TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG.

(1)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET

PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Oleh : Kanah 1001467

Buruh sadap karet di Kecamatan Dawuan yang bekerja di perkebunan PTPN VIII Wangunreja mendapatkan upah di bawah UMR Kabupaten Subang. Upah yang diperoleh tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga yang terus meningkat. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi tingkat kesejahteraan buruh sadap karet berdasarkan indikator BPS tahun 2005. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh masyarakat buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja Kecamatan Dawuan. Sampel penelitian berjumlah 60 orang yang terdiri dari 3 wara yakni wara 1 sebanyak 24 orang, wara 2 sebanyak 6 orang dan wara 3 sebanyak 30 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportional Sampling. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yang meliputi sistem kerja dan kondisi sosial ekonomi, variabel terikatnya yaitu tingkat kesejahteraan. Analisis data menggunakan persentase dan skoring. Hasil penelitian menunjukan bahwa buruh sadap karet bekerja selama 8 jam perhari, dan libur pada hari minggu dan hari libur nasional dengan perolehan upah yang masih rendah. Sebagian besar buruh sadap karet tinggal di rumah permanen dengan fasilitas yang kurang lengkap. Buruh sadap karet memiliki kesehatan yang baik akan tetapi kesadaran akan pentingnya kesehatan masih rendah karena buruh sadap karet tidak pernah melakukan cek kesehatan, pendidikan buruh sadap karet tergolong rendah tapi kesadarannya akan pentingnya pendidikan anak cukup baik, dalam hal fasilitas transportasi buruh sadap karet mengalami kesulitan untuk mendapatkan kendaraan umum karena akses yang sulit seperti jalan yang rusak dan jarak yang jauh ke jalan raya. Berdasarkan indikator kesejahteraan menurut BPS tahun 2005 sebagian besar buruh sadap karet di Kecamatan Dawuan termasuk ke dalam tingkat kesejahteraan sedang sebanyak 80% dan sebagian lagi termasuk ke dalam tingkat kesejahteraan rendah sebanyak 16,7% serta tingkat kesejahteraan tinggi sebanyak 3,3%.


(2)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

THE EMPLOYEE WELFARE OF RUBBER TAPPING PTPN VIII WANGUNREJA IN DAWUAN SUBDISTRICT SUBANG REGENCY

By: Kanah 1001467

The employees in Dawuan district work in PTPN VIII plantation Wangunreja getting fee under Regional Minimum Wage of subang regency. The fee that they got is not enough for sufficing their needs while the need is always increasing day by day. The aim of this study is to find out the employee welfare based on BPS indicator in 2005. This study is descriptive study. The population of this study is all societies of PTPN VIII Wangunreja in Dawuan subdistrict. Sixty people consist of 3 wara which is the first wara consist of 24 people, the second wara consist of 6 people and the third wara consist of 30, were chosen as sample. The sample is proportional sampling. The variable of this study is the independent variables which are working system, social economy condition and the dependent variable of this study is the level of welfare. In analyzing data, percentage and scoring were used in this study. The finding shows that the employee of rubber tapping workers to work for 8 hours per day, on Sundays and public holidays and national holidays with the got income of low wage. Most of the rubber tapping workers living in permanent housing with facilities that less complete. Labour tapping rubber have good health but the awareness of the importance of health is still low because of the rubber tapping workers never had health checks, rubber tapping workers' education is low but the awareness of the importance of children's education is quite good, in terms of transport facilities rubber tapping workers have difficulty get public transport because of difficult access such as damaged roads and long distances to highway. Based on BPS in 2005 indicates that the employee welfare of rubber tapping in Dawuan sub district included average is 80%, lower is 16,7% then higher is 3,3%.


(3)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Pertanian ... 8

B. Usaha Perkebunan Di Indonesia ... 12

C. Kesejahteraan Masyarakat ... 17

D. Studi Geografi Aspek Pertanian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 26

B. Populasi dan Sampel ... 27

C. Definisi Operasional... 30

D. Instrumen Penelitian... 32

E. Prosedur Penelitian... 33

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 35

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 40

1. Kondisi Fisik ... 40

2. Kondisi Sosial ... 48

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 53

1. Identitas Responden ... 55


(4)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Kondisi sosial Ekonomi ... 60

a. Kepemilikan Tempat Tinggal ... 60

b. Kesehatan ... 62

c. Pendidikan ... 65

d. Fasilitas Transportasi ... 68

4. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Buruh sadap karet ... 69

a. Pendapatan ... 70

b. Pengeluaran ... 71

c. Keadaan Tempat Tinggal ... 72

d. Fasilitas Tempat Tinggal ... 73

e. Kesehatan Anggota Keluarga ... 74

f. Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan ... 75

g. Kemudahan Menyekolahkan Anak ... 76

h. Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi ... 77

C. Pembahasan ... 79

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 89

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(5)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Nama Perusahaan PTPN VIII Di Kabupaten Subang ... 2

Tabel 3.1 Populasi Responden ... 28

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Responden ... 30

Tabel 3.3 Variabel Penelitian ... 32

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrument Penelitian... 33

Tabel 3.5 Kriteria Presentase ... 37

Tabel 3.6 Indikator Keluarga Sejahtera Berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun 2005 ... 38

Tabel 4.1 Desa Di Kecamatan Dawuan ... 40

Tabel 4.2 Klasifikasi Iklim Menurut Junghuhn ... 43

Tabel 4.3 Curah Hujan Kecamatan Dawuan ... 44

Tabel 4.4 Ketinggian Desa di Kecamatan Dawuan ... 45

Tabel 4.5 Penggunaan Lahan di Kecamatan Dawuan ... 46

Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Menurut Umur ... 48

Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 49

Tabel 4.8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 51

Tabel 4.9 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 52

Tabel 4.10 Usia dan Jenis Kelamin ... 54

Tabel 4.11 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 55

Tabel 4.12 Pengalaman Kerja ... 56

Tabel 4.13 Pendapatan Utama... 57

Tabel 4.14 Pendapatan Sampingan ... 58

Tabel 4.15 Tingkat Pengeluaran ... 59

Tabel 4.16 Status Kepemilikan Rumah ... 60

Tabel 4.17 Luas Bangunan Rumah ... 61

Tabel 4.18 Jenis Pelayanan Kesehatan... 62

Tabel 4.19 Intensitas Cek Kesehatan ... 64

Tabel 4.20 Tingkat Pendidikan Buruh Sadap ... 65

Tabel 4.21 Jenjang Pendidikan Anak ... 66

Tabel 4.22 Biaya Pendidikan Anak ... 67

Tabel 4.23 Kepemilikan Sarana Transportasi ... 69

Tabel 4.24 Tingkat Pendapatan ... 70

Tabel 4.25 Tingkat Pengeluaran ... 71

Tabel 4.26 Kondisi Tempat Tinggal ... 72

Tabel 4.27 Fasilitas Tempat Tinggal ... 73

Tabel 4.28 Kesehatan Anggota Keluarga... 74

Tabel 4.29 Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan ... 75

Tabel 4.30 Kemudahan Menyekolahkan Anak ... 76

Tabel 4.31 Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi ... 77

Tabel 4.32 Indikator Kesejahteraan Berdasarkan BPS ... 78


(6)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG


(7)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Prosedur penelitian ... 34

Gambar 4.1 Diagram Luas Desa di Kecamatan Dawuan ... 41

Gambar 4.2 Peta Administratif Kecamatan Dawuan ... 42

Gambar 4.3 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Dawuan ... 47

Gambar 4.4 Diagram Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 51

Gambar 4.5 Diagram Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 52

Gambar 4.6 Diagram Usia Responden ... 54

Gambar 4.7 Diagram Jumlah Tanggungan Keluarga ... 55

Gambar 4.8 Diagram Pengalaman Kerja ... 56

Gambar 4.9 Grafik perolehan upah ... 60

Gambar 4.10 Diagram Status Kepemilikan Rumah ... 61

Gambar 4.11 Diagram Luas Bangunan Rumah ... 62

Gambar 4.12 Diagram Jenis Pelayanan Kesehatan ... 63

Gambar 4.13 Diagram Intensitas Cek Kesehatan ... 65

Gambar 4.14 Grafik Pendidikan ... 67

Gambar 4.15 Diagram Biaya Pendidikan Anak ... 68

Gambar 4.16 Diagram Sarana Transportasi ... 69

Gambar 4.17 Diagram tingkat pendapatan ... 70

Gambar 4.18 Diagram tingkat pengeluaran ... 71

Gambar 4.19 Diagram kondisi tempat tinggal ... 72

Gambar 4.20 Diagram Fasilitas Tempat Tinggal ... 73

Gambar 4.21 Diagram Kesehatan Anggota Keluarga ... 74

Gambar 4.22 Diagram Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan ... 75

Gambar 4.23 Diagram Kemudahan Menyekolahkan Anak ... 76

Gambar 4.24 Diagram Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi ... 77


(8)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Dokumentasi Penelitian 2 Lembar Observasi

3 Tabulasi Hasil Analisis Data 4 Surat Izin Penelitian


(9)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian di Indonesia memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Hal tersebut ditunjukan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian. Seperti yang dijelaskan oleh Mubyarto (1989, hlm. 16) “sektor pertanian mendapat prioritas utama karena sektor ini ditinjau dari berbagai segi memang merupakan sektor yang dominan dalam ekonomi nasional, misalnya kontribusinya dalam pendapatan nasional, peranannya dalam dalam pemberian lapangan kerja pada penduduk yang bertambah dengan cepat, kontribusinya dalam penghasilan devisa dan lain-lain”. Pertanian Indonesia tidak hanya terdiri atas sektor pertanian dan subsektor pangan, tetapi juga sektor peternakan, dan sub-sektor perkebunan.

Perkebunan merupakan bagian dari sistem perekonomian pertanian komersial yang diwujudkan dalam bentuk usaha pertanian dalam skala besar dan kompleks yang bersifat padat modal, penggunaan areal pertanahan luas, organisasi tenaga kerja besar, pembagian kerja secara rinci, penggunaan tenaga kerja upahan, dan penggunaan teknologi modern. Perkebunan merupakan salah satu sub sektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, “pembangunan perkebunan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan penerimaan negara dan devisa negara, menyediakan lapangan kerja, meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing, memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri, dan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan”.

Karet merupakan komoditi ekspor yang cukup berperan dalam perekonomian nasional di Indonesia. Baik sebagai penghasil devisa penduduk


(10)

2

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ataupun sebagai lapangan kerja bagi penduduk. Perkebunan karet diusahakan oleh perkebunan-perkebunan besar seperti PNP/PTP, perusahaan swasta nasional dan asing serta sebagian besar diusahakan oleh petani kecil serta tradisional.

Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII, menurut Direktori BUMN (2013) dibentuk berdasarkan PP No. 13 Tahun 1996, tanggal 14 Pebruari 1996. Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan penggabungan kebun kebun di wilayah Jawa Barat dari eks PTP XI, PTP XII dan PTP XIII. Perusahaan ini didirikan dengan maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan usaha di bidang agrobisnis dan agroindustri, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya perseroan untuk menghasilkan barang dan/ atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, serta mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

Perusahaan yang bergerak di bidang agrobisnis dan agroindustri ini terdapat di Kabupaten Subang yang tersebar di empat kecamatan yang meliputi Kecamatan Ciater, Jalancagak, Dawuan, dan Jalupang. Perusahaan tersebut merupakan cabang dari PTPN VIII yang ada di Jawa Barat. Jenis komoditi yang dikelola oleh PTPN VIII yang tersebar di empat kecamatan tersebut diantaranya karet, teh, kina dan kakao. Daftar perusahaan menurut situs resmi PTPN VIII yang berada di Kabupaten Subang diantaranya sebagai berikut.

Tabel 1.1

Daftar Nama PTPN VIII Di Kabupaten Subang

No. Unit Kecamatan Jenis Komoditi Kelompok

Industri

1. Ciater Ciater Teh Pangan

2. Tambaksari Jalancagak Teh,Kina dan Kakao Pangan

3. Wangunreja Dawuan Karet Kimia

4. Jalupang Cipeundeuy Karet Kimia

Sumber: PTPN VIII, 2013

Kecamatan Dawuan merupakan kecamatan baru yang menjadi salah satu lokasi sebaran perkebunan karet. Perkebunan yang berada di Kecamatan ini


(11)

3

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merupakan perkebunan unit PTPN VIII Wangunreja yang mengelola hasil perkebunan karet dengan luas 1.222,97 Ha. Berdasarkan data induk pegawai, PTPN VIII Wangunreja di Kecamatan Dawuan memiliki jumlah buruh sadap karet sebanyak 152 orang yang tersebar di 3 wilayah perkebunan (Wara).

Menyadap karet di perkebunan PTPN VIII Wangunreja merupakan pekerjaan utama yang dijadikan sebagai mata pencaharian bagi sebagian masyarakat yang ada di Kecamatan Dawuan, mata pencaharaian tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Setiap hari masyarakaat buruh sadap karet ini membutuhkan waktu kurang lebih 8 jam untuk bekerja di perkebunan, masing-masing buruh sadap memiliki jumlah pohon sadapan kurang lebih 300 pohon yang di berikan oleh pihak perusahaan.

Berdasarkan Septinawati (K4406037) yang meneliti tentang kehidupan buruh sadap karet dalam skripsinya yang berjudul PERKEBUNAN KARET PTPN IX BATUJAMUS KARANGANYAR (Studi Tentang Kehidupan Buruh Sadap Karet di Perkebunan Karet PTPN IX Batujamus Karanganyar) menjelaskan bahwa perkebunan karet PTPN IX mempunyai peranan penting dalam perubahan kehidupan ekonomi masyarakat khususnya kehidupan ekonomi buruh sadap karet yang bekerja di perkebunan. Pengaruh yang langsung dirasakan oleh masyarakat adalah keberadaan PTPN IX membuka peluang kerja yang sangat besar bagi masyarakat sekitar. Perkebunan PTPN IX membuka kesempatan kerja bagi ribuan orang untuk bekerja di perkebunan. Dengan adanya pemberian upah standar UMR ditambah dengan berbagai tambahan pendapatan seperti premi kualitas dan premi produksi, menjadikan kehidupan buruh sadap karet lebih meningkat. Pekerjaan sebagai buruh sadap karet hanya memerlukan waktu kerja kurang lebih 8 jam, oleh karena itu setelah bekerja di perkebunan mereka juga masih bisa mengerjakan sawah, memelihara ternak atau pekerjaan sampingan lainnya. Adanya peningkatan pendapatan buruh sadap karet mempengaruhi perubahan gaya hidup buruh sadap, yang sebelumnya hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok saja menjadi pemenuhan terhadap kebutuhan sekunder seperti sepeda motor, barang-barang rumah tangga, barang-barang elektronik dan lain-lain.


(12)

4

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Masalah kesejahteraan selalu berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan, masyarakat buruh sadap karet dikatakan sejahtera apabila mereka mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti yang telah dijelaskan oleh Kementrian Koordinator Kesejahteraan (dalam Rinawati 2011 , hlm. 9), bahwa sejahtera yaitu “suatu kondisi masyarakat yang terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan yang bersih, aman, dan nyaman”.

Aktivitas penyadapan karet sudah terjadi dalam waktu yang lama, tetapi pendapatan yang diperoleh masyarakat buruh sadap masih berada di bawah UMR Kabupaten Subang yaitu sebesar Rp. 1.577.959, sedangkan para buruh sadap karet harus memenuhi kebutuhan hidup keluarga yang terus meningkat. Tingkat kesejahteraan masyarakat buruh sadap karet dapat diukur berdasarkan beberapa indikator, Indikator tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai aspek sosial maupun ekonomi masyarakat buruh sadap karet. Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2005 indikator kesejahteraan terdiri atas pendapatan, pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan menyekolahkan anak dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.

Berdasarkan gambaran umum yang telah dipaparkan, maka penulis merasa tertarik untuk menganalisis lebih jauh tentang tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja. Untuk itu, penulis mengambil judul “Tingkat Kesejahteraan Buruh Sadap Karet Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII Wangunreja Di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Penerimaan upah masyarakat buruh sadap karet lebih rendah dari UMR Kabupaten Subang yaitu Rp. 1.577.959.


(13)

5

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Belum diketahui tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang.


(14)

6

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini diantaranya

1. Bagaimana sistem kerja buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang?

2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang?

3. Bagaimana tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengidentifikasi sistem kerja buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang.

2. Untuk mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang.

3. Untuk mengidentifikasi tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang.

E. Manfaat Penelitian

Selain juga dapat menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman dan kemampuan bagi penulis, penulis berharap penelitian ini bisa bermanfaat bagi beberapa pihak diantaranya:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan di bidang pertanian terutama untuk matakuliah Geografi Pertanian dan Geografi Ekonomi.

b. Sebagai referensi untuk melakukan penelitian yang terkait dengan Tingkat Kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang.


(15)

7

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Manfaat Praktis

a. Sebagai suatu informasi data bagi pemerintah mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja, Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang.

b. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk lebih mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat buruh sadap karet di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang.

c. Sebagai salah satu sumber data dan informasi bagi pengembangan penelitian selanjutnya.

F. Struktur Organisasi Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab I menguraikan latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Menguraikan berbagai kajian teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Teori-teori tersebut dijadikan sebagai rujukan atau bahan perbandingan dari penemuan-penemuan dalam penelitian. Teori yang diambil dalam penelitian ini meliputi pembangunan pertanian, usaha perkebunan di Indonesia, kesejahteraan masyarakat dan studi geografi aspek pertanian.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

Pada bab III menjelaskan mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan proses ataupun langkah-langkah yang ditempuh dalam suatu penelitian. Prosedur atau langkah-langkah tersebut meliputi beberapa penjelasan mengenai lokasi penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.


(16)

8

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV membahas hasil pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan penemuan-penemuan yang berkaitan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang yang dianalisis menggunakan indikator dari Badan Pusat Statistik tahun 2005 yang terdiri atas pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan menyekolahkan anak dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V menyajikan kesimpulan dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis penelitian serta memberikan saran kepada pihak tertentu yang terkait hasil penelitian.


(17)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Kecamatan Dawuan merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Letak geografis berdasarkan garis lintang dan bujurnya Kecamatan Dawuan berada pada koordinat 107o37’30” BT – 107043’30” BT dan 6o30’00”LS – 6o37’30”LS. Kecamatan Dawuan memiliki jarak ke ibukota kabupaten ± 10 km. Kecamatan Dawuan terdiri dari 10 desa yaitu Desa Jambelaer, Cisampih, Margasari, Situsari, Sukasari, Rawalele, Dawuan Kidul, Dawuan Kaler, Manyeti, dan Batusari. Kecamatan Dawuan memiliki jarak ke ibukota kabupaten ± 10 km. Adapun batas-batas wilayah secara administratif adalah sebagai berikut

Sebelah Utara : Kecamatan Pagaden Barat Sebelah Timur : Kecamatan Subang Sebelah Selatan : Kecamatan Sagalaherang Sebelah Barat : Kecamatan Kalijati

2. Metode penelitian

Menurut Sugiyono (2011, hlm 2) metode penelitian adalah “cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif. Menurut Tika (2005, hlm 4) metode deskriptif yaitu “Penelitian lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif yaitu menggambarkan keadaan di lapangan sesuai dengan fakta, adapun data deskriptif sendiri dapat diperoleh dari angket yang kemudian digunakan


(18)

27

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk mendeskripsikan data hasil penelitian di lapangan. Tujuan penulis menggunakan metode deskriptif ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat kesejahteraan penyadap karet PTPN VIII Wangunreja Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang.

3. Desain Penelitian

Menurut Tika (2005, hlm 12) mengatakan desain penelitian adalah “suatu rencana tentang mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai dengan tujuannya”.

Penelitian ini menggunakan desain korelasional kumulatif, dimana desain korelasional kumulatif berusahan untuk menyelidiki nilai-nilai dari dua atau lebih variabel dan menguji atau menemukan hubungan-hubungan (relation) atau antar hubungan (interrelationship) yang ada.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Di Dalam suatu penelitian diperlukan adanya populasi dan sampel yang berupa wilayah dan atau manusia. Menurut Sugiyono (2011, hlm 61) populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kulitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi responden, yaitu seluruh masyarakat yang bekerja sebagai buruh sadap karet yang bertempat tinggal di Kecamatan Dawuan. Berdasarkan data induk kryawan PTPN, Masyarakat buruh sadap karet secara keseluruhan berjumlah 152 orang yang tersebar di 3 wara. Jumlah buruh sadap karet pada masing-masing wara tersaji pada tabel 3.1


(19)

28

Tabel 3.1 Populasi Responden No. Wilayah

Perkebunan Lokasi

Jumlah Buruh Sadap

1. Wara 1 Cisampih 62

2. Wara 2 Dawuan Kaler 14

3. Wara 3 Batusari, Manyeti, Rawalele 76

JumlahTotal 152

Sumber: PTPN VIII Wangunreja, 2013

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Menurut Tika (2005, hlm 24) “Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi”. Sedangkan menurut Sugiyono (2011, hal. 61) sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi”. Cara menentukan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportional sampling menurut Arikunto (2010, hlm. 182) teknik sampel ini digunakan “untuk memperoleh data yang representatif, pengambilan subjek dari setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing wilayah”. Adapun teknik pengambilan sampel melakukan metode Sampling insidental yaitu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada masyarakat buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari tiga wara yaitu wara 1, wara 2 dan wara 3. Jumlah sampel yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Solvin (dalam Nugraha 2007, hlm 6). Adapun rumus Solvin yaitu sebagai berikut:


(20)

29

Keterangan :

n : jumlah elemen/anggota sampel N : jumlah elemen/anggota populasi

e : error level (tingkat kesalahan) (catatan: umumnya digunakan 1% atau 0.01, 5% atau 0.05, dan 10% atau 0.1)

Pada penelitian ini peneliti menggunakan batas kesalahan yang ditolerir sebesar 10%.

N = = = = 60,3 = 60

Berdasarkan hasil perhitungan rumus, maka jumlah sampel yang diteliti dalam penelitian ini berjumlah 60 orang. Jumlah ini menurut penulis dinilai sudah cukup representatif dari total populasi tersebut. Jumlah populasi yang terdiri dari 3 wara tersebut diperlukan penghitungan sampel kembali dari setiap wara agar jumlah sampel proporsional, sesuai dengan jumlah populasi. Pengambilan sampel tersebut dihitung menggunakan rumus berikut:

Keterangan:

ni : Jumlah sampel menurut stratum/ wilayah Ni : Jumlah populasi menurut stratum/ wilayah n : Jumlah sampel seluruhnya

N : Jumlah populasi seluruhnya

Setelah jumlah sampel secara keseluruhan diketahui, maka dengan menggunakan rumus di atas, dapat diketahui jumlah sampel yang diajukan dari masing-masing wara yaitu:

1) Wara 1


(21)

30

2) Wara 2

dibulatkan menjadi 6 3) Wara 3

30

Hasil perhitungan jumlah buruh sadap karet yang dijadikan sampel pada masing-masing wara, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.2

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Responden No Wilayah Jumlah Buruh

Sadap Karet

Sampel

1. Wara 1 62 24

2. Wara 2 14 6

3. Wara 3 76 30

152 60

Sumber : Hasil Analisis, 2014

C. Definisi Operasional

Pengertian definisi operasional dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendididkan Indonesia tahun 2013 adalah “rumusan untuk setiap variabel yang harus melahirkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti, yang kemudian akan dijabarkan dalam instrumen penelitian”.

Judul penelitian ini adalah “Tingkat Kesejahteraan Buruh Sadap Karet Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII Wangunreja Di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang”. Untuk memberikan arahan dan menghindari kesalahan dalam penafsiran judul penelitian, maka penulis menguraikan penjelasan tentang konsep yang terdapat didalam judul penelitian sebagai berikut:


(22)

31

1. Sistem kerja merupakan rangkaian tata kerja dan prosedur kerja yang kemudian membentuk suatu kebulatan pola tertentu dalam rangka melaksanakan suatu bidang pekerjaan. Sistem kerja ini dilihat dari waktu bekerja, sistem penerimaan upah dan perolehan upah dari hasil menyadap karet di PTPN VIII Wangunreja

2. Kondisi sosial ekonomi dalam hubungan dengan pola berusaha tani, perbedaan status seseorang dalam masyarakat dan keadaan sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang secara rasional dan menetapkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status. Kondisi sosial ekonomi dapat dilihat dari kepemilikan tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, fasilitas fransportasi.

3. Kesejahteraan merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai oleh sebuah keluarga. Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (dalam Rinawati 2011 , hlm. 9) menjelaskan pengertian sejahtera yaitu suatu kondisi masyarakat yang terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan mutu sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya. Tingkat kesejahteraan masyarakat buruh sadap karet ini dapat diukur berdasarkan indikator menurut Badan Pusat Statistik (2005) yang meliputi pendapatan, pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan menyekolahkan anak dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.

Berdasarkan definisi operasional di atas, maka dapat diketahui dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Sugiyono (2011, hlm 4) variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat), sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu sistem kerja dan kondisi sosial ekonomi yang meliputi kepemilikan tempat tinggal, kesehatan, pendidikan dan fasilitas fransportasi sedangkan variabel


(23)

32

terikatnya yaitu tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja. Variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.3

Tabel 3.3 Variabel Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

1. Sistem kerja

2. Kondisi sosial ekonomi

- Kepemilikan tempat tinggal - Kesehatan

- Pendidikan

- Fasilitas Transportasi

Tingkat Kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja

Sumber:Hasil Analisis, 2014

D. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat untuk mengumpulkan data. Menurut Sugiyono (2011, hlm 348) instrumen penelitian harus valid dan reliabel. Valid yaitu “instrument dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur” sedangkan reliabel adalah “instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Instrumen dalam bentuk angket yang ditujukan kepada

Masyarakat buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja untuk mengetahui tingkat kesejahteraan buruh sadap karet di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang.

Validitas digunakan untuk ketepatan atau kecermatan suatu instrument dalam mengukur apa yang ingin diukur. Sugiyono (2011, hlm 348) menyatakan “valid jika instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur” .Dalam pengujian instrument peneliti menggunakan aplikasi Statistical Product and Service Solution (Produk Momen Pearson). Pada korelasi Bivariate Pearson menggunakan uji dua sisi dengan menggunakan signifikasi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :


(24)

33

1) Jika r hitung > r tabel (uji dua sisi dengan signifikasi 0,05) maka instrument atau item-item pertanyaan berkorelasi dengan signifikasi terhadap skor total (dinyatakan valid)

2) Jika r hitung > r tabel (uji dua sisi dengan signifikasi 0,05) maka instrument atau item-item pertanyaan tidak berkorelasi dengan signifikasi terhadap skor total (dinyatakan tidak valid)

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrument Penelitian

Variabel Sub Variabel Indikator No. Item

Sistem Kerja Sistem penerimaan upah

11-24 Perolehan upah Kepemilikan tempat tinggal Luas rumah 25-31 Status Kepemilikan Rumah

Jenis Rumah Pekarangan

32-36 Kecukupan ruang

Sumber air bersih

Kesehatan Penyakit yang sedang/ pernah

diderita 37-38

Intensitas Cek kesehatan Jenis pelayanan kesehatan

39-44 Jarak rumah ke pelayanan

kesehatan

Pendidikan Jenjang pendidikan anak

45-50 Jarak rumah ke sekolah

Biaya Sekolah Fasilitas

transportasi

Jenis transportasi yang digunakan

51-54 Cara mendapatkan transportasi

Sumber:Hasil Analisis, 2014

E. Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan cara ilmiah dan langkah-langkah yang sistematis. Dengan menggunakan teori maka seorang peneliti dapat membangun kerangka pemikiran serta alur penelitian yang jelas sehingga penelitian yang akan dilaksanakan berhasil dan sesuai dengan tujuan awal penelitian, yakni mendapatkan data yang valid dan reliabel. Untuk mendapatkan jawaban yang

Tingka t Ke se jahte ra an


(25)

34

benar maka peneliti harus mengumpulkan data objek tertentu. Pengumpulan data objek ini perlu menggunakan instrument penelitian yang tepat, agar data yang terkumpul teruji kebenarannya. Setelah data terkumpul dan yang terakhir adalah menyusun laporannya.

Untuk menggambarkan rangkaian kegiatan agar peneliti menjadi lebih memahami maka dibuatlah prosedur penelitian.prosedur penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang peneliti secara teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan-tujuan penelitian. Untuk mempermudah dalam menjabarkan prosedur penelitian, penulis membuat prosedur penelitian dalam bentuk bagan yang dapat dilihat dalam bagan 3.1.

Gambar 3.1 Prosedur penelitian

Instrumen

penelitian Analisis Data

Kesimpulan dan Saran Teori 1.Pembangunan Pertanian 2.Usaha perkebunan di Indonesia 3.Kesejahteraan Masyarakat

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Metode Penelitian

Pengumpulan Data

Tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja

Kesejahteraan buruh sadap karet Pendapatan di Bawah


(26)

35

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Suatu penelitian memerlukan berbagai data baik yang berupa data primer maupun data skunder. Untuk mendapatkan data dan informasi yang sesuai dengan masalah penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Angket atau kuesioner

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang berisi sejumlah pertanyaan tertulis yang disusun berdasarkan variabel penelitian yang ditentukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, angket ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi langsung dari masyarakat buruh sadap terkait dengan tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja dilihat dari pendapatan, pengeluaran rumah tangga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan fasilitas kesehatan, kemudahan menyekolahkan anak, dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.

b. Observasi

Menurut Tika (2005, hlm 44) Observasi adalah “cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian”. Observasi lapangan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang detail dan akurat melalui pengamatan secara langsung di lapangan. Teknik observasi ini digunakan untuk melihat kondisi tempat tinggal buruh sadap karet.

c. Studi Literatur

Tika (2005, hlm 60) mendefiniskan bahwa data perpustakaan adalah “data yang diperoleh dari perpustakaan atau melalui penerbitan resmi suatu instansi atau badan/yayasan”. Data yang dimaksud dapat berupa buku-buku, jurnal, artikel, atau dari sumber bacaan lainnya yang dapat menunjang terhadap penelitian.

Studi literatur digunakan untuk mengetahui data-data skunder yang mempunyai kaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini, studi


(27)

36

literatur diperlukan untuk mencari data mengenai perkebunan karet dan kesejahteraan sebagai pedoman atau rujukan untuk memperoleh informasi dalam penelitian.

d. Studi Dokumentasi

Menurut Arikunto (2010, hlm 274) metode dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk “mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan sebagainya”. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu monografi Kecamatan Dawuan, peta-peta wilayah kajian, foto-foto lapangan, dan data jumlah buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja.

2. Analisis Data

Setelah data dari lapangan terkumpul dan selesai diolah maka proses selanjutnya adalah analisis data. Analisis data adalah suatu proses pengolahan data berdasarkan instrumen yang telah diisi oleh responden. Tujuan analisis data antara lain untuk memecahkan masalah-masalah penelitian, memperlihatkan hubungan antara fenomena yang terdapat dalam penelitian, pemecahan terhadap masalah penelitian serta bahan untuk membuat kesimpulan dan rekomendasi. Adapun tahapan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut :

a. Analisis persentase digunakan untuk menghitung besarnya proporsi dalam setiap alternatif jawaban, sehingga kecenderungan jawaban responden dan fenomena lapangan dapat diketahui. Rumus analisis persentase adalah :

Keterangan : p = Persentase

f = Frekuensi setiap kategori jawaban n = Jumlah seluruh responden

100% = Bilangan Konstanta


(28)

37

Tabel 3.5 Kriteria Presentase Persentase

(%) Keterangan

0 Tidak ada

01-24 Sebagian kecil

25-49 Kurang dari setengahnya

50 Setengahnya

51-74 Lebih dari setengahnya

75-99 Sebagian besar

100 Seluruhnya

Sumber : Arikunto,1998

b. Teknik pengharkatan (scoring)

Teknik ini digunakan untuk memberikan nilai pada masing-masing karakteristik parameter dari indikator-indikator agar dapat dihitung nilainya serta dapat ditentukan peringkatnya. Adapun parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005 yang meliputi pendapatan, pengeluaran rumah tangga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan fasilitas kesehatan, kemudahan menyekolahkan anak, dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.


(29)

38

Tabel 3.6

Indikator Keluarga Sejahtera Berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun 2005 No. Indikator

Kesejahteraan Kelas Kriteria Skor

1. Pendapatan

Tinggi

Jika sebagian pendapatan yang diperoleh digunakan untuk menabung

3

Sedang

Jika pendapatan yang diperoleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga

2

Rendah

Jika pendapatan yang diperoleh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga

1

2. Pengeluaran

Tinggi Jika pengeluaran digunakan untuk kebutuhan tersier (wisata) 3

Sedang

Jika pengeluaran digunakan untuk kebutuhan sekunder (pendidikan, kesehatan, pakaian, peralatan rumah tangga, transportasi, dan lain-lain)

2

Rendah

Jika pengeluaran yang

digunakan hanya untuk

kebutuhan primer (makan)

1

3. Keadaan Tempat Tinggal

Permanen

Jika rumah seluruhnya terbuat dari tembok, berlantai keramik dan berukuran lebih dari 50 m2.

3

Semi permanen

Jika dinding rumah terbuat dari setengah tembok setengahnya lagi bambu, berlantai plester dan berukuran lebih dari 50 m2.

2

Tidak permanen

Jika dinding rumah seluruhnya terbuat dari bambu, lantai tanah dan kurang dari 50 m2.

1

4. Fasilitas tempat tinggal

Lengkap

Jika rumah memiliki seluruh ruangan (kamar tidur, MCK, dapur dan ruang tamu)

3 Sedang Jika rumah tidak memiliki ruang

tamu dan ruang keluarga 2

Kurang Jika rumah tidak memiliki

MCK, dan dapur 1

5. Kesehatan

Anggota Keluarga

Baik Jika seluruh anggota keluarga

dalam keadaan sehat 3


(30)

39

penyakit tetapi rutin melakukan cek kesehatan

Kurang

Jika anggota keluarga memiliki penyakit tetapi tidak pernah melakukan cek kesehatan

1

6.

Kemudahan mendapatkan fasilitas kesehatan

Mudah Jika jarak antara rumah ke fasilitas kesehatana <1 Km 3 Sedang Jika jarak antara rumah ke

fasilitas kesehatan 1-3 Km 2 Sulit Jika jarak antara rumah ke

fasilitas kesehatan > 3 Km 1

7.

Kemudahan menyekolahkan

anak

Mudah Jika jarak antara rumah ke

sekolah <1 Km 3

Sedang Jika jarak antara rumah ke

sekolah 1-3 Km 2

Sulit Jika jarak antara rumah ke

sekolah > 3 Km 1

8.

Kemudahan mendapatkan

fasilitas transportasi

Mudah Jika jarak antara rumah ke jalan

raya > 3 Km 3

Sedang Jika jarak antara rumah ke jalan

raya 1-3 Km 2

Sulit Jika jarak antara rumah ke jalan

raya > 3 Km 1

Sumber: Hasil Analisis, 2014

Kriteria untuk masing-masing klasifikasi sebagai berikut: Tingkat kesejahteraan tinggi : nilai skor 20-24

Tingkat kesejahteraan sedang : nilai skor 14–19 Tingkat kesejahteraan rendah : nilai skor 8-13


(31)

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Pertanian

Pembangunan secara geografi tidak dapat dilepaskan dari ruang permukaan bumi yang menjadi tempat berpijak. Oleh karena itu, tidak dapat dilepaskan dari tanah baik sebagai sumber daya maupun sebagai lahan tempat pertumbuhan dan pembangunan berlangsung. Tanah sebagai sumber daya, dapat menyediakan kesuburan tanah, bahan bangunan, bahan dasar industri termasuk penyediaan energi. Tanah sebagai lahan, memberikan tempat bagi prasarana dan sarana pembangunan. Baik tanah sebagai sumber daya maupun sebagai lahan dipengaruhi oleh lokasi. Lokasi merupakan sumber daya abstrak yang memiliki nilai ekonomis dan strategi. Lokasi tanah atau lahan yang baik memberikan dasar pesatnya pertumbuhan dan pembangunan. Salim, Emil (1980, hlm. 215) mengatakan bahwa:

Menjelang tahun 2000 maka tanah menjadi faktor pembatas yang semakin menonjol dalam pembangunan. Tanah bisa dipakai untuk berbagai kepentingan yang saling bersaing, seperti keperluan pertanian, lokasi industri, tempat pemukiman, jaringan jalan, saluran irigasi dan air minum, yang bisa memberi manfaat kepada manusia.

Menurut Nurmala, dkk. (2012, hlm. 1) Pertanian merupakan kebudayaan yang pertama kali dikembangkan manusia sebagai respons terhadap tantangan kelangsungan hidup yang berangsur menjadi sukar karena semakin menipisnya sumber pangan di alam bebas akibat laju pertambahan manusia. Sedangkan menurut Mubyarto (1989, hlm. 16) pertanian dalam arti luas mencakup: Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut).

Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pertanian adalah aktivitas pemanfaatan sumber daya alam baik hayati ataupun hewani yang


(32)

9

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bisa menghasilkan dan dapat di pergunakan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan manusia.

Indonesia merupakan negara agraris, seperti yang dijelaskan oleh Mubyarto (1989, hlm. 12) bahwa Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal itu dapat ditunjukan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian. Pertanian Indonesia adalah pertanian tropika, karena sebagian besar daerahnya berada di daerah tropik yang langsung dipengaruhi oleh garis katulistiwa yang memotong Indonesia hampir menjadi dua. Di samping pengaruh katulistiwa, ada dua faktor alam lain yang ikut memberi corak pertanian Indonesia. Pertama, bentuknya sebagai kepulauan dan kedua topografinya yang bergunung-gunung. Pertanian Indonesia dibagi menjadi dua yaitu usahatani pertanian rakyat (small holder) dan perusaahan pertanian. Perusahaan pertanian sebagai lawan pertanian rakyat adalah perusahaan pertanian untuk memproduksi hasil tertentu dengan sistem pertanian seragam di bawah manajemen yang terpusat dengan menggunakan berbagai metode ilmiah dan teknik pengolahan yang efisien. Pentingnya sektor pertanian sebagai motor penggerak pembangunan atau pertumbuhan ekonomi pertama kali diusulkan oleh Irma Adelman yang terutama lewat keterkaitan pendapatan atau konsumsi. Pandangan strategis ini didasarkan pada asumsi bahwa pasar lokal akan berkembang apabila pendapatan masyarakat setempat meningkat, dan faktor terakhir ini bisa terjadi apabila ada peningkatan produktivitas di sektor pertanian. Akan tetapi, Adelman berpendapat bahwa fokus lebih baik diberikan kepada perkembangan pertanian skala kecil dan menengah, karena ini lebih cocok bagi daerah yang pembangunannya masih terbelakang.

Sektor pertanian mendapat prioritas utama karena sektor ini ditinjau dari berbagai segi memang merupakan sektor yang dominan dalam ekonomi nasional. Misalnya kontribusinya dalam pendapatan nasional, peranannya dalam dalam pemberian lapangan kerja pada penduduk yang bertambah dengan cepat, kontribusinya dalam penghasilan devisa dan lain-lain. Penelitian yang lebih


(33)

10

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendalam atas proyek-proyek dan program-program repelita akan mengungkapkan dengan jelas bahwa pembangunan pertanian tidak dapat berdiri sendiri. Pertanian mempunyai hubungan erat dan kait mengkait dengan sektor-sektor perekonomian lainnya misalnya sektor-sektor perdagangan, pendidikan dan sebagainya. Untuk mempercepat proses pembangunan pertanian terbukti diperlukan peningkatan kegiatan yang simultan dalam hampir semua sektor yang ada. Departemen dalam negeri, perhubungan, penerangan, tenaga kerja, transmigrasi dan koperasi, bahkan departemen sosial dan agama ikut mengambil bagian yang aktif dalam usaha-usaha pembangunan inti dari departemen pertanian.

Sektor pertanian tidak dipandang sebagai sektor yang pasif yang mengikuti sektor industri, tetapi sebaliknya. Pembangunan pertanian didorong dari segi penawaran dan dari segi fungsi produksi melalui penelitian-penelitian, pengembangan teknologi pertanian yang terus menerus, pembangunan prasarana sosial dan ekonomi pedesaan dan investasi-investasi oleh negara dalam jumlah besar. Pertanian kini dianggap sebagai sektor pemimpin (leading sektor) yang diharapkan mendorong perkembangan sektor-sektor lainnya.

Pembangunan pertanian diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh. Pengertian maju, efisien dan tangguh dalam ekonomi pertanian menurut Mubyarto (1989, hlm. 284) mencakup konsep-konsep mikro dan makro yaitu bagi sektor pertanian sendiri maupun dalam hubungannya dengan sektor-sektor lain diluar pertanian, misalnya industri, transportasi, perdagangan dan keuangan/ perkreditan. Selanjutnya pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan hasil dan mutu produksi, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, peternak dan nelayan, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, menunjang pembangunan industri serta meningkatkan ekspor.

Menurut Saragih (dalam Asriani, 2003, hlm. 148) dalam upaya perwujudan konsep pembangunan pertanian berkelanjutan di Indonesia, diperkirakan akan terwujud melalui pendekatan strategi pembangunan agribisnis nasional


(34)

11

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. pembangunan agroindustri sebagai motor penggerak agribisnis. Di masa lalu, ketoka orientasi pembangunan pertanian terletak pada peningkatan produksi, yang menjadi motor penggerak sektor agribisnis adalah usahatani. Dewasa ini dan di masa yang akan datang, orientasi sektor telah berubah kepada orientasi pasar, dengan berlangsungnya perubahan preferensi konsumen yang semakin menuntut atribut produk yang lebih rinci dan lengkap, maka motor penggerak sektor agribisnis harus berubah dari usahatani kepada industri pengolahan (agroindustri).

2. Pengembangan strategi pemasaran. Pembangunan sektor agribisnis yang berorientasi pasar menyebabkan strategi pemasaran menjadi sangat penting, bahkan paling menentukan keberhasilan. Pengembangan strategi pemasaran ini semakin penting peranannya terutama mengahadapi masa depan, dimana preferensi konsumen terus mengalami perubahan

3. Pengembangan sumberdaya agribisnis. Agar sektor agribisnis mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar, diperlukan pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya pemanfaatan dan pengembangan teknollogi, serta pembangunan kemampuan sumber daya manusia agribisnis sebagai actor pengembangan sektor agribisnis.

4. Penataan dan pengembangan struktur agribisnis. Struktur agribisnis nasional yang terkotak-kotak telah menciptakan transmisi dan margin ganda, yang secara keseluruhan akan merugikan perkembangan sektor agribisnis nasional. Oleh sebab itu, penataan dan pengembangan sektor agribisnis perlu memperoleh perhatian yang serius. Penetaan dan pengembangan struktur agribisnis nasional diarahkan pada dua sasaran pokok, yaitu (1) mengembangakan struktur agribisnis yang terintegrasi secara vertikal mengikuti satu aliran produk (produk line) sehingga subsistem agribisnis hulu, subsistem agribisnis pertanian primer dan subsistem agribisnis hilir berada dalam suatu keputusan manajemen; (2) mengembangkan organisasi bisnis (ekonomi) petani agar dapat merebut nilai tambah yang ada pada subsistem agribisnis hulu dan subsistem agribisnis hilir.

5. Pengembangan pusat pertumbuhan agribisnis. Selama ini, lokasi perkembangan agroindustri nasional umumnya berorientasi pada konsentrasi konsumen seperti sektor perkotaan dan di pulau jawa yang merupakan pusa-pusat konsumen. Di masa yang akan datang, orientasi lokasi agroindustri tersebut telah diubah. Dari orientasi pusat-pusat konsumen ke orientasi sentra produksi bahan baku.

6. Pengembangan infrastruktur agribisnis. Untuk mendukung pengembangan pusat-pusat pertumbuhan sektor agribisnis tersebut, diperlukan pengembangan infrastruktur agribisnis, seperti jaringan jalan dan transportasi (laut, udara, sungai dan darat) jaringan listrik, air, pelabuhan perikanan dan peternakan, pelabuhan ekspor dan lain-lain.

Tujuan dasar pembangunan pedesaan di negara-negara sedang berkembang adalah mengurangi atau menghilangkan kemiskinan. Masalah


(35)

12

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemiskinan ini cukup pelik, sehingga berbagai usaha untuk menghilangkannya perlu dilaksanakan secara rapi dan terpadu mencakup upaya-upaya:


(36)

13

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1) Meningkatkan dan memperluas produksi pertanian

2) Meningkatkan kesempatan kerjabaik di dalam maupun di luar sektor pertanian 3) Mengurangi kemiskinan terutama yang mengakibatkan kekuranga gizi, dan 4) Menciptakan lingkungan yang baik untuk memperlambat pertumbuhan

penduduk

Strategi untuk pembangunan pedesaan dalam garis besarnya menurut Mubyarto (1989, hlm. 284) adalah sebagai berikut: pertama, pembangunan pertanian didasarkan pada orientasi peningkatan kesempatan kerja. Kedua, meningkatkan dan membina lembaga pelayanan sosial khususnya pendidikan dan kesehatan, dan ketiga, memperkuat serta membina prasarana kelembagaan keahlian manajemen bagi penduduk desa.

B. Usaha Perkebunan Di Indonesia

Sub sektor pertanian di Indonesia cukup beragam seperti yang dijelaskan oleh Soetrisno (2002, hlm. 12) “pertanian Indonesia tidak hanya terdiri atas sub-sektor pertanian dan subsub-sektor pangan, tetapi juga, sub-sub-sektor peternakan, dan sub-sektor perkebunan”. Sub-sektor perkebunan merupakan sub-sektor pertanian yang secara tradisional merupakan salah satu penghasil devisa negara. Hasil-hasil perkebunan yang selama ini telah menjadi komoditas ekspor antara lain: karet, kelapa sawit, teh, kopi, dan tembakau. Sebagian besar tanaman perkebunan tersebut merupakan usaha perkebunan rakyat, sedangkan sisanya diusahan oleh perkebunan besar, baik milik pemerintah maupun swasta.

Menurut Banoewidjojo (1983, hlm. 20) “di Indonesia pengertian pertanian dalam arti kata luas dititik beratkan terutama pada produksi yang dihasilkan seperti bila produksi utamanya kayu menjadi kehutanan, bila produksinya ikan akan menjadi perikanan, bila produk utamanya ternak menjadi peternakan, bila produksi utamanya tanaman industri menjadi perkebunan dan khusus buat pertanian rakyat, maka titik berat ditekankan pada usaha tani rakyat di pedesaan”. Oleh karena rakyat di pedesaan mempunyai beraneka ragam usaha, bukan saja mengusahakan tanaman untuk pangan, akan tetapi juga lain-lain jenis produksi


(37)

14

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seperti ikan, ternak, tanaman industri dan kayu-kayuan. Maka kegiatan sehari-harinya akan menyangkut juga kelima sektor pertanian. Oleh karena itu muncullah kemudian istilah-istilah seperti perkebunan rakyat, karet rakyat, kopi rakyat, hutan penduduk/rakyat dan sebagainya. Dengan cara penggolongan pertanian dalam arti kata luas ke dalam lima sektornya atas dasar jenis-jenis produksi yang dihasilkan, maka cara pengusahaannya sudah barang tentu berbeda-beda, tergantung .dari kemampuan yang mengusahakan dan kebijaksanaan yang diambil oleh pemerintah.

Kartodirjo dan Suryo (1991, hlm. 4) menjelaskan bahwa “perkebunan merupakan bagian dari sistem perekonomian pertanian komersial dan kapitalistik, diwujudkan dalam bentuk usaha pertanian dalam skala besar dan kompleks, bersifat padat modal, penggunaan areal pertanahan luas, organisasi tenaga kerja besar, pembagian kerja secara rinci, penggunaan tenaga kerja upahan, struktur hubungan kerja yang rapi dan poenggunaan teknologi modern, spesialisasi, sistem administrasi dan birokrasi, serta penanaman tanaman komersial yang ditujukan untuk komoditi eksport di pasaran dunia”.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan menjelaskan bahwa perkebunan adalah “segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat”. Perkebunan mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. ekonomi, yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional;

2. ekologi, yaitu peningkatan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen, dan penyangga kawasan lindung; dan

3. sosial budaya, yaitu sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

Berdasarkan definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perkebunan merupakan kegiatan usaha dalam bidang pertanian dalam skala besar yang


(38)

15

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengusahakan tanaman tetentu untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.


(39)

16

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Di Indonesia perusahaan-perusahaan pertanian yang penting dan yang sudah mempunyai sejarah yang lama adalah perkebunan (plantation), yang mengusahakan tanah-tanah yang luas berdasarkan hak-hak perusahaan tertentu. Keseluruhan tanah dan bangunan pabrik serta perumahan-perumahan pegawai, buruh dan pimpinan perkebunan pada satu tempat tertentu disebut estate. Menurut Mubyarto (1989, hlm. 21) “Perkebunan atau plantation, tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi di banyak negara lain. Namun begitu pada umumnya perkebunan ini didapatkan di daerah-daerah bermusim panas di dekat katulistiwa dan karena menggunakan sistem manajemen seperti pada perusahaan industri dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian dari teknologi terbaru maka sering

pula disebut “industri perkebunan” atau industri perkebunan”. Sejarah perkebunan

asing di Indonesia dimulai pada tahun 1970 dengan pengundangan Hukum agraria oleh pemerintah Kolonial Belanda dan negeri-negeri Eropa Barat lainnya menanam modalnya di Indonesia. Hak-hak usaha yang diperoleh para penanam modal tersebut terkenal dengan nama hak-hak erfpacht yang meliputi jangka waktu maksimum 75 tahun dengan luas maksimum 360 hektar (900 acres). Hak-hak lain yang dapat diberikan kepada orang-orang asing adalah Hak-hak opstaal untuk mendirikan bangunan-bangunan pabrik untuk usaha dan hak eigendom terutama untuk rumah-rumah tempat tinggal. Walaupun perkebunan asing mulai berkembang pesat di Indonesia sesudah tahun 1870, tanaman-tanaman perkebunan sebenarnya sudah ditanam oleh rakyat di dalam sistem tanam paksa yang dimulai di Jawa sesudah selesai perang Dipenogoro pada tahun 1830.

Pelaksanaan sistem perkebunan menurut Sadjad (1995, hlm. 14) dimulai dengan pembukaan penanaman modal dan teknologi dari luar, pemanfaatan tanah dan tenaga kerja di daerah jajahan. Dari berbagai artikel yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial banyak perusahaan yang mengelola hasil-hasil perkebunan. Salah satunya adalah yang dikembangkan di pulau Jawa, karena selain tanahnya subur dan cocok untuk tanaman perkebunan, di Jawa juga tersedia tenaga kerja yang banyak dan murah. Tanaman perkebunan untuk agro-bisnis yang memproses bahan industri misalnya: karet, tembakau, cengkeh, kapas dan rosela dan serai


(40)

17

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wangi. Adapun yang menghasilkan bahan makanan untuk bahan industri makanan misalnya, ialah kelapa, kelapa sawit dan coklat. Bahan makanan yang langsung kita makan misalnya:gula dari tebu, teh, kopi dan kayu manis. Pembangunan agro-industri hendaknya dapat menyerap tenaga kerja, karena itu perkebunan tersebut dibangun di tempat-tempat yang padat penduduknya, misalnya di Pulau Jawa. Sebaliknya, perkebunan memerlukan lahan yang luas, lebih tepat diusahakan di pulau-pulau yang belum padat penduduknya.

Usaha perkebunan di Indonesia cukup beragam, seperti yang di jelaskan Kartodirjo dan Suryo (1991, hlm. 135) Berdasarkan tanaman yang diusahakan (ditanam), perkebunan dapat dibedakan menjadi:

1. Perkebunan tebu 2. Perkebunan kopi 3. Perkebunan teh 4. Perkebunan coklat

5. Perkebunan rempah-rempah, seperti: perkebunan pala, perkebunan lada, dan lain-lain

6. Perkebunan karet

7. Perkebunan kelapa sawit 8. Perkebunan kina

9. Perkebunan tembakau, dan 10.Perkebunan kapas

Jenis perkebunan di Indonesia dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian. Semangun (1989, hlm. 2) mengklasifikasikan jenis perkebunan berdasarkan pengelolaannya, terdiri atas 3 bagian yaitu :

1. Perkebunan Negara

Yaitu perkebunan yang diselenggarakan atau dikelola secara komersial oleh negara.

2. Perkebunan Swasta

Yaitu perkebunan yang diselenggarakan atau dikelola secara komersial oleh pihak swasta nasional atau asing.

3. Perkebunan Rakyat

Yaitu usaha tanaman perkebunan yang diselenggarakan atau dikelola secara komersial oleh perusahaan perseorangan yang tidak berakte notaris/ tidak berbadan hukum


(41)

18

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil-hasil pembangunan sub-sektor perkebunan yang telah dicapai hingga saat ini adalah pencerminan dari kebijaksanaan, strategi serta langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah/Direktorat Jenderal Perkebunan. Menurut Departemen Pertanian (1978, hlm. 128) keberhasilan pembangunan sub-sektor perkebunan banyak pula dibatasi oleh berbagai faktor, apabila dihubungkan dengan usaha pemasaran produk-produk perkebunan di pasaran internasional. Diantaranya, adalah goncangan-goncangan harga, hambatan perdagangan berupa

“tariff dan non-tariff”, pergeseran-pergeseran dalam luas pasaran internasional

sebagai akibat dari naik turunnya produksi negara konsumen, persaingan antar negara produsen hasil perkebunan dan lain-lain. Goncangan- goncangan pemasaran yang demikian itu tentu membawa akibat yang luas dan kompleks, diantaranya adalah akibat pada usaha peningkatan produksi, dan yang pada akhirnya berakibat pula pada tingkat pendapatan yang diterima petani pekebun serta usaha swasta dan negara di bidang perkebunan. Dalam bidang usaha peningkatan produksi perkebunan, masalahnya antara lain menyangkut modernisasi usaha rakyat, diversifikasi, peremajaan, efisiensi perusahaan, penekanan ongkos produksi, dan lain-lain. Meskipun banyak hambatan yang dijumpai, prospek pembangunan perkebunan tidaklah begitu suram dimasa depan mengingat kemajuan-kemajuan yang banyak dicapai dalam pengembangan industri dalam negeri terutama yang mengolah hasil-hasil perkebunan, kemajuan-kemajuan industri di negara konsumen, usaha-usaha yang terus dirintis dalam bidang kerjasama antara negara produsen hasil perkebunan untuk menjamin peningkatan pemasaran internasional.

Usaha-usaha yang telah dirintas/dilaksanakan dalam pelita II Menurut Departemen Pertanian (1978, hlm. 128) masih perlu ditingkatkan, diantaranya yang menyangkut usaha-usaha terpadu melalui sistim unit manajemen proyek dan sistim perkebunan inti (NES) untuk lebih memodernisir usahatani perkebunan rakyat dalam rangka meningkatkan pendapatannya. Bagi perkebunan besar masuh diperlukan adanya peningkatan efisiensi manajemen perusahaan, peningkatan penertiban dan pengawasan serta peningkatan produktivitas penekanan biaya


(42)

19

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

produksi. Dalam usaha-usaha perbaikan itu, sudah barang tentu perlu selalu dijaga kelestarian sumber alam, diantaranya dengan mempertahankan dan meningkatakan fungsi hidro-orologis tanah sehingga usaha peningkatan produksi perkebunan dan kelestarian lingkungan tetap dapat dipertahankan berjalan sejajar.

C. Kesejahteraan Masyarakat 1. Masyarakat

Masyarakat menurut Koentjaraningrat (2009 , hlm. 118) adalah “kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu identitas bersama”.

Masyarakat menurut Ralph Linton (dalam Soekanto, 2007, hlm. 22) masyarakat merupakan “setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas”.

Masyarakat menurut Soemardjan (dalam Soekanto 2007, hlm. 22) adalah “orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan”.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang bertempat tinggal disuatu daerah tertentu dan memilki aturan bersama untuk mencapai tujuan bersama. Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu buruh sadap karet.

2. Kesejahteraan

Menurut Adi (2013, hlm. 23) kesejahteraan sosial adalah suatu tatanan (tata kehidupan) yang meliputi “kehidupan material maupun spiritual, dengan tidak menempatkan satu aspek atau lebih penting dari yang lainnya, tetapi lebih mencoba melihat pada upaya mendapatkan titik keseimbangan. Titik keseimbangan yang dimaksud antara aspek sosial, material dan spiritual”.


(43)

20

Kanah, 2014

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Midgley (dalam Adi 2013 , hlm. 23) melihat kesejahteraan sosial sebagai “suatu keadaan atau kondisi kehidupan manusia yang tercipta ketika berbagai permasalahan sosial dapat dikelola dengan baik, ketika kebutuhan manusia dapat terpenuhi dan ketika kesempatan sosial dapat dimaksimalisasikan”.

Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (dalam Rinawati 2011 , hlm. 9) menjelaskan pengertian sejahtera yaitu “suatu kondisi masyarakat yang terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan yang bersih, aman, dan nyaman”.

Pengertian keluarga sejahtera dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2009, Kesejahteraan Sosial adalah

Kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Tujuan dari pembangunan keluarga sejahtera adalah untuk mengembangkan kualitas keluarga agar dapat tumbuh rasa aman, tentram dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

Sedangkan kesejahteraan menurut Rambe (dalam Sunarti, 2004, hlm. 13) adalah Sebuah tata kehidupan dan penghidupan sosial, material, maupun spiritual yang diikuti dengan rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman diri, rumah tangga serta masyarakat lahir dan batin yang memungkinkan setiap warga negara dapat melakukan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri sendiri, rumah tangga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kesejahteraan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan dasar suatu masyarakat, kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya.

3. Indikator Kesejahteraan

Pengukuran tingkat kesejahteraan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi perkebunan karet terhadap tingkat ekonomi buruh sadap karet.


(1)

kesejahteraan masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa pendapatan merupakan kriteria tingkat kesejahteraan masyarakat”.

b. Pengeluaran

Menurut (Sukirno, 2004) “Pengeluaran/konsumsi rumah tangga adalah nilai belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhanya. Pendapatan yang diterima suatu rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, membiayai jasa angkutan, membayar pendidikan anak, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan”. Barang-barang tersebut dibeli rumah tangga untuk memenuhi kebutuhanya. Menurut Sunarti (2006, hlm. 15) “Tingkat kesejahteraan dikatakan meningkat apabila terjadi peningkatan riil dari pengeluaran per kapita yaitu peningkatan nominal pengeluaran lebih tinggi dari tingkat inflasi pada periode yang sama”.

c. Keadaan Tempat Tinggal

Tempat tinggal atau Rumah merupakan kebutuhan dasar yang penting bagi manusia. Dalam menjalani kehidupannya, manusia tidak pernah lepas dari hal-hal yang berhubungan dengan tempat dimana dia tinggal dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini merupakan fenomena yang sangat logis karena rumah pada dasarnya merupakan wadah bagi manusia atau keluarga untuk menjalankan aktivitas kehidupannya. Menurut Yudhohusodo.

Pada perkembangannya, kebutuhan akan rumah dijadikan salah satu motivasi untuk mengembangkan kehidupan yang lebih baik, dimana rumah yang fungsi utamanya sebagai tempat tinggal bagi penghuninya, juga dijadikan tolak ukur keberadaan status sosial penghuninya baik tingkat kemampuan ekonomi maupun kesejahteraannya.

d. Fasilitas Tempat Tinggal

Fasilitas tempat tinggal merupakan sarana untuk melaksanakan segala aktivitas. Fasilitas tersebut terdiri dari ruang serta fasilitas lain yang mendukung segala aktivitas keluarga di rumah. Seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri PU No.54 (1991) “kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya”.


(2)

e. Kesehatan Anggota Keluarga

Kesehatan merupakan aspek penting yang harus terus dijaga oleh setiap manusia agar tetap produktif. Seperti yang di jelaskan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 (2009) Tentang Kesehatan, “ Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.


(3)

f. Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 (2013) tentang jaminan kesehatan yang menjelaskan bahwa “Pelayanan kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat”. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional membagi pelayanan kesehatan ke dalam beberapa jenis seperti berikut:

1) Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap.

2) Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan adalah upaya pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat inap di ruang perawatan khusus.

3) Pelayanan Kesehatan Darurat Medis adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan, dan/atau kecacatan sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan.

g. Kemudahan Menyekolahkan Anak

Sekolah menjadi kebutuhan mendasar bagi semua orang, apalagi di zaman yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan penilaiannya. Seperti yang dijelaskan oleh Mulyadi (2003, hlm. 39) bahwa “pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya manusia yang selanjutnya akan mendorong peningkatan output yang diharapkan bermuara pada kesejahteraan”. Pendidikan memberikan sumbangan langsung terhadap pertumbuhan pendapatan nasional melalui peningkatan keterampilan dan produktivitas kerja.

h. Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi.

Kemudahan diartikan sebagai tersedianya fasilitas pelayanan (ekonomi dan sosial) sehingga masyarakat dapat memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Seperti yang dijelaskan Adisasmita (2013, hlm. 37) “Tersedianya fasilitas mampu memberikan pelayan pemenuhan berbagai kebutuhan kepada masyarakat, berarti


(4)

masyarakat merasa berkecukupan atau berkesejahteraan karena berbagai kebutuhan, keinginan dan kepentingan hidupnya dapat terpenuhi dengan cukup, mudah dan lancar”.

Menurut Campbell (dalam Sunarti, 2006, hlm. 15) “Pengukuran dalam kesejahteraan sering menggunakan pembagian kesejahteraan ke dalam dua bagian yaitu kesejahteraan subjektif dan objektif”. Kesejahteraan secara objektif dan subjektif dapat dialamatkan bagi tingkat individu, keluarga dan masyarakat. Pada tingkat individu perasaan bahagia atau sedih, kedamaian atau kecemasan jiwa, dan kepuasan atau ketidakpuasan merupakan indikator subjektif dari kualitas hidup. Pada tingkat keluarga, kecukupan kondisi perumahan (dibandingkan standar), seperti ada tidaknya air bersih, merupakan contoh indikator objektif. Demikian halnya dengan kepuasan kepuasan anggota keluarga mengenai kondisi rumah merupakan indikator subjektif. Pada tingkat masyarakat, beberapa contoh dari indikator objektif diantaranya adalah angka kematian bayi, angka pengangguran dan tunawisma.

Pada prinsipnya aspek yang dapat diamati dalam menganalisis kesejahteraan hampir sama, yaitu mencakup dimensi: pendapatan, pengeluaran untuk konsumsi, status pekerjaan, kondisi kesehatan, serta kemampuan untuk mengakses dan memanfaatkan kebutuhan dasar (seperti air, perawatan kesehatan dan pendidikan). Faktor utama dari tingkat kesejahteraan ekonomi adalah daya beli, apabila daya beli menurun maka berdampak pada menurunnya kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehingga tingkat kesejahteraan menurun.

D. Studi Geografi Aspek Pertanian

Studi geografi hakekatnya adalah suatu pengkajian keruangan gejala dan masalah kehidupan manusia di suatu wilayah. Seperti yang di jelaskan Sumaatmadja (1998, hlm. 247) Studi ini disusun berdasarkan hasil observasi berbagai gejala di lapangan. Studi geografi merupakan suatu penelaahan dan pengkajian gejala kehidupan yang nyata karena studi geografi merupakan


(5)

pengkajian keruangan gejala dan masalah kehidupan manusia, sudah pasti ruang lingkupnya sangat luas. Dari ruang lingkup yang demikian luasnya itu, dapat diarahkan kepada tiga pokok utama, yaitu (1) penyebaran dan relasi umat manusia di permukaan bumi, dan aspek keruangan permukiman serta penggunaan permukaan bumi, (2) interelasi masyarakat manusia dengan lingkungan alam yang merupakan studi differensiasi areal, dan (3) kerangka regional dan analisa region-region yang spesifik. Berdasarkan ketiga pokok ruang lingkupnya itu, segala aspek kehidupan manusia dapat terungkapkan.

Sumaatmaja (1988, hlm. 83) memandang dan menelaah pendekatan ekologi bahwa “pendekatan ekologi diarahkan kepada hubungan antara manusia sebagai makhluk hidup dengan lingkungan alam, pandangan dan penelaaahan ini dapat mengungkapkan masalah hubungan penyebaran dan aktivitas manusia dengan lingkungan alamnya”.

Pertanian merupakan aktivitas pemanfaatan sumber daya alam yang bisa menghasilkan dan dapat di pergunakan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan manusia. Seperti yang dijelaskan Sumaatmadja (1998, hlm. 166) “Pertanian merupakan dasar kehidupan ekonomi manusia. Sampai saat ini dan barangkali sampai beberapa puluh tahun atau beberapa ratus tahun mendatang, pertanian masih akan tetap menjadi sumber daya bahan makanan penduduk”. Sebelum manusia dapat mengembangkan sektor kehidupan ekonomi yang lain, pertanian inilah yang menjamin kehidupannya. Selain menjadi sumber daya bahan makanan utama, pertanian juga menyumbangkan potensi lain, baik sebagai bahan perdagangan maupun sebagai bahan dasar industri.

Berdasarkan tinjauan studi geografi, pertanian sebagai suatu sistem keruangan, merupakan perpaduan subsistem fisis dengan subsistem manusia. Ke dalam subsistem fisis termasuk komponen-komponen tanah, iklim, hidrografi, topografi dengan segala proses alamiahnya, sedangkan ke dalam subsistem manusia termasuk tenaga kerja, kemampuan teknologi, tradisi yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, kemampuan ekonomi dan kondisi politik setempat.


(6)

Metode pendekatan yang digunakan dalam kajian tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja di Kecamatan Dawuan menggunakan pendekatan keruangan. Sumaatmaja (1988, hlm. 78) menjelaskan bahwa “Pendekatan keruangan merupakan salah satu dari metode pendekatan dalam geografi, dalam setiap pendekatan harus berdasarkan prinsip-prinsip geografi yang berlaku. Prinsip-prinsip itu adalah prinsip penyebaran, interelasi, dan deskripsi”. Kesejahteraan merupakan hasil dari aktivitas manusia dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Aktivitas sebagian penduduk diwilayah Kecamatan Dawuan bermata pencarian sebagai buruh sadap karet di perkebunan PTPN VIII Wangunreja yang tersebar di beberapa desa di Kecamatan Dawuan, perbedaan aktivitas dikarenakan wilayah tersebut memiliki iklim dan topografi yang cocok untuk tanaman karet sehingga sebagian penggunaan lahan di Kecamatan Dawuan merupakan area perkebunan.