Kemenangan Partai Lokal (Studi kasus kemenangan Partai Aceh (PA) pada pemilihan Legeslatif di Kabupaten Aceh Tamiang 2009)

(1)

Kemenangan Partai Lokal

(Studi kasus kemenangan Partai Aceh (PA) pada pemilihan Legeslatif di

Kabupaten Aceh Tamiang 2009)

OLEH :

NAMA : Abdi Karya P. NIM : 050906019 DEPARTEMEN : Ilmu Politik

DEPARTEMEN ILMU POLITIK DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

JUDUL : KEMENANGAN PARTAI LOKAL

(study kasus Kemenangan Partai Aceh pada Pemilihan Legeslatif 2009 di Kabupaten Aceh Tamiang)

NAMA : Abdi Karya P

NIM : 050906019

DEPARTEMEN : Ilmu Politik

FAKULTAS : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ABSTRAKSI

Memenangkan pemilu merupakan tujuan utama dari partai politik, karena melalui pemilu partai mendapatkan para kadernya untuk duduk dalam pemerintahan, dan menjalankan kebijakan-kebijakan atas nama rakyat. Partai Aceh (PA) partai pendatang baru yang berazaskan pancasila dan Qanun Meukuta alam Al-asyi dan sebagai salah satu peserta pada pemilihan umum legeslatif 2009 di Nanggroe Aceh Darussalam. Partai Aceh telah berhasil menarik simpati masyarakat, khususnya untuk masyarakat Aceh Tamiang yang notabennya masyarakat yang majemuk, serta mempunyai keberagaman suku, agama, adat istiadat, ras dan golongan.

Dalam Pemilihan Umum Legeslatif 2009, Partai Aceh telah berhasil memperoleh kemenangan, sehingga para kader memperoleh beberapa kursi untuk Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Kabupaten, ini merupakan suatu hasil yang baik, mengingat begitu banyaknya jumlah partai politik yang menjadi peserta pemilu.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses kemenangan Partai Aceh pada Pemilu Legeslatif 2009 Aceh Tamiang. Penelitian ini mengunakan bentuk penelitian deskriftif kualitatif, yaitu dengan menggunakan metode wawancara dan study pustaka untuk mengeksplorasi tentang bagaimana faktor dan hambatan kemenangan Partai Aceh dan seputar Pemilihan Umum Legeslatif 2009 Nanggroe Aceh Darussalam.

Salah satu keberhasilan partai, yaitu adanya strategi yang dipakai pada pemilu legeslatif 2009. Partai Aceh (PA) menggunakan beberapa faktor yang menjadi kemenangan, seperti, adanya strategi politik, mesin politik yang solid, budaya politik dan atmosfir politik. Pada pemilihan Lgeslatif Partai Aceh juga mendapat hambatan, seperti, struktur partai, pendanaan, adanya intimidasi, dan tidak terpenuhinya quota 30% untuk calon legeslatif perempuan.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji berserta syukur kepada Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada peneliti atas selesainya penulisan skripsi ini. kemudia shalawat beserta salam atas junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan pencerahan kepada ummat dimuka bumi ini.

Penelitian ini yang berjudul “ Kemenangan Partai Lokal. Studi kasus kemenangan Partai Aceh (PA) pada Pemilu Legeslatif Kabupaten Aceh Tamiang 2009”. Sebagai syarat untuk mendapat gelar sarjana S1 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Alhamdulillah skripsi ini telah selesai penulis kerjakan disamping ada orang-orang yang penulis sayangi dan cintai yaitu Ayahanda Alm. Ruslan Pohan dan Ibunda Mariani Hsb yang teleh memberikan penulis dukungan baik, materi, Do’a dan moril. Terimakasih Ayahanda dan Ibunda atas semuanya.

Penulis menyelesaikan skripsi ini atas arahan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimaksih kepada :

1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Bapak Drs. Heri Kusmanto M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik

3. Bapak Drs. Zakaria Thaher, M.SP selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis baik itu berupa kritik dan saran selama proses penulisan skripsi ini. 4. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu


(4)

5. Seluruh dosen FISIP USU terkhusus dosen-dosen Departemen Ilmu Politik yang begitu baik dan sabar membimbing penulis bisa menyelesaikan studi dengan tepat waktu.

6. Kepada keluarga besar pohan yang ada di Aceh, keluarga besar di Medan, keluarga besar di Siantar, keluarga besar pekanbaru, jambi, Dumai, Palembang.

7. Kepada teman-teman penulis, Anton, Syaiful, Ihsan, Roby, Irawan, Jaka, Ari, Hana, Jul, yang dengan semangat memberikan mitivasi kepada penulis sehinngga selesailah skripsi ini.

8. Kepada seluruh teman-teman Ilmu Politik Stambuk 2005, banyak hal yang telah dilawati, terimakaih teman-teman.

9. Teman-teman MUQ 2005, Anhar, Ahong, Ghazali, Kukur, Muhajir, Ijal, Khumaidi, Randy, Pudin, Rudi, Wilda, Nur (Petup), Eka, Nda, Rina, Ririn, dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan namanya, yang selalu mendoakan dan mendukung penulis.

10.Kepada DPW PA Aceh Tamiang yang sudah mengijinkan penulis meneliti dan memberikan informasi serta mengijinkan penulis untuk mengambil data-data yang diperlukan penulis.

11.Kepada Ir. Rusman Raja Ibnu selaku Ketua DPW PA Aceh Tamiang dan Ketua DPRD Aceh Tamiang, terimaksih atas waktu yang telah diluangkan kepada penulis. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dan penulis ucapkan terimakasih. Besar harapan penulis, skripsi ini dapat berguna bagi pengembangan Ilmu Politik. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengaku masih banyak kekurangan yang ada


(5)

dalam skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat terbuka terhadap segala kritik dan saran yang tujuannya unutk memperbaiki skripsi ini.

Hormat saya,


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ………... i

KATA PENGANTAR ………... ii

DAFTAR ISI ………...v

DAFTAR TABEL ………...vii

DAFTAR GAMBAR ………... x

DAFTAR LAMPIRAN ………... xi

BAB I PENDAHULUAN ………. …. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………. ….. 1

1.2 Perumusan Masalah ……….. 5

1.3 Tujuan Penelitian ………6

1.4 Manfaat Penelitian ……… .6

1.5 Kerangka Teori ………...7

1.5.1 Partai Politik dan Fungsi Partai Politik ……….7

1.5.2 Strategi ………. 15


(7)

1.5.4 Strategi Pemilihan Umum ……… 18

1.5.5 Jenis-jenis Strategi Politik ……… 19

1.6 Metodologi Penelitian ………... 20

1.6.1 Jenis Penelitian ……….. 21

1.6.2 Objek Penelitian ……… 22

1.7 Teknik Pengumpulan Data ……… 22

1.7.1 Penelitian Lapangan ……….. 22

1.7.2 Penelitian Dekumentasi ………. 23

1.8 Teknik Analisa Data ……….. 23

1.9 Sistematika Penulisan ……… 23

BAB II Sejarah Politik Aceh ……….25

2.1 Sejarah Awal Partai Aceh ……….. 25

2.2 Sejarah Pembentukan Partai Aceh ………. 26

2.3 Partai Aceh dan Pendirinya ………... 30

2.4 Dasar pemikiran Pembentukan Partai Aceh ……….. 31


(8)

2.6 Visi dan Misi Partai Aceh ………. 37

2.7 Azas dan Tujuan Partai Aceh ………... 37

2.8 Program Kerja Partai Aceh ……….38

2.8.1. Bidang Pemerintahan ………38

2.8.2. Bidang Ekonomi ……….. 39

2.8.3. Bidang Pendidikan ………... 42

2.8.4. Bidang Kesehatan ……… 43

2.8.5. Bidang Perempuan ……… 45

2.8.6. Bidang Hukum dan Akses Keadilan ………... ..46

2.8.7. Bidang Sosial Budaya ………... 46

BAB III ANALISIS DAN PENYAJIAN DATA ……….. ..47

3.1. Kemenangan Partai Aceh Pada Pemilihan Legeslatif 2009 ……….. 47

3.2. kemenangan Partai Lokal Partai Aceh di Kabupaten Aceh Tamiang ………52

3.3. Faktor Yang Menentukan Kemenangan Partai Aceh Pada Pemilihan Legeslatif ..55

3.3.1. Strategi Politik ………. 58

3.3.1.1. Penguatan Internal Partai Aceh ……….. 59

3.3.1.2. Direct Selling ………. 60

3.3.1.3. Sosialisasi Menyeluruh ……….. 61


(9)

3.3.2. Mesin Politik yang Solid ………..63

3.3.2.1.Anggota Partai ………. 63

3.3.2.2. Komite Peralihan Aceh (KPA) ……….. 64

3.3.2.3. Ulama Kharismatik ……… 65

3.3.3 Budaya Politik ……… 65

3.3.4. Atmosfir Politik ………..66

3.4. Hambatan-Hambatan Yang Dialami Partai Aceh Pada Pemilihan Legeslatif …… 68

3.4.1. Pendanaan ……….. 68

3.4.2. Adanya Intimidasi ……….. 68

3.4.3. Infrastruktur Partai ………. 69

3.4.4. Qoata 30% Caleg Perempuan ……… 69

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ……… 70

4. 1. Kesimpulan ………70

4.2. Saran ……….. 72


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jenis Pemilih dan Alasan Pemilih ……….. 17

Tabel 1.2 Jenis- Jenis Strategi Politik ……… 19

Tabel 3.1 Daftar Terpilih DPRA Pemilihan Umum 2009 Daerah Pemilihan Aceh 1…. 48

Tabel 3.2 Daftar Terpilih DPRA Pemilihan Umum 2009 Daerah Pemilihan Aceh 2…. 49

Tabel 3.3 Daftar Terpilih DPRA Pemilihan Umum 2009 Daerah Pemilihan Aceh 3…. 49

Tabel 3.4 Daftar Terpilih DPRA Pemilihan Umum 2009 Daerah Pemilihan Aceh 4…..50

Tabel 3.5 Daftar Terpilih DPRA Pemilihan Umum 2009 Daerah Pemilihan Aceh 5…..50

Tabel 3.6 Daftar Terpilih DPRA Pemilihan Umum 2009 Daerah Pemilihan Aceh 6…..51

Tabel 3.7 Daftar Terpilih DPRA Pemilihan Umum 2009 Daerah Pemilihan Aceh 7…. 51

Tabel 3.8 Daftar Terpilih DPRA Pemilihan Umum 2009 Daerah Pemilihan Aceh 8…..51

Tabel 3.9 Daftar Terpilih DPRK Pemilihan Umum 2009 Daerah Pemilihan 1 ………..53

Tabel 3.10 Daftar Terpilih DPRK Pemilihan Umum 2009 Daerah Pemilihan 2 ………53


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Struktur Partai Aceh ………35


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Judul

Lampiran 2 Surat Kesedian Dosen Pembimbing

Lampiaran 3 Surat Kesedian Dosen Pembaca

Lampiran 4 Daftar Peserta Seminar Proposal

Lampiran 5 Surat Balasan Penelitian

Lampiran 6 Surat Pra Penelitian


(13)

JUDUL : KEMENANGAN PARTAI LOKAL

(study kasus Kemenangan Partai Aceh pada Pemilihan Legeslatif 2009 di Kabupaten Aceh Tamiang)

NAMA : Abdi Karya P

NIM : 050906019

DEPARTEMEN : Ilmu Politik

FAKULTAS : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ABSTRAKSI

Memenangkan pemilu merupakan tujuan utama dari partai politik, karena melalui pemilu partai mendapatkan para kadernya untuk duduk dalam pemerintahan, dan menjalankan kebijakan-kebijakan atas nama rakyat. Partai Aceh (PA) partai pendatang baru yang berazaskan pancasila dan Qanun Meukuta alam Al-asyi dan sebagai salah satu peserta pada pemilihan umum legeslatif 2009 di Nanggroe Aceh Darussalam. Partai Aceh telah berhasil menarik simpati masyarakat, khususnya untuk masyarakat Aceh Tamiang yang notabennya masyarakat yang majemuk, serta mempunyai keberagaman suku, agama, adat istiadat, ras dan golongan.

Dalam Pemilihan Umum Legeslatif 2009, Partai Aceh telah berhasil memperoleh kemenangan, sehingga para kader memperoleh beberapa kursi untuk Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Kabupaten, ini merupakan suatu hasil yang baik, mengingat begitu banyaknya jumlah partai politik yang menjadi peserta pemilu.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses kemenangan Partai Aceh pada Pemilu Legeslatif 2009 Aceh Tamiang. Penelitian ini mengunakan bentuk penelitian deskriftif kualitatif, yaitu dengan menggunakan metode wawancara dan study pustaka untuk mengeksplorasi tentang bagaimana faktor dan hambatan kemenangan Partai Aceh dan seputar Pemilihan Umum Legeslatif 2009 Nanggroe Aceh Darussalam.

Salah satu keberhasilan partai, yaitu adanya strategi yang dipakai pada pemilu legeslatif 2009. Partai Aceh (PA) menggunakan beberapa faktor yang menjadi kemenangan, seperti, adanya strategi politik, mesin politik yang solid, budaya politik dan atmosfir politik. Pada pemilihan Lgeslatif Partai Aceh juga mendapat hambatan, seperti, struktur partai, pendanaan, adanya intimidasi, dan tidak terpenuhinya quota 30% untuk calon legeslatif perempuan.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Penandatangan MoU (Memorendum Of Anderstanding ) antara pemerintahan Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) 15 Agustus 2005 di Helsinki Finlandia merupakan awal dari harapan baru bagi seluruh masyarakat Aceh akan hidup yang lebih baik, aman dan damai. Pasca penandatangan MOU tersebut Aceh diberikan wewenang untuk dapat hidup mandiri, baik itu dibidang ekonomi maupun politik dan hukum. Secara politik Aceh diberikan wewenang untuk mendirikan partai politik lokal yang tercantum dalam MOU yakni :1

1

Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka 15 Agustus 2005

Poin 1.2.1 sesegera mungkin, tetapi tidak lebih dari satu tahun sejak penandatanganan nota kesepahaman ini, pemerintah RI menyepakati dan akan memfasilitasi pembentukan partai-partai politik yang berbasis di Aceh yang memenuhi persyaratan nasional. Memahami aspirasi rakyat Aceh untuk partai-partai politik lokal, pemerintah RI dalam tempo satu tahun, atau paling lambat 18 bulan sejak penandatangan nota kesepahaman ini, akan menciptakan kondisi politik dan hukum untuk pendirian partai politik lokal di Aceh dengan berkonsultasi dengan DPR. Pelaksanaan kesepahaman ini yang tepat akan memberi sumbangan positif bagi maksud tersebut.


(15)

Poin 1.2.2 Dengan penandatangan nota kesepahaman ini, rakyat Aceh akan memiliki hak menentukan calon-calon untuk semua posisi pejabat yang dipilih untuk mengikuti pemilihan di Aceh pada bulan april 2006 dan selanjutnya.

Poin 1.2.3 Pemilihan lokal yang bebas dan adil akan diselenggarakan di bawah Undang-undang baru tenteng penyeleggaraan pemerintahaan di Aceh untuk memiliki kepala pemerintahan Aceh dan pejabat terpilih lainnya pada bulan april 2006 serta untuk memilih anggota legeslatif pada tahun 2009.

Hasil dari nota kesepahaman antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Republik Indonesia (RI) ini pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh dan peraturan pemerintah Nomor 20 Tahun 2007 mengenai partai politik. Hal ini yang kemudian menjadi landasan awal terbentuknya partai lokal di Aceh,

Dengan adanya kesepakatan ini memunculkan hiphoria politik bagi masyarakat Aceh, hal ini terlihat dari banyaknya partai lokal yang ikut mendaftar di kantor kementerian dan HAM (Hak Asasi Manusia) tingkat Provinsi, tercatat sepuluh partai lokal yang mendaftar yaitu: Partai Aceh (PA), Partai SIRA, Partai Rakyat Aceh (PRA), Partai Bersatu Aceh (PBA), Partai Aman Seujahtera (PAAS), Partai Daulat Aceh (PDA), Partai Aliansi Rakyat Aceh Peduli Perempuan (PARA), Partai Geuneurasi Atjeh Beusaboh Tha’at dan Tagwa (GABTHAT), Partai Darussalam (PD), dan Partai Lokal Aceh (PLA), namun dari kesepuluh partai lokal yang mendaftar hanya enam partai lokal yang lolos dari verivikas yaitu: Partai Aceh (PA), Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA), Partai Bersatu Ajeh (PBA), Partai Daulat Aceh (PDA),Partai Rakyat Aceh (PRA), Partai Aceh Aman Seujahtera (PAAS).


(16)

Keenam partai ini yang kemudian ikut dalam pemilihan legeslatif pada Tanggal 09 April 2009. keikutsertaan partai lokal ini meramaikan pesta demokrasi di Indonesia, sehingga jumlah partai politik yang berlaga pada pemilu legeslatif 2009 menjadi 49 partai politik, 6 diantaranya partai lokal. Sejarah mencatat keikutsertaan partai lokal menunjukkan perkembangan demokrasi di Indonesia. Pada pemilihan legeslatif 2009 keberadaan partai lokal tersebut ternyata mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat, dan Partai Aceh berhasil sebagai pemenang pada Pemilu legislatif 2009 untuk kursi DPRA dengan meraih suara 46,91 persen mengalahkan partai nasional besar, seperti Partai Golkar, Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).2

Kemengangan Partai Aceh (PA) dalam Pemilu 2009 menggambarkan sebagai jalan tengah respon atas perdamaian yang baru disepakati antara RI-GAM di Helsinki. Kemenangan Partai Aceh di tingkat Provinsi Aceh sangat luar biasa dengan meraih sekitar (1,007,173 suara (43,9%). Diurutan berikutnya adalah partai nasional, seperti Partai Demokrat (PD) dengan 10.84 suara (10,2%) dan Partai Golongan Karya (Golkar) dengan 6,64%, dan Partai Amanat Nasional (PAN) 3,87%, Partai keadilan Sejahtera (PKS)3,4%suara.

3

Dari 69 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) 33 suara direbut ditangan Partai Aceh (PA) dan kemudian 36 kursi terdistrubusi ke 11 partai lainnya, dintaranya Partai Demokrat (PD) 10 kursi; Golkar 8 kursi; PAN 5 kursi; PKS 4 kursi; Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 3 kursi; satu kursi masing-masing diduki oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Patriot Pancasila. Keperkasaan Partai Aceh (PA)

2

http//:www.serambinews.com. diakses pada tanggal 3 januari 2010

3


(17)

berlanjut hingga hanya menyisahkan satu kursi untuk Partai Daulat Aceh (PDA) sebagai pesaingnya ditingkat lokal dari lima pesaing Partai Aceh (PA) ditingkat Provinsi.

Kemenangan Partai Aceh (PA) dilevel DPRK, juga berlanjut, Partai Aceh (PA) meraih mayoritas suara di delapan kabupaten. Misalanya di Aceh Besar (75%), Pidie (95%), Pidie Jaya (90%), Bireuen (98%), Aceh Utara (95%), Lhokseumawe (97%), Aceh Timur (90%), Langsa (75%). Selanjutnya Aceh Jaya (70%), Aceh Barat (75%), Nagan Raya (80%), Aceh Barat Daya dan Aceh Selatan (75%), Simulue (70%), Singkil dan Subulussalam (65%). Kemudian Aceh Tenggara (60%), Aceh Tengah dan Bener Meriah (48%), dan Gayo Luwes (70%).4

Berdasarkan hasil rekapitulasi dari 23 kabupaten/kota, dari total suara sah sebanyak 2.146.141 suara, Partai Aceh meraih suara terbanyak mencapai 1.007.173 (46,93 %), disusul Partai Demokrat 232.728 (10,84%), Partai Golongan Karya (Golkar) 142.411 (6,64 %).Partai Amanat Nasional (PAN) 83.060 (3,87%), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 81.529 (3,80%), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 73.964 (3,45%), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) 41.278 (1,92 %), Partai Daulat Atjeh (PDA) 39.706 (1,85 %), Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA) 38.157 (1,78 %) dan Partai Bulan Bintang (PBB) 37.336 (1,74 %).5

Sedangkan untuk wilayah Aceh Tamiang, Partai Aceh meskipun tidak mendominasi suara secara mutlak, dari 12 kecamatan dengan jumlah suara pemilih laki-laki 83.031 suara, dan jumlah suara perempuan 82.489 suara dengan total suara pemilih keseluruhan 165.520 sura, Partai Aceh unggul dengan perolehan 29.228 suara. Hal ini menandakan bahwa Partai Aceh di kabupaten Aceh Tamiang memperoleh suara terbanyak dari partai lain, baik itu partai Nasional maupun Partai lokal lainnya sebagai pesaing utama Parta Aceh (PA).

4

http://rumahkuindonesia.blogspot.com/2007/08/.html diakses pada tanggal 3 januari 2010

5


(18)

Dengan gambaran diatas, maka penulis tertarik menulis mengenai kemengan Partai Aceh (PA) pada pemilu legeslatif 2009 di kabupaten Aceh Tamiang. Kenapa saya memilih Partai Aceh (PA) sebagai objek penelitian yang saya lakukan, ada beberapa alasan saya untuk menjawab pertanyaan ini : pertama, karena Partai Aceh (PA) merupakan partai yang lahir dari kesepakatan MoU Helsinki. Kedua, saya melihat sebagai salah satu Partai lokal yang ada di Aceh, Partai Aceh (PA) memenagkan pemilahan legeslatif 2009 baik itu dikabupaten maupun provinsi.

1.2. Perumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang dan persoalan diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah : Mengapa Partai Aceh (PA) dapat memenangkan Pemilu legeslatif di kabupaten Aceh Tamiang 2009.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor yang menentukan kemenangan Partai Aceh pada Pemilihan Legeslatif 2009.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dialami Partai Aceh (PA) dalam pemilihan legeslatif 2009.


(19)

Dalam penelitian ini, secara teoritis diharapkan mampu memberikan manfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain, terlebih lagi dalam hal perkembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu, yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1.4.1. Manfaat Bagi Penulis

Manfaat penelitian ini bagi penulis dapat mengasah kemampuan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah dan melatih penulis untuk membiasakan diri dalam membuat dan membaca karya tulis. Melalui penelitian ini juga dapat menambah wawasan dan pengalaman berharga dalam kapasitas kemampuan, dan kontribusi penulis untuk melihat bagaimana masalah yang diteliti.

1.4.2. Manfaat Akademis

Secara akademis dapat menambah referensi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa Departemen Ilmu Politik FISIP USU mengenai penelitian studi kepartaian.

1.4.3. Manfaat Secara Teoritis

Memberikan sumbangan dan kontribusi pemikiran terhadap perkembangan ilmu politik dalam hal perkembangan dan kekuatan politik dari Partai Aceh terkhusus mengenai Kemenangan Partai Aceh pada Pemilihan Legeslatif 2009, dan juga diharapkan mampu memberikan manfaat bagi Ilmu Sosial lainnya secara umum.


(20)

Adupun kerangka teori yang menjadi landasan berfikir penulis dalam penelitian ini adalah:

1.5.1. Partai Politik dan Fungsi Partai Politik

1.5.1.1. Pengertian Partai Politik

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang partai politik menyebutkan bahawa, partai politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga Negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan Negara melalui pemilihan umum.6

Berikut beberapa pengertian Partai Politik menurut ahli7

1. Menurut Meriam Budiarjo : Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik melalui cara yang konstitusional untuk melaksanakan kebijaksanaan yang mereka miliki.

yaitu :

2. Menurut Carl J. Friedrich : Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secra stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materiil.

6

Dikutip dari Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik

7


(21)

3. Menurut R. H. Soultau : Partai politik adalah sekelompok warga yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak suatu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, bertujuan pemerinythan dan melaksanakan kebijksanaan umum mereka.

4. Menurut Sigmund Neumann : Partai politik adalah dari aktivis-aktivis politik yang berusaha menguasai pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar golongan-golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan berbeda

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka jelaslah bahwa partai politik merupakan suatu struktur politik yang hadir dalam kehidupan bernegara agar demokrasi bisa ditegakkan.

1.5.1.2. Partai Politik Lokal

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2007 tentang partai politik lokal bahwa yang dimaksud dengan partai politik lokal adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga Negara Indonesia yang berdomisili di Aceh secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita yang memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan Negara melalui pemilihan anggota DPRA/DPRK, Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota.8

Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh yang khusus mengatur tentang Aceh bahwa, penduduk Aceh dapat membentuk partai lokal oleh warga sekurang-kurangnya 50 warga Negara Indonesia yang berusia 21 Tahun dan telah berdomisili

8


(22)

tetap di Aceh dengan mempertahatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%. Partai Lokal adalah suatu organisasi politik yang didirikan atas dasar persamaan cita-cita, nilai, dan orientasi yang sama dalam lingkup kedaerahan, partai politik lokal ini dibentuk sebagai wadah dalam menyerap dan menghimpun aspirasi masyrakat daerah (lokal) sebagai partisipasi politik ditingkat daerah. 9

Tujuan yang diharapkan dalam mendirikan dan mengembangkan partai politik adalah

1.5.1.3. Tujuan Partai Politik

10

Sebagai struktur politik, partai politik tentu memiliki fungsi-fungsi tertentu. Ada beberapa fungsi dari partai politik itu dilahirkan, fungsi ini akan sangat berguna dalam keberadaan partai tersebut di tengah-tengah masyrakat. Fungsi utama partai politik itu adalah

:

1. Untuk menjadi wadah aktaulisasi diri bagi warga Negara yang memiliki kesadaran tinggi untuk ikut serta dalam partisipasi politik.

2. Untuk menjadi wadah agregasi kepentingan masyarakat.

3. Untuk menjadi sarana dalam upaya meraih dan mempertahankan kekuasaan politik.

4. Untuk menjadi wadah berhimpun bagi masyarakat atau kelompok yang memiliki idiologi dan kepentingan yang sama.

1.5.1.4 Fungsi Partai Politik

9

Dikutip dari Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh

10


(23)

mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan idiologinya.

Cara yang digunakan suatu partai politik dalam sistem politik demokrasi untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan ialah dengan turut serta dalam pemilihan umum. Apabila kekuasaan untuk memerintah telah diperoleh maka partai politik tersebut pula sebagai pembuat keputusan politik. Partai politik yang tidak menduduki kedudukan mayoritas pada perwakilan rakyat akan berperan sebagai pengontrol partai mayoritas11

Salah satu tugas partai politik adalah menerima dan menampung semua aspirasi masyrakat dan mengaturnya sedemikian rupa untuk mengurangi kesimpangsiuran pendapat yang beredar dalam masyarakat. Setelah itu dirumuskan dan diajukan usul kebijakansanaan. Usul kebijaksanaan diajukan kepada pemerintah sebagai program partai. dengan demikian, tuntutan dan kepentingan masyarakat yang disampaikan kepada pemerintah oleh partai politik dijadikan kebijaksanaan umum, itulah sebabnya partai politik dipandang sebagai media prantara antara rakyat dengan pemerintah atau dengan kata lain partai politik sebagai sarana komunikasi politik antara pihak yang memerintah dan pihak yang diperintah.

. Fungsi partai politik yang melekat dalam suatu partai politik adalah meliputi :

1. Komunikasi Politik

12

11

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia, 1992, hal. 17

12

Budi Winarno, Sitem Politik Indonesia Era Reformasi, Yogyakarta : Media Presisndo, 2007, hal. 98

Dalam hal ini juga partai politik harus respondsif terhadap tuntutan masyarakat untuk kemudian disalurkan kepada sistem politik melalui agregasi dan artikulasi kepentingan. Di pihak lain partai politik juga melakukan diskusi dan penyebarluasan tas berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.


(24)

2. Sosialisasi Politik

Dalam ilmu politik sosialisasi politik diartikan sebagai proses melalui mana seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang umumnya berlaku dalam masyarkat dimana ia berada. Biasanya proses berjalan berangsur-angsur dari masa kanak-kanak sampai dia dewasa. Sosilisasi politik juga mencakup proses penyampaian norma-norma dan nilai-nilai oleh masyrakat dari satu generasi ke generasi berikutnya. Proses sosialisasi ini bisa diperoleh dari lingkungan keluarga , lingkungan sekolah, lingkungan masayarakat, dan lingkungan sosial lainnya selama dia masih hidup di dunia. Oleh karena itu, partai politik harus berperan aktif menanamkan norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat.Dengan demikian, masyarakat akan dapat memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

Partai politik merupakan kelompok yang terorganisir yang anggotanya mempunyai orientasi, nilai, cita-cita yang sama,. Tujuannya adalah dalam rangka meraih kekuasaan politik dan merubut kedudukan politik guna melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka,. Inilah mengapa setiap partai politik mempunyai idiologi, cita-cita, yang selanjutnya diimplementasikan dalam bentuk program kerja. Program-program kerja inilah yang ditawarkan kepada masyarakat agar mendukungnya dalam pemilihan umum. Dalam kaitan ini, partai politik membantu sistem politik dalam mensosialisasikan sistem politik dan mendidik anggota-angtonya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab terhadap kepentingan sendiri dan kepentingan nasional.13

13

Ibid, hal 98


(25)

Partai politik juga berfungsi untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalan kegiatan politik sebagai anggota partai. dengan demikian partai turut memperluas partisipasi politik (political recruitmen). Cara-cara yang ditempuh bisa dengan kontak pribadi, persuasi, dan lain-lain. Selain dari itu, partai politik dapat pula mengadakan kaderisasi anggota partai. kaderisasi ini dimaksudkan untuk mempersiapkan calon-calon pemimpin dimasa mendantang. Untuk itulah, mereka melakukan rekuitmen terhadap pemimpin- pemimpin partai politik yang mampu menopang kekuasaan yang mereka raih. Juga diusahakan untuk menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader partai yang dimasa mendatang akan menggantikan pemimpin lama (selectation of leadership).14

Dalam suasana demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyrakat merupakan soal yang wajar. Jika sampai terjadi konflik maka partai politik berusaha untuk mengatasi konflik tersebut. Seperti konflik yang terjadi di Ambon dan Maluku maka disinalah fungsi partai politik untuk menyelesaikan masalah konflik tersebut bukan mempertajam konflik yang terjadi.

4.Pengatur Konflik

15

Partai politik berperan dalam menjembatani berbagai konflik kepentingan yang ada dalam masyarakat untuk selanjutnya disalurkan dalam sistem politik. Kestabilan partai politik akan sangat menentukan tingkat pelembangaan partisipasi dan dengan demikian kemampuan partai politik dalam melakukan manajemen konflik. Dalam suasana demokrasi persaingan atau perbedaan pendapat antara golongan masyrakat sering terjadi. Persaingan atau perbedaan yang timbul sebenarnya merupakan sesuatu yang wajar saja. Namun apabila dibiarkan tidak mustahil

14

Meriam Budiarjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003, hal 163

15


(26)

akan mengakibatkan tergantungnya kestabilan dalam pemerintahan. Oleh karemna itu, dalam situasi yang demikian peranan partai politik sangat diharapkan, guna mengurangi atau mengatasi pertentengan-pertentangan tersebut. Adapun caranya adalah membuat aturan permainan atau mengajak pihak-pihak yang bertentangan untuk kembali kepada aturan permainan yang sudah ada. Maksudnya adalah agar semua pihak dapat menyadari bahwa konflik hanya dapat diselesaikan dengan musyawarah untuk mufakat dan tidak dengan perselisihan yang berlarut-larut.

5. Artikulasi Kepentingan

Artikulasi kepentingan adalah suatu proses penginputan berbagai kebutuhan, tuntutan dan kepentingan melalui wakil-wakil kelompok yang masuk dalam lembaga legeslatif. Agar kepentingan, tuntutan dan kebutuhan kelompoknya dapat terwakili dan terlindungi dalam pembuat kebijakan publik. Pemerintah dapat mengeluarkan suatu keputusan dapat bersifat menolong masyrakat dan bisa pula dinilai sebagai kebijakan yang justru menyulitkan masyarakat.16

6.Partisipasi Politik

Dalam artikulasi kepentingan ini semua wacana yang beredar di masyarakat luas yang berhubungan dengan kebijakan negara akan ditampung oleh partai politik, setiap masyarakat yang mempunyai masalah dengan kebijakan yang akan dibuat atau yang telah dikeluarkan oleh pemerintah maka itu akan ditampung dan selanjutnya akan disamapaikan kepada wakil partai politik tersebut yang duduk di lembaga lewgeslatif. Tetapi kembali lagi tidak semua kepentingan masyarakat dapat digubris oleh pemerintah.

16


(27)

Secara istilah partisipasi politik dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau keterlibatan individu atau warga negara didalam suatu sisitwem politik yang bertujuan untuk mempengaruhi dalam pengambilan keputusan oleh pemerintah sampai pada titik tingkatan partisipasi yang bermacam-macam. Dalam tatanan ini, partisipasi politik dapat diarahkan untuk mengubah keputusan pejabat-pejabat yang berkuasa, menggantikan atau mempertahankan pejabat-pejabat itu, atau mempertahankan organisasi sistem politik yang ada dan aturan-aturan permainan politiknya. Mobilisasi warga negara dalam kehidupan dan kegiatan politik merupakan fungsi khas dari partai politik. Di zaman medern partai politik dibentuk yaiutu ketika semakin banyak jumlah rakyat mempunyai hak pilih, dan ketika kelompok-kelompok masyarakat menuntut bahwa mereka harus diberi hak untuk bersaing untuk memperebutkan suatu jabatan pemerintahan.

1.5.2. Strategi

Strategi merupakan rencana komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktifitas dalam kurun waktu tertentu. Pada awalnya kata strategi dipergunakan untuk kepentingan militer “strategi” adalah turunan dari kata dalam bahasa yunani,

strategos. Adapun stretegos dapat diterjemahkan sebagai “komandan militer atau kepemimpinan

atas pasukan”.

Von Cluasewitz menjelaskan bahwa tujuan strategi itu sendiri bukanlah merupakan suatu kemengan yang tampak dipermukaan, melainkan kedamaian yang terletak di belakangnya. Terkait defenis diatas erat kaitannya denagn strategi politik yanh dijalankan setiap partai politik


(28)

tentenya berbeda-beda, seperti misalnya mempengaruhi, merekrut lalu mendoktrin individu-individu yang ada dalam masyarakat. Tujuan utama dari strategi ini adalah untuk menggapai “kemenagan”. Kemenangan merupakan menjadi tujuan dan focus utama dari partai politik untuk meraih dan memperoleh suara sebanyak-banyaknya pada pemilihan umum agar bias menempatkan wakil-wakil yang diajukan oleh setiap paratai politik.17

Membahas mengenai partai politik ini tidak terlepas dari yang namanya “strategi politik”. Strategi politik merupakan teknik, cara, atau strategi yang digunaklan untuk mewujudkan suatu cita-cita politik, strategi politik sangat penting bagi setiap partai politik, tanpa adanya strategi politik maka perubahan jangka panjang sama sekali tidak akan terwujud. Perencanaan strategi suatu proses dan perubahan politik merupakan analisis yang gambling dari keadaan kekuasaan, sebuah gambaran yang jelas mengenai tujuan akhir yang ingin dicapai, dan juga segala kekuasaan untuk mencapai tujuan tersebut.

1.5.3. Strategi Politik

18

Pendekatan dan kominikasi politik perlu dilakukan oleh kontestan untuk dapat memenangkan pemilu. Para kontestan perlu melakukan kajian untuk mengedintifikasi besaran (size) pendukungnya, massa mengembang dan pendukung kontestan lainnya, identifikasi ini perlu dilakukan untuk menganalisis kekuatan dan potensi suara yang akan dipeoleh pada saat pencoblosan, juga untuk mengedntifikasi strategi pendekatan yang diperlukan terhadap masing-masing kelompok pemilih. Strategi ini perlu dipikirkan oleh setiap kontestan karena pesaing

17

Peter Schoder, Strategi Politik, Jakarta: Friderich Naumun Stifung, 2003 hal. 4

18


(29)

secara intens melakuakan upaya-upaya untuk memenangkan pesrsaingan politik. Sementara itu, cara masyarakat menentukan pilihanya juga tergantung pada karakteristik masyarakat bersangkutan. Di satu sisi, terdapat kelompok masyarakat yang lebih menggunakan logika dan rasionalitas dalammenimbang kontestan. Kemampuan kontestan memecahkan persoalan masyrakat menjadi titik perhatian kelompok masyrakat ini. Di pihak lain, kedekatan idiologis juga menjadi kekuatan untuk menarik pemilih kedalam bilik suara dan mencoblos kontestan yang beridiologi sama. Pemilih jenis ini tidak begitu memperdulikan program kerja apa yang ditawarkan oleh partai politik bersangkut an. Asal idiologi partai tersebut sama dengan idiologi pemilih, sudah cukup alasan baginya untuk memmilih kontestan ini. Besaran antara karakteristik alas an yang dipakai untuk menentukan pilihan dengan segmen- segmen pemilih dapat dilihat dalam table 1.1 berikut.19

Tabel 1.1

Jenis Pemilih dan Alasan Pemilih

Pembagian pemilih

Konstituen Non-partisan Pendukung Lain

19


(30)

Problem-solving Penguatan dan proteksi secara rasional

Peyakinan secara rasional

Pengenalan dan merebut secara rasional

Ideologi Punguatan dan proteksi secara ideologis

Peyakinan secara ideologis

Pengenalan dan merebut secara ideology

Kontestan adalah kelompok masyarakat yang diwakili dan memiliki kedekatan dengan suata partai politik. Kelompok masyarakat ini merupakan basis pendukung kontestan. Konstituens memiliki loyalitas yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis pemilih lain. Sementara non-partisan adalah massa mengambang yang masih belum memutuskan partai politik apa yang mereka dukung. Non-partisan tidak mengikatkan diri dengan suatu partai politik apapun. Biasanya jenis pemilih ini akan menjatuhkan pilihannya diakhir periode kampanye. Atau, mereka malahn tidak memilih siapaun karena mereka tidak melihat sutu pun dari pilihan kontestan yang sesuai dengan harapan mereka. Jenis pemilih terakhir adalah pendukung atau konstituen partai politik lain. Suatu partai politik atau kontestan individu perlu juga mengembangkan hubungan dengan pendukung partai lain. Hal ini dilakukan karma kontestan pemilu perlu menjaga stabilitas dan situasi yang aman semasa periode kampanye. Partai politik perlu menggunakan penguatan yang bersifat rasional ketika mereka berhadapan dengan konstituen yang lebih mengedepankan Problem-soving. Ketika partai politik harus berhubungan dengan konstituen yang lebih melandaskan lasan memilih pada aspek- aspek non-rasional,


(31)

penguatan idiologi perlu dilakukan. Mengingatkan pesan, nilai, norma, dan faham partai perlu ditekankan dalam hal ini.

1.5.4. Strategi Pemilihan Umum

Dalam rangka memenangkan pemilihan umum setiap partai politik harus memiliki strategi dan ini juga merupakan bagian dari grand strategi partai politik, yaitu yang disebut dengan strategi politik. Sebuah bentuk strategi politik yang khusus adalah strategi pemilihan umum. Dalam strategi pemilahan umum, yang terpenting disini adalah memperoleh kemenangan dan kekuasaan sebanyak mungkin pengaruh dengan cara memperoleh hasil yang baik dalam pemilihan umu, sehingga politik dapat diwujudkan dalam suatu perubahan dalam masyarakat.

Persaingan dalam memperoleh suara sebanyak-banyaknya dalam pemilihan umum, untuk menarik simpatik pemilih harus direncanakan dengan hati-hati, di disain dengan sebaik mungkin dan membutuhkan apa yang disebut dengan “strategi”.20

20

Ibid, hal 123

Strategi pemilihan umum yang digunakan untuk memperoleh kekusaan seringkali dipandang suatu hal yang buruk. Padahal strategi ini digunakan dengan tujuan untuk menyampaikan dan menawarkan konsep-konsep dari partai politik.


(32)

Berikut jenis-jenis strategi dalam politik politik menurut Peter Schoder dalam tabel 1.2.21

Strategi ofensif

Tabel 1.2

Jenis- Jenis Strategi Politik

Strategi Defensif

Stategi memperluas passer

(strategi persaingan)

Strategi mempertahankan pasar

(strategi pelanggan, strategi multiplikator)

Strategi menembus pasar

(strategi pelanggan)

Strategi menutup, menyerahkan pasar

(strategi lingkungan sekitar)

Strategi ofensif selalu dibutuhkan, misalnya apabila partai ingin meningkatkan jumlah pemilihnya atau apabila pihak eksekutif ingin mengimplementasikan sebuah proyek. Dalam kedua kasus tersebut harus ada orang yang lebih banyak oaring yang memiliki pandangan positiif terhadap partai atauproyek tersebut, sehingga kampanye dapat berhasil.

Yang termasuk kedalam strategi ofensif adalah startegi memperluas pasar dan strategi menembus pasar. Pada dasarnya, semua strategi ofensig yang diterapkan saat kampanye pemilu harus menampilkan perbedaan yang jelas dan menarik antara kita dan partai-partai pesaing yang ingin kita ambil alih pemilihnya. Dalam strategi ofensif yang digunakan untuk

21


(33)

mengimplementasikan politik yang harus dijual atau ditampilkan adalah perbedaan terhadap keadaan yang berlaku saat itu serta keuntungan-keuntungan yang dapat diharapkan dari padanya.

Sedangkan strategi defensif akan muncul kepermukaan ketika terjadainya koalisi partai pemerintah yang terdiri atas beberapa partai yang ingin memperthankan mayoritasnya. Dilain waktu strategi defensive muncul ketika sebuah pasar tidak lagi dipertahankan lebih lanjut, dan ketika penutupan pasar ini diharapkan membawa keuntungan yang lebih banyak.

1.6. Metodologi Penelitian

Kajian ilmu soaial terhadap suatu fenomena sosial sudah tentu membutuhkan kecermatan. Sebagai suatu ilmu tentang metodologi atau tata cara kerja, maka metodologi adalah pengetahuan tentang tata cara mengkonstruksi bentuk dan instrument penelitian. Konstruksi teknik dan instrument, baik dan benar akan mampu menghimpun data secara objektif, lengkap dan dapat dianalisa untuk memecahkan suatu permasalahan. Menurut Antonius Birowo, metodologi akan mengkaji tentang proses yaitu proses bagaimana penelitian berusaha menjelaskan apa yang diyakini dapat diketahui dari masalah penelitian yang akan dilakukan22

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Bogdum & Taylor mengungkapkan bahwa “metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

1.6.1. Jenis penelitian

22


(34)

data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.23

Secara khusus penelitian deskriftif yang penulis gunakan dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada atau sebagaimana adanya. Fakta- fakta atau data yang akan dikumpulkan dan diklasifikasikan kemudian akan dianalisa. Penelitian deskriftif merupakan suatu penelitian yang mengungkapkan suatu masalah atas keadaan atau fenomena yang terjadi, sehingga sekedar mengungkapkan fakta (fack finding). Hasil penelitian ditekankan pada memberikan gambaran secara objektif tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti. Akan tetapi guna mendapatkan manfaat yang lebih luas dalam penelitian ini, disamping fakta juga pemberian interprestasi-interprestasi yang kuat.

Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai rangkain kegiatan atau proses penjaringan informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek, dihubungkan dengan pemecahan masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis.

24

1.7. Teknik Pengumpulan Data

1.6.2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini merupakan Partai politik lokal yang ada di Aceh, yaitu Dewan Pempinan wilayah (DPW) Partai Aceh (PA) Kabupaten Aceh Tamiang yang berada di Jl.Ir. H. Juanda Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Nanggroe Aceh Darussalam.

23

Lex J. Moleung, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rodakarya, 1994, hal, 3

24


(35)

Dalam penelitian ini peneliti akan meggunakan teknik pengumpulan data sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan penelitian. Untuk mengumpulkan data-data, keterangan-keterangan dan fakta-fakta yang diperlakukan maka peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:

1.7.1. Penelitian lapangan (Field Research)

Dengan penelitian ini penulis akan terjun kelapangan untuk mendapat data-data yang diperlukan. Diantaranya metode yang dipergunakan adalah mengunakan wawancara mendalam terhadap pihak yang terkait dengan masalah yang akan diteliti dan juga melakukan metode observas.

Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian yang diamati oleh peneliti. Pengamatan dapat dilakukan dengan cara sistematik, terencana dan dihubungkan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Metode wawancara yang digunakan peneliti dalam memperoleh data-data adalah dengan metode wawancara terbuka.

1.7.2. Penelitian Dokumentasi

Dengan penelitian ini peneliti akan mungumpulkan data-data sekunder yang berasal dari dokumentasi yang ada di lembaga-lembaga baik pemerintahan maupun swasta serta organisasi masyrakat yang ada di Nanggroe Aceh Darussalam.


(36)

1.8. Teknik Analisa Data

Data yang dikumpulkan, diolah dan kemudian dianalisis untuk dapat disimpulkan sebagai hasil penelitian. Metode analisa data adalah metode deskriftif yaitu suatu metode dimana data yang diperoleh disusun dan kemudian diinterprestasikan sehingga memberikan keterangan terhadap masalah-masalah yang aktual berdasarkan data-data yang sudah terkumpul dari penelitian.

1.9. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan, maka penulis skripsi ini akan dijabarkan ke dalam tiga bab penyajian data dan satu bab sebagai bab penutup, yaitu :

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini munguraikan Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Metodologi penelitian, dan Sistematika penulisan.

Bab II : Sejarah Berdirinya Partai Aceh

Dalam bab ini menguraikan tentang profil Partai Aceh (PA), gambaran umum Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Kabupaten Aceh Tamiang Nanggroe Aceh Darussalam


(37)

pada bab ini berisikan penyajian dan pembahasan data yang didapat serta menganalisis dari data dan fakta yang ada mengenai

kemenangan Partai Aceh pada Pemilu Legeslatif 2009

Bab IV : Penutup

bab ini merupakan bab terakhir Dari penulisan skripsi yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta berisi saran-saran yang mungkin berguna bagi penulis khususnya dan berguna bagi Partai Aceh (PA).

BAB II

Sejarah Berdirinya Partai Aceh


(38)

Sejarah pendirian partai ini sangat panjang, jauh sebelum MOU Helsinki dan tsunami beberapa aktivis di Aceh telah ada diskursus awal sebagai strategi perjuangan untuk membebaskan Aceh dari kondisi yang ambiguitas. Keterlibatan rakyat secara langsung dalam politik sangat penting dalam rangka memutuskan mata dan eksploitasi pada pemilu. Partai politik lokal saat ini bukan lagi sekedar wacana umum dalam perpolitikan kita, sebenarnya sudah muncul beberapa tahun silam. Munculnya partai politik lokal ini merupakan hasil kesepakatan perdamain di Aceh yang merupakan rangkaian penyelesaian konflik Aceh dengan pemerintah Indonesia. Adanya partai politik lokal merupakan upaya unutuk mengembangkan insentif bagi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan masyrakat Aceh berpartisipasi dalam proses politik di Aceh. Eksistensi partai poltitik lokal di harapkan menjadi jalan bagi perubahan Aceh dan tranformasi bagi tujuan politik GAM serta terbukanya ruang demokrasi dalam proses politik sehinnga tetap dalam lingkaran Negara kesatuan Republik Indonesia.

Munculnya partai politik lokal merupakan bagian dari aspirasi daerah untuk mengiring partisipasi masyarakat dalam kehidupan politik. Ini merupakan langkah strategis bagi penguatan eksistensi daerah terhadap pusat, yang nantinya dapat membangun hubungan politik yang berkesinambungan antara pusat dan daerah dalam menyalurkan aspirasi dan percepatan pembangunan.pasalnya partai politik yang bersifat nasional tidak mungkin dapat menampung mengaregesikan kepentingan rakyat di daerah yang begitu multicultural. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri partai politik lokal dapat menimbulkan dampak atau pengaruh yang besar terhadap perkembangan perpolitikan di tanah air ini.

Kenyataannya perubahan terjadi di Aceh, MoU Helsinki memberikan jalan baru menuju terbukanya gerbang demokratisasi politik implementasi MoU yang melahirkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang pemerintahan Aceh dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun


(39)

2007, telah merubah kondisi Aceh. Transisi politik akan terjadi dalam sistem politik pemerintahan. Akan terjadi kompetisi antara partai politik nasional dan lokal serta elit politik dalam mengkonstruksi masa depan Aceh selanjutnya yang lebih damai, aman dan makmur.

2.2. Sejarah Pembentukan Partai Aceh25

Sebagai gerakan awal dalam sejarah perjalanan pembentukan Partai Aceh (PA) tidak terlepas dari gerakan atau kelompok yang tergabung dalam Partai Aceh (PA) yaitu gerakan perlawanan. Pada awalnya merupakan gerakan melawan penjajahan. Perlawanan kemudian muncul ketika pemerintah dalam hal ini Soekarno mengingkari janjinya untuk menjadikan Indonesia Negara yang berdasarkan islam. Pada tanggal 21 desember 1953 berdirilah Darul Islam/ Tentatra Islam Indonesia (DI/TII) di Aceh untuk menentang kezhaliman Soekarno secara khusus dan Indonesia secara umum. Gerakan yang bergabung dengan DI/TII Karto Suwiryo di Jawa Barat telah menguasai Aceh 90 persen di awal pergerakannya. Beberapa tahun setelah pergerakan terjadi perdamaian dan Aceh dijadiakan Daerah Istimewa Aceh. Namun, karena ada hal yang lebih prinsipil DI/TII Aceh dan Jawa Barat, September 1955 DI/TII Aceh digantikan Teungku Muhammad Daud Beureuh menjadi Negara Bagian Aceh/Negara Islam Indonesia (NBA/NII).26

25

Wawancara dengan beberapa tokoh Partai Aceh di akntor DPW PA,Kuala Simpang, tanggal, 11 April 2010.

26

Wawancara Rusman,loc.Cit.

tetapi ini juga di rasa dia tidak efektif untuk menegakkan syari’at islam di Indonesia, maka pada tanggal 15 Agustus ia mengumumkan Republik Islam Aceh (RIA) yang terpisah dari perjuangan DI/TII ala Indonesia. Hal yang sama juga terjadi, dimana perjuangan dalam bingkai RIA tidak berkelanjutan seperti apa yang diharapkan. Sebahagian pengikut Abu Beureuh membuat perdamaian secara sepihak dengan pemerintahan Indonesia. Lewat usaha


(40)

dewan revolusi yang memediasi perdamaian tersebut yang Hasan Saleh cs dan tidak lama kemudian Abu bereuh turun gunung pada tanggal 9 mei 1962.

Berakhirnya perang cambok dan turun gunungnya Teungku Muhammad Daud Beureuh sebagai aktor pemberontak para pengikutnya surut. Ia tetap yakin bahwa rakyat Aceh bisa bangkit menyusun kekuatan dan membangkitkan moral perlawanan. Lalu diutuslah Zainal Abidin menemui Hasan Tiro yang sedang belajar di Amerika. Pertemuan terjadi pada tahun 1972 dan disepakati Tiro akan mengirim senjata ke Aceh. Sayang senjata juga tak dikirim hingga Beureuh meninggal. Hasan Saleh, Jamil Amin, Zainal Abidin, Hasan Tiro, Ilyas leubee, dan masih banyak lagi perkumpulan di kaki gunug halimun, Pidie. Di sana, pada tanggal 24 Mei 1977, para toko eks DI/TII dan toko Aceh muda mendirikan GAM. Selama empat hari bersidang, Daud beureuh ditunjuk sebagai pimpinan tertinggi. Sementara Hasan Tiro yang tak hadir dalam pendirian GAM itu ditunjuk sebagai wali Negara. GAM terdiri atas 15 menteri, empat pejabat setingkat menteri dan enam gubernur. Mereka pun bergeriliya memuliakan rakyat Aceh, adat dan agamanya yang diinjak-injak Soekarno. Setelah Orde Lama berakhir dan naiknya soeharto yang mendapat legitimasi melalui pemilu 1971 dengan mesin Golkarnya. Melihat hal ini beberapa tokoh Darul Islam bertekad melakukan gerakan, karna Soeharto tidak ubahnya dengan Soekarno dengan program ekpolitasi sumberdaya alam Aceh melalaui proyek multinasional di era tahun 1970-an.27

Pada tanggal 4 Desember 1976 Dr Teungku Muhammad Hasan Di Tiro mendirikan Gerkan Aceh Merdeka, usaha ini dilakukan untuk melanjutkan perjuangan Negara Islam Aceh. Diluar negeri Tiro melakukan maneuver politiknya dengan mengecam pemerintahan Indonesia dimasa kabinet Ali Sastromidjojo yang fasis-komunis. Karena merasa bahwa Islam tidak

27


(41)

mendapat tempat dimata msyarakat internasional. Ia mengubah strategi perjuangannya dengan menciptakan pemikiran-pemikiran dengan segala intrik politiknya membentuk Negara federal dalam Demokrasi di Indonesia.

Setelah kepulangannya ke Indonesia pada tahun 1977. Ia melihat penderitaan rakyat Aceh sepanjang kemerdekaan RI yang kemudian ditulisnya dalam buku “ The Drama Of Achenese

History 1873-1978”, dan ia menjalankan roda organisasi GAM, membentuk sayap militer

Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM), membentuk kabinet, dan ia sendiri duduk sebagai wali Negara. Ia mentranformasikan pemikirannya melalui indoktrinisasi idiologi yang sangat intens dalam tubuh GAM. Diantara pemikirannya bagaimana mengembalikan kejayaan Aceh seperti masa kesultanan Aceh yang pernah Berjaya dahulu., mengajari rakyat Aceh kedaran berpolitik, memobilisasi dengan gegasan politiknya yang anti Indonesia.

Seiring dengan perjalan waktu GAM berkembang dengan genjar melakukan perlawanan terhadap aparat militer di Aceh. Intimidasi dan terror ditebarkan oloh AGAM dengan maksud untuk menghabisi lawan politiknya. Tak ada lagi batasan hukum, yang ada adalah bahasa kekerasan dan dendam. Aceh hanya dijadikan kepentingan pusat. Konflik mencuak kepermukaan di tahun 1989. Daerah operasi Militer (DOM) kemudian diberlakukan di Aceh sebagai upaya pemerintah untuk meredam gerakan perlawanan, tetapi ribuan rakyat Aceh dibantai dengan cara-cara primitive dan tanpa prosedur yang jelas. Pada Orde Reformasi dan pasca pencabutan status DOM pada tanggal 17 Agustus 1998, keadilan di Aceh tetap menjadi impian belaka, malah Operasi Militer dengan wajah baru dengan nama sandi “Operasi Wibawa 99” kembali digelar sebagai konsekuensi adanya anggapan GAM. Bertitik tolak dari hal tersebut pemerintah Indonesia berusaha menyelesaikan permasalahan ini dengan jalan damai melalui kesepakatan


(42)

penghentian permusuhan (Cassetion Of Hostilities Agretment) atau (CoHA)28

28

Persetujuan RI_GAM di Tokyo Gagal Capai Kesepakatan: Operasi Pemulihan Keamanan, Kompas. 19 mei 2003.

sejak 9 Desember 2002 lalu di jenewa Swiss. Saat itu dibentuk Komisi Keamanan Bersama (Joint Security

Cominitee) atau (JSC) yang terdiri atas unsure TNI/POLRI, GAM dengan Henry Dunant Center

(HDC) sebagai fasilitator yang salah satu alternative penyelesaiannya adalah pemberian otonomi khusus dalam kerangka NKRI. Tetapi hal ini tidak membuahkan hasil dan hanya menimbulkan krisis sosial, budaya, politik yang serius bagi masyarakat Aceh dan kembali lagi operasi pemulihan keamanan di mulai di Aceh.

Pada tanggal 15 Agustus 2005 di Helsinki, akhirnya kesepakatan antara Republik Indonesia dengan GAM mencapai kesepakatan perdamaian. Hal ini yang melahirkan terbentuknya Partai Aceh, sebagai partai yang mengusung dari poin-poin MoU Helsinki. Pada tanggal 4 Juni 2007 partai Aceh di deklarasikan di Banda Aceh, Partai Aceh dulunya di kenal dengan Partai GAM, karena melanggar kesepakatan Helsinki, yang mengatur bahwa anggota GAM tidak akan memakai seragam atau menunjukkan syimbul-syimbul militer setelah penandatanganan MoU, pada tanggal 29 April 2007 kumudian partai ini resmi berganti nama menjadi Partai Aceh (PA).

2.3. Partai Aceh dan Pendirinya

Partai Aceh adalah salah satu partai lokal yang ada di Aceh. Pendiri partai Aceh merupakan eks Militan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), kaum intelektual, kaum muda yang progresif, kaum perempuan, para korban pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM), petani, nelayan, kaum miskin kota serta berbagai kelompok masyarakat Aceh lainnya.


(43)

Pada tanggal 4 juni 2007 partai ini berdiri di Banda Aceh dengan pendirinya; Jahja Teungku Mua’ad, Adnan Bereunsyah, Tarmidi, Hasanuddin, Muhammad yasir.sebagai pendiri dan mewakili pendiri partai Aceh. Ketua umum Partai Aceh Muzakir Manaf, dan Muhammad Yahya sebagai Sekjen, yang di pilih pada kongres perdana Partai Aceh yang juga mantan militant Gerakan Aceh Merdeka.

2.4. Dasar pemikiran Pembentukan Partai Aceh

MoU Helsinki merupakan cikal bakal terbentuknya Partai Lokal di Aceh. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Partai Lokal di Aceh menjadi landasan hukum yang kuat bagi pembentukan Partai Lokal yang berbasis di Aceh. Ini merupkan momentum baru bagi perubahan dalam proses demokratisasi politik dan sebagai langkah dalam membangun Aceh baru. Konflik dan bencana tsunami adalah dua variabel yang membuat Aceh terpuruk dari segala aspek kehidupan. Rezim Orde Lama dan Orde Baru telah membunuh karakter religiusitas bangsa Aceh menjadi masyarakat yang sekuler. Politik javaness menjadi hegemoni bagi identitas politik dan budaya menuju bendera Republik Indonesia. Tetapi baik, Orde Lama, maupun Orde Baru tetap tidak bisa mengalahkan identitas politik Aceh yang telah terbangun ribuan tahun lalu. Hal inilah yang membuat rakyat Aceh anti Jawa, tetapi belakangan ini muncul diskursus bahwa Indonesia lah sebenarnya yang anti- terhadap Aceh.

Sentralisme dalam segala aspek kehidupan ketika Rezim Orde Baru yang otoriter berkuasa adalah kata kunci dalam masalah Aceh. Segala sesuatunya ditentukan oleh pusat. Intervensi pusat terhadap daerah begitu kuat. Lihat saja bagaaimana sumber daya alam Aceh menjadi bahagian eksploitasi dan kerakusan sistem sentralisasi. Bukan saja itu, ketika Rezim Orde Baru berkuasa dengan gaya sentralisasi yang ditopang oleh kekuatan militer semua daerah


(44)

tidak berdaya dibuatnya. Demokrasi mati suri dan otoriterisme berkuasa. Kondisi ini membuat krisis multidimensional dalam tatanan kehidupan sosial yang menyebakan terjadinya korups, kolusi dan nepotisme, diberbagai aspek dan birokrasi. Fenomena membuat Indonesia terjebak dalam krisis moneter dan bergulirnya reformasi di tahun 1998.29

Jauh sebelum terjadi reformasi, kondisi kehidupan rakyat Aceh yang hidup dibawah kekuasaan Rezim Orde Baru sangat memperhatinkan. Konflik terjadi bukan saja karna kesalahan kebijakan masa lalu yang sampai menimbulkan konflik bersenjata, tetapi lebih dari pada itu, bahwa rasa nasionalisme ke-Acehan yang telah mengakar sebagai sebuah identitas politik tidak bisa dipisahkan dari diskursus yang ada dimasyarakat Aceh. Apalagi kekuatan Rezim Orde Baru yang mencoba merubah tatanan masyarakat Aceh yang Islami menjadi mederen dengan pengaruh politik sentralisasi. Sehingga ini menyebabkan tumbuhnya bentuk perlawanan dalam gerakan-gerakan sosial, baik GAM dengan tuntutan merdekanya yang ingin lepas dari hegemoni pusat.

30

Gaya kepemimpinan Indonesia yang militer ditunjukan dengan menyiapkan gerakan militer dalam upaya menghambat gerakan-gerakan sosial tersebut Daerah Operasi Militer, Darurat Militer, Darurat Sipil, Operasi Keamanan dan Pemulihan dan sebagainya, merupakan paradigma lama pemerintah dalam menyelesaikan konflik di Aceh. Semua gerakan sosial atau gerakan perlawanan terhadap Indonesia staknan dan mati suri, tetapi bukan berarti perjuangaqn ini selesai. Mereka menyiapkan strategi baru untuk menjawa\b kebuntuhan politik di Aceh. Bagi mereka persoalan Aceh adalah persoalan politik dan harus diselesaikan dengan politik. untuk itu menurut Rusman ( Sekertaris Jendral DPW PA), unutk menyelesaikan dan merubah Aceh kita

29

Wawancara Budi Santos. Loc.cit

30


(45)

hurus masuk dalam sistem. Seperti pendapat Rusman yang menyatakan bahwa dasar pemikiran pembentukan PA adalah :

“ada dua hal yang menjadi ide dasar pembentukan partai lokal di Aceh. Pertama, kondisi Aceh baik dalam tatanan sosial, ekonomi, politik dan militer yang menurut saya masalah ini belum selesai, dan kami harus melanjutkan perjuangan yang belum selesai ini. Karna saya dan banyak kader PA percaya bahwa perjuangan Aceh belum selesai. Rakyat Aceh belum “merdeka”secara hakiki. Merdeka dalam makna membebaskan Aceh dari keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan, dan berbagai bentuk penindasan. Kedua, ini merupakan suatu bentuk perlawanan yang berbeda dari gerakan pembebasan rakyat Aceh dulu. Kalau dulu kita di luar sisitem, sekarang kita harus masuk kedalam sistem untuk melakukan perubahan, harus memiliki imajinasi perjungan. Jadi ya,melanjutkan perjuangan yang belum selesai” 31

Jadi sebenarnya ide pembentukan partai ini merupakan telah lama muncul sejak dibawah koftasi Jakarta. Hal ini muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap hegemoni Negara di Masa Orde Baru dan Reformasi 1998 dengan tujuan menumbuhkan kesadaran berpolitik bagi rakyat Aceh, dimana Aceh adalah sebuah entitas kebangsaan dan identitas politik yang telah terintegrasi dalam sejarahnya. Partai politik bagi mereka bukanlah tujuan, tetapi lebih merupakan sebuah alat untuk perubahan Aceh yang sedang dalam sakit baik secara ekonomi, sosial, dan politik. ketika Orde Lama dan Orde Baru berkuasa, mereka menempatkan orang-orang terbaik Aceh diluar sistem bahkan di penjara sekalipun. MoU saat ini telah member jalan kepada mereka untuk masuk dalam sistem melalui partai politik lokal. Artinya parlemen merupakan bagian dari

31


(46)

cita generasi muda bagi proses perubahan Aceh dalam kontek politik disamping membangun gerakan sosial dan gerakan politik untuk meningkatkan peran civil society sebagai control terhadap kebijakan pemerintah pusat dan daerah.

2.5. Struktur dan Bentuk Partai Aceh

Partai Aceh adalah partai politik lokal yang berbentuk piramida dimana struktur paling tinggi atas diduduki oleh ketua umum. Ketua umum sebagai pemangku jabatan tertinggi bersifat tunggal artinya dia terpilih dalam bentuk formatur tunggal. Dan media dalam penentiunya adalah kongres ditingkat provinsi, konferensi di daerah atau Kabupaten/ kota. Pola stuktur partai ini jelas garis instuksinya bersifat top-down, artinya wewenang yang paling besar berada pada ketua dan pelaksana tugas sehari-hari atau jalannya partai adalah sekertaris jendral dibantu oleh ketua-ketua bidang sampai kebawah. Penentuan struktur Partai Aceh (PA) ditentukan kedalam enam bidang dan tiga divisi. Pola stuktur partai ini dapat dilihat pada lampiran AD/ART Partai Aceh.32 Partai lokal ini memiliki sifat terbuka dan lebih memintingkan keketatan organisasi tingkat akar rumput. Bentuk partai yang dikembangkan dapat diklasifikasikan kedalam partai kader dan simpatisan. Dimana mementingkan keketatan organisasi dan disiplin kerja dan adanya pendidikan-pendidikan politik bagi kader-kader/anggota dengan tujuan meningkatkan kesadaran politik berjuang bersama untuk mewujudkan kesetaraan ekonomi, politik dan sosial budaya bagi seluruh rakyat Aceh.

Gambar 1. Bagan Struktur Partai Aceh

32

Anggaran Dasar/Anggaran rumah Tanmgga Partai Aceh, Loc.cit

KONGRES PARTAI


(47)

Gambar 2. Bagan Struktur PA Dewan Pimpinan Wilayah Aceh Tamiang

DPD

Ketua Wilajah


(48)

Bendahara

H,Abdus Samad

Jurusan Pendidikan Dan Kaderisasi 1. Adi Telaga Meuku

Jurusan I nformasi Dan Komunikasi

1.Juanda Jurusan Organisasi Dan Kelembagaan

1. Tgk Subhan Manyak Payed

Jurusan Sosial dan Kemasyarakat an

1. zulkarnaen

Jurusan Hukum Dan HAM 1. Kamaruddin P. Aw e

Jurusan Adab 1. Ghazali Jurusan Kesehatan

1. dr . Fauzi SpB

Jurusan Perhubungan 1.M Yusri

Jurusan SDA Dan Teknologi 1. rahmad dhani

Jurusan Pelestarian Lingkungan Hidup

Anhar sw edan Jurusan Keuangan Dan Logistik

1. Wakde

Jurusan Pertanian 1. siddiq pramana

Jurusan Ekonomi Perdagangan 1. joel vikar

Sekretaris I r.Rusman Wakil Ketua Muhammad Hasan Wakil Bendahara Bukhari, se Wakil Sekretaris Muhammad Nizar

Koordinator Kecamatan ( Korcam) Korcam I

1.Darmansyah Sh

Korcam I I 1. Anw ar

Ahmad

Korcam I I I 1. Misw ant o

Korcam I V 1. Husain.


(49)

2.6. Visi dan Misi Partai Aceh

Sebagai partai politik tentunya memiliki visi dan misi untuk mewujudkan suatu cita-cita yang ingin dicapai berdasarkan konsep perjungan partai. Visi dan misi ini sangat menentukan arah sebuah partai untuk mencapai tujuannya. Landasan dasar dari visi dan misi Partai Aceh adalah kondisi rakyat Aceh sebelum dan sesudah reformasi baik itu konflik maupun tsunami, untuk menjadikan Aceh baru, modern, damai dan mandiri. Hal ini sesuai dengan MoU Helsinki. Untuk itu yang menjadi visi dan misi Partai Aceh adalah :

a.Visi

Membangun citra positif berkehidupan politik dalam bingkai negara kesatuan republik indoensia serta melaksanakan mekanisme partai sesuai aturan Negara kesatuan Republik Indonesia dengan menjunjung tinggi nota kesepahaman (MoU) Helsinki yang telah ditanda tangani pada tanggal 15 agustus 2005 antara pemerintah Republik Indonesia dan gerakan Aceh Merdeka.

b.Misi

Mentransformasikan dan atau membangun wawasan berfikir masyarakat Aceh dari citra revolusi

party menjadi citra development party dalam tatanan transparansi untuk kemakmuran hidup

rakyat Aceh khususnya dan bangsa Indonesia umunya.

2.7. Azas dan Tujuan Partai Aceh a. Azas :


(50)

Partai Aceh berazaskan UUD 1945, Pancasila dan Qanun Meukuta alam Al-asyi33

2. Memperjuangkan implementasi MoU Helsinki yang ditandatangani oleh RI-GAM pada tanggal 15 Agustus 2005

.

b. Tujuan :

1. Mewujudkan cita-ciata rakyat Aceh demi menegakkan marwah dan martabat bangsa dan agama.

34

1. Pemerintahan yang Berorientasi pada Kesejahteraan Rakyat .

3. Mewujudkan kesejahteraan yang adil, makmur dan merata, materil dan spiritual bagi seluruh rakyat Aceh.

4. Mewujudkan kedaultan rakyat dalam rangka mengembangkan kehidupan masyarakat yang menjungjung tinggi dan menghormati kebenaran, keadilan, hukum dan hak asasi manusia.

2.8. Program Kerja Partai Aceh 2.8.1. Bidang Pemerintahan

Adalah pemerintahan yang mendedikasikan seluruh aktivitasnya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan ini merupakan tujuan utama dan tanggungjawab utama pemerintahan.

2. Pemerintahan yang Modern

33

Qanun Meukuta Alam Al Asyi merupakan adat istiadat dan norma-norma yang berkenaan dengan kemasyarakatan dan stuktur pemerintahan warisan indatue yang lahir dari rahim adat dan budaya masyarakat Aceh, konstitusi tersebut menjadi salah satu referensi bagi Partai Aceh untuk mengembangkan tata kelola pemerintahan dan kemasyarakatan yang mandiri dan beradab yang disinergikan dengan konstitusi Indonesia dan perkembangan peradaban dunia.

34

mandat spesifik (khas) dari partai Aceh untuk memastikan implementasi MoU Helsinki secara konsisten dan komprehensif, sehingga terciptanya Pemerintahan Sendiri di Aceh ” Self Goverment”


(51)

Adalah pemerintahan yang mendorong penggunaan alat-alat produksi yang berteknologi dalam setiap sector produksi untuk meningkatkan hasil produksi, begitu juga dalam mempercepat pelayanan terhadap rakyat juga menggunakan sistem modern (tegnologi) agar pelayanan tepat dan cepat.

3.Pemerintahan yang Demokratis dan Partisifatif

Adalah pemerintahan yang melibatkan rakyat dalam pengambilan keputusan, dan terbuka dalam menjalankan semua keputusan.

4.Pemerintahan yang Bebas Korupsi

Pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, akan terwujud bila tingkat produktifitas bias ditingkatkan dan control public berjalan dengan baik. Untuk itu pemerintah akan berusaha untuk meningkatkan produktifitas rakyat dengan cara membuka lapangan kerja dan meningkatkan control public dengan cara mendorong rakyat untuk berkumpul dan berserikat dalam berbagai bentuk organisasi.

5.Pemerintahan yang Internasional

Adalah pemerinthan yang bersolidaritas terhadap perjuangan rakyat tertindas diseluruh dunia.

2.8.2. Bidang Ekonomi

3. Membuka Lapangan Kerja dengan Pembuatan Industri Milik Pemerintah Aceh.

Untuk menciptakan perekonomian yang kuat dan bukan hanya mengejar pertumbuhan ekonomi semata tetapi juga pemerataan ekonomi,membuka perusahaan-perusahaan milik negara sebanyak-banyaknya tetapi di jalankan secara profesional sehingga tidak menjadi beban negara tetapi menciptakan keuntungan yang dinikmati oleh seluruh rakyat adalah


(52)

jawabannya. Dengan adanya industri yang merupakan milik pemerintahan akan mampu menampung jumlah tenaga kerja yang besar dan akan mampu menekan angka pengangguran di Aceh. Kenapa harus industry milik pemerintah? karena industry milik pemerintah keuntungannya untuk pemerintah dan akan mampu melahirkan pemerataan ekonomi di rakyat.

4. Melindungi Industri Dalam Negeri

Pemerintah dalam kebijakan ekonominya harus melindungi industri-industri dalam negeri baik melakukan pembatasan terhadap produk impor dan melakukan peningkatan terhadap produk dalam negeri. Hal ini penting untuk menyelamatkan industri dalam negeri dari persaingan bebas dengan perusahaan raksasa dari luar negeri yang cenderung menggusur industri dalam negeri.

5. Pengelolaan Sumberdaya Energi Secara Mandiri dan digunakan bagi Kesejahteraan Rakyat.

Sederhananya, pemerintah Aceh saat ini hanya memiliki sumberdaya alam. Sumberdaya alam Aceh ini yang paling berharga saat ini adalah Minyak Bumi, Emas, Batu Bara, Tembaga, Hutan yang luas dan lain-lain. Namun pemerintah Aceh tidak memiliki sumberdaya manusia atau tenaga produktif dan tenaga ahli. Selain itu, alat untuk memproduksi sumberdaya alam juga tidak dimilik oleh pemerintah Aceh sama sekali. Lalu bagaimana? Apa yang harus dilakukan pemerintah Aceh ? sementara sumber-sumber kekayaan alam Aceh tersebut tidak bias dibiarkan begitu saja. Ia harus menjadi sumber dana yang kemudian dikelola untuk kesejahteraan rakyat Aceh. Sebuah kenyataan yang harus kita cermati, hingga saat ini negara-negara induk kapitalisme terus melakukan eksploitasi sumberdaya alam di Negara-negara dunia ketiga, tak terkecuali


(53)

Indonesia. Bahkan cara-cara yang dilakukan untuk maksud tersebut masih menggunakan cara-cara terbelakang. Dari kenyataan tersebut maka seluruh sumberdaya energi yang ada di Aceh harus dikelola secara mandiri (kepemilikan) oleh pemerintah Aceh, untuk menjawab persoalan sumber daya manusianya maka pemerintah Aceh cukup membeli teknologinya saja. Bukan membiarkan sumberdaya energinya tersebut dikuasai sepenuhnya oleh pihak perusahaan asing, multi coorporaation.

Sehingga kepemilikan sahamnya dalam perusahaan eksploitasi tersebut dimiliki secara mayoritas oleh negara. Sementara yang terjadi selama ini kekayaan alam yang terkandung didalam perut bumi Aceh, hanya dinikmati oleh segelintir elit politik Aceh dan pemilik modal dari asing. Rakyat Aceh tidak pernah menikmati hasil dari sumberdaya alam Aceh.

6. Upah Minimum sesuai Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

Perhitungannya dilakukan oleh Dewan Pengupahan yang merupakan lembaga Tripartit. Selain untuk menaikkan tingkat upah yang layak dan kesejahteraan bagi kaum buruh juga bertujuan agar kesenjangan perkembangan industri, kesenjangan pendapatan, kesenjangan desa dan kota, kesenjangan konsentrasi capital, kesenjangan konsentrasi penduduk dapat dikurangi. Sehingga tenaga kerja di pedesaan atau kota-kota kecil tidak perlu melakukan urbanisasi ke kota-kota besar tertentu untuk mendapatkan pekerjaan, dengan tingkat upah yanglebih tinggi.

7. Membuka Peluang Investasi Saling Menguntungkan

Membuka peluang investasi yang saling menguntungkan, untuk beberapa sector tertentu dengan catatan bahwa kita hanya membeli teknologinya saja, atau yang mereka investasi adalah dalam bentuk teknologi yang akan dihitung dalam bentuk persentase kepemilikan


(54)

saham. Dan saham diluar bentuk teknologi semuanya menjadi milik pemerintah Aceh. Dan ini merupakan suatu bentuk kompromisme yang saling menguntungkan dalam hal investasi di Aceh kedepan.

8. Memberikan Modal Bergulir pada Sektor Riil Rakyat

Untuk meningkatkan produktivitas rakyat dalam mengelola sector riil (seperti pertanian, nelayan dan lain-lain) pemerintah harus memberikan modal bergulir kepada rakyat. Selama ini nelayan atau petani tidak pernah menikmati hasil gas alam di Aceh yang dikuras habis puluhan tahun. Maka kedepan hasil dari pertambangan (sumber daya energi) akan disubsidi secara bergulir kepada sector riil rakyat. Sehingga dalam melakukan aktivitas produksi rakyat akan mampu bersaing dengan kekuatan produksi lainnya, karena telah mampu membeli teknologi.

2.8.3. Bidang Pendidikan

1. Pendidikan Gratis dan Berkualitas

Pendidikan gratis ini mencakup segala jenjang pendidikan tidak hanya dibatasi. Program pendidikan gratis yang dijalankan pemerintah sekarang salah besar. Faktanya sebagian besar TK, SD, dan SMP masih memungut biaya dari murid, dan program pendidikan gratis ini mencakup seluruh biaya pendidikan (transportasi, buku-buku, asrama dan sebagainya). Selain itu lulusan SMP juga tidak memadai untuk terserap lapangan industri. Karena ini merupakan bagian dalam abdian industrialisasi nasional. Demikian juga jalur-jalur pendidikan non-formal atau kursus-kursus keterampilan yang juga harus difasilitasi oleh negara. Sebagai subjek penyangga, kualitas guru atau pengajar juga terus ditingkatkan, sekaligus negara menjamin taraf kesejahteraan mereka.


(55)

Maka pendidikan gratis juga harus disertai dengan kualitas pendidikan itu sendiri. Selain itu pendidikan gratis bukan hanya gratis dalam hal SPP saja namun juga harus ada persediaan buku yang berkualitas di perpustakaan sehingga pelajar tidak perlu mengeluarkan uang untuk beli buku lagi. Begitu juga dengan persoalan transportasi untuk sekolah dasar smpai SMU harus dimasifkan agar siswa tidak perlu sekolah secara jauh, atau juga harus disubsidi oleh peperintah , bukan malah memotong subsidi pendidikan.

2. Mereformasi Sistem, Kurikulum Manajemen, dan Pengelolaan Pendidikan yang Menghasilkan Sifat Kritis, Mandiri dan Aspiratif.

Melihat sistem pendidikan Indonesia yang masih belum terfokus, maka perlunya dilakukan reformasi dalam hal sistem tersebut. Agar kurikulum pendidikan bias melahirkan sumberdaya manusia yang memang handal dalam bidangnya. Dan sistem ini juga harus mampu melahirkan sikap kritis dari pelajar dan guru.

3. Pemberantasan Buta Huruf

Dengan pendidikan gratis dan berkualitas diharapklan akan mampu memberantas buta huruf yang masih sangat tinggi di Aceh.

4. Mempertegas Tanggungjawab Pemerintah dalam Menciptakan Rakyat Aceh yang Cerdas dan Memiliki Keahlian (Skill).

5. Peningkatan Mutu Pendidikan Sains dan Teknologi

2.8.4. Bidang Kesehatan

1. Pelayanan Kesehatan Gratis dan Berkualitas untuk Rakyat

Dalam program kesehatan gratis, semua golongan harus digratiskan dari biaya rawat inap, konsultasi dan jasa dokter atau medis dan obat-obatannya. Program belas kasihan


(56)

dengan dalih menggratiskan untuk yang miskin saja hanyalah menciptakan sumber penyelewengan dan korupsi baru. Ditengah standarisasi ukuran kemiskinan yang beranekaragam dan syarat kepentingan polotis adalah jauh lebih sulit menghitung jumlah orang miskin ketimbang orang kaya. Sehingga yang terjadi adalah orang miskin justru dijadikan industri dan komoditi oleh kaum pemodal dan biraokrat korup untuk berbagai macam program belas kasihan; BLT/SLT (Bantuan Langsung Tunai/Subsidi Langsung Tunai), minyak tanah bersubsidi, solar bersubsidi, beras miskin (raskin), dan sebagainya. Disetiap kecamatan minimal harus ada satu poliklinik, dan setiap desa/ kelurahan minimal terdapat satu puskesmas. Memassalkan, meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan, serta menggratiskannya adalah syarat bagi peningkatan sumberdaya manusia yang mutlak diperlukan oleh program industrialisasi nasional. Selain itu juga harus ada kebijakan untuk melarang pembukaan praktek swasta terhadap dokter ahli, karena tindakan ini bias menjadi spirit bagi dokter ahli untuk tidak masuk ke rumah sakit. Akibatnya pasien akan terhambat atau kesulitan dalam mendapat akses atau konsultasi kesehatan dengan dokter ahli, karena dokter ahli lebih banyak memilih masuk ke praktek swasta daripada tinggal din rumah sakit.

2. Memperbaiki Sistem Pelayanan Kesehatan Rakyat

Sistem pelayanan kesehatan yang selama ini terjadi Aceh secara tidak langsung lebih memprioritaskan orang kaya, dan bagi orang miskin akan mendapat giliran terakhir. Kesadaran tenaga kesehatan (medis) untuk nenolong orang sakit terlebih dahulu seakan telah hilang begitu saja dari tenaga medis. Sehingga separah apapun sakit apabila belum ada yang bertanggungjawab untuk membayarnya maka proses pengobatan tidak dilakukan.


(57)

3. Meningkatkan Kesadaran Rakyat Terhadap Hak-hak Kesehatan.

Penting juga untuk meningkatkan kesadaran rakyat terhadap hak-hak kesehatannya, agar mall praktek tidak terus-terusanterjadi, karena dianggap hal yang biasa (karena rakyat tidak tahu akan hak-haknyadalam hal kesehatan)

2.8.5. Bidang Perempuan

1. Memperjuangkan Kebebasan Perempuan sepenuhnya dan Anti Diskriminasi Terhadap Perempuan

Mendukung sepenuhnya pembebasan terhadap perempuan bukanlah beranjak dari sebuah kesimpulan bahwa perempuan yang terpinggirkan secara sistematis oleh kebijakan-kebijakan negara,menjadikan posisi perempuan sebagai second class dengan laki-laki. Secara naluriah perempuan memiliki persoalan khusus yang sebenarnya kita akui atau tidak sebagai sebuah ekses dari sebuah sistem yang dibangun dengan budaya patriarki yang masih mengikat tatanan masyarakat Aceh. Untuk itu perjuangan membebaskan perempuan dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam politik adalah salah satu hal yang terus akan diperjuangkan oleh Partai Aceh.

2. Memperjuangkan Kesetaraan Gender disemua Aspek dalam Bermasyarakat dan Bernegara

3. Meningkatkan Partisipasi Politik Perempuan

4. Menjamin Akses Pendidikan Seluas-luasnya Terhadap Perempuan 5. Memproteksi Perempuan Terhadap Kekerasan


(58)

1. Memperjuangkan lahirnya produk-produk hukum yang berpihak kepada Rakyat Kecil 2. Meningkatkan Kesadaran Hukum masyarakat

2.8.8. Bidang Sosial Budaya

1. Membangun Kesadaran Kritis terhadap sejarah Aceh dalam bentuk solidaritas, pluralis dan kolektif.

2. Mengembelikan Peran Lembaga-Lembaga Adat dalam Menyelesaikan kasus-kasus masyarakat sebagai salah satu alternative.


(59)

BAB III

ANALISIS DAN PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini akan disajikan keseluruhan data yang diperoleh selama penelitian berlangsung dilapangan. Adapun teknik yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan semua data-data yang didapatkan, kemudia diolah kembali, dan juga dengan melakukan wawancara langsung kepada pengurus partai PA (Partai Aceh) Kabupaten Aceh Tamiang. Kemudian data yang telah didapatkan sewaktu wawancara kemudia dianalisis.

3.1. Kemenangan Partai Aceh Pada Pemilihan Legeslatif 2009.

Pemilihan umum legeslatif 2009 merupakan pemilu pertama kali yang di ikut i oleh Partai Lokal di Aceh. Keikutsertaan Partai lokal menjadi salah satu sejarah baru atas berkembangnya demokrasi di Indonesia. Pemilan Umum Legeslatif yang di selenggarkan pada Tanggal 09 April 2009, mencatat sejarah baru bagi pertpolitikan di Indonesia, partai lokal ikut serta berkompetisi dengan partai Nasional dalam pemilihan calon legeslatif.

Kemengangan Partai lokal Partai Aceh (PA) dalam Pemilu 2009 menggambarkan sebagai jalan tengah respon atas perdamaian yang baru disepakati antara RI-GAM di Helsiki 2006 silam. Keunggulan Partai Aceh di tingkat Provinsi Aceh sangat luar biasa dengan meraih 1,007,173 suara (43,9%). Diurutan berikutnya adalah partai nasional, seperti Partai Demokrat (PD) dengan 10.84 suara (10,2%), dan Partai Golongan Karya (Golkar) dengan 6,64% dan Partai Amanat Nasional (PAN) 3,87 %, Partai Keadilan Sejahtra (PKS) 3,45%, dari 69 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) 33 sura direbut ditangan PA dan kemudian 36 kursi terdistrubusi ke 11 partai lainnya, dintaranya PD 10 kursi, Golkar 8 kursi, PAN 5 kursi, PKS 4 kursi, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 3 kursi, satu kursi masing-masing diduki oleh Partai


(60)

Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Patriot Pancasila.

Kemenangan Partai Aceh PA berlanjut hingga hanya menyisahkan satu kursi untuk Partai Daulat Aceh (PDA) sebagai pesaingnya ditingkat lokal dari lima pesaing PA ditingkat Provinsi Aceh dalam perebutan suara. Kemenangan PA dilevel DPRK, juga berlanjut hingga ke tingkat kabupaten dan kota di daerah itu. PA meraih mayoritas suara di delapan kabupaten. Misalanya di Aceh Besar (75%), Pidie (95 %), Pidie Jaya (90%), Bireuen (98 %), Aceh Utara (95%), Lhokseumawe (97%), Aceh Timur (90%), Langsa (75%), dan Aceh Tamiang (70%). Selanjutnya Aceh Jaya (70%), Aceh Barat (75%), Nagan Raya (80 %), Aceh Barat Daya dan Aceh Selatan (75%), Simulue (70%), Singkil dan Subulussalam (65%). Kemudian Aceh Tenggara (60%), Aceh Tengah dan Bener Meriah (48%), dan Gayo Luwes (70%).35

Berikut tabel jumlah Anggota Partai Politik Terpilih untuk Dewan Perwakilan Rakyat Aceh pada Pimilu 2009.36

NO

Tabel 3.1 Daftar Terpilih

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Pemilihan Umum 2009

Daerah Pemilihan Aceh 1

PARTAI POLITIK NAMA CALON TERPILIH SUARA

SAH

1 Partai Keadailan Sejahtera H. Ghofran Zainal Abidin. MA 5.868

2 Partai Amanat Naisonal Ir. Mawardi Ali 5.840

3 Partai Golongan Karya Drs. H . Sulaiman Abda 13.130

35.www.KPUD NAD Op,cit

36


(61)

4 Partai Demokrat Amir Helmi SH. 10.653

5 Partai Demokrat Drs. Safwan Yusuf 4.802

6 Partai Daulat Aceh Tgk. Muhibbusabri, AW. 8.946

7 Partai Aceh Akhyar 17.400

8 Partai Aceh Usman Muda 12.916

9 Partai Aceh Darmuda 5.108

Tabel 3.2 Daftar Terpilih

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Pemilihan Umum 2009

Daerah Pemilihan Aceh 2

NO PARTAI POLITIK NAMA CALON TERPILIH SUARA

SAH

1 Partai Golongan Karya Hj. Nurlelawati, S.Ag 2.052

2 Partai Demokrat Dalimi, SE, Ak. 2.046

3 Partai Aceh Drs, H. Hasbi Abdullah 17.482

4 Partai Aceh Marzuki 7.538

5 Partai Aceh Anwar 3.928

6 Partai Aceh M. Harun 3.853

7 Partai Aceh Syafi’I Hamzah 3.669

8 Partai Aceh Tgk. Zainuddin 3.325

Tabel 3.3 Daftar Terpilih

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Pemilihan Umum 2009

Daerah Pemilihan Aceh 3

NO PARTAI POLITIK NAMA CALON TERPILIH SUARA

SAH

1 Partai Keadilan Sejahtera Moharriadi Syafari 2.704 2 Partai Amanat nasional M. Alfatah, S.Ag 4.852 3 Partai Golongan Karya Zuriat Sufarjo, Sp 2.702 4 Partai Persatuan Pembangunan H. Fadli MA, S. Pd.I 2.765 5 Partai Demokrat Tgk. Iskandar Daod, SE.Ak 8.661

6 Partai Aceh Ir. Sanusi 8.108


(1)

1. MoU (Memorendum of Understanding) antara Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka 15 Agustus 2005 di Helsinki Finlandia, merupakan wujud cikal bakal terbentuknya Partai lokal di Aceh yang kemudian tercantum dalam poin-poin MoU dari poin 1.2.1 sampai 1.2.3 tentang partisipasi politik Aceh, serta adanya Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2007 yang mengesahkan terbentuknya partai politik lokal di Nangroe Aceh Darussalam. Kemudian terbentuklah enam Partai lokal diantranya Partai Aceh.

2. Metodelogi yang digunakan peneliti untuk melihat Kemenangan Partai Lokal pada Pemilihan Legeslatif 2009 di Kabupaten Aceh Tamiang adalah penelitian deskriftif kualitatif, dimana penelitian deskriftif merupakan suatu penelitian yang mengungkapkan suatu masalah atas keadaan atau fenomena yang terjadi, sehingga sekedar mengungkapkan fakta.

3. Pada Pemilihan Umum Legeslatif 2009 Partai Aceh memenangkan pemilu dengan perolehan 1.007.173 atau 42, 09 % suara, untuk kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA). Partai Aceh juga menang di kabupaten Aceh Tamiang dengan perolehan suara 29.288 suara dengan perolehan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat kabupaten (DPRK) sebanyak 8 kursi.

4. Ada beberapa faktor kemenangan Partai Aceh pada Pemilu legeslatif 2009 Kabupaten Aceh Tamiang yaitu :


(2)

strategi politik yang dilakkan Partai Aceh berupa, pengutan internal partai, berupa konsulidasi partai, diric selling, sosialisasi meyeluruh.

b.Adanya mesin Politik yang solid

Partai Aceh memiliki mesin politik yang solid baik itu lembaga pemerintahan daerah seperti Komisi Paralihan Aceh (KPA), anggota partai, dan ulama kharismatik.

c. Budaya politik

Buadaya politk masyrakat Aceh dalam hal ini partisipasi politik menunjukkan angka yang tinggi dari data yang ada 165,520 suara, masyarakat yang tidak berpartisipasi hanya 40,588 atau 24,52 % suara sehingga suara pemilih terkonvensi secara maksimal kepada setiap calon Legeslif yang berkompetisi, hal ini juga dapat dilihat dari jumlah kursi yang di peroleh Partai Aceh sebanyak delapan kursi dari tiga puluh kursi DPRA Kabupaten Aceh Tamiang.

d. Atmosfir politik

Adanya atmosfir politik masyarakat sehinnga Partai Aceh dapat memenangkan pemilihan, sebagai Partai baru Partai Aceh diberi kepercayaan oleh masyarakat untuk membawa perubahan di Aceh, sebagai partai yang lahir dari MoU Helsinki Partai Aceh dianggap masyarakat memiligi legitimet untuk menjalankan poin-poin dari MoU tersebut.


(3)

5. Pada Pemilihan Umum Legeslatif 2009 Partai Aceh mendapat beberpa hambatan, seperti, minimnya pendanaan, adanya intimidasi, struktur partai, dan tidak terpenuhinya quota 30% untuk calon legeslatif.

4.2. Saran

Setelah kesimpulan di atas ditetapkan, maka dapat di kemukakan saran sebagai berikut :

1. Perlu untuk partai politik untuk merubah sikapnya untuk lebih memberi perhatian kepada masyarakat yang akan memiliohnya pada pemilihan umum. Disini diharapkan kepada partai politik agar tidak hadir ditengah masyarakat ketika menjelang pemilu saja, tetapi jauh sebelum pemilu serta pasca pemilu para kader serta kandidat yang telah dipilih oleh masyarakat menyatu dengan mesyarakat luas.

2. Semoga hasil penelitian penulis bermanfaat bagi Dewan Perwakilan Wilayah Partai Aceh Kabupaten Aceh Tamiang serta memberi pandangan atas perkembangan Partai Aceh dan menjadi rujukan bagi penelitian lain nantinya.

3. Kepada Dewan Pimpinan Wilayah Partai Aceh Kabupaten Aceh Tamiang agar terus konsisten berpartisipasi dalam politik, terus melanjutkan visi dan misi partai, dan memperjuangkan kebenaran serta keadilan bagi bangsa, terutama bagi masyarakat Aceh Tamiang.


(4)

4. kemenangan yang diperoleh seogianya tetap dijaga dan di tingkatkan demi eksisnya Partai Aceh dalam perpolitikan di Indonesia.

Daftar Pustaka

Undang- Undang :

Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik

Peratuaran Pemerintah Nomor 20 Tahuan 2007 Tentang Partai Poltik


(5)

A. Rahman H.I. 2007. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu

Birowo, Antonius. 2004. Motodologi Penelitian Komunikasi. Yokyakarta : Gintayali

Budiarjo, Meriam. 2003. Dasar- Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Firmanzah. 2007. Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realita. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Koirudin. 2004. Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Moleung, Lex J. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rodakarya

Nawawi, Hadari.1995. Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Pito. 2005. Mengenal Teori-Teori Poilitik, Jakarta.

Schoder, Peter. 2003.Strategi Politik. Jakarta: Friderich Naumun Stifung

Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia

Winarno, Budi. 2007. Sitem Politik Indonesia Era Reformasi. Yogyakarta : Media Presisndo

Lembaga :

Komisi Independen Pemilihan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam


(6)

Kompas. 19 mei 2003. Persetujuan RI_GAM di Tokyo Gagal Capai Kesepakatan: Operasi Pemulihan Keamanan,

Kutipan Internet :

http//:www.serambinews.com. diakses pada tanggal 3 januari 2010 www.KPU.go.id diakses pada tanggal 3 januari 2010

http://rumahkuindonesia.blogspot.com/2007/08/.html diakses pada tanggal 3 januari 2010