STUDI PEMEKARAN WILAYAH DI KABUPATEN ACEH TAMIANG.

(1)

STUDI PEMEKARAN WILAYAH

DI KABUPATEN ACEH TAMIANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

FAUZIAH

NIM: 071233310098

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2012


(2)

(3)

(4)

v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Fauziah

Nim : 071233310098

Jurusan : Pendidikan Geografi Fakultas : Ilmu Sosial

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar – benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau tulisan saya sendiri.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil jiplakan/ plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Medan, Juli 2012

Saya yang membuat pernyataan

Fauziah


(5)

vi ABSTRAK

Fauziah, NIM. 071233320098. Studi Pemekaran Wilayah Di Kabupaten Aceh Tamiang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi Aceh Tamiang ditinjau dari Faktor fisik (Luas Wilayah) dan Faktor Non Fisik (Jumlah Penduduk, Fasilitas Perekonomian, Fasilitas Pendidikan, Fasilitas Kesehatan, dan Aksesibilitas), lalu kedua potensi itu dikaitkan dengan pedoman Penilaian pemekaran/pembentukan kabupaten/kota (pelaksanaan PP No. 78 tahun 2007).

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Tamiang pada bulan Januari 2012 dan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 12 kecamatan di Kabupaten Aceh Tamiang dan sampel dalam penelitian ini adalah 12 kecamatan di Kabupaten Aceh Tamiang.

Data yang dibutuhkan adalah data sekunder yang dihimpun dari kantor-kantor yang berkaitan di Kabupaten Aceh Tamiang. Teknik analisa data dengan menggunakan metode desktiptif lalu dikaitkan pedoman Penilaian pemekaran/pembentukan kabupaten/kota (pelaksanaan PP No. 78 tahun 2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Potensi Fisik yaitu Luas Wilayah keseluruhan pada tahun 2010 berjumlah 1.957,02 km2, dan luas wilayah efektif yang dapat dimanfaatkan 26,22 %, (2) Potensi Non Fisik yaitu (a) Jumlah Penduduk pada tahun 2010 sebanyak 251.914 jiwa, kepadatan penduduk dengan skor 129, (b) Aktifitas Ekonomi dengan skro 3,53, (c) Ketersediaan Sarana dan Prasarana yaitu Fasilitas Pendidikan dengan skor 0,056 dan Fasilitas Kesehatan dengan skor 83,28, (d) Aksesibilitas dengan skor 22,08. Dari hasil perhitungan telah relevan mendukung pemekaran wilayah Kabupaten Aceh Tamiang berdasarkan pedoman Penilaian pemekaran/pembentukan kabupaten/kota (pelaksanaan PP No. 78 tahun 2007).


(6)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan HidyahNya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Studi Pemekaran Wilayah Di Kabupaten Aceh Tamiang”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan di Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan dan kekurangan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar Damanik, selaku Rektor Universitas Negeri Medan (UNIMED).

2. Bapak Drs.H. Restu, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan beserta stafnya.

3. Bapak Drs. W. Lumbantoruan, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi dan Ibu Dra Nurmala Berutu, M.Pd selaku Pembantu Dekan 1 serta seluruh staf pengajar di jurusan Pendidikan Geografi UNIMED .

4. Ibu Dra. Asnidar, M. Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi. 5. Ibu Dra. Minah Sinuhaji, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Ardin Siallagan selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberi arahan kepada penulis selama perkuliahan.

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa.

8. Kepala Bappeda dan BPS Kabupaten Aceh Tamiang yang telah mengeluarkan surat rekomendasi untuk melakukan penelitian.

9. Pada kesempatan ini penulis ucapkan secara khusus rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Ayahanda (Alm. Adjibsyah) dan Ibunda Laila Kesuma yang telah mendidik dan mencurahkan kasih sayang serta memberi support yang tiada henti.


(7)

iv

10.Kakak-kakakku tersayang : Elma Hanum, Amk dan Laili Hanim. 11.Abangku tersayang : Abdi Firmansyah, SE.

12.Seluruh keluarga besar di desa Tanjung Karang, Karang Baru, Aceh Tamiang. 13.Sahabat- Sahabat terbaik dan yang ku sayangi : Yuslinda, Maulidina , Delima,

Qori, Ridha, Firnando, Wahyu, Agusti Partiwi Ningsih, Wenii, Nice, Murni. 14.Terkhusus untuk Roly Padlan Kaloko yang selalu mendampingi. Terimaksih

atas dukungan dan semangatnya.

15.Penghuni kos yang selalu memotivasi : kk Yusnawati, S. Pd, Sri Purwaningsih, dan Suci Sahfittri Hasibuan.

16.Seluruh sahabat stambuk 2007 Pend. Geografi UNIMED. Selamat berjuang semoga sukses selalu.

17.Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga kebaikan, jasa, bantuan, serta pengorbanan yang diberikan kepada penulis menjadi amal shaleh dan Jazakallahu Khairan Katsiran, Amin. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juli 2012

Fauziah


(8)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Kerangka Teoritis ... 10

B. Penelitian Yang Relevan ... 29

C. Kerangka Berfikir... 32

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A Lokasi Penelitian ... 33

B Populasi Dan Sampel ... 33

C Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 33

D Teknik Pengumpulan Data ... 35

E Teknik Analisa Data ... 35

BAB IV : DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ... 36

A. Keadaan Fisik ... .36


(9)

iv

viii

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Hasil Penelitian ... 53

B. Pembahasan ... 79

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84


(10)

ix

DAFTAR TABEL

No uraian Halaman 1. Syarat/Kriteria, Indikator dan Sub Indikator Pembentukan Wilayah

Kabupaten ... 20 2. Cara Penghitungan Indikator Dalam Pembentukan Wilayah Kabupaten .... 21 3. Metode Penilaian Indikator Dalam Pemekaran/Pembentukan Wilayah Kabupaten ... 22 4. Pembobotan Untuk Masing-masing Syarat/Kriteria dan Indikator Dalam

Pemekaran/Pembentukan Wilayah Kabupaten ... 23 5. luas Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Kecamatan Tahun

2010…… ... 38 6. Perincian Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 ... 39 7. Penggunaan Lahan Menurut Jenisnya Tahun

2010………...40

8. Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Kecamatan ... 47 9. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Menurut Kecamatan Tahun 2010 ... 48 10. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Sex ratio Per Kecamatan

... 49 11. Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Berdasarkan Jenis Kelamin

Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 ... 50 12. Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Berdasarkan Agama Menurut

Kecamatan Tahun 2010 ... 52 13. Luas Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Kecamatan (sebelum


(11)

x

14. Luas Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Kecamatan (setelah pemekaran) Tahun 2010 ... 55 15. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Aceh Tamiang Menurut

Kecamatan Pada Tahun 2000 (sebelum pemekaran) ... 57 16. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Aceh Tamiang Menurut

Kecamatan Pada Tahun 2010 (setelah pemekaran) ... 58

17. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di

Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2000 (sebelum pemekaran) ... 59 18. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di

Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 (setelah pemekaran) ... 60 19. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Menurut Kecamatan

Tahun 2000 (sebelum pemekaran) ... 61 20. Banyaknya Murid Yang Lulus Dari Sekolah Menurut Kecamatan Tahun

2000.. ... 62 21. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Menurut Kecamatan

Tahun 2010 ... 63 22. Banyaknya Murid Yang Lulus Dari Sekolah Menurut Kecamatan Tahun

2010.. ... 64 23. Jumlah Dan Jenis Fasilitas Pendidikan Sebelum Pemekaran Menurut

Kecamatan Tahun 2000... 65 24. Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Aceh Tamiang Menurut

Kecamatan tahun 2010 ... ………...66 25. Fasilitas Kesehatan Masyarakat dan Sejenisnya Sebelum Pemekaran Tahun


(12)

x

26. Fasilitas Kesehatan Masyarakat dan Sejenisnya Menurut Kecmatan Tahun 2010 ... 70 27. Jumlah Tenaga Medis Kabupaten Aceh Tamiang Sebelum Pemekaran ... 71 28. Jumlah Tenaga Medis Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 ... 72 29. Jumlah Sarana Perekonomian di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 ... 73 30. Panjang Jalan di Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Jenis Permukaaan dan

Kodisi Jalan Utama Tahun 2010 (km) ... 74 31. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaaan Jalan di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 (km) ... 75 32. Panjang Jalan Menurut Kondisi di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010

(km) ... 76 33. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaaan Jalan Per Kecamatan di

Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 (km) ... 77 35. Jumlah Kenderaan di Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Status


(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

No Uraian Hal

1. Skema Berfikir ... 32

2. Peta Kabupaten Aceh Tamiang ... 37

3. Peta Pengunaan Lahan Kabupaten Aceh Tamiang ... 41


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Pedoman Penilaian Pelaksanaan Pemekaran/Pembentukan Kabupaten/Kota/Provinsi (Pelaksaan PP Nomor 78 Tahun 2007) ... 85 2. Pedoman Wawancara Kepada Instansi Terkait di Kabupaten Aceh

Tamiang……… 86


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak kebijakan otonomi daerah di Indonesia dicanangkan banyak daerah-daerah yang cenderung untuk melaksanakan pemekaran wilayah. Peluang secara normatif untuk melakukan pemekaran wilayah atau pembentukan suatu daerah baru dapat dilaksanakan sepanjang mengikuti prosuder dan mekanisme yang berlaku. Dalam rangka memberikan payung hukum terhadap kebijakan pemekaran wilayah, maka pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan sebagai penjabaran atas Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini tertuang dalam pasal 6 ayat (1) dan (2) yang berbunyi:”……….Daerah dapat dihapus dan digabung dengan daerah lain, dan Daerah Otonom dapat dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah jika dipandang sesuai dengan perkembangan daerah.

Secara khusus, pemerintahan daerah diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Namun, karena dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, maka di tahun 2004, Megawati Soekarnoputri yang dulunya masih menjabat sebagai presiden RI, mengesahkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Hal ini tertuang pada pasal 46 ayat (3) dan (4) sebagai berikut: “Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu


(16)

daerah menjadi dua daerah atau lebih”. Pada ayat (4) disebutkan bahwa pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan setelah mencapai batas maksimal usia penyelenggaraan pemerintahan. Sementara pada pasal 5 ayat (1) disebutkan: “Pembentukan daerah sebagaimana dimaksud pada pasal 4 harus memenuhi syarat administratif, teknis dan fisik kewilayahan”.

Secara legal formal, pembentukan daerah atau dalam hal ini pemekaran daerah tidak bisa dilakukan secara serampangan, terbukti adanya berbagai persyaratan dan kriteria yang harus dipenuhi dalam melakukan pemekaran. Dalam hubungan ini, implikasi yang ditimbulkannya, dan kriteria-kriteria yang dapat ditawarkan dalam melakukan pemekaran daerah di Indonesia.

Jumlah penduduk Indonesia menempati urutan ke empat terbesar di dunia. Di samping sebagai modal dasar, pola sebaran penduduk yang tidak merata menjadi faktor penghambat dalam pemerataan pembangunan wilayah yang menjadi tujuan otonomi daerah. Demikian pula faktor luas wilayah dianggap menetukan pencapaian tujuan otonomi daerah karena makin luas daerah otonom maka pelayanan publik pemerintah daerah akan makin tidak efisien. Oleh karena itu kedua faktor tersebut memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan sebagai persyaratan dalam pemekaran daerah.

Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung


(17)

jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerahnya masing-masing.

Rasyid dalam Said (2008), mengatakan setidaknya ada lima dasar alasan bagi penetapan UU otonomi daerah yang baru. Pertama, adanya persepsi bahwa otonomi daerah memberdayakan pemerintahan daerah dan masyarakat. Kedua, adanya keyakinan bahwa otonomi daerah akan membantu menciptakan tercapainya prinsip pemerintahan yang demokratis dengan menjamin partisipasi, kesetaraan dan keadilan yang lebih besar. Ketiga, otonomi daerah akan bisa meningkatkan peran Dewan Perwakilan Daerah Rakyat Daerah sebagai lembaga legislatif dalam pemerintahan daerah dan memberdayakan mereka sebagai lembaga pengawas demi terciptanya pengelolaan pemerintahan daerah yang lebih demokratis. Keempat, otonomi daerah diterapkan untuk mengantisipasi meningkatnya tantangan dan tuntutan baik dalam maupun luar negeri. Kelima, otonomi daerah diterapkan sebagai sebuah upaya untuk melestarikan bentuk pemerintahan daerah yang bersifat tradisional, termasuk pemerintahan di tingkat desa.

Tuntutan pemekaran daerah di Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebenarnya telah dicetuskan dan diperjuangkan sejak 1957 awal masa Provinsi Aceh II, termasuk eks-kewedanan Tamiang diusulkan menjadi Kabupaten Daerah Otonomi. Usulan tersebut lantas mendapat dorongan semangat yang lebih kuat lagi sehubungan dengan keluarnya Ketetapan MPR hasil sidang umum ke-IV tahun 1966 tentang pemberian otonomi seluas-luasnya.


(18)

Dalam usulannya mengenai pelaksanaan otonomi secara riil dengan Memorandum Nomor B7/DPRD-GR/66, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong (DPRD-GR) Provinsi Daerah Istimewa Aceh mengusulkan sebagai berikut:

1. Bekas Kewedanan Alas dan Gayo Lues menjadi Kabupaten Aceh Tenggara dengan ibukota Kutacane.

2. Bekas daerah Kewedanan Bireun, menjadi Kabupaten Djeumpa dengan ibukota Bireun.

3. Tujuh Kecamatan dari bekas Kewedanan Blang Pidie menjadi Kabupaten Aceh Barat Daya dengan ibukota Blang Pidie.

4. Bekas daerah “Kewedanan Tamiang” menjadi Kabupaten Aceh Tamiang dengan ibukotanya Kuala Simpang.

5. Bekas daerah kewedanan Singkil menjadi Kabupaten Singkil dengan ibukotanya Singkil.

6. Bekas daerah Kewedanan Simeulue menjadi Kabupaten Simeulue dengan ibukotanya Sinabang.

7. Kotif Langsa menjadi Kotamadya Langsa.

Sebahagian besar usulan tersebut sudah menjadi kenyataan namun usulan mengenai Tamiang belum dikabulkan.

Sebagai tidak lanjut dari cita-cita masyarakat Tamiang, maka pada era reformasi, sesuai Undang-Undang No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka keinginan Tamiang untuk menjadi daerah otonom terbuka kembali


(19)

(http://hukumonline.com/pusatdata, diakses kamis 10 November 2011, 19.40 WIB).

Kabupaten Aceh Tamiang memperoleh status Kabupaten definitive sejak Tahun 2002 berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 2002 tentang peningkatan status wilayah Pembantu Aceh Timur wilayah III menjadi kabupaten, memiliki posisi letak geografisnya yang cukup strategis dalam kerangka sistem transportasi regional, karena dilalui jalur utama jalan darat yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara yang hanya berjarak lebih kurang 136 Km dari Kota Medan Sumatera Utara dan merupakan pintu gerbang memasuki Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Kabupaten Aceh Tamiang sebagai salah satu kabupaten termuda di Nanggroe Aceh Darussalam yang lahir dari proses perjalanan panjang aspirasi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik yang lebih baik di masa depan, dewasa ini tengah berubah dan berkembang cukup pesat. Perubahan ini antara lain terlihat di sepanjang kawasan jalur Lintas Sumatera, seperti di Kecamatan Kualasimpang, yang ditandai antara lain oleh terjadinya pertumbuhan penduduk dan kawasan terbangun yang relatif tinggi di wilayah ini jika dibandingkan dengan sebelumnya yang disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dari tahun ke tahun. Perkembangan fisik kawasan dan pertambahan penduduk ini berdampak terhadap kebutuhan ruang dan aktivitas kegiatan lainnya di daerah yang bersangkutan. Hal tersebut telah menunjukkan cukup pesatnya pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten Aceh Tamiang.


(20)

Berdasarkan kecenderungan perkembangannya terakhir, maka wilayah ini di masa yang akan datang, berpeluang untuk terus berkembang dan lebih maju bila semua potensi yang dimilikinya dapat dimanfaatkan secara optimal, antara lain seperti potensi sumberdaya alam yang sebenarnya cukup prospektif. Di antara potensi yang menonjol yaitu Sektor perkebunan, kehutanan, perikanan, serta potensi galian tambang golongan A & C.

Perkembangan yang demikian itu diharapkan dapat terwujud sehingga kabupaten Aceh Tamiang dapat tumbuh dan berkembang secara seimbang, terarah dan terpadu yang pada gilirannya nanti akan diharapkan mampu memberikan dampak positif pada daerah sekitarnya (hinterland), dan bukan sebaliknya. Untuk dapat mewujudkan pembangunan yang sinergis sesuai dengan karakteristik dan sektor ekonomi potensial yang dimilki oleh masing-masing sub wilayahnya, maka pengembangan suatu wilayah/daerah perlu direncanakan dan dikembangkan secara terpadu melalui potensi geografi, meliputi fisik maupun non fisik.

Potensi geografi meliputi fisik wilayah (letak, jarak, luas lahan, keadaan tanah, air tanah, sumber air, sumber mineral, topografi, iklim, bentuk kawasan, flora dan fauna). Potensi non fisik meliputi aspek sumberdaya manusia (jumlah penduduk, kepadatan penduduk, mata pencaharian, pendidikan, kesehatan), industri, sarana dan prasarana/fasilitas (fasilitas pendidikan (Perguruan Tinggi hingga Taman Kanak-Kanak), fasilitas kesehatan (Rumah Sakit, Puskemas, Balai Pengobatan, Posyandu), fasilitas perekonomian (pasar, pertokoan), fasilitas umum (listrik, air bersih, jaringan telepon, bank, kantor pos, pemakaman), rumah ibadah


(21)

(rumah ibadah), alat transportasi, fasilitas hiburan (bioskop, taman, tempat wisata) dan aksesibilitas (panjang jalan dan indeks jalan).

Berangkat dari uraian yang dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis pemekaran wilayah di kabupaten Aceh Tamiang yang dihubungkan dengan potensi yang dimiliki daerah meliputi faktor fisik dan faktor non fisik.

B. Identifikasi Masalah

Kabupaten Aceh Tamiang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang secara hukum memperoleh status kabupaten definitive sejak tahun 2002 berdasarkan Undang-Undang No.4 Tahun 2002 tentang peningkatan status wilayah Pembantu Aceh Timur wilayah III menjadi Kabupaten (jadi Kabupaten Aceh Tamiang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur), berada di jalur Timur Sumatera yang strategis, dan hanya berjarak lebih kurang 136 km dari Kota Medan Sumatera Utara, yang memiliki luas wilayah 1.939,72 km2, (terdiri dari 12 kecamatan, 213 desa/kelurahan, dan 27 kemukiman).

Berdasarkan PP NO.78 Tahun 2007 syarat-syarat pemekaran suatu wilayah didasarkan pada kemampuan ekonomi (Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), penerimaan daerah sendiri), potensi daaerah (lembaga keuangan, sarana ekonomi, sarana pendidikan, sarana kesehatan, saran transportasi dan komunikasi, sarana pariwisata, ketenagakerjaan), sosial budaya (tempat peribadatan, tempat/kegiatan institusi social dan budaya, saran olahraga, sarana umum), sosial politik (partispasi masyarakat dalam berpolitik, organisasi kemayarakatan),


(22)

jumlah penduduk, luas wilayah, industri, pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya Otonomi Daerah berupa keamanan dan ketertiban, ketersediaan sarana dan prasarana pemerinthan, rentang kendali. Provinsi yang akan dibentuk minimal telah terdiri dari 3 (tiga) Kabupaten dan Kota Kabupaten yang akan dibentuk minimal telah terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan, Kota yang akan dibentuk minimal telah terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan.

C. Pembatasan Masalah

Menurut PP No 78 Tahun 2007 faktor yang mempengaruhi pemekaran Kabupaten mempunyai lingkup yang luas. Agar lebih jelas dan terarah, maka penelitian ini dibatasi masalahnya meliputi potensi fisik yaitu luas wilayah, sedangkan potensi non fisiknya meliputi jumlah penduduk, fasilitas perekonomian, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan serta aksesibilitas dengan wilayah lain.

D. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pemekaran Kabupaten Aceh Tamiang ditinjau dari potensi fisik (luas wilayah).

2. Bagaimanakah pemekaran Kabupaten Aceh Tamiang ditinjau dari potensi non fisik ( jumlah penduduk, fasilitas perekonomian, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan aksesibilitas).


(23)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pemekaran Kabupaten Aceh Tamiang ditinjau dari potensi fisik yaitu luas wilayah.

2. Untuk mengetahui bagaimana pemekaran Kabupaten Aceh Tamiang ditinjau dari potensi non fisik (jumlah penduduk, fasilitas perekonomian, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan aksesibilitas).

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah setempat tentang potensi-potensi yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang berhubung dengan kebijakan-kebijakan pembangunan wilayah tersebut kedepan.

2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain dalam menambah ilmu pengetahuan atau setidaknya mendorong penelitian lebih lanjut.

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti dalam menambah perbendaharaan ilmu yang merupakan aplikasi dari ilmu geografi.


(24)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Dilihat dari potensi fisik (luas wilayah) yang dimiliki kabupaten Aceh Tamiang, bahwa luas wilayah sudah sangat efektif dalam mendukung pemekaran wilayah di Kabupaten Aceh Tamiang.

2. Dilihat dari potensi non fisik yang dimiliki kabupaten Aceh Tamiang, yaitu jumlah penduduk, fasilitas kesehatan, fasilitas perekonomian, dan aksesibilitas sudah sangat efektif dalam mendukung pemekaran wilayah di Kabupaten Aceh Tamiang. Sedangkan fasilitas pendidikan belum efektif dalam mendukung pemekaran di Kabupaten Aceh Tamiang.

B. Saran

1. Kepada pemerintah agar lebih memperhatikan syarat-syarat pemekaran wilayah mengingat makin maraknya pemekaran wilayah yang terjadi di Indonesia ditambah lagi adanya pengawasan yang ketat dari pemerintah terhadap penilaian pemekaran wilayah. Dan diharapkan koordinasi kerjasama antar intansi terkait lebih ditingkatkan, dikarenakan adanya terdapat beberapa perbedaan penafsiran dalam data. Sehingga untuk kedepannya kesalahan-kesalahan dalam perbedaan penafsiran dalam data tidak terulang lagi.


(25)

2. Diharapkan adanya kerjasama antar pemerintah dan masyarakat dalam memajukan wilayah di Kabupaten Aceh Tamiang terutama dalam memajukan sarana dan prasarana wilayah agar lebih maju kedepann seperti fasilitas gedung Perguruan Tinggi, hendaknya pemerintah mengutamakan pembangunan di bidang pendidikan agar lebih memotivai masyarakat membangun dirinya dengan pendidikan.


(26)

84

DAFTAR PUSTAKA

Anderson Arnold, C. 1994. Modernisasi Dinamika Pertumbuhan, Gadjahmada

Universitas Press: Yogyakarta.

Djokonarmantyo. 2006. Pemekaran Daerah Dan Konflik Keruangan. Kebijakan

Otonomi Daerah dan Implementasi di Indonesia (hal.16-22). Depok:

Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia, (http://www.journal.ui.ac.id, diakses kamis 10 November 2011).

http://hukumonline.com/pusatdata, diakses kamis 10 November 2011, 19.40 WIB).

http//ilearn.unand.ac.id/blog/index php ?entryid=57, diakses: Kamis 10 November, 19.40 WIB).

http://www.bappenas.go.id/get, diakses kamis 10 November 2011, 19.40 WIB). http://www.go.id/kajian/Abstrak Kajian Evaluasi Pemekaran, diakses: Kamis 10

November 2011, 19.40 WIB).

Kansil, Christine. 2005. Kitab-Kitab Undang-Undang Otonomi Daerah. Jakarta: Pradya Paramita.

Khairullah & Cahyadin, Malik. 2006. Evaluasi Pemekaran Wilayah di Indonesia: Studi Kasus Kabupaten Lahat. Yogyakata: Pascasarjana UGM.

Manullang, Sehat Nauli. 2010. Faktor Pendukung Pemekaran Wilayah

Kabupaten Labuhan Batu. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi-FIS.

UNIMED.

Myron, Weiner. 1994, Modernisasi Dinamika Pertumbuhan. Gadjahmada University Press: Yogyakarta.

Panjaitan, Elvina. 2008. Faktor-Faktor Geografi Yang Mendukung Penetapan

Balige Sebagai Ibukota Kabupaten Toba Samosir. Skripsi. FIS. UNIMED.

Purba, Selfrida. 2008. Faktor-Faktor Pendukung Pemekaran Wilayah Kecamatan

Berastagi. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi-FIS. UNIMED.

Sinuhaji, Minah. 2010. Pengantar Perencanaan Pembangunan Wilayah. Tidak diterbitkan (Diktat Perkuliahan Pendidikan Geografi Unimed): Medan. Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi


(1)

(rumah ibadah), alat transportasi, fasilitas hiburan (bioskop, taman, tempat wisata) dan aksesibilitas (panjang jalan dan indeks jalan).

Berangkat dari uraian yang dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis pemekaran wilayah di kabupaten Aceh Tamiang yang dihubungkan dengan potensi yang dimiliki daerah meliputi faktor fisik dan faktor non fisik.

B. Identifikasi Masalah

Kabupaten Aceh Tamiang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang secara hukum memperoleh status kabupaten definitive sejak tahun 2002 berdasarkan Undang-Undang No.4 Tahun 2002 tentang peningkatan status wilayah Pembantu Aceh Timur wilayah III menjadi Kabupaten (jadi Kabupaten Aceh Tamiang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur), berada di jalur Timur Sumatera yang strategis, dan hanya berjarak lebih kurang 136 km dari Kota Medan Sumatera Utara, yang memiliki luas wilayah 1.939,72 km2, (terdiri dari 12 kecamatan, 213 desa/kelurahan, dan 27 kemukiman).

Berdasarkan PP NO.78 Tahun 2007 syarat-syarat pemekaran suatu wilayah didasarkan pada kemampuan ekonomi (Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), penerimaan daerah sendiri), potensi daaerah (lembaga keuangan, sarana ekonomi, sarana pendidikan, sarana kesehatan, saran transportasi dan komunikasi, sarana pariwisata, ketenagakerjaan), sosial budaya (tempat peribadatan, tempat/kegiatan institusi social dan budaya, saran olahraga, sarana umum), sosial politik (partispasi masyarakat dalam berpolitik, organisasi kemayarakatan),


(2)

jumlah penduduk, luas wilayah, industri, pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya Otonomi Daerah berupa keamanan dan ketertiban, ketersediaan sarana dan prasarana pemerinthan, rentang kendali. Provinsi yang akan dibentuk minimal telah terdiri dari 3 (tiga) Kabupaten dan Kota Kabupaten yang akan dibentuk minimal telah terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan, Kota yang akan dibentuk minimal telah terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan.

C. Pembatasan Masalah

Menurut PP No 78 Tahun 2007 faktor yang mempengaruhi pemekaran Kabupaten mempunyai lingkup yang luas. Agar lebih jelas dan terarah, maka penelitian ini dibatasi masalahnya meliputi potensi fisik yaitu luas wilayah, sedangkan potensi non fisiknya meliputi jumlah penduduk, fasilitas perekonomian, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan serta aksesibilitas dengan wilayah lain.

D. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pemekaran Kabupaten Aceh Tamiang ditinjau dari potensi fisik (luas wilayah).

2. Bagaimanakah pemekaran Kabupaten Aceh Tamiang ditinjau dari potensi non fisik ( jumlah penduduk, fasilitas perekonomian, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan aksesibilitas).


(3)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pemekaran Kabupaten Aceh Tamiang ditinjau dari potensi fisik yaitu luas wilayah.

2. Untuk mengetahui bagaimana pemekaran Kabupaten Aceh Tamiang ditinjau dari potensi non fisik (jumlah penduduk, fasilitas perekonomian, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan aksesibilitas).

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah setempat tentang potensi-potensi yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang berhubung dengan kebijakan-kebijakan pembangunan wilayah tersebut kedepan.

2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain dalam menambah ilmu pengetahuan atau setidaknya mendorong penelitian lebih lanjut.

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti dalam menambah perbendaharaan ilmu yang merupakan aplikasi dari ilmu geografi.


(4)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Dilihat dari potensi fisik (luas wilayah) yang dimiliki kabupaten Aceh Tamiang, bahwa luas wilayah sudah sangat efektif dalam mendukung pemekaran wilayah di Kabupaten Aceh Tamiang.

2. Dilihat dari potensi non fisik yang dimiliki kabupaten Aceh Tamiang, yaitu jumlah penduduk, fasilitas kesehatan, fasilitas perekonomian, dan aksesibilitas sudah sangat efektif dalam mendukung pemekaran wilayah di Kabupaten Aceh Tamiang. Sedangkan fasilitas pendidikan belum efektif dalam mendukung pemekaran di Kabupaten Aceh Tamiang.

B. Saran

1. Kepada pemerintah agar lebih memperhatikan syarat-syarat pemekaran wilayah mengingat makin maraknya pemekaran wilayah yang terjadi di Indonesia ditambah lagi adanya pengawasan yang ketat dari pemerintah terhadap penilaian pemekaran wilayah. Dan diharapkan koordinasi kerjasama antar intansi terkait lebih ditingkatkan, dikarenakan adanya terdapat beberapa perbedaan penafsiran dalam data. Sehingga untuk kedepannya kesalahan-kesalahan dalam perbedaan penafsiran dalam data tidak terulang lagi.


(5)

2. Diharapkan adanya kerjasama antar pemerintah dan masyarakat dalam memajukan wilayah di Kabupaten Aceh Tamiang terutama dalam memajukan sarana dan prasarana wilayah agar lebih maju kedepann seperti fasilitas gedung Perguruan Tinggi, hendaknya pemerintah mengutamakan pembangunan di bidang pendidikan agar lebih memotivai masyarakat membangun dirinya dengan pendidikan.


(6)

84

DAFTAR PUSTAKA

Anderson Arnold, C. 1994. Modernisasi Dinamika Pertumbuhan, Gadjahmada

Universitas Press: Yogyakarta.

Djokonarmantyo. 2006. Pemekaran Daerah Dan Konflik Keruangan. Kebijakan

Otonomi Daerah dan Implementasi di Indonesia (hal.16-22). Depok:

Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia, (http://www.journal.ui.ac.id, diakses kamis 10 November 2011).

http://hukumonline.com/pusatdata, diakses kamis 10 November 2011, 19.40 WIB).

http//ilearn.unand.ac.id/blog/index php ?entryid=57, diakses: Kamis 10 November, 19.40 WIB).

http://www.bappenas.go.id/get, diakses kamis 10 November 2011, 19.40 WIB). http://www.go.id/kajian/Abstrak Kajian Evaluasi Pemekaran, diakses: Kamis 10

November 2011, 19.40 WIB).

Kansil, Christine. 2005. Kitab-Kitab Undang-Undang Otonomi Daerah. Jakarta: Pradya Paramita.

Khairullah & Cahyadin, Malik. 2006. Evaluasi Pemekaran Wilayah di Indonesia: Studi Kasus Kabupaten Lahat. Yogyakata: Pascasarjana UGM.

Manullang, Sehat Nauli. 2010. Faktor Pendukung Pemekaran Wilayah

Kabupaten Labuhan Batu. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi-FIS.

UNIMED.

Myron, Weiner. 1994, Modernisasi Dinamika Pertumbuhan. Gadjahmada University Press: Yogyakarta.

Panjaitan, Elvina. 2008. Faktor-Faktor Geografi Yang Mendukung Penetapan

Balige Sebagai Ibukota Kabupaten Toba Samosir. Skripsi. FIS. UNIMED.

Purba, Selfrida. 2008. Faktor-Faktor Pendukung Pemekaran Wilayah Kecamatan

Berastagi. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi-FIS. UNIMED.

Sinuhaji, Minah. 2010. Pengantar Perencanaan Pembangunan Wilayah. Tidak diterbitkan (Diktat Perkuliahan Pendidikan Geografi Unimed): Medan. Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi