Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Murbei (Morus alba L.) Terhadap Durasi Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Swiss Webster.

(1)

vii ABSTRAK

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN MURBEI (Morus alba L.) TERHADAP DURASI PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT

SWISS WEBSTER

Vincent Tee, 2015 Pembimbing : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes. Luka merupakan gangguan fungsi proteksi dari kulit disertai kehilangan kontinuitas epitel, dengan atau tanpa kerusakan jaringan lain seperti otot, tulang atau syaraf. Penanganan luka menggunakan povidone iodine dapat menimbulkan berbagai efek samping seperti iritasi lokal dan hipersensitivitas, sehingga digunakan tanaman obat sebagai alternatif, salah satunya daun murbei (Morus alba L.).

Tujuan penelitian untuk menilai pengaruh pemberian ekstrak etanol daun murbei (EEDM) dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi dan membandingkan potensi ekstrak etanol daun murbei dengan povidone iodine dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi.

Penelitian ini bersifat eksperimental sungguhan. Hewan coba yang digunakan adalah 30 ekor mencit Swiss Webster yang dibagi secara acak (n=6) menjadi 5 kelompok perlakuan. Setelah dibuat luka insisi sebesar 1 cm x 1 cm pada kulit punggung, masing-masing kelompok diberi EEDM 1%, EEDM 2,5%, EEDM 5%, povidone iodine 1% sebagai kontrol pembanding dan Carboxymethyl Cellulose (CMC) 1% sebagai kontrol negatif secara topikal setiap hari. Data yang diukur adalah durasi penyembuhan luka insisi dalam hari. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda rata-rata LSD (Least Significant Difference) dengan α = 0,05, kemaknaan berdasarkan nilai p < 0,05 menggunakan program komputer.

Hasil penelitian menunjukkan durasi penyembuhan luka insisi dalam hari pada kelompok EEDM 1% (14,67) dan EEDM 2,5% (16,2) bila dibandingkan dengan kontrol negatif (19,17) berbeda sangat bermakna (p = 0,000 dan p = 0,001), sedangkan EEDM 5% (17,33) berbeda bermakna (p = 0,019). EEDM 1% bila dibandingkan dengan kontrol pembanding (17) berbeda sangat bermakna (p = 0,005).

Simpulan adalah ekstrak etanol daun murbei berpengaruh dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi dan mempunyai potensi yang lebih kuat dibandingkan dengan kontrol pembanding, terutama konsentrasi 1%.


(2)

viii

ABSTRACT

THE EFFECT OF MULBERRY LEAVES ETHANOL EXTRACT (Morus alba L.) IN INCISION WOUND HEALING DURATION ON SWISS WEBSTER MICE

Vincent Tee, 2015 Tutor : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes Wounds were lost or damaged part of body tissue that reached dermal layer of the skin. Studies showed that treating wounds using povidone iodine can cause various side effects such as local irritation and hypersensitivity, so that medical plants such as mulberry leaves can be used as an alternative.

The purpose of this experiment was to evaluate the effect of mulberry leaves ethanol extract in accelerating incision wound healing duration and compare mulberry leaves ethanol extract potency against povidone iodine in accelerating incision wound healing duration.

This study was purely experimental and used 30 Swiss Webster mice which were divided randomly to 5 groups. A 1 cm x 1 cm incision wound was made on the back skin then groups was treated topically with the extract (1%, 2.5%, and 5%) till the wounds close completely. Povidone iodine 1% was used for control comparator and CMC 1% for negative control. Duration of incision wound healing was measured and analyzed using one way ANAVA continued with LSD (Least Significant Difference) with α = 0.05, significance based on p value < 0.05 using computer program.

The results showed that 1% (14.67) and 2.5% (16.2) concentration compared with negative control (19.17) indicated very significant difference (p = 0.000 and p = 0.001) while 5% concentration (17.33) indicated significant difference (p = 0.019). 1% concentration compared with control comparator (17) indicated very significant difference (p = 0.005).

The conclusion was mulberry leaves ethanol extract had effect in accelerating incision wound healing duration and had better potency compared with control comparator, especially 1% concentration.

Key words : mulberry leaves ethanol extract, povidone iodine, wound healing asdasdasdada duration


(3)

ix DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 4

1.5.1Kerangka Pemikiran ... 4

1.5.2Hipotesis ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit ... 5

2.1.1Epidermis ... 6

2.1.1.1Stratum Basalis ... 6

2.1.1.2Stratum Spinosum... 7


(4)

x

2.1.1.4 Stratum Lusidum ... 7

2.1.1.5 Stratum Korneum ... 7

2.1.2Dermis ... 8

2.1.2.1 Stratum Papilare ... 8

2.1.2.2 Stratum Retikulare ... 9

2.1.3Jaringan Subkutan... 9

2.1.4Adneksa Kulit ... 9

2.1.4.1 Rambut... 10

2.1.4.2 Kuku ... 11

2.1.4.3 Kelenjar Sebasea ... 11

2.1.4.4 Kelenjar Keringat ... 11

2.1.5Fungsi Kulit ... 12

2.2 Luka ... 14

2.2.1Definisi Luka ... 14

2.2.2Jenis Luka ... 14

2.2.2.1Luka Berdasarkan Tingkat Kontaminasi ... 14

2.2.2.2Luka Berdasarkan Kedalaman dan Luasnya Luka ... 15

2.2.2.3Luka Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka ... 16

2.2.3Mekanisme Terjadinya Luka ... 16

2.2.4Penyembuhan Luka ... 18

2.2.4.1Jenis-jenis Penyembuhan Luka ... 18

2.2.4.2Mekanisme Penyembuhan Luka ... 18

2.2.4.3Fase Penyembuhan Luka ... 19

2.2.5Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka ... 21

2.2.5.1Faktor Lokal ... 21

2.2.5.2Faktor Umum ... 22

2.2.6Komplikasi Penyembuhan Luka ... 23

2.2.6.1Penyulit Dini ... 23


(5)

xi

2.2.7Perawatan Luka ... 23

2.3 Murbei ... 24

2.3.1Klasifikasi ... 25

2.3.2Morfologi ... 25

2.3.3Manfaat Daun Murbei ... 26

2.3.4Kandungan Daun Murbei ... 26

2.3.5Efek Kandungan Daun Murbei terhadap Penyembuhan Luka ... 26

2.4 Povidone Iodine ... 27

BAB III BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 28

3.1.1Alat Penelitian ... 28

3.1.2Bahan Penelitian ... 28

3.1.3Hewan Coba ... 28

3.2 Metode Penelitian ... 29

3.2.1Desain Penelitian ... 29

3.2.2Variabel Penelitian ... 29

3.2.3Penentuan Besar Sampel ... 30

3.3 Prosedur Kerja ... 30

3.3.1Pengumpulan Bahan Uji ... 30

3.3.2Persiapan Bahan Uji ... 31

3.3.3Persiapan Hewan Coba ... 31

3.3.4Prosedur Penelitian ... 31

3.3.5Cara Pemeriksaan ... 32

3.4 Metode Analisis ... 32

3.5 Hipotesis Statistik ... 32

3.6 Kriteria Uji ... 32

3.7 Aspek Etik Penelitian ... 33


(6)

xii BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 34

4.2 Uji Hipotesis ... 37

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 39

5.2 Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 39

LAMPIRAN ... 43


(7)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Durasi Penyembuhan Luka dalam Hari ... 34 4.2 Hasil ANAVA Waktu Penyembuhan Luka ... 35 4.3 Uji Post hoc LSD terhadap Waktu Penyembuhan Luka ... 36


(8)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Histologi Kulit ... 5

2.2 Lapisan-lapisan Epidermis ... 8

2.3 Folikel Rambut ... 10

2.4 Kuku ... 11

2.5 Tanaman Murbei ... 25


(9)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Proses Penyembuhan Luka ... 42

Lampiran 2 Hasil ANAVA dan Post Hoc Test ... 53

Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian ... 55


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar. Luas kulit orang dewasa adalah 1,5 m2 dengan berat sekitar 15% berat badan. Kulit pada manusia mempunyai peranan

yang sangat penting. Salah satu fungsi utama dari kulit adalah proteksi terhadap gangguan fisis atau mekanis yang berasal dari luar tubuh (Wasitaatmadja, 2007). Luka merupakan gangguan fungsi proteksi dari kulit disertai kehilangan kontinuitas epitel, dengan atau tanpa kerusakan jaringan lain seperti otot, tulang atau syaraf. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Berdasarkan penelitian di seluruh rumah sakit umum Australia Barat pada Mei 2007 hingga 2008, dari 5800 pasien yang diperiksa, didapatkan 49% orang mengalami luka dengan luka akut sebesar 31%, luka tekan sebesar 9%, dan luka robek sebesar 8% (Santamaria, Carville, & Prentice, 2009).

Mayoritas luka pada penduduk dunia adalah luka karena pembedahan/trauma (48.00%), ulkus kaki (28.00%), luka dekubitus (21.00%). Pada tahun 2009, MedMarket Diligence, sebuah asosiasi luka di Amerika melakukan penelitian tentang insidensi luka di dunia berdasarkan etiologi penyakit. Diperoleh data untuk luka bedah ada 110,3 juta kasus, luka trauma 1,6 juta kasus, luka lecet ada 20,4 juta kasus, luka bakar 10,1 juta kasus, ulkus dekubitus 8,5 juta kasus, ulkus vena 12,5 juta kasus, ulkus diabetik 13,5 juta kasus, amputasi 0,2 juta kasus, karsinoma 0,6 juta kasus, melanoma 0,1 juta kasus, dan komplikasi kanker kulit ada sebanyak 0,1 juta kasus (Driscoll, 2009).

Gangguan pada proses penyembuhan luka dapat menimbulkan komplikasi seperti dehiscence, hematoma, infeksi, dan seroma (Sabiston, 1995). Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka parsial atau total dengan insidensi 0,5% hingga 3% (University of Colorado Denver, 2010). Hematoma timbul dini akibat kegagalan pengendalian pembuluh darah yang pecah. Seroma adalah penumpukan cairan luka di lapangan


(11)

2

bedah (Sjamsuhidajat & Jong, 2004). Infeksi merupakan salah satu penyebab komplikasi tersering pada luka yang mengalami hambatan proses penyembuhan, terutama pada infeksi nosokomial sebesar 38% (University of Colorado Denver, 2010). Oleh karena itu, berbagai cara dilakukan oleh manusia untuk menyembuhkan luka, baik dengan obat modern maupun tradisional.

Obat modern yang paling umum digunakan adalah povidone iodine. Povidone iodine umumnya digunakan untuk penyembuhan luka, akan tetapi dapat menimbulkan berbagai efek samping seperti iritasi lokal, hipersensitivitas pada kulit, masalah ginjal dan tiroid, asidosis metabolik, dan hipernatremia (Boots and WebMD UK, 2012). Adanya efek samping tersebut menyebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan tanaman obat tradisional dalam penyembuhan luka, terutama pada daerah-daerah yang sulit dijangkau. Untuk sebagian besar populasi dunia, pengobatan dengan menggunakan tanaman obat tradisional masih merupakan pilihan pertama dan kadang-kadang merupakan satu-satunya alternatif pengobatan. Keunggulan lainnya adalah tanaman obat tradisional lebih mudah didapat tanpa memerlukan resep dokter, harganya relatif lebih murah dan memiliki efek samping yang minimal (Juckett, 2004). Obat yang dapat menyembuhkan luka insisi antara lain daun murbei, daun pule pandak, daun tembelekan, daun sendok dan daun sambiloto (Dalimartha, 2008). Murbei dikenal juga sebagai tumbuhan sutra karena dapat dijadikan tempat hidup ulat sutra. Selain bermanfaat dalam memproduksi sutra, secara empiris masyarakat telah memanfaatkan murbei sebagai obat tradisional untuk luka, flu, malaria, hipertensi, asma, obat hipertensi, palpitasi, diabetes, insomnia, vertigo, anemia, hepatitis dan diabetes melitus (Cancer Chemoprevention Research Center Faculty of Pharmacy UGM, 2008). Murbei mengandung banyak senyawa kimia seperti flavonoid, tanin, steroid, saponin, dan senyawa kimia lainnya (Kaushik, Kaushik, & Murti, 2013). Data ilmiah daun murbei terhadap penyembuhan luka masih jarang dilaporkan, sehingga hal ini memotivasi peneliti untuk mengetahui efektivitas daun murbei terhadap penyembuhan luka.


(12)

3 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian ini adalah :

 Apakah ekstrak etanol daun murbei mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster.

 Apakah ekstrak etanol daun murbei mempunyai potensi yang lebih kuat dibandingkan dengan povidone iodine dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan penelitian ini adalah :

 Menilai pengaruh pemberian ekstrak etanol daun murbei dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster.

 Membandingkan potensi ekstrak etanol daun murbei dengan povidone iodine dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster.

1.4 Manfaaat Penelitian

Manfaat akademis penelitian ini adalah menambah pengetahuan farmakologi tanaman obat khususnya daun murbei terhadap penyembuhan luka dan perbandingannya dengan povidone iodine.

Manfaat praktis penelitian ini adalah menambah wawasan kepada masyarakat mengenai daun murbei yang dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk mempercepat waktu penyembuhan luka.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran

Proses penyembuhan luka terdiri atas tiga fase, yaitu (1) fase inflamasi, yang ditandai oleh terjadinya hemostasis dan reaksi inflamasi, (2) fase proliferatif, yang


(13)

4

ditandai oleh aktivitas fibroblas untuk memulai angiogenesis, epitelialisasi, dan pembentukan kolagen, dan (3) fase remodeling, yang ditandai oleh meningkatnya pembentukan kolagen, sehingga luka dapat sembuh sempurna (Allen, 2013).

Murbei mengandung banyak senyawa kimia seperti flavonoid, tanin, saponin, dan steroid (Kaushik, Kaushik, & Murti, 2013). Flavonoid mempunyai sifat antioksidan dengan mengurangi ROS yang berlebihan, antibakteri, dan dapat meningkatkan kontraksi luka dengan sifat antimikroba dan astringentnya (Soemardini, Dewi, & Imansyah, 2013). Tanin dan saponin bersifat sebagai antiseptik pada luka permukaan dan bekerja sebagai bakteriostatik (Hermawan, Eliyani, & Tyasningsih, 2007). Steroid bersifat sebagai antiinflamasi. Penggunaan etanol diharapkan dapat melarutkan phenolic compounds seperti flavonoid dan tanin (Chew, et al., 2011).

1.5.2 Hipotesis

 Ekstrak etanol daun murbei mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster.

 Ekstrak etanol daun murbei mempunyai potensi yang lebih kuat dibandingkan dengan povidone iodine dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster.


(14)

39 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

 Ekstrak etanol daun murbei mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster.

 Ekstrak etanol daun murbei mempunyai potensi yang lebih kuat dibandingkan dengan povidone iodine dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster pada EEDM dengan konsentrasi 1%.

5.2Saran

Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan, maka perlu dilanjutkan dengan :  Melakukan penelitian lebih lanjut dengan konsentrasi yang lebih bervariasi, yaitu

antara EEDM 1% dan EEDM 2,5% untuk mengetahui konsentrasi mana yang mempunyai potensi paling kuat dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi.

 Melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan kontrol pembanding lain seperti hemolok (Feracrylum 1%).

 Melakukan penelitian lebih lanjut dengan hewan coba lain seperti tikus dan hewan lain yang stratanya lebih tinggi seperti kelinci.

 Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji toksisitas dan uji klinis pada manusia.

 Mengganti sekam pada kandang mencit secara rutin untuk mengurangi infeksi pada luka.


(15)

59

RIWAYAT HIDUP

Nama : Vincent Tee

NRP : 1110017

Tempat dan tanggal Lahir : Garut, 14 Agustus 1993

Alamat : Jl. Surya Sumantri no 48, Bandung

Riwayat Pendidikan :

 Tahun 1999, lulus TK Daya Susila, Garut.

 Tahun 2005, lulus SD Daya Susila, Garut.

 Tahun 2008, lulus SMP Daya Susila, Garut.

 Tahun 2011, lulus SMA Kristen 1 BPK Penabur Bandung.

 Tahun 2011 – sekarang, mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen


(16)

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN MURBEI (Morus alba L.) TERHADAP DURASI PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT SWISS WEBSTER THE EFFECT OF MULBERRY LEAVES ETHANOL EXTRACT (Morus alba L.) IN

INCISION WOUND HEALING DURATION ON SWISS WEBSTER MICE

Vincent Tee1, Sugiarto Puradisastra1

1Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia ABSTRAK

Luka merupakan gangguan fungsi proteksi dari kulit disertai kehilangan kontinuitas epitel, dengan atau tanpa kerusakan jaringan lain seperti otot, tulang atau syaraf. Penanganan luka menggunakan povidone iodine dapat menimbulkan berbagai efek samping seperti iritasi lokal dan hipersensitivitas, sehingga digunakan tanaman obat sebagai alternatif, salah satunya daun murbei (Morus alba L.).

Tujuan penelitian untuk menilai pengaruh pemberian ekstrak etanol daun murbei (EEDM) dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi dan membandingkan potensi ekstrak etanol daun murbei dengan povidone iodine dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi.

Penelitian ini bersifat eksperimental sungguhan. Hewan coba yang digunakan adalah 30 ekor mencit Swiss Webster yang dibagi secara acak (n=6) menjadi 5 kelompok perlakuan. Setelah dibuat luka insisi sebesar 1 cm x 1 cm pada kulit punggung, masing-masing kelompok diberi EEDM 1%, EEDM 2,5%, EEDM 5%, povidone iodine 1% sebagai kontrol pembanding dan Carboxymethyl Cellulose (CMC) 1% sebagai kontrol negatif secara topikal setiap hari. Data yang diukur adalah durasi penyembuhan luka insisi dalam hari. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda rata-rata LSD (Least Significant Difference) dengan α = 0,05, kemaknaan berdasarkan nilai p < 0,05 menggunakan program komputer.

Hasil penelitian menunjukkan durasi penyembuhan luka insisi dalam hari pada kelompok EEDM 1% (14,67) dan EEDM 2,5% (16,2) bila dibandingkan dengan kontrol negatif (19,17) berbeda sangat bermakna (p = 0,000 dan p = 0,001), sedangkan EEDM 5% (17,33) berbeda bermakna (p = 0,019). EEDM 1% bila dibandingkan dengan kontrol pembanding (17) berbeda sangat bermakna (p = 0,005). Simpulan adalah ekstrak etanol daun murbei berpengaruh dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi dan mempunyai potensi yang lebih kuat dibandingkan dengan kontrol pembanding, terutama konsentrasi 1%.


(17)

ABSTRACT

Wounds were lost or damaged part of body tissue that reached dermal layer of the skin. Studies showed that treating wounds using povidone iodine can cause various side effects such as local irritation and hypersensitivity, so that medical plants such as mulberry leaves can be used as an alternative.

The purpose of this experiment was to evaluate the effect of mulberry leaves ethanol extract in accelerating incision wound healing duration and compare mulberry leaves ethanol extract potency against povidone iodine in accelerating incision wound healing duration.

This study was purely experimental and used 30 Swiss Webster mice which were divided randomly to 5 groups. A 1 cm x 1 cm incision wound was made on the back skin then groups was treated topically with the extract (1%, 2.5%, and 5%) till the wounds close completely. Povidone iodine 1% was used for control comparator and CMC 1% for negative control. Duration of incision wound healing was measured and analyzed using one way ANAVA continued with LSD (Least Significant Difference) with α = 0.05, significance based on p value < 0.05 using computer program. The results showed that 1% (14.67) and 2.5% (16.2) concentration compared with negative control (19.17) indicated very significant difference (p = 0.000 and p = 0.001) while 5% concentration (17.33) indicated significant difference (p = 0.019). 1% concentration compared with control comparator (17) indicated very significant difference (p = 0.005).

The conclusion was mulberry leaves ethanol extract had effect in accelerating incision wound healing duration and had better potency compared with control comparator, especially 1% concentration.

Key words : mulberry leaves ethanol extract, povidone iodine, wound healing duration

PENDAHULUAN

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar. Salah satu fungsi utama dari kulit adalah proteksi terhadap gangguan fisis atau mekanis yang berasal dari luar tubuh (1). Luka dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Berdasarkan penelitian di seluruh rumah sakit umum Australia Barat pada Mei 2007 hingga 2008, dari 5800 pasien yang diperiksa, didapatkan 49% orang mengalami luka dengan luka akut sebesar 31%, luka tekan sebesar 9%, dan luka robek sebesar 8% (2).

Mayoritas luka pada penduduk dunia adalah luka karena pembedahan/trauma (48.00%), ulkus kaki (28.00%), luka dekubitus (21.00%). Pada tahun 2009, MedMarket

Diligence, sebuah asosiasi luka di Amerika melakukan penelitian tentang insidensi luka di dunia berdasarkan etiologi penyakit. Diperoleh data untuk luka bedah ada 110,3 juta kasus, luka trauma 1,6 juta kasus, luka lecet ada 20,4 juta kasus, luka bakar 10,1 juta kasus, ulkus dekubitus 8,5 juta kasus, ulkus vena 12,5 juta kasus, ulkus diabetik 13,5 juta kasus, amputasi 0,2 juta kasus, karsinoma 0,6 juta kasus, melanoma 0,1 juta kasus, dan komplikasi kanker kulit ada sebanyak 0,1 juta kasus (3).

Obat modern yang paling umum digunakan adalah povidone iodine. Povidone iodine umumnya digunakan untuk penyembuhan luka, akan tetapi dapat menimbulkan berbagai efek samping seperti iritasi lokal, hipersensitivitas pada kulit, masalah ginjal dan tiroid, asidosis metabolik, dan hipernatremia (4).


(18)

Adanya efek samping tersebut menyebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan tanaman obat tradisional dalam penyembuhan luka, terutama pada daerah-daerah yang sulit dijangkau. Sebagian besar populasi dunia masih menggunakan pengobatan herbal sebagai pilihan pertama dan kadang-kadang merupakan satu-satunya alternatif pengobatan. Keunggulan lainnya adalah lebih mudah didapat tanpa memerlukan resep dokter, harganya relatif lebih murah dan memiliki efek samping yang minimal (5).

Obat yang dapat menyembuhkan luka insisi antara lain daun murbei, daun pule pandak, daun tembelekan, daun sendok dan daun sambiloto (6). Murbei dikenal juga sebagai tumbuhan sutra karena dapat dijadikan tempat hidup ulat sutra. Selain bermanfaat dalam memproduksi sutra, secara empiris masyarakat telah memanfaatkan murbei sebagai obat tradisional untuk luka, flu, malaria, hipertensi, asma, obat hipertensi, palpitasi, diabetes, insomnia, vertigo, anemia, hepatitis dan diabetes melitus (7). Murbei mengandung banyak senyawa kimia seperti flavonoid, tanin, steroid, saponin, dan senyawa kimia lainnya (8). Flavonoid mempunyai sifat antioksidan dengan mengurangi ROS yang berlebihan, antibakteri, dan dapat meningkatkan kontraksi luka dengan sifat antimikroba dan astringentnya (9). Tanin dan saponin bersifat sebagai antiseptik pada luka permukaan dan bekerja sebagai bakteriostatik (10). Steroid bersifat sebagai antiinflamasi.

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk menilai pengaruh pemberian ekstrak etanol daun murbei dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster dan membandingkan potensi ekstrak etanol daun murbei dengan povidone iodine dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster.

ALAT, BAHAN DAN SUBJEK PENELITIAN Alat yang digunakan adalah timbangan hewan, kandang mencit dilengkapi dengan botol minum, sarung tangan, kapas, pisau cukur, pisau bedah steril / scalpel, penggaris dan cotton bud.

Bahan yang digunakan adalah daun murbei, ketamin, alkohol 70%,

Carboxymethyl cellulose (CMC) 1%,

povidone iodine 1%, dan makanan mencit (pelet).

Subjek penelitian adalah mencit Swiss Webster sebagai hewan coba sebanyak 30 ekor diperoleh dari Laboratorium Biologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB).

PROSEDUR PENELITIAN

 Bulu mencit pada regio dorsal dicukur dengan menggunakan pisau cukur.

 Tindakan antiseptik dilakukan dengan menggunakan alkohol 70% yang dioleskan dengan menggunakan kapas pada regio dorsal mencit yang telah dicukur sebelumnya.

 Mencit dianestesi dengan menggunakan ketamin.

 Regio dorsal yang telah dilakukan tindakan antiseptik dan anestesi disayat menggunakan pisau bedah steril dengan ukuran 1 cm x 1 cm. Jenis luka yang dibuat adalah luka bersih dengan full thickness skin loss.

 Pada setiap kelompok mencit dilakukan perlakuan yang berbeda.

- Kelompok I : diberi ekstrak etanol daun murbei 1%

- Kelompok II : diberi ekstrak etanol daun murbei 2,5%

- Kelompok III : diberi ekstrak etanol daun murbei 5%

- Kelompok IV (kelompok kontrol) : diberi CMC 1%


(19)

- Kelompok V (kelompok pembanding) : diberi povidone iodine 1%

 Semua perlakuan dilakukan secara topikal setiap hari sebanyak satu kali sampai luka menutup.

ANALISIS DATA

Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda rata-rata

LSD (Least Significant Difference)dengan α =

0,05, kemaknaan berdasarkan nilai p < 0,05 menggunakan program komputer. Data yang diukur adalah lamanya penyembuhan luka insisi dalam hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun murbei telah dilakukan dan didapatkan hasil yang diuraikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 menunjukkan durasi penyembuhan luka pada mencit antara 14,67 hari sampai 19,17 hari.

Uji ANAVA 1 arah dilakukan untuk melihat adanya perbedaan secara statistik yang diuraikan pada tabel 4.2.


(20)

Tabel 4.1 Durasi Penyembuhan Luka dalam Hari Mencit EEDM

1% EEDM 2,5% EEDM 5% Kontrol Pembanding Kontrol Negatif

1 12 16 16 16 19

2 13 16 17 17 18

3 14 16 18 17 21

4 16 Mati 18 Mati 21

5 17 17 18 18 18

6 16 16 17 17 18

Rerata 14,67 16,2 17,33 17 19,17

Keterangan :

EEDM 1% adalah kelompok ekstrak etanol daun murbei 1% EEDM 2,5% adalah kelompok ekstrak etanol daun murbei 2,5% EEDM 5% adalah kelompok ekstrak etanol daun murbei 5% Kontrol pembanding adalah kelompok povidone iodine 1% Kontrol negatif adalah kelompok CMC 1%

Tabel 4.2 Hasil ANAVA Waktu Penyembuhan Luka

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 64.379 4 16.095 10.198 .000 Within Groups 36.300 23 1.578

Total 100.679 27

Hasil ANAVA menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat bermakna, dengan Fhitung (10,198) > Ftabel 1% (4,18) dan p = 0,000 (p < 0,01) terhadap waktu penyembuhan luka.

Hasil uji beda rata-rata LSD menunjukkan waktu penyembuhan luka bila dibandingkan dengan kontrol negatif pada kelompok EEDM 1%, EEDM 2,5% dan kontrol pembanding berbeda sangat bermakna dengan (p = 0,000,

p = 0,001 dan p = 0,009), sedangkan EEDM 5% berbeda bermakna (p = 0,019). Hal ini berarti EEDM 1%, EEDM 2,5% dan EEDM 5% mempercepat waktu penyembuhan luka insisi. EEDM 1% bila dibandingkan dengan EEDM 2,5% tidak berbeda bermakna (p = 0,056). Hal ini berarti EEDM 1% mempunyai potensi yang setara dengan EEDM 2,5%. Bila dibandingkan dengan EEDM 5%, EEDM 1%

berbeda sangat bermakna (p = 0,001) sedangkan dengan EEDM 2,5% tidak berbeda bermakna (p = 0,150) . Hal ini berarti EEDM 1% mempunyai potensi penyembuhan luka insisi yang paling kuat. Bila dibandingkan dengan kontrol pembanding, EEDM 1% berbeda sangat bermakna (p = 0,005) sedangkan EEDM 2,5% dan EEDM 5% tidak berbeda bermakna (p = 0,324 dan p = 0,665). Hal ini berarti EEDM 1% mempunyai potensi yang lebih kuat dibandingkan dengan kontrol pembanding.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa kelompok EEDM 1%, EEDM 2,5% dan EEDM 5% dapat mempercepat penyembuhan luka, karena daun murbei mengandung flavonoid, tanin, saponin, dan steroid (8).


(21)

SIMPULAN

Ekstrak etanol daun murbei mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster dan mempunyai potensi yang lebih kuat dibandingkan dengan povidone iodine dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster pada EEDM dengan konsentrasi 1%.

SARAN

Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan, maka perlu dilanjutkan dengan:

 Melakukan penelitian lebih lanjut dengan konsentrasi yang lebih bervariasi, yaitu antara EEDM 1% dan EEDM 2,5% untuk mengetahui konsentrasi mana yang mempunyai potensi paling kuat dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi.

 Melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan kontrol pembanding lain seperti hemolok (Feracrylum 1%).

 Melakukan penelitian lebih lanjut dengan hewan coba lain seperti tikus dan hewan lain yang stratanya lebih tinggi seperti kelinci.

 Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji toksisitas dan uji klinis pada manusia.

 Mengganti sekam pada kandang mencit secara rutin untuk mengurangi infeksi pada luka.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wasitaatmadja, Syarif M. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.

2. Woundswest: Identifying The Prevalence of Wounds Within Western Australia's Public Health System. Santamaria, Nick, Carville, Keryln and Prentice, Jenny. 2009, EWMA Journal, p. 13.

3. Driscoll, Patrick. Incidence and Prevalence of Wounds by Etiology. [Online] Desember

13, 2009.

http://blog.mediligence.com/2009/12/13/inci dence-and-prevalence-of-wounds-by-etiology/.

4. Boots and WebMD UK. [Online] 2012. http://drugs.webmd.boots.com/drugs/drug-

375-Betadine.aspx?drugid=375&drugname=Betad ine&source=3&isTicTac=False.

5. Juckett, G. Modern Pharmacology with Clinical Applications. 6. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2004. 6. Dalimartha, Setiawan. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Jakarta : Pustaka Bunda, 2008.

7. Cancer Chemoprevention Research Center Faculty of Pharmacy UGM. Murbei/Mulberry (Morus alba L.). [Online] 2008.

http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=2317. 8. Exploration of Healing Promoting Potentials of Leaves of Morus Alba L. in Albino Rats. Kaushik, Manish, Kaushik, Aditi and Murti, Krishna. 2013, American Journal of Pharmacology and Toxicology, p. 96. 9. Soemardini, Dewi, Dina and Imansyah, Bayu Aldi. Pengaruh Pemberian Ekstrak


(22)

Daun Sirih (Piper betle L) Terhadap Peningkatan Kontraksi Luka Fase ProliferasiPada Perawatan Luka Bakar Derajat IIA Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar. [Online] 2013. http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/ keperawatan/Bayu%20Aldi%20I.pdf.

10. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Dengan Metode Difusi Disk. Hermawan, Anang, Eliyani, Hana and Tyasningsih, Wiwiek. 2007, p. 5.


(23)

40

DAFTAR PUSTAKA

Allen, G. (2013). Wound Healing and Growth Factors. Retrieved from http://emedicine.medscape.com/article/1298196-overview#aw2aab6b4

Ayello, E. A., & Cuddigan, J. E. (2004, Maret). Conquer Chronic Wounds with Wound Bed Preparation. The Nurse Practitioner, 29, 8-9. Retrieved

November 3, 2014, from

http://cenormagill.com.br/artigos/Conquer%20chronic%20wound%20with%2 0WBP.pdf

Boots and WebMD UK. (2012). Retrieved from

http://drugs.webmd.boots.com/drugs/drug-375-Betadine.aspx?drugid=375&drugname=Betadine&source=3&isTicTac=False Cancer Chemoprevention Research Center Faculty of Pharmacy UGM. (2008).

Murbei/Mulberry (Morus alba L.). Retrieved from

http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=2317

Chew, K. K., Ng, S. Y., Thoo, Y. Y., Khoo, M. Z., Wan Aida, W. M., & Ho, C. W. (2011). Effect of ethanol concentration, extraction time and extraction temperature on the recovery of phenolic compounds and antioxidant capacity of Centella asiatica extracts. International Food Research Journal, 571. Dalimartha, S. (2008). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Jakarta: Pustaka

Bunda.

Driscoll, P. (2009, Desember 13). Incidence and Prevalence of Wounds by Etiology. Retrieved from http://blog.mediligence.com/2009/12/13/incidence-and-prevalence-of-wounds-by-etiology/

Eroschenko, V. P. (2013). diFiore's Atlas of Histology with Functional Corelations. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Gottrup, F., Melling, A., & Hollander, D. A. (2005, September 16). An overview of surgical site infections: aetiology, incidence and risk factors. Retrieved from http://www.worldwidewounds.com/2005/september/Gottrup/Surgical-Site-Infections-Overview.html

Gunawan, S. G. (2007). Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fak. Kedokteran UI.


(24)

41

Hanafiah, K. A. (2005). Rancangan Percobaan Aplikatif (1 ed.). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hariana, H. A. (2008). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Jakarta: Penebar Swadaya.

Hermawan, A., Eliyani, H., & Tyasningsih, W. (2007). Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Dengan Metode Difusi Disk. 5.

Juckett, G. (2004). Modern Pharmacology with Clinical Applications (6 ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Kaushik, M., Kaushik, A., & Murti, K. (2013). Exploration of Healing Promoting Potentials of Leaves of Morus Alba L. in Albino Rats. American Journal of Pharmacology and Toxicology, 96.

Melton, J. L., & Swanson, J. R. (1996, November 15). Anatomy and Histology of

Normal Skin - Contents. Retrieved from

http://www.meddean.luc.edu/lumen/meded/medicine/dermatology/melton/ski nlsn/sknlsn.htm

Mescher, A. L. (2010). Junqueira's Basic Histology (12th ed.). New York: McGraw Hill.

National Pressure Ulcer Advisory Panel. (2007). NPUAP Pressure Ulcer Stages/Categories. Retrieved November 3, 2014, from http://www.npuap.org/resources/educational-and-clinical-resources/npuap-pressure-ulcer-stagescategories/

Rao, D. (2013). Forensic Pathology Online. Retrieved November 3, 2014, from http://www.forensicpathologyonline.com/E-Book/injuries

Sabiston, D. C. (1995). Buku Ajar Bedah Bagian 1. Jakarta: EGC.

Santamaria, N., Carville, K., & Prentice, J. (2009). Woundswest: Identifying The Prevalence of Wounds Within Western Australia's Public Health System. EWMA Journal, 13. Retrieved Januari 27, 2014, from http://www.health.wa.gov.au/woundswest/docs/EWMA_Identifying_Prevalen ce_Wounds2.pdf

Schwartz, S. I., Shires, G. T., & Spencer, F. C. (2000). Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah (6 ed.). Jakarta: EGC.


(25)

42

Sibbald, R. G., Leaper, D. J., & Queen, D. (2011). Iodine Made Easy. Wounds

International, 1-2. Retrieved from

http://www.woundsinternational.com/pdf/content_9860.pdf

Sjamsuhidajat, R., & Jong, W. D. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah (2nd ed.). Jakarta: EGC.

Soemardini, Dewi, D., & Imansyah, B. A. (2013). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L) Terhadap Peningkatan Kontraksi Luka Fase ProliferasiPada Perawatan Luka Bakar Derajat IIA Pada Tikus Putih (Rattus

norvegicus) Galur Wistar. Retrieved from

http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/keperawatan/Bayu%20Aldi%20I. pdf

Tersono, L. (2008). Tanaman Obat dan Jus untuk Mengatasi Penyakit Jantung, Hipertensi, Kolesterol, dan Stroke. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Tjitrosoepomo, G. (2001). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2012). Principles of Anatomy & Physiology (13th ed.). New York: John Wiley & Sons, Inc.

University of Colorado Denver. (2010, Juli 29). Wound Complications. Retrieved from

http://www.ucdenver.edu/academics/colleges/medicalschool/departments/surg ery/education/BasicScienceConf/Documents/7-29-10_McIntyre.pdf

Wasitaatmadja, S. M. (2007). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (5 ed.). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


(1)

Tabel 4.1 Durasi Penyembuhan Luka dalam Hari

Mencit EEDM

1% EEDM 2,5% EEDM 5% Kontrol Pembanding Kontrol Negatif

1 12 16 16 16 19

2 13 16 17 17 18

3 14 16 18 17 21

4 16 Mati 18 Mati 21

5 17 17 18 18 18

6 16 16 17 17 18

Rerata 14,67 16,2 17,33 17 19,17

Keterangan :

EEDM 1% adalah kelompok ekstrak etanol daun murbei 1% EEDM 2,5% adalah kelompok ekstrak etanol daun murbei 2,5% EEDM 5% adalah kelompok ekstrak etanol daun murbei 5% Kontrol pembanding adalah kelompok povidone iodine 1% Kontrol negatif adalah kelompok CMC 1%

Tabel 4.2 Hasil ANAVA Waktu Penyembuhan Luka

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 64.379 4 16.095 10.198 .000

Within Groups 36.300 23 1.578

Total 100.679 27

Hasil ANAVA menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat bermakna, dengan Fhitung (10,198) > Ftabel 1% (4,18) dan p = 0,000

(p < 0,01) terhadap waktu penyembuhan luka.

Hasil uji beda rata-rata LSD menunjukkan waktu penyembuhan luka bila dibandingkan dengan kontrol negatif pada kelompok EEDM 1%, EEDM 2,5% dan kontrol pembanding berbeda sangat bermakna dengan (p = 0,000,

p = 0,001 dan p = 0,009), sedangkan EEDM 5% berbeda bermakna (p = 0,019). Hal ini berarti EEDM 1%, EEDM 2,5% dan EEDM 5% mempercepat waktu penyembuhan luka insisi. EEDM 1% bila dibandingkan dengan EEDM 2,5% tidak berbeda bermakna (p = 0,056). Hal ini berarti EEDM 1% mempunyai potensi yang setara dengan EEDM 2,5%. Bila dibandingkan dengan EEDM 5%, EEDM 1%

berbeda sangat bermakna (p = 0,001) sedangkan dengan EEDM 2,5% tidak berbeda bermakna (p = 0,150) . Hal ini berarti EEDM 1% mempunyai potensi penyembuhan luka insisi yang paling kuat. Bila dibandingkan dengan kontrol pembanding, EEDM 1% berbeda sangat bermakna (p = 0,005) sedangkan EEDM 2,5% dan EEDM 5% tidak berbeda bermakna (p = 0,324 dan p = 0,665). Hal ini berarti EEDM 1% mempunyai potensi yang lebih kuat dibandingkan dengan kontrol pembanding.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa kelompok EEDM 1%, EEDM 2,5% dan EEDM 5% dapat mempercepat penyembuhan luka, karena daun murbei mengandung flavonoid, tanin, saponin, dan steroid (8).


(2)

SIMPULAN

Ekstrak etanol daun murbei mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster dan mempunyai potensi yang lebih kuat dibandingkan dengan povidone iodine dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster pada EEDM dengan konsentrasi 1%.

SARAN

Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan, maka perlu dilanjutkan dengan:

 Melakukan penelitian lebih lanjut dengan konsentrasi yang lebih bervariasi, yaitu antara EEDM 1% dan EEDM 2,5% untuk mengetahui konsentrasi mana yang mempunyai potensi paling kuat dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi.

 Melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan kontrol pembanding lain seperti hemolok (Feracrylum 1%).

 Melakukan penelitian lebih lanjut dengan hewan coba lain seperti tikus dan hewan lain yang stratanya lebih tinggi seperti kelinci.

 Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji toksisitas dan uji klinis pada manusia.

 Mengganti sekam pada kandang mencit secara rutin untuk mengurangi infeksi pada luka.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wasitaatmadja, Syarif M. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.

2. Woundswest: Identifying The Prevalence of Wounds Within Western Australia's Public Health System. Santamaria, Nick, Carville, Keryln and Prentice, Jenny. 2009, EWMA Journal, p. 13.

3. Driscoll, Patrick. Incidence and Prevalence of Wounds by Etiology. [Online] Desember

13, 2009.

http://blog.mediligence.com/2009/12/13/inci dence-and-prevalence-of-wounds-by-etiology/.

4. Boots and WebMD UK. [Online] 2012. http://drugs.webmd.boots.com/drugs/drug-

375-Betadine.aspx?drugid=375&drugname=Betad ine&source=3&isTicTac=False.

5. Juckett, G. Modern Pharmacology with Clinical Applications. 6. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2004. 6. Dalimartha, Setiawan. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Jakarta : Pustaka Bunda, 2008.

7. Cancer Chemoprevention Research Center Faculty of Pharmacy UGM. Murbei/Mulberry (Morus alba L.). [Online] 2008.

http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=2317. 8. Exploration of Healing Promoting Potentials of Leaves of Morus Alba L. in Albino Rats. Kaushik, Manish, Kaushik, Aditi and Murti, Krishna. 2013, American Journal of Pharmacology and Toxicology, p. 96. 9. Soemardini, Dewi, Dina and Imansyah, Bayu Aldi. Pengaruh Pemberian Ekstrak


(3)

Daun Sirih (Piper betle L) Terhadap Peningkatan Kontraksi Luka Fase ProliferasiPada Perawatan Luka Bakar Derajat IIA Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar. [Online] 2013. http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/ keperawatan/Bayu%20Aldi%20I.pdf.

10. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Dengan Metode Difusi Disk. Hermawan, Anang, Eliyani, Hana and Tyasningsih, Wiwiek. 2007, p. 5.


(4)

40

DAFTAR PUSTAKA

Allen, G. (2013).

Wound Healing and Growth Factors

. Retrieved from

http://emedicine.medscape.com/article/1298196-overview#aw2aab6b4

Ayello, E. A., & Cuddigan, J. E. (2004, Maret). Conquer Chronic Wounds with

Wound Bed Preparation.

The Nurse Practitioner, 29

, 8-9. Retrieved

November

3,

2014,

from

http://cenormagill.com.br/artigos/Conquer%20chronic%20wound%20with%2

0WBP.pdf

Boots

and

WebMD

UK.

(2012).

Retrieved

from

http://drugs.webmd.boots.com/drugs/drug-375-Betadine.aspx?drugid=375&drugname=Betadine&source=3&isTicTac=False

Cancer Chemoprevention Research Center Faculty of Pharmacy UGM. (2008).

Murbei/Mulberry

(Morus

alba

L.)

.

Retrieved

from

http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=2317

Chew, K. K., Ng, S. Y., Thoo, Y. Y., Khoo, M. Z., Wan Aida, W. M., & Ho, C. W.

(2011). Effect of ethanol concentration, extraction time and extraction

temperature on the recovery of phenolic compounds and antioxidant capacity

of Centella asiatica extracts.

International Food Research Journal

, 571.

Dalimartha, S. (2008).

Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5.

Jakarta: Pustaka

Bunda.

Driscoll, P. (2009, Desember 13).

Incidence and Prevalence of Wounds by Etiology

.

Retrieved

from

http://blog.mediligence.com/2009/12/13/incidence-and-prevalence-of-wounds-by-etiology/

Eroschenko, V. P. (2013).

diFiore's Atlas of Histology with Functional Corelations.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Gottrup, F., Melling, A., & Hollander, D. A. (2005, September 16). An overview of

surgical site infections: aetiology, incidence and risk factors. Retrieved from

http://www.worldwidewounds.com/2005/september/Gottrup/Surgical-Site-Infections-Overview.html

Gunawan, S. G. (2007).

Farmakologi dan Terapi.

Jakarta: Departemen Farmakologi


(5)

41

Hanafiah, K. A. (2005).

Rancangan Percobaan Aplikatif

(1 ed.). Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Hariana, H. A. (2008).

Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2.

Jakarta: Penebar

Swadaya.

Hermawan, A., Eliyani, H., & Tyasningsih, W. (2007). Pengaruh Ekstrak Daun Sirih

(Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli Dengan Metode Difusi Disk. 5.

Juckett, G. (2004).

Modern Pharmacology with Clinical Applications

(6 ed.).

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Kaushik, M., Kaushik, A., & Murti, K. (2013). Exploration of Healing Promoting

Potentials of Leaves of Morus Alba L. in Albino Rats.

American Journal of

Pharmacology and Toxicology

, 96.

Melton, J. L., & Swanson, J. R. (1996, November 15).

Anatomy and Histology of

Normal

Skin

-

Contents

.

Retrieved

from

http://www.meddean.luc.edu/lumen/meded/medicine/dermatology/melton/ski

nlsn/sknlsn.htm

Mescher, A. L. (2010).

Junqueira's Basic Histology

(12th ed.). New York: McGraw

Hill.

National Pressure Ulcer Advisory Panel. (2007).

NPUAP Pressure Ulcer

Stages/Categories

.

Retrieved

November

3,

2014,

from

http://www.npuap.org/resources/educational-and-clinical-resources/npuap-pressure-ulcer-stagescategories/

Rao, D. (2013).

Forensic Pathology Online

. Retrieved November 3, 2014, from

http://www.forensicpathologyonline.com/E-Book/injuries

Sabiston, D. C. (1995).

Buku Ajar Bedah Bagian 1.

Jakarta: EGC.

Santamaria, N., Carville, K., & Prentice, J. (2009). Woundswest: Identifying The

Prevalence of Wounds Within Western Australia's Public Health System.

EWMA

Journal

,

13.

Retrieved

Januari

27,

2014,

from

http://www.health.wa.gov.au/woundswest/docs/EWMA_Identifying_Prevalen

ce_Wounds2.pdf

Schwartz, S. I., Shires, G. T., & Spencer, F. C. (2000).

Intisari Prinsip-prinsip Ilmu


(6)

42

Sibbald, R. G., Leaper, D. J., & Queen, D. (2011). Iodine Made Easy.

Wounds

International

,

1-2.

Retrieved

from

http://www.woundsinternational.com/pdf/content_9860.pdf

Sjamsuhidajat, R., & Jong, W. D. (2004).

Buku Ajar Ilmu Bedah

(2nd ed.). Jakarta:

EGC.

Soemardini, Dewi, D., & Imansyah, B. A. (2013).

Pengaruh Pemberian Ekstrak

Daun Sirih (Piper betle L) Terhadap Peningkatan Kontraksi Luka Fase

ProliferasiPada Perawatan Luka Bakar Derajat IIA Pada Tikus Putih (Rattus

norvegicus)

Galur

Wistar

.

Retrieved

from

http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/keperawatan/Bayu%20Aldi%20I.

pdf

Tersono, L. (2008).

Tanaman Obat dan Jus untuk Mengatasi Penyakit Jantung,

Hipertensi, Kolesterol, dan Stroke.

Jakarta: Agromedia Pustaka.

Tjitrosoepomo, G. (2001).

Morfologi Tumbuhan.

Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2012).

Principles of Anatomy & Physiology

(13th

ed.). New York: John Wiley & Sons, Inc.

University of Colorado Denver. (2010, Juli 29).

Wound Complications.

Retrieved

from

http://www.ucdenver.edu/academics/colleges/medicalschool/departments/surg

ery/education/BasicScienceConf/Documents/7-29-10_McIntyre.pdf

Wasitaatmadja, S. M. (2007).

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

(5 ed.). Jakarta:


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Daun Murbei Morus alba Terhadap Indeks Nutrisi Ulat Sutera Bombyx mori L. (Lepidoptera:Bombicidae)

1 55 65

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN MURBEI (Morus alba L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Murbei (Morus Alba L.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Pada Tikus Putih Hiperlipidemia.

0 4 12

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN MURBEI (Morus alba L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Murbei (Morus Alba L.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Pada Tikus Putih Hiperlipidemia.

0 3 15

Efektivitas Ekstak Etanol Kulit Buah Delima Putih (Punica granatum L.) Terhadap Durasi Penyembuhan Luka Insisi pada Mencit Swiss Webster Jantan.

0 0 19

Pengaruh Bawang Putih (Allium sativum L.) terhadap Penyembuhan Luka Insisi pada Mencit Swiss Webster.

3 17 18

Perbandingan Efek Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Murbei (Morus alba L.) dan Ekstrak Etanol Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) pada Mencit Swiss Webster.

0 5 33

Efek Ekstrak Etanol Daun Binahong ( Anredera cordifolia(Ten.) Steenis ) terhadap Penyembuhan Luka Insisi pada Mencit betina Galur Swiss Webster.

0 0 18

Pengaruh Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon (Musa paradisiaca, L. forma sapientum, L.) Dalam Mempercepat Durasi Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Swiss Webster Betina.

11 21 27

Pengaruh Lidah Buaya (Aloe vera L.) Terhadap Waktu Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Swiss Webster Jantan.

0 0 18

Pengaruh Ekstrak Teripang Emas (Stichopus variegatus) Terhadap Waktu Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Swiss Webster Jantan.

1 4 22