UPAYA PEMBINAAN AKHLAK MULIA SISWA MELALUI KETELADANAN GURU.

(1)

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Megister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Umum

Oleh Nurjanah

1201473

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN UMUM SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

STUDENTS THROUGH EXEMPLARY TEACHER

(Analytical Descriptive Study of the Students and Teachersin SMAN 1

Subang)

Oleh

Nurjanah

S.Pd.I UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2008

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Umum/Nilai

© Nurjanah 2015

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

UPAYA PEMBINAAN AKHLAK MULIA SISWA MELALUI KETELADANAN GURU

(Studi Deskriptif Analitik terhadap Siswa dan Guru di SMAN 1 Subang)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Umum

Disetujui dan Disahkan oleh: Pembimbing I

Dr. Kama Abdul Hakam, M. Pd NIP. 195512151980021001

Pembimbing II

Dr. Cik Suabuana, M.Pd. NIP. 196006161986031001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Umum

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Kama Abdul Hakam, M. Pd NIP. 195512151980021001


(4)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRAK

UPAYA PEMBINAAN AKHLAK MULIA SISWA MELALUI KETELADANAN GURU

(Studi Deskriptif Analitik terhadap Siswa dan Guru di SMAN 1 Subang) Penelitian ini mengkaji upaya pembinaan akhlak mulia yang dilakukan melalui keteladanan guru terhadap siswa yang merupakan penelitian studi kasus di SMA Negeri 1 Subang. Penelitian dilatar belakangi oleh terjadinya kemerosotan kualitas akhlak siswa khususnya siswa jenjang sekolah menengah atas yang jauh dari tatanan nilai-nilai agama, dan norma-norma yang berlaku. Disamping itu, pembelajaran agama yang dilaksanakan di sekolah-sekolah hanya mengarah dan cenderung mengutamakan ranah kognitif tanpa diiringi oleh afektif dan psikomotorik. Fokus penelitian ini berupa kajian terhadap (1) Upaya apa yang dilakukan guru dalam membina akhlak mulia siswa di SMAN 1 Subang? (2) Perilaku apa dari guru yang patut diteladani oleh siswa SMAN 1 Subang? (3) Nilai-nilai akhlak mulia apa yang diperlihatkan oleh siswa SMAN 1 Subang? (4) Akhlak mulia siswa SMAN 1 Subang yang mana sebagai hasil dari meneladani perilaku guru? (5) Proses keteladanan seperti apa yang dilakukan oleh siswa dalam meneladani perilaku guru?. Tesis ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Adapun yang menjadi sumber data primer adalah guru-guru di SMA Negeri 1 Subang. Pemilihan subjek dilakukan secara purposive (bertujuan), yaitu didasarkan pada tujuan tertentu, berupa kemampuan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan dan jumlahnya kecil. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi literatur. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa upaya guru dalam membina akhlak mulia dilakukan dengan cara: 1) mengajarkan sekaligus melatih siswa, 2) mendemonstrasikan dan 3) membiasakan siswa untuk berperilaku tolong menolong, disiplin waktu, disiplin belajar, disiplin beribadah, peduli lingkungan, peduli sosial, bersikap santun, mengucapkan salam dan tanggung jawab; Perilaku guru yang patut diteladani siswa adalah Aktif dalam kegiatan keagamaan; disiplin waktu; disiplin belajar; peduli lingkungan; peduli sosial; berpakaian rapih; tolong menolong; ramah terhadap tamu; tidak sombong; tanggung jawab; mengucapkan salam yang dicontohkan melalui kegiatan belajar mengajar di kelas maupun interaksi di luar kelas dilakukan dengan cara keteladanan langsung dan tidak langsung; Nilai-nilai akhlak mulia yang tampak pada perilaku siswa yaitu mempunyai keimanan yang kuat dan kesalehan hidup, mempunyai sikap ikhlas yang mendasari semua aktivitas, seperti aktivitas keagamaan dan belajar, berperilaku jujur, bertanggung jawab, peduli lingkungan, berpakaian rapih dll; Akhlak mulia siswa sebagai hasil dari meneladani perilaku guru yaitu tanggung jawab, iklas melakukan kegiatan, ramah dan santun, disiplin belajar dan disiplin waktu; Proses keteladanan yang dilakukan oleh siswa dalam meneladani sikap guru ditransformasikan melalui tahapan perhatian, pengingatan, dan motivasi.


(5)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kata Kunci : Akhlak mulia, keteladanan, peniruan, SMA Negeri 1 Subang ABSTRACT

NOBLE CHARACTER DEVELOPMENT EFFORTS OF STUDENTS THROUGH EXEMPLARY TEACHER

(Analytical Descriptive Study of the Students and Teachers in SMAN 1 Subang)

This study examines the students efforts to develop a noble character who carried through the example of teachers to students is a case study in SMA 1 Subang. Research was motivated by the deterioration of the quality of education for moral values in students, especially at the high school level that is far from the order of religious values, and norms that apply. Besides, teaching religion in schools implemented only leads and tend to give priority to the cognitive without being accompanied by affective and psychomotor. The focus of this research is the study of (1) what efforts do teachers in fostering moral values in students at SMAN 1 Subang? (2) What behavior of exemplary teachers by students of SMAN 1 Subang? (3) What is the values of noble character shown by the students of SMAN 1 Subang? (4) Noble character SMAN 1 Subang which as a result of imitation of the teacher's behavior? (5) an exemplary process as what is done by the students to emulate the attitude of teachers ?. This thesis uses a qualitative research approach with case study method. As for the primary data source is the teachers at SMAN 1 Subang. The selection of subjects was purposively (aim), which is based on a specific purpose, such as the ability to provide the required information and the numbers are small. Data collection techniques used were observation, interviews, documentation studies and literature studies. Based on the results of this research is that the efforts of teachers in fostering a noble character is done by: 1) teach as well as train students, 2) demonstrate and 3) familiarize students to behave mutual help, time discipline, learning discipline, the discipline of worship, care for the environment, social care , be polite, say hello and responsibilities; Teacher behavior exemplary students are active in religious activities; time discipline; learn discipline; environmental care; social care; neatly dressed; mutual help; friendly to the guests; not arrogant; responsible; greetings are exemplified through the teaching and learning activities in the classroom and outside the classroom interaction is done by way of exemplary directly and indirectly; The values of noble character who looks at the behavior of students that have a strong faith and piety of life, has a sincere attitude that underlies all activities, such as religious activities and learning, to be honest, responsible, caring environment, dressed neatly etc; Noble character of students as a result of imitation behavior is the responsibility of teachers, since conduct, friendly and polite, disciplined study and discipline of the time; Exemplary process performed by the students in teacher attitudes emulate transformed through the stages of attention, retention, and motivation.


(6)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu


(7)

v

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Metode Penelitian ... 9

F. Definisi Operasional ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II UPAYA PEMBINAAN AKHLAK MULIA SISWA MELALUI KETELADANAN GURU A. Pembinaan Akhlak Mulia di SMA ... 12

1. Definisi dan Ruang Lingkup Akhlak ... 12

2. Pembinaan Akhlak Mulia di SMA ... 21

B. Proses Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan Guru ... 23

C. Teori Belajar Sosial dalam Membina Akhlak Mulia Siswa melalui Keteladanan Guru ... 26

D. Pembinaan Akhlak melalui Keteladanan dalam Pendidikan Umum . 35 1. Pengertian Pendidikan Umum ... 35

2. Tujuan Pendidikan Umum ... 36 3. Pembinaan Akhlak Mulia melalui Keteladanan sebagai


(8)

vi

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pendidikan Umum ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian ... 43

B. Definisi Operasional ... 47

C. Prosedur Penelitian ... 48

D. Teknik Pengumpulan Data ... 51

E. Langkah-langkah Pengumpulan Data ... 52

F. Analisa Data ... 54

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Profil Objek Penelitian ... 57

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 78

C. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...123

B. Saran ...127

DAFTAR PUSTAKA ...128


(9)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dari konsep pendidikan menurut undang-undang tersebut diatas, mengandung beberapa pemahaman, diantaranya: Pertama, pendidikan adalah usaha sadar yang terencana dan bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan. Kedua, akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini berarti proses pendidikan berujung kepada pembinaan perilaku, pengembangan kecerdasan atau intelektual serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan.

Dari tujuan dan pemahaman terhadap makna dalam Undang-Undang Sisdiknas diatas, maka pendidikan di Indonesia sudah selayaknya menciptakan lulusan-lulusan yang unggul dalam berbagai aspek, namun realitas yang ditemui pada situasi dan kondisi pendidikan di negara Indonesia saat ini kurang mengalami peningkatan. Seperti yang dikatakan Suryadi (2012, hal: 77) bahwa salah satu dari indikator lambannya kemajuan pendidikan di Negara ini adalah menurunnya kualitas keluaran dan dampak pendidikan/educational outputs and outcomes yang semakin hari semakin jauh dari tujuan tatanan nilai yang diharapkan.


(10)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Mengenai menurunnya kualitas keluaran dan dampak pendidikan (educational outputs and outcomes) sekarang ini bisa kita amati diantaranya melalui menurunnya perilaku dan perilaku siswa yang semakin hari semakin jauh dari tatanan nilai-nilai moral/akhlak yang dikehendaki. Diantaranya ialah: Realitas lingkungan sosial yang semakin menonjolkan perilaku individualis, cenderung acuh dan enggan bersosialisasi atau memiliki rasa anti sosial; Munculnya perilaku hedonisme pada kalangan anak-anak muda atau remaja yang sedang dalam masa perkembangan atau masih dalam usia sekolah; Hilangnya kesadaran terhadap pentingnya berpegang teguh pada tatanan agama, etika dan norma adat istiadat yang berlaku sehingga menjerumuskan mereka pada perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan seperti seks bebas, etika berbusana dan tata bahasa yang jauh dari nilai kesopanan, kriminalitas, human travicing, tawuran, geng motor, dan perilaku tidak terpuji lainnya.

Faktor lain yang menjadikan menurunnya perilaku siswa adalah dampak negatif dari pesatnya kemajuan dalam bidang teknologi. Perkembangan kemajuan teknologi memang sangat dibutuhkan dalam membantu mengembangkan kemampuan manusia itu sendiri, namun kita tidak bisa memungkiri dampak negatif yang kita dapatkan dari hal tersebut. Khususnya dalam bidang pendidikan, kemajuan bidang teknologi salah satunya internet dewasa ini sangat bermanfaat dalam hal meningkatkan dan membantu kinerja para pendidik untuk mengembangkan model dan metode pembelajaran, namun disisi lain tidak dipungkiri bahwa dampak negatif dari hal tersebut tidak dapat terhindarkan. Dimulai dari realitas anak-anak yang masih dalam usia sekolah dengan bebasnya mengakses jaringan internet yang memuat situs-situs yang tidak mendidik, sehingga membuat terkikisnya akhlak dan perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari serta tidak sedikit pula individu-individu terjerumus pada perbuatan-perbuatan yang tidak sepatutnya terjadi.


(11)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hal diatas, sesuai dengan temuan hasil survei yang dilakukan oleh KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) tahun 2010, sebagaimana disajikan dalam http://syiahali.wordpress.com/2011/04 /30 tentang seks bebas di Indonesia bahwa sebanyak 32% remaja usia 14-18 tahun di kota-kota besar di Indonesia pernah berhubungan seks. Kota-kota besar yang dimaksud antara lain Jakarta, Surabaya dan Bandung. Dari survei KPAI diketahui bahwa salah satu pemicu utama dari perilaku remaja tersebut adalah muatan pornografi yang diakses lewat internet. Fakta lainnya yang diperoleh dari sumber yang sama adalah sekitar 21,2% dari remaja puteri di Indonesia pernah melakukan aborsi. Selebihnya, separuh remaja wanita mengaku pernah bercumbu ataupun melakukan oral seks. Survei yang dilakukan KPAI tersebut juga menyebutkan 97% perilaku seks remaja diilhami oleh tayangan pornografi di internet.

Sementara, data yang diperoleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2010, sebagaimana disajikan dalam http://heniputera.com/ pergaulan-bebas.html/ menunjukan 51% remaja di Jabodetabek telah melakukan seks pra nikah. Artinya dari 100 remaja, 51 orang sudah tidak perawan lagi. Hasil lain dari survei Komnas perempuan tahun 2011, siswa SMP dan SMU ternyata 93,7% pernah melakukan ciuman, 21,2% remaja SMP mengaku pernah aborsi, dan 97% remaja SMP dan SMU pernah melihat film porno. Kepala BKKBN pernah menuturkan dalam memperingati hari AIDS sedunia 2010 tentang beberapa wilayah di Indonesia yang beberapa remajanya pernah melakukan seks pra nikah. Misalnya, di Surabaya tercatat 54%, di Bandung 47%, dan 52% di Medan. Berdasarkan data Kemenkes pada tahun 2010 terdapat 21.770 kasus AIDS dan 47.157 kasus HIV positif dengan persentase mengidap usia 20-29 tahun yakni 48,1% dan usia 30-39 tahun sebanyak 30,9%.

Aspek realitas selanjutnya yang menjadi latar belakang menurunnya kualitas pendidikan siswa saat ini ialah kekeliruan orang tua dalam menerapkan pola asuh kepada anak dan hilangnya peran orang tua yang sesungguhnya dalam keluarga. Mengasuh tidak hanya sekedar merawat semata tetapi juga memberi


(12)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kasih sayang, mengasah bakat, dan juga mengajarkan nilai-nilai agama serta nilia-nilai yang berlaku dimasyarakat. Psikolog Rose Mini dalam Rukmasari (2013) yang disajikan dalam http://health.detik.com/read/2013/11/24 menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dalam masa pertumbuhannya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor nature berupa pemberian dari Tuhan, dan faktor nurture misalnya pola asuh yang terdiri dari dua komponen yaitu kehangatan orang tua terhadap anak dan kontrol orang tua terhadap anak. Diantara macam-macam pola asuh orang tua pada anaknya ialah: Pertama, uninvolved atau rendahnya keterlibatan atau kedekatan orang tua dengan anak dan kontrol orang tua terhadap anak. Ciri dari pola asuh ini yaitu orang tua cenderung menyerahkan dan membebaskan semuanya kepada anak, orang tua cenderung mengabaikan emosi anak dan memenuhi hanya dalam materi saja.

Kedua, permisif atau indulgent. Kehangatan dengan orang tua tinggi namun kontrol orang tua terhadap anak rendah. Seperti, tidak ada aturan yang jelas, orang tua cenderung mengikuti kemaunan anak sehingga, anak merasa dominan dan egois karena serasa menjadi bos. Ketiga, authoritarian atau otoriter. Kedekatan dengan anak tidak ada karena orang tua cenderung menjadi bos. Anak ketakutan, tidak berkembang, tertutup kepada orang tua, dan selalu merasa cemas. Sebab, ketika akan mulai melakukan sesuatu, orang tua akan langsung melarang keras. Keempat, demokratis atau democration. Kontrol dan kehangatan orang tua terhadap anak tinggi. Dengan bagitu, anak memiliki regulasi diri, dia tahu dan mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak. Dalam keseharian anak menjadi ceria, percaya diri, dan terbuka pada orang tua.

Demikian juga dengan pemberian keteladanan, peran dan tanggung jawab orang tua selayaknya memberikan keteladanan yang sebaik-baiknya pada anak, namun di era modern sekarang ini orang tua telah banyak yang lupa akan tugas mereka sesungguhnya, tidak sedikit dari mereka yang mempercayakan sepenuhnya pengasuhan anak-anak mereka pada benda-benda elektronik seperti tablet, telepon selular, dan lain sebagainya tanpa di imbangi oleh bimbingan atau


(13)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tuntunan dan aturan-aturan yang patutnya diterapkan. Fungsi tempat tinggal atau rumahpun tidak lagi menjadi tempat untuk berbagi pengetahuan, kasih sayang, dan tentunya pendidikan yang pertama selayaknya diberikan oleh orang tua.

Disamping dari beberapa faktor yang mendasari rendahnya kualitas dalam pembinaan akhlak mulia yang telah disampaikan sebelumnya yaitu dari aspek lingkungan, keluarga, dan pekembangan teknologi, faktor lain khususnya dilingkungan sekolah ialah masih adanya guru yang tidak menyadari akan tugas dan tanggung jawab sesungguhnya sebagai tenaga pendidik. Selain itu, terdapat pula sekolah yang tidak memfungsikan sebagai sebuah institusi/pendidikan sebagaimana mestinya sebagaimana Azra dalam Zuriah (2007, hal: 113) jelaskan bahwa Pertama, sekolah dan lingkungannya bukan lagi tempat untuk melatih diri untuk berbuat sesuai dengan nilai moral atau sopan santun dan kurangnya kepedulian guru terhadap peserta didik, karena guru kurang memiliki wibawa yang memadai untuk menegur anak didiknya dengan alasan mungkin tingkat sosial-ekonomi siswa labih tinggi dari guru. Kedua, sekolah merupakan fungsinya sebagai proses pembudayaan (enkulturasi). Ketiga, orientasi yang lebih besar pada ranah kognitif ketimbang ranah afektif dan psikomotorik, kedua ranah inilah yang sangat penting dalam pembinaan kepribadian anak didik. Keempat, mata pelajaran pendidikan agama islam hanya sekedar untuk dihafal, tetapi tidak untuk diinternalisasikan dan dipraktikan. Kelima, pertentangan nilai yang diajarkan di sekolah dengan nilai di luar sekolah. Keenam, krisis keteladanan.

Guru sebagai tenaga pendidik di lingkungan sekolah bertugas dan mempunyai tanggung jawab terhadap siswa tidak hanya untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Namun disamping itu, guru juga mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dengan titik berat memberikan arahan dan motivasi pencapaian tujuan dari pendidikan itu sendiri baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Guru membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti perilaku, nilai-nilai dan penyesuaian diri. Dengan demikian, dalam prosesnya guru tidak hanya terbatas


(14)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sebagai penyampai ilmu pengetahuan saja akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan seluruh perkembangan kepribadian siswa (Slameto, 2003, hal: 97).

Selanjutnya, alasan menjadi seorang guru seharusnya tidak dijadikan hanya sebagai profesi semata, bekerja untuk memperoleh penghasilan, untuk karir dan jabatan tertentu; untuk mendapat status sosial, dan lain sebagainya tetapi menjadi guru harus kompeten, profesional dan menjadi teladan bagi peserta didiknya atau siswanya maupun lingkungannya seperti yang dijelaskan oleh Suharsaputra (2013, hal: 6) bahwa diantara kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki guru, diantaranya ialah seperti:

1. Kompetensi profesional adalah kemampuan menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam. Seperti kemampuan dalam menguasai bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya yang sekurang-kurangnya ia menguasai materi, konsep dan metode pelajaran atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.

2. Kompetensi pedagogik ialah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Dalam pengelolaan ini sekurang-kurangnya guru memahami wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, sampai pada pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang ia miliki. 3. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berinteraksi dan

berkomunikasi secara efektif dan efisien. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya ia mampu berkomunikasi dengan santun, bergaul secara efektif dan santun dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan maupun yang lainnya serta menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan, dan

4. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik.

Konsep keteladanan atau pemodelan untuk membina siswa agar mempunyai akhlak mulia sebenarnya sudah dicontohkan oleh para Nabi terdahulu khususnya Nabi Muhammad SAW. Dalam hal mendidik khususnya untuk membina dan menghasilakan siswa menjadi seseorang yang berakhlak mulia pada perkembangan dan pembinaannya tidak cukup dengan hanya memberinya materi


(15)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

keagamaan melalui pengajaran dan pembelajaran agama yang dilakukan oleh guru agama atau pendidik lainnya didalam situasi saat proses belajar mengajar berlangsung (orientasi yang lebih besar pada ranah kognitif) ataupun merubah dan mengembangkan kurikulum serta tujuan pendidikan itu sendiri, namun harus diiringi dengan mengoptimalkan terciptanya lingkungan sekolah yang kondisif dan penampilan keteladanan (ranah afektif dan psikomotorik) yang ditunjukan oleh guru dan para tenaga kependidikan lainnya di lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari.

Guru merupakan model titik awal siswa untuk melihat, mendengar, menganalisis dan menginternalisasi nilai-nilai akhlak yang dijadikan sebuah pedoman dalam kepribadiannya. Dengan demikian guru haruslah benar-benar sadar akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai tenaga pendidik yang membantu siswa agar mempunyai akhlak mulia dan menjadi manusia yang kaffah serta pribadi yang utuh.

Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di SMAN 1 Subang, nampak bahwa guru-guru sangat menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai tenaga pendidik di sekolah. Hal tersebut ditandai dengan cara guru telaten membina siswa untuk tidak hanya mempunyai kompetensi kognitif yang cukup baik, namun lebih khusus guru membina siswa supaya siswa tersebut memiliki akhlak mulia. Selanjutnya, guru membina siswa tidak hanya membina dalam proses pembelajaran semata, tetapi mengikut sertakan warga sekolah lainnya (Kepala Sekolah, tenaga kependidikan lainnya, satpam, petugas kebersihan, dan petugas kantin) untuk menjadi teladan atau model bagi para siswa agar siswa tersebut benar-benar mempunyai akhlakul karimah sebagaimana yang diharapkan dan dicita-citakan oleh semua pihak. Penataan lingkungan, sarana dan prasarana, beberapa program sekolah yang disediakan dan diatur oleh pihak sekolah sendiri juga mendukung pembinaan akhlak mulia siswa. Dengan demikian kesimpulam yang didapat sementara bahwa guru dan warga sekolah SMAN 1 Subang memiliki kesadaran penuh dalam membina akhlak mulia siswa tidak hanya


(16)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ditransformasikan melalui pembelajaran dan pembekalan sifatnya kognitif semata namun juga secara afektif dan psikomotorik yang ditampilkan salah satunya melalui perilaku guru itu sendiri.

Atas dasar fenomena dan uraian yang telah di jelaskan di atas maka penulis mengajukan penelitian upaya apa yang dilakukan lembaga pendidikan formal (sekolah) baik dari guru maupun tenaga pendidikan lainnya dalam membina akhlak mulia siswa dilingkungan Sekolah Menengah Atas melalui keteladanan dengan judul: Upaya Pembinaan Akhlak Mulia Siswa Melalui Keteladanan Guru (Studi Kasus di SMAN 1 Subang).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini ialah:

1. Upaya apa yang dilakukan guru dalam membina akhlak mulia siswa di SMAN 1 Subang?

2. Perilaku apa dari guru yang patut diteladani oleh siswa SMAN 1 Subang? 3. Nilai-nilai akhlak mulia apa yang diperlihatkan oleh siswa SMAN 1

Subang?

4. Akhlak mulia siswa SMAN 1 Subang yang mana sebagai hasil dari meneladani perilaku guru?

5. Proses keteladanan seperti apa yang dilakukan oleh siswa dalam meneladani perilaku guru?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui upaya apa yang dilakukan guru dalam membina akhlak mulia siswa di SMAN 1 Subang.


(17)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Mengetahui perilaku guru yang patut diteladani oleh siswa SMAN 1 Subang.

3. Mengetahui nilai-nilai akhlak mulia yang diperlihatkan oleh siswa SMAN 1 Subang.

4. Mengetahui akhlak mulia siswa SMAN 1 Subang sebagai hasil dari meneladani perilaku guru.

5. Mengetahui proses keteladanan seperti apa yang dilakukan oleh siswa dalam meneladani perilaku guru.

D. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritik:

1. Memberikan kontribusi terhadap implemantasi keteladanan dalam pembinaan moral dan pembinaan akhlak mulia dalam pendidikan persekolahan khususnya di SMA.

2. Memberikan alternatif penjelasan mengenai konsep makna dari enam nilai yang menjadi garis acuan utama dalam pendidikan umum (dalam hal Synoetics, Etics, Synoptics) yang tujuannya untuk menjadi manusia yang utuh dan warga Negara yang memiliki karakter yang baik.

b. Manfaat praktis

1. Meningkatkan kualitas akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru di sekolah.

2. Sebagai permulaan yang semoga dijadikan rujukan dalam penelitian selanjutnya tentang pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan.

E. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif bersifat deskriftif, yaitu suatu penelitian yang muncul berupa kata-kata dan bukan rangkaian angka (Miles & Huberman, 2007, hal. 15).


(18)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Selanjutnya, dalam penelitian ini juga digunakan metode studi kasus. Kesesuaian penelitian dengan penggunaan metode yakni studi kasus didasarkan pada penggunaan realitas masa kini seperti halnya yang dikemukakan oleh K. Yin (2013, hal:1) bahwa studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pernyataan suatu penelitian berkenaan dengan How atau Why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bila fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata. Sebagai suatu strategi penelitian, studi kasus juga digunakan diberbagai lapangan, seperti:

- Penelitian kebijakan, ilmu politik, dan administrasi umum - Psikologi masyarakat dan sosiologi

- Studi-studi organisasi dan manajemen

- Penelitian perencanaan tata kota dan regional, seperti studi-studi program, lingkungan, atau agen-agen umum serta:

- Pengerjaan disertasi atau tesis dalam ilmu-ilmu sosial.

F. Definisi Operasional

Untuk menyamakan persepsi dalam memahami istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, penulis akan terlebih dahulu menjelaskan dari beberapa istilah berikut ini:

1. Pembinaan

Istilah pembinaan disini diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk tujuan tertentu yaitu untuk menciptakan pribadi siswa yang berakhlak mulia.

2. Akhlak Mulia

Akhlak mulia dalam penelitian ini diartikan sebagai akhlak yang sesuai dengan tuntunan agama dan yang diyakni oleh norma-norma etika yang berlaku. Misalnya, berperilaku baik dalam tingkah laku sehari-hari, disiplin, bertutur kata santun, mempunyai rasa hormat terhadap sesama, cinta kasih, tanggung jawab,


(19)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mandiri, rendah hati, tekun dan bersungguh-sungguh, dan lainnya seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

3. Keteladanan

Keteladanan yang dimaksud dalam penelitian ini ialah perilaku yang ditampilkan oleh guru dalam kehidupan sehari-hari secara spontan tanpa rekayasa dan perencanaan terlebih dahulu. Melalui perilaku-perilaku yang Nampak dari guru diharapkan siswa akan termotivasi untuk menjadi seseorang yang berakhlak mulia, berkarakter baik dan berbudi pekerti yang luhur.

4. Guru

Guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tenaga pendidik yang pekerjaannya tidak hanya mengajar tetapi menjadi teladan bagi siswanya.

5. Siswa

Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peserta didik di Sekolah Menengah SMAN 1 Subang.

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan; terdiri dari a) Latar belakang masalah bersisi tentang: fenomena yang terjadi sekarang ini dan gambaran latar belakang masalah yang akan penulis teliti. b) Rumusan masalah berisi tentang pertanyaan-pertanyaan secara umum yang hendak dicari jawabannya dengan melalui penggambaran pertanyaan-pertanyaan yang lebih dispesifikasikan sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. c) Tujuan penelitian, merupakan pengoprasian dari rumusan masalah yang menjadi tujuan akhir penelitian kualitatif. d) Manfaat secara teoritis dan secara praktis: pada manfaat ini memiliki implikasi secara langsung dan tidak langsung dengan hasil penelitian. e) Metode penelitian: ringkasan singkat atau gambaran dari metode penelitian yang akan digunakan.

Isi dari Bab II memuat tentang: penjelasan mengenai teori-teori yang akan digunakan sebagai landasan penelitian, diantaranya berisi teori-teori dari pendapat ahli maupun dari hasil penelitian. Sedangkan pada bab III berisikan tentang


(20)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penjelasan dan penjabaran yang lebih terperinci mengenai metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini dimana secara singkat dan garis besarnya sudah tercantumkan pada bab I. Komponen-komponen lainnya yang akan menjadi isi dalam bab III di antaranya ialah metode dan pendekatan yang digunakan oleh peneliti, subyek yang akan diteliti, sumber data, jenis data, lokasi penelitian, teknik atau metode pengumpulan data, dan pengolahan atau metode analisis data.

Pembahasan pada bab IV memberikan pemaparan mengenai dua hal utama, yakni: pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, dan pembahasan atau analisis temuan.

Sedangkan pada bab V berisi tentang penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Selain dari itu pada bab ini juga memuat implikasi dan kontribusi yang tidak langsung dapat diaplikasikan oleh para pengguna yang berkepentingan dan kepada peneliti selanjutnya. Selain itu pula pada bagian terakhir tercantum daftar pustaka dan beberapa lampiran.


(21)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif bersifat deskriftif yaitu data yang diperoleh akan dipresentasikan melalui kata-kata, sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (2012, hal. 11) bahwa

“metode kualitatif sebagai metode penelitian yang menghasilkan data deskriftif. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.”

Sedangkan metode penelitian kualitatif itu sendiri diartikan Sugiono (2014, hal.1) sebagai “metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya dari eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi”.

Pendekatan kualitatif sengaja dipilih kerena karakteristiknya cocok dengan masalah yang menjadi fokus penelitian. Adapun 14 karakterisitik dari pendekatan kualitiatif itu sendiri dijelaskan dalam Alwasilah (2006, hal. 104) sebagai berikut:

a. Latar alamiah; secara ontologis suatu objek harus dilihat dalam konteksnya yang alamiah dan pemisahan anasis-anasisnya akan mengurangi derajat keutuhan dan makna kesatuan objek itu sebab makna objek itu tidak identik dengan jumlah keseluruhan bagian-bagian tadi. Pengamatan juga akan mempengaruhi apa yang diamati karena itu untuk mendapatkan pemahaman yang maksimal keseluruhan objek itu harus diamati.

b. Manusia sebagai instrument; peneliti menggunakan dirinya sebagai pengumpul data utama benda-benda lain selain manusia tidak dapat menjadi instrument karena tidak akan mampu memahami dan


(22)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menyesuainkan diri dengan realitas yang sesungguhnya hanya manusialah yang mampu melakukan interaksi dengan instrument atau subjek penelitian tersebut dan memahami kaitan kenyataan-kenyataan itu.

c. Pemanfaatan pengetahuan non-proporsional; peneliti naturalistik melegitimasi penggunaan intuisi, perasaan, firasat dan pengetahuan lain yang tak terbahasakan (tacit knowledge) selain pengetahuan proporsional (proporsional knowledge) karena pengetahuan jenis pertama itu banyak dipergunakan dalam proses interaksi antara peneliti dan responden. Pengetahuan itu juga banyak diperoleh dari responden terutama sewaktu peneliti mengintip nilai-nilai, kepercayaan dan sikap yang tersembunyi pada responden.

d. Metode-metode kualitatif; peneliti memilih metode kualitatif karena metode inilah yang dinilai lebih mudah diadaptasikan dengan realitas yang beragam dan saling berinteraksi.

e. Sampel purposif; pemilihan samper secara purposif atau teoritis disebabkan peneliti ingin meningkatkan cakupan dengan jarak data yang dicari demi mendapatkan realitas yang beragam, sehingga segala temuan akan terlandaskan secara lebih mantap karena prosesnya melibatkan kondisi dan nilai lokal yang semuanya saling mempengaruhi.

f. Analisis data secara induktif; metode induktif dipilih ketimbang metode deduktif karena metode ini lebih memungkinkan peneliti mengidentifikasi realitas yang beragam di lapangan, membuat interaksi antara peneliti dengan responden lebih eksplisit, nampak, dan mudah dilakukan, serta memungkinkan identifikasi aspek-aspek yang saling mempengaruhi. g. Teori dilandaskan pada data dilapangan; para peneliti naturalistik mencari

teori yang muncul dari data. Mereka tidak berangkat dari teori apriori karena teori ini tidak mampu menjelaskan berbagai temuan (realitas dan nilai) yang akan dihadapi di lapangan.


(23)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

h. Desain penelitian mencuat secara alamiah; para peneliti memilih desain penelitian yang muncul, mencuat, mengalir secara bertahap, bukan dibangun diawal penelitian. Desain yang muncul merupakan akibat dari fungsi interaksi antara peneliti dan responden.

i. Hasil penelitian berdasarkan negosiasi; para peneliti naturalistik ingin melakukan negosiasi dengan responden untuk memahami makna dan interpretasi mereka ihwal data yang memang deperoleh dari mereka. j. Cara pelaporan kasus; gaya pelaporan ini lebih cocok ketimbang cara

pelaporan saintifik yang lazim pada penelitian kuantitatif, sebab pelaporan kasus lebih mudah diadaptasikan terhadap deskripsi realitas di lapangan yang dihadapi oleh para peneliti. Mudah diadaptasi untuk menjelaskan hubungan antara peneliti dan responden.

k. Interpretasi idiografik; data yang terkumpul termasuk kesimpulannya akan diberi tafsir secara idiografik, yaitu secara kasus, khusus dan kontekstual, tidak secara nomotetis, yaitu tidak berdasarkan hukum-hukum generelasasi l. Aplikasi tentatif; peneliti kuantitatif kurang berniat (ragu-ragu) untuk membuat klaim-klaim aplikasi besar dari temuannya karena realitas yang dihadapinya bermacam-macam. Setiap temuan adalah hasil interaksi antara peneliti dan responden dengan memperhatikan nilai-nilai kekhususan lokal, yang mungkin sulit direplikasi dan diduplikasi, jadi memang sulit untuk ditarik generelasasinya.

m. Batas penelitian ditentukan fokus; ranah teritorial penelitian kualitatif sangat ditentukan oleh fokus penelitian yang memang mencuat kepermukaan. Fokus demikian memungkinkan interaksi lebih mantap antara peneliti dengan responden pada konteks tertentu. Batas penelitian ini akan sulit ditegakan tanpa pengetahuan kontekstual dari fokus penelitian.

n. Keterpercayaan dengan kriteria khusus; istilah-istilah internal seperti validity, external validity, reliability, dan objektifity kedengaran asing bagi


(24)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

para peneliti naturalistik, karena memang bertentangan dengan aksioma-aksioma naturalistik. Keempat istilah tersebut dalam penelitian naturalistik diganti dengan credibility, transferability, dependability, dan confirmability.

Selain dari itu, alasan mengapa menggunakan metode kualitatif karena melihat dari kelebihannya bahwa pendekatan kualitatif memiliki fleksibilitas yang tinggi bagi peneliti ketika menentukan langkah-langkah penelitian (Alwasilah, 2012, hal. 54).

Selanjutnya, strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi studi kasus, karena masalah yang akan diteliti oleh penulis sesuai dengan metode yang akan digunakan. Kesesuaian penelitian dengan penggunaan metode ini yakni studi kasus didasarkan pada penggunaan realitas masa kini seperti halnya yang dikemukakan oleh K. Yin (2013, hal.1) bahwa:

“Studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pernyataan suatu penelitian berkenaan dengan How atau Why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata. Sebagai suatu strategi penelitian, studi kasus juga digunakan diberbagai lapangan, seperti: Penelitian kebijakan, ilmu politik, dan administrasi umum, Psikologi masyarakat dan sosiologi, Studi-studi organisasi dan manajemen, Penelitian perencanaan tata kota dan regional, seperti studi-studi program, lingkungan, atau agen-agen umum serta Pengerjaan disertasi atau tesis dalam ilmu-ilmu sosial.

Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan masalah pada bagaimana upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru di lingkungan SMAN 1 Subang. Sebagaimana dengan fokus masalah yang akan diteliti maka, pada proses pengumpulan data peneliti memusatkan perhatian pada sikap, tingkah laku dan ucapan yang diperlihatkan secara alamiah oleh subyek yang akan diteliti serta tidak lupa memperhatikan hal penting lainnya yang berhubungan dengan


(25)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penelitian seperti memaknai beberapa simbol-simbol yang ditemui di lapangan dan menghubungkannya dengan data yang diperoleh melalui wawancara yang mendalam tanpa mengabaikan kondisi lingkungan dari berbagai aspek.

B. Definisi Operasional

Menurut Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda (SK Menteri P dan K No. 0323/U/1987) dalam Maolani (2003, hal. 11) pembinaan di definisikan sebagai:

“Upaya pendidikan baik formal maupun nonformal yang dilaksanakan

secara sadar, berencana, terarah dan bertanggung jawab dalam rangka menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan dasar-dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat serta kemampuan-kemampuannya sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri untuk menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkungannya kearah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan

manusiawi yang optimal dan pribadi mandiri.”

Akhlak mulia dalam penelitian ini diartikan sebagai akhlak yang sesuai dengan tuntunan agama dan yang diyakni oleh norma-norma etika yang berlaku seperti memiliki sifat pemaaf, sabar, suka saling tolong-menolong dan berbuat baik serta beramal saleh terhadap sesama dan lain sebagainya. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Jamil (2013, hal. 12) bahwa salah satu contoh yang tergolong pada akhlak terpuji, diantaranya seperti: Rasa belas kasihan dan lemah lembut (ar-rahman); Pemaaf dan mau bermusyawarah; Sikap dapat dipercaya dan mampu menepati janji; Manis muka dan tidak sombong; Tekun dan rendah hati di hadapan Allah SWT; Memiliki sifat malu; Memiliki sifat rasa persaudaraan dan perdamaian; Berbuat baik dan beramal saleh; Sabar; Suka saling tolong-menolong; Akhlak lain seperti sifat disenangi, menghormati tamu, dan lain-lain.


(26)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Definisi akhlak sering juga diartikan dengan karakter. Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Adisusilo (2013, hal.76) karakter dimaknai sebagai pendidikan

watak untuk para siswa yang meliputi “cipta”, “rasa”, dan “karsa”.

Keteladanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995, hal. 662) diartikan sebagai:

“Suatu perbuatan yang patutu ditiru atau dicontoh. Sedangkan meneladan ialah meniru atau mencontoh dan yang dimaksud dengan meneladani ialah memberi teladan atau mengambil teladan. Selain itu, keteladanan juga diartikan dengan istilah model atau modeling yang diartikan sebagai orang yang dipakai sebagai contoh atau memperagakan hal-hal layak dan patut dicontoh.

Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Syah (2004, hal. 223) mendefinisikan guru sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tenaga pendidik yang pekerjaannya tidak hanya mengajar tetapi menjadi teladan bagi siswanya. Termasuk para tutor dan kepala asrama serta tenaga pendidik lainnya.

Siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu (id.m.wikepedia.org/wiki/pesertadidik).

C. Prosedur Penelitian

1. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi yang di pilih dalam penelitian ini adalah SMAN 1 Subang yang berlokasi Jl. Ki Hajar Dewantara No.14 A Subang, Jawabarat. Sebagai sekolah unggulan di kabupaten Subang, SMA Negeri 1 Subang memiliki visi Menjadi sekolah unggul, berkarakter, berwawasan, dan berdaya saing global berlandaskan iman dan takwa.

Adapun beberapa pertimbangan dipilihnya SMAN 1 Subang sebagai lokasi penelitian adalah sebagai berikut:


(27)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1) SMAN 1 Subang merupakan sekolah unggulan tingkat menengah atas di kabupaten Subang, sistem pendidikan dan pembelajaran di SMAN 1 Subang sedikit berbeda dari pembelajaran di SMA pada umumnya yang berada di kabupaten subang yaitu tidak hanya menekankan aspek kognitif, tetapi juga mempunyai komitmen tinggi pada pembianaan akhlak mulia siswa atau aspek afektif melalui keteladanan.

2) SMAN 1 Subang merupakan sekolah yang memiliki perhatian tinggi terhadap kualitas pendidikan, ditandai dilaksanakannya prosedur rekrutmen siswa dengan seleksi yang sangat ketat dalam setiap tahunnya baik secara akademis maupun secara psikologis.

3) Akses transportasi dan informasi yang mudah dijangkau penulis dalam penelitian kedepan.

Subjek dalam penelitian ini meliputi Guru agama, dan guru mata pelajaran, Siswa/Siswi SMN 1 Subang, Kepala Sekolah/Wakil Kepala Sekolah.

Guru dan para tenaga kependidikan lainnya yang berada di di SMAN 1 Subang berjumlah sebanyak 58 orang, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

DIREKTORI GURU dan TU

No Jabatan

Jenis

Kelamin Pendidikan Jumlah

L P S1 S2 S3

1 Kepala Sekolah 1 - - 1 - 1

2 Guru 24 29 43 10 - 53

3 BK 1 3 4 - - 4

(Sumber: http://www.sman1subang.sch.id/html/index.php)

Adapun siswa/siswi yang akan menjadi subyek dan obyek dalam penelitian ini dapat dilihat dari pada tabel berikut:


(28)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

SUBYEK PENELITIAN GURU

No Nama Guru Pelajaran Jabatan Jenis

Kelamin Pendidikan

1 Drs.Firmansyah, MT Guru L S2

2 Dra. Hj. Rochmah Hidajah, M.Pd

Pend.Agama

Islam Guru P S2

3 Eulis Neni Sumarni, S.Pd Biologi Guru P S1 4 Dia Een Yuhendah, S.Pd Bhs. Jepang Guru P S1 5 Marni Hartati, S.Pd Bhs. Inggris Guru P S1

6 Eris Megianto, SPd Ekonomi Guru L S1

7 Ninuk Susanti, SE KWU Guru P S1

8 Ai Komariah, SPd TIK Guru P S1

9 Drs. Nur Supangkat Fisika Guru L S1

10 Nining Nurmayasari, SPd Pend.Seni Guru P S1

Tabel 3.3

OBYEK PENELITIAN SISWA No Program Pengajaran Tingkat

1 IPA I

2 IPS II

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan yaitu data kualitatif. Data berupa deskripsi tentang bagaimana dan sejauh mana upaya yang dilakukan sekolah untuk dapat membina akhlak mulia siswa melalui keteladanan yang dilakukan oleh para pendidikan dan tenaga kependidikan serta kepala sekolah.

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan data sekunder. Data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (berupa studi literatur). Dan data sekunder merupakan


(29)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, diperoleh dari observasi lapangan terhadap guru, siswa, dan wawancara terhadap informan lainnya seperti Kepala Sekolah / Wakil Kepala Sekolah, teknik dokumentasi dan fotografi sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiono (2014, hal. 62) bahwa:

“Pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder adalah merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui dokument”.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi literatur. Adapun penjelasan mengenai teknik diatas akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Observasi, adalah pencatatan dan pengamatan dengan sistematis mengenai fenomena-fenomena yang diteliti baik ketika berada dalam kelas saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar maupun interaksi di luar kelas (kegiatan istirahat, ekstrakulikuler, melaksanakan ibadah berjamaah dan lain sebagainya). Teknik ini digunakan untuk mengetahui:

a. Gambaran secara umum tentang realita akhlak siswa pada jenjang Sekolah Menengah Atas.

b. Mengetahui perilaku dari guru yang patut diteladani oleh siswa SMAN 1 Subang.


(30)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Mengetahui nilai-nilai akhlak mulia yang diperlihatkan oleh siswa SMAN 1 Subang.

d. Mengetahui akhlak mulia siswa SMAN 1 Subang sebagai hasil dari meneladani perilaku guru.

2. Wawancara, adalah suatu teknik pengumpulan data melalui percakapan atau tanya jawab yang diarahkan pada suatu permasalahan tertentu. Model wawancara menggunakan model semi terstruktur artinya pewawancara membawa pedoman wawancara namun ia bebas mengajukan pertanyaan lain sebagaimana yang telah dipersiapkan sebelumnya dalam pedoman wawancara.

Tujuan wawancara dalam penelitian ini adalah:

a. Mengetahui sejauh mana peran keteladanan guru dalam upaya membina akhlak mulia siswa di sekolah

b. Mengukur seberapa dominan pengaruh antara keteladanan guru dengan lingkungan

c. Mengetahui seberapa penting kegunaan akhlak mulia dalam kehidupan siswa baik untuk masa sekarang atau masa yang akan datang.

Adapun langkah-langkah penggunaan wawancara dalam penelitian ini menempuh beberapa tahapan sebagaimana yang disebutkan dalam Sugiono (2014:76) diantaranya yaitu:

- Menetapkan kepada siswa dan subyek peneliti lainnya kapan wawancara itu akan dilaksanakan

- Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan

- Mengawali atau membuka alur wawancara - Melangsungkan alur wawancara

- Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya


(31)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

- Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan

- Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh

3. Studi dokumentasi, yaitu melakukan pengumpulan data atau informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti baik itu berupa foto, arsip sekolah dan lain sebagainya

4. Studi literatur. Merupakan teknik yang dikumpulkan melalui data ilmiah dari berbagai sumber yang berhubungan dengan akhlak mulia, keteladanan dan pendidikan umum serta metode penelitian pendidikan.

E. Langkah-langkah Pengumpulan data

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:

1. Mengadakan pra-survey ke berbagai sekolah baik Negeri maupun swasta yang ada di kabupaten Subang dan sekolah-sekolah yang dikunjungi diantaranya SMAIT (Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu) As-Syfa Subang, SMAN 1 Subang dan SMKN 1 Subang. 2. Menetapkan pilihan pada SMAN 1 Subang sebagai lokasi penelitian. 3. Mencari informasi awal seputar SMAN 1 Subang melalui media

internet, alumni, mewawancarai Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, guru-guru, siswa, dan penjaga sekolah.

4. Memfokuskan penelitian.

5. Memilih sumber data yang sesuai dengan penelitian

6. Menyusun pedoman untuk memperoleh data, yaitu pedoman observasi, pedoman wawancara.

7. Memperoleh data sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya. 8. Mendokumentasikan data (dokumen resmi dan fotografi).

9. Triangulasi yakni mengkombinasikan, menggabungkan, membandingkan sekaligus mengkroscek data yang telah didapat dari


(32)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berbagai metode. Dari pembahasan diatas, secara skematisnya langkah-langkah pengumpulan data dapat penulis digambarkan pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.1

Langkah-langkah Pengumpulan Data

F. Analisa Data

Patton dalam Moleong (2012:103) menjelaskan analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar. Selain itu analisis data mempunyai pengertian proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uaraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Maksud dari analisis data adalah mengorganisasikan data. Pekerjaannya dalam hal ini adalah mengatur, megurutkan, mengelompokan, memberikan kode, mengkatagorikannya.

Mencari informasi awal Mengadakan pra-survey ke sekolah

Menetapkan lokasi penelitian

Memfokuskan penelitian

Memilih sumber data

Menyusun pedoman untuk memperoleh data

Mendokumentasikan data Member chek


(33)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pengorganisasian dan pengolaan data tersebut bertujuan menemukan tema hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data pada penelitian ini merujuk pada teori Milles dan Huberman (2007:16) sebagai berikut:

a. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan secara terus menerus selama penelitian berlangsung.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Selain itu, reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Dalam mereduksi data, penulis akan memfokuskan dengan melihat perilaku siswa dalam kesehariannya di sekolah, perilaku sosial, metode guru dan tenaga kependidikan lainya sebagai model dalam membina akhlak mulia siswa di lingkungan sekolah, interaksi lingkungan, dan perilaku di kelas.

Adapun tahapan-tahapan reduksi data meliputi: - Membuat ringkasan.

- Mengkode atau disebut juga dengan koding - Menelusur tema

- Membuat gugus-gugus - Membuat partisi - Menulis memo


(34)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Menyajikan data, merupakan suatu cara merangkai atau mendisplay data yang memudahkan untuk membuat kesimpulan atau tindakan yang diusulkan. Berikut rancangan display yang akan dilakukan oleh penulis dalam penelitian kedepan yakni dengan melalui proses wawancara yang dilakukan kepada para siswa, guru dan lainnya, pengamatan dilakukan pada proses pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar berlangsung baik di dalam maupun di luar kelas, dan dokumentasi dilakukan pada dokumen desain benda kerja dan proses pelaksanaan kerja, serta benda kerja yang telah jadi.

c. Verifikasi data. Merupakan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Adapun komponen-komponen dalam langkah-langkah analisis data ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.2

Langkah-langkah analisis data

Pengumpulan Data


(35)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(Sumber: Analisis Data: Model Interakrif “Mile & Huberman”) Penyajian Data

Reduksi data

Kesimpulan-kesimpulan: Penarikan/Verifikasi


(36)

123

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Upaya Pembinaan Akhlak Siswa Melalui Keteladanan Guru (Studi Deskriptif Analitik terhadap Siswa dan Guru di SMAN 1 Subang)” yang dilakukan melalui observasi, dan wawancara, serta mengacu pada referensi pendapat dari beberapa pakar atau ahli yang relevan, maka kesimpulan secara keseluruhan dari hasil penelitian ini bahwa guru SMAN 1 Subang telah melaksanakan pembinaan akhlak mulia kepada siswa secara seksama dan berkesinambungan. Pembinaan yang dilakukan nampak dari upaya yang dilakukan oleh guru melalui kegiatan yang mengarah pada peningkatan keimanan dan ketakwaan serta pembentukan akhlak mulia sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh agama dan seperti yang telah tertera dalam program kerja, visi dan misi sekolah yakni meningkatkan kinerja SMA Negeri 1 Subang dalam penerapan dan pengembangan kultur dan nilai-nilai yang bersifat universal, menjadi sekolah unggul, berkarakter, berwawasan, dan berdaya saing global berlandaskan iman dan takwa serta dengan cara menampilkan perilaku yang baik sekaligus memcontohkan atau memberi teladan yang baik terhadap siswa dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah.

Selain keteladanan yang langsung ditampilkan melalui perilaku sehari-hari dalam rangka membina siswa agar berakhlak mulia, guru SMAN 1 SUBANG menggunakan metode atau carara tertentu yang disampaikan dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari secara langsung maupun tidak langsung seperti penggunaan media poster dan pemberian sanksi sebagai bentuk pembinaan serta menerapkan strategi program pembinaan yang bersifat perlahan namun berkesinambungan, terjalinnya kerjasama yang yang dilakukan oleh guru dengan warga sekolah lainnya serta tersedianya sarana dan prasarana yang tersedia disekolah demi menunjang terlaksananya pembinaan akhlak mulia siswa.


(37)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Kesimpulan Khusus

Upaya pembinaan akhlak mulia terhadap siswa dilakukan guru melalui disiplin waktu dengan mencontohkan datang ke sekolah tepat waktu baik, pulang sekolah tepat waktu, mengerjakan dan menyerahkan tugas tepat waktu; Disiplin belajar dengan cara memberikan contoh mempergunakan jam belajar dengan semestinya dan tidak mempergunakannya dengan hal-hal atau kegiatan yang lain; Disiplin beribadah guru mencontohkan khususnya di dalam kelas dengan cara berdoa setiap akan malakukan dan mengahkhiri kegiatan belajar mengajar, sholat berjamaah; Peduli sosial dicontohkan melalui guru berinteraksi dengan sesama dan warga sekolah lainnya, mencontohkan memberikan rasa empati terhadap siswa yang sakit atau mendapat musibah, berpartisipasi dalam penggalangan dana bagi siswa yang tidak mampu atau masyarakat luas yang terkena musibah; Bersikap santun dan ramah terhadap sesama seperti saling sapa, bersikap tidak sombong dan bersahaja yaitu dengan tidak menunjukan perilaku tidak arogan ketika di kelas maupun di luar kelas; Mengucapkan salam dengan cara membiasakan mengucapkan salam ketika akan masuk dan keluar ruangan (kelas, ruang guru, ruangan kepala sekolah, ruangan TU, dan mushola), mengucapkan salam ketika bertemu dengan sesama; Saling tolong menolong dengan cara memberikan bimbingan dan membantu kesulitan belajar siswa; Tanggung jawab dengan cara membiasakan hadir di kelas sesuai dengan jadwal yang sudah di tetapkan, menyampaikan bahan ajar, memberikan pengarahan dan membimbing siswa dengan seksama.

Selain upaya guru dalam membina akhlak mulia dengan cara memberikan teladan kepada siswa secara langsung, guru juga menggunakan sarana media atau alat bantu, memotivasi siswa dan memberikan teguran atau evaluasi terhadap siswa yang berperilaku tidak mencerminkan akhlak mulia. Media yang diperguanakan seperti menempel poster-poster anjuran untuk berpakain rapih dan sopan, peduli lingkungan, berperilaku sopan, ramah, peduli sosial dan anjuran


(38)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

untuk membudayakan perilaku baik lainnya. Selain poster terdapat pula media lainnya yaitu spanduk berisi visi dan misi sekolah dan spanduk gambar aturan cara berpakaian. Selanjutnya guru memberikan motivasi kepada siswa dalam belajar dan peduli lingkungan. Motivasi diberikan dengan cara mengikut sertakan siswa dalam ajang perlombaan skala nasional maupun internasional, akademis maupun non akademis atau menceritakan perilaku bersih masyarakat di luar negeri seperti di Negara Jepang dan Singapura. Dalam hal pemberian sangsi, mayoritas guru memberikan sangsi kepada siswa yang tidak mencerminkan akhlak mulia dengan cara memperingatkan secara verbal, dan memberikan sangsi sosial seperti siswa yang tidak disiplin dalam belajar dengan alasan yang tidak masuk akal, guru memberikan sanksi dengan cara tidak boleh mengikuti pelajarannya.

Perilaku guru yang dapat ditiru oleh siswa berdasarkan hasil observasi di SMAN 1 Subang terdapat beberapa perilaku peneladanan baik yang dilakukan secara sengaja, tidak disengaja, secara langsung, secara tidak langsung, peniruan gabungan, peniruan sesaat, peniruan berkelanjutan. Hasil yang diperolah dari keteladanan secara sengaja adalah aktif dalam kegiatan keagamaan, disiplin waktu, disiplin belajar dan ibadah, belajar dengan rajin dan tekun, peduli lingkungan, peduli sosial, berpakaian rapih; Keteladanan yang tidak sengaja yaitu ikhlas terhadap aktivitas yang dilakukan, memiliki kepribadian yang baik seperti tidak tinggi hati atau sombong, ramah terhadap tamu, sikap tanggung jawab yang ditunjukkan dengan mengerjakan tugas tepat waktu, taat terhadap tata tertib; Peniruan secara langsung yaitu disiplin dalam beribadah, berbahasa dengan sopan dan santun, peduli dan menjaga lingkungan dengan cara memelihara tumbuhan dan tidak membuang sampah sembarangan; Peniruan tidak langsung dengan cara memberikan contoh sekaligus memberikan motivasi dan arahan kepada siswa dalam bimbingan belajar, bersikap santun dan lemah lembut; Peniruan gabungan seperti bersikap manis muka dan tidak sombong; Peniruan sesaat seperti khidmat mengikuti kegiatan upacara bendera; dan Peniruan berkelanjutan seperti santun dalam berbahasa, dan menaruh rasa hormat terhadap sesama.


(39)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nilai-nilai akhlak mulia yang tampak pada perilaku siswa ialah keimanan yang kuat dan kesalehan hidup, indikatornya ialah siswa SMAN 1 Subang rajin melaksanakan ibadah wajib berjamaah, aktif dalam kegiatan kultum, kuliah duha

dan sholat jum’at berjamaah. Tidak ada siswa SMAN 1 Subang yang terlibat

aktivitas, narkoba, kriminal atau asusila; Perilaku ikhlas yang mendasari semua aktivitas, seperti aktivitas keagamaan dan belajar; Perilaku jujur yang ditunjukkan ketika melaksanakan ulangan; Sikap penuh rasa tanggung jawab yang ditunjukkan dengan taat terhadap tata tertib sekolah, taat terhadap peraturan guru; Peduli terhadap lingkungan baik di dalam kelas dengan menjaga kebersihannya, atau di luar kelas dengan memelihara tanaman; Sikap peduli sosial; Menghormati tamu; Manis muka dan tidak sombong; Disiplin belajar; Berpakaian rapih sesuai dengan aturan dan jadwal penggunaan seragam yang telah ditetapkan; tepat waktu datang ke sekolah.

Akhlak mulia siswa sebagai hasil dari meneladani perilaku guru adalah taat, mengabdi kepada Allah SWT dan berniat dengan ikhlas terhadap aktivitas yang dilakukan, seperti melaksanakan ibadah, belajar, peduli sesama, peduli lingkungan dan tolong-menolong; Senantiasa melakukan sifat-sifat terpuji yang diantaranya ditunjukkan melalui peduli terhadap sesama teman atau terhadap masyarakat yang terkena bencana alam dengan aktivitas aksi penggalangan dana untuk santunan, peduli terhadap lingkungan, seperti memelihara keberihan kelas, lingkungan, tanaman di sekitar kelas dan sekolah, tanggung jawab ditunjukkan dengan melaksanakan tugas tepat waktu, ramah dan santun terhadap orang lain ditunjukkan guru terhadap tamu dan siswa, disiplin waktu, peduli sosial dengan saling menghargai dan menghormati antar warga yang satu agama maupun yang berbeda agama, mempunyai rasa solideritas yang tinggi, dan tolong menolong dalam belajar.

Proses keteladanan yang dilakukan oleh siswa dalam meneladani sikap guru tahapannya adalah fase perhatian yaitu dengan cara siswa memperhatikan perilaku guru selama di sekolah; Fase pengingatan yaitu mengingat kembali perilaku yang


(40)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

telah di contohkan; Fase reproduksi yaitu siswa mencoba untuk mencocokan perilaku mereka dengan perilaku orang yang ditiru (guru); Fase motivasi yaitu seorang individu tidak akan melalukan apapun yang ia lihat tanpa adanya dorongan atau motivasi dalam dirinya untuk meniru. Pada fase ini siswa tidak meniru dari apa yang telah dicontohkan oleh guru saja tapi juga motivasi antar teman dan motivasi sebaya seperti pada jenis motivasi atau dorongan kesuksesan prestasi kaka kelas siswa pada masa lalu.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan refleksi mengenai Upaya Pembinaan Akhlak Siswa Melalui Keteladanan Guru (Studi Deskriptif Analitik terhadap Siswa dan Guru di SMAN 1 Subang), terdapat beberapa saran yang akan disampaikan terkait dengan proses pembinaan siswa di SMAN 1 Subang, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi guru, hendakanya memiliki kesamaan pandangan dalam memberikan keteladanan pada siswa, misalnya dalam hal bersikap jujur. Terdapat perbedaan pandangan antara guru yang satu dengan guru yang lain mengenai sikap jujur. Jujur di sini dalam bentuk jujur pada diri sendiri, seperti mengenakan uniform, ada guru yang respek mengenakan uniform, ada guru yang tidak peduli. Ini tentu menjadi preseden buruk bagi siswa. Selain itu masih terdapat guru yang hanya melakukan pembinaan bersifat intruksional dan belum pada pengaplikasian dalam perilaku sehari-hari seperti dalam hal membuang sampah dan membersihkan ruangan kelas. 2. Bagi pihak sekolah, selain memberikan motivasi berupa penghargaan

kepada siswa yang mempunyai prestasi di bidang akademik, baiknya sekolah juga memberikan penghargaan kepada siswa yang mempunyai perilaku akhlak mulia dan agar tak mengganggu palaksanaan kelancaran belajar hendaknya kegiatan sholat berjamaah tidak dilakukan dengan beberapa sif.


(41)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Bagi para Siswa, meneladani sikap guru adalah sesuatu yang baik. Akan tetapi harus dapat memilah-milah, mana yang patut ditiru dan mana yang tidak patut ditiru. Karena guru juga adalah manusia yang tentu memiliki kelemahan dan senantiasa tidak lepas dari kesalahan.


(42)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo. (2013). Pembelajaran Nilai-Karakter Konstruktivisme dan VCT sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Cetakan ke-2. Jakarta: Raja Gravindo persada.

Alberty, HB & Alberty, EJ. (1965). Recognizing the High School Curriculum. New York: The Macmillan Company

Alwasilah, Chaedar. (2012). Pokoknya Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya.

Balitbang Pusat Kurikulum. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Bandura, A. (1969). Principles of Behavior Modification. New York: Holt. Rinehart and Wiston. Inc.

Budimansyah, Dasim. (2012). Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter Seri Pembinaan Profesionalisme Guru.Bandung: Widya Aksara Press.

Boeree, C. George. (2013). Personality Thoeries; Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikologi Dunia. Penerjemah: Inyiak Ridwan Muzir. Yogyakarta: Primasophie.

Dirjen PAIS dan Depdiknas. (2009). Panduan Pelaksanaan Rohani Islam. Jakarta: Kemenag Dan Kemendiknas.

Depdiknas. (2013). Draf Kurikulum Berbasis Karakter

Faridah. (1992). Konsep Dasar Pendidikan Umum dan MKDU serta kedudukan MKDU dalam pengembangan program Pendidikan Umum. (TESIS): PPS IKIP Bandung

Feist. Jess & Feist. J. Gregory. (2009). Theories of Personality. New York: Mc-Graw-Hill Education.

__________________. (2013). Theories of Personality. Teri Kepribadian. Penerjemah: Smitha Prathita Sjahputri. Jakarta: Salemba Humanika.

Hakam, Kama Abdul. (2007). Bunga Rampai Pendidikan Nilai. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(43)

________________. (2013). Perbandingan Pendidikan Umum. Bandung: Sps Universitas Pendidikan Indonesia

Henry, N.B (1952). The Firty Year Book General Education, University of Chicago press.

Hurlock, Elizabeth B, (1998), Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan” Edisi Kelima, Jakarta: Erlangga

Ihsan, Hamdani & Fuad Ihsan. (2007). Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia

Ilyas, Y. (2004). Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI)

Jamil, H. M. (2013). Akhlak Tasawuf. Jakarta: Referensi

Jeffrey D. Lukenbill. (1978). General Education In A Changing Cociety. America: Miami-Dade Community Collage

K. Yin, Robert. (2013). Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Rajawali Pers. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1995). Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Lickona, Thomas. (2004). Character Metters: How to Help Our Children Develop

Good Judgement, Integrity, and Other Essential Virtues. New York: Touchstone.

______________. (2012). Character Metters: Persoalan Karakter: Bagaimana Membantu Anak Mengembangkan Penilaian yang Baik, Integritas, dan Kebajikan Penting Lainnya . Penerjemah: Juma Abdu Wamaungo dan Jean Antunes Rudolf Zein. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

______________. (2013). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Touchstone.

______________. (2013). Educating for Character: Mendidik Untuk Membentuk Karakter: Bagaimana Sekolah Dapat Mengajarkan Sikap Hormat dan Tanggung Jawab. Cetakan ke dua. Penerjemah: Juma Abdu Wamaungo. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Maolani, L. (2003). Pembinaan Moral Remaja Sebagai Sumberdaya Manisia di Lingkungan Masyarakat. Bandung: PPS UPI (Tesis: Tidak

Diperdagangkan)

Maftuh, Bunyamin. (2009). Bunga Rampai Pendidikan Umum dan Pendidikan Nilai. Bandung: Yasindo Multi Aspek.


(44)

Milles, Matthew B & A. Michael Huberman. (2007). Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Moleong, J. Lexi. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nata, Abuddin. (1994). Akhlak/Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Phenix, P, H. (1964), Realm of Meaning; A Philosophy of the Curriculum for General Education, New York: Mc Graw Hill Book Company.

Ramayulis,(1998). dalam http://www.scribd.com/doc/62551530/arti-teladan)

Sauri, Sofyan. (2012). Pendidikan Karakter dalam Prespektif Islam. Bandung: Rizki Press.

___________. (2006). Membangun Komunikasi dalam Keluarga. Bandung: Ganesindo.

Schunk, Dale H. (2012). Learning Theories An Educational Perpective. New York: Pearson Education.

___________. (2012). Learning Theories An Educational Perpective: Teori-Teori Pembelajaran: Perspektif Pendidikan. Cetakan ke enam. Penerjemah: Eva Hamdiah, Rahmat Fajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Asdi

Maha Satya.

Slavin, Robert E. (2008). Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks

Sugiono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Cetakan ke 9. Bandung: Alfabeta.

Suharsaputra, Uhar. (2013). Menjadi Guru Berkarakter. Bandung: Refika Aditama.

Suryadi, Ace. (2012). Pendidikan, Investasi SDM, dan Pembangunan: Isu, Teori, dan Aplikasi untuk Pembangunan Pendidikan dan Sumberdaya Manusia Indonesia. Bandung: Widya Aksara Press.

Syah, Muhibbin. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cetakan ke-10. Bandung: PT. Remana Rosdakarya.

Tafsir, Ahmad. (2006). Filsafat Pendidikan Islami Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu Memanusiakan Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(45)

Undang-Undang RI No 20. (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokus Media.

Zuriah, Nurul. (2008). Pendidikan dan Moral Budi Pekerti dalam Prespektif Perubahan; Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti Secara Kontekstual dan Futuristik. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber internet:

http://heniputera.com/ pergaulan-bebas.html

http://syiahali.wordpress.com

http://health.detik.com/read/2013/11/24/114633/2421854/764/ini-pentingnya-orang-tua-mengetahui-aneka-pola-asuh-anak


(1)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

telah di contohkan; Fase reproduksi yaitu siswa mencoba untuk mencocokan perilaku mereka dengan perilaku orang yang ditiru (guru); Fase motivasi yaitu seorang individu tidak akan melalukan apapun yang ia lihat tanpa adanya dorongan atau motivasi dalam dirinya untuk meniru. Pada fase ini siswa tidak meniru dari apa yang telah dicontohkan oleh guru saja tapi juga motivasi antar teman dan motivasi sebaya seperti pada jenis motivasi atau dorongan kesuksesan prestasi kaka kelas siswa pada masa lalu.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan refleksi mengenai Upaya Pembinaan Akhlak Siswa Melalui Keteladanan Guru (Studi Deskriptif Analitik terhadap Siswa dan Guru di SMAN 1 Subang), terdapat beberapa saran yang akan disampaikan terkait dengan proses pembinaan siswa di SMAN 1 Subang, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi guru, hendakanya memiliki kesamaan pandangan dalam memberikan

keteladanan pada siswa, misalnya dalam hal bersikap jujur. Terdapat perbedaan pandangan antara guru yang satu dengan guru yang lain mengenai sikap jujur. Jujur di sini dalam bentuk jujur pada diri sendiri, seperti mengenakan uniform, ada guru yang respek mengenakan uniform, ada guru yang tidak peduli. Ini tentu menjadi preseden buruk bagi siswa. Selain itu masih terdapat guru yang hanya melakukan pembinaan bersifat intruksional dan belum pada pengaplikasian dalam perilaku sehari-hari seperti dalam hal membuang sampah dan membersihkan ruangan kelas. 2. Bagi pihak sekolah, selain memberikan motivasi berupa penghargaan

kepada siswa yang mempunyai prestasi di bidang akademik, baiknya sekolah juga memberikan penghargaan kepada siswa yang mempunyai perilaku akhlak mulia dan agar tak mengganggu palaksanaan kelancaran belajar hendaknya kegiatan sholat berjamaah tidak dilakukan dengan beberapa sif.


(2)

128

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Bagi para Siswa, meneladani sikap guru adalah sesuatu yang baik. Akan tetapi harus dapat memilah-milah, mana yang patut ditiru dan mana yang tidak patut ditiru. Karena guru juga adalah manusia yang tentu memiliki kelemahan dan senantiasa tidak lepas dari kesalahan.


(3)

Nurjanah,2015

Upaya pembinaan akhlak mulia siswa melalui keteladanan guru

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo. (2013). Pembelajaran Nilai-Karakter Konstruktivisme dan

VCT sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Cetakan ke-2.

Jakarta: Raja Gravindo persada.

Alberty, HB & Alberty, EJ. (1965). Recognizing the High School Curriculum. New York: The Macmillan Company

Alwasilah, Chaedar. (2012). Pokoknya Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya.

Balitbang Pusat Kurikulum. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya Karakter

Bangsa.Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Bandura, A. (1969). Principles of Behavior Modification. New York: Holt. Rinehart and Wiston. Inc.

Budimansyah, Dasim. (2012). Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter Seri

Pembinaan Profesionalisme Guru.Bandung: Widya Aksara Press.

Boeree, C. George. (2013). Personality Thoeries; Melacak Kepribadian Anda

Bersama Psikologi Dunia. Penerjemah: Inyiak Ridwan Muzir. Yogyakarta:

Primasophie.

Dirjen PAIS dan Depdiknas. (2009). Panduan Pelaksanaan Rohani Islam.

Jakarta: Kemenag Dan Kemendiknas.

Depdiknas. (2013). Draf Kurikulum Berbasis Karakter

Faridah. (1992). Konsep Dasar Pendidikan Umum dan MKDU serta kedudukan MKDU dalam pengembangan program Pendidikan Umum. (TESIS): PPS IKIP Bandung

Feist. Jess & Feist. J. Gregory. (2009). Theories of Personality. New York: Mc-Graw-Hill Education.

__________________. (2013). Theories of Personality.Teri Kepribadian. Penerjemah: Smitha Prathita Sjahputri. Jakarta: Salemba Humanika. Hakam, Kama Abdul. (2007). Bunga Rampai Pendidikan Nilai. Bandung:


(4)

129

________________. (2013). Perbandingan Pendidikan Umum. Bandung: Sps Universitas Pendidikan Indonesia

Henry, N.B (1952). The Firty Year Book General Education, University of Chicago press.

Hurlock, Elizabeth B, (1998), Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan” Edisi Kelima, Jakarta: Erlangga

Ihsan, Hamdani & Fuad Ihsan. (2007). Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia

Ilyas, Y. (2004). Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI)

Jamil, H. M. (2013). Akhlak Tasawuf. Jakarta: Referensi

Jeffrey D. Lukenbill. (1978). General Education In A Changing Cociety. America: Miami-Dade Community Collage

K. Yin, Robert. (2013). Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Rajawali Pers. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1995). Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Lickona, Thomas. (2004). Character Metters: How to Help Our Children Develop

Good Judgement, Integrity, and Other Essential Virtues. New York:

Touchstone.

______________. (2012). Character Metters: Persoalan Karakter: Bagaimana Membantu Anak Mengembangkan Penilaian yang Baik, Integritas, dan

Kebajikan Penting Lainnya . Penerjemah: Juma Abdu Wamaungo dan Jean

Antunes Rudolf Zein. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

______________. (2013). Educating for Character: How Our Schools Can Teach

Respect and Responsibility. New York: Touchstone.

______________. (2013). Educating for Character: Mendidik Untuk Membentuk Karakter: Bagaimana Sekolah Dapat Mengajarkan Sikap Hormat dan

Tanggung Jawab. Cetakan ke dua. Penerjemah: Juma Abdu Wamaungo.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Maolani, L. (2003). Pembinaan Moral Remaja Sebagai Sumberdaya Manisia di

Lingkungan Masyarakat. Bandung: PPS UPI (Tesis: Tidak

Diperdagangkan)

Maftuh, Bunyamin. (2009). Bunga Rampai Pendidikan Umum dan Pendidikan


(5)

Milles, Matthew B & A. Michael Huberman. (2007). Analisis Data Kualitatif

Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Penerjemah: Tjetjep Rohendi

Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Moleong, J. Lexi. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nata, Abuddin. (1994). Akhlak/Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Phenix, P, H. (1964), Realm of Meaning; A Philosophy of the Curriculum for

General Education, New York: Mc Graw Hill Book Company.

Ramayulis,(1998). dalam http://www.scribd.com/doc/62551530/arti-teladan) Sauri, Sofyan. (2012). Pendidikan Karakter dalam Prespektif Islam. Bandung:

Rizki Press.

___________. (2006). Membangun Komunikasi dalam Keluarga. Bandung: Ganesindo.

Schunk, Dale H. (2012). Learning Theories An Educational Perpective. New York: Pearson Education.

___________. (2012). Learning Theories An Educational Perpective: Teori-Teori Pembelajaran: Perspektif Pendidikan. Cetakan ke enam. Penerjemah: Eva Hamdiah, Rahmat Fajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Asdi

Maha Satya.

Slavin, Robert E. (2008). Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks Sugiono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Cetakan ke 9. Bandung:

Alfabeta.

Suharsaputra, Uhar. (2013). Menjadi Guru Berkarakter. Bandung: Refika Aditama.

Suryadi, Ace. (2012). Pendidikan, Investasi SDM, dan Pembangunan: Isu, Teori, dan Aplikasi untuk Pembangunan Pendidikan dan Sumberdaya Manusia

Indonesia. Bandung: Widya Aksara Press.

Syah, Muhibbin. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cetakan ke-10. Bandung: PT. Remana Rosdakarya.

Tafsir, Ahmad. (2006). Filsafat Pendidikan Islami Integrasi Jasmani, Rohani dan


(6)

131

Undang-Undang RI No 20. (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokus Media.

Zuriah, Nurul. (2008). Pendidikan dan Moral Budi Pekerti dalam Prespektif Perubahan; Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti Secara

Kontekstual dan Futuristik. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber internet:

http://heniputera.com/ pergaulan-bebas.html http://syiahali.wordpress.com

http://health.detik.com/read/2013/11/24/114633/2421854/764/ini-pentingnya-orang-tua-mengetahui-aneka-pola-asuh-anak