual dalam meningkatkan keterampilan berpikir rasional peserta didik.

1.4.1.2. Diharapkan penelitian ini menjadi pedoman untuk menindaklanjuti penelitian yang lain yang berhubungan dengan penggunaan sumber belajar kontektual, dan keterampilan berpikir rasional dalam ruang lingkup yang lebih luas dan dalam.

1.4.2. Secara praktis

1.4.2.1. Bagi Peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir rasional peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

1.4.2.2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang sumber belajar kontekstual untuk mata pelajaran IPS, terutama dalam meningkatkan keterampilan berpikir rasional peserta didik.

1.4.2.3. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian dan diskusi oleh para guru, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah khususnya, dan di Indonesia pada umumnya.

1.5. Struktur Organisasi Tesis

Sesuai pedoman penulisan ilmiah yang diterbitkan Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2012, penulisan karya ilmiah pada umumnya terdiri dari lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang memuat tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

Bab II merupakan kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun pertanyaan penelitian, tujuan serta hipotesis.

Bab III merupakan metodologi penelitian yang berisi tentang lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi


(15)

operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, serta analisis data.

Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan rumusan masalah, hipotesis dan tujuan penelitian serta pembahasan atau analisis temuan dipaparkan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Sedangkan Bab V merupakan kesimpulan dan saran yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil temuan penelitian dari saran yang dapat ditujukan kepada pembuat kebijakan, pengguna hasil penelitian yang bersangkutan serta follow up dari hasil penelitian.


(16)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment atau eksperimen semu. Penelitian quasi eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik. Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen (1993 : 271) dan John W. Creswell (2008:313):

Quasi-experimental designs do not include the use of random assignment. Reseachers who employ these design rely instead on other techniques to control (or at least reduce) threats to internal validity. We shall describe some of these techniques as we discuss several quasi-experimental design.

Untuk melaksanakan eksperimen secara murni maka variabel yang mungkin berpengaruh dan mempengaruhi variabel bebas harus dapat dikontrol dengan ketat. Pengontrol yang ketat hanya mungkin dilakukan dalam eksperimen di laboratorium. Mengingat penelitian ini bukan dalam kondisi laboratorium tapi dalam kegiatan sehari-hari sehingga tidak dimungkinkan untuk mengontrol semua variable bebas dan terikat secara ketat, maka bentuk penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Eksperiment). Ada pun desain eksperimen yang akan digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design, desain ini hampir sama dengan pre-test-postest control group design atau kontrol group tidak menerima perlakuan. Menurut Sugiyono (2012:79), desain ini dapat digambarkan sebagai berikut

Tabel 3.1 Desain Quasi Eksperimen

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen O1 X O2


(17)

Keterangan :

O1 = Tes awal pada kelompok eksperimen.

O2 = Tes akhir pada kelompok eksperimen.

O3 = Tes awal pada kelompok kontrol.

O4 = Tes akhir pada kelas kontrol

X = Perlakuan Penggunaan Sumber Belajar Kontekstual

Desain penelitian dengan desain pre-test + Treatment + Post-test. Thomas Murray menjelaskan mengenai desain ini sebagai berikut:

To furnish a more convincing foundation for estimating the influence of the text, the teacher could replace her treatment + evaluation plan with a pre-test + treatment + post-test (p + t + p) design. In this case, before assigning students to read the chapter, she would have them take a test (pre-test) over the subject- mattertreated in the chapter. Subsequently, after the students had completedthe reading assigment (treatment), she would test (post-test) their grasp of the chapters content. In order to estimate how much the textbook had added to the learners knowledge, she would subtract each students pre-test score from his or her postest score and sonclude that the obtained difference (change score) represented the contributions made by the book. In other words, the experimenters judgement would be based, not on the test scores, but on the extent of change from pre-test to post-test (Murray, 2003:53).

Untuk memperoleh dasar yang lebih menyakinkan dalam memperkirakan pengaruh dan suatu materi guru dapat mengganti desain pembelajaran, yang semula menggunakan treatment + evaluation menjadi menggunakan desain pre-test + treatment + post-pre-test. Dalam hal ini, sebelum menyuruh siswa membaca materi yang akan dipelajari, guru harus memberikan pre-test lalu setelah mereka selesai mempelajari dengan perlakuan tertentu guru memberikan postest untuk mengetahui kemampuan berpikir rasional siswa setelah diberi perlakuan, dan untuk mengetahui sejauh mana perolehan kemampuan berpikir rasional siswa guru harus mengurangkan nilai postes dengan nilai pretes dan nilai akhir yang diperoleh merupakan tanda keberhasilan atau ketidakberhasilan perlakuan yang telah dilakukan.


(18)

3.2. Lokasi, Populasi, dan Penentuan Sampel Penelitian

Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan sampel random sampling, dengan cara randomisasi (sampling) kelas. Penelitian akan dilakukan di kelas VIII SMPN 1 Luragung Kuningan. Dalam penelitian ini dibutuhkan dua kelas sebagai sampel, yaitu satu kelas yang akan diberi perlakuan khusus berupa penggunaan sumber pembelajaran kontekstual, sedangkan satu kelas sebagai kelas kontrol tanpa perlakuan khusus, artinya pelaksanaan pembelajaran menggunakan sumber pembelajaran konvensional.

Dari data observasi dan hasil tes MID semester, peneliti memilih dua kelas yang memiliki kemampuan akademik yang relatif sama, selanjutnya dari kedua kelas ini, satu kelas akan dijadikan kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol.

Berikut ini adalah alur penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol :

Gambar 3.1.

Alur Penentuan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Melihat rata-rata nilai kelas UTS kelas VIII Semester Ganjil

2013/2014

Mencari 2 kelas yang memiliki rata-rata kelasnya hampir sama

/mendekati

Terpilih dua kelas Dua kelas tersebut diundi

Terpilih kelas eksperimen VIII. 5 dan kelas kontrol VIII.6


(19)

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.3.1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengkaji pengaruh antara dua variabel yaitu variabel X (Penggunaan sumber belajar kontekstual) sebagai variabel independen atau variabel bebas dan variabel Y (Berpikir rasional) sebagai variabel dependen atau variabel terikat. Bentuk desain kuasi eksperimen dalam penelitian ini, yaitu non equivalent control design.

Untuk memudahkan operasionalisasi variabel dalam penelitian ini, maka dapat di gambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.2 Hubungan Variabel

Keterangan :

X : Sumber Belajar Kontekstual Y : Berpikir Rasional

3.3.2. Definisi Operasional

Sumber belajar kontekstual merupakan sumber belajar yang memiliki keterkaitan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka, dan membawa peserta didik ke dalam situasi yang memberikan kesempatan pada dirinya untuk menggunakan apa yang telah diketahui dan menyadari apa yang mereka lakukan itu adalah perolehan mereka sendiri, bukan perolehan dari guru. (Kokom Komalasari, 2012 : 108)

Keterampilan berpikir rasional adalah tindakan mengoptimalkan keadaan yang terbatas untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin, mengalokasikan sumberdaya terbatas yang tersedia secara efisien dalam penggunaan atau pemanfaatannya, merumuskan objektif atau pilihan-pilihan yang dikumpulkan


(20)

dari informasi-informasi yang akurat untuk diambil kesimpulan secara logika berdasarkan pertimbangan akibat atau resiko yang ditimbulkan sehingga tindakan yang dilakukan tepat. (Diadaptasi dari G.R. Steele)

Berikut gambaran indikator-indikator variabel X (Sumber Belajar Kontekstual) dan variabel Y (Berpikir Rasional).

Tabel 3.2. Indikator Penelitian

Variabel Indikator

Sumber Belajar Kontekstual (Kokom Komalasari , 2011 : 108)

- Orang - Bahan - Peralatan - Lingkungan Berpikir Rasional .

(Diadaptasi dari G.R. Steele)

- Hidup Hemat - Efisien

- Berpikir masa depan

- Penyimpanan modal (Tabungan / Investasi)

- Memprioritaskan kebutuhan - Produktif

- Ekonomis

- Mengalokasikan sumber-sumber

3.4. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen untuk mengumpulkan data dan keterangan-keterangan guna mengetahui lebih mendalam permasalahan yang diulas dalam penyusunan tesis ini. Adapun instrumen yang dipakai penulis adalah sebagai berikut :


(21)

3.4.1. Tes

Pada penelitian ini diberikan tes uraian kepada kelas ekperimen dan kelas kontrol, untuk mengetahui sejauh mana keterampilan berpikir rasional siswa. Tes diberikan dengan soal yang sama pada awal (pre-test) dan pada akhir pembelajaran (post-test)

3.4.2. Kuesioner / Angket

Kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden) yang berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden, selain itu responden mengetahui informasi yang diminta. Kuesioner / angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran skala model Likert untuk mengetahui kontribusi penggunaan sumber belajar kontekstual dalam pelajaran IPS ekonomi terhadap keterampilan berpikir rasional siswa.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang akan dianalisis diperoleh dari hasil tes, baik pre test maupun post tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dengan cara :

3.6.1. Penyebaran Angket 3.6.2. Pemberian Tes 3.6.3. Studi Kepustakaan

Penelitian kepustakaan bertujuan untuk memperoleh data sekunder, yaitu landasan teoritis yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data sekunder ialah sumber informasi yang telah dikemukakan oleh para ahli yang kompeten di bidang masing-masing sehingga relevan dengan pembahasan yang akan diteliti. Dalam hal ini adalah penelusuran literatur-literatur yang berhubungan dengan penggunaan sumber belajar kontekstual terhadap keterampilan berpikir rasional siswa.


(22)

3.6. Prosedur Penelitian

Secara umum prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan dan analisis data.

3.6.1. Tahap Persiapan

Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3.6.2. Tahap pelaksanaan

3.6.2.1. Pelaksanaan Pre-test

Pre-test diberikan di kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan soal yang sama untuk mengetahui kemampuan berpikir rasional siswa sebelum pembelajaran.

3.6.2.2. Pelaksanaan Pembelajaran

Setelah dilakukan pre-test, maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan pembelajaran. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa penggunaan sumber belajar kontekstual, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan sumber pembelajaran konvensional.

3.6.2.3. Pelaksanaan Post-test

Setelah pelaksanaan pembelajaran, baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberikan post-test yang sama dengan soal pre-test. Hasil post-test ini kemudian dianalisis untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir rasional siswa antara kelas ekperimen yang menggunakan sumber belajar kontekstual dan pada kelas kontrol yang menggunakan sumber belajar konvensional.

3.7. Analisa Alat Tes

Alat tes yang akan digunakan dalam mengukur keterampilan berpikir rasional siswa dalam bentuk pre-test dan post-test pada kelas ekperimen dan kelas kontrol diperoleh dari hasil uji coba yang diberikan kepada siswa yang telah mempelajari materi yang sama. Dari hasil tes tersebut kemudian dianalisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya, dengan harapan soal tersebut baik untuk digunakan. Hasil analisisnya adalah sebagai berikut:


(23)

3.7.1. Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009: 173). Hasil tes siswa kemudian diuji validitasnya dengan menggunakan rumus Product Moment Pearson dengan bantuan program SPSS versi 19.0. Bila korelasi di bawah 0,30, maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang (Sugiyono, 2009:179).

3.7.2. Reliabilitas

Sukmadinata dalam Rizal (2012 : 93) menyatakan bahwa “reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketepatan hasil pengukuran”. Lebih lanjut dikatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Dengan demikian suatu instrumen memiliki reabilitas yang memadai bila instrumen itu digunakan mengukur aspek yang diukur dengan ketetapan hasil.

Metode yang digunakan untuk menguji reabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah Split half method dengan teknik Spearman-Brown sebagai berikut:

11 =

2 × 1/2.1/2 1 + 1/2.1/2

3.8.Teknik Analisis Data 3.8.1.Persyaratan analisis data 1) Uji Normalitas

Rumus yang digunakan adalah chi kuadrat (Sugiyono, 2002:78) yaitu sebagai berikut:

i i i

E E

O 2

2


(24)

Oi = frekuensi observasi

Ei = frekuensi ekspektasi dengan rumus Ei = n x L n = banyaknya data

L = Luas kelas interval (menggunakan daftar z)

z =

x bk

Dengan: bk = batas kelas

 = deviasi standard Ketentuan:

Jika 2 hitung < 2daftar maka populasi berdistribusi normal

Jika 2 hitung > 2daftar maka populasi tidak berdistribusi normal

Menguji homogenitas varian (1) Menghitung nilai frekuensi

Fhitung = k b

V V

Dengan:

Vb = Varian besar

Vk = Varian kecil

(2) Menentukan derajat kebebasan dk1 = n1 1


(25)

Dengan:

dk1 = derajat kebebasan pembilang

dk2 = derajat kebebasan penyebut

2 , 1

n = ukuran sampel varians besar dan kecil (3) Menentukan F tabel

F tabel dengan taraf signifikansi () = 1 % dan (dk1, dk2)

F tabel = F(1 –)(dk1,dk2)

Jika F hitung < F tabel maka varians skor tes kedua kelompok adalah

homogen. 2) Perhitungan Gain

Dimitrov dan Rumli dalam Kusnendi (2013:10) menyatakan bahwa Gain score (Gs) tepat digunakan jika kondisi awal (Pre-tes) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol nyata berbeda.

Peningkatan pemahaman siswa berdasarkan hasil pre-tes dan post-test dinormalisasi dengan rumus gain sebagai berikut :

�= � −� �

���� −� �

Savinainen dan Scoot dalam Kusnendi (2013 : 10) Keterangan:

Spos = skor post-test

Spre = skor pre-test

Smaks = skor maksimum ideal

Tabel 3.3 Kategori Gain

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3≤ g≤ 0,7 Sedang


(26)

3.9. Uji Hipotesis

Untuk uji hipotesis digunakan uji t, teknik ini digunakan jika datanya berdistribusi normal dan homogen. Rumus yang digunakan sebagai berikut: 1) Mencari deviasi standar gabungan, dengan menggunakan rumus:

2 . 1 . 1 2 1 2 2 2 2 1 1       n n S n S n Sgab Dengan:

S gab = deviasi standar gabungan

2 , 1

n = derajat kebebasan 1 dan 2 2

2 , 1

S = ukuran varians 1 dan 2 2) Mencari nilai t

thitung =

2 1 2 1 1 1 n n S X X gab   Dengan: 1

X = rata-rata sampel 1 2

X = rata-rata sampel 2 2

, 1

n = ukuran sampel 1 dan 2

Jika sebaran datanya normal, tetapi varians data tidak homogen, maka pengujian perbedaan dua rata-rata ditempuh dengan analisis t1. Rumus yang digunakan sebagai berikut.

t1 =

2 2 2 1 2 1 2 1 n S n S X X  


(27)

Dengan: 1

X = rata-rata sampel 1 2

X = rata-rata sampel 2 2

2 , 1

S = varians data kelompok 1 dan 2

2 , 1

n = ukuran sampel 1 dan 2

Untuk lebih jelasnya mengenai pengujian hipotesis penelitian dirincikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.4

Pengujian Hipotesis Penelitian

Hipotesis Hipotesis

Statistik

Statistik Uji

Parametik Nonparametik Terdapat perbedaan

kemampuan berpikir rasional yang menggunakan sumber belajar kontekstual pada pengukuran awal (pre test) dengan pengukuran akhir (post test)

Ho : Ŷpost = Ŷpre

Ha : Ŷpost ≥ Ŷpre

Paired-Samples t test

Wicoxon’s Matched Pairs Test

Terdapat perbedaan

kemampuan berpikir rasional yang menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukuran awal (pre test) dengan pengukuran akhir (post test)

Ho : Ŷpost = Ŷpre

Ha : Ŷpost ≥ Ŷpre

Paired-Samples t test

Wicoxon’s Matched Pairs Test

Terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan berpikir rasional pada kelas yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih bagus dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukuran akhir (post test)

Ho : Ŷpost Eks =

Ŷpost Kon

Ha : Ŷpost Eks ≥

Ŷpost Kon

Independent- Sampel t Test

Man –Whitney U Test

Terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan berpikir rasional pada kelas yang menggunakan sumber

Ho : Ŷgain Eks =

Ŷgain Kon

Ha :

Independent- Sampel t Test

Man –Whitney U Test


(28)

Hipotesis Hipotesis Statistik

Statistik Uji

Parametik Nonparametik belajar kontekstual lebih bagus

dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukuran nilai gain

ŶgainEks ≥

Ŷgain Kon

Kriteria uji, Ho dapat ditolak jika :

p-value (Sig) ≤ 0,05 (2-tailed test); p-value (Sig/2) ≤ 0,05 (1-tailed test). Atau jika nilai t hitung ≤ nilai t tabel dengan α = 5%, db = nx + ny– 2 serta t

tabel = ½ α.

(Kusnendi, 2013:2-8) 3.10 Respon Siswa

Data hasil kuesioner yang berisi tentang tanggapan siswa kelompok eksperimen terhadap penggunaan sumber belajar kontekstual dalam pembelajaran IPS, dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus:

% 100

x n f

P

Keterangan:

P = persentase jawaban f = frekuensi jawaban n = jumlah responden 100 % = bilangan tetap

Setelah data diolah dan dianalisa dengan perhitungan prosentase, kemudian untuk memudahkan dalam menarik kesimpulan terlebih dahulu diadakan penapsiran atau interpretasi data berdasarkan klasifikasi prosentase. Menurut Kuntjaraningrat (E. Suherman, 2001: 6) mengemukakan cara menginterpretasikan data sebagai berikut:

0 % = tidak ada

1 % – 25 % = sebagian kecil 26 % - 49 % = hampir setengahnya

50 % = setengahnya

51 % - 75 % = sebagian besar 76 % - 99 % = pada umumnya 100 % = seluruhnya


(29)

78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan pengolahan data menggunakan perhitungan statistik, maka dapat disimpulkan :

1. Penggunaan sumber belajar kontekstual pada kelas eksperimen dalam penelitian ini mampu meningkatkan keterampilan berpikir rasional peserta didik. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan atas pengukuran awal (pre test) dan pengukuran akhir (pos test). Pembelajaran dengan menggunakan sumber belajar kontekstual, guru menghubungkan materi pembelajaran dengan dunia nyata yang ada dan dialami oleh siswa mampu meningkatkan keterampilan berpikir rasional peserta didik secara signifikan, seperti berpikir tentang hidup hemat, efisien, anak berpikir masa depan, sudah menyadari pentingnya menabung untuk masa depan dll.

2. Pembelajaran IPS dengan menggunakan sumber belajar konvensional memang mampu meningkatkan keterampilan berpikir rasional siswa pada kelas kontrol, namun peningkatannya tidak signifikan. Peningkatan yang rendah dikarenakan pembelajaran IPS tidak dihubungkan dengan kenyataan yang sebenarnya. Buku teks menjadi sumber utama serta metode cermah yang digunakan kurang menarik siswa dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi monoton dan membosankan bagi peserta didik.

3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir rasional peserta didik antara kelas yang menggunakan sumber belajar kontekstual dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional. Peningkatan pada kelas eksperimen lebih tinggi


(30)

dibandingkan dengan kelas konvensional, ini artinya penggunaan sumber belajar kontekstual lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan sumber belajar konvensional.

4. Peningkatan keterampilan berpikir rasional peserta didik yang diperoleh dikelas eksperimen dengan menggunakan sumber belajar kontekstual lebih tinggi bila dibandingkan dengan penggunaan sumber belajar konvensional. Hal ini terlihat dari perhitungan nilai gain dari kedua kelas. N-gain yang diperoleh kelas eksperimen yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih tinggi dari kelas kontrol yang menggunakan sumber belajar konvensional dalam keterampilan berpikir rasional peserta didik. Jadi penggunaan sumber belajar kontekstual memberikan pengaruh yang lebih tinggi terhadap keterampilan berpikir rasional peserta didik jika dibandingkan dengan penggunaan sumber belajar konvensional.

5.2Saran

Adapun beberapa saran berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dalam proses pembelajaran diharapkan siswa dapat dilatih untuk terbiasa menghubungkan kemampuan berpikir rasional dengan kehidupan nyata. 2. Guru disarankan untuk menggunakan berbagai metode pembelajaran

untuk memanfaatkan sumber pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPS di SMP.

3. Dalam memanfaatkan sumber belajar kontekstual, guru diharapkan dapat mengorganisasi materi yang akan disampaikan secara kreatif sesuai dengan karakteristik materi, dihubungkan waktu serta dengan lingkungan sekitar peserta didik.

4. Dalam rangka meningkatkan pemanfaatan sumber belajar kontekstual, perlu kiranya Musyawarah Guru Mata Pelajaran mengadakan pelatihan bagi guru-guru IPS, sehingga terdapat peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam proses belajar mengajar.


(31)

5. Diharapkan adanya pengembangan penelitian mengenai penggunaan sumber belajar kontekstual pada materi atau mata pelajaran IPS khusus nya dan mata pelajaran lain pada umumnya.


(32)

80

A. Azis Wahab. 1980. Evaluasi Pendidikan PMP. LPPMP FPIPS IKIP Bandung. A. Kosasih Djahiri. 1980. Pedoman Pengajaran IPS. Jakarta: Depdikbud.

Al Muchtar, Suwarma. (2007). Strategi Pembelajaran IPS. Bandung : Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan Jawa Barat.

Anwar. (2006). Kecakapan Hidup. Bandung : Alfabeta.

Arikunto, S. (1996). Prosedur Penelitian. Jakarta; Rineka Cipta.

Banks, James A.1990. Teaching Strategis for the Social Studies. California: Addison-Wesley Pub Co.

BSNP. 2007. Model Pembelajaran Terpadu IPS. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Creswell, J.W. (1994). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five Traditions. California ; Thousand Oaks, Sage.

Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : PT Erlangga. __________(1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Departemen Pendididkan Nasional (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Ekonomi Sekolah Menengah Pertama. Jakarta.

Istianti, Dkk. (2001). Pengembangan Strategi Pengajaran Konsep dalam pembelajaran Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: UPI

Gulo, W (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo

Hasan, S. Hamid. 1996. Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial (Bagian Petama). Juusan Pendidikan Sejarah. FPIPS IKIP Bandung.

Komalasari, Kokom. (2012). Pembelajaran KontekstualKonsep dan Aplikasi. Bandung : PT. Refika Aditama.


(33)

Control Group Pretest – Posttest Design. Bandung : Sekolah Pascasarjana UPI.

Majid, A. (2008). Perencanaan Pembelajaran : Pengembangan Standar Kompetensi Guru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Murray, Thomas. (2003). Blending Qualitative and Quantitative Research Methods in Thesis and Dissertations. Amerika : California.

Numan Somantri. 1994. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Kerja sama UPI dengan P.T. Rosda Karya.

Nur & Wikandari, PP. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Kontuktivis Dalam Pengajaran. Edisi 3. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Purwanto, M.N. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Remsey, JM. Raming J.E & Bailer JP. 1996. Teaching Science Process Skill Good

Aple. An Imorint of Paramont Suplemental Education.

Sapriya dkk. 2002. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI Press.

Sudjana, Nana (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. C.V. Alfabeta: Bandung.

Sumaatmadja, Nursid (1988). Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan, Bandung : Alumni.

Suparno, P. 2000. Teori Perkembangan Piaget. Yogyakarta.

Sutisyana. 1997. Upaya Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran IPS. Tesis FPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Syafaruddin & Anzizhan. (2006). Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. Jakarta : Grasindo.


(34)

Remaja Rosdakarya.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Yamin, M. (2007). Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia (Dilengkapi dengan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Jakarta: Gaung Persada Press.


(35)

Agustendi, Sonny (2010), Pengaruh Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching & Learning) Tipe Inquiry terhadap Hasil Belajar Siswa(Studi Eksperimen pada Materi Indeks Harga dan Inflasi Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Bina Putera Kota Banjar) Tesis UPI : Bandung

Furqon Acep,(2006), Hubungan Antara Keterampilan Berfikir Rasional Dengan Kemampuan Berhipotesis Siswa Kelas X Pada Pokok Bahasan Kimia Karbon, Tesis UPI : Bandung.

Rosnenty, Dra. Raja (2010), Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar IPS Terhadap Penguasaan Konsep dan Kepedulian Lingkungan Pada Peserta Didik Sekolah Dasar, Tesis UPI : Bandung

Sudjana, Nana (1989). Dasar-dasarProses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Syafrian, Alfiati (2006), Pengembangan Model Pembelajaran CILS Untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Rasional Siswa Kelas II Sekolah Dasar Pada Konsep Hewan Dan Benda, Tesis UPI : Bandung


(36)

Rampolla , Mary Lynn. Using Primary Resources: Teaching Guides from the Tennessee State Library and Archives. Terseda dalam:

http://www.tennessee.gov/tsla/educationoutreach/PrimarySourceLessons1.p df.

http://canadianhistoryeducation.wordpress.com/2011/02/28/reasons-forusing primary-sources-to-teach-history/

Http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/customportlets/recorddetails/detailmini.s jp?).

Steele, G.R. (2005). Reflection Rational Economic Man and His Dog Set Out to Mow a Meadow. The Independent ReviwVol IX No. 4 Spring 2005. Tersedia dalam http//www.independent.org/pdf/tir/tir 09_4_6 steele.pdf.(14 – 4 2009)


(1)

80

5. Diharapkan adanya pengembangan penelitian mengenai penggunaan sumber belajar kontekstual pada materi atau mata pelajaran IPS khusus nya dan mata pelajaran lain pada umumnya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

A. Azis Wahab. 1980. Evaluasi Pendidikan PMP. LPPMP FPIPS IKIP Bandung. A. Kosasih Djahiri. 1980. Pedoman Pengajaran IPS. Jakarta: Depdikbud.

Al Muchtar, Suwarma. (2007). Strategi Pembelajaran IPS. Bandung : Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan Jawa Barat.

Anwar. (2006). Kecakapan Hidup. Bandung : Alfabeta.

Arikunto, S. (1996). Prosedur Penelitian. Jakarta; Rineka Cipta.

Banks, James A.1990. Teaching Strategis for the Social Studies. California: Addison-Wesley Pub Co.

BSNP. 2007. Model Pembelajaran Terpadu IPS. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Creswell, J.W. (1994). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five Traditions. California ; Thousand Oaks, Sage.

Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : PT Erlangga. __________(1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Departemen Pendididkan Nasional (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi

Mata Pelajaran Ekonomi Sekolah Menengah Pertama. Jakarta.

Istianti, Dkk. (2001). Pengembangan Strategi Pengajaran Konsep dalam pembelajaran Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: UPI

Gulo, W (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo

Hasan, S. Hamid. 1996. Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial (Bagian Petama). Juusan Pendidikan Sejarah. FPIPS IKIP Bandung.


(3)

81

Kusnendi. (2013). Uji Beda Dua Rata-rata dalam Penelitian Kuasi Eksperimen Control Group Pretest – Posttest Design. Bandung : Sekolah Pascasarjana UPI.

Majid, A. (2008). Perencanaan Pembelajaran : Pengembangan Standar Kompetensi Guru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Murray, Thomas. (2003). Blending Qualitative and Quantitative Research Methods in Thesis and Dissertations. Amerika : California.

Numan Somantri. 1994. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Kerja sama UPI dengan P.T. Rosda Karya.

Nur & Wikandari, PP. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Kontuktivis Dalam Pengajaran. Edisi 3. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Purwanto, M.N. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Remsey, JM. Raming J.E & Bailer JP. 1996. Teaching Science Process Skill Good

Aple. An Imorint of Paramont Suplemental Education.

Sapriya dkk. 2002. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI Press.

Sudjana, Nana (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. C.V. Alfabeta: Bandung.

Sumaatmadja, Nursid (1988). Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan,

Bandung : Alumni.

Suparno, P. 2000. Teori Perkembangan Piaget. Yogyakarta.

Sutisyana. 1997. Upaya Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran IPS. Tesis FPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Syafaruddin & Anzizhan. (2006). Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. Jakarta : Grasindo.


(4)

Syah, M. (2008). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Yamin, M. (2007). Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia (Dilengkapi dengan

UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Jakarta: Gaung Persada


(5)

83

Karya Ilmiah

Agustendi, Sonny (2010), Pengaruh Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching & Learning) Tipe Inquiry terhadap Hasil Belajar Siswa(Studi Eksperimen pada Materi Indeks Harga dan Inflasi Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Bina Putera Kota Banjar) Tesis UPI : Bandung

Furqon Acep,(2006), Hubungan Antara Keterampilan Berfikir Rasional Dengan Kemampuan Berhipotesis Siswa Kelas X Pada Pokok Bahasan Kimia Karbon, Tesis UPI : Bandung.

Rosnenty, Dra. Raja (2010), Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar IPS Terhadap Penguasaan Konsep dan Kepedulian Lingkungan Pada Peserta Didik Sekolah Dasar, Tesis UPI : Bandung

Sudjana, Nana (1989). Dasar-dasarProses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Syafrian, Alfiati (2006), Pengembangan Model Pembelajaran CILS Untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Rasional Siswa Kelas II Sekolah


(6)

Sumber Internet :

Rampolla , Mary Lynn. Using Primary Resources: Teaching Guides from the Tennessee State Library and Archives. Terseda dalam:

http://www.tennessee.gov/tsla/educationoutreach/PrimarySourceLessons1.p df.

http://canadianhistoryeducation.wordpress.com/2011/02/28/reasons-forusing primary-sources-to-teach-history/

Http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/customportlets/recorddetails/detailmini.s jp?).

Steele, G.R. (2005). Reflection Rational Economic Man and His Dog Set Out to

Mow a Meadow. The Independent ReviwVol IX No. 4 Spring 2005.

Tersedia dalam http//www.independent.org/pdf/tir/tir 09_4_6 steele.pdf.(14