PEMBELAJARAN GERAK BERIRAMA UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI ANAK USIA DINI.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………i
LEMBAR PERSETUJUAN.………...ii
PERNYATAAN.………iii
ABSTRAK…….……….iv
ABSTRACK………v
KATA PENGANTAR…..………...vi
DAFTAR ISI………..ix
DAFTAR TABEL...………...………xiv
DAFTAR GAMBAR.………xv
DAFTAR BAGAN….………..xvi
DAFTAR FOTO.……….xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang….………..1
B. Identifikasi Masalah/Pertanyaan Penelitian….………11
C. Variabel Penelitian dan Definisi Istilah/Operasional….………..12
D. Tujuan Penelitian………..14
E. Signifikansi dan Manfaat Penelitian………15
(2)
G. Metode Penelitian………16
BAB II LANDASAN TEORETIS A. Hasil Penelitian Terdahulu………...20
B. Pembelajaran Gerak Berirama.………25
1. Gerak……….……….30
2. Musik/Irama………...33
C. Anak Usia Dini (TK) dan Kondisi Emosinya………..40
D. Kecerdasan Emosi ………48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………72
A. Metode……….72
B. Lokasi dan Subjek Penelitian………...75
C. Rencana Tindakan ………...76
D. Tahap Persiapan………...81
E. Tahap Pelaksanaan………...84
1. Tahap Stimulasi………...85
a. Latihan Mengenal dan Merasakan Emosi Diri secara Spontan………85
b. Latihan Mengekspresikan Emosi………88
(3)
F. Tahap Evaluasi……….92
G. Instrumen Penelitian………94
H. Teknik Pengumpulan Data………..98
a. Studi Kepustakaan………..98
b. Wawancara……….………98
c. Observasi partisipatif dan non partisipatif……….………99
d. Studi Dokumentasi………...101
I. Teknik Analisis Data………..101
a. Reduksi Data………103
b. Validasi……….104
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN………106
A. Pembelajaran Gerak Berirama Untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosi Anak TK………..106
1. Gerak………....107
a. Gerak dalam lagu “Gembira Bersama”………..110
b. Gerak dalam lagu “Sayangi Teman”………..114
c. Gerak dalam lagu “Saat Kau Bersedih”……….117
d. Gerak dalam lagu “Kau Boleh Marah”………..119
e. Gerak dalam lagu “Hadapi Yang Kautakuti”………122
2. Musik/Lagu………...124
(4)
b. Lagu dengan tema Kasih Sayang………...127
c. Lagu dengan tema Sedih………128
d. Lagu dengan tema Marah………...129
e. Lagu dengan tema Takut………130
B. Proses Pembelajaran Gerak Berirama untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosi Diri melalui Gerak dan Lagu………130
1. Tahap Stimulasi………139
a. Pertemuan 1-3: Latihan Mengenal Emosi Diri………139
1) Pertemuan ke-1: Latihan Merasakan Emosi secara Spontan………139
2) Pertemuan ke-2: Mengenali Emosi Gambar……….147
3) Pertemuan ke-3: Mengenal Emosi Diri………..147
b. Pertemuan 4-6: Latihan Mengekspresikan Emosi………148
4) Pertemuan ke-4: Permainan Ekspresi Bebas………..148
5) Pertemuan ke-5: Permainan Gerak dan Lagu serta Relaksasi dengan Musik……….149
a) Permainan Gerak dan Lagu………..149
b) Relaksasi dengan Musik………...150
6) Pertemuan ke-6: Latihan Mengekspresikan Emosi kepada Orang Lain……….151
a) Kuesioner……….…152
(5)
2. Tahap Penerapan Pembelajaran Gerak Berirama……….156
a. Pertemuan 1: Latihan menyanyikan lagu “Gembira Bersama” dan Kasih Sayang”………...157
b. Pertemuan 2: Latihan menyanyikan lagu “Saat Kau Bersedih”, “Kau Boleh Marah”, dan “Hadapi Yang Kau Takuti”……….158
c. Pertemuan ke-3: Latihan bernyanyi dan bergerak “Gembira Bersama” dan Kasih Sayang”………..159
d. Pertemuan ke-4: Latihan bernyanyi dan bergerak “Saat Kau Bersedih”, “Kau Boleh Marah”, dan “Hadapi Yang Kau Takuti”………..161
e. Pertemuan ke-5: Anak-anak mengekspresikan sendiri gerak dan lagu yang telah dilatihkan di dalam ruangan………...162
f. Pertemuan ke-6: Anak-anak mengekspresikan sendiri gerak dan lagu yang telah dilatihkan di luar ruangan………...164
C. Hasil Penelitian………..168
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………175
A. Kesimpulan………175
B. Rekomendasi……….180
(6)
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Pelaksanaan Kegiatan………...186 Lampiran 2 Pedoman Wawancara………204 Lampiran 3 Daftar Narasumber………206 Lampiran 4 Tabel Presentase Peningkatan Kemampuan Anak dalam
Memahami Emosi Diri dan Mengekspresikan Emosi
secara Wajar………..207 Lampiran 5 Notasi Lagu………...208
(7)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ringkasan Korelasi Ciri Musik dengan Ciri Khusus Emosi dalam Ekspresi Musikal………..36 Tabel 2.2 Emosi Positif dan Emosi Negatif………...53 Tabel 4.1 Gerak dalam Lagu “Gembira Bersama”………..110
Tabel 4.2 Gerak dalam lagu “Sayangi Teman”………114
Tabel 4.3 Gerak dalam lagu “Saat Kau Bersedih”………...117 Tabel 4.4 Gerak dalam lagu “Kau Boleh Marah”………119 Tabel 4.5 Gerak dalam lagu “Hadapi Yang Kau Takuti”………122 Tabel 4. 6 Hasil Pre Test Anak terhadap Pemahaman Kondisi
Emosi Diri dan Mengekspresikan Emosi secara Wajar………..133 Tabel 4.7 Hasil Perlakuan pada Tahap Stimulasi Perihal
Kemampuan Mengenal dan Merasakan Emosi Diri,
Mengekspresikan Emosi secara Wajar………157
Tabel 4. 8 Hasil Perlakuan pada Tahap Penerapan Pembelajaran Gerak Berirama Perihal Kemampuan Mengenal Emosi,
(8)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Proses Rangkaian Emosi Musikal……….34 Gambar 2. 2 Perkembangan Kecerdasan Anak menurut Keith Osborn, Burton L., White, dan Benyamin S. Bloom………..41 Gambar 2. 3 Berbagai ekpsresi wajah………54 Gambar 2.4. Berbagai ekspresi wajah dalam FACS………..55
(9)
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Model Penelitian Tindakan Menurut Kemmis………..73 Bagan 3.2 Perencanaan Tindakan Penelitian……….80 Bagan 3.3 Indikasi Keberhasilan Penelitian……….………..81
(10)
DAFTAR FOTO
Foto 4.1 Salah satu anak ketika diminta mengekspresikan rasa sedih………..135 Foto 4.2 Anak saling menindih dengan temannya dalam
Mengekspresikan kasih sayang mereka………..137 Foto 4.3 Anak merasakan rasa senang setelah diberi hadiah………...….141 Foto 4.4 Anak saling berpelukan menunjukkan kasih sayang antar teman…..142 Foto 4.5 Reaksi takut yang ditunjukkan anak………...144 Foto 4.6 Reaksi jijik anak………..145 Foto 4.7 Salah satu reaksi anak menunjukkan rasa sedihnya………...….146 Foto 4.8 Guru menjelaskan emosi gambar yang menunjukkan
kondisi emosi………147 Foto 4.9 Anak sedang bercermin untuk mengekspresikan rasa sedih………...148 Foto 4.10 Ekspresi anak menunjukkan emosi sedih………...149 Foto 4.11 Anak-anak berbaring dan memejamkan mata sambil
mendengarkan alunan musik yang lembut………..151 Foto 4.12 Anak-anak diminta untuk menebak kondisi emosi yang diekspresikan oleh temannya yang berperan sebagai
pemberi pesan………...152 Foto 4.13 Ekspresi marah melalui pesan berantai………...…153 Foto 4.14 Anak-anak mencoba sendiri memperagakan gerak sesuai
dengan lirik………..158 Foto 4.15 Beberapa anak ada bersembunyi ketika bernyanyi lagu yang
bertema takut………..159 Foto 4.16 Guru mengenalkan gerak, anak-anak memperhatikan………160
(11)
Foto 4.17 Anak-anak sedang menghafal gerak dan lagu dengan tema
kasih sayang………..160
Foto 4.18 Anak-anak sedang menghayati lagu “Saat Kau bersedih”…………..161
Foto 4.19 Anak-anak mengekspresikan emosi takut sambil bernyanyi……….163
Foto 4.20 Anak-anak mengekspresikan emosi sedih sambil bernyanyi……….163
Foto 4.211.a Aksi anak-anak di lapangan………...164
Foto 4.21.b Aksi anak-anak di lapangan……….165
Foto 4.21.c Aksi anak-anak di lapangan……….165
Foto 4. 22.a Salah satu anak sedang mengungkapkan kondisi emosinya melalui media………...171
Foto 4. 22.b Salah satu anak sedang mengungkapkan kondisi emosinya dengan cara menyilangkan pada gambar……….171
Foto 4.23.a Salah satu anak mengekspresikan emosi marah………...172
Foto 4.23.b Salah satu anak mengekspresikan emosi senang……….173
(12)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa usia dini bagi seorang anak merupakan masa terpenting dan masa
belajar yang potensial, karena masa tersebut pertumbuhan dan perkembangan
yang akan berpengaruh pada kehidupannya di masa yang akan datang.
Masa-masa ini menjadi penentuan manusia untuk mengoptimalkan kemampuannya.
Oleh karena itu, masa ini sering disebut masa emas (golden ages). Karakteristik
anak itu unik, mereka mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan,
bersifat aktif dan energik, egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang kuat,
antusias terhadap banyak hal, bersifat eksploratif dan jiwa petualang, kaya
dengan fantasi, mudah frustasi, dan memiliki daya perhatian yang pendek.
Periode anak perlu dibekali kemampuan untuk mengoptimalkan seluruh
potensi yang dimiliki dan meminimalkan kelemahan-kelemahan yang ada. Peran
orang dewasa di sekitar anak, dalam hal ini adalah orang tua dan guru, menjadi
sangat penting dalam mengoptimalkan potensi anak, baik fisik, kognitif,
spiritual, maupun emosionalnya.
Karakteristik anak yang diungkapkan dalam sikap dan perilaku
kesehariannya dapat menjadi penentu karakter anak di masa selanjutnya.
Berdasarkan teori Santrock dalam Mashar (2011: 4) menyatakan bahwa periode
anak merupakan tahap awal kehidupan individu yang akan menentukan sikap,
(13)
didorong oleh tiga aspek yaitu: kompetensi, keinginan, dan kebiasaan (Sukanta,
2010: 4). Hal ini menjadi penting bagi setiap individu sebagai jembatan untuk
dapat memahami dirinya sendiri dan orang lain. Dengan demikian, periode usia
dini menjadi masa kritis bagi anak untuk membentuk karakternya.
Kemampuan memahami diri sendiri dan orang lain merupakan hal dapat
dikembangkan dalam pembentukan karakter anak. Dengan memahami diri dan
orang lain, anak menjadi lebih dapat mengendalikan perasaannya, menunjukkan
toleransi dan kasih sayang, serta memahami kebutuhan orang lain. Oleh karena
itu, perkembangan emosi dan sosial anak perlu dikembangkan secara optimal.
Tujuan pengembangan emosi pada usia anak-anak adalah untuk
mempelajari kemampuan mereka dalam mengambil inisiatif sendiri (Mubayidh,
2006: 65). Pada masa ini, anak mulai belajar dan mengembangkan beberapa
keterampilan sosial, serta tumbuhnya pemahaman terhadap diri sendiri,
pemikiran, hubungan sosial, dan bahasa. Mereka berusaha untuk menguji
kemampuan-kemampuan baru dalam kondisi dan suasana yang beragam.
Karakteristik anak dalam perkembangan emosinya memiliki perilaku yang
sangat memaksa. Mereka hanya mempunyai sedikit kendali dan dorongan hati
dan mudah putus asa. Sebagaimana dikemukan oleh Yulianti Parani, sebagai
berikut.
Bagi anak di bangku Taman Kanak-kanak sudah dapat menyatakan dan melabelkan suatu emosi yang luas. Mereka dapat menguraikan rasa sedih yang mereka alami, rasa marah, atau perasaan senang dan juga menguraikan suatu emosi yang dihasilkan oleh anak-anak yang lain. Anak-anak-anak ini menjadi lebih mampu dalam mengendalikan perasaan agresif mereka dan, dengan beberapa bimbingan, dapat belajar untuk mengeluarkan rasa frustasi mereka kepada anak-anak lain dengan menggunakan kata-kata dibanding dan
(14)
bukan dengan memukul. Anak yang berusaha lima dan enam tahun juga sudah mulai untuk mengembangkan suara hati dan suatu perasaan tentang benar atau salah. Anak yang berusia lima dan enam tahun mengekspresikan rasa humor mereka lewat lelucon atau kata-kata yang tidak masuk akal. Mereka sering menceritakan tentang suatu lelucon tanpa menceritakan bagian inti cerita tersebut dan masih menertawakan cerita mereka sendiri (2009: 77).
Dengan melihat perkembangan emosional anak tersebut di atas, masa
anak-anak adalah fase pertama mereka mampu memahami bahwa satu peristiwa
bisa menimbulkan reaksi emosional yang berbeda pada setiap orang. Di sinilah
pentingnya suatu bimbingan agar anak mampu memahami emosi dirinya dan
orang lain. Kemampuan-kemampuan ini adalah salah satu dimensi dalam
kecerdasan emosi (Yusuf, 2008: 113-114).
Kecerdasan emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran
khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan
untuk bertindak (Goleman, 2000: 7). Adapun kecerdasan emosi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah bagaimana anak dapat mengenali, mengekspresikan,
dan mengelola berbagai macam emosi sesuai dengan petunjuk dalam gerak dan
lagu yang diberikan oleh guru. Hal ini dilakukan sebagai upaya anak dapat
memahami perasaan yang dialaminya, sehingga emosi yang diungkapkan dapat
dikendalikan secara wajar. Adapun emosi tersebut meliputi beberapa emosi
positif yang terdiri dari rasa gembira dan kasih sayang, serta beberapa emosi
negatif yang terdiri dari marah, takut, dan rasa sedih.
Cerdas secara emosi merupakan salah satu bagian kecerdasan
inter-personal sebagaimana dikemukakan oleh Howard Gardner dalam Morisson
(15)
teorinya, anak-anak menunjukkan banyak jenis kecerdasan, sehingga perlu cara
untuk menerapkan teori tersebut ke dalam lingkungan anak-anak usia dini.
Kecerdasan tersebut sangat bernilai penting dalam menumbuhkan kreativitasnya
yang dikendalikan oleh kemauan diri. Dengan demikian, anak perlu diberikan
berbagai macam cara yang kreatif untuk lebih mengasah kecerdasannya,
termasuk kondisi emosionalnya.
Pendidikan anak usia dini (early childhood education/PAUD) sangat
penting dilaksanakan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia
secara utuh, yaitu untuk pembentukan karakter. Perkembangan anak pada usia
0-6 tahun tersebut berbeda satu sama lain dan mereka memiliki karakteristik
tersendiri. Upaya-upaya pengembangan anak dapat melalui kegiatan bermain
(plays through games). Hal ini karena bermain merupakan kegiatan yang
menyenangkan bagi anak, melalui bermain anak memperoleh kesempatan untuk
bereksplorasi (exploration), menemukan (finding), mengekspresikan
perasaannya (expression), dan berkreasi (creation). Di samping itu, bermain juga
dapat membantu anak mengenal dirinya dan dengan siapa anak hidup serta
lingkungan tempat anak tinggal atau berada.
Pendidikan anak usia dini sebagaimana tercantum dalam pasal 1 ayat 14
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
adalah: suatu pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
(16)
dini diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan anak secara menyeluruh dan menekankan atau memberikan
kesempatan pada pengembangan seluruh kepribadian anak. Oleh karena itu,
pendidikan untuk anak usia dini perlu menyediakan berbagai kegiatan yang
dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi kognitif,
bahasa, sosial, emosi, fisik, dan motorik.
Pendidikan bagi anak usia dini perlu menstimulasi, membimbing,
mengasuh dan menyediakan kegiatan kegiatan pembelajaran yang akan
menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Penyelenggaraannya
dilakukan dengan menitikberatkan ke arah pertumbuhan dan perkembangan,
yang sesuai dengan tahap-tahap perkembangan, baik koordinasi motorik,
kecerdasan emosi, kecerdasan jamak, maupun kecerdasan spiritual.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) dalam Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003, pasal 28 ayat 3 merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia
dini yang berada pada jalur pendidikan formal. Siswa TK yaitu anak yang
berusia empat sampai dengan enam tahun. Pada hakikatnya, TK adalah
pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada
pengembangan seluruh kepribadian anak, serta mempersiapkan mereka untuk
memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
Kurikulum untuk siswa TK harus direncanakan untuk membantu anak
mengembangkan potensinya secara utuh. Kurikulum tersebut disesuaikan
(17)
untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan intelektual atau kognitif,
emosi dan fisik anak, memberikan dorongan, serta mengembangkan hubungan
sosial yang sehat.
Konsep belajar yang paling sesuai bagi perkembangan anak usia dini
adalah belajar melalui bermain. Dengan cara ini dapat memberikan kesempatan
kepada anak untuk berekspresi, bereksperimen, dan memanipulasi yang penting
untuk merancang pengetahuan dan kontribusi terhadap perkembangan pemikiran
yang representatif. Di samping itu, anak juga dapat mengembangkan imajinasi
dan kreativitasnya.
Aktivitas bermain membuat anak-anak secara naluriah aktif bergerak dan
dengan kecenderungan ini mereka menyumbang untuk perkembangannya
sendiri sebagai akibat dari upayanya memaknai pengalaman kesehariannya di
rumah, di tempat bermain, di sekolah, dan lingkungan masyarakatnya yang lebih
luas. Dengan demikian, perlu adanya stimulasi atau pemberian rangsangan yang
berasal dari lingkungan di sekitar anak untuk lebih mengoptimalkan aspek
perkembangannya.
Dalam Kurikulum TK 2004 yang Disempurnakan, pengembangan emosi
anak terwujud dalam indikator-indikator pembelajarannya. Salah satunya adalah
dapat mengendalikan emosi dengan cara yang wajar (Indikator Sosial Emosional
4.2). Bagi seorang anak, kondisi emosi ini lebih mudah diekspresikan melalui
kondisi fisiknya. Sebagai contoh seorang anak akan langsung menangis apabila
ia merasa sakit atau merasa tidak nyaman. Namun, apabila ia ditanya dengan
(18)
merasa kesulitan mengungkapkan perasaan dalam bahasa verbal. Dengan
demikian, anak-anak belum dapat mengenali perasaan atau kondisi emosi
dirinya.
Ekspresi anak dalam berkomunikasi secara nonverbal atau melalui
bahasa tubuh, terkadang tidak dipahami oleh orang lain, karena setiap anak
mengekspresikan kondisi emosinya berbeda antara satu dan lainnya. Ada anak
yang senang diberi hadiah hanya dengan senyum-senyum simpul, ada pula yang
yang mengekspresikannya dengan berloncat-loncat kegirangan, namun tidak
sedikit pula yang bersikap biasa saja, tanpa ekspresi. Ada pula anak ketika
dirangsang dengan sesuatu yang mengejutkan dengan berteriak, ada yang hanya
dengan ekspresi mulut menganga, ada pula langsung berdiri sambil berlari.
Di samping itu, anak-anak belum dapat mengendalikan atau mengelola
emosi mereka. Terkadang mereka tanpa ekspresi dalam merasakan emosi dirinya
ada pula sambil berguling-guling di lantai ketika mereka sedang marah, sedih,
atau bahagia sekali pun. Kondisi ini menunjukkan bahwa mereka belum
mengenal emosi dirinya, belum mampu untuk mengendalikan emosinya sendiri,
dan belum memahami kondisi emosi yang dirasakan oleh orang lain. Inilah
menjadi ketertarikan peneliti untuk mengetahuinya lebih dalam.
Dengan menentukan indikator tersebut, untuk mengoptimalkan
perkembangan emosi anak dibutuhkan strategi-strategi tertentu agar tujuan
pembelajarannya berhasil. Salah satu strategi pembelajaran untuk dapat
menumbuhkan kecerdasan emosi anak dapat dilakukan melalui pembelajaran
(19)
Pembelajaran gerak berirama merupakan salah satu bentuk pembelajaran
yang disukai oleh anak-anak karena sifatnya seperti sebuah permainan.
Permainan sebagai sarana dalam proses pembelajaran anak dapat memberikan
makna dan pengalaman dalam kehidupannya. Dalam bermain anak dapat
menerima berbagai rangsangan yang membuat dirinya senang dan juga
menambah pengetahuan anak. Permainan yang ditujukan untuk pembelajaran
harus memenuhi syarat sesuai dengan perkembangan anak yang diperoleh
melalui kegiatan melihat, mendengar, meraba, dan merasakan dalam setiap
kegiatan bermain untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.
Dengan demikian, kiranya permainan sebagai media pembelajaran anak
seyogyanya dapat mengembangkan berbagai multi kecerdasan.
Pembelajaran gerak berirama dipilih karena dalam pembelajaran ini
terdapat dua unsur utama yaitu gerak dan irama. Gerak dan irama merupakan
dua hal yang identik dengan kegemaran anak-anak sehari-hari. Mereka suka
bergerak, apalagi bila sudah mendengar musik yang disukainya. Dalam
memberikan pengetahuan tentang pemahaman ekspresi emosi, anak-anak dapat
meniru gerak yang dilakukan oleh gurunya, dan hal ini menjadi sangat berharga
dibanding hanya dengan kata-kata.
Gerak dapat menjadi media untuk merefleksikan keinginan-keinginan
atau merupakan bentuk pernyataan spontan dan gerak batin manusia. Oleh
karena itu, gerak-gerak yang akan digunakan sebagai bahan dalam
pembelajarannya adalah gerak-gerak yang bermakna sebagai bahasa tubuh yang
(20)
sehari-hari dan gerak yang distilisasi dan kemudian dibentuk sedemikian rupa
sebagai gerak locomotor (berpindah) dan non locomotor (tidak berpindah).
Adapun musik yang digunakan sebagai stimulus anak untuk memahami
ekspresi emosi dinilai efektif, karena ketika seseorang mendengarkan musik
terdapat reaksi emosi yang mungkin akan mengubah perilakunya (William
James dalam Djohan, 2010: 63). Musik sebagai bagian dalam pembelajarannya
adalah musik yang dapat membangkitkan emosi anak, baik emosi yang bersifat
positif, maupun yang bersifat negatif. Musik tersebut diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan anak dalam mengungkapkan pikiran melalui nada,
emosi (rasa) dan gerak. Hal ini karena pada hakekatnya musik merupakan
bahasa nada yang dapat didengar dan dikomunikasikan. Musik menjadi bahasa
emosi yang mengungkapkan perasaan emosi anak melalui bahasa gerak yang
terwujud dalam birama, irama, dan melodi. Bentuk unsur-unsur musik yang
digunakan disesuaikan dengan karakter dari pengekspresian emosi-emosi yang
diharapkan dapat diciptakan sendiri oleh anak melalui gerakan-gerakan.
Pembelajaran gerak berirama adalah pembelajaran yang bertujuan untuk
mengembangkan dan menumbuhkan pengalaman-pengalaman belajar bagi
peserta didik melalui pola gerak dan irama sesuai dengan perkembangan fisik,
emosi, sosial, dan intelektual siswa (Delphi, 2005: 11). Gerak irama merupakan
suatu ilmu (science), karena disusun secara sistematik, terarah, dan berguna bagi
kepentingan manusia. Ilmu gerak irama sebagai terapan bagi seorang guru untuk
menyusun dan merancang program pembelajaran, baik di dalam maupun di luar
(21)
berkaitan dengan kemampuan bersosialisasi, mengatur emosi diri, meningkatkan
daya pikir dalam penguasaan materi belajar di sekolah.
Menurut Delphi (2005: 7), selain sebagai ilmu, gerak irama juga dapat
dikatakan sebagai seni (art) disebabkan dalam ilmu yang terkandung dalam
Gerak Irama, terdapat pola gerak manusia atau body movement sebagai
gabungan antara alur gerak dan simfoni irama dari tubuh manusia secara
alamiah.
Ilmu gerak irama memerlukan banyak latihan-latihan untuk dapat
memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan kepada anak, baik dalam
kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Keharmonisan anak secara
berkelompok dalam pelaksanaan pembelajaran gerak berirama merupakan hasil
kerja sama mereka. Dalam membangun kekompakan, secara tidak langsung
perasaan ingin menang sendiri pada anak mulai menghilang, perasaan setia
kawan muncul semakin erat, rasa saling menghargai dan semuanya datang
secara alami.
Pembelajaran di Taman Kanak-kanak harus efektif dan efisien dengan
melihat karakteristik anak agar pembelajaran tercapai, guru harus menguasai
metode dan tujuan. Seorang guru dalam praktek sehari-hari mampu
menyeimbangkan serta menerapkan berbagai teori pengajarannya, agar
bervariasi dan tidak menimbulkan kejenuhan bagi anak yang sedang belajar.
Sehubungan dengan itu guru harus terlebih dahulu memperoleh informasi
tentang bagaimana karakteristik anak, maka guru mendapat masukkan yang
(22)
metode yang tepat dalam pembelajaran, Dengan demikian, materi yang
diajarkan mendapat perhatian dan menumbuhkan minat belajar anak. Kegiatan
belajar di Taman Kanak-kanak perlu adanya suatu pembelajaran untuk
menyeimbangkan antara pelajaran kognitif, afektif dan psikomotorik.
Penelitian ini sebagai salah satu upaya untuk mengkaji dan menganalisis
pembelajaran tersebut apakah dinilai tepat dan efektif sebagai satu bentuk model
pembelajaran. Untuk itu, maka tesis ini berjudul “Pembelajaran Gerak Berirama
untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini.” Pembahasan
kecerdasan emosi dalam penelitian ini dibatasi pada aspek mengenal emosi diri
dan mengekspresikan emosi secara wajar. Adapun pembelajaran gerak berirama
yang dilakukan adalah lagu-lagu yang menunjukkan kondisi emosi gembira,
kasih sayang, sedih, takut, dan marah. Batasan pembahasan tersebut dilakukan
agar penelitian lebih mendalam yang disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan
anak dalam mengembangkan aspek emosi dan fisiknya.
B. Identifikasi Masalah/Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas, maka penelitian ini
difokuskan pada proses pembelajaran gerak berirama yang dilakukan di Taman
Kanak-kanak, sehingga dapat meningkatkan kecerdasan emosi anak. Kecerdasan
emosi yang dimaksudkan dalam penelitian ini merujuk pada aspek mengenal
emosi diri dan mengekspresikan emosi secara wajar. Oleh karena itu, untuk
menjawab semua permasalahan yang dimaksudkan di atas, maka diperlukan
(23)
1. Bagaimana gerak dan irama yang dapat meningkatkan emosi positif dan
mengendalikan emosi negatif anak usia dini?
2. Bagaimanakah proses pembelajaran gerak berirama untuk meningkatkan
kecerdasan emosi anak usia dini?
C. Variabel Penelitian dan Definisi Istilah/Operasional 1. Variabel Penelitian
Berdasarkan judul penelitian dan latar belakang masalah yang telah
dikemukakan di atas, dibagi dalam beberapa variabel yang dijadikan landasan
penelitian di antaranya yaitu:
a. Pembelajaran Gerak Berirama
b. Kecerdasan Emosi
c. Anak Usia Dini
Untuk variabel Pembelajaran Berbasis Gerak Berirama lebih pada proses
belajar mengajar yang akan dilakukan, kemudian variabel Kecerdasan Emosi
lebih pada fokus aspek yang akan menjadi tujuan pembelajaran. Adapun istilah
anak usia dini lebih menitikberatkan pada pengertian secara umum dan Taman
Kanak-kanak secara khusus sebagai salah satu tingkatan lembaga pendidikan
formal.
2. Definisi Operasional
Dari variabel penelitian, kemudian saya akan membatasi beberapa istilah
(24)
a. Pembelajaran Gerak Berirama
Pembelajaran Gerak Berirama merupakan pembelajaran yang
memperhatikan keberadaan dan kebutuhan peserta didik dalam upaya
mengembangkan dan menumbuhkan pengalaman-pengalaman belajar
melalui pola gerak dan irama sesuai dengan perkembangan fisik, emosi,
sosial dan intelektual setiap peserta didik. Fungsi pembelajaran ini adalah
untuk meningkatkan kesegaran jasmani, keterampilan gerak, daya nalar
dan tingkat kecerdasan, kehidupan yang kreatif, rekreatif, dan
kemampuan bermasyarakat atau sosialisasi (Delphi, 2005: 11).
b. Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi adalah kemampuan, kapasitas, atau
keterampilan seseorang untuk dapat menerima, mengukur dan mengatur
emosi dirinya sendiri, orang lain, atau bahkan kelompok sehingga
memudahkannya berinteraksi sehari-hari. Kecerdasan emosi merujuk
pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis
dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak
(Goleman, 2000: 7).
Dalam program pembelajaran di Taman Kanak-kanak,
kecerdasan emosi merupakan salah satu bidang pengembangan
pembiasaan yang dimaksudkan untuk membina anak agar dapat
mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan
(25)
menolong dirinya sendirinya dalam rangka kecakapan hidup (Rusdiyani,
2005: 17).
c. Anak Usia Dini
Anak Usia Dini adalah sekelompok anak dalam rentang 0-6 tahun
yang memiliki keunikan tersendiri, mengekspresikan perilakunya secara
relatif spontan, bersifat aktif dan energik, egosentris, memiliki rasa ingin
tahu yang kuat, antusias terhadap banyak hal, bersifat eksploratif dan
jiwa petualang, kaya dengan fantasi mudah frustasi, dan memiliki daya
perhatian yang pendek (Solehudin, 2000).
Subjek penelitian dibatasi pada anak dalam rentang usia empat
hingga enam tahun yang memiliki karakteristik pertumbuhan dan
perkembangan fisik, motorik, kognitif atau intelektual, sosial-emosional,
serta bahasa. Anak-anak tersebut adalah siswa Taman Kanak-kanak atau
Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini di jalur formal.
Dalam penilitian ini menggunakan sampel penelitian yaitu TK PGRI 1
Rangkasbitung. TK PGRI 1 Rangkasbitung merupakan lembaga pendidikan
formal yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan
dan perkembangan anak didiknya secara menyeluruh, serta mempersiapkan
mereka untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari rencana penelitian ini secara umum adalah untuk
(26)
emosional anak usia dini melalui pembelajaran gerak berirama. Adapun secara
khusus penelitian ini bertujuan juga untuk:
a. Memperoleh gambaran gerak dan irama yang dapat meningkatkan emosi
positif dan mengendalikan emosi negatif anak usia dini.
b. Mengetahui proses pembelajaran gerak berirama yang dapat meningkatkan
kecerdasan emosi anak usia dini.
E. Signifikansi dan Manfaat Penelitian
Signifikansi dari penelitian ini akan berusaha menemukan bagaimana
proses pembelajaran gerak berirama untuk anak usia dini dalam menumbuhkan
kecerdasan emosi anak usia dini. Kemudian setelah berhasil penelitian ini
dideskripsikan, dianalisa serta dikaji dengan beberapa teori dan pengalaman
emprik sehingga dapat ditemukan bagaimana proses pembelajaran tersebut dapat
meningkatkan kecerdasan emosi anak usia dini.
Penelitian ini merupakan upaya pencarian model pembelajaran dalam
rangka meningkatkan kecerdasan emosi anak usia dini. Hasil penelitian ini
diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara
akademis hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang berarti
pada pengembangan model pembelajaran sebagai stimulus kecerdasan emosi
anak usia dini (TK) melalui pembelajaran gerak berirama. Adapun manfaat
secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sebuah formulasi bagi
guru-guru TK dalam mendidik karakter kecerdasan emosi (mengenali ekspresi
(27)
F. Asumsi Penelitian
Upaya menumbuhkan kecerdasan emosi anak memerlukan berbagai
pendekatan terutama pendekatan yang mengarah pada tujuan pembelajarannya.
Pembelajaran Gerak Berirama merupakan pembelajaran yang memperhatikan
keberadaan dan kebutuhan peserta didik dalam upaya mengembangkan dan
menumbuhkan pengalaman-pengalaman belajar melalui pola gerak dan irama
sesuai dengan perkembangan fisik, emosi, sosial dan intelektual setiap peserta
didik. Fungsi pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani,
keterampilan gerak, daya nalar dan tingkat kecerdasan, kehidupan yang kreatif,
rekreatif, dan kemampuan bermasyarakat atau sosialisasi. Hal ini tentu dapat
menumbuhkan kepekaan rasa dan mengekspresikan berbagai macam emosi bagi
anak melalui pembelajaran gerak berirama. Kepekaan dan ekspresi atas emosi
inilah yang dimaksudkan sebagai upaya untuk menumbuhkan kecerdasan emosi
anak, sehingga terdapat perubahan perilaku anak yang lebih baik setelah
pembelajarannya. Anak usia TK adalah usia bermain dengan karakteristik anak
usia TK adalah pebelajar aktif, mereka suka bergerak dan senang bernyanyi,
sehingga anak-anak akan tahu dan mengerti pada sesuatu melalui pembelajaran
gerak irama.
G. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan terhadap siswa TK PGRI
Rangkasbitung Kelompok Jumlah responden yang dijadikan sebagai subyek
(28)
meningkatkan kecerdasan emosi dalam memahami dan mengenali ekspresi
emosi anak usia dini (TK) melalui gerak irama. Adapun langkah-langkah
pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut.
1. Studi Pendahuluan: Mengkaji tentang pelaksanaan peningkatan kecerdasan
emosi dalam hal ini pengenalan dan pemahaman ekspresi emosi yang
terdapat di TK PGRI 1 Rangkasbitung; Mengkaji tentang kompetensi guru
sebagai pelaksana proses pendidikan di lapangan perihal pengenalan dan
pemahaman ekspresi emosi; Menginventarisir fasilitas penunjang yang
disediakan lembaga sehubungan dengan materi pembelajaran di TK PGRI 1
Rangkasbitung; Mengadakan kerjasama antara peneliti dengan lembaga
untuk mengembangkan pengenalan dan pemahaman ekspresi emosi;
Identifikasi permasalahan yang terjadi di lapangan sehubungan dengan
implementasi pengembangan pengenalan dan pemahaman ekspresi emosi;
Menghubungkan antara realitas dengan harapan ideal perihal pengenalan dan
pemahaman ekspresi emosi; Menjawab persoalan kesenjangan antara realitas
dengan idealitas secara teoritik; Memberikan solusi berupa penawaran
bentuk pembelajaran.
2. Pengembangan model: Mempersiapkan gerak dalam bentuk lagu. Sebagai
media pembelajaran pengenalan dan pemahaman ekspresi emosi yang sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa; Menyiapkan beberapa orang instruktur
untuk mengimplementasikan konsep model; Melatihkan berbagai bahasa
(29)
3. Validasi: Secara konseptual akan dilakukan diskusi dengan para pakar di
antaranya dengan para pakar pendidikan anak usia dini, praktisi pendidikan
anak usia dini, pakar psikologi anak, pakar pendidikan seni musik, serta para
pakar pendidikan seni tari; Secara empirik akan menggunakan data lapangan.
4. Implementasi Model dilakukan dengan cara menunjuk implementator yang
berasal dari guru TK tempat penelitian dilaksanakan. Tugas implementator
adalah mengimplementasikan konsep-konsep perlakuan yang telah
dipersiapkan peneliti dan mengumpulkan data.
5. Evaluasi dilakukan melalui tes tindakan pada setiap akhir perlakuan secara
parsial bagian demi bagian dan diakhir perlakuan secara integral berupa
presentasi hasil latihan secara keseluruhan.
6. Lokasi Penelitian dilaksanakan di TK PGRI 1 Rangkasbitung yang
beralamat di Jalan H.M Iko Djatmiko No. 4 Rangkasbitung Banten. Lokasi
ini dipilih karena sekolah tersebut menerapkan pembelajaran gerak berirama
dalam setiap materinya. Selain itu, lembaga ini juga sudah memiliki prestasi
yang cukup baik sampai saat ini dalam pengalaman penerapan pembelajaran
di lingkungan regional. Adapun materi yang digunakan pada model
pembelajaran adalah model dengan menggunakan bentuk gerak dan lagu
yang berisi berbagai macam ekspresi emosi yang dapat diamati melalui
ekspresi wajah dan gerak yang dilakukan.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelompok B (5-6 tahun) dengan jumlah
keseluruhan siswa sebanyak 58 orang siswa. Hal ini karena kelompok B
(30)
sehingga besar kemungkinan anak sudah terbiasa berinteraksi dengan teman
ataupun guru, termasuk meluapkan ekspresi emosinya melalui ekspresi
(31)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian berjudul “Pembelajaran Gerak Berirama untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini”, adalah metode action research. Metode ini dipilih karena menurut peneliti tepat digunakan untuk mempelajari pengetahuan dalam mengekspresikan emosi anak melalui pembelajaran Gerak Berirama.
Konsep Penelitian tindakan (action research) sebagaimana dikemukakan Sukmadinata (2011: 140), adalah suatu pencarian sistematik yang dilaksanakan oleh para pelaksana program dalam kegiatannya sendiri (dalam pendidikan dilakukan oleh guru, dosen, kepala sekolah, konselor), dalam mengumpulkan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi, untuk kemudian menyusun rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan. Dengan demikian, penelitian tindakan dilaksanakan dalam rangka peningkatan kualitas kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan sebagaimana diungkapkan oleh Deborah South dalam Sukmadinata (2011: 146) adalah penelitian tindakan dialektik yang terdiri atas: identifikasi suatu bidang fokus masalah, pengumpulan data, analisis dan interpretasi data, perencanaan serta pelaksanaan.
(32)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model penelitian dari Stephen Kemmis yang mengemukakan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan memberikan kontribusi yang nyata pada perbaikan praktik penyelenggaraan pendidikan. Untuk itu, maka diperlukan suatu metode penelitian yang di dalamnya terdapat tindakan untuk mengatasi masalah pendidikan. Kemmis mengajukan sebuah model penelitian seperti bagan di bawah ini:
Bagan 3.1 Model Penelitian Tindakan Menurut Kemmis.
Sumber: Hidayat, 2012: 18.
What is Happening now General I Ideas
Reconnaissance Field Of Action
General Plan
First Action Evaluation
Monitoring
Revised General Plan
Second Action Evaluation
(33)
Dari pengamatan sementara di TK Rangkasbitung Banten, anak-anak hanya diajarkan aspek perkembangan emosi hanya dalam bagian kecil, yaitu dengan memasukkannya dalam ranah atau aspek perkembangan yang lain, misalnya ketika memberikan materi mengenai aspek perkembangan kognitif, guru “mengajarkan” aspek emosi yang terdapat kurikulum, seperti sabar menunggu giliran, tidak saling berebut mainan, dan lain-lain. Di sini saya ingin mengubah cara ajar pada anak usia dini agar anak bisa lebih kreatif dalam mengungkapkan ekspresi emosinya. Anak distimulus dengan berbagai macam ekspresi emosi yang tampak dalam wajah, setelah itu diberikan pembelajaran gerak berirama yang berisi rangkaian ekspresi emosi yang mereka pelajari sebelumnya.
Dalam mengidentifikasi bidang fokus masalah, peneliti menekankan mengenai pembelajaran gerak berirama yang diharapkan akan berpengaruh terhadap kecerdasan emosi anak usia dini. Pengumpulan data dilakukan melalui proses mengidentifikasi, menghimpun dokumen-dokumen, mengingat-ingat kegiatan pembelajaran serta hasil pembelajaran yang berkenaan dengan pemecahan masalah yang pernah dilakukan. Dalam tahap ini, hal yang diperhatikan adalah topik-topik yang dibahas, langkah-langkah dan proses pembelajaran, buku, media, dan sumber belajar yang digunakan, kesulitan yang dihadapi, dan keberhasilan yang dicapai.
Analisis dan interpretasi data dilaksanakan secara kualitatif dalam arti diuraikan, dibandingkan, dikategorikan, disintetiskan, lalu disusun atau diurutkan secara sistematis. Penyusunan rencana diarahkan pada pelaksanaan kegiatan atau
(34)
program secara optimal dengan memperhatikan subjek sasaran, pelaksana, sarana dan prasarana, media dan sumber belajar, serta faktor lingkungan.
Adapun tahap pelaksanaan memerlukan persiapan yang matang, baik persiapan dari pihak pelaksana, subjek yang menjadi partisipan dalam kegiatan, maupun faktor-faktor pendukung pelaksanaan program. Selama pelaksanaan kegiatan diadakan evaluasi dan pengumpulan data dengan berbagai teknik pengumpulan data. Hal pengumpulan data didokumentasikan secara seksama dan lengkap untuk digunakan, baik bagi penyempurnaan rancangan maupun pelaksanaan kegiatan.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di TK PGRI 1 Rangkasbitung yang beralamat di Jalan H.M Iko Djatmiko No. 4 Rangkasbitung Banten. Lokasi ini dipilih karena sekolah tersebut menerapkan pembelajaran gerak berirama dalam setiap materinya. Selain itu, lembaga ini juga sudah memiliki prestasi yang cukup baik sampai saat ini dalam pengalaman penerapan pembelajaran di lingkungan regional. Adapun materi yang digunakan pada model pembelajaran adalah model dengan menggunakan bentuk gerak dan lagu yang berisi berbagai macam ekspresi emosi yang dapat diamati melalui ekspresi wajah dan gerak yang dilakukan.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelompok B (5-6 tahun) dengan jumlah keseluruhan siswa sebanyak 58 orang siswa. Hal ini karena kelompok B dianggap
(35)
sudah akrab dengan lingkungan, guru-guru, dan teman-temannya, sehingga besar kemungkinan anak sudah terbiasa berinteraksi dengan teman ataupun guru, termasuk meluapkan ekspresi emosinya melalui ekspresi wajah dan gerak melalui materi yang diberikan.
Peneliti memilih indikator emosi senang, gembira/bahagia/ceria, sedih, takut, dan marah, karena sesuai dengan observasi awal peneliti terhadap emosi-emosi yang sering dilakukan oleh anak usia TK. Penerapan pembelajaran gerak berirama diharapkan siswa memunculkan ekspresi atas emosi-emosi tersebut dan dapat membedakan antara emosi yang satu dengan yang lainnya, baik oleh dirinya sendiri maupun orang lain. Di samping itu, diharapkan pula mereka dapat mengendalikan emosinya secara wajar.
C. Rencana Tindakan
Pembelajaran gerak irama di TK PGRI 1 Rangkasbitung diberikan hampir di setiap waktu pembelajaran. Hal ini karena anak sangat menyukai gerak yang melibatkan seluruh tubuh mereka dan irama yang membuat mereka semakin bersemangat. Disini peneliti menggunakan metode action research untuk mengajari anak dalam melakukan pembelajaran gerak irama sebagai media untuk mengenalkan emosi diri. Sebelum diberikan pembelajaran gerak irama, anak distimulasi dengan beberapa tahapan,di antaranya lagu-lagu yang bertemakan emosi diri, dan stimulasi melalui kegiatan cerita dan demontrasi. Siswa distimulasi untuk
(36)
merasakan emosi yang disuguhkan melalui cerita dan kegiatan demonstrasi tersebut. Penelitian ini direncanakan dalam dua belas kali pertemuan di TK PGRI 1 Rangkasbitung.
Penelitian ini dilakukan dibantu oleh guru yang bertindak sebagai pelaksana tindakan dan peneliti bertindak sebagai konseptor, observer, evaluator, serta merancang tindakan selanjutnya. Penggunaan guru ini dilakukan untuk kesempurnaan penelitian dalam pengambilan data. Pemilihan guru dilakukan dengan melihat kemampuan dalam memberikan materi ajar pada anak dan sebagai sosok yang lebih dikenal oleh siswa. Hal ini karena siswa lebih cepat untuk meniru orang yang memiliki ikatan emosional yang kuat, termasuk guru. Sebagaimana diungkapkan Hurlock dalam Mashar (2011: 23) bahwa anak belajar secara meniru dalam memberikan reaksi emosi melalui dua cara, yaitu pertama, anak hanya meniru orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat; kedua, motivasi untuk meniru orang yang dikagumi lebih kuat dibanding dengan motivasi untuk menirukan sembarang orang. Dengan demikian, kekuatan untuk merangsang reaksi emosi anak lebih baik dilakukan oleh gurunya, karena peneliti adalah orang baru yang belum lama anak kenal.
Sebelum melakukan penelitan, peneliti terlebih dahulu mengajarkan dan menjelaskan apa saja yang harus guru lakukan dalam pengajaran terhadap anak. Hal tersebut dilakukan kurang lebih satu minggu sebelum penelitian, dan dilakukan
(37)
kembali sebelum pembelajaran dimulai dan setelah pembelajaran untuk diskusi atau evaluasi.
Dalam kaitannya dengan upaya meningkatkan kecerdasan emosi anak, maka perlu adanya latihan-latihan bagi anak dalam memahami kondisi emosi diri dan dapat mengekspresikannya agar dipahami oleh orang lain. Morrison dalam Mashar (2011: 116) menyatakan bahwa stimulasi atau program pengayaan berperan penting dalam tahun-tahun awal. Stimulasi identik dengan pemberian rangsangan yang berasal dari lingkungan di sekitar anak guna lebih mengoptimalkan aspek perkembangan anak. Pemberian stimulasi atau rangsangan diharapkan memperhatikan proses kematangan dalam rangka membantu anak mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki, dan membantu anak mengembangkan perilaku adaptif dan terarah. Pendekatan perkembangan memberikan kerangka untuk memahami dan menghargai pertumbuhan alami anak.
Secara umum, arah dan sasaran dari pembelajaran dalam dimensi pengembangan emosi anak sesuai dengan kurikulum yang berlaku yaitu Kurikulum 2004 Yang Disempurnakan dan sesuai juga dengan pandangan para ahli tentang harapan arah perkembangannya yang bersifat ideal. Arah pembelajaran emosi anak adalah sebagai berikut:
1) Membantu anak dalam mengembangkan kemampuan mengendalikan diri atau mengontrol ekspresi emosi.
(38)
3) Membantu kemampuan memotivasi diri. 4) Membantu mengenali emosi orang lain.
5) Membantu dalam mengembangkan kemampuan membina hubungan dengan orang lain.
Harapan dalam arah pembelajaran emosi di atas adalah dari emosi yang tadinya meledak-ledak atau tidak terkendali dan anak belum mampu mengekspresikan emosinya serta belum memahami kondisi emosi orang lain menjadi emosi yang diluapkan secara wajar dan terkendali serta mampu memahami kondisi emosi orang lain. Hal ini sangat berperan bagi anak agar dapat diterima lingkungannya dan dapat membina hubungan dengan orang lain secara lebih baik serta menguntungkan dirinya.
Konsep pembelajaran gerak berirama untuk anak TK yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman ekspresi emosi dirinya agar dipahami pula oleh orang lain. Dalam pelaksanaannya, diharapkan siswa dapat diberikan pembelajaran secara aktif untuk mengembangkan aspek-aspek kemampuan yang sesuai dengan perkembangan anak. Peran guru sebagai fasilitator dan motivator dalam pelaksanaannya menjadi hal amat penting. Guru dapat menerapkan konsep melalui metode demonstrasi dan praktek langsung. Dengan demikian, penulis menampilkan alur kegiatan Penerapan Konsep Pembelajaran Gerak Berirama untuk anak TK adalah sebagai berikut.
(39)
• Perlakuan dengan
memberikanstimul us-stimulus untuk merasakan, mengekspresikan dan memahami kondisi emosi emosi diri dan orang lain. Pengamatan
Refleksi
Perencanaan Tahap 1
Pelaksanaan Tahap 1
Monitoring dan Efek Tindakan
Pengamatan
Refleksi Penerapan Model
Perencanaan
Monitoring dan efek Tindakan
Pelaksanaan Tahap 2
Bagan 3.2 Perencanaan Tindakan Penelitian
Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini : Mengenal dan Memahami Kondisi Emosi Diri,
(40)
D. Tahap Persiapan
Peneliti melakukan tahap persiapan penelitian di TK PGRI 1 Rangkasbitung untuk mengetahui proses pembelajaran perihal pengembangan aspek kecerdasan emosi (mengenal dan memahami emosi diri). Peneliti melihat fenomena yang
• anak dengan kondisi emosi yang tidak terkontrol dan meledak-ledak. • anak belum dapat
mengekspresikan kondisi emosinya • anak yang belum
dapat mengelola /mengendalikan emosinya
• Perlakuan dengan memberikan stimulus-stimulus untuk merasakan, mengekspresikan dan mengelola/mengen dalikan emosi dirinya Penerapan pembelajaran Gerak Berirama
Peningkatan Kecerdasan emosi anak usia dini.
a. kondisi emosi anak lebih terkendali/terkontrol.
b. anak dapat mengekspresikan kondisi emosinya sebagai media untuk berkomunikasi secara nonverbal.
c. anak lebih dapat
mengelola/mengendalikan emosi dirinya
Adapun indikator yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bagan 3.3 Indikasi Keberhasilan Penelitian
(41)
terjadi di lapangan serta memikirkan solusi yang dapat dilakukan terhadap fenomena tersebut.
Tahap ini merupakan tahap persiapan pengumpulan data dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Melakukan observasi ke TK PGRI 1 Rangkasbitung. Melihat kegiatan yang dilakukan anak serta mengenali karakter baik secara umum dan khusus dari anak TK PGRI 1 Rangkasbitung. Mencari tahu tentang proses pembelajaran dalam mengembangkan kecerdasan emosi yang terdapat di sekolah tersebut. Bagaimana motivasi mereka terhadap pembelajaran di sekolah, serta kegiatan yang telah mereka lakukan.
2. Mensosialisasikan konsep penelitian kepada kepala sekolah, wali murid, dan guru yang bertindak sebagai implementator. Dengan tujuan agar kepala sekolah, wali murid, dan guru lebih paham mengenai Pembelajaran Gerak Irama yang akan diterapkan dalam mengembangkan kecerdasan emosi yang akan diajarkan. Setelah kepala sekolah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian, selanjutnya peneliti memproses perijinan untuk mengadakan penelitian di lokasi TK PGRI 1 Rangkasbitung.
3. Menyiapkan pedoman wawancara dan observasi bagi kepala sekolah, guru dan anak yang tentu saja telah dikonsultasikan dengan pembimbing terlebih dahulu. 4. Menghubungi kepala sekolah untuk mengadakan pelatihan materi pembelajaran
(42)
persetujuan mengenai jadwal pelaksanaan observasi dan wawancara dalam rangka pengumpulan data lainnya. Di samping itu, juga untuk menentukan sumber data awal sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan.
5. Menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP).
Berdasarkan hasil pengamatan awal pertemuan beberapa permasalahan sehubungan dengan proses mengembangkan kecerdasan emosi anak yang dilakukan di TK PGRI 1 Rangkasbitung yaitu proses pengembangan emosi telah dilakukan oleh guru-guru, namun hanya sebatas instruksi berupa perintah, himbauan, nasihat kepada siswa. Anak-anak bisa memahami bahwa saling menyayangi, menghormati, dan menghargai adalah penting dalam kehidupan sehari-hari, namun mereka tidak memahami bagaimana caranya. Pemahaman tersebut pun merupakan hasil bimbingan guru untuk menyatakannya, bukan atas dasar kesadaran siswa sendiri. Di samping itu, emosi-emosi yang ditampilkan, baik secara ungkapan maupun bahasa tubuh belum dapat dikendalikan dengan baik. Mereka masih meluapkan emosi dengan cara yang berlebihan, dan berpikir bahwa emosi-emosi yang distimulus merupakan aktivitas bermain mereka. Guru-guru tidak memperdulikan strategi, model, pendekatan, dalam mengembangkan kecerdasan emosi anak walaupun fasilitas, baik fisik, maupun nonfisik tersedia di sekolah. Sehubungan dengan hal itu, peneliti menginginkan untuk ikut berpartisipasi dan memberikan kontribusi dalam upaya mengembangkan kecerdasan emosi anak usia dini sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Peneliti menawarkan sebuah model yaitu: “Pembelajaran
(43)
Gerak Berirama untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini.” Adapun fokus dalam penelitian ini adalah pengembangan peningkatan kecerdasan emosi diri dan pengendaliannya. Komponen-komponennya meliputi: pengenalan emosi diri; pengelolaan emosi; mengekspresikan emosi dengan tepat; dan mengenali emosi orang lain. Komponen-komponen tersebut di atas dilatihkan melalui pembelajaran gerak berirama.
E. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini diawali dengan melakukan pre test kepada anak yang dilakukan pada saat pertemuan pertama, yaitu tanggal 8-11 Februari 2012. Pre test dilakukan untuk menjaring potensi anak mengenai pemahaman mengenal emosi diri melalui ekspresi sebelum anak mendapatkan model pembelajaran gerak irama.
Penelitian ini berlangsung selama 12 (dua belas) pertemuan, yang peneliti bagi menjadi dua tahap, yaitu tahap stimulasi (sebelum penerapan pembelajaran) dan tahap pelaksanaan pembelajaran Gerak Berirama. Tahap simulasi merupakan rangkaian kegiatan latihan untuk merasakan emosi-emosi melalui stimulus-stimulus reaksi emosi seperti yang akan diberikan dalam pembelajaran gerak berirama. Adapun bagian pelaksanaan pembelajaran merupakan penerapan pembelajaran gerak berirama dengan didasari atas revisi dari hasil pengamatan pada bagian sebelumnya sehingga menjadi integral dalam bentuk gerak dan lagu.
(44)
1. Tahap Stimulasi
a. Latihan Mengenal Emosi Diri
Kemampuan memahami perasaan sendiri membuat orang memiliki kepekaan tinggi dalam pengambilan keputusan, juga dalam beberapa hal lainnya. Luapan emosi yang tidak terungkap secara fokus dan jelas bisa mengarah pada perilaku destruktif. Anak yang tidak bisa mengungkapkan bahwa sesungguhnya ia sedang senang, bahagia, sedih, marah atau takut bisa jadi akan bertindak agresif. Dengan demikian perlu adalanya latihan agar mereka merasakan dan mengalaminya sendiri yang bisa dituangkan dalam bentuk ungkapan kata-kata atau dengan ekspresi wajah.
Teknik latihan ini bertujuan agar anak dapat merasakan emosi-emosi tersebut dilakukan melalui stimulus-stimulus untuk membangkitkan emosi, baik emosi positif maupun emosi negatif. Adapun stimulus-stimulus tersebut adalah:
1) Untuk menstimulasi rasa senang, guru menstimulasi dengan memberikan pertanyaan, dan yang menjawab dengan benar diberikan hadiah. Saat pemberian hadiah inilah dapat diamati ekspresi emosi anak yang dapat berupa perubahan mimik dan bahasa tubuh serta diungkapkan melalui bahasa verbal.
2) Untuk menstimulasi rasa ceria, guru menstimulasi dengan memperlihatkan gambar yang lucu, dan menirukan gerakannya, sehingga
(45)
anak dapat tertawa. Saat tertawa inilah yang diamati untuk menentukan bahwa anak sedang ceria.
3) Untuk menstimulasi rasa kasih sayang, guru dapat menstimulasi dengan cerita yang berakhir dengan dengan kisah yang menciptakan kasih sayang. Guru dapat mengungkapkan kasih sayangnya dengan memeluk salah satu atau beberapa anak untuk berpelukan. Hal ini memperlihatkan anak mengungkapkan ekspresi kasih sayang mereka terhadap teman dan guru.
4) Untuk menstimulasi rasa terkejut, guru mempersiapkan media seperti balon yang ditusuk jarum tanpa anak-anak ketahui. Kegiatan dapat memperlihatkan reaksi anak.
5) Untuk menstimulasi rasa tegang dan takut. Guru mempersiapkan balon dan jarum yang akan ditusuk yang diketahui oleh anak. Hal ini dapat diamati reaksi setiap anak ketika menunjukkan rasa takutnya.
6) Untuk mensimulasi rasa jijik. Guru mempersiapkan media ular-ularan karet dan diperlihatkan kepada anak-anak. Kegiatan ini akan menunjukkan reaksi anak terhadap sesuatu yang mereka lihat.
7) Untuk menstimulasi rasa marah. Guru bertindak seperti tidak acuh ketika anak mulai bertanya, karena biasanya anak akan bertanya terhadap hal yang baru mereka alami. Hal ini tentu mengakibatkan anak-anak marah karena guru tidak memperdulikan pertanyaan yang mereka ajukan.
(46)
Pengamatan terhadap ketidakpuasan anak dapat menunjukkan reaksi anak ketika mengalami kemarahan.
8) Untuk menstimulasi rasa sedih. Guru dapat bercerita yang bertema kesedihan sehingga dapat menyentuh perasaan mereka untuk mengalami rasa sedih. Reaksi inilah yang diamati untuk mengetahui ekspresi emosi tersebut.
Setelah anak dapat mengenal emosi diri, sebagai evaluasi dilakukan pula latihan untuk lebih memahami kondisi emosi dengan kuisioner dan pesan berantai.
a) Kuesioner
Ada seorang anak yang ditunjuk maju ke depan, kemudian diberi petunjuk oleh guru untuk mengekspresikan salah satu kondisi emosi tanpa berkata apapun. Kemudian ditebak oleh siswa lain mengenai situasi emosinya tertsebut. Hal ini akan meningkatkan kemampuan anak untuk mengenal dan memahami situasi emosi orang lain.
b) Pesan Berantai
Pada strategi ini, sekitar 5 orang siswa ditunjuk untuk maju ke depan. Guru membisikkan tentang kondisi emosi yang kemudian pesan tersebut disampaikan secara estafet atau berantai pada rekannya yang lain. Dalam hitungan ketiga, kelima siswa yang
(47)
berperan sebagai pembawa pesan mengekspresikan secara bersamaan. Di sini akan terlihat perbedaan ekspresi walaupun dengan kondisi emosi yang sama. Kemudian teman-teman yang lain menerkanya untuk memahami situasi emosi yang dimaksud.
b. Latihan Mengekspresikan Emosi secara Wajar
Ekspresi wajah dan tubuh dapat menjadi bahasa nonverbal yang menyatakan sesuatu yang dialami, dirasakan, dan dikomunikasikan seseorang kepada orang lain. Demikian pula dengan anak-anak perlu adanya latihan yang membantu mereka mengkomuniksikan kondisi emosinya dalam bentuk gerak tubuh.
Latihan bahasa tubuh ini diawali dengan penguasaan anggota tubuh serta fungsinya. Setelah itu, guru mencontohkan gerakan-gerakan yang dapat mengkomuniksikan tentang situasi emosi yang dirasakan dan diikuti oleh anak-anak. Adapun ekspresi yang dilatihkan adalah sebagai berikut.
1) Senang, dengan gerakan kedua telunjuk di samping bibir sambil tersenyum-senyum.
2) Tertawa, karena bahagia dengan gerakan kedua tangan di dekat mulut, dan mulut terbuka sambil tertawa.
(48)
4) Marah, dengan gerakan kedua tangan di pinggang, mata melotot, dada agak ditarik ke depan.
5) Takut, dengan gerakan jari-jari tangan di depan mulut, sambil mengatakan hiiiiiiii…
Dalam pelaksanaan latihan ini menggunakan metode praktek langsung. Kegiatannya terdiri dari tiga tahap, yaitu mengenali emosi gambar dan emosi diri, permainan gerak dan lagu, serta relaksasi.
a) Mengenali emosi gambar dan emosi diri
Kegiatannya yakni guru mengenalkan gambar-gambar emosi dan anak memahami ekspresi wajah yang ada pada gambar. Setelah itu, anak bercermin secara sendiri-sendiri dan giliran untuk mengekspresikan bentuk-bentuk emosi yang sesuai dengan gambar-gambar yang sudah disiapkan oleh guru. Hal ini tentu akan lebih efektif dalam mengekspresikan emosi mereka. Ketika mereka bercermin, anak akan melihat perubahan ekspresi yang mereka bentuk sendiri melalui wajah. Latihan mengubah mimik-mimik wajah yang berbeda inilah yang menjadi pengalaman yang berharga untuk dapat memahami kondisi emosi dirinya sendiri dan orang lain. b) Permainan Ekspresi Bebas
Permainan ini merupakan salah satu strategi dalam mengenalkan ekspresi emosi kepada anak. Dinamakan ekspresi
(49)
bebas, karena memang dalam pelaksanaannya anak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan emosinya. Guru sebagai pemberi aba-aba, dapat melihat bagaimana anak mengekpresikan emosi mereka sendiri-sendiri. Pelaksanaannya yaitu Guru mengajak anak untuk mengeksprsikan emosi bersama, misalnya “satu, dua, tiga, tertawa!”. Anak-anak dan guru pun tertawa bersama-sama “ha..ha..ha..”. Lalu guru memberi aba-aba kembali “satu, dua, tiga, menangis…!!!”, “….tersenyum”, “….bersedih”, “…takut”, “….marah”, “….kaget”, dan lain-lain sebagainya yang selalu diikuti oleh ekspresi bebas anak-anak.
c) Permainan Gerak dan Lagu
Permainan gerak dan lagu merupakan aktivitas bermain musik sambil menari. Anak-anak sangat menyukai permainan ini terutama jika kita memodifikasi lagu-lagu yang diperdengarkan. Kegiatannya yakni anak-anak bergerak bebas mengikuti alunan musik. Kemudian musik diberhentikan di tengah-tengah dan anak-anak pun berhenti bergerak seolah-oleh menjadi patung. Pola irama yang diberikan berbeda-beda, pertama diperdengarkan musik klasik, kemudian musik pop, musik dangdut, hingga musik tradisi seperti Jaipongan. Semakin beraneka macam irama musik, kegiatan akan semakin menyenangkan, dan emosi anak semakin terekspresikan. Di
(50)
akhir kegiatan, anak dapat merasakan perasaan yang lega dan menyenangkan.
d) Relaksasi dengan Musik
Proses latihan melalui relaksasi dengan musik dinilai cukup efektif untuk latihan pengenalan emosi diri mereka sendiri. Kegiatan ini dapat mengeluarkan emosi-emosi yang ditekan, menciptakan ketenangan, dan meningkatkan produktivitas pembelajaran pada anak.
Pelaksanaannya yaitu guru menyiapkan lagu-lagu lembut dan meminta anak-anak untuk mendengarkan dan menghayatinya dengan seksama. Untuk membantu proses penghayatan, anak diminta untuk berbaring sambil memejamkan mata. Setelah itu, guru menyiapkan karton yang berisi gambar-gambar emosi diri, lalu anak menunjukkan kondisi emosi mereka, dalam hal ini guru dapat menanyakan atas kondisi emosi mereka, namun tidak semua dari mereka dapat mengungkapkan alasan mereka berada pada kondisi emosi yang dimaksud. Tentu saja guru tidak berhak untuk memaksa anak menanyakan alasannya. Inilah yang memerlukan kedekatan antara guru dan siswa mengenai memahami kondisi emosi dirinya dan kemampuan untuk mengekspresikannya.
(51)
Di akhir perlakuan tahap ini diadakan refleksi untuk mengetahui tingkat pencapaian yang telah dilakukan berepengaruh pada penyelesaian masalah. Refleksi pun pada data-data proses akan menjadi dasar perbaikan pada perencaan selanjutnya.
b. Tahap Penerapan Pembelajaran Gerak Berirama
Perlakuan pada tahap ini adalah latihan secara general dari awal sampai akhir mengenai pembelajaran gerak berirama. Tahapan demi tahapan pembelajaran dicoba diberikan sampai anak hafal bentuk gerak dan lagu bertemakan kondisi emosi. Elemen yang dinilai dari pembelajaran ini adalah anak mampu menggerakan tubuhnya untuk mengekspresikan kondisi emosi tertentu dan mampu dipahami orang lain mengenai kondisi emosi tersebut. Target capaian pada proses latihan siklus kedua ini adalah nilai komunikasi kondisi emosi dari berbagai unsur, baik verbal mapun non verbal yang anak sampaikan melalui gerak dan lagu. Setelah dianggap memadai, maka hasil proses latihan ini dipresentasikan di dalam dan luar kelas.
F. TAHAP EVALUASI
Penilaian kegiatan belajar mengajar pembelajaran gerak irama untuk mengembangkan kecerdasan emosi (mengenal emosi diri) pada anak usia dini meliputi penilaian pre test, penilaian proses dan hasil belajar. Penilaian pre test
(52)
sebagai langkah untuk mengetahui kondisi awal pemahaman dan pengekspresian anak terhadap kondisi emosi tertentu. Penilaian proses digunakan dalam rangka membina dan membentuk sikap apresiatif, sedangkan penilaian hasil belajar dilihat dari kemampuan anak untuk menampilkan hasil pembelajarannya. Penilaian dilakukan dalam bentuk penilaian individu.
Penilaian di atas merupakan penilaian psikomotor yang dilakukan dalam pelajaran gerak irama anak yang memiliki kriteria tersendiri. Kriteria penilaian berdasarkan unsur kemampuan mengenal emosi diri yang diungkapkan melalui bahasa tubuh dan ekspresi wajah ketika menunjukkan bentuk emosi diri.
Penilaian yang terakhir adalah penilaian dalam aspek afektif (sikap). Melalui pembelajaran gerak irama anak diharapkan dapat:
1. Anak dapat mengenal dan memahami emosi diri.
A (Amat Baik), apabila anak dapat mengenal dan memahami eluruh emosi diri.
B (Baik), apabila anak dapat mengenal dan memahami sebagian besar emosi diri.
C (Cukup), apabila anak dapat mengenal dan memahami sebagian kecil emosi diri.
2. Anak dapat mengekspresikan emosi diri secara wajar.
A (Amat Baik), apabila anak dapat mengekspresikan emosi diri secara keseluruhan.
(53)
B (Baik), apabila anak dapat mengekspresikan sebagian besar emosi diri. C (Cukup), apabila anak hanya dapat mengungkapkan sebagian kecil emosi diri.
G. Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dan pedoman latihan ekspresi emosi, baik secara verbal maupun non verbal. Latihan-latihan tersebut agar anak mampu mengenali emosi dirinya sendiri, mengekspresikan emosinya, mengendalikan emosi, dan memahami kondisi emosi orang lain.
1. Pedoman Latihan Mengenal Kondisi Emosi Diri Stimulasi rasa senang.
Stimulasi rasa bahagia/ceria. Stimulasi rasa cinta/kasih sayang. Stimulasi rasa sedih.
Stimulasi rasa takut. Stimulasi rasa jijik. Stimulasi rasa marah.
2. Pedoman latihan Mengekspresikan dan Mengendalikan Emosi Ekspresi rasa senang.
Ekspresi rasa bahagia/ceria. Ekspresi rasa cinta/kasih sayang.
(54)
Ekspresi rasa sedih. Ekspresi rasa takut. Ekspresi rasa jijik. Ekspresi rasa marah.
Menebak kondisi emosi orang lain melalui ekspresi emosi yang disampaikan.
Permainan Ekspresi Bebas
3. Menyanyi dan Memperagakan Lagu Kalau Kau Hari ini. Nada dalam lagu ini sudah sangat dikenal anak, namun syairnya sengaja diubah sebagai materi latihan anak dapat memahami kondisi emosi.
KALAU KAU HARI INI (nada lagu seperti lagu “KALAU KAU SUKA HATI”)
Kalau kau hari ini sedang senang…(tepuk tangan: prok-prok-prok sambil tersenyum-senyum) 2X
Kalau kau sedang senang…. (kedua telunjuk digerakkan ke depan wajah seperti menunjuk)
Dan memangnya begitu….(kedua telunjuk digerakkan ke depan wajah seperti menunjuk)
Kalau kau hari ini sedang senang…(tepuk tangan: prok-prok-prok sambil tersenyum-senyum)
Kalau kau hari ini bahagia… (kedua tangan di dekat mulut, dan mulut terbuka sambil tertawa ha..ha..ha..) 2X
Kalau kau bahagia….(kedua telunjuk digerakkan ke depan wajah seperti menunjuk)
Dan memangnya begitu….(kedua telunjuk digerakkan ke depan wajah seperti menunjuk)
Kalau kau hari ini bahagia (kedua tangan di dekat mulut, dan mulut terbuka sambil tertawa ha..ha..ha..)
(55)
Kalau kau sedang sedih….(kedua telunjuk digerakkan ke depan wajah seperti menunjuk)
Dan memangnya begitu….(kedua telunjuk digerakkan ke depan wajah seperti menunjuk)
Kalau kau hari ini sedang sedih….(tutup mata seolah-olah menangis)
Kalau kau hari ini sedang marah….(kedua tangan di pinggang, mata melotot, dada agak ditarik ke depan) 2X
Kalau kau sedang marah….(kedua telunjuk digerakkan ke depan wajah seperti menunjuk)
Dan memangnya begitu….(kedua telunjuk digerakkan ke depan wajah seperti menunjuk)
Kalau kau hari ini sedang marah….(kedua tangan di pinggang, mata melotot, dada agak ditarik ke depan)
Kalau kau hari ini sedang takut (jari-jari tangan di depan mulut, sambil mengatakan hiiiiiiii….) 2X
Kalau kau sedang takut….(kedua telunjuk digerakkan ke depan wajah seperti menunjuk)
Dan memangnya begitu….(kedua telunjuk digerakkan ke depan wajah seperti menunjuk)
Kalau kau hari ini sedang takut….(jari-jari tangan di depan mulut, sambil mengatakan hiiiiiiii….)
4. Menyanyikan lagu yang sengaja dibuat untuk materi pembelajaran dengan bimbingan guru. Setelah anak hafal dengan syair lagu yang dinyanyikan kemudian mereka bergerak mengikuti gerakan guru sesuai dengan lagu dan irama yang ada pada lagu.
Lagu Tema Gembira:
Berlompat-lompat ke kanan ke kiri Berputar-putar berlari-lari kecil Stop…stop…bertepuk tangan
Berlompat-lompat ke depan belakang Bergoyang-goyang badan diloncat ke atas Stop…stop…bertepuk tangan
(56)
Coba gerakkan badanmu bermain bermain Ayo teman bergembira bersama bersama Hip-hip hore 2x sya la la la la la la
Hip-hip hore 2x sya la la la la la la Hip-hip hore
Lagu Tema Kasih Sayang: Bila kau sayang teman Peganglah tangannya Bicaralah yang sopan Jangan sampai bertengkar… Bila kau sayang teman Peluklah temanmu Sayangilah teman Seperti saudaramu…
Reff : Bermain… bermain… jangan sampai bertengkar Berteman… berteman… dengan kasih sayang… Lagu Tema Sedih:
Saat kau bersedih Boleh saja menangis Menetes dan berlinang Air matamu sayang Reff. Saat kau menangis
Pejamkan matamu Tenangkanlah hatimu Jangan lagi bersedih Lagu Tema Takut:
Takut-takut…aku takut Takut-takut…aku takut Mata mulut tutup Tubuh mengkerut
Reff. Lari . . lari . . ayo cepat lari
Sembunyi . . sembunyi ayo sembunyi Kalau kau berani takkan berlari Hadapi . . hadapi
Yang kau takuti Lagu Tema Marah: Tangan di pinggang
(57)
Matamu melotot Nafasmu tersendat Mulut cemberut
Reff. Kau boleh marah Kau boleh kesal Tapi hati tetap tenang Kau boleh marah Kau boleh kesal
Orang sabar disayang Tuhan Astaghfirullah aladzim 4x. .
H. Teknik Pengumpulan Data
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Studi Kepustakaan
Merupakan langkah awal dari kegiatan penelitian berupa kajian literatur tentang pembelajaran pada umumnya, pembelajaran gerak berirama khususnya, dan bahasan-bahasan mengenai kecerdasan emosi pada anak usia dini, serta literatur yang berhubungan dengan anak usia dini yang akan dijadikan bahan pertimbangan, acuan sumber pengetahuan bagi penulis.
b. Wawancara
Merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mendapatkan keterangan atau kebenaran penggunaan pembelajaran gerak berirama untuk anak usia dini yang dihubungkan dengan kecerdasan emosi, secara lisan dari seseorang dengan bertanya jawab berhadapan muka dengan orang tersebut. Cara ini ditempuh dengan mengajukan sejumlah pertanyaan, baik yang telah tersusun maupun secara spontan kepada para informan (narasumber). Adapun yang menjadi narasumber dalam
(58)
penelitian ini adalah guru TK, Kepala Sekolah TK yang bersangkutan, dosen dan pakar di bidang Pendidikan Anak Usia Dini dan Dosen dan pakar di bidang Seni Tari dan Musik.
Data yang ingin didapatkan melalui wawancara ini yakni: pemahaman anak tentang emosi diri, minat anak dalam mempelajari lagu dan minat anak dalam mempresentasikan bentuk gerak dan irama.
Peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah guna memperoleh informasi mengenai sarana dan prasarana yang ada di lingkungan sekolah, kebijakan sekolah, situasi sekolah dan lingkungan masyarakat. Data tentang sarana dan prasarana di lingkungan sekolah perlu didapatkan mengingat untuk melaksanakan pembelajaran di kelas. Dari hasil wawancara, sekolah ini mempunyai kebijakan yang sangat mendukung keberhasilan pembelajaran gerak irama untuk mengembangkan kecerdasan emosi anak.
Wawancara ini dilakukan agar permasalahan terungkap secara wajar. Selain itu wawancara juga dapat difungsikan sebagai alat pembantu utama teknik observasi, Alwasilah (2006: 154) mengemukakan: “Interviu dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mungkin diperoleh lewat observasi”.
c. Observasi partisipatif dan non partisipatif
Untuk mengantarkan penulis langsung kepada hal-hal yang menjadi permasalahan dalam objek yang akan diteliti, penulis mengadakan pengamatan terlebih dahulu yang sifatnya terkendali secara langsung. Sebab hal ini akan
(59)
memudahkan penulis melihat dan berhadapan langsung sekaligus terlibat di dalamnya. Pengamatan pun dilakukan setelah pertemuan terakhir, tepatnya pada saat anak berlatih untuk mempelajari lagu. Pengamatan dikembangkan untuk meningkatkan ketepatan dalam melaporkan hasil penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti terjun langsung ke lapangan dan mencoba mengadaptasikan rencana tindakan yang telah dipersiapkan dalam instrumen penelitian. Setiap pertemuan peneliti selalu membuat catatan serta pengkodean perihal perilaku anak sebelum dan setelah perlakuan diberikan. Observasi partisipatif dilakukan hingga mencapai target yang telah ditentukan oleh peneliti, seperti: anak mampu mengenal kondisi emosi dirinya sendiri, anak dapat mengekspresikan emosinya, dan anak dapat mengendalikan emosinya. Dari hasil pengamatan selama observasi, peneliti menemukan sebuah perubahan besar perihal perilaku anak-anak. Anak-anak yang tadinya tidak dapat mengekspresikan kondisi emosinya berubah menjadi anak yang mampu mengekspresikan kondisi emosinya, sehingga dapat dipahami oleh temannya. Perubahan ini tentunya menjadi hal yang luar biasa karena pembendaharaan ekspresi kondisi emosi mereka dapat dikenali dan dipahami oleh dirinya sendiri dan orang lain. Dengan demikian, mereka mampu berkomunikasi dengan temannya melalui ekspresi-ekspresi tersebut dan diharapkan memunculkan sikap empati di antara mereka.
Adapun observasi non partisipatif dilakukan melalui kegiatan diskusi dengan guru-guru di setiap akhir pertemuan. Data-data dari berbagai pihak dirumuskan
(60)
untuk mencapai objektivitas data. Setelah mendiskusikan perolehan data kemudian merencanakan kerangka kegiatan untuk hari berikutnya dengan mengacu pada target capaian.
d. Studi Dokumentasi
Pendokumentasian merupakan salah satu cara di dalam mengumpulkan data dalam sebuah penelitian agar lebih memperkuat kebenaran hasil penelitian sebagai fakta-fakta dari penelitian. Adapun macam-macam pendokumentasian yang digunakan oleh penulis di dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.
(1) Pendokumentasian melalui rekaman; (2) Pendokumentasian melalui foto-foto; dan
(3) Pendokumentasian melalui gambar-gambar (sketsa). (4) Pendokumentasian melalui video.
Hasil dari semua pendokumentasian akan dijadikan bahan untuk merujuk kebenaran tentang fakta yang terjadi di lapangan.
I. Teknik Analisis Data
Untuk memberikan makna terhadap data dan informasi yang telah dikumpulkan, dilakukan analisis dan interpretasi. Kegiatan ini dilakukan secara terus menerus semenjak awal data dikumpulkan sampai akhir penelitian. Analisis dan interpretasi ini dilakukan dengan merujuk kepada identifikasi masalah dan landasan teoretis yang berhubungan dengan masalah penelitian.
(61)
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini, ada dua jenis data yang dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti, yaitu:
a. Data kuantitatif yang dapat dianalisis secara deskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statististik yaitu mencari persentase kemampuan anak dalam mengenal dan mengekspresikan emosi secara wajar dengan kategori A (Amat Baik), B (Baik), dan C (Cukup). Peneliti menggunakan rumus:
P = f x 100% N
Keterangan: P = Persentase
f = frekuensi siswa dalam suatu kategori N = jumlah siswa keseluruhan
b. Data kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang tingkat pemahaman anak terhadap materi pembelajaran yang dilakukan. Hal ini meliputi respons anak dan perilaku anak selama mengikuti kegiatan atau pembelajaran, baik sebelum maupun pada saat penerapan pembelajaran gerak berirama.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak akan memberikan makna yang berarti apabila tidak dianalisis lebih lanjut. Dengan demikian, perlu adanya upaya penganalisisan data dengan teknik analisis kualitatif secara induktif, yaitu dengan cara membandingkan antara data yang terkumpul dari lapangan dengan teori yang ada.
(62)
Dalam kaitan ini Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2007: 91) mengungkapkan bahwa, “analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas” Menurut mereka ada tiga tahap analisis data, yaitu:
1. Reduksi Data
Aspek-aspek permasalahan yang direduksi dalam penelitian ini didasarkan pada rumusan masalah yang termuat dalam pembelajaran gerak berirama, desain model pembelajarannya, serta evaluasi pembelajaran.
a. Display data atau penyajian data
Data yang didapat dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi kemudian dikategorikan, dianalisis, dibahas sesuai dengan rumusan masalah. Pemaparan data dimulai dari konsep yang termuat dalam pembelajaran gerak berirama, desain model pembelajarannya, serta evaluasi pembelajaran.
b. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi data
Untuk mempertahankan kredibilitas data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan proses verifikasi data dengan cara : (1) triangulasi; (2) mengadakan member check; dan (3) melakukan studi dokumentasi.
Triangulasi dilakukan untuk melihat kebenaran data dengan cara membandingkan antara data dari guru, anak-anak, dan kepala sekolah. Selain pengecekan kebenaran data dari sumber berbeda, juga dilakukan dengan
(1)
orang tua dan guru untuk melatihnya sejak dini agar bermanfaat dalam kehidupan interpersonal dan intrapersonal anak.
Secara umum, pembelajaran gerak berirama dapat meningkatkan kecerdasan emosi anak usia dini. Hal tersebut terlihat pada peningkatan kemampuan pemahaman anak terhadap pengenalan emosi diri dan mampu mengekspresikannya dari setiap tahap, mulai pre test, tahap stimulasi, hingga tahap penerapan pembelajarannya. Hal ini berarti tujuan penelitian terpenuhi dan hipotesis tindakan terbukti, yaitu pembelajaran gerak berirama mampu meningkatkan kecerdasan emosi anak usia dini.
B. Rekomendasi
Kemampuan memahami diri sendiri dan orang lain merupakan hal dapat dikembangkan dalam pembentukan karakter anak. Dengan memahami diri dan orang lain, anak menjadi lebih dapat mengendalikan perasaannya, menunjukkan toleransi dan kasih sayang, serta memahami kebutuhan orang lain. Oleh karena itu, perkembangan emosi dan sosial anak perlu dikembangkan secara optimal.
Masa anak-anak adalah fase pertama mereka mampu memahami bahwa satu peristiwa bisa menimbulkan reaksi emosional yang berbeda pada setiap orang. Dengan demikian, perlu adanya upaya untuk membantu mereka dalam meningkatkan kecerdasan emosi anak, salah satunya adalah melalui pembelajaran yang sangat disukai anak dan sesuai dengan perkembangan anak. Pembelajaran
(2)
gerak dan lagu yang ditawarkan dalam penelitian ini dapat dijadikan solusi untuk guru dan orang tua yang peduli terhadap pengembangan emosi anak. Lagu-lagu yang dirancang khusus dalam pelaksanaannya hanyalah contoh kecil untuk dikembangkan lebih lanjut dan dibuat lebih baik lagi. Kegiatan belajar melaui gerak dan lagu dengan tema kondisi emosi di Taman Kanak-kanak ini dapat menjadi suatu pembelajaran untuk menyeimbangkan antara pelajaran kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan temuan-temuan selama dilaksanakannya penelitian ini, peneliti merekomendasikan kepada beberapa pihak yang berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap pengembangan kecerdasan emosi anak, diantaranya:
1. Bagi orang tua
Orang tua sebagai bagian dalam lingkungan anak memiliki peran penting dalam pembentukan karakter anak, seyogyanya melakukan pengembangan emosi dalam aktivitas keseharian anak di rumah, dengan cara orang tua mau bertanya, peduli, dan menghargai perasaan mereka, sehingga anak semakin dekat secara emosional, dan hal tersebut amat berharga ketika anak membutuhkan seseorang untuk memahami keinginan dan kebutuhannya. 2. Bagi guru
Pengembangan emosi bagi anak amat penting untuk mengetahui kondisi emosi anak pada saat awal pembelajaran. Hal ini karena mempengaruhi perasaan dan minat anak dalam proses pembelajaran di sekolah. Dengan
(3)
demikian, perlu adanya melakukan latihan merasakan, mengenal, dan mengekspresikan emosi sebagai pengalaman bagi anak dalam proses membina hubungan dengan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, stimulasi dan penerapan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan emosi anak perlu dilakukan secara intensif agar anak dapat lebih memahami dirinya sendiri dan hal yang ada di luar dirinya.
3. Bagi peneliti
Kecerdasan emosi melalui pembelajaran gerak beriramabagi anak usia dini ini hanya sebatas pada dua aspek yaitu mengenal dan mengekspresikan emosi. Oleh karena itu, diharapkan penelitian lanjutan lebih melengkapi kecerdasan emosi dengan pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Boeree, C. Goerge. (2010). Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia (Terjemahan). Yogyakarta: Prismasophie.
Dephi, Bandi. (2005). Program Pembelajaran Individual Berbasis Gerak Irama. Bandung: Pustaka Bany Quraisy.
Djohan. (2010). Respons Emosi Musikal. Bandung: Lubuk Agung.
Goleman, Daniel. (2000). Kecerdasan Emosional: Mengapa EI lebih penting daripada IQ (Terjemahan). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hurlock, Elizabeth B. (1997). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Istadi, Irawati. (2006). Melipatgandakan Kecerdasan Emosi Anak. Bekasi: Pustaka Inti.
Kamtini. (2005). Bermain Melalui Gerak dan Lagu di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas.
Mashar, Riana. (2011). Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya. Jakarta: Prenada Media.
Muijs, Daniel dan David Reynold. (2010). Effective Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta.
Morrison, George S. (2011). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: PT. Indeks.
Mubayidh, Makmun. (2006). Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak: Referensi Penting bagi Pendidik dan Orang Tua. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Mutiah, Diana. (2010). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
(5)
Nierenberg, Gerald I dan Hendry H. Calero. (2009). Membaca pikiran Orang Seperti Membaca Buku. Jogyakarta: Think.
Piaget, Jean dan Bärbel Inhelder. (2010). Psikologi Anak (Terjemahan). Jakarta: Pustaka Pelajar.
Riana, Septine. (2009). Bahasa Tubuh: Memahami Emosi dan Pikiran Orang. Solo: Rumah Pengetahuan.
Rusdiyani, Isti. (2005). Program Pendidikan Prasekolah. Bahan Ajar di Lingkungan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PGPAUD). Serang: FKIP - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Santrock, John. W. (2011). Masa Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika.
Semiawan, Conny R. (2002). Belajar dan Pembelajaran Dalam Taraf Pendidikan Usia Dini: Pendidikan Prasekolah dan Dasar. Jakarta: PT Prenhallindo. Sokolova, Irina V. (2008). Kepribadian Anak. Yogyakarta: Katahati.
Solehudin, M. (2000). Konsep Dasar Pendidikan Pra-Sekolah. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.
Sugiyono, Prof. Dr. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sujiono, Yuliani Nurani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.
Sukanta. (2010). Disertasi: “MODEL PENGEMBANGAN KECERDASAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI DRAMA” (Penelitian Tindakan terhadap Siswa-siswa Taman Kanak-kanak Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia Kelas Nol Besar). Bandung: Program Pascasarjana UPI.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI dan Remaja Rosdakarya.
Susanto, Ahmad. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Prenada Media. Bandung: Program Pascasarjana UPI.
(6)
Widhianawati, Nana (2011). Tesis: “PENGARUH PEMBELAJARAN GERAK DAN LAGU DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN MUSIKAL DAN KECERDASAN KINESTIK ANAK USIA DINI (Studi Eksperimen Kuasi Pada Anak Kelompok Bermain mandiri SKB Sumedang)
Yusuf, Syamsu. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Website:
http://ekspresiwajah.com/od/iestructioealmaterials/qt/flash_card_teachieg_strategies.ht m. (March 11th, 2012).
http://leareiegdisabilities.about.com/od/iestructioealmaterials/qt/flash_card_teachieg_st rategies.htm. (March 11th, 2012).