Perbandingan Efek Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata, Nees)dan Ekstrak Daun Dewa (Gynura segetum (Lour.),Merr) Sebagai Antipiretik Dengan Hewan Coba Mencit Galur Swiss Webster.

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata, Nees) DAN EKSTRAK DAUN DEWA (Gynura segetum (Lour.),

Merr) SEBAGAI ANTIPIRETIK DENGAN HEWAN COBA MENCIT GALUR SWISS WEBSTER

Rafaela Elleny Rinaldy,2013 Tutor 1st: Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes, PA(K) Tutor 2nd : Dr. Diana K. Jasaputra, dr., M.Kes Pengobatan demam dapat menggunakan obat sintetis atau dengan tanaman obat.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya efek antipiretik ekstrak sambiloto dan ekstrak daun dewa. Metode analisis menggunakan ANAVA satu arah dengan uji lanjut Tukey HSD dengan α = 0,05. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan menggunakan 24 ekor mencit yang terbagi ke dalam 4 kelompok uji.

Kelompok pertama diberi ekstrak sambiloto, kelompok kedua diberi ekstrak daun dewa, satu kontrol positif dan satu kelompok pembanding. Hasil percobaan didapatkan suhu mencit setelah pemberian bahan uji sambiloto, memberikan hasil berbeda sangat bermakna (p = 0,000) dengan kontrol positif yang hanya diinduksi demam dan diberi akuades, sedangkan daun dewa memberikan hasil berbeda bermakna (p = 0,046). Sambiloto dibandingkan daun dewa memberikan hasil berbeda sangat bermakna (p = 0,000).

Simpulan dari penelitian ini yaitu ekstrak sambiloto dan ekstrak daun dewa mempunyai efek antipretik, dimana potensi efek antipiretik ekstrak sambiloto lebih baik dibandingkan ekstrak daun dewa.


(2)

  v

ABSTRACT

COMPARISON OF THE SAMBILOTO (Andrographis paniculata, Nees) EXTRACT AND THE DEWA LEAF (Gynura segetum (Lour.), Merr) EXTRACT AS AN ANTIPYRETIC TOWARDS SWISS WEBSTER MICE Rafaela Elleny Rinaldy,2013 Tutor 1st: Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes, PA(K)

Tutor 2nd : Dr. Diana K. Jasaputra, dr., M.Kes Fever can be cured by using synthetic drugs and traditional medicine, like herbs.

This study aimed to investigate the antipyretic effect of sambiloto extract and dewa leaf extract. The measurement of mice’s temperature was statistically analyzed with one way ANAVA continued by Tukey HSD, with α = 0,05. This study was a laboratory experimental research by using 24 mice were divided into 4 groups.

The first group was given Sambiloto extract, the second group was given dewa leaf extract , positive control and the comparison group. The result of this test proved that the mice body temperature that was given Sambiloto extract decreased the temperature of the group of mices very significantly (p = 0,000) compared to the positive control group that was only given aquadest. Dewa leaf decreased significantly (p = 0,046) the temperature of the group of mices. Temperature after Sambiloto extract was given, show highly significant different (p = 0,000) with Dewa leaf.

The conclusion from this research was Sambiloto’s leaf extract and dewa’s leaf extract had the antipyretic effect, where the potential effect antipyretic of Sambiloto extract was better than dewa leaf.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

PERNYATAAN MAHASISWA... iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 3

1.5.1 Kerangka Penelitian ... 3

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 4

1.6 Metodologi Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam... 6

2.1.1 Definisi Demam ... 6

2.1.2 Termoregulasi saat Demam ... 6

2.1.3 Etiologi Demam ... 7


(4)

ix   

2.1.5 Patogenesis Demam ... 8

2.1.5.1 Pirogen Eksogen... 9

2.1.5.2 Pirogen Endogen ... 10

2.1.6 Gejala yang Terjadi Pada Saat Demam ... 11

2.1.7 Penatalaksanaan Demam ... 11

2.1.7.1 Terapi Non Farmakologi ... 12

2.1.7.2 Terapi Farmakologi ... 12

2.1.8 Cara Pengukuran Suhu... 13

2.1.9 Obat Herbal... 14

2.2 Sambiloto... 15

2.2.1 Klasifikasi ... 16

2.2.2 Kandungan Kimia Sambiloto... 16

2.3 Daun Dewa ... 18

2.3.1 Klasifikasi ... 19

2.3.2 Kandungan Kimia ... 19

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 20

3.1.1 Alat – alat Penelitian... 20

3.1.2 Bahan-bahan penelitian... 20

3.2 Subjek Penelitian ... 20

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian... 20

3.4 Metode Penelitian ... 21

3.4.1 Desain Penelitian ... 21

3.4.2 Variabel Penelitian... 21

3.4.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 21

3.4.2.2 Definisi Operasional Variabel... 21

3.4.3 Perhitungan Besar Sampel ... 22

3.4.2 Prosedur Kerja ... 22

3.4.2.1 Pengumpulan dan Persiapan Bahan Uji ... 22


(5)

3.4.2.3 Prosedur Penelitian... 23 3.4.2.4 Metode Analisis ... 24 3.5 Aspek Etik Penelitian ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian... 25 4.2 Pembahasan ... 27 4.3 Uji Hipotesis ... 28

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 31 5.2 Saran ... 31  

DAFTAR PUSTAKA... 32 LAMPIRAN... 34 RIWAYAT HIDUP... 44  


(6)

 

  1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Keadaan demam sejak zaman Hippocrates sudah diketahui sebagai penanda penyakit (Nelwan, 2006). Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang, misalnya terhadap toksin bakteri, peradangan, dan rangsangan pirogenik lain. Bila produksi sitokin pirogen secara sistemik masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka efeknya akan menguntungkan tubuh secara keseluruhan, tetapi bila telah melampaui batas kritis tertentu maka sitokin ini membahayakan tubuh. Batas kritis sitokin pirogen sistemik tersebut sejauh ini belum diketahui (Lauralee, 2001).

Hasil penelitian prospektif di New York, 10% dari kunjungan ke tempat praktik disertai gejala demam. Di Indonesia diperkirakan prevalensi jauh lebih tinggi, mengingat banyaknya kejadian infeksi (Soeroso, 1989).

Usaha-usaha untuk mengatasi demam biasanya diawali dengan pengobatan sendiri (self-medication) yaitu dengan pengobatan simtomatis, dan biasanya konsultasi ke dokter dilakukan bila demam berkelanjutan yang tidak bisa diatasi sendiri. Pengobatan untuk demam, dapat dilakukan dengan obat-obat sintetis atau dengan obat-obat tradisional, yaitu dengan menggunakan tanaman obat atau herbal medicine (Juckett, 2004).

Obat-obatan yang dapat menurunkan demam disebut obat-obat antipiretik. Obat-obat yang digunakan untuk mengatasi demam antara lain parasetamol, asetosal, fenasetin, dan antipirin (Rahardja, 2002). Obat-obat tersebut dengan penggunaan jangka panjang dan berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hati dan pendarahan pada saluran cerna (Ganiswarna, 2005). Oleh karena itu, dapat digunakan tanaman obat sebagai alternatif pengobatan. Pemanfaatan tanaman obat yang digunakan secara tepat kurang menimbulkan efek samping dibandingkan dengan obat sintetis. Pemanfaatan tanaman obat untuk menjaga kesehatan atau mengobati penyakit tergolong murah dan mudah dilaksanakan oleh setiap


(7)

 

     

2

keluarga (Santoso, 1999). Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat tradisional antara lain sambiloto dan daun dewa.

Secara kimiawi sambiloto mengandung flavonoid dan lakton. Pada lakton, komponen utamanya adalah andrographolide, yang juga merupakan zat aktif utama dari tanaman ini. Khasiat sambiloto diketahui yaitu sebagai anti-bakteri, antiradang, imunostimulan, penghilang nyeri, dan pereda demam (Hadi, 2008). Berdasarkan pengalaman empiris diketahui bahwa daun dewa bersifat antikoagulan, menurunkan panas, membersihkan racun, dan diuretic (Muhlisah, 2001). Berdasarkan penelitian, sari daun dewa segar dosis 0,01 ml/10 g BB yang diberikan secara oral pada mencit memberikan efek analgesik lebih baik daripada asetosal sebagai pembanding (Pudjiastuti, 1996).

Masyarakat sering menggunakan sambiloto dan daun dewa sebagai obat untuk mengatasi demam, namun data ilmiah mengenai efek sambiloto dan daun dewa sebagai antipiretik masih kurang. Sehingga dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi antipiretik ekstrak sambiloto dan ekstrak daun dewa.

1.2Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) berefek

antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

2. Apakah ekstrak daun dewa (Gynura segetum (Lour.) Merr) berefek antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

3. Apakah ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) dan ekstrak daun dewa (Gynura segetum (Lour.) Merr) memiliki potensi yang sama sebagai antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.


(8)

 

       

3

1.3Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh alternatif untuk mengatasi demam.

Tujuan penelitian ini adalah:

- Menilai efek ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) sebagai antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

- Menilai efek ekstrak daun dewa (Gynura segetum (Lour.) Merr) sebagai antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

- Menilai potensi antara ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) dan ekstrak daun daun dewa (Gynura segetum (Lour.) Merr) sebagai antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat digunakan untuk memperluas cakrawala pengetahuan di bidang farmakologi tumbuhan obat, khususnya sambiloto dan daun dewa yang mempunyai efek antipiretik.

1.4.2Manfaat Praktis

Sambiloto dan daun dewa dapat menjadi obat alternatif untuk menurunkan demam bila sudah dilakukan uji coba klinis dan diharapkan memiliki efek samping yang minimal dibandingkan dengan obat sintetis lain.

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1.5.1 Kerangka Pemikiran

Pirogen adalah substansi yang dapat menyebabkan demam. Pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien biasanya berupa produk mikroba, toksin, atau keseluruhan mikroba tersebut. Endotoksin adalah molekul pirogen yang paling kuat pada manusia. Selain pirogen eksogen, tubuh juga


(9)

 

     

4

memproduksi sitokin pirogen yaitu IL-1, IL-6, tumor necrosis factor (TNF), ciliary neurotropic factor (CNTF), dan interferon α (IFN-α). Sitokin pirogen dilepaskan dari sel dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Sitokin tersebut akan menginduksi sintesis dari prostaglandin E2 (PGE2). Kemudian prostaglandin E2 (PGE2) mencapai hipotalamus melalui arteri carotis interna. Peningkatan prostaglandin E2 (PGE2) di dalam otak akan mengaktifkan proses peningkatan set point hipotalamus. Peningkatan set point hipotalamus akan meningkatkan produksi panas sehingga mengakibatkan terjadinya demam (Anthony S. Fauci, 2008).

Kandungan dalam ekstrak sambiloto yang memiliki efek sebagai antipiretik adalah andrographolid, flavanoid, derivat 14-acetyl – dan 3,19- isopropylidenyl- . Zat tersebut telah teruji mampu menurunkan suhu rektal tikus (Suebsasana S, 2009).

Daun dewa mengandung senyawa flavonoid, saponin, minyak atsiri, asam fenolat, asam klorogenat, asam kafeat, asam p-kumarat, asam p-hidroksibenzoat dan asam vanilat, alkaloid, tanin dan polifenol. Minyak atsiri pada daun dewa diduga dapat merangsang sirkulasi darah, juga bersifat analgetik dan anti inflamasi (Winarto, 2003) .

1.5.2 Hipotesis Penelitian

- Ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) memiliki efek antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

- Ekstrak daun dewa (Gynura segetum (Lour.) Merr) memiliki efek antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

- Ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) dan ekstrak daun dewa (Gynura segetum (Lour.), Merr) memiliki potensi yang sama sebagai antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.


(10)

 

       

5

1.6Metodologi Penelitian

Metode penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan, bersifat komparatif, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan hewan coba mencit galur Swiss Webster. Pada penelitian ini dilakukan uji pemberian ekstrak sambiloto dan ekstrak daun dewa terhadap mencit jantan galur Swiss Webster untuk melihat efeknya terhadap suhu tubuh mencit setelah diinduksi dengan vaksin Diptheri Pertusis Tetanus (DPT). Data yang diukur adalah suhu tubuh mencit dalam derajat Celsius setelah pemberian ekstrak sambiloto dan ekstrak daun dewa. Metode analisis menggunakan ANAVA satu arah dengan uji lanjut Tukey HSD dengan α = 0,05 .


(11)

 

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

- Ekstrak daun sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) memiliki efek antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

- Ekstrak daun dewa (Gynura pseudochina (Lour.), Merr.) memiliki efek antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

- Ekstrak sambiloto (Andrographispaniculata, Nees) memiliki potensi yang lebih baik sebagai antipiretik dibandingkan ekstrak daun dewa (Gynura pseudochina (Lour.), Merr.) pada mencit galur Swiss Webster.

5.2 Saran

Penelitian ini merupakan pendahuluan yang perlu dilanjutkan dengan penelitian-penelitian lain seperti :

1. Uji toksisitas

2. Penentuan dosis yang optimal 3. Uji pada manusia


(12)

   

  43

RIWAYAT HIDUP

- Nama : Rafaela Elleny Rinaldy - Nomor Pokok Mahasiswa : 1010105

- Tempat dan Tanggal Lahir : Purwokerto, 17 Desember 1992 - Alamat Asal : Perumahan Limas Agung blok T2-11,

Purwokerto

- Alamat di Bandung : Jl. Babakan Jeruk Indah 1 no 1 - Riwayat Pendidikan :

TK Santa Maria, Purwokerto, lulus tahun 1998 SD Santa Maria, Purwokerto, lulus tahun 2004 SMP Susteran, Purwokerto, lulus tahun 2007 SMA Stella Duce 1, Yogyakarta, lulus tahun 2010


(13)

PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK SAMBILOTO (

Andrographis

paniculata,

Nees) DAN EKSTRAK DAUN DEWA (

Gynura segetum

(Lour.), Merr) SEBAGAI ANTIPIRETIK DENGAN HEWAN COBA

MENCIT GALUR SWISS WEBSTER

Rafaela Elleny Rinaldy

1

, Hanna Ratnawati

2

, Diana Krisanti

Jasaputra

3

1. Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung

2. Bagian Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung 3. Bagian Ilmu Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Fakultas Kedokteran, Universitas Maranatha

Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Pengobatan demam dapat menggunakan obat sintetis atau dengan tanaman obat.Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya efek antipiretik ekstrak sambiloto dan ekstrak daun dewa. Metode analisis menggunakan ANAVA satu arah dengan uji lanjut Tukey HSD dengan  = 0,05. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan menggunakan 24 ekor mencit yang terbagi ke dalam 4 kelompok uji.

Kelompok pertama diberi ekstrak sambiloto, kelompok kedua diberi ekstrak daun dewa, satu kontrol positif dan satu kelompok pembanding.Hasil percobaan didapatkan suhu mencit setelah pemberian bahan uji sambiloto, memberikan hasil berbeda sangat bermakna (p = 0,000) dengan kontrol positif yang hanya diinduksi demam dan diberi akuades, sedangkan daun dewa memberikan hasil berbeda bermakna (p = 0,046).Sambiloto dibandingkan daun dewa memberikan hasil berbeda sangat bermakna (p = 0,000).

Simpulan dari penelitian ini yaitu ekstrak sambiloto dan ekstrak daun dewa mempunyai efek antipretik, dimana potensi efek antipiretik ekstrak sambiloto lebih baik dibandingkan ekstrak daun dewa.

Kata kunci : antipiretik, ekstrak, sambiloto, daun dewa, mencit

ABSTRACT

Fever can be cured by using synthetic drugs and traditional medicine, like herbs. This study aimed to investigate the antipyretic effect of sambiloto extract and dewa leaf extract. The measurement of mice’s temperature was statistically analyzed with one way ANAVA continued by Tukey HSD, with  = 0,05. This study was a laboratory experimental research by using 24 mice were divided into 4 groups. The first group was given Sambiloto extract, the second group was given dewa leafextract , positive control and the comparison group. The result of this test proved that the mice body temperature that was given Sambiloto extract decreased the temperature of the group of mices very significantly (p = 0,000) compared to the positive control group that was only given aquadest. Dewa leaf decreased significantly (p = 0,046) the temperature of the group of mices. Temperature after Sambiloto extract was given, show highly significant different (p = 0,000) with Dewa leaf.

The conclusion from this research wasSambiloto’s leaf extract and dewa’s leaf extract had the antipyretic effect, where the potential effect antipyretic of Sambiloto extract was better than dewa leaf.


(14)

PENDAHULUAN

Keadaan demam sejak zaman Hippocrates sudah diketahui sebagai pertanda penyakit(4). Obat-obatan yang dapat menurunkan demam disebut obat-obat antipiretik. Obat-obat yang digunakan untuk mengatasi demam antara lain parasetamol, asetosal, fenasetin dan antipirin(6). Obat-obat tersebut dengan penggunaan jangka panjang dan berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hati dan pendarahan pada saluran cerna(1). Pemanfaatan tanaman obat yang digunakan secara tepat kurang menimbulkan efek samping dibandingkan dengan obat sintetis. Pemanfaatan tanaman obat untuk menjaga kesehatan atau penyakit tergolong murah dan mudah dilaksanakan oleh setiap keluarga(7). Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkansebagai tanaman obat tradisional antara lain sambiloto dan daun dewa. Secara kimiawi sambiloto mengandung flavonoid dan lakton.Pada lakton, komponen utamanya adalah andrographolide, yang juga merupakan zat aktif utama dari tanaman ini. Khasiat sambiloto diketahui yaitu sebagai anti-bakteri, antiradang, imunostimulan, penghilang nyeri (analgesik), pereda demam(2). Berdasarkanpengalaman

empiris diketahui bahwa daun dewa bersifat antikoagulan, menurunkan panas, membersihkan racun, dan diuretik(3). Berdasarkan penelitian, sari daun dewa segar dosis 0,01 ml/10 g BB yang diberikan secara oral pada mencit memberikan efek analgesik lebih baik daripada asetosal sebagai pembanding(5).

TUJUAN PENELITIAN

Menilai efek ekstrak sambiloto

(Andrographis paniculata, Nees)

sebagai antipiretik pada mencit galur Swiss Webster, menilai efek ekstrak daun dewa (Gynura segetum (Lour.)

Merr) sebagai antipiretik pada mencit galur Swiss Webster dan menilai potensi antara ekstrak sambiloto

(Andrographis paniculata, Nees) dan

ekstrak daun daun dewa (Gynura

segetum (Lour.) Merr) sebagai

antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

ALAT, BAHAN DAN CARA

Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan, bersifat komparatif, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan subjek penelitian hewan coba mencit galur Swiss Webster.Metode analisis menggunakan ANAVA satu arah dengan uji lanjut Tukey HSD dengan  = 0,05. Pada penelitian ini pertama


(15)

mencitdiletakkandalamkotakplastikuk uran 30x40 cm, diberisekam.Seluruhmencitdibagiseca raacakkedalam 4 kelompok, masing-masing 7 ekor (1 ekor untuk cadangan). Mencit dipuasakan ± 18 jam, minum tetap diberikan.Kemudian dilakukan uji pemberian ekstrak sambiloto dan ekstrak daun dewa terhadap mencit jantan galur Swiss Webster untuk melihat efeknya terhadap suhu tubuh mencit setelah diinduksi dengan vaksin Diptheri Pertusis Tetanus (DPT)sebanyak 0,5 ml dan ditunggu selama 30 menit. Data yang diukur adalah suhu tubuh mencit dalam derajat Celsius setiap 15 menit hinga menit ke-120 setelah pemberian ekstrak sambiloto dan ekstrak daun dewa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 1 Suhu mencit sebelum induksi demam

Men cit

Sambil oto (OC)

Da un de wa (OC )

Kont rol +

(OC)

Kontrol pemban

ding (OC)

1 34.30 35.

80 36.00 36.30 2 35.80

35.

60 35.70 35.30

3 34.60 36.

10 35.80 35.80 4 35.70

36.

40 34.10 35.50 5 35.80

36.

00 36.00 34.50 6 35.60

36.

20 36.50 35.70 Rera

ta 35.30 36.

02 35.68 35.52 Pada uji homogenitas, nilai p yang diperoleh adalah p= 0,273. Hal ini menunjukkan bahwa suhu mencit awal sebelum induksi adalah homogen.

Setelah pengukuran suhu awal, mencit diinduksi demam dengan menggunakan vaksin DPT, tiga puluh menit kemudian, diberikan bahan uji, lalu pengukuran suhu mencit dilakukan setiap 15 menit setelah pemberian bahan uji sampai menit ke 120. Hasil pengukuran suhu tersebut yaitu pada menit ke 15 sampai menit ke 120 dirata-rata.Hasilnya disajikan dalam tabel 2.

Tabel 2 Rerata Suhu Tubuh Mencit yang Diinduksi Demam Setelah Pemberian Bahan Uji

Men cit

Sambil oto (OC)

Da un de wa (OC )

Kont rol + (OC)

Kontrol pemban

ding (OC)

1

35.83 37.

44 38.20 35.76 2

37.19 37.

34 37.99 36.04 3

35.65 37.


(16)

4

36.35 37.

21 37.55 36.10 5

35.68 37.

66 38.09 35.95 6

36.13 37.

09 37.95 36.33 Rera

ta 36.14 37.

33 37.90 36.00 Hasil uji statistik menggunakan ANAVA satu arah dan diperoleh nilai

p= 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan minimal pada sepasang kelompok.Perbedaan antar kelompok selanjutnya diuji menggunakan uji lanjut dengan metode Tukey HSD.Hasilnya disajikan pada tabel 3.

Tabel 3 Hasil Uji Lanjut Perbedaan Suhu Pada Tiap Kelompok

Perlakuan Samb iloto 36,14 OC Da un de wa 37, 33 OC Kon trol posi tif 37,9 0 OC

Kontrol pemba nding 36,00 OC Sambil

oto ** ** NS Daun dewa * ** Kontrol positif ** Kontrol pemba nding

Pemberian bahan uji berupa sambiloto (36,14OC) memberikan penurunan suhu pada mencit yang diinduksi

demam menggunakan vaksin DPT yang berbeda sangat bermakna (p = 0,000) dengan kontrol positif (37,90OC). Sedangkan daun dewa (37,33OC) memberikan penurunan suhu pada mencit yang diinduksi demam menggunakan vaksin DPT dengan perbedaan yang bermakna (p = 0,046) secara statistik. Potensi pemberian bahan uji sambiloto sebagai antipiretik lebih baik dibandingkan daun dewa. Pemberian sambiloto sebagai antipiretik memiliki potensi yang sama (p = 0,904) dengan paracetamol (36,00 OC).

DISKUSI

Pada penelitian ini didapatkan perbedaan sangat bermakna (p=0,000) antara kelompok perlakuan sambiloto dengan kelompok perlakuan kontrol positif yang hanya diinduksi demam menggunakan vaksin DPT.Hal ini menunjukkan bahwa sambiloto berkhasiat menurunkan demam. Kelompok perlakuan daun dewa dibandingkan dengan kelompok perlakuan kontrol positif menunjukkan perbedaan bermakna, hal ini berarti daun dewa dapat menurunkan demam tetapi tidak sampai suhu normal. Pernyataan daun dewa mempunyai efek antipiretik didukung oleh penelitian


(17)

Marmuwati, sedangkan sambiloto sesuai dengan penelitian yang mengatakan bahwa flavanoid yang terkandung dalam sambiloto dan daun dewa bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin sehingga menurunkan demam(8).

SIMPULAN

Ekstrak daun sambiloto

(Andrographispaniculata, Nees)

memiliki efek antipiretik pada mencit galur Swiss Webster, ekstrak daun dewa (Gynura pseudochina (Lour.), Merr.) memiliki efek antipiretik pada mencit galur Swiss Webster, ekstrak sambiloto (Andrographispaniculata, Nees) memiliki potensi yang lebih baik sebagai antipiretik dibandingkan ekstrak daun dewa (Gynura

pseudochina (Lour.), Merr.) pada

mencit galur Swiss Webster. SARAN

Penelitian ini merupakan pendahuluan yang perlu dilanjutkan dengan penelitian-penelitian lain seperti uji toksisitas, penentuan dosis yang optimal dan uji pada manusia. DAFTAR PUSTAKA

1. Ganiswarna, S.G. Farmakologi dan

Terapi. 4. Jakarta: Gaya Baru, 2005.

2. Hadi, Dalimartha S dan. sambiloto.

Juli 14, 2008. (accessed 2007). 3. Muhlisah, Ir. Fauziah. Tanaman

Obat Keluarga. Jakarta: Penebar

Swadaya, 2001.

4. Nelwan, R.H.H. IPD.

Internapublishing, 2006.

5. Pudjiastuti.Penelitian khasiat biji ketumbar (Coriandrum sativum L.)

sebagai analgesik pada mencit. Bogor:

Badan Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) dengan Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami (PERHIPBA). , 1996.

6. Rahardja, Tan Hoan Djay dan Kirana. Obat-obat

Penting:Khasiat,Penggunaan dan

Efek-efek Sampingnya. 5. Jakarta: Elex Media

Komputindo, 2002.

7. Santoso, Hieronymus Budi. Toga 1 Tanaman Obat Keluarga,Penyembuh: Asma,Batuk Pilek,Bronchitis,Luka,Sakit

Perut. Yogyakarta: Kanisius, 1999.

8. Setoaji, and Prambudi Arie. Efek Antipiretik Ekstrak Tanaman Sambiloto (ANdrograpis paniculata Ness) Pada


(18)

 

  31

DAFTAR PUSTAKA

 

Anthony S. Fauci, M. 2008. Harrison's Principle of Internal Medicine (17 ed.). USA: McGraw-Hill.

Arifin, A. M. 1996. Nelson Textbook of Pediatrics. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Bates. 1998. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Jakarta: EGC. Chaerunnisa, A. 2009. Farmasetika Dasar. Bandung: Widya Padjadjaran.

Ganiswarna, S. 2005. Farmakologi dan Terapi (4 ed.). Jakarta: Gaya Baru. Ganong, W. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (20 ed.). Jakarta: EGC.

Hadi, D. S. 2007. Sambiloto. Retrieved 07 14, 2008, from

http://tanamanobatalami.blogspot.com/2007/12/sambiloto-anrographispaniculata-burm-f.html.

Guyton A.C., Hall J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (11 ed.). Jakarta: EGC.

Jeffrey, A. G., Charles, A. D., & Sheldon, M. W. 2008. Harisson's Principles of Internal Medicine (17 ed.). New York: McGraw-Hill.

Juckett, G. 2004. Modern Pharmacology (6 ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wlkins.

Mick, N.W. 2009. Rosen’s Emergency Medicine: Concepts and Clinical Practice

(7ed.). Philadelphia: Mosby Elsevier

Karyadi. 2006. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam urat, Jantung Koroner. Jakarta: Gramedia.

Lauralee, S. 2001. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem (2 ed.). Jakarta: EGC.

Mangan, Y. 2003. Cara Bijak Menaklukan Kanker. Jakarta: Argo Media Pustaka

Jakarta.

Muhlisah, I. F. 2001. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta: Penebar Swadaya.

Nelson, W. 2000. Ilmu Kesehatan Anak (15 ed.). Volume 2. Editor bahasa Indonesia A. Jamik Wahab. Jakarta: EGC.

Nelwan. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (4 ed.). Jakarta: FKUI.

Prapanza, I. d. 2003. Khasiat dan Manfaat Sambiloto Raja Pahit Penakluk Aneka Penyakit. Jakarta: Agromedia Pustaka.


(19)

  32

Pudjiastuti. 1996. Penelitian khasiat biji ketumbar (Coriandrum sativum L.) sebagai analgesik pada mencit. Bogor: Badan Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) dengan Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami (PERHIPBA). .

Rahardja, T. H. 2002. Obat-obat Penting:Khasiat,Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya (5 ed.). Jakarta, Indonesia: Elex Media Komputindo.

Santoso, H. B. 1999. Toga 1 Tanaman Obat Keluarga,Penyembuh: Asma,Batuk Pilek,Bronchitis,Luka,Sakit Perut. Yogyakarta: Kanisius.

Setoaji, & Arie, P. 2004. Efek Antipiretik Ekstrak Tanaman Sambiloto (Andrograpis paniculata Ness) Pada Tikus Putih , 1.

Subali, M. A. 2005. Daun Kehidupan. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Suebsasana S, P. P. 2009. Analgesic, antipyretic, anti-inflammatory and toxic effects of andrographolide derivatives in experimental animals. Arch Pharm Res 32: 1191-200.

Wibowo. 2006. DEMAM. Retrieved from www.suryo-wibowo.blogspot.com. Wilmana, F., & Gan, S. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit

FK UI.

Winarto, W. 2003. Daun Dewa: Budi Daya Dan Pemanfaatan Untuk Obat.


(1)

PENDAHULUAN

Keadaan demam sejak zaman Hippocrates sudah diketahui sebagai pertanda penyakit(4). Obat-obatan yang dapat menurunkan demam disebut obat-obat antipiretik. Obat-obat yang digunakan untuk mengatasi demam antara lain parasetamol, asetosal, fenasetin dan antipirin(6). Obat-obat tersebut dengan penggunaan jangka panjang dan berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hati dan pendarahan pada saluran cerna(1). Pemanfaatan tanaman obat yang digunakan secara tepat kurang menimbulkan efek samping dibandingkan dengan obat sintetis. Pemanfaatan tanaman obat untuk menjaga kesehatan atau penyakit tergolong murah dan mudah dilaksanakan oleh setiap keluarga(7). Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkansebagai tanaman obat tradisional antara lain sambiloto dan daun dewa. Secara kimiawi sambiloto mengandung flavonoid dan lakton.Pada lakton, komponen utamanya adalah andrographolide, yang juga merupakan zat aktif utama dari tanaman ini. Khasiat sambiloto diketahui yaitu sebagai anti-bakteri, antiradang, imunostimulan, penghilang nyeri (analgesik), pereda demam(2). Berdasarkanpengalaman

empiris diketahui bahwa daun dewa bersifat antikoagulan, menurunkan panas, membersihkan racun, dan diuretik(3). Berdasarkan penelitian, sari daun dewa segar dosis 0,01 ml/10 g BB yang diberikan secara oral pada mencit memberikan efek analgesik lebih baik daripada asetosal sebagai pembanding(5).

TUJUAN PENELITIAN

Menilai efek ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) sebagai antipiretik pada mencit galur Swiss Webster, menilai efek ekstrak daun dewa (Gynura segetum (Lour.) Merr) sebagai antipiretik pada mencit galur Swiss Webster dan menilai potensi antara ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) dan ekstrak daun daun dewa (Gynura segetum (Lour.) Merr) sebagai antipiretik pada mencit galur Swiss Webster.

ALAT, BAHAN DAN CARA

Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan, bersifat komparatif, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan subjek penelitian hewan coba mencit galur Swiss Webster.Metode analisis menggunakan ANAVA satu arah dengan uji lanjut Tukey HSD dengan  = 0,05. Pada penelitian ini pertama


(2)

mencitdiletakkandalamkotakplastikuk

uran 30x40 cm,

diberisekam.Seluruhmencitdibagiseca raacakkedalam 4 kelompok, masing-masing 7 ekor (1 ekor untuk cadangan). Mencit dipuasakan ± 18

jam, minum tetap

diberikan.Kemudian dilakukan uji pemberian ekstrak sambiloto dan ekstrak daun dewa terhadap mencit jantan galur Swiss Webster untuk melihat efeknya terhadap suhu tubuh mencit setelah diinduksi dengan vaksin Diptheri Pertusis Tetanus (DPT)sebanyak 0,5 ml dan ditunggu selama 30 menit. Data yang diukur adalah suhu tubuh mencit dalam derajat Celsius setiap 15 menit hinga menit ke-120 setelah pemberian ekstrak sambiloto dan ekstrak daun dewa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 1 Suhu mencit sebelum induksi demam

Men cit

Sambil oto (OC)

Da un de wa (OC )

Kont rol +

(OC)

Kontrol pemban

ding (OC)

1 34.30 35.

80 36.00 36.30 2 35.80

35.

60 35.70 35.30

3 34.60 36.

10 35.80 35.80 4 35.70

36.

40 34.10 35.50 5 35.80

36.

00 36.00 34.50 6 35.60

36.

20 36.50 35.70 Rera

ta 35.30 36.

02 35.68 35.52 Pada uji homogenitas, nilai p yang diperoleh adalah p= 0,273. Hal ini menunjukkan bahwa suhu mencit awal sebelum induksi adalah homogen.

Setelah pengukuran suhu awal, mencit diinduksi demam dengan menggunakan vaksin DPT, tiga puluh menit kemudian, diberikan bahan uji, lalu pengukuran suhu mencit dilakukan setiap 15 menit setelah pemberian bahan uji sampai menit ke 120. Hasil pengukuran suhu tersebut yaitu pada menit ke 15 sampai menit ke 120 dirata-rata.Hasilnya disajikan dalam tabel 2.

Tabel 2 Rerata Suhu Tubuh Mencit yang Diinduksi Demam Setelah Pemberian Bahan Uji

Men cit

Sambil oto (OC)

Da un de wa (OC )

Kont rol + (OC)

Kontrol pemban

ding (OC)

1

35.83 37.

44 38.20 35.76 2

37.19 37.

34 37.99 36.04 3

35.65 37.


(3)

4

36.35 37.

21 37.55 36.10 5

35.68 37.

66 38.09 35.95 6

36.13 37.

09 37.95 36.33 Rera

ta 36.14 37.

33 37.90 36.00

Hasil uji statistik menggunakan ANAVA satu arah dan diperoleh nilai p= 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan minimal pada sepasang kelompok.Perbedaan antar kelompok selanjutnya diuji menggunakan uji lanjut dengan metode Tukey HSD.Hasilnya disajikan pada tabel 3.

Tabel 3 Hasil Uji Lanjut Perbedaan Suhu Pada Tiap Kelompok

Perlakuan Samb

iloto 36,14

OC Da un de wa 37,

33 OC

Kon trol posi tif 37,9 0 OC

Kontrol pemba

nding 36,00

OC

Sambil

oto ** ** NS

Daun dewa

* **

Kontrol positif

** Kontrol

pemba nding

Pemberian bahan uji berupa sambiloto (36,14OC) memberikan penurunan suhu pada mencit yang diinduksi

demam menggunakan vaksin DPT yang berbeda sangat bermakna (p = 0,000) dengan kontrol positif (37,90OC). Sedangkan daun dewa (37,33OC) memberikan penurunan suhu pada mencit yang diinduksi demam menggunakan vaksin DPT dengan perbedaan yang bermakna (p = 0,046) secara statistik. Potensi pemberian bahan uji sambiloto sebagai antipiretik lebih baik dibandingkan daun dewa. Pemberian sambiloto sebagai antipiretik memiliki potensi yang sama (p = 0,904) dengan paracetamol (36,00 OC).

DISKUSI

Pada penelitian ini didapatkan perbedaan sangat bermakna (p=0,000) antara kelompok perlakuan sambiloto dengan kelompok perlakuan kontrol positif yang hanya diinduksi demam menggunakan vaksin DPT.Hal ini menunjukkan bahwa sambiloto berkhasiat menurunkan demam. Kelompok perlakuan daun dewa dibandingkan dengan kelompok perlakuan kontrol positif menunjukkan perbedaan bermakna, hal ini berarti daun dewa dapat menurunkan demam tetapi tidak sampai suhu normal. Pernyataan daun dewa mempunyai efek antipiretik didukung oleh penelitian


(4)

Marmuwati, sedangkan sambiloto sesuai dengan penelitian yang mengatakan bahwa flavanoid yang terkandung dalam sambiloto dan daun dewa bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin sehingga menurunkan demam(8).

SIMPULAN

Ekstrak daun sambiloto (Andrographispaniculata, Nees)

memiliki efek antipiretik pada mencit galur Swiss Webster, ekstrak daun dewa (Gynura pseudochina (Lour.), Merr.) memiliki efek antipiretik pada mencit galur Swiss Webster, ekstrak sambiloto (Andrographispaniculata, Nees) memiliki potensi yang lebih baik sebagai antipiretik dibandingkan ekstrak daun dewa (Gynura

pseudochina (Lour.), Merr.) pada mencit galur Swiss Webster. SARAN

Penelitian ini merupakan pendahuluan yang perlu dilanjutkan dengan penelitian-penelitian lain seperti uji toksisitas, penentuan dosis yang optimal dan uji pada manusia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ganiswarna, S.G. Farmakologi dan Terapi. 4. Jakarta: Gaya Baru, 2005. 2. Hadi, Dalimartha S dan. sambiloto. Juli 14, 2008. (accessed 2007).

3. Muhlisah, Ir. Fauziah. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta: Penebar Swadaya, 2001.

4. Nelwan, R.H.H. IPD. Internapublishing, 2006.

5. Pudjiastuti.Penelitian khasiat biji ketumbar (Coriandrum sativum L.) sebagai analgesik pada mencit. Bogor: Badan Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) dengan Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami (PERHIPBA). , 1996.

6. Rahardja, Tan Hoan Djay dan Kirana. Obat-obat

Penting:Khasiat,Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. 5. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002.

7. Santoso, Hieronymus Budi. Toga 1 Tanaman Obat Keluarga,Penyembuh: Asma,Batuk Pilek,Bronchitis,Luka,Sakit Perut. Yogyakarta: Kanisius, 1999. 8. Setoaji, and Prambudi Arie. Efek Antipiretik Ekstrak Tanaman Sambiloto (ANdrograpis paniculata Ness) Pada Tikus Putih, 2004: 1.


(5)

 

 

31

DAFTAR PUSTAKA

 

Anthony S. Fauci, M. 2008.

Harrison's Principle of Internal Medicine

(17 ed.).

USA: McGraw-Hill.

Arifin, A. M. 1996.

Nelson Textbook of Pediatrics.

Philadelphia: W.B. Saunders

Company.

Bates. 1998.

Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan.

Jakarta: EGC.

Chaerunnisa, A. 2009.

Farmasetika Dasar.

Bandung: Widya Padjadjaran.

Ganiswarna, S. 2005.

Farmakologi dan Terapi

(4 ed.). Jakarta: Gaya Baru.

Ganong, W. F. 2003.

Buku Ajar Fisiologi Kedokteran

(20 ed.)

.

Jakarta: EGC.

Hadi,

D.

S.

2007.

Sambiloto

.

Retrieved

07

14,

2008,

from

http://tanamanobatalami.blogspot.com/2007/12/sambiloto-anrographispaniculata-burm-f.html.

Guyton A.C., Hall J.E. 2008.

Buku Ajar Fisiologi Kedokteran

(11 ed.)

.

Jakarta:

EGC.

Jeffrey, A. G., Charles, A. D., & Sheldon, M. W. 2008.

Harisson's Principles of

Internal Medicine

(17 ed.)

.

New York: McGraw-Hill.

Juckett, G. 2004.

Modern Pharmacology

(6 ed.). Philadelphia: Lippincott

Williams & Wlkins.

Mick, N.W. 2009.

Rosen’s Emergency Medicine: Concepts and Clinical Practice

(7ed.). Philadelphia: Mosby Elsevier

Karyadi. 2006.

Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam urat, Jantung Koroner.

Jakarta: Gramedia.

Lauralee, S. 2001.

Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem

(2 ed.)

.

Jakarta: EGC.

Mangan, Y. 2003.

Cara Bijak Menaklukan Kanker.

Jakarta: Argo Media Pustaka

Jakarta.

Muhlisah, I. F. 2001.

Tanaman Obat Keluarga.

Jakarta: Penebar Swadaya.

Nelson, W. 2000.

Ilmu Kesehatan Anak

(15 ed.)

.

Volume 2. Editor bahasa

Indonesia A. Jamik Wahab. Jakarta: EGC.

Nelwan. 2007.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

(4 ed.)

.

Jakarta: FKUI.

Prapanza, I. d. 2003.

Khasiat dan Manfaat Sambiloto Raja Pahit Penakluk Aneka


(6)

 

 

32

Pudjiastuti. 1996.

Penelitian khasiat biji ketumbar (Coriandrum sativum L.)

sebagai analgesik pada mencit.

Bogor: Badan Penelitian Tanaman

Rempah dan Obat (BALITTRO) dengan Perhimpunan Peneliti Bahan

Obat Alami (PERHIPBA). .

Rahardja, T. H. 2002.

Obat-obat Penting:Khasiat,Penggunaan dan Efek-efek

Sampingnya

(5 ed.). Jakarta, Indonesia: Elex Media Komputindo.

Santoso, H. B. 1999.

Toga 1 Tanaman Obat Keluarga,Penyembuh: Asma,Batuk

Pilek,Bronchitis,Luka,Sakit Perut.

Yogyakarta: Kanisius.

Setoaji, & Arie, P. 2004.

Efek Antipiretik Ekstrak Tanaman Sambiloto

(Andrograpis paniculata Ness) Pada Tikus Putih

, 1.

Subali, M. A. 2005.

Daun Kehidupan.

Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Suebsasana S, P. P. 2009.

Analgesic, antipyretic, anti-inflammatory and toxic

effects of andrographolide derivatives in experimental animals

. Arch

Pharm Res 32: 1191-200.

Wibowo. 2006.

DEMAM

. Retrieved from www.suryo-wibowo.blogspot.com.

Wilmana, F., & Gan, S. 2007.

Farmakologi dan Terapi.

Jakarta: Balai Penerbit

FK UI.

Winarto, W. 2003.

Daun Dewa: Budi Daya Dan Pemanfaatan Untuk Obat.


Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

Uji Aktivitas Antifertilitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) Pada Tikus Jantan Galur Sprague-Dawley Secara In Vivo

1 16 121

UJI EFEK TONIKUM INFUSA HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees (Burm.f)) TERHADAP MENCIT Uji Efek Tonik Infusa Herba Sambiloto ( Andrographis paniculata Nees (Burm.f)) Terhadap Mencit Putih Jantan Galur Swiss Webster.

0 0 14

Efek Analgesik Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia Linn) dan Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) pada Mencit Swiss Webster Jantan yang Diinduksi Rangsang Termis.

0 1 19

Efek Antidiare Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) pada Mencit Swiss Webster yang Diinduksi Oleum ricini.

1 3 20

Perbandingan Efek Antipiretik Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f. )Ness) dan Brotowali (Tinospora crispa,L) pada Mencit Swiss Webster Jantan.

0 0 15

Perbandingan Efek Antipiretik Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.)Nees) dan Ekstrak Alang-Alang (Imprerata cylindrica (L.)Beauv) Pada Mencit Swiss Webster Jantan.

0 1 23

Pengaruh Daun Dewa (Gynura segetum (Lour)Merr.) Terhadap Waktu Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Swiss Webster Jantan.

0 0 17

Efek Analgetik Ekstrak Etanol Sambiloto (Andrographis Paniculata,(Burm f) Nees) Pada Mencit Betina Galur Swiss- Webster.

0 3 36

View of PENGARUH EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees.) TERHADAP SIKLUS ESTRUS MENCIT (Mus musculus L. Swiss Webster)

0 0 8