Pengaruh Bawang Putih (Allium sativum L.) terhadap Penyembuhan Luka Insisi pada Mencit Swiss Webster.

(1)

iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

PENGARUH BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster Kevin Octavianus Sugianto, 2015; Pembimbing 1: Roro Wahyudianingsih, dr.,

SpPA

Pembimbing 2: Wenny Waty, dr., MPd, Ked Latar Belakang Kulit merupakan bentuk pertahanan tubuh utama dari berbagai macam penyebab cedera yang mungkin terjadi. Bawang putih yang mengandung allicin sudah dikenal berkhasiat oleh masyarakat, merupakan bumbu dapur yang mudah didapat dan harganya relatif murah.

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah bawang putih dapat mempengaruhi penyembuhan luka.

Metode Penelitian ini menggunakan Rancang Acak Lengkap bersifat eksperimental laboratorik sungguhan. Hewan yang digunakan adalah mencit galur Swiss-Webster beurumur 8 minggu sebanyak 21 ekor yang telah diadaptasi dan dibagi menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 7 ekor mencit. Kulit punggung masing-masing mencit dicukur bulunya lalu dilukai sepanjang 2 cm lalu diberi perlakuan sebagai berikut: kelompok pertama diberi Carboxymethyl cellulose 1% (CMC), kelompok kedua diberi feracrylum 1% (FE), dan kelompok ketiga diberi gerusan umbi bawang putih (BP). Pemeriksaan panjang luka secara makroskopis dengan cara dilakukan pengukuran setiap hari sampai hari ke-7. Pemeriksaan secara mikroskopis juga dilakukan sebagai informasi tambahan pada hari ke-7. Analisis data penyembuhan luka secara makroskopis menggunakan metode Analisis Varian (ANAVA) satu arah dan dilanjutkan dengan uji beda rata-rata LSD (p=0.05).

Hasil Dari hasil pemeriksaan makroskopis terdapat perbedaan rerata panjang luka yang sangat signifikan antara kelompok BP dengan kelompok CMC, dan signifikan dengan kelompok FE. Rerata panjang luka kelompok BP pada hari ke-7 adalah 0,8 cm, kelompok CMC 1,07 cm (p=0,000), dan kelompok FE 0,81 cm (p=0,064). Pada pemeriksaan mikroskopis kelompok BP meningkatkan derajat reepitelisasi, tetapi menurunkan derajat neutrofil subepitelial dan derajat edema.

Simpulan Bawang putih (Allium sativum L.) mempercepat penyembuhan luka insisi.


(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF GARLIC (Allium sativum L.) TOWARDS THE WOUND HEALING PROCESS OF INCISION WOUND ON Swiss-Webster MICE

Kevin Octavianus Sugianto, 2015; 1st Tutor : Roro Wahyudianingsih, dr., SpPA 2ndTutor : Wenny Waty, dr., MPd, Ked

Background Skin is the primary form of body’s protection towards many causes which lead to injury. Garlic is already known as a useful spice which is easy to get and the price is relatively inexpensive.

Aim This research was conducted to determine whether garlic has effect in

wound healing.

Methods This experiment was true experimental laboratory with complete

randomized design. 21 Swiss-Webster aged 8 weeks which has gone through adaptation for 7 days were divided into 3 groups with each group consists of 7 mice. The fur on each mouse’s back was cut, then sliced as long as 2 cm and then treated as following: First group were given Carboxymethyl cellulose 1% (CMC), second group were given feracrylum 1% (FE), and third group given crushed garlic bulb (BP). Macroscopic examination on wound healing activity were measured from day to day up to 7th day. Microscopic examination act only as additional data on the 7th day. The macroscopic wound healing data observed were analyzed using one way ANOVA and continued with Post Hoc LSD (p=0.05).

Result On macroscopic examination, there were significant differences

between BP compared to CMC and a non significant differences between BP compared to FE. the average wound length on BP is 0,8 cm, the average length for CMC is 1,07 cm (p=0.000) and average length for FE is 0,81 cm (p=0.064). On microscopic examination BP increased the degree of reepithelialization, but decreased the degree of sub epithelial neutrophils and degree of edema.

Conclusion Garlic can accelerate incision wound healing. Keywords : Garlic, incision wound, wound healing


(3)

viii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

JUDUL……….i

LEMBAR PERSETUJUAN ……….…ii

SURAT PERNYATAAN………...…iii

ABSTRAK……….…iv

ABSTRACT………...v

KATA PENGANTAR………vi

DAFTAR ISI………viii

DAFTAR TABEL………...x

DAFTAR GAMBAR ………xi

DAFTAR LAMPIRAN………xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……….1

1.2 Identifikasi Masalah……….2

1.3 Tujuan Penelitian……….2

1.4 Manfaat Penelitian………...3

1.5 Kerangka Pemikiran……….3

1.6 Hipotesis Penelitian….……….4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka………...6

2.1.1 Definisi Luka………...6

2.1.2 Proses Penyembuhan Luka………..8

2.1.2.1 Regenerasi Sel………..9

2.1.2.2 Pemulihan oleh Jaringan Ikat……….10

2.1.2.3 Faktor Pertumbuhan pada Regenerasi Sel dan Fibrosis………...13

2.1.2.4 Penyembuhan Luka……….14 2.1.2.4.1 Penyembuhan Luka Primer………....16


(4)

2.2.1 Morfologi dan Taksonomi……….18

2.2.2 Asal Usul dan Kegunaan Bawang Putih………...19

2.3 Feracrylum……….…21

2.4 Carboxymethyl cellulose………22

2.5 Kulit………23

2.5.1 Epidermis………..24

2.5.1.1 Lapisan Epidermis………24

2.5.1.2 Melanosit………..26

2.5.1.3 Sel Langerhans……….26

2.5.1.4 Sel Merkel………27

2.5.2 Dermis………..27

2.5.3 Jaringan Subkutan………28

2.5.4 Adneksa Kulit………...29

2.6 Fisiologi Kulit………32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Subjek Penelitian………..34

3.1.1 Alat dan Bahan yang Digunakan………..34

3.1.2 Subjek Penelitian………...35

3.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian………....35

3.2 Metode Penelitian………...35

3.2.1 Desain Penelitian………...35

3.2.2 Variabel Penelitian………....35

3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel……….…..36

3.2.3 Besar Sampel Penelitian………...38

3.3 Prosedur Penelitian…..………...39

3.3.1 Pengumpulan Bahan………..39

3.3.2 Persiapan Hewan Coba………..39

3.3.3 Prosedur Penelitian………39


(5)

x Universitas Kristen Maranatha 3.5 Metode

Analisis………...…41

3.5.1 Hipotesis Statistik………..41

3.5.2 Kriteria Uji………41

3.5.3 Aspek Etik Penelitian………41

BAB IV HASIL PEMBAHASAN 4.1 HasilPenelitian………42

4.1.1 Pemeriksaan Makroskopis……….42

4.1.2 Pemeriksaan Mikroskopis……….46

4.2 Pembahasan………49

4.3 Uji Hipotesis……….………..51

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan………53

5.1.1 Simpulan Tambahan………..53

5.2 Saran………..54

DAFTAR PUSTAKA………54

LAMPIRAN………..57


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Faktor Penyembuhan Utama pada Penyembuhan Luka………14 Tabel 4.1 Rerata Panjang Luka (cm) pada Perlakuan

Carboxymethyl cellulose (CMC) per 7 Hari………..42 Tabel 4.2 Rerata Panjang Luka (cm) pada Perlakuan

Feracrylum (FE) per 7 Hari………...43 Tabel 4.3 Rerata Panjang Luka (cm) pada Perlakuan

Bawang putih (BP) per 7 Hari………...43 Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Rerata Panjang Luka………...45 Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Rerata Panjang Luka ………..45 Tabel 4.6 Hasil Uji ANAVA Rerata Panjang Luka pada Setiap Kelompok……..45 Tabel 4.7 Hasil Uji Post Hoc LSD Rerata Panjang Luka Setiap Kelompok…….46 Tabel 4.8 Rerata Hasil Pemeriksaan Mikroskopis Penyembuhan

Luka Kelompok CMC pada hari ke-7………...47 Tabel 4.9 Rerata Hasil Pemeriksaan Mikroskopis Penyembuhan

Luka Kelompok FE pada hari ke-7………... 47 Tabel 4.10 Rerata Hasil Pemeriksaan Mikroskopis Penyembuhan


(7)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mekanisme Regulasi Pengaturan Populasi Sel………..8

Gambar 2.2 Proses Angiogenesis……….….11

Gambar 2.3 Regulasi Metaloproteinase Matriks………..13

Gambar 2.4 Fase Penyembuhan………...…15

Gambar 2.5 Penyembuhan Luka Primer………...16

Gambar 2.6 Bawang putih………18

Gambar 2.7 Hemolok………21

Gambar 2.8 Kulit………..23

Gambar 2.9 Epidermis………..24

Gambar 2.10 Dermis………29

Gambar 4.1 Grafik Rerata Panjang Luka (cm) pada Setiap Kelompok dalam 7 Hari………...…..44


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan Dosis Ketamin………....56

Lampiran 2 Dokumentasi………...57

Lampiran 3 Hasil Pemeriksaan Mikroskopis……….58


(9)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vulnus (luka) adalah terputusnya kontinuitas jaringan tubuh dan terganggunya integrasi normal dari kulit serta jaringan di bawahnya yang dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, trauma termal, kimiawi, ledakan, sengatan listrik, kecelakaan lalu lintas, atau gigitan hewan (Wulandari, et al., 2013). Vulnus scissum (luka insisi) adalah jenis luka yang ditandai dengan tepi luka yang berupa garis lurus dan beraturan. Vulnus scissum dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari karena terkena pisau dapur, dan sayatan benda tajam lainnya (Bakkara, 2012).

Luka insisi merupakan luka yang relatif kecil dan biasanya dianggap remeh. Padahal setiap luka yang tidak ditangani dengan benar dapat menimbulkan komplikasi, contohnya adalah perdarahan dan infeksi (Fakultas Keperawatan Unpad, 2007).

Di Indonesia prevalensi cedera secara nasional adalah 8,2 %. Penyebab cedera terbanyak, yaitu jatuh (40,9%) dan kecelakaan sepeda motor (40,6%). Tiga urutan terbanyak jenis cedera yang dialami penduduk adalah luka lecet/memar (70,9%), terkilir (27,5%) dan luka robek (23,2%). Sedangkan menurut tempat terjadinya cedera, yaitu di jalan raya (42,8%), rumah (36,5%), area pertanian (6,9%) dan sekolah (5,4%) (RISKESDAS, 2013).

Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan untuk melindungi dan memulihkan dirinya sendiri yang dilakukan dengan cara meningkatkan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing serta memulai perkembangan awal seluler. Proses penyembuhan dapat terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat digunakan untuk mendukung proses penyembuhan. Bahan perawatan tersebut dapat melindungi area luka agar bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan, hal tersebut dapat membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan (Ismail, 2011).


(10)

Biasanya masyarakat menggunakan obat-obat modern yang banyak dijual di apotik untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Obat-obatan modern seperti Povidone Iodine selain mempunyai kelebihan juga mempunyai kekurangan, seperti iritasi pada kulit dan alergi yang dapat memperlambat penyembuhan luka (Timotius, et al., 2012). Sekarang ini penggunaan Povidone Iodine sudah mulai tergantikan oleh Feracrylum yang masih tergolong zat baru, namun telah digunakan secara luas di luar negeri (Diah, 2010). Feracrylum dianggap sebagai zat yang mempunyai efek samping lebih minimal dibandingkan dengan Povidone Iodine. Sebagai zat kimia yang tentu saja hanya dapat dibeli di apotik, Feracrylum pun mempunyai kekurangannya tersendiri yaitu harganya yang masih tergolong mahal, oleh karena itu masyarakat sering mencari alternatif pengobatan lain, antara lain yaitu obat - obatan herbal.

Bawang putih (Allium sativum L) merupakan salah satu tanaman yang mudah dijumpai di Indonesia dan sudah dikenal khasiatnya sebagai obat tekanan darah tinggi, obat sakit kepala, dan antibiotika (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, 2000). Bawang putih ternyata juga dapat digunakan sebagai bahan untuk membantu penyembuhan luka karena adanya senyawa alicin. Alicin yang diketahui mempunyai efek antimikroba yang mempunyai hubungan dengan penyembuhan luka. Oleh karena itu peneliti ingin menggunakan bawang putih (Allium sativum L) untuk mengetahui pengaruh bawang putih (Allium sativum L) terhadap penyembuhan luka insisi. Dalam penelitian ini juga peneliti melihat efek bawang putih dalam penyembuhan luka secara mikroskopis sehingga dapat terlihat bagaimana kualitas penyembuhan luka dari bawang putih tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apakah bawang putih (Allium sativum L.) berpengaruh terhadap penyembuhan luka pada mencit Swiss Webster.


(11)

3 Universitas Kristen Maranatha 2. Mengetahui gambaran histopatologi di hari ke – 7 penyembuhan luka

setelah menggunakan bawang putih (Allium sativum L.) secara topikal pada mencit Swiss Webster.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah memberi informasi untuk obat alternatif untuk penyembuhan luka insisi dengan efek samping minimal dan mudah didapatkan.


(12)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Akademis

Menambah wawasan di bidang farmakologi mengenai efek penggunaan bawang putih untuk penyembuhan luka insisi.

Manfaat Praktis

Memberi informasi pada masyarakat bahwa bawang putih mempunyai senyawa yang dapat membantu penyembuhan luka insisi.

1.5 Kerangka Pemikiran

Proses penyembuhan luka merupakan proses yang berhubungan dengan sel darah, protein, protease, growth factor, dan komponen matriks ekstraseluler. Tahap-tahap penyembuhan luka dapat dibagi jadi 3 tahap yang saling tumpang tindih, yaitu: (Nafarin, 2012)

1) Tahap inflamasi

Pada tahap inflamasi neutrofil dan makrofag memegang peranan penting dalam proses penyembuhan luka.

2) Tahap proliferasi

Tahap proliferasi ditandai dengan terjadinya epitelialisasi, angiogenesis, pembentukan jaringan granulasi, dan deposisi kolagen.

3) Tahap maturasi

Tahap maturasi merupakan tahap terjadinya perubahan dari jaringan granulasi menjadi jaringan parut. Pada tahap ini juga terjadi deposisi kolagen oleh fibroblas.

Louis Pasture pada tahun 1848 menyatakan bahwa bawang putih (Allium sativum L) memiliki potensi antibakteri spektrum luas terhadap bakteri Gram positif maupun bakteri Gram negatif. Beberapa bakteri yang telah diketahui memiliki respon terhadap bawang putih adalah Aerobacter, Aeromonas, Bacillus, Citrella, Citrobacter, Clostridium, Enterobacter, Eschericia, Klebsiella,


(13)

5 Universitas Kristen Maranatha Lactobacillus, Leuconostoc, Micrococcus, Mycobacterium, Proteus, Providencia, Pseudomonas, Salmonella, Serratia, Staphylococcus, Streptococcus, dan Vibrio (Saeed & Tariq, 2006).

Bawang putih (Allium sativum L) mengandung vitamin A, vitamin C, potassium, fosfor, selenium, dan asam amino. Selain itu terdapat juga lebih dari 75 senyawa yang mengandung sulfur termasuk alliin (S-allyl-Lcysteine sulphoxide). Jika umbinya digerus maka alliin akan berubah menjadi allicin (diallyl-disulphide Soxide) yang merupakan antibakterial spektrum luas. Selain itu allicin berfungsi sebagai antibiotik, antikoagulan, antijamur, dan antikanker (Titus, 2009).

Vitamin A dapat membantu penyembuhan luka dengan cara menekan jumlah fibroblas dan mengaktivasi makrofag (Hunt, 1986). Vitamin C dapat membantu penyembuhan luka dengan cara meningkatkan sintesis kolagen (Ringsdorf & Cheraskin, 1982). Potassium dapat membantu penyembuhan luka (Kim, et al., 2010). Sedangkan fosfor, selenium, dan asam amino merupakan zat-zat yang mendukung penyembuhan.

Allicin yang terkandung dalam bawang putih (Allium sativum L) merupakan agen anti-inflamasi dengan cara memulai aktivitas immunomodulator dan mempercepat proses inflamasi. Pada awalnya, proses inflamasi dibutuhkan untuk penyembuhan luka, tetapi inflamasi yang berlebihan dapat menyebabkan kematian sel dan menghambat penyembuhan luka. Proses inflamasi yang berlebihan akan menghambat proses penyembuhan karena akan menekan proliverative growth factor seperti TGF-β. TGF-β akan meregulasi fibroblas yang merupakan faktor penting dalam tahap proliferatif. Allicin akan menekan sekresi sitokin - sitokin proinflamasi sehingga memengaruhi penyembuhan luka dengan cara mencegah proses inflamasi yang berlebihan (Novianty, et al., 2011).

1.6 Hipotesis Penelitian

Bawang putih (Allium sativum L) mempercepat penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster.


(14)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Bawang putih (Allium sativum L.) mempercepat penyembuhan luka insisi.

2. Secara histopatologis didapatkan hasil sebagai berikut:

a. Kelompok yang diberi gerusan bawang putih (Allium sativum L.) secara topikal didapatkan hasil derajat reepitelialisasi pada luka insisi pada derajat severe.

b. Kelompok yang diberi gerusan bawang putih (Allium sativum L.) secara topikal didapatkan hasil derajat edema pada luka insisi pada derajat mild.

c. Kelompok yang diberi gerusan bawang putih (Allium sativum L.) secara topikal didapatkan hasil densitas neutrofil pada luka insisi pada derajat mild.

d. Kelompok yang diberi gerusan bawang putih (Allium sativum L.) secara topikal didapatkan hasil derajat angiogenesis pada luka insisi pada derajat mild.

e. Kelompok yang diberi gerusan bawang putih (Allium sativum L.) secara topikal didapatkan hasil densitas fibroblas pada luka insisi pada derajat mild.

f. Kelompok yang diberi gerusan bawang putih (Allium sativum L.) secara topikal didapatkan hasil densitas kolagen pada luka insisi pada derajat moderate.


(15)

54 Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam hal pemeriksaan makroskopis pada hari ke - 3, ke - 5, ke - 10, ke - 14, dan ke - 20 untuk melihat fase penyembuhan luka yang lebih jelas.

2. Perlu penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sediaan bawang putih yang lain.


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

(2013). RISKESDAS 2013. Retrieved from

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas %202013.pdf

Bakkara, C. J. (2012). Pengaruh Perawatan Luka Bersih Menggunakan Sodium Klorida 0,9% dengan povidine iodine 10% terhadap penyembuhan luka Post Apppendiktomi di RSU Kota Tanjung Pinang.

Bennet, N. J., Josling, P. D., & Cutler, R. (2008). Stabilised allicin >> a unique natural microbial agent. European Journal for Nutraceutical Research, 1-15.

Cotran, R. S., & Mitchell, R. N. (2012). Pemulihan jaringan: regenerasi dan fibrosis sel. In V. Kumar, R. S. Cotran, & S. L. Robbins, Buku Ajar Patologi (pp. 65-84). Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. (2000). Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). In J. R. Hutapea, & Djumidi, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) (pp. 15-16). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Diah. (2010). Retrieved 2015, from Jurnal medika: http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2010/edisi-no-06-vol-xxxvi-2010/202-kegiatan/320-Feracrylum-hemostatik-oral-terbaru-di-indonesia Ejaz, S., Chekarova, I., Cho, J. W., Lee, S. Y., Ashraf, S., & Lim, C. W. (2009).

Effect of aged garlic extract on wound healing : a new frontier in wound management. Drug and Chemical Toxicology, 191-203.

Fakultas Keperawatan Unpad. (2007, July). Retrieved from http://www.fkep.unpad.ac.id/2007/07/perawatan-luka/

Garrett, Q., Simmons, P. A., Xu, S., Vehige, J., Zhao, Z., Ehrmann, K., et al. (2007). Carboxymethylcellulose Binds to Human Corneal Epithelial Cells and Is a Modulator of Corneal Epithelial Wound Healing. Investigative Ophtalmology & Visual Science, 1559-1567.

Goverment Medical College & Hospital. (n.d.). Retrieved 2015, from

http://gmch.gov.in/e-study/e%20lectures/Pathology/L10%20wound%20healing.pdf

Hanafiah, K. A. (2005). Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Rajawali Press.


(17)

56 Universitas Kristen Maranatha Informasi Kesehatan. (2013). Jendela Informasi Kesehatan. Retrieved 2015, from

http://www.info-kes.com/2013/04/5-manfaat-kesehatan-dari-bawang-putih.html

Ismail. (2011). Luka dan Perawatannya. Retrieved from Blog UMY Community: http://blog.umy.ac.id/topik/files/2011/12/Merawat-luka.pdf

Jarrahi, M., & Vafaei, A. (2004). Effect of crushed garlic extract on wound heaing in albino rats. Iranian Journal of Pharmaceutical Research, 44.

Junqueira, L. C., & Carneiro, J. (2007). Basic Histology Text & Atlas. The McGraw-Hill Companies.

Kumar, V., Cotran, R. S., & Robbins, S. L. (2012). Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC.

Lang, A., Lahav, M., Sakhinini, E., Barshack, I., Fidder, H. H., Avidan, B., et al. (2004). Allicin inhibits spontaneous and TNF-α induced secretion of proinflamatory cytokines and chemokines from intestinal epithelial cells. Clinical Nutrition Journal, 1199-1208.

Mescher, L. A. (2010). Junqueira's Basic Histology. Singapore: McGraw-Hill Education (Asia).

MIMS Indonesia. (n.d.). Retrieved 2015, from http://www.mims.com/Indonesia/image/info/hemolok%20topical%20soln

%201%20percent/1%20percent?id=a192aa54-df62-48e1-a6be-a12000b0b6b9

Miron, T., Rabinkov, A., Mirelman, D., Wilchek, M., & Weiner, L. (2000). The mode of action of allicin: its ready permeability through phospolipid membranes may contribute to its biological activity. Biochimia et Biophysica Acta(BBA) - Biomembranes, 20-30.

Nafarin, M. (2012). Retrieved from Academia.edu: https://www.academia.edu/8095315/Penyembuhan_Luka

Novianty, R. A., Chrismawaty, B. E., & Subagyo, G. (2011). Effect of Allicin for Re-epithelialization During Healing in Oral Ulcer Model. The Indonesian Journal of Dental Research.

Saeed, S., & Tariq, P. (2006). Effects of some Seasonal Vegetables and Fruits on the Growths of Bacteria. Pakistan Journal of Biological Science.

Sardari, K., Dehgan, M. M., Mohri, M., Emami, M. R., Mirshahi, A., Malcki, M., et al. (2006). Macroscopic aspects of wound healing(contraction and epithleiasitation) after topical dministration of allicin in dogs. Comp Clin Pathol, 231-235.


(18)

Timotius, I. C., Puradisastra, S., & Tiono, H. (2012). EFFECT OF GARLIC TUBER JUICE (Allium sativum L.) IN WOUND HEALING SHORTEN THE DURATION OF SWISS WEBSTER MICE. Jurnal Medika Planta. Titus, M. (2009). Efficacy of Allium sativum (Garlic) Bulbs Extracts on Some

Enteric (Pathogenic) Bacteria. New York Science Journal.

Turtay, M. G., Firat, C., Samdanci, E., Oguzturk, H., Erbartur, S., & Colak, C. (2010). Effects of montelukast on burn wound healing in a rat model. Clinical and Investigative Medicine.

Wasiaatmadja, S. M. (2009). Anatomi kulit. In A. Djuanda, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (pp. 3-5). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Wasiaatmadja, S. M. (2009). Faal Kulit. In A. Djuanda, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (pp. 7-8). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Web Health Solution. (n.d.). Retrieved 2015, from

http://www.webhealthsolution.com/skin/integumentary-sistem-anatomy Wijayakusuma, H. M. (2004). Atasi Kanker dengan Tumbuhan Obat. Jakarta:

Puspa Swara, Anggota IKAPI.

Wulandari, A., Azis, A., & Aryanti, N. (2013). Efektifitas Penyembuhan Luka Pada Penggunaan Rivanol Dengan Penggunaan Povidone Iodine Terhadap Vulnus Laseratum.


(1)

5 Universitas Kristen Maranatha

Lactobacillus, Leuconostoc, Micrococcus, Mycobacterium, Proteus, Providencia, Pseudomonas, Salmonella, Serratia, Staphylococcus, Streptococcus, dan Vibrio (Saeed & Tariq, 2006).

Bawang putih (Allium sativum L) mengandung vitamin A, vitamin C, potassium, fosfor, selenium, dan asam amino. Selain itu terdapat juga lebih dari 75 senyawa yang mengandung sulfur termasuk alliin (S-allyl-Lcysteine sulphoxide). Jika umbinya digerus maka alliin akan berubah menjadi allicin (diallyl-disulphide Soxide) yang merupakan antibakterial spektrum luas. Selain itu allicin berfungsi sebagai antibiotik, antikoagulan, antijamur, dan antikanker (Titus, 2009).

Vitamin A dapat membantu penyembuhan luka dengan cara menekan jumlah fibroblas dan mengaktivasi makrofag (Hunt, 1986). Vitamin C dapat membantu penyembuhan luka dengan cara meningkatkan sintesis kolagen (Ringsdorf & Cheraskin, 1982). Potassium dapat membantu penyembuhan luka (Kim, et al., 2010). Sedangkan fosfor, selenium, dan asam amino merupakan zat-zat yang mendukung penyembuhan.

Allicin yang terkandung dalam bawang putih (Allium sativum L) merupakan agen anti-inflamasi dengan cara memulai aktivitas immunomodulator dan mempercepat proses inflamasi. Pada awalnya, proses inflamasi dibutuhkan untuk penyembuhan luka, tetapi inflamasi yang berlebihan dapat menyebabkan kematian sel dan menghambat penyembuhan luka. Proses inflamasi yang berlebihan akan menghambat proses penyembuhan karena akan menekan proliverative growth factor seperti TGF-β. TGF-β akan meregulasi fibroblas yang merupakan faktor penting dalam tahap proliferatif. Allicin akan menekan sekresi sitokin - sitokin proinflamasi sehingga memengaruhi penyembuhan luka dengan cara mencegah proses inflamasi yang berlebihan (Novianty, et al., 2011).

1.6 Hipotesis Penelitian

Bawang putih (Allium sativum L) mempercepat penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster.


(2)

53 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Bawang putih (Allium sativum L.) mempercepat penyembuhan luka insisi.

2. Secara histopatologis didapatkan hasil sebagai berikut:

a. Kelompok yang diberi gerusan bawang putih (Allium sativum L.) secara topikal didapatkan hasil derajat reepitelialisasi pada luka insisi pada derajat severe.

b. Kelompok yang diberi gerusan bawang putih (Allium sativum L.) secara topikal didapatkan hasil derajat edema pada luka insisi pada derajat mild.

c. Kelompok yang diberi gerusan bawang putih (Allium sativum L.) secara topikal didapatkan hasil densitas neutrofil pada luka insisi pada derajat mild.

d. Kelompok yang diberi gerusan bawang putih (Allium sativum L.) secara topikal didapatkan hasil derajat angiogenesis pada luka insisi pada derajat mild.

e. Kelompok yang diberi gerusan bawang putih (Allium sativum L.) secara topikal didapatkan hasil densitas fibroblas pada luka insisi pada derajat mild.

f. Kelompok yang diberi gerusan bawang putih (Allium sativum L.) secara topikal didapatkan hasil densitas kolagen pada luka insisi pada derajat moderate.


(3)

54 Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam hal pemeriksaan makroskopis pada hari ke - 3, ke - 5, ke - 10, ke - 14, dan ke - 20 untuk melihat fase penyembuhan luka yang lebih jelas.

2. Perlu penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sediaan bawang putih yang lain.


(4)

55 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

(2013). RISKESDAS 2013. Retrieved from

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas %202013.pdf

Bakkara, C. J. (2012). Pengaruh Perawatan Luka Bersih Menggunakan Sodium Klorida 0,9% dengan povidine iodine 10% terhadap penyembuhan luka Post Apppendiktomi di RSU Kota Tanjung Pinang.

Bennet, N. J., Josling, P. D., & Cutler, R. (2008). Stabilised allicin >> a unique natural microbial agent. European Journal for Nutraceutical Research, 1-15.

Cotran, R. S., & Mitchell, R. N. (2012). Pemulihan jaringan: regenerasi dan fibrosis sel. In V. Kumar, R. S. Cotran, & S. L. Robbins, Buku Ajar Patologi (pp. 65-84). Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. (2000). Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). In J. R. Hutapea, & Djumidi, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) (pp. 15-16). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Diah. (2010). Retrieved 2015, from Jurnal medika: http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2010/edisi-no-06-vol-xxxvi-2010/202-kegiatan/320-Feracrylum-hemostatik-oral-terbaru-di-indonesia Ejaz, S., Chekarova, I., Cho, J. W., Lee, S. Y., Ashraf, S., & Lim, C. W. (2009).

Effect of aged garlic extract on wound healing : a new frontier in wound management. Drug and Chemical Toxicology, 191-203.

Fakultas Keperawatan Unpad. (2007, July). Retrieved from http://www.fkep.unpad.ac.id/2007/07/perawatan-luka/

Garrett, Q., Simmons, P. A., Xu, S., Vehige, J., Zhao, Z., Ehrmann, K., et al. (2007). Carboxymethylcellulose Binds to Human Corneal Epithelial Cells and Is a Modulator of Corneal Epithelial Wound Healing. Investigative Ophtalmology & Visual Science, 1559-1567.

Goverment Medical College & Hospital. (n.d.). Retrieved 2015, from

http://gmch.gov.in/e-study/e%20lectures/Pathology/L10%20wound%20healing.pdf

Hanafiah, K. A. (2005). Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Rajawali Press.


(5)

56 Universitas Kristen Maranatha

Informasi Kesehatan. (2013). Jendela Informasi Kesehatan. Retrieved 2015, from http://www.info-kes.com/2013/04/5-manfaat-kesehatan-dari-bawang-putih.html

Ismail. (2011). Luka dan Perawatannya. Retrieved from Blog UMY Community: http://blog.umy.ac.id/topik/files/2011/12/Merawat-luka.pdf

Jarrahi, M., & Vafaei, A. (2004). Effect of crushed garlic extract on wound heaing in albino rats. Iranian Journal of Pharmaceutical Research, 44.

Junqueira, L. C., & Carneiro, J. (2007). Basic Histology Text & Atlas. The McGraw-Hill Companies.

Kumar, V., Cotran, R. S., & Robbins, S. L. (2012). Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC.

Lang, A., Lahav, M., Sakhinini, E., Barshack, I., Fidder, H. H., Avidan, B., et al. (2004). Allicin inhibits spontaneous and TNF-α induced secretion of proinflamatory cytokines and chemokines from intestinal epithelial cells. Clinical Nutrition Journal, 1199-1208.

Mescher, L. A. (2010). Junqueira's Basic Histology. Singapore: McGraw-Hill Education (Asia).

MIMS Indonesia. (n.d.). Retrieved 2015, from http://www.mims.com/Indonesia/image/info/hemolok%20topical%20soln

%201%20percent/1%20percent?id=a192aa54-df62-48e1-a6be-a12000b0b6b9

Miron, T., Rabinkov, A., Mirelman, D., Wilchek, M., & Weiner, L. (2000). The mode of action of allicin: its ready permeability through phospolipid membranes may contribute to its biological activity. Biochimia et Biophysica Acta(BBA) - Biomembranes, 20-30.

Nafarin, M. (2012). Retrieved from Academia.edu: https://www.academia.edu/8095315/Penyembuhan_Luka

Novianty, R. A., Chrismawaty, B. E., & Subagyo, G. (2011). Effect of Allicin for Re-epithelialization During Healing in Oral Ulcer Model. The Indonesian Journal of Dental Research.

Saeed, S., & Tariq, P. (2006). Effects of some Seasonal Vegetables and Fruits on the Growths of Bacteria. Pakistan Journal of Biological Science.

Sardari, K., Dehgan, M. M., Mohri, M., Emami, M. R., Mirshahi, A., Malcki, M., et al. (2006). Macroscopic aspects of wound healing(contraction and epithleiasitation) after topical dministration of allicin in dogs. Comp Clin Pathol, 231-235.


(6)

57 Universitas Kristen Maranatha

Timotius, I. C., Puradisastra, S., & Tiono, H. (2012). EFFECT OF GARLIC TUBER JUICE (Allium sativum L.) IN WOUND HEALING SHORTEN THE DURATION OF SWISS WEBSTER MICE. Jurnal Medika Planta. Titus, M. (2009). Efficacy of Allium sativum (Garlic) Bulbs Extracts on Some

Enteric (Pathogenic) Bacteria. New York Science Journal.

Turtay, M. G., Firat, C., Samdanci, E., Oguzturk, H., Erbartur, S., & Colak, C. (2010). Effects of montelukast on burn wound healing in a rat model. Clinical and Investigative Medicine.

Wasiaatmadja, S. M. (2009). Anatomi kulit. In A. Djuanda, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (pp. 3-5). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Wasiaatmadja, S. M. (2009). Faal Kulit. In A. Djuanda, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (pp. 7-8). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Web Health Solution. (n.d.). Retrieved 2015, from

http://www.webhealthsolution.com/skin/integumentary-sistem-anatomy Wijayakusuma, H. M. (2004). Atasi Kanker dengan Tumbuhan Obat. Jakarta:

Puspa Swara, Anggota IKAPI.

Wulandari, A., Azis, A., & Aryanti, N. (2013). Efektifitas Penyembuhan Luka Pada Penggunaan Rivanol Dengan Penggunaan Povidone Iodine Terhadap Vulnus Laseratum.