PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920).

(1)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA

BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Departemen Pendidikan Sejarah

Oleh: Fury Ismaya

090605

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN Fury Ismaya (0906905)

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Dr. Nana Supriatna. M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001

Pembimbing II

Moch. Eryk Kamsori. S.Pd NIP. 19690430 199802 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial


(3)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dr. Agus Mulyana, M.Hum NIP. 19660808 199103 1 002

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Oleh Fury Ismaya

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Sejarah

Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial

©Fury Ismaya 2015

Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2015


(4)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(5)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Penelitian ini membahas mengenai peran seorang tokoh bernama Alice Paul dalam pergerakan suffrage atau pergerakan menuntut hak suara bagi wanita di Amerika Serikat. Permasalahan dalam penelitian ini ialah mengenai bagaimana latar belakang dari tokoh tersebut sehingga ia menjadi seorang aktifis suffrage, hal-hal yang ia lakukan dalam pergerakannya, serta dampak dari pergerakannya terhadap kehidupan kaum wanita di negara tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode historis. Dalam metode historis terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Dalam mengkaji permasalahan penulis menggunakan pendekatan interdisipliner, dengan meminjam konsep-konsep dari ilmu sosiologi, politik dan psikologi. Sejak kemerdekaannya Amerika Serikat tidak memberikan hak suara bagi kaum wanita. Padahal Negara tersebut sangat menjunjung tinggi kebebasan dan hak individu warganya. Pergerakan suffrage di Amerika Serikat sebenarnya telah ada sejak pertengahan abad ke-19. Akan tetapi gerakan tersebut tidak mendapatkan hasil yang signifikan, hingga memasuki awal abad ke-20. Alice Paul mulai aktif dalam pergerakan suffrage pada tahun 1900-an. Metode pergerakannya dinilai sangat militan, karena itu ia seringkali mendapat kritikan dari masyarakat maupun dari sesama aktifis suffrage disana. Akan tetap metode pergerakannya telah memberikan kemenangan bagi gerakan suffrage di Negara tersebut.


(6)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACTION

This research is about the role of who named Alice Paul in suffrage movement in the United State. The problem in this research is how the background of her life and her society until she become a suffragist, everything she did in her movement, and the impact of her movement for the women in United State. The method of this research is historical method. The steps of this method is include heuristic, critic, interpretation and historiography. To investigate the problem of this research the author used interdisciplinary approachment. She used a concepts of sociology, politic, and psychology. Since the independence day United State didn’t give woman right to vote, whereas they are really hold in the high esteem about the liberty and individual right of their citizen. That matter is attached in their declaration of independence. The suffrage movement had been existed in the United State since in the middle of 19thcentury, but the movement doesn’t have any significant result until early of 20th century. Alice Paul begin active in the suffrage movement is in early 20th century. The method of her movement is assessed very militant, so she often obtained critical from the people and the other suffragist. But her movement was gave the victory to the suffrage movement at the state.


(7)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR . ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Metode Penelitian ... 7

1.6 Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Demokrasi ... 11

2.2 Gender ... 17

2.3 Emansipasi ... 21

2.4 Feminisme ... 23

2.5 Hak Suara ... 31

2.6 Teori Psikologi Sosial ... 32

2.7 Penelitian Terdahulu ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1 persiapan Penelitian ... 43

3.1.1 Penentuan Dan Pengajuan Tema Penelitian ... 43

3.1.2 Penyusunan Rencana Penelitian ... 44

3.1.3 Proses Bimbingan ... 45

3.2 Pelaksanaan Penelitian ... 45

3.2.1 Heuristik Atau Pengumpulan Sumber ... 45

3.2.2 Kritik ... 47

3.2.2.1 Kritik Eksternal ... 47

3.2.2.2 Kritik Internal ... 48

3.2.3 Interpretasi Atau Penafsiran ... 49

3.2.3.1 Pendekatan ... 50

3.2.4 Historiografi ... 55

BAB IV PERAN ALICE PAUL DAN PERGERAKAN SUFFRAGE DI AMERIKA SERIKAT ... 57


(8)

v Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.1 Latar Belakang pergerakan Alice Paul ... 60

4.1.1Kehidupan Perempuan Amerika Serikat ... 60

4.1.1.1 kehidupan Perempuan Amerika Serikat Pada Masa Revolusi ... 64

4.1.2 Perkembangan Gerakan Suffrage di Amerika Serikat ... 68

4.1.2.1 Periode Awal ... 69

4.1.2.2 Perode Persatuan ... 74

4.1.2.2.1 Masa Sebelum Perang Saudara ... 74

4.1.2.2.2 Masa Setelah Perang Saudara ... 80

4.1.3 Latar Belakang kehidupan Alice Paul ... 85

4.1.3.1 Kehidupan Masa Kecil ... 85

4.1.3.2 Kehidupan Di Inggris ... 89

4.2 Tindakan Alice Paul Dalam Pergerakan Suffrage ... 92

4.2.1 Bergabung Dengan NAWSA ... 92

4.2.1.1 Parade di Washington ... 94

4.2.1.2 keretakan Dengan NAWSA ... 97

4..2.2 The Congressional Union For Woman Suffrage ... 101

4.2.2.1 Menggandeng Partai Penguasa ... 105

4.2.2.2 Parade mengelilingi Amerika Serikat ... 106

4.2.3 National Woman Party (NWP) ... 108

4.2.3.1 Piket, Ditangkap Dan Dipenjara ... 113

4.2.3.1.1 Piket ... 113

4.2.3.1.2 Ditangkap Dan Dipenjara ... 118

4.3 Dampak pergerakan Alice Paul ... 123

4.3.1 Amandemen Ke-19 ... 123

4.3.2 Dampak Amandemen Ke-19 Bagi Perempuan Di Amerika Serikat ... 126

4.3.2.1 Dampak Dalam Bidang politik ... 127

4.3.2.2 Dampak Dalam Bidang Sosial ... 127

4.3.2.3 Dampak Dalam Bidang Ekonomi ... 128

4.3.2.4 Dampak Dalam Bidang Pendidikan ... 128

BAB V KESIMPULAN ... 129

5.1 Kesimpulan ... 129

5.2 Saran ... 135

DAFTAR PUSTAKA ... 136 LAMPIRAN


(9)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi DAFTAR TABEL


(10)

vii Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 ... 87

Gambar 4.2 ... 96

Gambar 4.3 ... 108

Gambar 4.4 ... 111

Gambar 4.5 ... 113

Gambar 4.6 ... 115

Gambar 4.7 ... 117

Gambar 4.8 ... 120

Gambar 4.9 ... 122


(11)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Amerika Serikat merupakan negara federasi yang pemerintahannya berdasarkan konstitusi dan menganut sistem demokrasi perwakilan. Negara tersebut merdeka pada 4 Juli 1776. Awalnya negara itu terbentuk dari tiga belas koloni Inggris yaitu Virginia, Maryland, New York, New Jersey, Georgia, Pennsylvania, Connecticut, Delaware, Massachusetts, New Hampshire, South Carorila, North Carolina, dan Rhode Island. Ketigabelas koloni tersebut mencerminkan asal-usul yang beragam.

Dalam naskah deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat yang ditulis Thomas Jeferson sangat mengutamakan kebebasan dan hak (Gonick, 2008: 80). Berikut ini merupakan kutipan dari naskah tersebut:

“Bahwasanya kami perpegang teguh kepada kebenaran ini dengan suatu keyakinan bahwa semua manusia diciptakan dalam kadaan sederajat, mereka diberkati oleh Pencipta-Nya hak asasi yang tidak dapat diganggu gugat, bahwa diatara hak-hak asasi itu ialah hak untuk hidup, hak untuk merdeka, dan hak mencari kebahagiaan...” (Morris, 1986: 1215).

Dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat diatas dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan semua umat manusia ialah tanpa membeda-bedakan ras, kekayaan atau bahkan jenis kelamin. Namun dalam deklarasi yang

menyerukan “semua manusia diciptakan sederajat” menggunakan kata men yang

berarti laki-laki. Hal ini semakin menegaskan bahwa dalam kehidupan politik perempuan selalu menjadi pengecualian bahkan mereka percaya bahwa hanya laki-lakilah yang bisa mengambil keputusan secara logis dan rasional. Pertanyaan yang timbul ialah, jika hanya laki-laki yang menjadi warga negara dan perempuan bukan warga negara lalu apa hubungan mereka dengan negara?


(12)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada awal kemerdekaannya negara itu tidak memberikan hak suara pada perempuan, yang menurut penulis tidak sesuai dengan makna naskah deklarasinya. Selain itu hal ini menjadi sangat janggal, karena jauh sebelum deklarasi kemerdekaan itu telah terlebih dahulu lahir sebuah konsensus mengenai hak asasi yaitu Magna Charta di Inggris yang memaknai hak azasi manusia lebih penting dari kedaulatan raja. Seharusnya bagi negara yang mengusung demokrasi dan kebebasan sebagai landasan negaranya isu mengenai perempuan pasti akan menjadi perhatian, karena pada dasarnya hak asasi itu dimiliki oleh setiap manusia termasuk juga perempuan.

Tidak diberikannya hak suara pada kaum perempuan di Amerika Serikat itu menandakan bahwa kaum perempuan dianggap kaum yang termarginal. Pandangan masyarakat terhadap perempuan disana pada masa itu dibentuk karena berbagai faktor, diantaranya budaya kaum victorian Inggris yang menganggap bahwa seorang perempuan itu harus bersikap halus, lemah lembut, anggun dan penurut. Pada masa itu banyak orangtua mendidik anak perempuannya dengan kriteria tersebut dengan tujuan agar mendapatkan suami yang baik. Hal tersebut menjadi pendidikan formal bagi kaum perempuan di abaikan. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan seorang perempuan ialah untuk membina rumah tangga dan hal itu tidak memerlukan pendidikan yang tinggi (Fakih, 1999: 35). Selain itu pengaruh agama juga sangatlah kuat, doktrin-doktrin kristen yang pada saat itu lebih menghendaki kepatuhan perempuan atas laki-laki membuat ruang gerak perempuan sangat sempit sehingga menghalangi perempuan untuk mengembangkan dirinya. Hal-hal mengenai pandangan sosial masyarakat terhadap kaum perempuan, doktrin-doktrin agama dan kebijakan pemerintah dengan tidak memberikan hak suara bagi perempuan sangatlah berbeda dengan ide-ide kebebasan dan demokrasi yang diusung oleh Amerika Serikat.

Di Amerika Serikat sendiri perjuangan kaum perempuan untuk mendapatkan hak suaranya atau yang lebih dikenal dengan gerakan suffrage telah dimulai sejak awal abad ke-19. Namun pergerakan suffrage di negara tersebut


(13)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidak begitu mendapat kemajuan. Hal itu disebabkan karena pergerakan perempuan ini terpecah dan tidak terkonsolidasi dengan baik, yakni selain ada organisasi perempuan yang memperjuangkan emansipasi ada juga organisasi perempuan yang anti emansipasi (Buechler, 1990: 18). Pergerakan perempuan ini terpecah hingga tahun 1860’an. Gerakan suffrage di Amerika Serikat di persatukan kembali dalam organisasi NAWSA. Tahun 1867 dipimpin oleh Susan B. Anthony dan Elizabeth C. Stanton yang mendirikan National American Woman

Suffrage Association (NAWSA) (Agustina, 2010: 128). Dengan adanya NAWSA

pergerakan perempuan semakin berkembang. Banyak anggota NAWSA yang terus melakukan tekanan-tekanan terhadap negara untuk melakukan referendum. Namun hal itu belum dapat memberikan kemajuan yang signifikan bagi pergerakan suffrage, hal ini berdasarkan ungkapan Flexner dalam Evans (1994: 27-28) yaitu:

Kampanye-kampanye lokal ini memberikan pengaruh positif karena melibatkan dan mendidik ribuan perempuan maupun generasi baru, serta mendirikan persekutuan-persekutuan lokal. Namun sebagai strategi, pengalaman membuktikan bahwa kampanye-kampanye ditingkat negara memang lemah. Antara tahun 1870 hingga 1910, empat ratus delapan puluh kampanye hanya menghasilkan tujuh belas referendum dan hanya dua diantaranya dianggap sebagai kemenangan bagi perjuangan hak pilih perempuan...”

Pada awal abad ke-20 pergerakan suffrage di Amerika Serikat mulai memasuki babak baru, hal ini terispirasi oleh keberhasilan pergerakan perempuan di Inggris yang menuntut agar perempuan dapat duduk di parlemen. Saat itu keberhasilan organisasi WSPU (Woman’s Social political Union) sangat

mengisnpirasi para aktifis perempuan di Amerika Serikat. Dengan kembalinya seorang tokoh bernama Alice Paul ke Amerika Serikat pada tahun 1910 dan memimpin pergerakan suffrage disana hingga dikeluarkannya amandemen ke-19 mengenai kesetaraan hak.

Alice Paul adalah aktifis suffrage yang memimpin perjuangan untuk mendapatkan hak suara perempuan di Amerika Serikat pada awal abad ke-20. Dia


(14)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lahir pada 11 januari 1885 di Moorestown, New Jersey Amerika Serikat. Ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga Quaker dan dibesarkan dengan pendidikan religius serta komitmen yang kuat untuk ide-ide progresif (Commire, 2001: 392). Dia mulai menjadi aktifis suffrage ialah ketika ia tinggal di Inggris pada tahun 1907. Dia pindah ke Birmingham, Inggris untuk berkerja di dinas Sosial. Ketika di Inggris ia bertemu dengan Cristabel Pankhurst putri dari Emmeline Pankhusrt yang merupakan aktifis suffrage yang militan di Inggris, yang tergabung dalam

Woman’s Social political Union (WSPU). Ia pun bergabung dengan WSPU.

Karena cara perjuangan WSPU yang militan membuat para anggota WSPU sering kali ditangkap oleh polisi. Ia kembali ke Amerika Serikat pada tahun 1910 sebagai seorang aktifis suffrage dengan ide “pergerakan militan membawa kesuksesan.” Pada tahun 1912 tokoh ini bergabung dengan NAWSA (National American

Woman Suffrage Association). Selama bergabung dengan NAWSA dia

menerapkan cara-cara yang militan dalam pergerakannya. Seringkali ia ditangkap polisi dan masuk penjara. Dia juga melakukan aksi mogok makan yang menyiksa dirinya sendiri. Alice Paul mengalami beberapa perselisihan dengan presiden NAWSA saat itu Carrie Chapman Catt mengenai cara-cara mereka memperjuangkan hak suara bagi wanita. Pada tahun 1915 presiden NAWSA mengagas rencana “Winning Plan: Grassroot” sebagai upaya mendapatkan

dukungan dari kaum perempuan di negara itu. Namun pergerakan dengan Strategi

Grassroot ini kurang mendapatkan hasil yang signifikan (Boyer, 1990: 772).

Karena itulah Alice Paul kemudian keluar dari NAWSA dan membentuk organisasi lain bersama sahabatnya Lucy Burn yang sesuai dengan ideologinya bernama National Woman Party (NWP). Dia membentuk organisasi ini sesuai dengan Ideologinya mengenai pergerakan yang militan dan progresif. Berdasarkan pengalamannya di Inggris bersama keluarga Pankhusrt menunjukan bahwa pergerakan yang militan dan progresif memberikan dampak yang besar bagi pergerakan feminisme disana (Buechler, 1990: 56). Karena itu dia lebih memilih


(15)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pergerakan yang militan dan progresif dibandingkan dengan pergerakan yang moderat.

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat ditemukan kesenjangan yaitu mengenai landasan negara Amerika Serikat yang tertuang dalam naskah deklarasi kemerdekaannya yang mengutamakan kebabasan hak-hak bagi seluruh manusia. Namun pada prakteknya sejak awal kemerdekaan Amerika Serikat peran perempuan masih termarginalkan baik dalam bidang sosial, ekonomi maupun politik. Selain itu kesenjangan yang kedua ialah mengingat bahwa perjuangan kaum perempuan disana untuk mendapatkan kesetaraan hak terutama dalam haknya berpolitik yakni hak suara telah dimulai sejak pertengahan Abad ke-19 namun mengapa hal tersebut baru dapat terwujud pada awal abad ke-20, ketika seorang tokoh bernama Alice Paul mulai memimpin perjuangan untuk mendapatkan hak suara bagi wanita disana.

Berdasarkan pada pemikiran diatas maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian ini. Perjuangan untuk memperoleh hak suara bagi wanita di negara tersebut merupakan perjalanan yang panjang. Pergerakan tersebut mulai berkembang sejak pertengahan abad ke 19, namun mengapa baru pada awal abad ke-20 ketika seorang tokoh yang bernama Alice Paul muncul akhirnya pergerakan tersebut mencapai tujuannya. Selain itu penulis menilai tokoh ini merupakan tokoh yang sangat berperan penting dalam pergerakan hak suara perempuan di Amerika Serikat, akan tetapi berdasarkan pra-penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, masih sedikit kajian mengenai tokoh tersebut terutama dalam bentuk skripsi. Maka dari itu penulis mencoba untuk mengungkapkan peranan Alice Paul sebagai bagian dari perjuangan untuk memperoleh hak suara bagi wanita di Amerika Serikat. Dengan demikian peneliti ingin membuat penelitian yang berjudul “Peranan Alice Paul Dalam Memperoleh Hak Suara Bagi Wanita Di Amerika Serikat (1910-1920).”

Mengenai mengapa penulis memilih periode penelitiannya pada tahun 1910 hingga 1920 hal itu karena pada periode tersebut ia memulai pergerakannya


(16)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

di Amerika Serikat setelah ia kembali dari Inggris pada tahun 1910. Alice Paul terus melakukan aksinya untuk memperoleh hak suara bagi wanita disana hingga amandement ke-19 mengenai kesetaraan hak disahkan oleh pemerintah Amerika Serikat pada 26 Agustus tahun 1920.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengidentifikasi

permasalahan utama dalam penulisan skripsi ini adalah “ Bagaimana peranan

Alice paul dalam memperjuangkan hak suara untuk wanita di Amerika Serikat.”

Berdasarkan batasan masalah tersebut, untuk memudahkan dalam melakukan penelitian dan mengarahkan dalam pembahasan maka penulis mengidentifikasi rumusan masalah kedalam bentuk beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang Alice Paul memperjuangkan hak suara bagi wanita di Amerika Serikat?

2. Bagaimana tindakan yang dilakukan Alice Paul dalam memperjuangkan hak suara bagi wanita di Amerika Serikat?

3. Bagaimana dampak dari perjuangan Alice Paul bagi kehidupan sosial kaum perempuan di Amerika Serikat?

1.3Tujuan Penelitian

Berdaraskan rumusan dan batasan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini ialah:

1. Untuk mendeskripsikan latar belakang yang menyebabkan Alice Paul memperjuangkan hak Suara bagi wanita di Amerika Serikat.

2. Untuk mendeskripsikan upaya-upaya yang dilakukan Alice Paul dalam memperjuangakan hak Suara wanita di Amerika Serikat.

3. Untuk mendeskripsikan dampak dari perjuangan Alice Paul dalam memperjuangkan hak suara bagi wanita di Amerika Serikat terhadap kehidupan sosial kaum perempuan Amerika Serikat.

1.4Manfaat Penelitian


(17)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Menambah bahan referensi sejarah, khususnya dalam bidang peranan perempuan dalam sejarah

2. Memberikan informasi mengenai gerakan perempuan di Amerika Serikat 3. Mempermudah dalam mempelajari dan menemukan literatur tentang

pergerakan wanita, khususnya di Amerika Serikat.

4. Dalam mata pelajaran sejarah tingkat SMA kajian ini dapat memperkaya dan menunjang pemahaman siswa dalam menganalisis sejarah dunia yang mempengaruhi sejarah Indonesia. Selain itu kajian ini juga diharapkan dapat memperkaya dan menunjang pemahaman mahasiswa Sejarah dalam mata kuliah Sejarah Peradaban Barat, khususnya kajian mengenai sejarah Amerika dan mata kulian Sejarah Sosial mengenai peranan perempuan dalam sejarah.

1.5Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan metode historis yaitu proses menguji dan menganalisis secara kritis mengenai peninggalan masa lampau berdasarkan data yang telah diperoleh dan dikumpulkan. Metode historis ini bertujuan untuk merekonstruksi kejadian masa lampau secara sistematis. Metode historis memiliki beberapa langkah yang harus dilakukan agar proses menguji dan menganlisis fakta dapat tercapai (Ismaun, 2007: 35). Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Heuristik (pengumpulan data), yaitu tahap mencari data dari beberapa sumber seperti buku, majalah, internet dan lain-lain. Pengumpulan data atau dalam penelitian ini sumber dilakukan melalui penelitian kepustakaan. Hal ini disesuaikan dengan sifat penelitian skripsi ini, yakni penelitian literatur.

2. kritik, yaitu tahap menguji keabsahan sumber. Sumber yang telah terkumpul diuji keaslian (otentisitas) dan kesahihannya (kredibilitas), melalui kritik ekstern dan intern, dengan cara menguraikan dan mengecek silang data (cross


(18)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang paling dapat dipercaya, sehingga diperoleh sumber yang keotentikan dan kredibilitasnya dapat dipertanggungjawabkan.

3. Interpretasi (penafsiran) yaitu tahap analisis sejarah. Tahap ini bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori disusunlah fakta itu ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh.

4. Historiografi, merupakan penyusunan sejarah yang didahului oleh penelitian (analisis) terhadap peristiwa-peristiwa masa lalu. Penyusunan ini disusun dengan selalu memperhatikan aspek kronologis, sehingga muncul hubungan antara fakta-fakta yang ada, tersaji dengan utuh, dan berkesinambungan, kemudian disajikan dalam bentuk tulisan.

1.6Struktur Organisasi Skripsi

Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab, yang satu dengan yang lainnya merupakan satu kesatuan yang saling mendukung. Maka untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini perlu disusun sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab I pendahuluan pada bab ini, berisi mengenai uraian secara terperinci mengenai latar belakang masalah penulisan yang menjadi alasan penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang ditujukan sebagai bahan penulisan proposal, ditunjukan dari rumusan masalah yang diuraikan dalam beberapa pertanyaan penelitian, serta mengenai metode penulisan dan sistematika dalam penyusunan skripsi.

Bab II kajian pustaka, pada bab ini penulis menjelaskan topik-topik permasalahan yang terdapat dalam penelitian, dengan mengacu kepada suatu tinjauan pustaka. Dengan demikian penulis mengharapkan tinjauan pustaka ini


(19)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat menjadi bahan acuan untuk membantu menerangkan temuan-temuan penelitian.

Bab III metode penelitian, dalam bab ini penulis menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian. Lebih lanjut lagi, dalam bab ini penulis menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian yang berisi langkah-langkah dimulai dari persiapan sampai dengan langkah terakhir dalam penyelesaian penelitian ini.

Bab IV pembahasan, pada bab ini dibahas menganai peranan Alice Paul dalam upaya memperoleh hak suara bagi wanita di Amerika serikat. Pembahasan bab ini meliputi, keadaan sosial-politik wanita di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19 yang menjadi latar belakang munculnya gerakan suffrage di Amerika Serikat. Kemudian dilanjutkan dengan latar belakang dari Alice Paul yang menyebabkan dia menjadi seorang aktivis suffrage di negara tersebut. Selanjutnya pembahasan mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan Alice Paul dalam upaya memperoleh hak suara bagi wanita di Amerika Serikat. Setelah itu pembahasan mengenai hasil dari tindakan-tindakannya serta dampaknya bagi wanita Amerika Serikat pada masa itu dan pada masa mendatang.

Bab V kesimpulan pada bab terakhir ini penulis menuangkan kesimpulan dari hasil pembahasan, yang berisi interpretasi penulis terhadap kajian yang menjadi bahan penelitiannya disertai dengan analisis penulis dalam membuat sebuah kesimpulan atas jawaban-jawaban rumusan masalah yang ada. Selain itu, dalam bab ini juga terdapat saran atau rekomendasi dari penulis yang diajukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini.


(20)

(21)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini penulis akan memaparkan mengenai metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji permasalahan dalam penulisan skripsi ini yaitu

mengenai “Peranan Alice Paul Dalam Memperoleh Hak Suara Bagi Wanita Di Amerika Serikat (1910-1920)”. Metode yang digunakan ialah metode historis atau

metode sejarah, karena bahan dan informasi yang dikaji oleh penulis merupakan rekaman dari kejadian atau pristiwa di masa lampau. Teknik penelitiannya ialah studi literatur, dan menggunakan pendekatan interdisipliner hal tersebut karena penulis menggunakan konsep-konsep dari ilmu lain selain sejarah yaitu politik dan sosiologi.

Metode historis menurut Gottschalk (2008: 39) ialah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman peninggalan masa lampau, rekonstruksi yang imajinatif daripada masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses historiografi. Metode historis atau metode sejarah menurut Ismaun (2005: 34) ialah rekonstruksi imajinatif tentang gambaran masa lampau peristiwa-peristiwa sejarah secara kritis dan analitis berdasarkan bukti-bukti dan data peninggalan masa lampau yang disebut sumber sejarah.

Menurut Sjamsuddin (2007: 85-190) terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan dalam metode historis, yaitu: Heuristik, Kritik, Interpretasi dan

Historiografi. Berikut ini ialah penjelasan mengenai langkah-langkah tersebut:

a. Heuristik atau pengumpulan sumber merupakan kegiatan mencari dan mengumpulkan sumber atau data-data yang berkaitan dengan tema penelitian, data atau sumber sejarah itu dapat berupa lisan atau tulisan.

b. Kritik, merupakan kegiatan untuk menilai sumber-sumber sejarah yang telah didapatkan pada proses heuristik. Tujuan dari tahapan kritik ini ialah untuk menguji kebenaran dan ketepanan sumber tersebut. Dalam tahapan kritik terdapat dua langkah yang harus dilakukan. Pertama kritik eksternal untuk menguji sumber sejarah berdasarkan aspek luarnya. Dan langkah yang kedua


(22)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ialah kritik internal, yaitu menguji sumber berdasarkan aspek isi dari sumber tersebut.

c. Interpretasi, merupakan tahap selanjutanya dari metode historis. Interperetasi adalah kegiatan menafsirkan sumber-sumber sejarah yang diperoleh dengan teori-teori dan konsep-konsep sehingga memberikan makna terhadap sumber tersebut sehingga membentuk pokok pikiran sebagai kerangka berfikir dalam menyusun skripsi ini.

d. Historiografi, merupakan tahapan terakhir dalam metode historis yaitu merupakan kegiatan penulisan sejarah. Tahapan ini meliputi kegiatan penafsiran, penjelasan dan penyajian, ketiga kegiatan tersebut bukan merupakan kegiatan yang terpisah melainkan kegiatan yang pelaksanaannya dilakukan secara bersamaan.

Dalam upaya mengumpulkan sumber dan data untuk keperluan penyusunan skripsi ini, penulis melakukan teknik penelitian studi literatur. Yaitu penelitian dengan menggunakan cara meneliti dan mengkaji buku-buku atau literatur yang berhubungan dengan tema penelitian. Dalam skripsi ini tema penelitiannya ialah mengenai pergerakan perempuan di Amerika Serikat yakni Peranan Alice Paul dalam memperoleh hak suara perempuan di Amerika Serikat (1910-1920).

3.1 Persiapan Penelitian

Persiapan merupakan tahap awal yang dilakukan penulis dalam menyusun skripsi ini. Pada tahap ini pertama-tama penulis menentukan tema penelitian, kemudian menyusun rencana penelitian hingga ke proses bimbingan, berikut ini merupakan pemaparan dari tahap-tahap persiapan penelitian.

3.1.1 Penentuan Dan Pengajuan Tema Penelitian

Menentukan tema penelitian merupakan langkah pertama penulis dalam menyusun skripsi ini. tema yang dipilih penulis ialah mengenai pergerakan feminisme di Amerika Serikat tepatnya mengenai pergerakan menuntut hak pilih untuk perempuan atau Suffrage. Dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskan kajiannya terhadap seorang tokoh bernama Alice Paul.


(23)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alice Paul ialah seorang aktifis perempuan di Amerika Serikat yang memperjuangkan hak-hak perempuan terutama ialah hak untuk memilih dan dipilih atau hak suara. Alasan kenapa penulis tertarik untuk mengkaji tema tersebut ialah karena Alice Paul itu sendiri merupakan tokoh pejuang perempuan yang pada zamannya berjuang dengan cara yang tidak biasa. Ia dalam perjuangannya banyak sekali mendapat kritikan dan penolakan keras baik itu dari pemerintah maupun dari rekan-rekan sesama aktifis perempuan. Akan tetapi pergerakannya ini menghasilkan sebuah amandemen yang mampu merubah kehidupan kaum perempuan di Amerika Serikat.

Setelah menentukan tema penulis mengajukan judul penelitiannya kepada Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi (TPPS). Setelah mendapatkan persetujuan dari pihak TPPS, selanjutnya, peneliti menyusun rancangan penelitian berupa proposal penelitian.

3.1.2 Penyusunan Rencana Penelitian

Langkah selanjutnya setelah menentukan tema penelitian dan mengajukan tema tersebut kepada TPPS, ialah menyusun rencana penelitian atau proposal penelitian. Adapun subtansi dalam proposal penelitian tersebut ialah:

1. Judul

2. Latar Belakang Masalah Penelitian 3. Rumusan Masalah

4. Tujuan Penelitian 5. Manfaat Penelitian 6. Kajian Pustaka 7. Metode Penelitian 8. Sistematika Penulisan 9. Daftar Pustaka

Proposal penelitian tersebut kemudian dipaparkan di hadapan tim pertimbangan penelitian skripsi dan calon pembimbing dalam kegiatan seminar proposal pada tanggal 12 Novemver 2013 di Laboratorium Jurusan Pendidikan Sejarah.


(24)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.1.3 Proses Bimbingan

Setelah proposal penelitian disetujui oleh pihak TPPS dan calon pembimbing maka penulis mendapatkan SK penelitian dengan nomor 012/TPPS/JPS/PEM/2013. Kemudian melanjutkan penelitiannya ke proses bimbingan dengan Pembimbing I ialah Dr. Nana Supriatna, M.Ed dan Pembimbing II Moch. Eryk Kamsori, S.Pd. proses bimbingan ini dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Dalam proses bimbingan ini penulis mendapat saran, arahan serta masukan dari kedua pembimbing dalam proses penyusunan skirpsi ini. setiap hasil kerja yang dilakukan penulis akan dikonsultasikan kepada para pembimbing dan hasilnya akan dicatatan dalam lembar frekuensi bimbingan.

3.2 Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap ini penulis melaksanakan penelitiannya sesuai dengan metode historis yang telah di paparkan sebelumnya.

3.2.1 Heuristik Atau Pengumpulan Sumber

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tahapan heuristik merupakan tahapan dalam mengumpulkan sumber-sumber sejarah. karena teknik penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi ini ialah teknik studi literatur sehingga penulis hanya menggunakan sumber tulisan dalam penyususnan skripsi ini.

Dalam tahapan heuristik ini penulis melakukan pengumpulan data dengan cara mengunjungi perpustakaan-perpustakaan yang ada di indonesia dan juga mencari berbagai sumber dengan membelinya di toko-toko buku online maupun ke toko-toko buku yang ada di sekitar wilayah kota bandung, selain itu peneliti juga mencari sumber dengan menggunakan fasilitas internet seperti Browsing dan mengunjungi berbagai website yang dinilai dapat membantu penelitian skripsi penulis.

Pertama penulis mengunjungi perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Di perpustakaan ini penulis menemukan cukup banyak sumber buku mengenai kehidupan sosial budaya masyarakat di Amerika Serikat, serta


(25)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

buku-buku mengenai sejarah Amerika Serikat dan encyclopedia perempuan serta buku-buku mengenai feminisme dan konsep demokrasi. Berikut ini merupakan beberapa buku yang didapat penulis di perpustakaan UPI Women in World

History: A Biography Ensiklopedia Volume 12 karya comire (2001), The Enduring Vision - A History Of American People Volume 2: From1865 karya

Boyer (1990), Democracy In America karya De Tocqueville (1956). Selanjutnya ialah penulis mengunjungi American Corner yang berada di perpustakaan Institut Teknologi Bandung (ITB). Di perpustakaan ini penulis menemukan satu buku yang dapat menjadi sumber referensi penulis dalam menyusun skripsi ini yaitu, Women’s Movemen in the United State: Woman Suffrage, Equal Right And

Beyond yang ditulis oleh Buechler (1990). Selanjutnya peneliti mengunjungi

perpustakaan Universitas Indonesia (UI), disini penulis mendapatkan cukup banyak sumber skripsi dan juga buku. Selain itu penulis juga mengunjungi Perpustakaan Batoe Api di Jatinangor Sumedang, kemudian perpustakaan CSIS di jakarta dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) serta perpustakaan KAA di jalan Asia-Afrika Bandung.

Selain mencari sumber buku di perpustakaan peneliti juga mencari sumber dengan membelinya di toko-toko buku baik itu toko buku online maupun toko buku yang berada di sekitar kota bandung dan mendapatkan beberapa buku. Buku yang didapat penulis dari toko buku diantaranya ialah Lahir untuk kebebasan jilid

I dan II karya Evans (1994) dan Alice Paul Equality For Women (Lives Of American Womens) karya Lunardini (2013) dibeli penulis melalui aplikasi Google Play Book. Selain itu penulis juga cukup banyak mendapatkan buku-buku lain

yang dinilai relevan dengan penelitian penulis dalam bentuk e-book. Misalnya seperti buku Alice Paul And The American Suffrage Campaign yang ditulis oleh Katherine H. Adams dan Michael L. Keene (2008) dan Woman Suffrage In

America yang ditulis oleh Elizabeth Frost-Knappman dan Kathryn Cullen-DuPot

(2005).

Dengan menggunakan media internet penulis juga mendapatkan banyak sumber dari website-website yang dinilai terpercaya oleh penulis seperti website


(26)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

resmi organisasi Alice Paul fondations yaitu http://www.alicepaul.org/, website resmi United State Liblary of Congres yaitu http://www.loc.gov/. Selain itu penulis juga mengunjungi sebuah website yang dikembangkan oleh University of California yang bernama Calisphere, yaitu http://www.cdlib.org/. Dalam website tersebut penulis mendapatkan sebuah e-book yang dapat didownload yang berjudul Conversations with Alice Paul: Woman Suffrage and the Equal Rights

Amendment. Buku tersebut merupakan hasil dari wawancara Amelia R. Fry

dengan Alice Paul pada tahun 1976.

3.2.2 Kritik

Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan langkah-langkah dalam metode historis, ialah setelah melakukan heuristik adalah melakukan kritik. Tujuan dari kritik ialah untuk menyaring sumber-sumber yang telah didapatkan agar didapat sumber yang terpercaya, dan relevan dengan tema penelitian ini. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tahapan kritik terbagi menjadi dua yaitu, ktitik eksternal dan internal.

3.2.2.1Kritik Eksternal

Kritik Ekternal ialah melakukan telaah terhadap aspek luar dari sumber tersebut, seperti misalnya siapa yang menulisnya, apa tujuannya dan sebagainya. Kritik ektsternal memiliki tujuan untuk meminimalisiir unsur subjektifitas yang terdapat pada sumber sejarah.

Penulis melakukan kritik eksternal pada buku yang berjudul Conversations

With Alice Paul: Woman Suffrage And the Equal Rights Amendmentyang ditulis

oleh Amelia R. Fry (1976). Buku tersebut penulis dapatkan dengan cara mendowloadnya dalam bentuk PDF di sebuah situs yang dikembangkan oleh

University Of California yang bernama Calisphere. Buku tersebut disusun

berdasarkan sebuah proyek di University of California yaitu Suffrage Oral History

Project. Amelia R. Fry merupakan seorang wartawan di Amerika Seikat. Ia

pernah bekerja sebagai reporter dari suburban daily newspaper dari tahun 1966 hingga 1967. Ia juga pernah bekerja sebagai instruktur bahasa Inggris di


(27)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

University of Illinois. Ia mendapat gelar B.A dalam Phsychology and English di University of Oklahomadan gelar M.A dalam Educational pshychology and English di University of Illinois. Dia memimpin beberapa seri wawancara dalam

Suffrage Oral History Project di University of California. selain dengan Alice

Paul dia juga mewawancarai Mabel Vernon. Berdasarkan latar belakang penulisnya, buku ini penulis anggap dapat digunakan sebagai sumber. Buku ini berbahasa Inggris, karena itu untuk memahami isinya penulis perlu untuk menerjemahkanya terlebih dahulu. Karena buku ini merupakan sebuah transkrip dari hasil wawancara, maka penulis memerlukan waktu yang cukup lama untuk memahami maksudnya. Karena seperti halnya sebuah transkrip wawancara, sehingga buku tersebut berisi seperti sebuah naskah atau dialog antara dua orang. Penulis menganggap buku tersebut sebagai sumber primer dalam penelitian ini, karena buku tersebut berisi percakapan dengan Alice Paul, mengenai perjalanannya selama ia menjadi aktifis Suffrage. Ia merupakan subjek dari penelitian penulis. Namun karena buku tersebut merupakan hasil wawancara, sehingga yang dipaparkanya pun berdasarkan sudut pandang dari tokoh tersebut. Sementara untuk sumber-sumber lainnya penulis tidak melakukan kritik eksternal, karena sumber lainya yang penulis dapatkan tergolong kepada sumber sekunder berupa buku-buku, karya ilmiah seperti skripsi serta artikel-artikel dari internet.

3.2.2.2Kritik Internal

Kritik internal merupakan tahapan selanjutnya dalam proses kritik. Kritik internal seperti yang telah dijelaskan sebelumnya ialah melakukan uji kredibilitas terhadap sumber dengan mempertimbangkan aspek isinya.

Penulis membandingkan isi dari sumber satu dengan yang lainnya. Penulis membandingkan isi dari buku Alice Paul And The American Suffrage Campaign yang ditulis oleh Adamas dan Keene (2008) dengan buku Alice Paul Equality For

Women (Lives Of American Womens) yang ditulis oleh Lunardini (2013). Kedua

buku tersebut sama-sama menuliskan mengenai perjuangan Alice Paul dalam memperoleh hak pilih bagi wanita, namun dengan sudut pandang yang berbeda. Buku yang ditulis oleh Adams dan Keene (2008) lebih menyoroti strategi Alice


(28)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Paul dalam pergerakannya. Penulis buku itu mengkomparasikan latar belakang Alice paul yang berasal dari kaum Quaker dengan strategi yang digunakan oleh tokoh tersebut dalam memperjuangkan hak suara perempuan. Buku tersebut juga membandingkan Alice Paul dengan Gandhi yang percaya bahwa perlawan tanpa kekerasan merupakan jalan terbaik dalam mencapai kemenangan. Dalam buku tersebut juga dijelaskan mengani konsep militansi yang dijalankan oleh Alice Paul dalam pergerakannya. Sementara buku yang ditulis oleh Lunardini (2013) lebih memfokuskan kajiannya terhadap perjalanan hidup Alice Paul. Ruang lingkup buku tersebut ialah ketia Paul berada di Inggris dan mulai tertarik pada pergerakan hak perepuan (Suffrage) hingga ia berhasil meloloskan amandemen ke-19 sebagai kemenangan dari gerakan suffrage di Amerika Serikat. Kedua buku tersebut sama-sama menggambarkan sosok tokoh ini sebagai gadis dengan pemikiran yang progresif dan militan.

Setelah melalui proses kritik internal ini diharapkan sumber yang didapatkan merupakan data yang valid. Yang kemudian dapat digunakan sebagai bahan dari penulisan skripsi ini.

3.2.3 Interpretasi atau Penafsiran

Setelah melalui proses heuristik dan kritik, langkah selanjutnya ialah melakukan interpretasi atau penafsiran. Sjamsudin (2007) mengatakan bahwa ketika sejarawan menulis, disadari atau tidak, mereka berpegangan pada salah satu atau kombinasi dari beberapa filsafat sejarah yang menjadi dasar penafsirannya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan filsafat deterministik untuk menafsirkan fakta-fakta dalam skripsi ini. Filsafat sejarah deterministik menolak semua penyebab yang berdasarkan kebebasan manusia. Artinya sejarah manusia ditentukan oleh kekuatan yang berada diluar dirinya. Tenaga yang berada diluar diri manusia bisa berasal dari faktor-faktor geografis, etnologi, faktor lingkungan budaya seperti sisten sosial atau ekonomi.

Permasalahan yang di kaji dalam skripsi ini juga dilatarbelakangi oleh keadaan diluar diri manusia, yaitu keadaan budaya atau sistem sosial. Alice Paul melakukan pergerakan karena didorong oleh sistem sosial yang beraku di


(29)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Amerika Serikat pada masa itu, dimana kaum perempuan dianggap sebagai golongan yang inferior dan termarginalkan. dari berbagai macam penafsiran yang termasuk kedalam filsafat deterministik, penulis menggunakan penafsiran sintetis.

Penafsiran sintetis percaya bahwa ada banyak faktor penggerak sejarah. penafsiran ini menekankan bahwa sebuah fase dalam periode perkembangan sejarah tidak dapat ditentukan oleh satu sebab tunggal. Sebuah perkembangan dan jalannya sejarah ini pada hakikatnya digerakan oleh beberapa faktor dan tenaga secara bersama-sama dan sebagai penggerak utama tetap adalah manusia. Penafsiran ini dipilih karena peran Alice Paul dalam pergerakan suffrage dilatar belakangi oleh berbagai faktor. Selain itu selama ia memimpin pergerakan tersebut, strategi serta taktik yang ia gunakan dipengaruhi oleh berbagai faktor pendukung lainnya seperti keadaan sosial, politik, dan budaya yang berlaku di Amerika Serikat pada masa itu.

3.2.3.1 Pendekatan

Dalam melakukan interpretasi penulis menggunakan pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner ialah pendekatan dalam memecahkan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan dari berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan atau tepat guna secara terpadu. Yang dimaksud dengan ilmu-ilmu serumpun ialah karena selain menggunakan ilmu sejarah sebagai acauan utama untuk mengkaji permasalahan ini, penulis juga menggunakan konsep-konsep dari displin ilmu-ilmu sosial lainnya seperti sosiologi, politik dan ilmu psikologi. Dalam ilmu sosiologi penulis mengambil konsep gender, feminisme dan emansipasi. dalam ilmu politik penulis menggunakan konsep demokrasi dan hak suara untuk mempertajam analisis peremasalahan yang di kaji. Serta dengan ilmu psikologi penulis meminjam teori psikologi sosial.

Konsep Gender yang digunakan oleh penulis, ialah karena penelitian mengenai peran Alice Paul ini memiliki akar permasalahan dari pembagian gender. Pembagian gender merupakan hasil konstruksi masyarakat terhadaip sifat dan peran yang cocok terhadap dua jenis kelamin. Untuk memahami dirinya manusia merekonstruksi sifat-sifat yang ada dalam diri mereka sehingga


(30)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

munculah sebuah manifestasi maskulin untuk laki-laki dan feminim untuk perempuan. Dari pembagian gender tersebut berkembang menjadi pembagian peran yang cocok untuk kedua sifat tersebut. Misalnya laki-laki berperan sebagai pemimpin, mencari nafkah dan bekerja, sedangkan perempuan mengurus rumah, mengasuh anak dan membuat makanan. Seiring berjalannya waktu pembagian peran gender ini menjadi seolah-olah merupakan kodrat. Sementara masyarakat semakin berkembang, pembagian gender ini pun menjadi semakin kompleks tidak hanya meliputi pembagian peran tetapi meliputi ruang lingkup. Sehingga terjadi pemisahan ruang lingkup anatar laki-laki dan perempuan, seperti apa yang boleh di lakukan laki-laki dan tidak boleh dilakukan perempuan begitupun sebaliknya, atau dimana seharusnya perempuan berada dan dimana seharusnya laki-laki berada. Tanpa disadari dampak dari pembagian gender ini ternyata telah memperkecil peran serta ruang lingkup salah satu pihak yaitu kaum perempuan dalam masyarakat. Hal tersebut itulah yang kemudian disebut sebagai ketidakadilan gender yang menurut penafsiran penulis merupakan akar dari permasalahan ini.

Konsep emansipasi dapat diartikan sebagai upaya untuk meraih kesetaraan hak dan kedudukan sosial di masyarakat. tujuan emansipasi ialah untuk meraih kesetaraan antara kaum perempuan dan laki-laki. Emansipasi akan dilakukan jika seorang atau sekelompok individu merasa tidak sepakat akan peran yang ia harus mainkan dan situasi ia rasa merugikan dalam masyarakat, maka ia akan berusaha membebaskan diri dan menuuntut agar ia dapat mengatur kehidupannya sesuai dengan yang ia kehendaki serta menuntut hak-haknya sebagai manusia. Emansipasi biasaya selalu di kaitkan dengan kaum perempuan, namun sesungguhnya tidak hanya kaum perempuan yang melakukan emansipasi tetapi kaum laki-laki pun dapat melakukan emansipasi. Hanya saja, emanispasi merupakan bentuk perlawanan akibat dari ketidakadilan gender yang terjadi di masyarakat, dan sebagian besar yang menerima ketidakadilan gender tersebut ialah kaum perempuan. Karena itulah kaum perempuan yang merasakan


(31)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ketidakadilan dalam peran yang mereka jalankan melakukan emansipasi untuk meraih kesetaraan dengan kaum laki-laki.

Penulis menafsirkan Pergerakan Alice Paul merupakan sebuah upaya emansipasi kaum perempuan dalam menuntut persamaan hak dan kedudukan sosial mereka di masyarakat. ia menyadari bahwa sebagai manusia perempuan juga memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki. Peran yang telah diberikan kepada perempuan oleh masyarakat selama ini memang telah membatasi ruang gerak perempuan. Namun hak-hak kaum perempuan sebagai manusia tidak berarti hilang karena perannya. Maka dari itulah Alice Paul berupaya untuk mengembalikan hak-hak kaum perempuan yang tercabut karena pembagian peran di masyarakat. Upaya emansipasi Alice Paul ini diwujudkan dalam perjuangannya memperoleh hak suara bagi perempuan.

Konsep demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta memerintah dengan perantara wakil-wakilnya. Dalam demokrasi kedaulatan rakyat menjai hal utama. Penulis menggunakan konsep demokrasi dalam pendekatan untuk mengkasi permasalahan dalam penelitian ini, ialah karena negara Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi, selain itu pergerakan Alice Paul dalam menuntut hak suara yang merupakan hak kewarganegaraan, merupakan sebuah upaya untuk mewujudkan demokrasi. Pada era modern, konsep demokrasi tidak hanya meliputi bidang politik saya, tetapi juga bidang ekonomi, sosial dan HAM. Berdasarkan konsep demokrasi, kajian mengenai parmasalahan ini merujuk pada konsep demokrasi individualisme liberal. Yaitu menjelaskan demokrasi sebagai pelindung manusia dari kesewenang-wenangan kekuasaan pemerintah dan pemerintah sebagai pelindung kebebasan seluruh rakyat dari ancaman gangguan. Model demokrasi ini menginginkan kesamaan universal bagi seluruh rakyat dan kesamaan hak bagi seluruh rakyat dalam proses politik hal ini ditandai dengan

“satu orang satu suara.”

Keadaan dalam model demokrasi individualisme liberal inilah yang berusaha diwujudkan oleh Alice Paul, dimana setiap manusia berada dalam posisi


(32)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang sederajat dalam kemerdekaan dan hak-hak dasarnya. Amerika Sendiri memang menerapkan sistem demokrasi dalam pemerintahannya. Namun dikarenakan keadaan sosial budaya disana pemerintahnya tidak memberikan Hak kewarganegaraan pada kaum perempuan, hal tersebut tentu merupakan sebuah pelanggaran dalam sistem pemerintahan demokrasi. Dimana kedaulatan rakyat menjadi hal yang utama dan harus dilindungi oleh negara, tetapi justru tidak diberikan oleh negara.

Hak memberikan suara atau hak memilih merupakan hak setiap individu atau warga negara yang pemenuhannya harus dijamin oleh negara. Hak untuk memberikan suara atau memilih merupakan hak asasi subyektif dari setiap individu yang tidak boleh diintervensi oleh siapapun, baik itu oleh negara maupun oleh masyarakat. setiap warga negara bebas menggunakan hak pilihnya tanpa takut akan ancaman dalam bentuk apapun. Salah satu perwujudan dari pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yaitu diberikan pengakuan kepada rakyat untuk berperan serta secara aktif dalam menentukan wujud penyelenggaraan pemerintahan tersebut. Dan sarana untuk mewujudkannya ialah dengan pemilihan umum dimana rakyat memberikan suaranya atau pilihannya. Hak pilih warga negara dalam pemilihan umum adalah salah satu substansi terpenting dalam perkembangan demokrasi, sebagai bukti adanya eksistensi dan kedaulatan yang dimiliki rakyat dalam pemerintahan.

Karena itulah penulis menggunakan konsep hak suara dalam kajian penelitian ini untuk menjelaskan dan menganalisis hal yang diperjuangkan oleh Alice Paul. Dalam sebuah sistem pemerintahan demokrasi pemenuhan hak suara sangat penting sekali. Kaum perempuan di Amerika Serikat pada masa itu tidak diberikan hak suara dikarenakan keadaaan sosial budaya yang menganggap perempuan tidak cukup cakap untuk mengambil keputusan dikarenakan sifat-sifatnya. Pemenuhan hak suara dalam masyarakat demokrasi merupakan hal yang sangat penting, karena dengan dipenuhinya hak suara maka hal tersebut melambangkan kedaulatan rakyat, kebebasan bernegara dan kesetaraan dalam bernegara.


(33)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Konsep atau teori feminisme dan penelitian ini penulis gunakan untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian ini. teori feminisme mengkaji permasalahan dengan pemecahan yang female centris. Feminisme muncul dilatar belakangi oleh struktur sosial yang berlaku di masyarakat menimbulkan banyak terjadi diskriminasi, berbagai penindasan terhadap kaum wanita bahkan ketidaksetaraan gender. Landasan feminisme ialah ketika kaum wanita mendapat intimidasi dari kaum laki-laki. Kenyataannya selama ini ada batas yang sangat kuat dan jelas yang memperlihatkan dominasi kaum laki-laki di berbagai sektor kehidupan, yang pada akhirnya mengecilkan peran yang dimiliki kaum perempuan. Oleh karena itu, feminisme mempunyai asumsi dasar bahwa, akibat perlakuan diskriminatif dan adanya marginalitas terhadap kaum perempuan dalam memilih jalan hidupnya membuat adanya ketimpangan dalam hak asasi wanita dan pria yang sangat tidak sebanding. Kajian mengenai peran Alice Paul ini merupakan salah satu kajian feminisme, dimana kaum perempuan berusaha melakukan emansipasi untuk melawan ketidak adilan gender dan perlakuan diskriminatif yang terjadi padanya. Karena menggunakan kajian feminisme, maka penulis mengkaji penelitian ini berdasarkan sudut pandang female centris, yaitu permasalahan di kaji berdasarkan sudut pandang dari keadaan sosial, budaya wanita dimana keadaan tersebut mempengaruhi tatanan kehidupan masyarakat dan membongkar ketimpangan-ketimpangan yang terjadi di masyarakat.

Kajian penulis mengenai pergerakan Suffrage yang dilakukan oleh Alice Paul ini termasuk kedalam kajian feminisme liberal klasik yangmuncul pada abad ke-18. Femnisme liberal klasik memperioritaskan hak lebih tinggi dari pada kebaikan dan mengharapkan negara melindungi kebebasan sipil, seperti hak kepemilikan, hak memilih, kebebasan untuk berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan untuk berorganisasi. John Mill salah satu pemikir feminisme liberal klasik menekankan pentingnya perempua mengekspresikan keinginannya dan berani meraih kebahagiaan yang mereka inginkan dan bukan berdasarkan apa yang orang lain inginkan. Karena itu Hak pilih merupakan jalan keluar bagi perempuan untuk meraih kesetaraan dengan laki-laki. Feminis liberal bertujuan


(34)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk membesakan perempuan dari penindasan peranan gender, dan upanya untuk mewujudkan kesetaraan bagi perempuan dilakukan melalui pendekatan legalitas, melalui jalur hukum dengan cara mereformasikan sistem yang ada.

Teori psikologi sosial digunakan untuk mengkaji bagaimana seorang tokoh dapat merubah pandangan masyarakat. Bagaiman seorang individu dapat tampil sebagai seorang pemimpin dalam kelompoknya. Berdasarkan kajian psikologi sosial mengenai munculnya seorang individu yang berperan sebagai pemimpin ialah disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor dari dalam individu itu sendiri seperti kecakapan, pengetahuan dam pengalamannya dinilai memiliki kelebihan dari orang lain yang ada dalam kelompoknya. Yang kedua ialah karena individu tersebut memang sering tampil dihadapan publik. Yang ketiga ialah faktor keadaaan yang chaos atau kacau dimana menuntut untuk segeranya tampil seorang pemimpin. Alice Paul ia telah terbiasa dididik dengan ide-ide kesetaraaan dalam lingkungan keluarganya, selin itu saat dewasa ia bekerja dalam bidang sosial sehingga dalam dirinya tumbuh kepedulian sosial yang sangat tinggi. Meliha keadaan kaum perempuan di negaranya yang dianggap belum mendapat kemerdekaan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka jika dilihat dalam sudut pandang psikologi sosial tingkah laku Alice Paul ini termasuk kedalam pola tingkah laku objektivisme, yaitu faktor lingkungan atau masyarakat yang mempengaruhi tingkah laku seseorang.

Dalam psikologi sosial juga terdapat aspek-aspek lain seperti identifikasi, imitasi, sugesti, dan simpatik. Dalam memimpin gerakan suffrage alice Paul selalu menerapkan kebijakan anti kekerasan namun dia juga menggunakan strategi-strategi yang militan dalam pergerakannya, berbagai reaksi yang ditunjukan oleh masyarakat terhadapnya, namun dari berbagai reaksi tersbut pada akhirnya Alice Paul dapat meraih simpatik masyarakat melalui pergerakannya. Hal tersebut ditunjukan dengan banyaknya anggota masyrakat yang bergabung dengannya dalam organisasi NWP secara sukarela.


(35)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Historiografi merupakan tahapan terakhir dalam proses pelaksanaan penelitian yang sesuai dengan metode historis. Pada tahapan ini penulis melakukan historiografi atau penulisan sejarah dengan aturan-atauran yang disesuaikan dengan pedoman penulisan karya ilmiah yang diterbitkan oleh UPI tahun 2013. Dalam historiografi ini terdiri atas lima bab, yaitu bab I mengenai pendahuluan, bab II mengenai kajian pustaka, bab II ialah mengenai metode penelitian, bab IV merupakan pembahasan dan bab V merupakan kesimpulan dan saran.

Untuk memudahkan dalam historiografi, dalam bab IV, penulis membaginya kedalam beberapa sub-bab berdasarkan kronologi waktunya. Yaitu, pada sub-bab pertama penulis membahas mengenai gambaran umum kehidupan perempuan Amerika Serikat, kemudian perkembangan pergerakan perempuan di Amerika Serikat, setelah itu penulis membahas mengenai peranan Alice Paul dalam memperoleh hak suara bagi perempuan di Amerika Serikat.


(36)

(37)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN

Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi ini, yang berjudul

Peranan Alice Paul Dalam MemperolehHak Suara Bagi Wanita Di Amerika Serikat (1910-1920). Kesimpulan ini merujuk pada jawaban atas permasalahan

yang telah dikaji pada bab sebelumnya yang tertuang dalam rumusan masalah.

5.1 Kesimpulan

Secara umum penulis berkesimpulan bahwa sosok Alice Paul merupakan sosok pemimpin gerakan suffrage yang berbeda dengan para pemimpin lainnya pada masa itu, seperti Carrie Capman Catt atau Dr Anna Howard Shaw. Ia, berani mengambil tindakan yang radikal tanpa menghiraukan pandangan subordinat terhadap perempuan. Berkaitan dengan kesimpualan penelitian ini, penulis merumuskan tiga hal yang merujuk pada permasalahan penelitian ini, yaitu:

Pertama, latar belakang Alice Paul memperjuangkan hak suara bagi wanita di Amerika Serikat. Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang mengaplikasikan sistem demokrasi dalam sistem pemerintahannya. Sistem demokrasi sangat mengutamakan kebebasan dan hak dari rakyat. Karena itu dalam proses pemilihan pemimpinnya juga harus melalui persetujuan rakyat. Hal tersebut diwujudkan dalam sebuah pemilihan umum, dengan kata lain dalam sistem demokrasi kedaulatan rakyat merupakan hal yang sangat penting. Tentu saja hal tersebut juga tertuang dalam naskah deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat Sendiri. Dalam naskah tersebut para bapak pendiri negara itu menyatakan

bahwa “We hold these truths to be self-evident, that all men are created equal, that they are endowed by their Creator with certain unalineable Right...”. berdasarkan pernyataan tersebut, dapat terlihat bahwa Negara itu Mengakui bahwa setiap manusia diciptakan sederajat dan telah di karuniai dengan hak azasi yang tak tercabutkan. Penulis meyakini bahwa hak kewarganegaraan juga merupakan bagian dari hak azasi tersebut, apalagi jika dikaitkan dengan sistem demokrasi, dimana kedaulatan rakyat menjadi hal utama. Didalam hak


(38)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kewarganegaraan juga termasuk hak suara atau hak untuk dipilih dan memilih. Hak-hak tersebut seharusnya diberikan secara penuh bagi seluruh warga negara dan merupakan tugas pemerintah untuk menjamin dan melindunginya. Namun pada masa itu kehidupan sosial di Amerika Serikat sangat didominasi oleh kaum laki-laki. Hal tersrbut dikarenakan oleh pembagian peran gender yang memarginalkan kaum perempuan. Masyarakat Amerika Serikat percaya bahwa peran perempuan ialah untuk mengurus rumah tangga, dan mengasuh anak. karena itulah kegiatan perempuan pada masa itu hanya berada di sekitar rumah. Selain itu pembagian peran pada masa itu yang seringkali menimbulkan bias gender yang menyebabkan kesalahpahaman mengenai konsep gender dan jenis kelamin. Jenis kelamin merupakan kodrat tuhan, berlangsung selamanya di segala tempat dan waktu. Sementara gender merupakan sifat hasil dari rekonstruksi sosial. Sehingga gender bersifat tidak tetap, dapat berubah dari masa-kemasa dan berbeda-beda dalam setiap tempat. Masyarakat Amerika Serikat pada masa itu sering kali menyamakan gender dengan jenis kelamin sehingga, seolah-olah perempuan itu memang telah dikodtratkan untuk menjadi lemah-lembut, penurut dan emosional. Karena itu masyarakat memberikan peran pada perempuan untuk menegurus rumah tangga dan membesarkan anak. Masyarakat menganggap perempuan tidak cocok untuk tampil di hadapan publik, berpartisipasi dalam politik maupun mengambil keputusan dikarenakan sifat perempuan yang emosional dan tidak rasional. Selain itu keadaaan perempuan disana juga sangat dipengaruhi oleh adat istiadat Eropa, mengenai citra perempuan Victorian, yang cantik, lemah-lembut, penurut dan anggun. Sehingga selain kegiatan rumah tangga dan mengurus anak kegiatan lain yang cocok untuk perempuan ialah mempercantik diri. Kehidupan beragama di masyarakat Amerika Serikat pada masa itu juga semakin memperkecil peran perempuan. Agama kristen Protestan yang berkembang disana sangat menuntut kepatuhan perempuan terhadap suaminya. John Calvin menyatakan bahwa kepatuhan perempuan terhadap suami sama dengan kepatuhan seorang laki-laki terhadap Tuhan. Berdasarkan keadaan


(39)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sosial yang seperti itu peran perempuan di masyarakat semakin lebur dan tertutup. Dunia perempuan dan laki-laki seakan terpisahkan.

Berdasarkan keadaaan tersebut maka pemerintah Amerika Serikat memiliki pandangan yang sama mengenai kewarganegaraan. Yang memiliki hak suara ialah hanya kaum laki-laki, Sementara perempuan tidak diberikan hak suara sama seperti anak-anak, budak dan orang-orang yang memiliki gangguan jiwa. Karena dinilai tidak dapat mengambil keputusan secara rasional. Hal tersebut juga tersurat dalam naskah deklarasi kemerdekaanAmerika Serikat, yaitu dengan hanya menyebut kata man saja dan tidak menyertakan woman. Hal tersebut tentu sangat tidak demokratis dan bertentangan dengan sistem pemerintahan Amerika Serikat yang menganut paham demokrasi.

Alice Paul yang dibesarkan dalam Lingkungan Quaker yang menyadari akan kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki membuatnya terbiasa dibesarkan dengan ide-ide kesetaraan. Selain itu ketertarikannya akan ilmu-ilmu sosial membuatnya lebih peka terhadap keadaan sosial perempuan. Ia merasa meskipun Amerika Serikat telah menyatakan kemerdekaannya pada 1776, namun perempuan di negara itu belum merdeka. Karena mereka tidak diberikan hak kewarganegaraan oleh negaranya sendiri, yaitu hak untuk memilih dan dipilih atau hak suara. Saat ia berada di Inggris ia melihat Cristabel Pankhurst yang sedang berpidato mengenai kesetaraan antara perempuan dan laki-laki serta pentingnya hak suara bagi perempuan. saat itu ia diejek dan didorong oleh pendengarnya. Alice merasa sangat simpatik dan memiliki pandangan yang sama dengan pembicara itu. Sejak itulah Alice Paul memutuskan untuk mengabdikan dirinya untuk mewujudkan kesetaraan bagi perempuan. Ia melakukan emansipasi dengan cara memperjuangkan hak Suara bagi perempuan, sebagai langkah awal untuk mewujudkan kesetaraan bagi perempuan di Amerika Serikat.

Kedua, uaya-upaya yang dilakukan Alice Paul dalam memperoleh hak

suara di Amerika Serikat. Pergerakan suffrage atau gerakan menuntut hak suara perempuan di Amerika Serikat sendiri telah muncul sejak awal abad ke-19. Suffrage meupakan bagian dari pergerakan feminisme, dimana kaum wanita


(40)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memperjuangkan hak-haknya. Suffrage sendiri termasuk pada pergerakan feminis liberal, yang muncul pada awal gelombang feminisme. Feminisme liberal merupakan, gerakan perempuan yang memfokuskan pergerakannya untuk menuntut kebebasan bagi kaum prempuan. Salah satu kebebasan yang diperjuangkan ialah kebebasan bernegara, yang diwujudkan dengan memperjuangkan hak suara. Feminisme liberal bertujuan untuk mewudkan status legal perempuan dalam masyarakat dan pemerintahan. Karena itu pola-pola pergerakan feminisme liberal biasaya menuntut perubahan atau revolusi terhadap undang-undang. Alice Paul memulai pergerakan suffrage-nya di Amerika Serikat ialah ketika ia kembali dari Inggris pada 1910. Dalam pergerakannya ia percaya bahwa pergerakan militan membawa kesuksesan. Berbeda dengan organisasi suffrage lain yang telah ada sebelumnya di Amerika Serikat yaitu NAWSA dengan pola pergerakan dari satu negara bagian ke negara bagian lain. Alice Paul menilai bahwa pergerakan dengan cara tersebut akan membuang-buang waktu, dan tidak efektif. Ia menilai akan lebih efektif jika memperjuangkan hak suara di tingkat federal. Yaitu dengan langsung mengusulkan amandemen pada undang-undang federal yang memberikan perempuan hak suara. Namun pada masa itu untuk meyakinkan pemerintah agar mensahkan amandemen federal mengenai hak suara perempuan bukan hal yang mudah. Karena itu Alice Paul bersama dengan rekan-rekannya melakukan berbagai upaya agar hak suara bagi perempuan dapat terwujud. Ia bersama dengan organisasinya yaitu NWP berupaya melobi partai-partai politik yang ada di Amerika Serikat untuk mendapatkan dukungan dalam kongres. Selain itu untuk membangkitkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya hak suara bagi perempuan, ia melakukan pertemuan-pertemuan terbuka, melakukan berbagai parade, dan mendidik perempuan-perempuan muda untuk sadar akan hak-haknya. Tokoh ini juga mendirikan sebuah suffrage school untuk mendidik perempuan-perempuan muda yang memiliki sifat pemimpin dan peduli pada kesetaraan perempuan. Dalam upayanya tidak selalu berjalan mulus, ia sering kali mendapat kecaman dari masyarakat, karena hak suara perempuan bukan merupakan isu yang populer. Hal tersebut bertambah parah ketika Amerika


(41)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Serikat mulai memasuki perang dunia I. Disaat orang lain mendukung negaranya dalam perang ia bersama organisasinya membuat kebijakan anti perang dan tetap memperjuangkan hak suara perempuan sebagai tujuan utama mereka.

Pergerakan Alice Paul yang militan ternyata membuat isu mengenai hak suara perempuan selalu hangat di publik. Hal tersebut membuat masyarakat sadar akan kemampuan perempuan dalam mengorganisir kelompoknya, dan membuktikan bahwa perempuan memiliki potensi yang sama dengan laki-laki. Yang dilakukan Alice Paul tidak hanya memperjuangkan hak suara bagi perempuan tetapi ia juga menunjukan kepada masyarakat bahwa perempuan juga memiliki kapasitas dan kemampuan seperti laki-laki, sehingga perempuan juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki termasuk hak suara.

Ketiga, ialah dampak dari pergerakan Alice Paul terhadap kehidupan sosial

kaum perempuan di Amerika Serikat. Alice Paul sebagai salah satu pemimpin pergerakan suffrage di Amerika Serikat, keberhasilannya di tunjukan pada 26 Agustus 1920, ketika Sekertaris Negara mengumumkan disahkannya Amandemen ke-19 mengenai hak suara perempuan. Dengan disahkannya amandemen tersebut tentu akan mengubah kehidupan sosial kaum perempuan di Amerika Serikat. Dengan diberikannya hak suara pada perempuan di Amerika Serikat maka telah memperluas ruang gerak kaum perempuan. Tidak hanya dalam pemilihan umum, selanjutnya pendapat dan argumentasi mereka dalam sarana publik juga memiliki sebuah nilai. Dan mereka tidak lagi dianggap sebagai mahluk yang lemah yang memerlukan perlindungan kaum laki-laki, kini kaum perempuan dapat tampil sebagai individu yang merdeka dan pendapatnya sama penting dengan kaum laki-laki. Keadaan tersebut membuat kaum perempuan lebih leluasa dalam menentukan hidupnya. Kini mereka dapat pergi kesekolah dan mendapat pendidikan yang sama seperti kaum laki-laki, mereka juga dapat melakukan pekerjaan yang mungkin dahulu tertutup bagi perempuan. Mereka dapat ikut serta dalam rapat maupun pertemuan-pertemuan publik lainnya bahkan duduk sebagai anggota kongres.


(42)

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pergerakan Alice Paul menuntut hak suara bagi perempuan di Amerika Serikat berjalan efektif dan berhasil. Ia yang dibesarkan di lingkungan Quaker, membuat ia terbiasa dengan ide-ide mengenai persamaan gender. Pendidikan Quaker yang dipenuhi oleh ide-ide progresif dan kepedulian sosial yang tinggi, membuatnya memiliki kepekaan terhadap keadaan sosial masyarakat, terutama mengenai peranan dan status kaum perempuan di masyarakat Amerika Serikat pada masa itu. Pengalamannya di Inggris bersama keluarga Pankhurst dalam pergerakan suffrage membuat kepeduliannya terhadap nasib kaum perempuan semakin tinggi. Ia percaya bahwa untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, harus dilakukan secara militan dan tidak boleh mengandalkan kaum laki-laki. dalam pergerakannya Alice Paul selalu merencanakan sebuah pergerakan yang berskala besar, yang mampu meraih publisitas tinggi. Tujuannya ialah untuk mendapatkan seluruh perhatian masyarakat. Caranya berjuang pada masa itu dinilai sangat tidak lazim, kerena pada masa itu akan sangat aneh jika melihat seorang perempuan berpidato didepan publik, atau melakukan parade didepan umum. Sehingga ia seringkali mendapat kecaman dari masyarakat, termasuk dari sesama aktifis suffrage. Konsistensinya dalam melakukan pergerakan secara militan membuatnya menjadi sosok pemimpin perempuan yang sangat berpengaruh. Menurutnya hak suara perempuann merupakan langkah awal bagi perempuan untuk melaih kesetaraan di masyarakat, karena itulah pada periode selanjutnya ia kembali mengusulkan resolusi untuk meraih kesetaraan gender dengan Amandengan persamaan hak, atau yang lebih dikenal dengan Equal Right

Amandement (ERA), yang terus ia perjuangkan hingga akhir hayatnya.

Hak suara bagi perempuan memang telah diberikan, namun ada sebuh ironi dalam hal ini. Yaitu kaum perempuan memperoleh hak suara tersebut melalui perjuangan kolektif, rasa persatuan dalam diri kaum perempuan mampu merekonstruksi norma-norma yang berlaku di masyarakat. Namun dengan diberikannya hak suara pada perempuan, maka kaum perempuan kini mampu tampil secara individu. Kebebasan individu perempuan ini secara tidak langsung telah mengurangi peran kolektifitas perempuan.


(1)

136

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

oleh Alice Paul pada periode selanjutnya mengenai kesetaraan hak bagi warga negara Amerika Serikat dalam segala bidang tanpa memandang jenis kelamin maupun ras yang baru di sahkan oleh pemerintah AS pada tahun 1972.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adams, K. H dan Keene, M. L. (2008). Alice Paul And The American Suffrage Campaign. USA: University of Illinois Press.

Agustina, F. (2010). 100 Great Women - Suara Perempuan Yang Menginspirasi Dunia. Yogyakarta: Yogya Bangkit Publisher.

Ahmadi, A. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Arvia, G. (2003). Filsafat berprespektif Feminis. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.

Bedford, H.F, dkk. (1985). The American: A Brief History Since 1865 Part Two. United State of America: Harcourt Btace Jovanovich, Publisher.

Black, J. (2004). Atlas Sejarah Dunia: Memetakan Perjalanan Manusia. Jakarta: Erlangga.

Boyer, P.S. (1990). The Enduring Vision - A History Of American People Volume 2: From1865. USA: D. C. Heath and Company.

Budiman, A. (1982). Pembagian Kerja Secara Seksual: Sebuah pembahasan Sosiologis Tentang Peran Wanita Di Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia. Buechler, S. M. (1990). Women’s Movemen in the United State: Woman Suffrage,

Equal Right And Beyond. USA: Rutgers University Press.

Cincotta, H (2004). Garis Besar Sejarah Amerika Serikat. Amerika Serikat: lembaga Penerangan Amerika Serikat.


(3)

137

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Commire, A. (2001). Women in World History: A Biography Ensiklopedia Volume 12. New York: Yorkin Publication.

Davis, A. F dan Woodman, H. D. (1984). Conflict and Consencus in Early American History. Massachusetts: D. C. Heath and Company.

De Tocqueville, A (1956). Democracy In America. United State of America: The New American Library.

Evans, S. M. (1994a). Lahir Untuk Kebebasan: Sejarah Perempuan Amerika Jilid I. Jakarta: Yayasan obor Indonesia.

Evans, S, M. (1994b). Lahir Untuk kebebasan: Sejarah Perempuan Amerika Jillid II. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Fakih, M. (1999). Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fry, A. R. (1976). Suffragists Oral History Project: Conversations with Alice Paul: Woman Suffrage and the Equal Rights Amendment. United State of America: The Regents of the University of California.

Fuady, M. (2010). Konsep Negara Demokrasi. Bandung: Rafika Aditama. Gerungan, W. A. (2009). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Gonick, L. (2008). Kartun Riwayat Amerika Serikat. Jakarta: Kepustakan Populer Gramedia.

Gottschalk, L. (2008). Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.

Held, D. (2007). Models of Democracy. Jakarta: Akbar Tandjung Institute. Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung : Historia Utama Press.

Jackson, S dan Jones, J. (2009). Pengantar Teori-Teori Feminis Kontemporer. Yogyakarya: Percetakan Jalasutra.


(4)

Knappman, E. F and DuPot, C.C. (2005). Women’s Suffrage In America. New York: Fact on File.Inc.

Lubis, M. (1998). Demokrasi Klasik Dan Modern. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Lunardini, C. (2013). Alice Paul Equality For Women (Lives Of American Womens). Colorado, United State of America: Westview Press.

Morris, R. B. (1982). Encyclopedia of American History. New York: Harper & Row Publishers.

Munandar, U. (1983). Emansipasi Dan peran Ganda Wanita Indonesia. Jakarta: UI-Press.

Nuraeni, I. (2009). Kebijakan Publik Pro Gender. Surakarta: UNS Press Nurtjahjo, H. (2008). Filsafat Demokrasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Santoso, S. (2010). Teori-teori Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama. Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakatra: Ombak.

Supardan, D. (2009). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Jurnal

Amiruddin, M. (2006). “Feminisme: Ilmu Pengetahuan Merindukan Kebenaran”.


(5)

139

Fury Ismaya, 2015

PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT (1910-1920)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Asri, D. P. B. (2009). “Pemenuhan Hak Asasi Manusia Untuk Memilih Dan Tidak Memilih (Golput) Dalam pemilu 2009”. Jurnal Kostitusi, 2, (1), 7-24. PK2P-FH Universitas Muhamandyah Yogyakarta.

Hayati, E.N. (2006). “Ilmu Pengetahuan + Perempuan = ...”. Jurnal Perempuan, 48, (1), 7-15. Yayasan Jurnal Perempuan.

Skripsi

Amelia, D. (2004). National Womens Trade Union League Sebagai Organisasi Pekerja Perempuan Di Amerika Serikat Tahun 1903-1920. Skripsi pada FIPB Universitas Indonesia: tidak diterbitkan.

Prasetyo, T. (2002). Peranan The National Woman Suffrage Association (NWSA) Dalam Memperjuangkan Hak Suara Wanita Amerika Dari Tahun 1869-1890. Skripsi pada FIPB Universitas Indonesia: tidak diterbitkan

Siregar, C. N. P. (2005). Sikap perempuan Amerika Serikat Terhadap Amandemen Ke-19 Tahun 1920. Skripsi pada FIPB Universitas Indonesia: tidak diterbitkan.

Artikel

Rostyaningsih, D. (2010). Konsep Gender. Artikel dipresntasikan dalam acara

“Pelatihan Analysis Gender Di Perguruan Tinggi” dalam rangka

program revitalisasi PSW/G yang diselengarakan oleh Pusat Penelitian Gender (PPG) LPPM UNDIP, Semarang.

Sarimaya, F. (2007). Analisis Gender Dalam Gerakan Perempuan (Suatu Studi Mengenai Pengertian, Sosialisasi Dan Manifestasi Gender Dalam Kehidupan Masyarakat). Artikel Pada Diskusi Rutin Mingguan Pada Jurusan Pendidikan Sejarah UPI, Bandung.

Sumber Internet

Harvey, S. (2001). American Women: A Library of Congress Guide for the Study of Women's History and Culture in the United States. [online]. Tersedia: http://www.loc.gov/ [1 September 2013]


(6)

Lewis, J.J. (2004). Women Marchers Attacked At Inauguration. [online]. Tersedia: http://womenshistory.about.com/od/cuws/ [1 september 2013]. Mount. (2011). Constitution of United State of America. [online]. Tersedia:

http://www.usconstitution.net [14 Januari 2015]

Pratama, R. A. (2012). Gender Dan Feminisme. [online] Tersedia: http://restik-a-

p-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-46179-THI-Gender%20&%20Feminisme.html [5 maret 2014]

Pratiwi, D. E. (2006). National American Women Suffrage Associatio (NAWSA); Perjuangan Dan Arti pentingnya Organisasi Perempuan Pembaharu Dalam Meraih Hak Pilih perempuan Amerika Tahun 1890-1920. [Online]. Tersedia http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/735 [13 September 2013]

Rebecca, C, Myers K dan Lindman, J. (08 November 2010). Biography of Alice Paul. [online]. Tersedia http://alicepaul.org [30 Agustus 2013]

Rohli, M. (2012). Hak Pilih Warga Negara Sebagai Sarana Pelaksanaan

Kedaulatan Rakyat Dalam Pemilu. [Online]. Tersedia:

http://hukum.kompasiana.com/2012/05/17/hak-pilih-warga-negara-sebagai-sarana-pelaksanaan-kedaulatan-rakyat-dalam-pemilu-458023.html [4 maret 2014]