PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP GERAK DASAR DAN KARAKTER ANAK USIA DINI.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP GERAK DASAR DAN KARAKTER

ANAK USIA DINI

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Olahraga

oleh

DUDI KOMALUDIN 0907959

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP GERAK DASAR DAN KARAKTER

ANAK USIA DINI

Oleh Dudi Komaludin Drs. IKIP Bandung, 1990

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Olahraga

© Dudi Komaludin 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP GERAK DASAR DAN KARAKTER ANAK USIA DINI

Pengajaran aktivitas jasmani pada siswa PAUD masih dilaksanakan sebatas pengajaran aktifitas jasmani dan belum dikembangkan pada pemanfaatan aktifitas jasmani bagi pengembangan gerak dan karakter siswa. Suatu perlakuan eksperimen dengan pre dan postes group design telah dilakukan pada 48 siswa usia 4-6 tahun di PAUD Pustaka Ceria Tahun Ajaran 2012-2013 untuk mengetahui dampak Contextual Teaching and Learning terhadap perkembangan gerak dasar dan karakter anak. Instrumen panelitian digunakan dalam upaya melihat gerak lari, lompat, lempar, tangkap, dan tendang serta karakter berupa sikap disiplin, mandiri, percaya diri, kerja sama, tanggung jawab, dan cinta lingkungan yang kemudian dianalisis secara statistik non parametrik, uji Wilcoxon.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kontekstual dengan bermain permainan tradisional berpengaruh terhadap keterampilan gerak dasar dan karakter. Hal ini dibuktikan dengan hasil signifikansi analisis statistik uji Wilcoxon antara pre tes dan pos tes keterampilan gerak dasar dan karakter yaitu 0.000 dan 0.000 (< 0.05).


(5)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

THE EFFECT OF CONTEXTUAL LEARNING MODEL ON PRESCHOOL STUDENT FUNDAMENTAL MOTOR SKILLS AND

CHARACTERS

Preschool physical activity (physical education) were do by physical activities without involvement characters education yet. An experiment pre test post test design with 48 students ages 4-6 years old from preschool Pustaka Ceria to explored effect of contextual teaching and learning on fundamental motor skills and characters. Research instruments used to measure effect treatments, there are test for running, jumping, throwing, catching, kicking and characters are disciplines, independent, convident, cooperation, responsibility and loved environments. Wilcoxon Non Parametric Statistic Test used for the analysis. Research finding show that contextual teaching and learning model with traditional games have effects on fundamental motor skills and characters. The statistic sig. wilcoxon pre test post test 0.000 (sig< 0.05)


(6)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Metode Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Perkembangan Gerak Anak ... 10

1. Karakteristik Gerak ... 16

2. Kategori Motorik Kasar ... 18

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motorik Kasar ... 19


(7)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Prinsip Perkembangan Anak Usia Dini ... 24

1. Kematangan ... 24

2. Urutan ... 25

3. Motivasi ... 25

4. Pengalaman ... 26

5. Praktik ... 26

D. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Gerak Anak Usia Dini ... 26

E. Hakikat Pendidikan Karakter Bangsa ... 38

1. Konsep Pendidikan Karakter Bangsa ... 38

2. Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter Bangsa Bagi Anak Usia Dini ... 43

3. Pengaruh olahraga dan Aktivitas Jasmani Terhadap Karakter ... 48

F. Hakikat Pembelajaran Kontekstual ... 48

1. Konsep Pembelajaran Kontekstual ... 48

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual Bagi Anak Usia Dini ... 49

3. Teori Pemodelan (Role Playing) ... 53

G. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dan Tradisional ... 55

H. Penilaian Karakter PAUD ... 57

I. Kerangka Berpikir ... 58

J. Hipotesis Penelitian ... 59

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 60

B. Validitas Internal dan Eksternal ... 61

1. Validitas Internal ... 61


(8)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Variabel dan Definisi Operasional ... 63

1. Variabel-variabel Penelitian ... 63

2. Definisi Operasional ... 63

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 64

E. Program Perlakuan ... 64

1. Kompetensi Dasar, Nilai Karakter, dan Indikator Pembelajaran ... 64

2. Permainan yang Dipergunakan untuk Eksperimen ... 66

F. Pengembangan Pembelajaran Gerak dan Karakter dengan Model Kontekstual ... 73

G. Populasi dan Sampel Penelitian ... 78

H. Metode Pengumpulan Data ... 78

I. Instrumen Penelitian ... 78

J. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitan ... 78

K. Prosedur Penelitian ... 82

L. Analisis Data ... 82

1. Teknik Pengolahan Data ... 82

2. Data Pembelajaran Motorik ... 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Data Penelitian ... 84

1. Hasil Uji Normalitas Data Pretes dan Postes ... 88

2. Hasil Uji Homogenitas Data ... 89

3. Uji Perbandingan Skor Tes ... 90

B. Pembahasan ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 101

B. Keterbatasan Penelitian ... 101


(9)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA ... 103

LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Kecakapan Ketrampilan Gerak Menurut Umur (Jeff Walkley, 1998: 1) ... 14

2.2 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa ... 46

2.3 Perbedaan Model Pembelajaran Kontekstual dan Tradisional ... 55

3.1 Kompetensi Dasar Pembelajaran Gerak dan Karakter serta Indikator Keberhasilannya ... 65

3.2 Analisis Nilai Karakter dari Permainan Tradisional ... 70

3.3 Rencana Pelaksanaan Pengajaran ... 73

3.4 Jadwal Pertemuan Kegiatan Belajar Mengajar ... 77

3.5 Instrumen Penelitian ... 78

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Gerak Dasar Motorik ... 80

4.1 Data Hasil Pretes dan Postes ... 84

4.2 Deskripsi Skor Rata-rata ... 86

4.3 Uji Normalitas Data ... 89

4.4 Uji Homogenitas Data ... 90

4.5 Ringkasan Hasil Uji Statistik Perbedaan Pre Test Post Tes ... 91

4.6 Frekuensi Kategori Hasil Peningkatan Skor ... 92

4.7 Frekuensi Hasil Pre Tes Pos Tes Gerak Dasar ... 93


(10)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Perkembangan Motor Development (Gallahue, 1982: 6) ... 13

3.1 Desain Penelitian (Jame & Sally, 2001: 331) ... 61

4.1 Rata-rata dan Simpangan Baku Data Kemampuan Motorik ... 87

4.2 Rata-rata dan Simpangan Baku Data Karakter ... 87

4.3 Diagram Frekuensi Kategori Hasil Peningkatan Skor ... 92

4.4 Grafik frekuensi Kemampuan Motorik Pretes-Postes ... 94

4.5 Peningkatan Nilai Aspek Internalisasi Karakter Pada Tes Kemampuan Motorik ... 97


(11)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

2.1 Keterampilan Gerak yang Harus Dikembangkan Untuk

Mengembangkan Ketrampilan Olahraga (Gallahue, 1982: 23) ... 15

2.2 Kategori Motorik Kasar ... 18

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motorik Kasar Anak ... 23


(12)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrumen Penelitian

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pengajaran Lampiran 3 : Data Hasil Penelitian

Lampiran 4 : Proses Perhitungan dengan SPSS Lampiran 5 : Foto Kegiatan Penelitian

Lampiran 6 : Surat Keputusan Pembimbing Tesis Lampiran 7 : Surat Pengantar Penelitian


(13)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Oleh karena itu pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Karena kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapai itu pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman dan pembaruan pendidikan harus terus dilakukan.

Dalam konteks pembaruan pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu disoroti, yaitu pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan efektivitas metode pembelajaran. Kurikulum pendidikan harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, dan mampu mengakomodasikan keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Dan secara mikro harus ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas yang lebih memberdayakan potensi siswa. Ketiga hal itulah yang sekarang menjadi fokus pembaruan pendidikan di Indonesia.

Pendidikan di Indonesia mengalami masalah serius pada kualitas pendidikan pada jenjang awal. Banyak bukti empiris anak-anak yang disiapkan pendidikannya dari usia dini, 0-6 tahun ketika masuk ke jenjang wajib belajar, memiliki kemajuan yang luar biasa dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan PAUD.

Pendidikan PAUD bukanlah belajar kognitif yang tinggi. Pendidikan PAUD adalah menyiapkan anak-anak akan konsepsi dasar kognitif, psikomotorik, dan pembentukan sikap. Persoalan tersebut dicoba diatasi dengan


(14)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penerapan suatu paradigma baru dalam pembelajaran di kelas, yaitu pembelajaran kontekstual.

Penerapan pembelajaran kontekstual di Amerika Serikat bermula dari pandangan ahli pendidikan klasik John Dewey yang pada tahun 1916 mengajukan teori kurikulum dan metodologi pangajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progresivisme John Dewey. Intinya, siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah.

Teori kognitif juga melatar belakangi filosofi pembelajaran kontekstual, siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Siswa menunjukkan hasil belajar dalam bentuk apa yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan.

Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah sebagai pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh dari konteks yang terbatas dan sedikit demi sedikit. Siswa yang harus mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya. Melalui landasan filosofi konstruktivisme, pembelajaran kontekstual dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Siswa


(15)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ilmu pendidikan saat ini sangat berkembang pesat. Salah satu diantaranya adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun. Kondisi PAUD di Indonesia cenderung terus mengalami peningkatan namun tidak semua orang tua memahami bahwa ”pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pengasuhan, pembimbingan dan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak agar memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut” (Undang-Undang nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pemahaman orang tua mungkin hanya beranggapan bahwa masuk PAUD merupakan suatu kewajiban sebelum anaknya masuk Sekolah Dasar, bahkan banyak orang tua yang sangat mengharapkan agar anaknya sudah mampu membaca, menulis dan berhitung, meskipun hal itu tidak diharuskan dicapai pada tingkat PAUD

Gallahue dan Ozmun, (2002: 45) menyatakan bahwa:

Proses perkembangan motorik merupakan proses yang lama melalui belajar bagaimana mengontrol gerakan dan merespon serta pengalaman sehari-hari. Perbedaan perilaku gerak dipengaruhi beberapa faktor meliputi: individual, pengalaman, dan latihan.

Salah satu tugas perkembangan adalah mengembangkan gerak anak (motorik kasar maupun motorik halus) sesuai dengan usianya. Tujuan pendidikan jasmani di PAUD diantaranya adalah: 1) Mengembangkan kemampuan koordinasi motorik kasar, 2) Menanamkan nilai-nilai sportivitas dan disiplin, 3) Meningkatkan kesegaran jasmani, 4) Memperkenalkan sejak dini hidup sehat, 5) Memperkenalkan gerakan-gerakan yang indah melalui irama musik (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997: 4)

Pada umumnya pembelajaran pendidikan jasmani di PAUD lebih aspek difokuskan pada perkembangan motorik halus, sedangkan motorik kasar kurang diperhatikan. Padahal pengembangan motorik kasar anak usia dini juga


(16)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memerlukan bimbingan dari pendidik. Seyogyanya gerakan-gerakan motorik kasar ini dipraktekkan oleh anak-anak PAUD dibawah bimbingan dan pengawasan pendidik/guru, sehingga diharapkan semua aspek perkembangan dapat berkembang secara optimal. Pengembangan motorik kasar sama pentingnya dengan aspek-aspek perkembangan lainnya, karena ketidakmampuan anak melakukan kegiatan fisik akan membuat anak kurang percaya diri, bahkan menimbulkan konsep diri negatif dalam kegiatan fisik. Padahal jika anak dibantu oleh pendidik, besar peluangnya dapat mengatasi ketidakmampuan tersebut dan menjadi lebih percaya diri.

Tujuan pembelajaran motorik yaitu peserta didik diharapkan memiliki kemampuan motorik yang memenuhi segala tuntutan gerak kehidupan sehari-hari, artinya peserta didik memiliki tingkat kebugaran jasmani yang memadai.

Menurut Septian (2012:1) bahwa “Pendidikan jasmani memusatkan perhatiannya

kepada perubahan psikomotor yang dilakukan melalui belajar keterampilan

gerak.” Pada anak usia dini, aktivitas fisik sangat dominan karena mereka selalu

bergerak dan tidak mau diam. Oleh karena itu, kebiasaan bergerak tersebut perlu diarahkan oleh guru agar gerakan tersebut bermanfaat.

Selama ini pembelajaran gerak anak usia dini masih sebatas tataran kurikulum, belum ada rancangan pengembangan pendidikan praktis di lapangan. Kebanyakan pembelajaran gerak lebih menyoroti tingkat satuan pendidikan dasar, menengah, dan umum. Hal ini berdampak kurang baik pada keterampilan gerak sehingga pembelajaran gerak pada siswa PAUD belum dirancang sesuai dengan kondisi para siswa. Oleh karena itu, pembelajaran gerak pada siswa PAUD memerlukan pemikiran dalam pemetaan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan penguatan proses pembelajaran.

Selain itu, misi pembelajaran gerak akan terasa kering dan kurang bermakna apabila tidak dikaitkan dengan karakter. Dengan demikian, tidak akan


(17)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tercapai tujuan pendidikan untuk membina siswa menjadi sumber daya manusia yang unggul dalam aspek jasmani, rohani, dan sosial melalui berbagai bentuk media pendidikan dan keilmuan yang sesuai apabila tidak memiliki karakter yang baik.

Pada PAUD pembelajaran diatur dalam kurikulum. Menurut Hilda Taba (dalam Rusman, 2011:28)

Kurikulum merupakan perencanaan pembelajaran. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus memiliki program sehingga kegiatan akan lebih terencana dan terarah dalam melaksanakan program pendidikannya. Sebagai rencana program pendidikan menyediakan sejumlah pengalaman yang memungkinkan anak dapat melakukan kegiatan belajar. Program tersebut harus memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan tahap perkembangannya.

Bredecamp dalam Giriwijoyo (2007:1) mengemukakan “Bukan anak yang

harus disesuaikan dengan program tetapi program yang harus disesuaikan dengan

anak”.

Pendidikan PAUD harus dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan dan perkembangan anak, memberikan kesempatan untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan intelektual atau kognitif, emosi, dan fisik anak, memberikan dorongan serta mengembangkan hubungan sosial yang sehat. Bahkan lebih jauh masa pertumbuhan dan perkembangan anak adalah masa pembentukan pola perilaku dan masa terjadinya internalisasi nilai-nilai sosial dan kultural. Oleh karena itu, wujud kegiatan olahraga harus ditujukan untuk mendapatkan kesehatan biologis, psikologis, dan sosiologis. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan jasmani dan olah raga harus disesuaikan dengan umur supaya tumbuh perasaan kebersamaan. Dampak positif lainnya yaitu tumbuhnya kemandirian anak untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh semangat.


(18)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengembangan motorik kasar sama pentingnya dengan aspek-aspek perkembangan lainnya, karena ketidakmampuan anak melakukan kegiatan fisik akan membuat anak kurang percaya diri, bahkan menimbulkan konsep diri negatif dalam kegiatan fisik. Padahal jika anak dibantu oleh pendidik, besar peluangnya dapat mengatasi ketidakmampuan tersebut dan menjadi lebih percaya diri. Oleh karena itu, pengembangan gerak harus terintegrasi dengan nilai-nilai karakter. Pembelajaran tanpa nilai akan kehilangan makna. Secara faktual data realistik menunjukkan bahwa moralitas maupun karakter bangsa saat ini telah runtuh. Dengan demikian pendidikan di Indonesia harus membentuk karakter mulia.

Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan karakter yang diberikan kepada anak-anak usia dini dapat membentuk perilaku yang positif, interaksi yang baik dengan gurunya, kemampuan mengelola emosi, percaya diri, kemampuan berinteraksi sosial dengan kawannya, termasuk kemampuan akademik.

Dampak yang muncul, jika pembelajaran gerak tidak dirancang berdasarkan umur dikhawatirkan anak akan merasa terpinggirkan karena tidak dapat melakukan kegiatan olahraga tersebut. Lebih parah lagi apabila timbul kebencian terhadap olah raga karena ketidaksesuaian materi dan metode dengan tingkat umur secara kronologis. Dengan demikian, pemetaan standar kompetensi, pengembangan materi, dan penggunaan metode pembelajaran jasmani dan karakter sangat penting. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan terutama pada pembelajaran keterampilan gerak diperlukan model pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Salah satu model tersebut yaitu model pembelajaran kontekstual.

Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkanya dengan situasi


(19)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan yang nyata.

Idealnya pembelajaran kontekstual pada jenjang pendidikan anak usia dini hendaknya dilaksanakan berdasarkan tema dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) mengidentifikasi kegiatan olahraga yang muncul pada semester satu maupun pada semester dua (2) mengidentifikasi indikator sebagai upaya untuk merelevansikan antar indikator pembelajaran olahraga dengan kegiatan kontekstual (3) menetapkan kegiatan kontekstual sesuai dengan indikator dan tema yang sedang dipelajari siswa.

Namun pada kenyataannya, pembelajaran jasmani dan olahraga terpaku hanya pada senam saja. Para guru di PAUD Pustaka Ceria belum mampu menyusun pembelajaran olahraga berbasis karakter melalui model pembelajaran kontekstual, tidak ada waktu bagi anak-anak untuk mengembangkan potensi geraknya. Peserta didik hanya menirukan gerakan dan instruksi gurunya. Selama ini guru belum memanfaatkan permainan tradisional untuk kegiatan olahraga yang menyenangkan. Pembelajaran masih terpaku pada LKS, buku paket dan belum mampu menggali sumber lingkungan dan pengalaman siswa sebagai bahan ajar yang dapat menghubungkan antarmateri pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa.

Berdasarkan uraian di atas dan karakteristik kesulitan menerapkan pembelajaran yang mengadaptasi gerakan permainan tradisional serta masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran gerak, maka peneliti terdorong untuk meneliti pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap gerak dasar dan karakter anak usia dini. Dengan model pembelajaran kontekstual diharapkan pembelajaran dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, melakukan penguatan proses pembelajaran, dan dapat menghubungkan materi pembelajaran


(20)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan kehidupan nyata sehingga dapat mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan siswa.

B. Identifikasi Masalah

Pendidikan anak usia dini berkaitan dengan gerak dasar masih kurang mendapat perhatian. Pendidikan dengan melalui sentuhan aktivitas jasmani seharusnya mendapat porsi yang lebih besar sesuai dengan kebutuhan anak untuk bergerak sambil belajar dan belajar sambil bergerak.

Pendekatan bermain seharusnya lebih ditekankan pada siswa PAUD dalam kontek yang bermakna. Pemilihan model Pembelajaran sangat menentukan keberhasilan tujuan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk siswa PAUD adalah model pembelajaran kontekstual. Belum ada penelitian yang menerapkan model pembelajaran kontekstual dengan melalui aktivitas jasmani terhadap siswa PAUD.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan berbagai masalah yang akan timbul dalam penelitian di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Belum diketahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran kontekstual

terhadap kemampuan gerak dasar siswa PAUD

2. Belum diketahui pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap karakter siswa PAUD

Dari identifikasi masalah di atas, peneliti dalam penelitian ini hanya

membatasi pada permasalahan tentang “Pengaruh Model Pembelajaran

Kontekstual Terhadap Gerak Dasar dan Karakter Anak Usia Dini”.

Masalah penelitian ini kemudian dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap gerak dasar dan karakter anak usia dini?


(21)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berkaitan dengan beberapa masalah di atas, maka dapat dibuat beberapa pertanyaan penelitian berikut ini:

1. Apakah model pembelajaran kontekstual berpengaruh terhadap gerak dasar siswa PAUD Pustaka Ceria Wangunsari Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Apakah model pembelajaran kontekstual berpengaruh terhadap karakter siswa PAUD Pustaka Ceria Wangunsari Tahun Pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui keefektifan model pembelajaran kontekstual terhadap gerak dasar siswa PAUD Pustaka Ceria Wangunsari Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Mengetahui keefektifan model pembelajaran kontekstual terhadap karakter siswa PAUD Pustaka Ceria Wangunsari Tahun Pelajaran 2012/2013.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen kuasi (quasi experimental) dengan desain pre test-post test

design. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes yaitu tes

keterampilan gerak dasar dan lembar observasi karakter.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk : 1. Secara teoretis

Diharapkan mampu menambah khasanah keilmuan dan pengetahuan dalam dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya mengenai pembelajaran gerak dasar dan karakter anak usia dini.


(22)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Secara praktis

a. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah rujukan yang lebih kongkret apabila nantinya berkecimpung dalam dunia pendidikan, khususnya pengembangan pembelajaran gerak dasar dan karakter anak usia dini.

b. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai rujukan dan pertimbangan dalam pembelajaran pembelajaran gerak dasar.

c. Bagi pembaca umumnya, dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan mengenai model pembelajaran gerak bagi anak usia dini.


(23)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model kontekstual dalam pembelajaran olahraga berbasis karakter. Untuk menguji keefektifan model tersebut akan digunakan pendekatan kuantitatif desain eksperimen kuasi (quasi

experimental) dengan teknik pre test post test design terhadap satu kelas.

Sugiono, (2010: 116) menyatakan :

Model kelompok eksperimen dipilih secara purporsif. Hal ini sesuai beberapa pertimbangan dengan jumlah subjek penelitian dalam penelitian ini jumlahnya sedikit, sehingga tidak memungkinkan untuk mendesain penelitian dengan eksperimen murni yang mengharuskan pemilihan sampel secara random.

Ruseffendi (2006: 36) menyatakan bahwa:

Seperti pada penelitian percobaan, yang ingin diketahui dalam penelitian kuasi percobaan adalah juga hubungan sebab-akibat. Bedanya dengan penelitian eksperimen, pada penelitian eksperimen biasanya subjek dikelompokkan secara acak dan perlakuan dimanipulasi. Secara sengaja, perlakuan dan kontrol pada penelitian eksperimen diatur, sedangkan pada penelitiaan kuasi percobaan perlakuan itu sudah terjadi dan pengawasan (kontrol) tidak bisa dilakukan.

Menimbang keterbatasan peneliti, baik dari segi waktu maupun kemampuan yang ada, Desain eksperimental semu dipilih karena peneliti tidak memiliki kebebasan mengambil sampel secara acak dan harus menerima keadaan subjek sesuai keadaan.


(24)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1

Desain Penelitian (Jame & Sally, 2001: 331)

Keterangan:

= Pre test kelompok eksperimen = Post test kelompok eksperimen

X = Pembelajaran olahraga dengan model kontekstual

B. Validitas Internal dan Eksternal 1. Validitas Internal

Ada banyak faktor yang mempengaruhi masing-masing validitas. Berikut ini akan di bahas faktor-faktor yang mempengaruhi validitas internal :

a. Sejarah (History)

Peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu yang kadang-kadang dapat berpengaruh terhadap variabel keluaran (variabel terikat). Hal berikutnya anak kemungkinan melakukan aktivitas yang sama ketika di luar eksperimen. Untuk mengatasi hal ini peneliti menyarankan ke orang tua dan siswa agar tidak memainkan permainan yang dimainkan dalam eksperimen di luar penelitian.

b. Kematangan (Maturitas)

Group Pre test Treatment Post test

A O X O


(25)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Manusia, binatang, atau benda-benda lainnya sebagai subjek penelitian selalu mengalami perubahan. Pada manusia perubahan berkaitan dengan proses kematangan atau maturitas, baik secara biologis maupun psikologis. Dengan bertambahnya kematangan pada subjek ini akan berpengaruh terhadap variabel terikat. Berkaitan dengan hal ini maka penelitian dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sehingga dilihat juga dari umur siswa yang masih dibawah 7 tahun proses maturasi ini akan cenderung kecil mengingat konsentrasi dan ketertarikan siswa yang selalu akan berubah dan belum bisa lama.

c. Seleksi (Selection)

Dalam memilih anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol bisa terjadi perbedaan ciri-ciri atau sifat-sifat anggota kelompok satu dengan kelompok yang lainnya. Dalam kasus ini peneliti tidak melaukan pengendalian. Peneliti menggunakan sampel kelas semua siswa sehingga tidak ada pemilahan atau pemisahan kelompok dalam eksperimen.

d. Prosedur Tes (Testing)

Pengalaman pada pretes dapat mempengaruhi hasil postes, karena kemungkinan para subjek penelitian dapat mengingat kembali jawaban-jawaban yang salah pada waktu pretes, dan kemudian pada waktu postes subjek tersebut dapat memperbaiki jawabannya. Tes yang dipergunakan adalah tes observasi sehingga siswa tidak mengerjakan tes yang memerlukan pemikiran. Prosedur yang dilakukan sama dan tidak mempengaruhi sikap atau aktivitas siswa dan tes dilakukan dalam setting alami.

e. Instrumen (Instrumentation)

Alat ukur atau alat pengumpul data (instrumen) pada pretes biasanya digunakan lagi pada postes. Siswa secara alami melaksanakan kegiatan.


(26)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penilai yang mealakukan observasi dalam posisi netral dan hasil tes tidak dipergunakan untuk laporan dalam penilaian siswa di sekolah.

f. Mortalitas (Mortality)

Pada proses dilakukan eksperimen, atau pada waktu antara pretes dan postes sering terjadi subjek yang ”drop out” baik karena pindah, sakit ataupun

meninggal dunia. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap hasil eksperimen. Penelitian ini dilakukan terintegrasi dalam proses belajar mengajar di TK dan selama proses penelitian yang dilaksanakan tidak terjadi kegurguran data.

2. Validitas Eksternal

Validitas eksternal berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian studi. Dalam semua bentuk desain penelitian, hasil dan kesimpulan penelitian ini adalah terbatas kepada para peserta dan kondisi seperti yang didefinisikan oleh kontur penelitian dan mengacu pada sejauh mana generalisasi hasil penelitian untuk lain kondisi, peserta, waktu, dan tempat. Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi, dapat atau tidaknya hasil penelitian digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi tempat sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian representatif, instrumen penelitian valid dan reliabel, cara mengumpulkan dan menganalisis data benar, penelitian akan memiliki validitas eksternal yang tinggi.

Dari awal desain penelitian yang dilakukan dan dipertimbangkan dalam tata cara pemilihan sampel penelitian ini tidak diperuntukkan untuk tujuan generalisasi. Sehingga pengendalian terhadap validitas ekternal tidak dilakukan.

C. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel-variabel Penelitian


(27)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Variabel bebas (X) (Independent Variabel) adalah : Model Pembelajaran Kontekstual

b. Variabel Terikat (Y1) (dependent variabel) adalah : Kemampuan Motorik (Gerak Dasar)

c. Variabel Terikat (Y2) (dependent variabel) adalah : Karakter Siswa

2. Definisi Operasional

Penulis perlu menjelaskan istilah-istilah dalam penelitian ini dengan mengacu pada literatur sehingga tidak terjadi kesalahpahaman.

Penelitian akan menelusuri pengaruh model pembelajaran kontekstual tehadap pembelajaran motorik dan karakter.

Model Pembelajaran kontekstual dalam penelitian ini meliputi pembelajaran yang mengandung unsur gerak yang berkaitan dengan permainan yang terdiri atas (lompat tali, hadang, zondag maandag/ gugunungan, ganefo, kucing tikus, hot potato) dalam setting konteks bermain.

Kemampuan Motorik (Gerak Dasar) merupakan kemampuan anak melakukan unjuk kerja yang ditunjukan dengan tes meliputi kemampuan lari, melompat, melempar, menangkap, dan menendang, dengan menggunakan pedoman observasi yang dilakukan oleh judges.

Karakter Siswa adalah hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh judge dengan menggunakan lembar observasi terhadap nilai yang muncul tentang kemandirian, disiplin, percaya diri, menghargai orang lain, tanggung jawab, dan mencintai lingkungan.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian PAUD Pustaka Ceria RT 04/5 Kelurahan Wangunsari Kecamatan Lembang Bandung Barat, Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal


(28)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11 Maret sampai dengan 16 Mei 2013 tahun, sehingga jumlah pertemuan sebanyak 20 kali. Subyek penelitian semua menerima treament model pembelajaran kontekstual

E. Program Perlakuan

1. Kompetensi Dasar, Nilai Karakter, dan Indikator Pembelajaran

Berikut ini dipaparkan pemetaan kompetensi dasar pembelajaran gerak disertai karakter dan indikator keberhasilannya.

Tabel 3.1

Kompetensi Dasar Pembelajaran Gerak dan Karakter serta Indikator Keberhasilannya

No. Kompetensi Dasar

Nilai Karakter

Indikator Keberhasilan

1 Berlari Berani, disiplin 1. Siswa mematuhi suatu perintah berdasarkan peraturan yang telah ditentukan.

2. Siswa menampilkan pelaksanaan suatu perintah dari guru atau temannya dengan tegas dan atas inisiatifnya sendiri.

3. Siswa menunjukkan antusiasme terhadap penjelasan dan perintah.


(29)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Siswa mampu berlari dengan berani dan cepat.

2 Melompat Berani, disiplin 1. Siswa mampu melompat ke depan bukan keatas dan Sebelum mendarat, paha paralel dengan tanah sementara kaki bagian bawah menggantung secara vertikal.

2. Siswa mampu melompat dengan berani dan disiplin

3 Melempar Tanggung

jawab, berani

1. Siswa mematuhi suatu perintah berdasarkan peraturan yang telah ditentukan.

2. Siswa menampilkan pelaksanaan suatu perintah dari guru dengan tegas.

3. Siswa mampu melempar dengan berani dan tanggung jawab.

4 Menangkap Mandiri, tanggung jawab

1. Siswa mampu menangkap bola yang melambung dengan mendekapnya ke dada

2. Siswa mampu menangkap bola secara mandiri dengan tanggung jawab.

5 Menendang Berani, menghargai orang lain

1. Siswa mampu mengayunkan kaki ke depan dan belakang atas perintah dari guru atau temannya dengan tegas dan atas inisiatifnya sendiri. 2. Siswa mampu menendang lompat

dengan berani dan menghargai orang lain.

2. Permainan yang Dipergunakan untuk Eksperimen

a. Permainan lompat tali

Alat yang dibutuhkan: untaian karet gelang atau tali skipping. Permainan ini dapat dilakukan perorang ataupun berkelompok.


(30)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Permainan secara solider dilakukan dengan cara skiping yaitu dengan memegang kedua ujung tali kemudian mengayunkannya melewati kepala dan kaki sambil melompatinya.

Jika bermain secar berkelompok melibatkan minimal 3 anak. Diawali dengan hompimpah untuk menentukan anak yang kalah sebagai pemegang kedua ujung tali.

Dua anak yang kalah akan memegang ujung berhadapan untuk meregangkan atau mengayunkan tali kemudian anak yang lainnya akan melompati anak tersebut.

Bagi anak yang sedang mendapat giliran melompat lalu gagal melompati tali, maka anak tersebut akan berganti dan posisi dari pelompat menjadi pemegang tali

b. Permainan hadang / dadaluan Lapangan:

Lapangan permainan empat persegi panjang berpetak-petak ukuran panjang 15 m, lebar 9 meter (dalam penelitian ini menyesuaikan dengan ukuran tinggi dan jangkauan anak) dibagi 4 petak masing-masing 4.5x5m garis pembagi lapangan permainan menjadi dua bagian memanjang dengan sebuah garis tengah

Lapangan permainan ditandai dengan garis dengan lebar 5 cm. Cara bermain:

1) Sebelum permainan dimulai diadakan permainan permainan regu, yang kalah sebagi penjaga dan yang menang sebagai penyerang

2) Regu penjaga menempati garis jaganya masing-masing dengan kedua kaki tidkak diatas garis, sedangkan regu penyerang siap untuk masuk 3) Permainan dimulai setelah wasit membunyikan peluit


(31)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Penyerang berusaha melewati garis di depannya dengan mennghindari sentuhan dari penjaga

5) Penjaga berusaha menangkap atau menyentuh penyerang dengan tangan terbuka dan jari-jari tangan tidak boleh mengepal dalam posisi berpijak diatas garis atau salah satu kaki berpijak diatas garis sedangkan yang lainnya menyerang

6) Pemain penyerang dinyatakan bersalah apabila

a) Kedua kaki keluar dari garis samping kiri dan kanan lapangan b) Berbalik masuk petak yanga telah dilalui

c) Mengganggu jalannya permainan c. Permainan gugunungan/zondag maandag

Peralatan yang dipergunakandalam permainan ini adalah pecahan genting atau keramik serta sebatang ranting untuk membuat garis.

Cara bermain:

1) Membuat gambar gunungan terlebih dahulu dti tanah yang rata dan tidak ada kerikil atau yang dapat membuat kaki cidera

2) Siapkan pecahan genting sejumlah anak yang akan bermain

3) Sekitar 5 peserta, telah siap dengan tanda atu biasa disebut dengan gacuk di kotak nomor 1

4) Peserta diundi dalam mendapatkan giliran kesempatan untuk bermain 5) Peserta yanga mendapatkan giliran pertama siap melompat dengan satu

kaki secara urut tiap kotak, kecuali kota nomor 4 dn 6, peserta meletakkan kedu kakinya baik kanan maupu nkiri pada kedua kotak tersebut. Kotak yang terdapat gacuk tidak boleh dilompati. Tetapi harus dilewati dengan melankahinya perseta tidak bole menginjak garis.


(32)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6) Setelah sampai di nomor 6, peserta berbalik dengan meloncat dan melompat kembali lagi pada posis awal. Sebelu kembali ake posisi awal, peserta harus mengambil gacuk-nya terlebih dahulu.

7) Ketika pesera berhasil kembali ke tempat semula, ia harus melanjutkan permainan lagi dengan melemparkan gacuk ke kotak nomor beriktnya. 8) Untuk kotak nomor 4 dan 6 peserta harus meletakkan gacuk dimulai

dari sebelah kanan. Apabila gacuk terletak di sebelah kanan pada kotak nomor 4 pesera harus mengambilnya dari kotak nomor 4 di sebelah diri begitu pula sebaliknya.

9) Bila sampai pada nomor 7, peserta harus mengambil dengan berbalik arah, mengambil dengan mata tertutup, tangan atau badannya tidak boleh menyentuh garis.

10)Peserta yang berhasil pada nomor 7, ketika kembali pada posisi semula harus melemparkan gacuk di luar busur lingkaran. Peserta melompat lagi dan hingga nomor 6, nomor 7 tidak boleh dilompati. Ia harus meraih dengan menginjak gacuk menggunakan satu kaki. Apabila berhasil perserta harus melemparkan lagi keposisi semula dan melompat dimulai persertmenginjak gacuk ke kotak nomor 6 sampai kotak 1.

11)Sesampainya di kotak nomor 1 peserta harus menginjak gacuk lagi dengan kedua kakinya. Apabila gagal ia harus mengulanginya dari nomor 6 ketika mendapatkan giliran kembali.

d. Permainan ganefo

Peralatan: bola ( 5 buah)


(33)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Empat buah bola diletakkan dalam lingkaran. Siswa pelempar berjarak 10 meter dari bola yang akan dilempar. Bola dilempar diusahakan keluar dari lingkaran. Ketika bola keluar, siswa yang lain bersembunyi. Siswa yang tugas jaga memasukkan bola dan setelah bola masuk ke tempatnya mencarai siswa yang bersembunyi menyebut namanya dan menginjak daerah bola yang ditata. Siswa yang telah disebut namanya oleh penjaga dan penjaga menginjak daerah yang ditentukan dinyatakan mati. Setelah semua siswa mati mereka berjajar ke belakang. Posisi penjaga berdiri membelakangi teman yang lain dan menyebutkan siswa urutan keberapa yang harus jaga secara acak.

e. Permainan kucing-tikus Peralatan: lapangan

Siswa membuat lingkaran dengan bergandeng tangan. Ada dua siswa yang berperan menjadi kucing dan yang satu menjadi tikus.

Permainan dimulai dengan peraturan kucing berusaha menangkap tikus. Siswa yang membuat lingkaran adalah jaring yang berusaha untuk melindung tikus. Tikus bebas keluar masuk jaring lingkaran dan kucing harus berusaha menangkap tikus. Permainan ganti peran antara jaring, kucing dan tikus menyesuaikan irama permainan.

f. Hot potato

Peralatan: Bola karet (1 bola setiap 10 anak)

Permainan: anak dibariskan, atau membentuk lingkaran dengan jarak 1 sampai 1.5 meter. Guru bercerita bahwa bola karet ini adalah kentang yang panas. Ketika guru memberikan kentang ini ke siswa maka guru bertanya apa yang terjadi, biarkan siswa merespon dan giring ke arah pengetahuan atau pengalaman bagaimana jika kita menerima sesuatu yang panas pada


(34)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tangan kita. Guru memperagakan bagaimana “acting” menerima kentang panas dan dengan segera melemparkan bola “kentang” tersebut ke siswa berikutnya sambil berperan seoalah tangannya kepanasan. Perpindahan bola “kentang” ini dilakukan dengan cepat seolah tangan kepanasan.

g. Permainan tendang bola dan lempar bola

Peralatan : bola sebanyak banyaknya (bola karet) maksimal bola sejumlah siswa

Cara bermain : siswa dipisahkan menjadi dua kelompok dengan jumlah yang sama. Tugasnya adalah menendang bola bebas dimasukkan ke daerah lawan tanpa melalui garis. Demikian juga dengan melempar. Bola bola dari lawan boleh di tangkap atau langsung ditendang/dilempar. Permainan ini dilakukan bergatian, melempar dulu (karena kebih mudah baru menendang).

Berdasarkan permainan di atas, dilakukan analisis nilai karakter dalam pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan gerak dan karakter siswa.

Tabel 3.2

Analisis Nilai Karakter dari Permainan Tradisional Jenis Permainan Analisis Nilai Karakter

1. Permainan Lompat Tali

Percaya diri: melompat membutuhkan kemampuan untuk mengendalikan diri memindahkan tubuh dengan penghalang tali. Ketika siswa memiliki kemampuan dasar untuk melompat maka akan menimbulkan rasa mampu untuk melakukan gerakan melompat dihadapan orang lain.

Mandiri: melakukan gerakan melompat dilakukan secara sendiri, sehingga dituntun untuk melalukan gerakan tersebut dan menyelesaikan rintangan. Disiplin: dalam permainan ini ada giliran memegang tali,


(35)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jenis Permainan Analisis Nilai Karakter

ini anak belajar untuk menyadari kapan harus melakukan apa dan kapan tidak melakukan apa? Menghargai orang lain: tidak semua anak dapat melompat dengan baik. Apapun hasilnya anak akan melakukan gerakan ini dengan senang tanpa mengejek ataupun merendahkan kawan yang lain

Bertanggungjawab: dalam lompat tali siswa bergiliran melakukan tugasnya masing masing, ada yang memegang tali, menyelesaikan lompatan pada ketinggian tertentu.

2. Permainan Go Back So Door / Hadang

Percaya diri: dalam permainan ini siswa harus melewati rintangan (dihadang) agar tidak dapat sampai pada tujuan. Siswa harus percaya diri lari, berhenti, melakukan gerak tipu agar sampai pada posisi start. Hal ini bisa terjadi ketika anak yakin mampu melukan gerakan-gerakan tersebut.

Mandiri: siswa bebas memutuskan kapan harus berlari, kapan harus berhenti sesuai dengan situasi yang dihadapi.

Disiplin: hal ini sangat tercermin ketika jaga. Siswa harus selalu menjaga garis yang dijaga agar lawan tidak melewati dirinya.

Menghargai orang lain : ada kesempatan menjadi kapten, ada kesempatan atau giliran menyerang dan bertahan. Menang kalah dilakukan dengan senang

Bertanggungjawab: bertanggung jawab terhadap diri sendiri untuk hidup ketika menyerang dan menjaga garis ketika bertahan.

3. Permainan Gugunungan Zondag Maandag

Percaya diri: melakukan loncatan dan lompatan dengan berbagai posisi gerak membutuhkan modal dasar gerak yang baik. Ketika anak dapat melakukan maka anak akan dengan percaya diri melakukan permainan ini.


(36)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jenis Permainan Analisis Nilai Karakter

Mandiri: pada dasarnya permainan ini adala permainan individu, setiap siswa dipaksa untuk menyelesaikan target game tertentu pada tahapan tertentu. Semakin tinggi targetnya semakin jauh.

Disiplin: taat pada atauran seperti melempar harus tepat, harus menggunakan kaki satu, kapan menggunakan dua kaki, bagimana cara mengambil pecahan genteng yang dilempar Menghargai orang lain: ada giliran yang harus ditaati,

ada menang kalah 4. Permainan

Ganefo

Percaya diri: siswa harus melakukan lemparan yang ada kemungkinan gagal ada rasa yang kurang enak yang harus dikuasai. Untuk melempar dibutuhkan keyakinan bahwa aku bisa sehingga anak dengan tenang akan melempar target. Mandiri: saat melempar bola, saat menyusun genteng,

menyelamatkan diri.

Menghargai orng lain : mempercayakan teman untuk melempar ataupun menyusun genteng

Bertanggungjawab: menyelesaikan tugas menyusun genteng

5. Permainan Kucing - Tikus

Percaya diri: ketika menjadi kucing atau tikus siswa harus tampil di depan siswa yang lain

Mandiri: dengan berani menjadi kucing atau tikus berarti memiliki mandiri untuk menyelesaikan misi (menangkap ataupun ditangkap)

Disiplin: tahu peran sebagai apa, ketika jaga harus menghadang dan tidak memberikan celah

Menghargai orang lain : dalam permainan ini ada kemungkinan anak yang menjadi tikus mengejek kucing. Kemampuan untuk tetap konsisten bermain merupakan tindakan sikap menghargai peran dalam peraminan, dan jika tertangkap tidak menyalahkan siswa yang menjadi jaring.


(37)

masing-Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jenis Permainan Analisis Nilai Karakter

masing (kucing, tikus, jaring)

6. Hot Potato Percara diri : tercermin dari aktivitas melakukan menangkap dan keterlibatan

Tanggungjawab : menerima dan meng

Menghargai : ketika ada yang gagal menangkap atau

tidak bagus dalam melempar tidak

dipermasalahkan. Disiplin : mentaati peraturan 7. Permainan

Tandang dan Lempar Bola

Kemandirian : menyelesaikan bola yang di depannya untuk dipindahkan ke daerah lawan tanpa bantuan kawan.

Tanggungjawab : menjaga daerah lapangan agar tidak ada bola yang tinggal

Percaya diri : menempatkan bola ke arah yang diinginkan

Disiplin : mentaati peraturan untuk tetap di daerah masing-masing dan tidak mengganggu kelompok lain di seberang

8. Permainan Lompat Kodok

Percaya diri: ketika mampu melakukan gerakan ini

bersama dengan teman-teman akan

membangkitkan rasa percaya diri siswa

Mandiri: menyelesaikan jarak lompatan yang ditargetkan oleh guru secara individual.

Disiplin: tetap secara konsisten melaksanakan gerakan lompat kodok sampai jarak yang ditentukan Bertanggungjawab: melakukan lompatan sampai jarak

yang ditentukan dapat sebagai cerminan karakter ini.


(38)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Pengembangan Pembelajaran Gerak dan Karakter dengan Model Kontekstual

Pembelajaran gerak yang diiringi dengan internalisasi nilai-nilai karakter dilakukan secara bertahap mulai pertemuan pertama sampai kedua puluh. Berikut ini paparannya.

Tabel 3.3

Rencana Pelaksanaan Pengajaran Pertemuan I-III

Tahapan Alokasi

Waktu Aktivitas Jasmani

Pendahuluan 10” Tujuan

KGD : Melatih kemampuan berlari, melompat meloncat

Karakter : Percaya diri, mandiri, Disiplin, menghargai, Bertanggungjawab

Aktivitas : Berbaris, diterangkan permaian, pembagian kelompok untuk bermain

Inti 30” Aktivitas : Bermain Permainan kucing-tikus

Hot potato

Guru berfungsi sebagai pemandu jalannya permaianan

Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan

terhadap keikutsertaan dalam permainan. Doa.

Pertemuan IV -V

Tahapan Alokasi

Waktu Aktivitas Jasmani

Pendahuluan 10” Tujuan:

KGD : melatih kemampuan berlari, melompat meloncat

Karakter : Percaya diri, mandiri, Disiplin, menhormati, Bertanggungjawab:

Aktivitas : Berbaris, diterangkan permaian yang akan dimainkan

Pembagian kelompok dan penempatan posisi


(39)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Inti 30” Aktivitas : Permainan go back so door

Guru sebagai pengendali permainan, sebagai wasit, menjaga agar permainan berjalan dan berlangsung aman

Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan

terhadap keikutsertaan dalam permainan. Doa.

Pertemuan VI -VII Tahapan Alokasi

Waktu Aktivitas Jasmani

Pendahuluan 10” Tujuan:

KGD : melatih berjalan, berlari

Karakter : Percaya diri, Bertanggungjawab, cinta terhadap lingkungan

Aktivitas : Berbaris, diterangkan kegiatan yang dilakukan dan peraturanyang harus ditaati dalam aktivitas ke taman

Inti 30” Aktivitas : Bermain ke kebun bunga Budi Indah

Siswa berjalan 500 m, selama di taman bunga diterangkan dan diajak untuk mengamati warna dan jenis bunga yang ada di taman bunga

Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan terhadap keikutsertaan dalam permainan.

Doa

Pertemuan VIII

Tahapan Alokasi

Waktu Aktivitas Jasmani

Pendahuluan 10” Tujuan:

KGD : Melompat

Karakter : Percaya diri, disiplin,

menghargai,mandiri, tanggungjawab. Aktivitas : Berbaris, diterangkan permaian yang


(40)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akan dilaksanakan

Pembagian kelompok bermain.

Inti 30” Aktivitas : Bermain zundag Mandak

Bermain ganefo

Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan terhadap keikutsertaan dalam permainan.

Doa

Pertemuan IX-XII Tahapan Alokasi

Waktu Aktivitas Jasmani

Pendahuluan 10” Tujuan:

KGD : Berlari, Menendang, melempar, menangkap

Karakter : Percaya diri, mandiri, Disiplin, Bertanggungjawab

Aktivitas : Siswa dikumpulkan diberi penjelasan permaian tendang dan lempar bola Pembagian kelompok

Inti 30” Aktivitas : Permainan tandang dan lempar bola

Guru mengendalikan kapan berhenti untuk memberikan penguatan atau contoh bagaimana menendang. Guru mengendalikan kapan fokus

menendang, menangkap dan melempar. Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan

terhadap keikutsertaan dalam permainan.

Doa.

Pertemuan XIII-XIV


(41)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Waktu

Pendahuluan 10” Tujuan:

KGD : melatih kemampuan berlari, melompat meloncat

Karakter : Percaya diri, mandiri, Disiplin, Bertanggungjawab

Aktivitas : Siswa dibariskan di diberi penjelasan permainan yang akan dilaksanakan Pembagian kelompok

Inti 30” Aktivitas : Permainan lompat tali

Permainan go back so door

Guru berperan sebagai pengendali, pengarah permainan

Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan terhadap keikutsertaan dalam permainan.

Doa

Pertemuan XV-XVI Tahapan Alokasi

Waktu Aktivitas Jasmani

Pendahuluan 10” Tujuan:

KGD : melatih kemampuan berlari, lempar Karakter : Percaya diri, mandiri, Disiplin,

menghargai, Bertanggungjawab Aktivitas : Siswa dibariskan di diberi penjelasan

permainan yang akan dilaksanakan Pembagian kelompok

Inti 30” Aktivitas : Permainan gugunungan/Zundag

mandaag

Permainan menendang dan melampar bola

Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan terhadap keikutsertaan dalam permainan.


(42)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pertemuan XVI-XVII

Tahapan Alokasi

Waktu Aktivitas Jasmani

Pendahuluan 10” Tujuan:

KGD : melatih berjalan, berlari

Karakter : Percaya diri, Bertanggungjawab, cinta terhadap lingkungan

Aktivitas : Siswa dibariskan di diberi penjelasan permainan yang akan dilaksanakan Pembagian kelompok

Inti 30” Aktivitas : Bermain ke kebun bunga Budi Indah

Siswa berjalan 500 m, selama di taman bunga diterangkan dan diajak untuk mengamati warna dan jenis bunga yang ada di taman bunga

penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan terhadap keikutsertaan dalam permainan.

Doa

Pertemuan XVIII-XX Tahapan Alokasi

Waktu Aktivitas Jasmani

Pendahuluan 10” Tujuan:

KGD : melatih berjalan, berlari, melempar, menangkap, menendang, melompat Karakter : Percaya diri, Bertanggungjawab, cinta

terhadap lingkungan

Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan terhadap keikutsertaan dalam permainan.

Inti 30” Aktivitas : Permainan kucing tikus

Permainan menendang dan melempar bola

Permainan kucing tikus sebagai pemanasan


(43)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Permainan menendang dan melempar bola sebagai aktivitas utama

Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan terhadap keikutsertaan dalam permainan.

Doa

Rancangan pelaksanaan pembelajaran tersebut dilaksanakan pada 11 Maret sampai dengan 16 Mei 2013 yang disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.4

Jadwal Pertemuan Kegiatan Belajar Mengajar

Pertemuan Tanggal Pertemuan Tanggal

1 11 Maret 2013 11 15 April 2013

2 14 Maret 2013 12 18 April 2013

3 18 Maret 2013 13 22 April 2013

4 21 Maret 2013 14 25 April 2013

5 25 Maret 2013 15 29 April 2013

6 28 Maret 2013 16 2 Mei 2013

7 1 April 2013 17 6 Mei 2013

8 4 April 2013 18 8 Mei 2013

9 8 April 2013 19 13 Mei 2013

10 11 April 2013 20 16 Mei 2013

G. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sampel penelitian ini adalah total sampel seluruh peserta didik yang berjumlah 48 peserta didik. Siswa tersebut adalah anggota dari tiga kelas di PAUD Pustaka Ceria.

H. Metode Pengumpulan Data

Secara garis besar metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes observasi. Observasi dilakukan terhadap kemampuan gerak


(44)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dasar dan karakter.

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan gerak dasar dan karakter

peserta didik. Tes dilakukan dengan Observasi terhadap kemampuan gerak dasar dan observasi karakter yang muncul sebelum dan sesudah ekprerimen dalam pre tes dan post tes.

I. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunnakan dalam penelitian ini yaitu format observasi.

Tabel 3.5 Instrumen Penelitian

No Variabel yang diukur Instrumen

1. Keterampilan gerak dasar observasi

2. Karakter siswa observasi

Instrumen keterampilan gerak dasar yang dipergunakan adalah instrumen observasi yang telah dikembangkan oleh Adang Suherman (2008) terlampir pada Lampiran 1 halaman 108. Instrumen observasi karakter siswa mengadopsi dari instrumen penilaian assessment karakter dari buku pedoman kurikulum DEPDIKNAS (2010) terlampir pada Lampiran 1 halaman 117.

J. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitan

Hasil penelitian yang dapat dipercaya harus berdasarkan pada informasi yang dapat dipercaya. Informasi yang akurat hanya dapat diperoleh apabila informasi penelitian yang digunakan memenuhi kelayakan sebagai alat penghimpun data. Sebelum mengukur variabel yang diteliti, terlebih dahulu dilakukan pengujian alat ukur dengan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas agar data yang diperoleh dapat dipercaya dan diakui kebenarannya.


(45)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suatu item pertanyaan dikatakan valid atau dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,30. Lebih lanjut Kaplan (1993:141) menyatakan:

Not all validity coefficient are the same value, and there are no hard fast rule about how large the coefficient must be in order to be meaningful. In practice, it is rare to see a validity coefficient larger than 0.6, and validity coefficient in the range of 0.3 to 0.4 are commonly considered high.

Uji Validitas yang digunakan untuk instrumen pengetahuan yang berupa skor dikotomi yaitu bernilai 0 dan 1 digunakan korelasi point biserial dengan rumus sebagai berikut:

Dengan:

Mi = Rata-rata skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang dicari

korelasinya dengan tes Mx = Rata-rata skor total

Sx = Standar deviasi skor total

p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut q = 1-p

(Saifudin Azwar, 2004:19)

Pengujian reliabilitas ditujukan untuk mengujur sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat difahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih besar atau sama dengan 0,700. Lebih lanjut Kaplan (1993:126) menyatakan:


(46)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“It has been suggested that reability estimates in the range of 0,70 to 0,80 are good enough for most purposes in basic research”.

Uji reliabilitas yang digunakan untuk instrumen pengetahuan adalah teknik Koefisien Reliabilitas Kuder Richardson 20 (KR-20). Teknik tersebut adalah sebagai berikut.

 

            

2

1 1 20 x S p p k k KR Dengan:

k = banyaknya item Sx2 = varians skor total

p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut (Saifudin Azwar, 2004:82)

Tabel 3.6

Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Gerak Dasar Motorik

Variabel Aspek Item Koefisien Validitas

Titik

Kritis Keterangan

GERAK DASAR

Lari

1 0,385 0,3 Valid

2 0,394 0,3 Valid

3 0,353 0,3 Valid

4 0,514 0,3 Valid

5 0,413 0,3 Valid

6 0,383 0,3 Valid

7 0,465 0,3 Valid

Lompat

8 0,509 0,3 Valid

9 0,453 0,3 Valid

10 0,332 0,3 Valid

11 0,357 0,3 Valid


(47)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

13 0,32 0,3 Valid

14 0,331 0,3 Valid

15 0,372 0,3 Valid

16 0,53 0,3 Valid

Variabel Aspek Item Koefisien Validitas

Titik

Kritis Keterangan

GERAK DASAR

Lempar

17 0,509 0,3 Valid

18 0,381 0,3 Valid

19 0,331 0,3 Valid

20 0,546 0,3 Valid

21 0,394 0,3 Valid

22 0,392 0,3 Valid

23 0,542 0,3 Valid

24 0,445 0,3 Valid

25 0,438 0,3 Valid

Menangkap

26 0,354 0,3 Valid

27 0,346 0,3 Valid

28 0,357 0,3 Valid

29 0,463 0,3 Valid

30 0,445 0,3 Valid

31 0,354 0,3 Valid

32 0,683 0,3 Valid

Menendang

33 0,354 0,3 Valid

34 0,648 0,3 Valid

35 0,436 0,3 Valid

36 0,747 0,3 Valid

37 0,359 0,3 Valid

38 0,374 0,3 Valid

Koefisien Reliabilitas 0,883


(48)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan Reliabel

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa semua item pertanyaan pada variabel pengetahuan memiliki nilai koefisien validitas > titik kritis (0,300). Koefisien reliabilitas untuk variabel diperoleh 0,883 > 0,700 sehingga variabel Gerak Dasar Motorik dinyatakan reliabel sehingga instrumen tersebut dapat dilanjutkan untuk analisis selanjutnya.

K. Prosedur Penelitian

Setelah proposal disetujui peneliti melakukan observasi ke lapangan. Pre tes terhadap kemampuan motorik dasar dan karakter kemudian dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2013. Berikutnya dilakukan pelatihan terhadap totur yang akan mengajar dalam penelitian. Perlakuan eksperimen diberikan mulai tanggal 11 Maret sampai dengan 11 Mei 2013. Post tes dilaksanakan tanggal 16 Mei 2013.

L. Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Oleh karena data berhubungan dengan nilai kemampuan motorik maka data pada umumnya berupa data kuntitatif. Analisis yang digunakan berupa sajian secara kuantitatif untuk data-data yang dapat diangkakan, baik berupa prosentase. Analisis berikutny dengan membandingkan hasil pre tes dan pos test. Sebelum melakukan uji statistik yang berkaitan dengan hipotesis dilakukan uji pra syarat.

Uji Persyaratan Analisis

a. Uji Homogenitas, digunakan untuk mengetahui apakah data yang dihubungkan sejenis (homogen) dengan menggunakan teknik anova satu jalur (one way anova).


(49)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jika signifikansi hitung yang diperoleh > 0.05 , maka variansi setiap sampel sama (homogen)

Jika signifikansi yang diperoleh < 0.05 , maka variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen)

b. Uji Normalitas, digunakan untuk mengetahui apakah data yang dihubungkan berdistribusi normal, dengan menggunakan perhitungan uji kolmogorov smirvov, kriteria pengujian, bila FhitungFtabelatau bila asymtop signifikan >

0,05 maka distribusi data normal (Riduwan, 2003:191).

2. Data Pembelajaran Motorik

Data pembelajaran motorik dianalisis dengan melihat perbedaan kemampuan motorik sebelum dan sesudah perlakuan model pembelajaran kontekstual menggunakan rumus uji t. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. a. Perhitungan rata-rata (mean) dalam simpangan baku (standar deviasi) skor tes

prestasi belajar pada tes awal dan tes akhir kelas eksperimen;

b. Pengujian hipotesis perbedaan rata-rata tes persentasi belajar warga belajar kelas eksperimen menggunakan uji t;

Rumus uji t yang digunakan adalah uji t untuk sampel berkorelasi, yaitu:

̅

√∑ ∑

Keterangan: t = koefisen t

̅ = rata – rata selisih tes awal dengan tes akhir D = selisih antara tes awal dengan tes akhir N = jumlah subjek


(50)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Memeriksa t dari table pada taraf signifikansi 0,005 dan dk=n-1; e. Menentukan beda rata-rata, apakah t hitung signifikan atau tidak.

f. Menguji hipotesis dua rata-rata tes akhir masing-masing di kelas eksperimen dengan kelas kontrol, dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

̅̅̅

√ ∑

Keterangan: t = koefisien t

̅ = rata-rata nilai kelas eksperimen

= selisih nilai dikurangi rata-rata kelas eksperimen = jumlah kelas eksperimen


(51)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dikemukakan tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya. Adapun kesimpulan dan saran tersebut adalah sebagai berikut.

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis disimpulkan hasil penelitian berikut ini.

1. Model pembelajaran kontekstual berpengaruh terhadap kemampuan gerak dasar peserta didik PAUD Pustaka Ceria Wangunsari Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Model pembelajaran kontekstual berpengaruh terhadap karakter peserta didik PAUD Pustaka Ceria Wangunsari Tahun Pelajaran 2012/2013.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan dalam beberapa hal diantaranya:

1. Berdasarkan desain penelitian penelitian ini tidak diadakan random terhadap kelompok eksperimen sehingga penelitian ini hanya berlaku di TK tempat penelitian dilakukan.

2. Desain kuasi merupakan desain yang lemah dalam desain penelitian eksperimen.

3. Dilihat dari sudut pandang penggunaan instrumen penelitian untuk memperoleh data karakter dengan menggukan observasi yang dilakukan 4 orang penilai terhadap 48 siswa kurang akurat.


(1)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Mubyar. (2012). Penguatan Pendidikan Karakter Pada Jenjang

Pendidikan Dasar di Era Global. Bandung: Logoz Publishing.

Anggani Sudono. (2000). Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta. Grasindo. Aubrey, Carol. (2000). Early Chilhood Educational Research. London & New

York.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2007). Panduan Penilaian Kelompok Mata

Pelajaran.

Bafirman. (Mar 2014) Influence of Sports, Physical Education and Health Teacher Professionalism in Developing Students' Character. Terdedia di: http://search.proquest.com.ezproxy.ugm.ac.id/docview/1510275752/E5AF 585C533D4466PQ/99?accountid=13771

Beaty, Janice J. Observing Development of The Young Child. USA: Macmillan Publishing Company.

Brand, Betsy. (2003). Essentials of High School Reform: New Forms of

Assessment and Contextual Teaching and Learning. Washington:

American Youth Policy Forum.

Brewer, Jo An. (2007). Introduction To Early Childhood Education. Boston : Pearson Allyn And Bacon.

Budimansyah, Dasim. (2012). Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter. Bandung: Widya Aksara Press.

Creswell, john W. (2005). Educational Research. New Jersey: Pearson Education Inc.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Depdikbud. (1968). Lembaran Bimbingan. Dinas Pendidikan Prasekolah.

Depdikbud. (1989). Pedoman Guru Bidang Pengembangan Daya Cipta di Taman


(2)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Depdikbud. (1989). Petunjuk Teknis Proses Belajar Mengajar di Taman

Kanak-Kanak. Jakarta.

Depdikbud. (1992). Pedoman Penggunaan Alat Peraga Taman Kanak-kanak. Jakarta.

Depdiknas. (2002). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Depdiknas. (2008). Modul Pelatihan Praktik yang Baik. Jakarta.

Depdiknas. (2009). Modul Pelatihan Praktik yang Baik. Jakarta.

Depdiknas. (2009). Panduan dan Budaya Karakter Pendidikan Indonesia. Jakarta. Depdiknas. (2010). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang standar

Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta.

Depdiknas. (2010). Visi Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAUD. Jurnal Vol.6 No.1. terakreditasi B oleh LIPI. Jakarta.

Depdiknas. (2011). Perspektif PAUD. Jurnal Vol.1.No.1. ISSN 2089-2012. Jakarta.

Depdiknas.(2007). Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta.

Dewey, John. (2002). Pengalaman dan Pendidikan. Alih Bahasa John de Santo. Yogyakarta: Kepel Press.

Dienstman, Ronald. (2013). Permainan untuk Latihan Motorik. America: Champaign.

Eliyawati, Cucu. (2005). Pemilkihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk

Anak Usia Dini. Jakarta.

Fadlillah, Muhammad dan Lilif Mualifatu Khorida. (2013). Pendidikan Karakter

Anak Usia Dini. Jogjakarta: Ar-Ruzz media.

Gallahue, David L. (1952). Developmental Movement Experiences For Children, Canada, Published Simultaneously.

Gallahue, David L. (1982). Understanding Motor Development in Children, New York.


(3)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Giriwijoyo, Santosa. (2007). Pendidikan Olahraga.Bandung.

Graham, George. (2007). Children Moving, United States of America.

Hidayat, Yusuf. (2010). Pengantar Psikologi Olah Raga. Bandung: CV Bintang Warli.

http://a-rahayu.blogspot.com/2012/03/reformasi-penilaian-pada-pendidikan.html: diakses 17 Februari 2013.

http://geraksehat.wordpress.com/2007/10/15/pendidikan-jasmani-dan-olahraga-di-lembaga-pendidikan-bag-1/. Diunduh pada 20 Februari 2012, pukul 21.00 WIB.

http://search.proquest.com.ezproxy.ugm.ac.id/saveasdownloadprogress/7B26853 B7A4F4666PQ/false?accountid=13771.

Ismail, Andang. (2006). Education Games, Yogyakarta, Pilar Media.

Isti Dwi Puspita dan Touvan Juni Samodra. (2013). Pendidikan Karakter Melalui

Pendidikan Jasmani. Bandung: CV Bintang Warli Artika.

Jacobson, Davis A, Paul Eggen, and Donald Kauchak. (2009). Methods for

Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jame & Sally (2001) Research In Education A Conceptual Introduction. Longman. New York.

Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Jatmika, Yusef Nur. (2012). Ragam Aktivitas Harian untuk Playgroup. Jogjakarta: Diva Press.

Johnson, Elaine B. (2007). Contextual Teaching and Learning. Bandung: MLC. Kesuma. Dharma dkk. (2011). Pendidikan Karakter. Bandung: Rosdakarya. Komalasari, Kokom. (2011). Pembelajaran Kontekstual. Bandung:

Lickona, Thomas. (2012). Mendidik untuk Membentuk Karakter. Bandung: Rosdakarya.


(4)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Macintire Christine and McVitty Kim. (2004). Movement and Learning in the

Early Years, London, Paul Chapman Publishing.

Madyawati, Lilis. (2012). Permainan dan Bermain 1. Magelang: Prenada. Marilyn M. Buck, et.all (2007). Instructional Strategies, USA: Mc Graw Hill

Publisher

Moeliono, Anton M, dkk. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Mottely Janet B and Anne R.Randall. (2009). Early Education. New York: Nova Science Publisher Inc.

Nurakhim, B. (2008). Membangun Karakter dan Watak bangsa melalui

Pendidikan Mutlak Diperlukan. [Online].

Nurhadi, Burhan Yasin, dan Agus Gerrad Senduk. (1998). Pembelajaran

Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri

Malang.

Nurhasan dan Hasanudin Cholil. (2007). Modul Tes dan Pengukuran

Keolahragaan. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan FPOK UPI.

Pangrazi Robert P. (1989). Dynamic Physical Education for Elementry School

Children. New York, Macmillan Publishing Company.

Papalia, Diane E. (2008) Human Developmen, The Mc Graw Hill Companies. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. (2002). Kompetensi Dasar Pendidikan

Anak Usia Dini 4-6 Tahun. Jakarta: Depdiknas.

Rahyubi, Hei. (2012). Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Majalengka: Referens.

Rohmat Mulyana. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

Rose, Debra J. (1997). A Multilevel Approach to The Study of Motor Control and

Learning. Boston: Allyn and Bacon.


(5)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sahlan, Asmaun dan Angga Teguh Prasetyo. (2012). Desain Pembelajaran

Berbasis Pendidikan karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Samsudin. (2009). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pendidikan Jasmani

Olahraga dan Kesehatan. Jakarta:

Saputra, Yudha, (2008) Perkembangan dan Belajar Motorik, Bandung, Modul. Schmidt, Richard A. (2000). Motor Learning and Performance. Amerika: Human

Kinetics.

Semiawan, C. (2010). Character Building fo Children : Towards a National

Identity of Quality and Dignity. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta.

Sidi, Idra Djati. (2001). Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta: Radar Jaya.

Singer, Robert N. (1968). Motor Learning and Human Performance. New York: Macmillan.

Stewart-Burrison, LaWanda (2014) Effect of Character Education on Student

Behavior in Kindergarten. Terdedia di:

ttp://search.proquest.com.ezproxy.ugm.ac.id/docview/1510275752/E5AF5 85C533D4466PQ/99?accountid=13

Sudarwan, Prof. (2012). Penilaian otentik dalam Pembelajaran, Makalah pada Workshop Kurikulum, Jakarta.

Sudewo, E. (2011). Best Practice Character Building : Menuju Indonesia Lebih

Baik. Jakarta : Penerbit Republika.

Suherman, Adang. (2000). Dasar-Dasar Penjaskes. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Suherman, Adang. (2008). Pedoman Observasi dan Evaluasi Gerak Dasar. Bandung: FPOK UPI.

Sukintaka. (1992). Teori Bermain, Jakarta

Tanjung, Bahdin Nur dan Ardial. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(6)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tersedia:http://www.tnial.mil.id/tabid/125/article type/artikel view/articel/200/Default.asx. [5 November 2009].

Thomas, Jerry R. And Amelia M. Lee. (1988). Physycal Education for Children. USA: Human Kinetics Publisher.

Thomas. Phisycal Education for Children.

Tierney, Timothy J. (2012) An Analysis of Kindergarten Through Grade 5

Teacher Efficacy and Character Education . Terdedia di:

ttp://search.proquest.com.ezproxy.ugm.ac.id/docview/1510275752/E5AF5 85C533D4466PQ/99?accountid=13771

Tinning, Richard. (2010). Pedagogy and Human Movement. USA: Simultaneausly Published.

Uhamisastra. (2010). Permainan Tradisional. Bandung: FPOK UPI. UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Vincent J. Melograno (2006), Professional and Student Portofolios for Physical