Pengaruh Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon (Musa paradisiaca, L. forma sapientum, L.) Dalam Mempercepat Durasi Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Swiss Webster Betina.

(1)

iv ABSTRAK

PENGARUH EKSTRAK ETANOL KULIT PISANG AMBON (Musa paradisaca, L. forma sapientum, L.) DALAM MEMPERCEPAT DURASI

PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT SWISS WEBSTER BETINA

Jesica Supriadi, 2012. Pembimbing I: FenTih, dr., M.Kes

Pembimbing II : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes

Luka yang luas sering mengakibatkan disabilitas bahkan kematian. Penanganan luka menggunakan povidone iodine dapat memperlambat penyembuhan luka. Sebagai alternatif digunakan tanaman obat seperti kulit pisang.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon (EEKPA) dalam mempercepat durasi penyembuhan luka insisi. Penelitian ini bersifat eksperimental sungguhan. Hewan coba yang digunakan adalah 25 ekor mencit Swiss Webster betina yang dibagi secara acak (n=5) menjadi 5 kelompok perlakuan. Setelah dilakukan insisi luka sepanjang 8 mm pada kulit paha belakang, masing-masing kelompok diberi EEKPA 5%, EEKPA 10%, EEKPA 20%, Carboxymethyl Cellulose (CMC) 1% sebagai kontrol, dan kloramfenikol sebagai pembanding secara topikal setiap hari selama 7 hari. Data yang diukur adalah durasi penyembuhan luka insisi dalam hari. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Difference) dengan α = 0,05, kemaknaan berdasarkan nilai p < 0,05 menggunakan program komputer.

Hasil penelitian menunjukkan durasi penyembuhan luka insisi dalam hari pada EEKPA 10% (5,6) dibandingkan dengan kelompok CMC 1% (6,8) menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dengan p = 0,022. EEKPA 5% (5,8) dan 20% (6,2) tidak bermakna dengan p = 0,051 dan p = 0,227.

Simpulan adalah Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon berpengaruh dalam mempercepat durasi penyembuhan luka insisi terutama konsentrasi 10%.


(2)

v ABSTRACT

THE EFFECT OF AMBON BANANA PEEL ETHANOL EXTRACT (Musa paradisaca, L. forma sapientum, L.) IN ACCELERATING INCISION

WOUND HEALING ON FEMALE SWISS WEBSTER MICE Jesica Supriadi, 2012.

1st Tutor : Fen Tih, dr., M.Kes

2nd Tutor : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes

Wounds often cause disability even death. Studies showed that treating wounds using povidone iodine could inhibit wound healing process. Medical plants, such as banana peel, can be used as an alternative treatment.

The purpose of this experiment was to evaluate the effect of ambon banana peel ethanol extract in accelerating incision wound healing.

This study was purely experimental and used 25 female Swiss Webster mice which were divided randomly into 5 groups. An 8mm incision wound was made on back thigh skin then group was treated topically with the extract (5%, 10%, and 20%) for 7 days. CMC 1% was used for control and chloramphenicol for comparison. Duration of incision wound healing was measured and analyzed using one way ANAVA continued with LSD (Least Significant Difference) with α = 0,05 using computer program.

The results showed that 10% concentration indicated significance difference compared with CMC 1% (p = 0,022). While 5% and 20% concentration weren’t significantly different with p = 0,051 and p = 0, 227.

The conclusion was ambon banana peel ethanol extract had effect in accelerating incision wound healing especially with 10% concentration.


(3)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK……… iv

ABSTRACT………. v

KATA PENGANTAR………. vi

DAFTAR ISI………. viii

DAFTAR TABEL………. xi

DAFTAR GAMBAR……… xii

DAFTAR LAMPIRAN………. xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang………... 1

1.2 Identifikasi Masalah……….. 3

1.3 Maksud dan Tujuan………... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah……….. 4

1.5 Kerangka Pemikiran……….. 4

1.6 Hipotesis Penelitian………... 5

1.7 Metodologi Penelitian……….... 5

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian………. 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Integumentum……… 6

2.1.1 Komponen Integumentum……… 6

2.1.2 Fisiologi Kulit………... 8

2.2 Kulit………... 11

2.2.1 Lapisan Epidermis……… 11

2.2.2 Lapisan Dermis………. 13

2.3 Luka………... 14

2.3.1 Definisi………. 14

2.3.2 Klasifikasi Luka……… 14


(4)

ix

2.3.3.1 Fase Inflamasi……….. 15

2.3.3.2 Fase Proliferasi……… 20

2.3.3.3 Remodeling Phase & Wound Contraction….. 23

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka……….. 25

2.4 Kloramfenikol……… 30

2.4.1 Efek Antimikroba………. 30

2.4.2 Efek Samping Kloramfenikol……….. 30

2.5 Pisang Ambon (Musa paradisiaca, L. forma sapientum, L.)………… 31

2.5.1 Sejarah dan Distribusi Pisang……….. 31

2.5.2 Taksonomi Pisang……… 32

2.5.3 Deskripsi Tanaman Pisang……… 32

2.5.4 Jenis-jenis Pisang………. 34

2.5.5 Manfaat Pisang………. 34

2.5.6 Kandungan Kimia Kulit Pisang……… 35

2.5.7 Pengaruh Kulit Pisang terhadap Proses Penyembuhan Luka……….. 37

BAB III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan/Subjek Penelitian……… 39

3.1.1 Bahan dan Alat Penelitian……… 39

3.1.2 Subjek Penelitian……… 39

3.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian……… 40

3.2 Metode Penelitian……… 40

3.2.1 Desain Penelitian……… 40

3.2.2 Variabel Penelitian………. 40

3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel……… 40

3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel……… 40

3.2.3 Besar Sampel Penelitian……….. 41


(5)

x

3.2.4.1 Pengumpulan dan Persiapan Bahan Uji……… 42

3.2.4.2 Persiapan Hewan Coba………. 42

3.2.4.3 Prosedur Penelitian……… 42

3.2.5 Cara Pemeriksaan……… 43

3.2.6 Metode Analisis……….. 43

3.2.7 Aspek Etik Penelitian………. 44

3.3 Tahap Rencana Kegiatan……….. 45

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian……….. 46

4.2 Pembahasan……… 49

4.3 Uji Hipotesis……… 51

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Utama……… 52

5.2 Simpulan Tambahan………. 52

5.3 Saran………. 52

DAFTAR PUSTAKA……… 53

LAMPIRAN……….. 57


(6)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Luka……….. 14 Tabel 2.2 Mediator-mediator Inflamasi Akut………. 19 Tabel 2.3 Kriteria Kematangan Pisang……… 33 Tabel 4.1 Rerata Penyembuhan Luka pada Kelima Kelompok

Perlakuan………. 46

Tabel 4.2 Perbedaan Rerata Lama Penyembuhan Luka Insisi Antar

Kelompok Perlakuan………. 47


(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sistem Integumen………. 8

Gambar 2.2 Epidermis pada Kulit Tipis……….. 12

Gambar 2.3 Epidermis pada Kulit Tebal………. 13

Gambar 2.4 Proses Penyembuhan Luka Normal………. 25

Gambar 2.5 Pisang……… 32

Gambar 2.6 Bagan Pengaruh Kulit Pisang terhadap Proses Penyembuhan Luka………. 37


(8)

xiii LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Hasil Penelitian………. 57 Lampiran 2 Hasil Uji Statistik……….. 59 Lampiran 3 Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon………….. 61

Lampiran 4 Gambar……….. 63


(9)

57

LAMPIRAN I

DATA HASIL PENELITIAN

Panjang Luka Insisi Pada Mencit (mm) dari Hari ke Hari

1. Kelompok Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon (EEKPA) 5% Hari Mencit 1

(mm) Mencit 2 (mm) Mencit 3 (mm) Mencit 4 (mm) Mencit 5 (mm)

1 4,10 4,40 4,70 2,90 3,35

2 3,50 3,60 2 2,60 3,30

3 1,80 1,55 1,95 1,05 1,65

4 1,00 1,00 1,00 0,70 0,60

5 0,20 0,90 0,05 0 0

6 0,15 0 0 0 0

7 0 0 0 0 0

2. Kelompok Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon (EEKPA) 10%

Hari Mencit 1 (mm) Mencit 2 (mm) Mencit 3 (mm) Mencit 4 (mm) Mencit 5 (mm)

1 4,85 2,90 3,70 4,30 2,95

2 2,10 1,80 2,50 3,80 2,70

3 1,80 1,30 2,30 1,95 0,80

4 1,45 1,20 1,20 0,50 0,70

5 0,90 0 0,50 0 0

6 0,50 0 0 0 0


(10)

58

3. Kelompok Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon (EEKPA) 20% Hari Mencit 1

(mm) Mencit 2 (mm) Mencit 3 (mm) Mencit 4 (mm) Mencit 5 (mm)

1 3,60 4,25 3,80 3,70 4,50

2 3,30 3,20 3,25 2,00 4,20

3 1,30 1,10 0,85 1,90 2,20

4 1,10 1,00 0,70 1,30 1,60

5 0 0 0,50 0,90 0,30

6 0 0 0,30 0,60 0,30

7 0 0 0 0 0

4. Kelompok Kontrol (Carboxymethyl Cellulose 1%) Hari Mencit 1

(mm) Mencit 2 (mm) Mencit 3 (mm) Mencit 4 (mm) Mencit 5 (mm)

1 6,00 6,10 5,20 6,35 4,20

2 5,25 2,60 4,80 6,30 3,75

3 3,80 2,60 2,00 2,60 2,80

4 2,60 1,70 1,40 2,40 2,40

5 2,40 1,60 1,00 1,10 2,00

6 0,70 0,20 0 0,30 0,50

7 0 0 0 0 0

5. Kelompok Pembanding ( Kloramfenikol Tetes Mata) Hari Mencit 1

(mm) Mencit 2 (mm) Mencit 3 (mm) Mencit 4 (mm) Mencit 5 (mm)

1 5,40 7,60 4,90 6,85 6,80

2 4,10 4,20 4,20 5,50 5,30

3 1,80 1,95 1.90 0,95 4,95

4 1,10 0,50 0,75 0,50 1,30

5 0 0 0 0 0

6 0 0 0 0 0


(11)

59

LAMPIRAN 2 HASIL UJI STATISTIK

Oneway

Descriptives Hari

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

EEKPA 5% 5 5.8000 .83666 .37417 4.7611 6.8389 5.00 7.00

EEKPA 10% 5 5.6000 .89443 .40000 4.4894 6.7106 5.00 7.00

EEKPA 20% 5 6.2000 1.09545 .48990 4.8398 7.5602 5.00 7.00

kloramfenikol 5 5.0000 .00000 .00000 5.0000 5.0000 5.00 5.00

CMC 1% 5 6.8000 .44721 .20000 6.2447 7.3553 6.00 7.00

Total 25 5.8800 .92736 .18547 5.4972 6.2628 5.00 7.00

Test of Homogeneity of Variances Hari

Levene Statistic df1 df2 Sig.

7.583 4 20 .001

ANOVA Hari

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 9.040 4 2.260 3.897 .017

Within Groups 11.600 20 .580


(12)

60

Multiple Comparisons Hari

LSD

(I) kelompok (J) kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

EEKPA 5% EEKPA 10% .20000 .48166 .682 -.8047 1.2047

EEKPA 20% -.40000 .48166 .416 -1.4047 .6047

Kloramfenikol .80000 .48166 .112 -.2047 1.8047

CMC 1% -1.00000 .48166 .051 -2.0047 .0047

EEKPA 10% EEKPA 5% -.20000 .48166 .682 -1.2047 .8047

EEKPA 20% -.60000 .48166 .227 -1.6047 .4047

Kloramfenikol .60000 .48166 .227 -.4047 1.6047

CMC 1% -1.20000* .48166 .022 -2.2047 -.1953

EEKPA 20% EEKPA 5% .40000 .48166 .416 -.6047 1.4047

EEKPA 10% .60000 .48166 .227 -.4047 1.6047

Kloramfenikol 1.20000* .48166 .022 .1953 2.2047

CMC 1% -.60000 .48166 .227 -1.6047 .4047

Kloramfenikol EEKPA 5% -.80000 .48166 .112 -1.8047 .2047

EEKPA 10% -.60000 .48166 .227 -1.6047 .4047

EEKPA 20% -1.20000* .48166 .022 -2.2047 -.1953

CMC 1% -1.80000* .48166 .001 -2.8047 -.7953

CMC 1% EEKPA 5% 1.00000 .48166 .051 -.0047 2.0047

EEKPA 10% 1.20000* .48166 .022 .1953 2.2047

EEKPA 20% .60000 .48166 .227 -.4047 1.6047

Kloramfenikol 1.80000* .48166 .001 .7953 2.8047


(13)

61

LAMPIRAN 3

PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL KULIT PISANG AMBON

I. Pembuatan Simplisia Kering

Iris atau Rajang bahan baku dengan ketebalan 1-2 cm, kemudian masukkan ke dalam oven dengan suhu 50oC, lalu diamkan selama 2-3 hari. Setelah kering, haluskan simplisia menggunakan alat grinding.

II. Pembuatan Ekstrak Menggunakan Pelarut Organik Alat dan bahan :

1. Maserator

2. Simplisia (bahan baku) 3. Pelarut organik (etanol) 4. Kapas

5. Rotasi Evaporator Cara Pembuatan :

Masukkan simplisia (bahan baku) yang telah dihaluskan ke dalam maserator yang telah diberi kapas pada bagian alasnya, lalu diamkan selama 24 jam, kemudian keluarkan dari outlet di bawah maserator. Apabila masih ada serbuk yang terbawa, saring dengan menggunakan kertas saring. Larutan ini disebut ekstrak encer. Tambahkan pelarut baru (Etanol 90%) ke dalam ampas yang ada di dalam maserator, begitu seterusnya sampai pelarut yang keluar dari outlet maserator tidak berwarna lagi (biasanya 5-6 kali rendaman). Pekatkan ekstrak encer yang didapat dari maserator menggunakan alat Rotari Evaporator sampai pekat atau sampai tidak ada lagi pelarut yang menetes di kondensor Rotari Evaporator. Ekstrak pekat biasanya berbentuk pasta.


(14)

62

Rendemen Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon 10% Berat Bahan : 363 gram

Berat Ekstrak : 104,008 gram

Rendemen Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon 20% Berat Bahan : 363 gram


(15)

63

LAMPIRAN IV GAMBAR

Mencit dalam kandang berisi sekam Penyayatan luka padi

Perawatan luka Pengukuran luka


(16)

64

LAMPIRAN V Surat Komisi Etik


(17)

65

RIWAYAT HIDUP

- Nama : Jesica Supriadi

- Nomor Pokok Mahasiswa : 0910156

- Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 28 April 1991

- Alamat : Jalan Pungkur No. 52-54 Bandung - Riwayat Pendidikan :

1. 1997 lulus Taman Kanak-Kanak Kristen Bina Bakti Bandung 2. 2003 lulus Sekolah Dasar Kristen Bina Bakti II Bandung

3. 2006 lulus Sekolah Menengah Kristen 1 BPK Penabur Bandung 4. 2009 lulus Sekolah Menengah Atas Kristen 1 BPK Penabur Bandung 5. 2009 Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar. Luas kulit orang dewasa adalah 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit pada manusia mempunyai peranan yang sangat penting. Salah satu fungsi utama dari kulit adalah proteksi terhadap gangguan fisis atau mekanis yang berasal dari luar tubuh (Syarif M Wasitaatmadja, 2007).

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Prevalensi luka terbanyak adalah luka akibat operasi yaitu 110 juta kasus per tahun di seluruh dunia. Sedangkan luka akibat trauma ditemukan 1,6 juta kasus per tahun. Setiap tahun di Amerika Serikat lebih dari 1,25 juta orang mengalami luka bakar dan 6,5 juta orang mengalami luka kronis akibat tekanan, stasis vena, atau penyakit diabetes mellitus (Driscoll, 2009). Berdasarkan survey yang dilakukan pada tahun 2004, prevalensi luka akibat RTA (Road Transportation Accident ) di Indonesia pada populasi yang berumur ≥15 tahun adalah 1,02%, sedangkan luka akibat non-RTA ( keracunan,tenggelam,jatuh, dan lain-lain)

pada populasi ≥15 tahun adalah 0,4% (WHO, 2012).

Kehilangan integritas kulit dalam jumlah yang besar akibat luka atau penyakit dapat mengakibatkan disabilitas bahkan kematian (Singer & Clark, 1999). Luka merupakan penyebab kematian sebelum umur 65 tahun yang paling potensial. Di Amerika Serikat pada tahun 2005, 173.723 orang meninggal akibat luka dan kecelakaan akibat kendaraan bermotor dapat menyebabkan luka yang fatal sebanyak 37,1% dan menunjukkan 43.667 kematian. (U.S. Departement of Health and Human Services, 2009).

Kloramfenikol merupakan antibiotik yang digunakan secara topikal sebagai pilihan profilaksis terhadap terjadinya infeksi pada pasien setelah menjalani operasi minor pada kulit (Chan, Fong, Stern, 2010). Kloramfenikol topikal


(19)

2

yang bekerja sebagai antimikroba dapat digunakan juga untuk penyembuhan luka (Li et al, 2010), sedangkan yang banyak beredar di pasaran adalah povidone iodine.

Povidone iodine sering digunakan untuk penyembuhan luka, akan tetapi, penelitian menunjukkan bahwa penggunaan povidone iodine sebagai antiseptik tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan jumlah kolonisasi bakteri pada luka yang terkontaminasi. Penggunaan povidone iodine dapat memperlambat proses penyembuhan luka. Absorpsi iodine secara sistemik dapat menyebabkan gejala-gejala toksik seperti reaksi kulit, hipersensitivitas, gelisah, depresi, dan myxoedema (Khan & Naqvi, 2005).

Oleh sebab itu, sebaiknya perlu dipikirkan penggunaan tanaman obat tradisional dalam penyembuhan luka. Daya tarik abadi dari tanaman obat tradisional dibandingkan dengan obat-obatan modern adalah tanaman obat tradisional memiliki sifat yang alamiah sehingga dianggap oleh masyarakat lebih aman dan baik. Obat tradisional mudah didapat karena tanpa resep dokter masyarakat dapat memilikinya. Selain itu, harganya relatif lebih murah dan memiliki efek samping yang minimal (Juckett, 2004). Keuntungan tanaman obat lainnya adalah tanaman obat dapat ditemukan secara luas (Agarwal et al , 2008).

Beberapa tanaman obat yang dijadikan bahan untuk mempercepat proses penyembuhan luka, antara lain adalah pisang (Musa paradisiaca, L. forma sapientum,L.), lidah buaya (Aloe vera), kunyit (Curcuma longa Linn.), dan pegagan (Centella asiatica) ( Rajinder et al, 2008).

Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia (Warintek, 2011). Di Indonesia, terdapat lebih dari 230 jenis pisang, tetapi yang umum dijual di pasaran dan umum dikonsumsi adalah pisang ambon lumut, pisang ambon kuning, pisang barangan, pisang raja, pisang kepok, pisang tanduk, dan pisang mas (Made Astawan, 2009). Beberapa bagian dari tanaman pisang yang selama ini digunakan untuk pengobatan luka, antara lain daun pisang, getah pisang,


(20)

3

daging buah pisang, dan kulit pisang. Daun pisang digunakan oleh masyarakat Banjar untuk mengobati luka teriris ( Melayu Online, 2007). Getah dan daging buah pisang dilaporkan dapat mempercepat proses penyembuhan luka (Kompas, 2010; Agarwal et al , 2008).

Selama ini, setelah memakan bagian daging dari buah pisang, kulit pisang segera dibuang karena dianggap sebagai barang yang tidak berguna atau limbah. Kulit pisang yang kita anggap sebagai limbah ternyata memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah dapat digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Akan tetapi, penggunaan kulit pisang sebagai bahan untuk mempercepat proses penyembuhan luka masih belum banyak didokumentasikan. Penggunaan kulit pisang yang belum matang untuk membantu mempercepat durasi penyembuhan luka sudah pernah dilakukan, namun pada penelitian terdahulu kulit pisang tidak diekstraksi, melainkan dibuat dalam bentuk gel. (Atzingen, 2011).

Hal-hal di atas mendorong penulis untuk meneliti pengaruh kulit pisang terhadap proses penyembuhan luka.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah pada penelitian ini adalah :

Apakah Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon mempercepat durasi penyembuhan luka insisi.

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian ini adalah menjadikan Kulit Pisang Ambon (Musa paradisaca, L. forma sapientum, L.) sebagai salah satu obat alternatif untuk mempercepat durasi penyembuhan luka insisi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon (Musa paradisaca, L. forma sapientum, L.) dalam mempercepat durasi penyembuhan luka insisi.


(21)

4

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademis penelitian ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan farmakologi tanaman obat tradisional terutama Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon (Musa paradisaca, L. forma sapientum, L.) yang digunakan untuk mempercepat durasi penyembuhan luka insisi.

Manfaat praktis penelitian ini adalah memperkenalkan kepada masyarakat luas mengenai kulit Pisang Ambon (Musa paradisaca, L. forma sapientum, L.) sebagai alternatif yang dapat digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka.

1.5Kerangka Pemikiran

Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks yang terbagi dalam tiga fase, yaitu fase inflamasi (meliputi terjadinya proses homeostasis serta inflamasi), fase proliferasi (meliputi pembentukan jaringan granulasi dan terjadinya proses epitelialisasi) dan fase yang terakhir adalah remodeling phase (R. Syamsuhidayat, 2004).

Radikal bebas dan produk dari reaksi oksidasi menyebabkan kerusakan jaringan. Produksi berlebih dari Reactive Oxygen Species (ROS) menyebabkan stress oksidatif sehingga terjadi cytotoxicity dan terjadi keterlambatan dalam proses penyembuhan luka. Oleh sebab itu, eliminasi ROS dapat menjadi strategi penting dalam penyembuhan luka (Agarwal et al, 2008).

Kulit pisang mengandung flavonoid, tannin, steroid dan saponin (Akpuaka & Ezem, 2011). Flavonoid dipercaya sebagai salah satu komponen penting dalam proses penyembuhan luka. Flavonoid merupakan antioksidan yang poten. Flavonoid yang terdapat dalam buah pisang adalah leucocyanidin yang bekerja dengan mengurangi lipid peroksidase, meningkatkan kecepatan epitelialisasi, dan berfungsi sebagai antimikroba. Penurunan lipid peroksidase akan mencegah terjadinya nekrosis, memperbaiki vaskularisasi, dan meningkatkan viabilitas serabut kolagen dengan cara meningkatkan kekuatan anyaman serabut kolagen ( Agarwal et al, 2008 ). Kelebihan jumlah fibroblast dapat menyebabkan hambatan dalam proses penyembuhan luka. Flavonoid


(22)

5

menginhibisi pertumbuhan fibroblast sehingga memberikan keuntungan pada perawatan luka (Khan, 2012). Tannin memiliki kemampuan sebagai antimikroba serta dapat meningkatkan epitelialisasi. Flavonoid dan tannin juga bertanggung jawab dalam proses wound contraction (James et al, 2010). Steroid bersifat sebagai antiinflamasi (Akpuaka & Ezem,2011). Saponin dapat mempercepat proses penyembuhan luka akibat adanya aktivitas antimikroba dan bersifat sebagai antioksidan. Saponin juga dapat meningkatkan kandungan kolagen serta mempercepat proses epitelialisasi (Khan, 2012).

Penggunaan etanol diharapkan dapat melarutkan phenolic compounds seperti flavonoid dan tanin (Chew et al, 2011).

1.6Hipotesis Penelitian

Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon (Musa paradisaca, L. forma sapientum, L.) dapat mempercepat durasi penyembuhan luka insisi.

1.7Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental sungguhan. Data yang diukur adalah durasi penyembuhan luka dalam hari. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda rata-rata LSD (Least Significant Difference) dengan α = 0,05, kemaknaan berdasarkan nilai p < 0,05 menggunakan program komputer.

1.8Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Marantaha Bandung. Penelitian ini berlangsung dari November 2011- November 2012.


(23)

52

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan Utama

Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon (Musa paradisaca, L. forma sapientum, L.) berpengaruh dalam mempercepat durasi penyembuhan luka insisi.

5.2 Simpulan Tambahan

Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon 10% merupakan konsentrasi optimal yang dapat mempercepat durasi penyembuhan luka insisi.

5.3 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengenai

mekanisme pasti kulit pisang Ambon dalam mempercepat durasi penyembuhan luka insisi, misalnya dilakukan isolasi bahan aktif. Perlu dilakukan pemisahan gula sehingga gula tidak mengganggu proses penyembuhan luka.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan hewan coba lain seperti tikus dan hewan lain yang stratanya lebih tinggi seperti kelinci atau monyet.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji toksisitas dan uji klinis pada manusia.


(24)

53

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal P. K. , Singh, A. , Gaurav, K. , Goel, S. , Khanna, H. D. , Goel R. K. 2008. Evaluation of Wound Healing Activity of Extracts of Plantain Banana. (Musa sapientum var. paradisiaca) in rats. Indian J. Exp. Biol. 2009; 47: 322-40.

Akpuaka, M.U. & Ezem S. N. 2011. Preliminary Phytochemichal Screening of Some Nigerian Dermatological Plants.

www.jbasicphyres-unizik.org/files/.../1ed.pdf. 19 Desember 2011.

Atzingen, D. A. N. C. V., et al. 2011. Gel from Unripe Musa sapientum Peel to Repair Surgical Wounds in Rats. http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S0102-86502011000500009&script=sci_arttext&tlng=en. 21 Desember 2011. Burkitt, H. G. 1995. Kulit. Dalam Histologi Fungsional. Jakarta : EGC. Hal

153-169.

Chan, M., Fong, P., Stern, P. 2010. Cloramphenicol Wound Infection Prophylaxis. http://www.delfini.org/Publications/Chloramphenicol_Wound_EBM.pdf. 14 Juli 2012.

Chew et al. 2011. Effect of Ethanol Concentration, Extraction Time, and Extraction Temperature on The Recovery of Phenolic Compounds and Antioxidant Capacity of Centella asiatica Extracts.

http://www.ifrj.upm.edu.my/18%20%2802%29%202011/%2815%29%20IFRJ-2010-085.pdf. 2 Januari 2012.

DermNet NZ. 2012. Wounds. http://dermnetnz.org/reactions/wounds.html. 31 Juli 2012.

Driscoll, P. 2009. Incidence and Prevalence of Wounds by Etiology.

http://mediligence.com/blog/2009/12/13/incidence-and-prevalence-of-wounds-by-etiology. 10 Desember 2011.

_____. 2010. Factors Affecting Wound Healing.

http://mediligence.com/blog/2010/05/26/factors-affecting-wound-healing/. 8 Mei 2012.

Espino R. R. C., Jamaluddin S. H., Silayoi B., Nasution R.E. 1992. Musa L. (Edible Cultivars). In : Verheij E. M. W. and Coronel R. E. (Editors) : Plant Resources of South-East Asia No. 2 Edible Fruit and Nuts. Bogor : Prosea. p. 225-227.


(25)

54

Imam M.Z, Akter S. 2011. Musa paradisiaca L. and Musa sapientum L. ;A Phytochemical and Pharmalogical Review. Journal of Applied Pharmaceutical Science, 01 (05); 2011: 14-20.

Irawan Setiabudhi. 2008. Anatomi Kulit.

http://www.slideshare.net/guest36f60b/anatomi-kulit-presentation. 31 Juli 2012.

James, O. et al. 2010. Phytochemical Composition, Bioactivity, and Wound Healing Potential of Euphorbia Heterophylla (Euphorbiaceae) Leaf Extract. http://www.kejapub.com/ijpbr/docs/IJPBR10-01-02-03.pdf. 30 Juli 2012.

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Prinsip Percobaan dari Perancangannya, Rancangan Percobaan : Aplikatif Kondisional Bidang Pertanaman, Perternakan, Industri, dan Hayati Edisi I. Jakarta : PT. Raya Grafindo Persada. Hal. 10-12.

Juckett, G. 2004. Herbal Medicine. In : Craig C. R. , Stitzel, R. E. ,editors : Modern Pharmacology with Clinical Applications. 6th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. p. 785.

Khan, M. N., Naqvi, A. H. 2005. Antiseptics, Iodine, Povidone Iodine and Traumatic Wound Cleansing.

http://tvs.org.uk/sitedocument/Khan_16%284%29.pdf. 10 Desember 2011. Khan, S.A. 2012. Wound Healing Potential of Leathery Murdah, Terminalia

coriacea (Roxb.) Wight & Arn.

http://phytopharmacology.inforesights.com/files/pp3v1i17.pdf. 30 Juli 2012. Kompas. 2010. Getah Pisang Sembuhkan Luka.

http://sains.kompas.com/read/2010/08/13/0849371/Getah.Pisang.Sembuhkan. Luka.30 Juli 2012.

Li, C.H. et al. Chloramphenicol Causes Mitochondrial Stress, Decreases ATP Biosynthesis, Induces Matrix Metalloproteinase-13 Expression, and solid Tumor Cell Invasion. Toxicol. Sci. 2010; 116(1) : 140-150.

Li, J. 2007. Pathophysiology of Acute Wound Healing.

http://www.laboratoriosilesia.com/upfiles/sibi/D0207128.pdf. 17 April 2012. Leeson, C.R. 1996. Kulit dan Turunannya (Integumen). Dalam Buku Teks


(26)

55

Made Astawan. 2009. Manfaat Pisang Sebagai Buah Kehidupan.

http://www.nusantaraku.org/forum/ladies-room/21240-manfaat-pisang-sebagai-buah-kehidupan.html. 6 Januari 2012.

Melayu Online. 2007. Pengobatan Tradisional Orang Banjar (Kalimantan Selatan). http://melayuonline.com/ind/culture/dig/1694/pengobatan-tradisional-orang-banjar. 20 Desember 2011.

Mohapatra D., Mishra S., Sutar N. 2010. Banana and Its By-Product Utilisation : An Overview. Journal of Scientific & Industrial Research Vol. 69. p. 323-329. New World Encyclopedia. 2007. Integumentary System.

http://www.newworldencyclopedia.org/entry/integumentary_system. 2 Agustus 2012.

R. Syamsuhidayat, Wim de Joong. 2004. Luka. Dalam Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC. Hal 67.

Rajinder, R., Shahid P., Verma P. K. and Pankaj, N. K. 2008. Medical Plants and Their Role in Wound Healing.

http://www.vetscan.co.in/pdf/VetScan%202008%20Vol%203%20No%201.pdf . 21 Desember 2011.

Rianto Setiabudy , Loecke Kunardi. 1995. Golongan Tetrasiklin dan

Kloramfenikol. Dalam Farmakologi dan Terapi edisi 4. Jakarta : Gaya Baru. Hal 657-658.

Singer, A. J., Clark, R. A. F. 1999. Cutaneous Wound Healing. In F. H. Epstein, editor. N Engl J Med; 341:738-746.

Situs Hijau. 2012. Pisang. http://www.situshijau.co.id/tanaman/buah/p.htm. 10 November 2012.

Steven R. B., Catherine D., Chia S., Kang T. 2003. The Phase of Cutaneous Wound Healing.

http://journals.cambridge.org/fulltext_content/ERM/ERM5_08/S14623994030 05817sup002.htm. 10 Oktober 2012.

Syarif M. Wasitaatmadja. 2007. Anatomi Kulit. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 3-5. _____. 2007. Faal Kulit. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta :


(27)

56

U.S. Departement of Health and Human Services. 2009. The CDC Injury Research Agenda,2009-2018. http

://www.cdc.gov/injury/Research/Agenda/CDC Injury Research Agenda-a.pdf. 9 November 2011.

University of Western Australia. 2009. Blue Histology-Integumentary System. http://www.lab.anhb.uwa.edu.au/mb140/corepages/integumentary/integum.ht m. 31 Juli 2012.

Vancouver Island Health Authority. 2007. Acute Wounds. Dalam Wound and Skin Care Clinical Guidelines. http://www.viha.ca/NR/rdonlyres/E0643F97-0101-41D7-AAE7-78670924BF82/0/Chapter8AcuteWounds.pdf. 12 Mei 2012.

Vicky Ridwana.2011. Jenis-jenis Pisang.

http://ridwanaz.com/resep/makanan/jenis-jenis-pisang-macam-macam-pisang/.. 31 Juli 2012.

Warintek. 2011. Pisang. http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/pisang.pdf. 11Desember 2011.

World Health Organization. 2012. WHO Indonesia Health Profile. http://www.ino.searo.who.int/en/Section3_30.htm. 6 Januari 2012.


(1)

menginhibisi pertumbuhan fibroblast sehingga memberikan keuntungan pada perawatan luka (Khan, 2012). Tannin memiliki kemampuan sebagai antimikroba serta dapat meningkatkan epitelialisasi. Flavonoid dan tannin juga bertanggung jawab dalam proses wound contraction (James et al, 2010). Steroid bersifat sebagai antiinflamasi (Akpuaka & Ezem,2011). Saponin dapat mempercepat proses penyembuhan luka akibat adanya aktivitas antimikroba dan bersifat sebagai antioksidan. Saponin juga dapat meningkatkan kandungan kolagen serta mempercepat proses epitelialisasi (Khan, 2012).

Penggunaan etanol diharapkan dapat melarutkan phenolic compounds seperti flavonoid dan tanin (Chew et al, 2011).

1.6Hipotesis Penelitian

Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon (Musa paradisaca, L. forma sapientum, L.) dapat mempercepat durasi penyembuhan luka insisi.

1.7Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental sungguhan. Data yang diukur adalah durasi penyembuhan luka dalam hari. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda rata-rata LSD (Least Significant Difference) dengan α = 0,05, kemaknaan berdasarkan nilai p < 0,05 menggunakan program komputer.

1.8Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Marantaha Bandung. Penelitian ini berlangsung dari November 2011- November 2012.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan Utama

Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon (Musa paradisaca, L. forma sapientum, L.) berpengaruh dalam mempercepat durasi penyembuhan luka insisi.

5.2 Simpulan Tambahan

Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon 10% merupakan konsentrasi optimal yang dapat mempercepat durasi penyembuhan luka insisi.

5.3 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengenai

mekanisme pasti kulit pisang Ambon dalam mempercepat durasi penyembuhan luka insisi, misalnya dilakukan isolasi bahan aktif. Perlu dilakukan pemisahan gula sehingga gula tidak mengganggu proses penyembuhan luka.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan hewan coba lain seperti tikus dan hewan lain yang stratanya lebih tinggi seperti kelinci atau monyet.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji toksisitas dan uji klinis pada manusia.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal P. K. , Singh, A. , Gaurav, K. , Goel, S. , Khanna, H. D. , Goel R. K. 2008. Evaluation of Wound Healing Activity of Extracts of Plantain Banana. (Musa sapientum var. paradisiaca) in rats. Indian J. Exp. Biol. 2009; 47: 322-40.

Akpuaka, M.U. & Ezem S. N. 2011. Preliminary Phytochemichal Screening of Some Nigerian Dermatological Plants.

www.jbasicphyres-unizik.org/files/.../1ed.pdf. 19 Desember 2011.

Atzingen, D. A. N. C. V., et al. 2011. Gel from Unripe Musa sapientum Peel to Repair Surgical Wounds in Rats. http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S0102-86502011000500009&script=sci_arttext&tlng=en. 21 Desember 2011. Burkitt, H. G. 1995. Kulit. Dalam Histologi Fungsional. Jakarta : EGC. Hal

153-169.

Chan, M., Fong, P., Stern, P. 2010. Cloramphenicol Wound Infection Prophylaxis. http://www.delfini.org/Publications/Chloramphenicol_Wound_EBM.pdf. 14 Juli 2012.

Chew et al. 2011. Effect of Ethanol Concentration, Extraction Time, and Extraction Temperature on The Recovery of Phenolic Compounds and Antioxidant Capacity of Centella asiatica Extracts.

http://www.ifrj.upm.edu.my/18%20%2802%29%202011/%2815%29%20IFRJ-2010-085.pdf. 2 Januari 2012.

DermNet NZ. 2012. Wounds. http://dermnetnz.org/reactions/wounds.html. 31 Juli 2012.

Driscoll, P. 2009. Incidence and Prevalence of Wounds by Etiology.

http://mediligence.com/blog/2009/12/13/incidence-and-prevalence-of-wounds-by-etiology. 10 Desember 2011.

_____. 2010. Factors Affecting Wound Healing.

http://mediligence.com/blog/2010/05/26/factors-affecting-wound-healing/. 8 Mei 2012.

Espino R. R. C., Jamaluddin S. H., Silayoi B., Nasution R.E. 1992. Musa L. (Edible Cultivars). In : Verheij E. M. W. and Coronel R. E. (Editors) : Plant Resources of South-East Asia No. 2 Edible Fruit and Nuts. Bogor : Prosea. p. 225-227.


(4)

Imam M.Z, Akter S. 2011. Musa paradisiaca L. and Musa sapientum L. ;A Phytochemical and Pharmalogical Review. Journal of Applied Pharmaceutical Science, 01 (05); 2011: 14-20.

Irawan Setiabudhi. 2008. Anatomi Kulit.

http://www.slideshare.net/guest36f60b/anatomi-kulit-presentation. 31 Juli 2012.

James, O. et al. 2010. Phytochemical Composition, Bioactivity, and Wound Healing Potential of Euphorbia Heterophylla (Euphorbiaceae) Leaf Extract. http://www.kejapub.com/ijpbr/docs/IJPBR10-01-02-03.pdf. 30 Juli 2012.

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Prinsip Percobaan dari Perancangannya, Rancangan Percobaan : Aplikatif Kondisional Bidang Pertanaman, Perternakan, Industri, dan Hayati Edisi I. Jakarta : PT. Raya Grafindo Persada. Hal. 10-12.

Juckett, G. 2004. Herbal Medicine. In : Craig C. R. , Stitzel, R. E. ,editors : Modern Pharmacology with Clinical Applications. 6th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. p. 785.

Khan, M. N., Naqvi, A. H. 2005. Antiseptics, Iodine, Povidone Iodine and Traumatic Wound Cleansing.

http://tvs.org.uk/sitedocument/Khan_16%284%29.pdf. 10 Desember 2011. Khan, S.A. 2012. Wound Healing Potential of Leathery Murdah, Terminalia

coriacea (Roxb.) Wight & Arn.

http://phytopharmacology.inforesights.com/files/pp3v1i17.pdf. 30 Juli 2012. Kompas. 2010. Getah Pisang Sembuhkan Luka.

http://sains.kompas.com/read/2010/08/13/0849371/Getah.Pisang.Sembuhkan. Luka.30 Juli 2012.

Li, C.H. et al. Chloramphenicol Causes Mitochondrial Stress, Decreases ATP Biosynthesis, Induces Matrix Metalloproteinase-13 Expression, and solid Tumor Cell Invasion. Toxicol. Sci. 2010; 116(1) : 140-150.

Li, J. 2007. Pathophysiology of Acute Wound Healing.

http://www.laboratoriosilesia.com/upfiles/sibi/D0207128.pdf. 17 April 2012. Leeson, C.R. 1996. Kulit dan Turunannya (Integumen). Dalam Buku Teks


(5)

Made Astawan. 2009. Manfaat Pisang Sebagai Buah Kehidupan.

http://www.nusantaraku.org/forum/ladies-room/21240-manfaat-pisang-sebagai-buah-kehidupan.html. 6 Januari 2012.

Melayu Online. 2007. Pengobatan Tradisional Orang Banjar (Kalimantan Selatan). http://melayuonline.com/ind/culture/dig/1694/pengobatan-tradisional-orang-banjar. 20 Desember 2011.

Mohapatra D., Mishra S., Sutar N. 2010. Banana and Its By-Product Utilisation : An Overview. Journal of Scientific & Industrial Research Vol. 69. p. 323-329. New World Encyclopedia. 2007. Integumentary System.

http://www.newworldencyclopedia.org/entry/integumentary_system. 2 Agustus 2012.

R. Syamsuhidayat, Wim de Joong. 2004. Luka. Dalam Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC. Hal 67.

Rajinder, R., Shahid P., Verma P. K. and Pankaj, N. K. 2008. Medical Plants and Their Role in Wound Healing.

http://www.vetscan.co.in/pdf/VetScan%202008%20Vol%203%20No%201.pdf . 21 Desember 2011.

Rianto Setiabudy , Loecke Kunardi. 1995. Golongan Tetrasiklin dan

Kloramfenikol. Dalam Farmakologi dan Terapi edisi 4. Jakarta : Gaya Baru. Hal 657-658.

Singer, A. J., Clark, R. A. F. 1999. Cutaneous Wound Healing. In F. H. Epstein, editor. N Engl J Med; 341:738-746.

Situs Hijau. 2012. Pisang. http://www.situshijau.co.id/tanaman/buah/p.htm. 10 November 2012.

Steven R. B., Catherine D., Chia S., Kang T. 2003. The Phase of Cutaneous Wound Healing.

http://journals.cambridge.org/fulltext_content/ERM/ERM5_08/S14623994030 05817sup002.htm. 10 Oktober 2012.

Syarif M. Wasitaatmadja. 2007. Anatomi Kulit. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 3-5. _____. 2007. Faal Kulit. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta :


(6)

U.S. Departement of Health and Human Services. 2009. The CDC Injury Research Agenda,2009-2018. http

://www.cdc.gov/injury/Research/Agenda/CDC Injury Research Agenda-a.pdf. 9 November 2011.

University of Western Australia. 2009. Blue Histology-Integumentary System. http://www.lab.anhb.uwa.edu.au/mb140/corepages/integumentary/integum.ht m. 31 Juli 2012.

Vancouver Island Health Authority. 2007. Acute Wounds. Dalam Wound and Skin Care Clinical Guidelines. http://www.viha.ca/NR/rdonlyres/E0643F97-0101-41D7-AAE7-78670924BF82/0/Chapter8AcuteWounds.pdf. 12 Mei 2012.

Vicky Ridwana.2011. Jenis-jenis Pisang.

http://ridwanaz.com/resep/makanan/jenis-jenis-pisang-macam-macam-pisang/.. 31 Juli 2012.

Warintek. 2011. Pisang. http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/pisang.pdf. 11Desember 2011.

World Health Organization. 2012. WHO Indonesia Health Profile. http://www.ino.searo.who.int/en/Section3_30.htm. 6 Januari 2012.