Studi Deskriptif Mengenai Tingkat Kesesuaian Tipe Kepribadian dan Tipe Lingkungan Kerja Pada Pengajar SD 'X' di Bandung.

(1)

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui tingkat kesesuaian tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja pada pengajar SD ‘X’ di Bandung. Yang

menjadi sampel dari penelitian ini adalah pengajar tetap di SD ‘X’ Bandung, yang

berjumlah 37 orang. Rancangan yang digunakan untuk penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif.

Alat ukur yang digunakan adalah Self-directed Search yang dirancang oleh John L. Holland (1997) dan terdiri dari 288 pernyataan, yang mengukur 6 aspek, yaitu Realistic, Investigative, Artistic, Social, Enterprising dan Conventional. Alat ukur ini telah baku, sehingga tidak lagi dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan bahwa terdapat 43,2% responden yang memiliki tipe kepribadian yang sesuai dengan tipe lingkungan kerjanya. Sebanyak 37,8% responden yang memiliki tipe kepribadian yang sangat sesuai dengan tipe lingkungan kerjanya. Sedangkan, terdapat 10,8% responden yang memiliki tipe kepribadian yang kurang sesuai dengan tipe lingkungan kerjanya dan terdapat 8,2% responden yang memiliki tipe kepribadian yang tidak sesuai dengan tipe lingkungan kerjanya.

Kesimpulan yang diperoleh adalah sebagian besar responden memiliki tipe kepribadian yang sesuai dengan tipe lingkungan kerjanya, semakin lama masa kerja dan semakin senior usia responden, maka semakin sesuai pula tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerjanya. Kemudian, tingkat kesesuaian tipe kepribadian dan tipe lingkunga kerja memiliki kaitan dengan latar belakang program studi yang dimiliki oleh responden.

Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai keterkaitan antara congruence, differentiation dan consistency. Selain itu juga dapat digunakan alat ukur Self-directed Search dalam proses selection, recruitment dan


(2)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ……… i

ABSTRAK ……….... ii

KATA PENGANTAR ……… iii

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……….. x

DAFTAR SKEMA ……….. xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi masalah ………... 9

1.3. Maksud dan tujuan penelitian 1.3.1. Maksud ………... 9

1.3.2. Tujuan ………... 10

1.4. Kegunaan penelitian 1.4.1. Kegunaan teoritis ……….. 10

1.4.2. Kegunaan praktis ……….. 10

1.5. Kerangka pemikiran ………. 11


(3)

2.1. Tinjauan Teori Kepribadian John Holland

2.1.1. Definisi Kepribadian ………. 22

2.1.2. Empat Asumsi Kerja Teori ……… 22

2.1.3. Asumsi Sekunder 2.1.3.1. Consistency ………. 25

2.1.3.2. Differentiation ……… 26

2.1.3.3. Identity ……… 26

2.1.3.4. Congruence ……… 27

2.1.3.5. Calculus ………. 28

2.1.4. Perkembangan Tipe-tipe Kepribadian ……….. 28

2.1.5. Enam Tipe Kepribadian ……… 30

2.1.6. Enam Tipe Lingkungan Kerja ……….. 33

2.1.7. Hubungan antar Tipe ……… 38

2.2. Peranan Belajar Dalam Pendidikan Sekolah ……… 38

2.3. Tinjauan Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget 2.3.1. Pengaruh-pengaruh Dalam Perkembangan Kognitif ………… 39

2.3.2. Empat Tahap Perkembangan Kognitif ………. 40

2.3.3. Implikasi Teori Piaget Untuk Pengajar ……… 42


(4)

viii

2.4.1. Tahap Perkembangan Psikososial Pada Siswa/i Sekolah Dasar

(Industry versus Inferiority) ………... 43

2.5. Karakteristik Pengajar 2.5.1. Tahap Psikososial Pengajar (Dewasa Awal – Dewasa Akhir) 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan dan Prosedur Penelitian ……… 46

3.2.Variabel Penelitian ……… 47

3.3. Definisi Operasional ……….... 47

3.4. Alat Ukur 3.4.1 Kuisioner Tipe Kepribadian ………. 50

3.4.1.1 Cara Skoring ……….. 51

3.4.2 Kuisioner Tipe Lingkungan Kerja ……… 52

3.4.2.1 Cara Skoring ……….. 53

3.4.3 Cara Skoring Kesesuaian Tipe Kepribadian dan Tipe Lingkungan Kerja ………. 55

3.4.4 Data Penunjang ………. 55

3.4.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 3.4.5.1 Validitas Alat Ukur 3.4.5.1.1Validitas Alat Ukur Self Directed Search (SDS) ………….. 56


(5)

3.4.5.2 Reliabilitas Alat Ukur

3.4.5.2.1Reliabilitas Alat Ukur Self Directed Search (SDS) ……….. 57 3.4.5.2.2Reliabilitas Alat Ukur Position Classification Inventory (PCI) 58 3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1. Populasi Sasaran ……….. 59 3.4.2. Sampel Penelitian

3.4.2.1. Karakteristik Populasi ……… 59 3.6.Tehnik Analisis ……….. 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Responden ……… 61 4.1.1. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………… 61 4.1.2. Gambaran Responden Berdasarkan Masa Bekerja …………. 62 4.1.3. Gambaran Responden Berdasarkan Usia ……… 62 4.1.4. Gambaran Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan 63 4.1.5. Gambaran Responden Berdasarkan Program Studi ………… 63 4.1.6. Gambaran Responden Berdasarkan Status Marital …………. 64 4.2. Gambaran Hasil Penelitian

4.2.1. Gambaran Hasil Penelitian Mengenai Congruence …………. 64 4.2.2. Gambaran Hasil Penelitian Mengenai Differentiation ………. 65 4.2.3. Gambaran Hasil Penelitian Mengenai Consistency …………. 65


(6)

x

4.2.4. Tabulasi Silang Antara Congruence dan Masa Kerja ………. 66

4.2.5. Tabulasi Silang Antara Congruence dan Usia ………. 67

4.2.6. Tabulasi Silang Antara Congruence dan Program Studi ……. 68

4.2.7. Tabulasi Silang Antara Differentiation dan Masa Kerja …….. 69

4.3. Pembahasan ………... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ……… 78

5.2. Saran 5.2.1. Saran Teoritis ………. 79

5.2.2. Saran Praktis ……….. 80

DAFTAR PUSTAKA ……….. 81

DAFTAR RUJUKAN ………. 82 LAMPIRAN


(7)

Tabel 3.1. SDS Summary Code... 55

Tabel 3.2. Cronbach Alpha Coefficients for Self Directed Search (SDS) Scales and Subscales by Mode of Administration ………. 58

Tabel 4.1. Gambaran responden berdasarkan jenis kelamin ……… 61

Tabel 4.2. Gambaran responden berdasarkan masa bekerja …………... 62

Tabel 4.3. Gambaran responden berdasarkan usia ……… 62

Tabel 4.4. Gambaran responden berdasarkan latar belakang pendidikan 63 Tabel 4.5. Gambaran responden berdasarkan program studi ……… 63

Tabel 4.6. Gambaran responden berdasarkan status marital ………. 64

Tabel 4.7. Gambaran hasil penelitian mengenai congruence ……….. 64

Tabel 4.8. Gambaran hasil penelitian mengenai differentiation ………….. 65

Tabel 4.9. Gambaran responden berdasarkan consistency ………. 65

Tabel 4.10. Congruence dan masa kerja ……… 66

Tabel 4.11. Congruence dan usia ………... 67

Tabel 4.12. Congruence dan program studi ………... 68


(8)

xii

DAFTAR SKEMA

Skema 1.1. Kerangka Pemikiran... 20 Skema 2.1. Proses berkembangnya tipe-tipe kepribadian ……….. 29 Skema 3.1. Bagan Penelitian... 46


(9)

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Di Indonesia, terdapat beberapa jenjang pendidikan sekolah. Salah satunya adalah Sekolah Dasar (SD). SD merupakan jenjang pendidikan setelah taman kanak-kanak dan jenjang pendidikan sebelum sekolah menengah pertama (SMP).

SD diperuntukan bagi anak usia 6 sampai 12 tahun yang mempunyai tugas perkembangan tertentu. Menurut Santrock (2006), tugas perkembangan tersebut antara lain, menyesuaikan diri dengan berbagai tantangan yang diberikan oleh lingkungan dan sekolah, serta anak harus menyesuaikannya dengan tantangan yang didapatkannya di rumah. Kehidupan pergaulannya juga sudah mulai berkembang, sehingga anak perlu menyeimbangkan antara kegiatan akademik, aktivitas kelompok dan juga pergaulannya dengan teman-teman sebaya. Selain itu, anak juga mulai belajar untuk bertanggungjawab terhadap tugas-tugas yang diberikan sekolah untuk dikerjakan baik di sekolah maupun di rumah.

Siswa SD dituntut untuk mempunyai berbagai kemampuan yang diperlukan untuk dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan tersebut. Dilihat dari perkembangan kognitif, siswa/i berada pada tahap concrete operational (Piaget, 1989), dimana siswa/i SD telah dapat berpikir secara logis mengenai situasi-situasi konkrit atau nyata dan dapat menunjukkan prinsip bahwa beberapa karakteristik dari suatu objek tetap sama, walaupun tampil dalam bentuk yang berbeda (conservation),


(10)

2

berpikir terbalik (reversibility) mulai dari akhir ke awal kejadian, mengelompokkan objek-objek dalam suatu kategori tertentu (classification) dan menyusun beberapa objek secara berurutan menurut suatu aspek tertentu (seriation), misalnya ukuran, berat atau volume (Anita Woolfolk, 1993). Selain itu, pada perkembangan psikososial (Erickson, 1963), siswa SD berada pada tahap industry versus inferiority, siswa mulai melihat hubungan antara ketekunan dan kesenangan yang didapat saat mampu menyelesaikan tugas. Interaksi dengan peers juga meningkat. Berdasarkan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh siswa SD, maka pengajar di SD diharapkan dapat memiliki kemampuan, minat serta pemilihan aktivitas yang dapat membantunya dalam menghadapi siswa didiknya.

Menurut L. S. Raths (1985), pengajar SD diharapkan dapat menjelaskan, menginformasikan dan menunjukkan suatu materi pembelajaran dengan lebih konkrit agar siswa terbantu untuk mengerti hubungan kausal; korelasi; dan keterkaitan antara materi-materi pembelajaran. Selain itu, pengajar juga diharapkan dapat mengarahkan dan mengurus siswa, mempersatukan kelas, memberikan rasa aman pada siswa, mendiagnosa masalah-masalah dalam proses belajar, dan membuat kurikulum pembelajaran. Pengajar SD juga diharapkan untuk ramah, sabar, menunjukkan pengertian, memberikan kepercayaan, dapat mendorong siswa untuk berusaha mencapai tujuan, mengadakan koreksi, menegur dan menilai (Winkel, 1987).

Tuntutan-tuntutan yang diberikan pada masing-masing pengajar SD sama, sehingga tipe lingkungan kerja antara pengajar SD yang satu dengan yang lain juga sama. Berbeda halnya dengan pengajar jenjang pendidikan SMP, SMA ataupun


(11)

universitas. Masing-masing pengajar dituntut untuk memiliki kemampuan pada mata pelajaran yang berdeda-beda, sesuai dengan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan demikian, tipe lingkungan kerja bagi masing-masing pengajar juga menjadi berbeda antara satu dengan yang lain.

Lembaga pendidikan ‘X’ memiliki visi menjadi lembaga pendidikan Kristen yang unggul dalam Iman, Ilmu dan Pelayanan. Sedangkan misinya adalah mengembangkan potensi peserta didik secara optimal melalui pendidikan dan pengajaran bermutu berdasarkan nilai-nilai Kristiani. Lembaga pendidikan ‘X’ merupakan salah satu sekolah di Bandung yang memiliki prestasi yang baik. Siswa/i SD ‘X’ berprestasi dan seringkali mengikuti dan memenangkan berbagai perlombaan, baik di dalam maupun di luar negeri.

Berdasarkan visi dan misi lembaga pendidikan ‘X’ tersebut, maka dalam menjalani pekerjaannya, pengajar SD ‘X’ memiliki job description agar visi dan misi tersebut dapat tercapai. Dalam memenuhi job description, pengajar SD ‘X’ diharapkan mempunyai kemampuan yang baik dalam berinteraksi dengan siswa/i, para orang tua siswa dan juga rekan sekerjanya, dapat menguasai kelas selama memberikan materi, mampu mendorong siswa/i untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, mempunyai kemampuan untuk menyusun dan membuat tugas-tugas administratif yang diberikan (rencana pembelajaran, laporan kegiatan selama seminggu, sebulan dan selama satu semester, laporan hasil kegiatan belajar yang dijalani oleh siswa/i).


(12)

4

Menurut kepala SD ‘X’ mengatakan bahwa kemampuan yang dimiliki oleh para pengajar SD ‘X’ cukup baik, interaksi para pengajar di SD ‘X’ dengan siswa/i sudah baik, begitu pula dengan kemampuan bersosialisasi, kemampuan mengajar, sabar dan juga tanggung jawab para pengajar. Para pengajar juga cukup mampu memenuhi tuntutan sekolah untuk dapat menyusun rencana pembelajaran, data hasil pembelajaran siswa/i dan mengevaluasi serta menganalisa kegiatan belajar-mengajar yang telah berlangsung. Kepala SD ‘X’ juga mengatakan bahwa para pengajar mempunyai kemampuan mengendalikan kelas dan kemampuan mengarahkan siswa/i untuk mencapai tujuan pembelajaran yang baik, serta ketegasan yang cukup baik.

Walaupun begitu, masih ada saja komplain yang datang baik dari siswa/i, orangtua siswa ataupun juga yayasan. Beberapa siswa/i merasa pengajar di SD ‘X’ galak dan kurang perhatian dengan mereka. Sedangkan orangtua mengeluhkan cara mengajar para pengajar di SD ‘X’ dan juga fasilitas sekolah yang kurang memadai.

Kepala SD ‘X’ mengakui bahwa para pengajar mengalami kesulitan dalam memenuhi

deadline sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh sekolah. Sehingga sesaat sebelum akhir semester, masih banyak indikator pengajaran yang belum selesai atau tercapai.

Menurut John Holland (1997), untuk menampilkan performa kerja yang maksimal diperlukan adanya kesesuaian antara tipe kepribadian dan tipe lingkungan individu, tipe kepribadian sesuai dengan tuntutan kerja yang dihadapi dalam lingkungan kerja. Kesesuaian tipe kepribadian terdiri dari beberapa komponen dalam diri individu, yaitu kemampuan atau kompetensi, minat dan aktivitas-aktivitas yang


(13)

dipilih. Individu yang memiliki kesesuaian antara tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerjanya tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan kerjanya, dapat mengoptimalkan kemampuan, minat dan pemilihan aktivitas dalam pekerjaannya, dan pada akhirnya individu tersebut dapat mencapai kepuasan kerja dan stabilitas kerja. Sebaliknya, apabila tipe kepribadian individu kurang atau tidak sesuai dengan tuntutan yang diberikan oleh lingkungan kerja, maka individu kurang dapat mengoptimalkan kemampuan, minat yang dimilikinya dan pemilihan aktivitas dalam pekerjaannya, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan kerjanya serta kurang merasa puas dengan pekerjaannya dan memiliki stabilitas kerja yang kurang.

Menurut teori yang dipaparkan oleh John Holland (1997), tipe lingkungan kerja yang cocok bagi pengajar SD adalah Social, Artistic dan Enterprising (SAE). Oleh karena itu, tipe kepribadian yang sangat sesuai untuk pengajar SD ‘X’ adalah Social, Artistic dan Enterprising (SAE), karena pekerjaan sebagai pengajar SD menuntut individu untuk memiliki keterampilan dalam bersosialisasi dengan siswa, orangtua siswa dan juga rekan kerja lainnya, senang membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran, dan mempunyai kemampuan dalam mengajar, menyampaikan materi pembelajaran pada siswa. Pengajar SD juga diharapkan merupakan individu yang kooperatif, empatik, bersahabat dan hangat dengan siswa, orangtua siswa dan juga rekan kerja lainnya, sabar dalam menyampaikan materi pembelajaran dan juga dalam menghadapi siswa, bertanggungjawab dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan padanya, dan bijaksana dalam mengambil setiap


(14)

6

keputusan. Dalam teori Holland, karakteristik-karakteristik ini merupakan tipe Social.

Selain itu, pengajar SD juga diharapkan ekspresif dalam menampilkan emosi atau perasaannya, sehingga siswa/i dapat mengetahui perasaan atau emosi tersebut. Pengajar juga diharapkan sensitif dalam mengenali perubahan-perubahan emosi dan tingkah laku siswa/i dan juga imajinatif dalam metode-metode pengajaran yang baru agar siswa/i tidak merasa bosan. Beberapa karakteristik ini merupakan tipe Artistic.

Berikutnya, pengajar SD diharapkan mampu mempersuasi siswa/i dalam rangka mencapai tujuan organisasi pendidikan SD, memiliki keterampilan memimpin kelas, interpersonal dengan pengajar yang lain dan juga keterampilan persuasif, percaya diri, energik, optimistik, senang tampil di depan kelas, asertif dalam menerapkan peraturan pada siswa/i, mempunyai keterampilan memimpin dan berbicara yang baik. Karateristik-karakteristik ini merupakan tipe Enterprising.

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap 5

pengajar SD ‘X’, terdapat 2 pengajar SD ‘X’ yang mempunyai

kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan dalam menjalani tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Mereka dapat menguasai kelas dan mendapatkan perhatian siswa/i selama menyampaikan materi pembelajaran dengan bantuan alat peraga, pemberian games, pemutaran film, melakukan beberapa trik sulap yang sesuai dengan materi pembelajaran yang disampaikan. Hal tersebut membuat siswa/i menjadi antusias untuk mendengarkan materi pembelajaran. Kedua pengajar SD ‘X’ tersebut juga mengaku mempunyai kemampuan yang baik dalam menjelaskan materi


(15)

pembelajaran, komunikatif, bersahabat dengan siswa/i dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk beradaptasi dengan siswa/i yang diajarnya.

Sementara pengajar SD ‘X’ yang lain mengaku mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai pengajar. Pengajar yang pertama mengatakan bahwa dirinya kurang dapat mengatasi siswa yang ‘nakal’ dan terlalu aktif di kelas saat menyampaikan materi pelajaran. Hal yang sama juga dialami oleh pengajar yang kedua yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan deadline yang telah ditentukan oleh sekolah. Selain itu, pengajar kedua juga mengaku mengalami kesulitan saat harus berhadapan dengan siswa yang bermasalah dan orangtuanya. Pengajar kedua merasa banyak siswa yang bermasalah dan orangtuanya tidak dapat diajak untuk bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi oleh siswa tersebut. Sementara itu, pengajar ketiga mengalami kesulitan dalam menghadapi siswa yang tidak tertib, yang sering melanggar peraturan yang telah ditetapkan.

Di lain pihak, melalui survei awal yang dilakukan, didapatkan bahwa kelima pengajar SD ‘X’ yang diwawancara mempunyai ketertarikan yang besar dalam mengajar dan menghadapi anak-anak. Hal tersebut menyebabkan mereka menikmati pekerjaan yang dijalani, walaupun menghadapi beberapa kesulitan dalam berinteraksi dengan siswa/i. Selain itu, kelima pengajar SD ‘X’ tersebut juga memilih beberapa kegiatan yang masih berhubungan dengan dunia mengajar, seperti aktif dalam pelayanan menjadi guru sekolah minggu di gerejanya, menjadi dosen di salah satu universitas di Bandung dan menjadi pengajar di salah satu tempat kursus di Bandung.


(16)

8

Didapatkan bahwa 2 dari 5 pengajar SD ‘X’ yang diwawancara mempunyai tipe kepribadian yang sesuai dengan tipe lingkungan kerjanya. Mereka dapat bersosialisasi dengan baik dengan siswa/i, pengajar yang lain dan para orang tua siswa/i. Selain itu, mereka juga tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas administrasi, seperti membuat rencana pembelajaran (mingguan, bulanan dan selama satu semester) dan juga laporan kegiatan belajar-mengajar, serta laporan hasil pembelajaran masing-masing siswa/i. Kedua pengajar SD ‘X’ tersebut juga dapat menguasai kelas dengan baik, walaupun menemui beberapa kesulitan dalam menghadapi siswa/i yang sangat aktif dan nakal, mereka dapat menemukan metode yang dapat membuat siswa/i antusias, seperti melakukan beberapa trik sulap, menanyangkan film, mengajak siswa/i bermain games dan membawa alat peraga yang berhubungan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.

Di lain pihak, 2 dari 5 pengajar SD ‘X’ yang diwawancara mempunyai tipe kepribadian yang kurang sesuai dengan tipe lingkungan kerjanya. Pengajar pertama dan kedua merasa kesulitan dan juga kewalahan dalam menghadapi siswa/i yang nakal dan sangat aktif di dalam kelas serta mengalami kesulitan dalam menghadapi siswa yang tidak tertib. Namun, tidak mengalami kesulitan dalam membangun relasi yang baik dengan siswa/i, orangtua siswa/i dan juga para pengajar yang lain serta tidak mengalami kesulitan dalam menemukan metode-metode yang tepat dan menarik dalam menyampaikan materi pembelajaran. Sementara itu, pengajar ketiga justru mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas administratif yang diberikan padanya. Pengajar SD ‘X’ tersebut mengeluhkan banyaknya tugas administratif yang


(17)

diberikan padanya, seperti membuat rencana pembelajaran (mingguan, bulanan dan selama satu semester) dan juga laporan kegiatan belajar-mengajar, serta laporan hasil pembelajaran masing-masing siswa/i, dan kesulitan dalam menyelesaikannya sesuai dengan deadline yang telah ditentukan oleh pihak sekolah. Kesulitan untuk berkomunikasi dengan siswa/i yang bermasalah dan orangtuanya pun dirasakan. Walaupun begitu, pengajar SD ‘X’ tersebut tidak mengalami kesulitan dalam menguasai kelas dan memberikan materi pelajaran di kelas.

Kesesuaian tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja (congruence) juga berkaitan dengan derajat hubungan (consistency) antara tipe kepribadian pada pengajar SD ‘X’ dan lingkungan SD tersebut dan juga kejelasan perbedaan (differentiation) antara tipe kepribadian yang satu dengan yang lain pada pengajar SD ‘X’.

Dengan fakta-fakta yang telah diungkapkan sebelumnya, peneliti ingin mengetahui apakah semua pengajar memiliki kombinasi tipe kepribadian Social, Artistic dan Enterprising (SAE)? Apakah banyak diantara pengajar SD yang memiliki kombinasi tipe kepribadian diluar tipe kepribadian Social, Artistic dan Enterprising (SAE)? Seberapa besar kaitan antara congruence dengan consistency dan differentiation?

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui kesesuaian tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja pada pengajar SD ‘X’ di Bandung.


(18)

10

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Melalui penelitian ini ingin diketahui bagaimana kesesuaian tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja pada pengajar SD ‘X’ di Bandung.

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Maksud

Untuk memperoleh gambaran mengenai kesesuaian tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja pengajar SD ‘X’.

1.3.2. Tujuan

- Untuk mengetahui tingkat kesesuaian tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja pengajar SD ‘X’.

- Untuk mengetahui derajat hubungan (consistency) antara tipe kepribadian pada pengajar SD ‘X’ dan lingkungan SD tersebut.

- Untuk mengetahui kejelasan perbedaan (differentiation) tipe kepribadian yang satu dengan yang lain pada pengajar SD ‘X’.

- Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesesuaian tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja pengajar SD ‘X’.


(19)

1.4. KEGUNAAN PENELITIAN 1.4.1. Kegunaan teoritis

- Memberikan informasi mengenai tingkat kesesuaian tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja ke dalam bidang ilmu Psikologi Industri dan Organisasi dan Psikologi Pendidikan.

- Memberikan informasi tambahan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai tingkat kesesuaian tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja.

1.4.2. Kegunaan praktis

- Sebagai bahan pemikiran dan informasi bagi pihak SD ‘X’ mengenai tingkat

kesesuaian tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja pada pengajar SD ‘X’ di Bandung, yang dapat bermanfaat dalam proses Recruitment, Selection dan Placement, sehingga dapat direkrut pengajar SD ‘X’ yang memiliki tipe kepribadian yang sesuai dengan tipe lingkungan kerja pengajar SD dan menunjukkan performance kerja yang baik.

- Sebagai informasi dan bahan pemikiran bagi pengajar SD ‘X’, agar pengajar SD ‘X’ yang memiliki tipe kepribadian yang kurang sesuai dengan tipe lingkungan kerjanya dapat berusaha untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan yang diberikan oleh lingkungan kerjanya. Selain itu, bagi pengajar SD ‘X’ yang memiliki tipe kepribadian yang sesuai dengan tipe lingkungan kerjanya


(20)

12

dapat mengaktualisasikan dirinya dengan maksimal dalam lingkungan kerjanya.

1.5. Kerangka Pemikiran

Pengajar SD ‘X’ berusia 23 sampai 60 tahun, dan telah mengabdi selama 1 tahun, bahkan ada yang telah mengabdi selama 39 tahun. Ditinjau dari tahap perkembangan, pengajar SD ‘X’ berada pada tahap perkembangan dewasa awal, dewasa madya dan dewasa akhir. Menurut Santrock (2006), tahap pada tahap dewasa awal, individu yang berada pada usia awal duapuluh atau pertengahan duapuluh, telah menyelesaikan pendidikan. Mereka biasanya menetapkan jenis pekerjaan tertentu yang akan dijalani dan berusaha keras untuk menemukan pekerjaan yang paling sesuai dengan dirinya. Berada dalam tahap perkembangan dewasa awal, pengajar SD ‘X’ akan memilih jenis pekerjaan tertentu yang sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai atau bahkan tidak sesuai dengan pemilihan aktivitas, minat, dan kemampuan yang dimilikinya. Pengajar SD ‘X’ masih memiliki kemungkinan untuk mengganti pekerjaan yang akan dijalaninya. Sementara itu, pengajar SD ‘X’ yang berada dalam tahap perkembangan dewasa madya dan dewasa akhir telah menetapkan untuk menjalani pekerjaan tertentu yang sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai atau bahkan tidak sesuai dengan pemilihan aktivitas, minat, dan kemampuan yang dimilikinya. Kemungkinan untuk mengganti pekerjaan lebih sedikit.

Pada awalnya, pengajar SD ‘X’ belajar untuk memilih beberapa aktivitas yang berbeda dengan orang lain. Selanjutnya, aktivitas-aktivitas yang dipilihnya tersebut


(21)

menjadi minat yang kuat dalam diri pengajar SD ‘X’ tersebut; minat tersebut yang mengarahkan pengajar SD ‘X’ pada kompetensi yang khusus. Akhirnya minat dan kompetensi ini menciptakan watak pribadi tertentu (kepribadian) yang mengarahkan pengajar SD ‘X’ untuk berpikir, merasakan sesuatu dan bertindak dengan suatu cara tertentu. Menurut John Holland (1997) terdapat beberapa tipe kepribadian, yaitu realistic, investigative, artistic, social, enterprising dan conventional.

Dalam memenuhi tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar, Pengajar SD juga diharapkan merupakan individu yang kooperatif, empatik, bersahabat dan hangat dengan siswa, orangtua siswa dan juga rekan kerja lainnya, sabar dalam menyampaikan materi pembelajaran dan juga dalam menghadapi siswa, bertanggungjawab dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan padanya, dan bijaksana dalam mengambil setiap keputusan. Karakteristik-karakteristik ini merupakan tipe Social.

Selain itu, pengajar SD ‘X’ juga diharapkan ekspresif dalam menampilkan emosi atau perasaannya, sehingga siswa/i dapat mengetahui perasaan atau emosi tersebut. Pengajar juga diharapkan sensitif dalam mengenali perubahan-perubahan emosi dan tingkah laku siswa/i, dapat memikirkan metode-metode pengajaran yang baru agar siswa/i tidak merasa bosan. Selain itu, pengajar SD ‘X’ dengan tipe artistic yang memiliki karakteristik independen, idealistik, emosional, impulsif dan introspektif. Beberapa karakteristik ini merupakan tipe Artistic.

Berikutnya, pengajar SD ‘X’ diharapkan dapat mempersuasi orang lain, yang dalam hal ini adalah siswa/i dalam rangka mencapai tujuan organisasi, memiliki


(22)

14

keterampilan memimpin kelas, interpersonal dengan pengajar yang lain dan juga keterampilan persuasif, percaya diri saat menyampaikan materi pelajaran di depan kelas, energik, optimistik, senang tampil di depan umum (di depan kelas), asertif dalam menerapkan peraturan pada siswa/i, mempunyai keterampilan memimpin dan berbicara yang baik. Karateristik-karakteristik ini merupakan tipe Enterprising.

Selain ketiga tipe kepribadian diatas, pengajar SD ‘X’ juga diharapkan teratur, sistematik dalam menyusun data nilai siswa/i, rencana pembelajaran dan laporan kegiatan belajar-mengajar, serta sistematik dalam menyimpan dokumen-dokumen, menyimpan arsip mengenai siswa/i dan kegiatan belajar-mengajar tersebut. Pengajar SD ‘X’ juga diharapkan patuh terhadap peraturan-peraturan yang berlaku di lembaga pendidikan ‘X’. karakteristik-karakteristik ini merupakan tipe Conventional.

Berikutnya, pengajar SD ‘X’ juga diharapkan mempunyai kemampuan dalam mengamati perkembangan akademik siswa/i dan kemudian menganalisanya, serta mengambil kesimpulan mengenai perkembangan akademik tersebut. Pengajar SD ‘X’ juga diharapkan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga dapat mempelajarinya dan membagikannya kepada siswa/i. beberapa karakteristik ini merupakan tipe Investigative.

Pengajar SD ‘X’ dengan tipe realistic memilih aktivitas-aktivitas yang memerlukan kejelasan, keteraturan atau sistematik pada objek, peralatan, mesin atau hewan, dan kurang menyukai aktivitas-aktivitas dalam bidang pendidikan dan pengobatan. Memiliki kemampuan mekanikal, tehnikal dan atletik. Menikmati pekerjaan dengan menggunakan tangan, alat, mesin dan peralatan-peralatan


(23)

elektronik. Kurang dapat bergaul dengan orang lain dan menganggap pekerjaan-pekerjaan sosial membingungkan.

Dalam perkembangannya, tipe kepribadian para pengajar SD ‘X’ dipengaruhi oleh daya budaya (cultural forces) dan daya pribadi (personal forces). Daya budaya (cultural forces) terdiri dari teman sebaya, hereditas (keturunan) dan orangtua. Sedangkan daya pribadi (personal forces) terdiri dari kelas sosial, budaya dan lingkungan fisik. Daya budaya (cultural forces) dan daya pribadi (personal forces) akan mempengaruhi nilai-nilai yang ada dalam diri pengajar SD ‘X’. Nilai-nilai tersebut direpresentasikan melalui aktivitas, minat atau ketertarikan dan kemampuan (ability), yang pada akhirnya menjadi watak pribadi (tipe kepribadian) dalam diri pengajar SD ‘X’.

Menurut John Holland (1997) agar individu dapat perform dengan optimal di lingkungan kerjanya, individu perlu bekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan tipe kepribadiannya. Begitu pula dengan pengajar SD ‘X’, agar pengajar SD ‘X’ dapat perform dengan optimal di lingkungan kerjanya, pengajar SD ‘X’ perlu bekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan tipe kepribadiannya. Tipe lingkungan kerja yang sesuai dengan pengajar SD ‘X’ adalah Social, Artistic dan Enterprising (SAE). Lingkungan social digolongkan sebagai lingkungan yang dipenuhi oleh tuntutan dan kesempatan untuk memberi informasi, melatih, mengembangkan, atau menyembuhkan. Menuntut pengajar SD ‘X’ untuk menjelaskan, menginformasikan dan menunjukkan suatu materi pembelajaran dengan lebih konkrit agar siswa/i


(24)

16

terbantu untuk mengerti hubungan kausal; korelasi; dan keterkaitan antara materi-materi pembelajaran.

Lingkungan artistic digolongkan sebagai lingkungan yang dipenuhi oleh tuntutan dan kesempatan yang memerlukan aktivitas-aktivitas yang ambigu, bebas, tidak sistematik dan kompetensi untuk menciptakan karya seni atau produk. Lingkungan artistic menuntut pengajar SD ‘X’ untuk kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran, agar metode penyampaian materi pembelajaran lebih variatif, sehingga siswa/i tidak merasa bosan.

Sedangkan lingkungan enterprising digolongkan sebagai lingkungan yang dipenuhi oleh tuntutan dan kesempatan yang memerlukan kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi atau pribadi. Lingkungan enterpresing menuntut pengajar SD ‘X’ untuk mengarahkan dan mengurus siswa/i, mempersatukan kelas, memberikan rasa aman pada siswa/i, mendiagnosa masalah-masalah dalam proses belajar.

Dikarenakan tipe lingkungan kerja pengajar SD ‘X’ adalah Social, Artistic dan Enterprising (SAE), maka diharapkan pengajar SD ‘X’ memiliki tipe kepribadian Social, Artistic dan Enterprising (SAE). Pengajar SD ‘X’ perlu menjadi pengajar yang suka menolong dan memahami orang lain, dalam menghadapi anak-anak didiknya. Selain itu, pengajar juga perlu kreatif dalam menentukan metode-metode penyampaian materi pembelajaran di kelas. Kemudian, pengajar juga perlu memiliki kepercayaan diri, keterampilan berbicara yang baik, dan yang tak kalah penting,


(25)

pengajar perlu memiliki kemampuan untuk mengarahkan anak didiknya dalam mencapai tujuan, misalnya mengerjakan tugas.

Interaksi antar tipe kepribadian dengan tipe lingkungan kerja akan memperlihatkan ketidaksesuaian dan kesesuaian. Interaksi tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja yang memperlihatkan ketidaksesuiaian dikarenakan oleh adanya kemungkinan pengajar SD ‘X’ memiliki tipe kepribadian yang lain, yaitu Realistic, Investigative dan Conventional.

Interaksi tipe lingkungan kerja yang tidak sesuai akan membuat pengajar SD ‘X’ kurang mampu dalam menyesuaikan dirinya dengan baik, berelasi dengan lingkungannya dan mengoptimalkan dirinya dalam kehidupan pribadi, pendidikan dan pekerjaan. Hasil interaksi tersebut umumnya bersifat negatif dan tidak sesuai dengan keinginan pengajar SD ‘X’ yang bersangkutan, dapat menyebabkan hasil buruk, ketidakpuasan dan perubahan lingkungan atau kepribadian diri. Pengajar SD ‘X’ merasa dirinya tidak berada di lingkungan kerja yang tepat dan tidak dihargai.

Di lain pihak, interaksi tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja yang sesuai akan membuat pengajar SD ‘X’ dapat menyesuaikan dirinya dengan baik dan mengoptimalkan dirinya terutama dalam pekerjaannya. Apabila nilai kesesuaian tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja 0,0 – 0,25 yang berarti memiliki sebagian besar tipe kepribadian yang kurang sesuai dengan tipe lingkungan kerja pengajar SD atau tidak memiliki kesesuaian, maka pengajar SD ‘X’ memerlukan usaha yang sangat

besar agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan SD ‘X’ dan untuk


(26)

18

kepribadian dan tipe lingkungan kerja 0,26 – 0,50 yang berarti sebagian dari tipe kepribadian yang dimiliki oleh pengajar SD ‘X’ kurang sesuai dengan tipe lingkungan kerjanya. Hal tersebut berarti pengajar SD ‘X’ memerlukan usaha yang cukup besar untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan yang diberikan oleh lingkungan SD ‘X’. Selanjutnya, apabila nilai kesesuaian tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja 0,51 – 0,75 yang berarti sebagian besar dari tipe kepribadian yang dimiliki pengajar SD ‘X’ sesuai dengan tipe lingkungan kerja pengajar SD, pengajar SD ‘X’ dapat lebih baik dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan SD ‘X’ dan dapat dengan baik mengoptimalkan kompetensi yang dimilikinya. Akhirnya, apabila nilai kesesuaian tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja 0,76 – 0,99 yang berarti tipe kepribadian pengajar SD ‘X’ sangat sesuai dengan lingkungan kerjanya. Hal tersebut berarti pengajar SD ‘X’ dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya dan dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan tuntutan yang diberikan oleh lingkungan kerjanya.

Selain itu, menurut John Holland (1997), pencapaian atau prestasi individu di tempat kerja, secara positif berasosiasi dengan derajat hubungan antara tipe kepribadian yang satu dengan yang lain (consistency) dan perbedaan derajat masing-masing tipe kepribadian yang jelas (differentiation) ketika tipe kepribadian individu sesuai dengan tipe lingkungan kerjanya. Consistency diartikan sebagai derajat hubungan antara tipe kepribadian. Diantara individu, beberapa pasangan tipe lebih berhubungan dekat satu dengan yang lain dibandingkan dengan tipe yang lain.


(27)

Sementara itu, differentiation diartikan sebagai kejelasan perbedaan antara tipe kepribadian yang satu dengan yang lain.

Pengajar SD ‘X’ dengan kesesuaian tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja (congruence), derajat hubungan yang dekat antara tipe kepribadian yang satu dengan yang lain (consistency) dan perbedaan derajat masing-masing tipe kepribadian yang jelas atau lebih jauh (differentiation) cenderung menunjukkan tingkah laku yang lebih terprediksi dan lebih mudah untuk dimengerti.

Dalam penelitian ini, kesesuaian tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja pengajar SD ‘X’ dapat dilihat dari empat derajat, yaitu paling sesuai, sesuai, kurang sesuai dan tidak sesuai. Untuk lebih jelasnya, berikut bagan kerangka pemikiran penelitian ini :


(28)

20

Skema 1.1. Kerangka Pemikir Pengajar SD ‘X’

di Bandung - Aktivitas - Minat - Ability Tipe Kepribadian - Realistic - Investigative - Artistic - Social - Enterprising - Conventional Personal force

- Kelas sosial - Lingkungan

fisik

- Budaya dalam keluarga

Cultural force - Hereditas

(keturunan) - Orangtua - Teman sebaya

Tipe Lingkungan Kerja Pengajar SD ‘X’ Social, Artistic dan Enterprising (SAE) Tingkat Kesesuaian - Consistency - Differentiation Sangat Sesuai Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai


(29)

1.6. Asumsi

- Tuntutan lingkungan kerja untuk pengajar SD ‘X’ adalah menjelaskan dan menginformasikan suatu materi pembelajaran pada siswa/i, kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran, memiliki keterampilan memimpin kelas, memiliki keterampilan interpersonal dengan pengajar yang lain dan juga keterampilan persuasif, serta percaya diri saat menyampaikan materi pelajaran di depan kelas.

- Dari tuntutan lingkungan kerja tersebut, maka tipe lingkungan kerja yang sesuai dengan pengajar SD ‘X’ adalah Social, Artistic dan Enterprising (SAE).

- Dikarenakan tipe lingkungan kerja adalah Social, Artistic dan Enterprising (SAE), maka tipe kepribadian yang sangat sesuai adalah Social, Artistic dan Enterprising (SAE), Social, Artistic dan Realistic (SAR), Social, Artistic dan Investigative (SAI), Social, Artistic dan Conventional (SAC).

- Kesesuian antara tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja memungkinkan pengajar SD ‘X’ untuk mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya.


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat kesesuaian tipe kepribadian

dan tipe lingkungan kerja pada pengajar SD ‘X” di Bandung, maka disimpulkan hal

-hal berikut ini :

1. Sebagian besar pengajar SD ‘X’ memiliki tipe kepribadian yang sesuai dengan tipe lingkungan kerjanya, hal tersebut berarti pengajar SD ‘X’ tersebut dapat lebih baik dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan

SD ‘X’ dan dapat dengan baik mengoptimalkan kompetensi yang

dimilikinya.

2. Semakin lama masa kerja yang telah ditempuh dan usia pengajar SD ‘X’, maka semakin sesuai pula tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja (congruence) pengajar SD ‘X’. Semakin semakin lama masa kerja dan semakin senior usia pengajar SD ‘X’, dengan demikian semakin banyak pula pengalaman yang didapatkan dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga semakin sesuai pula tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerjanya.

3. Tingkat kesesuaian tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja (congruence) pengajar SD ‘X’ memiliki kaitan dengan program studi yang


(31)

pendidikan dengan program studi pendidikan memiliki memiliki pengetahuan mengenai materi pembelajaran yang akan diberikan untuk siswa/i didik dan juga pengetahuan mengenai metode-metode yang tepat untuk menyampaikan materi-materi pembelajaran tersebut yang berguna dalam memenuhi tuntutan lingkungan kerja.

5.2. Saran

5.2.1. Saran Teoritis

Berdasarkan penemuan peneliti selama melakukan penelitian, berikut beberapa saran-saran teoritis yang sekiranya dapat bermanfaat, antara lain :

1. Faktor-faktor yang memiliki kaitan dengan tingkat kesesuaian antara tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja dapat diteliti lebih lanjut lagi, sehingga dapat memperoleh gambaran lebih rinci.

2. Dapat pula diteliti mengenai korelasi antara congruence, consistency, dan differentiation.

3. Untuk mengetahui tipe lingkungan kerja yang tepat untuk suatu kelompok sampel, selain menggunakan Position Classification Inventory (PCI) dan job finder, dapat juga diperoleh melalui penjelasan mengenai job description dan tuntutan kerja.


(32)

80

5.2.2. Saran Praktis

Berdasarkan penemuan peneliti selama melakukan penelitian, berikut beberapa saran praktis yang sekiranya dapat bermanfaat, yaitu :

1. Pihak SD ‘X’ dapat menggunakan alat ukur salah satunya Self-directed Search (SDS) dalam dalam proses Recruitment, Selection dan Placement calon-calon pengajar SD ‘X’.

2. Pihak SD ‘X” dapat memberikan pelatihan dan sertifikasi pada para pengajar

agar dapat memperoleh tambahan kompetensi yang berguna bagi mereka dalam memenuhi tuntutan-tuntutan yang diberikan oleh pihak sekolah.

3. Pihak lembaga pendidikan ‘X’ dapat merancang sistem pemberian

penghargaan bagi pengajar SD ‘X’ yang dapat memenuhi tuntutan kerja yang

diberikan, dan juga memberikan sanksi bagi pengajar yang kurang atau tidak dapat memenuhi tuntutan kerja yang diberikan. Hal ini dilakukan agar terjadi


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Holland, John L. 1997. Making Vocational Choices : A Theory of Vocational Personalities and Work Environment 3rd edition. Florida : Psychological Assessment Resources, Inc.

Lemme, Barbara H. 1995. Development in Adulthood. Boston : Allyn Bacon.

Santrock, John W. 2006. Life-span Development 10th edition. New York : Mc. Graw Hill.

Winkel, W. S. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta : PT. Gramedia.

Woolfolk, Anita E. 1980. Educational Psychology 5th edition. Boston : Allyn and Bacon.


(34)

82 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Wulandari, Ira. 2005. Studi Mengenai Hubungan Antara Tingkat Kesesuaian Tipe Kepribadian dan Tipe Lingkungan Kerja Dengan Hasil Kerja (Suatu Penelitian Mengenai Hubungan Antara Tingkat Kesesuaian Tipe Kepribadian dan Tipe Lingkungan Kerja Social, Enterpresing, Conventional Pada Customer Service Bank ‘X’ di Bandung). Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.


(1)

21

1.6. Asumsi

- Tuntutan lingkungan kerja untuk pengajar SD ‘X’ adalah menjelaskan dan menginformasikan suatu materi pembelajaran pada siswa/i, kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran, memiliki keterampilan memimpin kelas, memiliki keterampilan interpersonal dengan pengajar yang lain dan juga keterampilan persuasif, serta percaya diri saat menyampaikan materi pelajaran di depan kelas.

- Dari tuntutan lingkungan kerja tersebut, maka tipe lingkungan kerja yang sesuai dengan pengajar SD ‘X’ adalah Social, Artistic dan Enterprising (SAE).

- Dikarenakan tipe lingkungan kerja adalah Social, Artistic dan Enterprising (SAE), maka tipe kepribadian yang sangat sesuai adalah Social, Artistic dan Enterprising (SAE), Social, Artistic dan Realistic (SAR), Social, Artistic dan Investigative (SAI), Social, Artistic dan Conventional (SAC).

- Kesesuian antara tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja memungkinkan pengajar SD ‘X’ untuk mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya.


(2)

78 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat kesesuaian tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja pada pengajar SD ‘X” di Bandung, maka disimpulkan hal -hal berikut ini :

1. Sebagian besar pengajar SD ‘X’ memiliki tipe kepribadian yang sesuai dengan tipe lingkungan kerjanya, hal tersebut berarti pengajar SD ‘X’ tersebut dapat lebih baik dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan SD ‘X’ dan dapat dengan baik mengoptimalkan kompetensi yang dimilikinya.

2. Semakin lama masa kerja yang telah ditempuh dan usia pengajar SD ‘X’, maka semakin sesuai pula tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja (congruence) pengajar SD ‘X’. Semakin semakin lama masa kerja dan semakin senior usia pengajar SD ‘X’, dengan demikian semakin banyak pula pengalaman yang didapatkan dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga semakin sesuai pula tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerjanya.

3. Tingkat kesesuaian tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja (congruence) pengajar SD ‘X’ memiliki kaitan dengan program studi yang diambil oleh pengajar SD ‘X’. Pengajar SD ‘X’ dengan latar belakang


(3)

79

pendidikan dengan program studi pendidikan memiliki memiliki pengetahuan mengenai materi pembelajaran yang akan diberikan untuk siswa/i didik dan juga pengetahuan mengenai metode-metode yang tepat untuk menyampaikan materi-materi pembelajaran tersebut yang berguna dalam memenuhi tuntutan lingkungan kerja.

5.2. Saran

5.2.1. Saran Teoritis

Berdasarkan penemuan peneliti selama melakukan penelitian, berikut beberapa saran-saran teoritis yang sekiranya dapat bermanfaat, antara lain :

1. Faktor-faktor yang memiliki kaitan dengan tingkat kesesuaian antara tipe kepribadian dan tipe lingkungan kerja dapat diteliti lebih lanjut lagi, sehingga dapat memperoleh gambaran lebih rinci.

2. Dapat pula diteliti mengenai korelasi antara congruence, consistency, dan differentiation.

3. Untuk mengetahui tipe lingkungan kerja yang tepat untuk suatu kelompok sampel, selain menggunakan Position Classification Inventory (PCI) dan job finder, dapat juga diperoleh melalui penjelasan mengenai job description dan tuntutan kerja.


(4)

80

Universitas Kristen Maranatha 5.2.2. Saran Praktis

Berdasarkan penemuan peneliti selama melakukan penelitian, berikut beberapa saran praktis yang sekiranya dapat bermanfaat, yaitu :

1. Pihak SD ‘X’ dapat menggunakan alat ukur salah satunya Self-directed Search (SDS) dalam dalam proses Recruitment, Selection dan Placement calon-calon pengajar SD ‘X’.

2. Pihak SD ‘X” dapat memberikan pelatihan dan sertifikasi pada para pengajar agar dapat memperoleh tambahan kompetensi yang berguna bagi mereka dalam memenuhi tuntutan-tuntutan yang diberikan oleh pihak sekolah.

3. Pihak lembaga pendidikan ‘X’ dapat merancang sistem pemberian

penghargaan bagi pengajar SD ‘X’ yang dapat memenuhi tuntutan kerja yang diberikan, dan juga memberikan sanksi bagi pengajar yang kurang atau tidak dapat memenuhi tuntutan kerja yang diberikan. Hal ini dilakukan agar terjadi proses pembelajaran dalam diri pengajar SD ‘X’.


(5)

81 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Holland, John L. 1997. Making Vocational Choices : A Theory of Vocational

Personalities and Work Environment 3rd edition. Florida : Psychological

Assessment Resources, Inc.

Lemme, Barbara H. 1995. Development in Adulthood. Boston : Allyn Bacon.

Santrock, John W. 2006. Life-span Development 10th edition. New York : Mc. Graw Hill.

Winkel, W. S. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta : PT. Gramedia.

Woolfolk, Anita E. 1980. Educational Psychology 5th edition. Boston : Allyn and Bacon.


(6)

82 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Wulandari, Ira. 2005. Studi Mengenai Hubungan Antara Tingkat Kesesuaian Tipe Kepribadian dan Tipe Lingkungan Kerja Dengan Hasil Kerja (Suatu Penelitian Mengenai Hubungan Antara Tingkat Kesesuaian Tipe Kepribadian dan Tipe Lingkungan Kerja Social, Enterpresing, Conventional Pada Customer Service Bank ‘X’ di Bandung). Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.


Dokumen yang terkait

Studi Deskriptif Mengenai Kesesuaian Antara Tipe Kepribadian dengan Tipe Lingkungan Kerja pada Bagian Machining di PT "X" Bandung.

0 2 37

Studi Deskriptif Mengenai Tingkat Kesesuaian Tipe Kepribadian Dengan Tipe Lingkungan Studi Pada Mahasiswa Semester I Fakultas Psikologi Universitas "X" Bandung.

0 0 29

Studi Deskriptif Mengenai Tingkat Kesesuaian Antara Tipe Kepribadian dengan Tipe Lingkungan Kerja Pada Guru TK "X" Bandung.

0 0 96

Studi Deskriptif Mengenai Kesesuaian Antara Tipe Kepribadian Mahasiswa Psikologi Angkatan 2008 Dengan Tipe Lingkungan Belajar Psikologi di Universitas Kristen Maranatha Bandung.

0 0 29

Hubungan Tingkat Kesesuaian Tipe Kepribadian dan Tipe Lingkungan Kerja Enterprising, Conventional dan Social Dengan Hasil Kerja Pada Agen Asuransi Jiwa "X" di Jakarta.

0 0 89

Suatu Penelitian Mengenai Hubungan Antara Tingkat Kesesuaian Tipe Kepribadian dan Tipe Lingkungan Pekerjaan dengan Sikap Kerja pada Penyiar Radio Remaja di Bandung.

0 0 60

Studi Mengenai Hubungan Antara Tingkat Kongruensi Tipe Kepribadian dan Tipe Lingkungan Kerja dengan Kepuasan Kerja (Suatu Penelitian Korelasional Antara Tingkat Kongkuensi Tipe Kepribadian dan Tipe Lingkungan Kerja Realistic, Social, dan Investigative den

0 0 77

Studi Mengenai Hubungan Antara Tingkat Kesesuaian Tipe Kepribadian dan Tipe Lingkungan Kerja Dengan Hasil Kerja (Suatu Penelitian Mengenai Hubungan Antara Tin gkat Kesesuaian Tipe Kepribadian dan Tipe Lingkungan Kerja Social, Enterprising, Conventional pa

0 0 80

Studi Mengenai Hubungan Antara Tingkat Kesesuaian Tipe Kepribadian dan Tipe Lingkungan Kerja Dengan Hasil Kerja (Suatu Penelitian Mengenai Hubungan Antara Tin gkat Kesesuaian Tipe Kepribadian dan Tipe Lingkungan Kerja Social, Enterprising, Conventional pa

0 0 41

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Studi Mengenai Hubungan Antara Tingkat Kesesuaian Tipe Kepribadian dan Tipe Lingkungan Kerja Dengan Hasil Kerja (Suatu Penelitian Mengenai Hubungan Antara Tin gkat Kesesuaian Tipe Kepribadian dan Tipe Lingkun

0 0 26