PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK ROLE PLAYING TERHADAP KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI PADA SISWA SMK S TRI KARYA MEDAN SUNGGAL.

ABSTRAK
Sumi Lestari. Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok Dengan
Teknik Role Playing Terhadap Kemampuan Mengelola Emosi
Pada Siswa SMK S Tri Karya Medan Sunggal. Skripsi.
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan, 2013.

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada
pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing terhadap
kemampuan mengelola emosi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengelola emosi melalui layanan bimbingan kelompok
dengan teknik role playing. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen
dengan desain penelitian pretest-posttest control group desain. Subjek dalam
penelitian adalah siswa kelas XI SMK S Tri Karya Medan Sunggal tahun ajaran
2012-2013 berjumlah 12 orang. Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan
purpossive sampling. Data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan mengelola emosi siswa dikumpulkan melalui angket mengelola
emosi dan lembar observasi yang diisi selama kegiatan. Data antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dianalisis dengan menggunakan uji perbedaan
Mann Whitney U. Skor Pretest kedua kelompok menunjukkan kelompok
eksperimen lebih rendah dari kelompok kontrol yaitu 11.50 < 13.50. Hasil
penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan skor posttest kelompok

eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol yaitu 18.50 > 6.50. Dari hasil
lembar observasi menunjukkan rata-rata akhir
23.3 dengan keterangan
meningkat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bimbingan kelompok dengan
teknik role playing dapat meningkatkan kemampuan mengelola emosi siswa kelas
XI SMK S Tri Karya Medan Sunggal Tahun Ajaran 2012-2013. Dan
membuktikan hipotesis yang diajukan telah teruji kebenarannya.

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Para ahli dan kajiannya tentang emosi ........................................... 13
Tabel 3.1 Skala Likert ................................................................................... 45
Tabel 4.1 Keterangan usia siswa kelas XI TKJ .............................................. 50
Tabel 4.2 Distribusi Kemampuan Mengelola Emosi Siswa Kelas XI TKJ ..... 53
Tabel 4.3 Distribusi Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol ......................................................................................... 54
Tabel 4.4 Uji Mann Whitney Pretest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ........................................................................ 54
Tabel 4.5 Uji Mann Whitney Mengelola Emosi Kelompok Eksperimen
Dan Kelompok .............................................................................. 55
Tabel 4.6 Distribusi Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol. ........................................................................................ 62
Tabel 4.7 Distribusi Perbandingan Hasil Pretest dan Postest
Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ............................ 63
Tabel 4.8 Uji Mann Whitney Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ........................................................................ 63
Tabel 4.9 Uji Mann Whitney Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ........................................................................ 64
Tabel. 4.10 Hasil Observasi Kemampuan Mengelola Emosi Melalui
Kegiatan Role Playing .................................................................. 65

iii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kisi-Kisi Angket Mengelola Emosi .......................................... 72
Lampiran 2 : Angket Mengelola Emosi yang Telah Valid ............................. 78
Lampiran 3 :Data Uji Validitas Instrumen .................................................... 81
Lampiran 4 : Perhitungan Validitas Angket Mengelola Emosi....................... 83
Lampiran 5 : Data Pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ...... 87
Lampiran 6 : Uji Mann Whitney Data Pretest kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol ............................................................... 89

Lampiran 7 :Data Posttest Kelas XI Kelompok Eksperimen Dan
Kelompok Kontrol .................................................................... 90
Lampiran 8 : Uji Mann Whitney Data Posttest .............................................. 91
Lampiran 9 : Lembar Observasi Kegiatan Role Playing ............................... 93
Lampiran 10: Tabel Hasil Observasi Kegiatan Role Playing.......................... 94
Lampiran 11 : Satuan Layanan Pertemuan Pertama ....................................... 95
Lampiran 12 : Satuan Layanan Pertemuan Kedua ......................................... 100
Lampiran 13 : Satuan Layanan Pertemuan Ketiga ......................................... 105
Lampiran 14 :Satuan Layanan Pertemuan Keempat....................................... 110
Lampiran 15 : Skenario Role Playing ............................................................ 115
Lampiran 16 : Daftar Hadir Bimbingan Kelompok ........................................ 118
Lampiran 17 : Dokumentasi Penelitian .......................................................... 122
Lampiran 18: Surat Izin Penelitian
Lampiran 19 : Surat Balasan Penelitian
Lampiran 20 : Tabel r pada α 5%

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak
selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin
kompleks dengan tingkat stressor semakin tinggi mengakibatkan individu semakin
rentan mengalami berbagai gangguan baik fisik maupun psikologis. Gangguan
psikologis seperti kecemasan, strees, frustasi, agresivitas, perilaku anarkis, dan
gangguan emosi lain semakin meningkat.
Remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap
individu. Remaja adalah individu yang berusia antara 12-21 tahun yang sudah
mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dengan
pembagian 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 adalah remaja
pertengahan dan 18-21 adalah masa remaja akhir.
Beberapa perubahan pada umumnya terjadi pada masa remaja seperti:
perubahan fisik, perubahan emosi dan perubahan sosial. Perubahan fisik pada
remaja dapat dilihat dari perubahan tinggi badan, berat badan serta proporsi
berbagai anggota tubuh yang lambat laun mencapai perbandingan tubuh yang
baik. Misalnya, badan melebar dan memanjang sehingga anggota badan tidak lagi
kelihatan terlalu panjang (Hurlock, 1999).
Sedangkan perubahan emosi pada masa remaja dianggap sebagai periode
“badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai

akibat dari perubahan fisik dan hormon (Hurlock, 1999). Perubahan emosi yang
terjadi pada masa remaja ini menyebabkan para remaja pada umumnya memiliki

1

kondisi emosi yang labil. Memang tidak semua remaja mengalami masa badai dan
tekanan, namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan
emosi dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri dari
pola perilaku baru dan tekanan sosial yang baru, serta kecendrungan remaja
melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang mereka inginkan bukan
sebagaimana adanya.
Pergolakan emosi remaja tidak terlepas dari bermacam-macam pengaruh
seperti lingkungan tempat tinggal, sekolah dan teman-teman sebayanya, masa
remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi membuat
mereka dituntut mampu menyesuaikan diri secara efektif. Untuk itu perlu
dihindari hal- hal yang dapat menimbulkan emosi negatif seperti marah, sedih,
kecewa, frustasi, cemas dan lainnya. Banyak penelitian membuktikan bahwa
salahsatu penyebab remaja menjadi nakal adalah karena mengalami gangguan
emosi menimbulkan rasa tidak aman dan tidak puas terhadap kehidupan seharihari, selanjutnya dapat timbul kebencian dan kecemburuan terhadap orang-orang
yang lebih beruntung dan bahagia. Akibat dari semuanya ini sering mereka

melakukan tindakan yang merusak dan menyakiti orang lain. Banyak situasi lain
yang timbul di sekolah atau dalam suatu kelompok yang dapat menyebabkan
seseorang menjadi tidak tenang, misalnya siswa tidak senang kepada gurunya
karena pribadi guru, namun bisa juga disebabkan sesuatu yang terjadi pada saat
sehubungan dengan keadaan kelas. Keadaan emosional seperti ini tentunya dapat
mempengaruhi efektifitas belajar siswa.
Yang lebih ironi lagi penyebab yang melatarbelakangi kasus-kasus
perkelahian, tawuran dan bahkan kasus bunuh diri yang terjadi dikalangan remaja

2

bukan masalah-masalah ringan bahkan terkesan sepele bagi orang yang berfikir
rasional. Beberapa contoh kasus yang pernah terjadi berdasarkan berita media:
tawuran antar pelajar SMA yang terjadi hanya karena tidak terima salah satu
temannya diejek oleh sekolah lain. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
dengan salah satu guru BK yaitu Ibu Nurhalimah yang mengajar di SMK Tri
Karya mengatakan ”Siswa disini cenderung sulit dimengerti sikapnya, terutama
siswa perempuan, mereka terkadang cenderung murung, tidak semangat
mengikuti pelajaran, tidak mengerjakan tugas dan sering sekali sesama siswa
perempuan ribut dengan alasan yang bisa dibilang sepele”.

Keadaan seperti berbagai kasus diatas merupakan salah satu indikasi
ketidaksiapan remaja menyikapi kondisi lingkungan sekitar. Rasa kecewa,
malu.amarah, dan perasaan-perasaan negatif lain yang bersifat desktruktif
bersumber pada ketidakmampuan individu mengenali dan mengelola emosi serta
memotivasi diri. Golemen (2000) mengartikan kondisi ini merupakan cerminan
dari kecerdasan emosi yang rendah.
Kecendrungan terjadinya peningkatan anak mengalami gangguan emosi dan
sosial tidak hanya terjadi pada negara atau daerah tertentu saja, tetapi telah
menjadi fenomena global. Salah satu hasil survey yang telah dilakukan (Dahlan,
2007), ternyata ditemukan hasil bahwa generasi sekarang lebih banyak mengalami
kesulitan emosi dan sosial dari pada generasi sebelumnya, generasi sekarang lebih
cenderung kesepian, pemurung, mudah cemas, gugup, impulsif, dan agresif.
Salah satu pengendali kematangan emosi adalah pengetahuan yang mendalam
mengenai emosi itu sendiri, dan pada kenyataannya banyak remaja yang tidak
tahu mengenai emosi atau bersikap negatif terhadap emosi karena kurangnya

3

pengetahuan akan aspek ini. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa emosi
adalah suatu keadaan kejiwaan yang mewarnai tingkah laku. Emosi dapat juga

diartikan sebagai suatu reaksi psikologis yang ditampilkan dalam bentuk tingkah
laku gembira, bahagia, sedih, berani, takut, marah, haru dan sejenisnya. Biasanya
emosi muncul dalam bentuk luapan perasaan, dan surut dalam waktu yang
singkat. Hathersall (1985), merumuskan pengertian emosi sebagai situasi
psikologis yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi
wajah dan tubuh. Emosi sering didefinisikan dalam istilah perasaan (feeling):
misalnya pengalaman-pengalaman afektif, kenikmatan atau ketidaknikmatan,
marah, takut, bahagia, sedih dan haru. Maka dari itu kecenderungan tingginya
gejolak emosi remaja perlu dipahami oleh pendidik khususnya orangtua dan guru.
Selain itu mengingat masa remaja merupakan masa yang paling banyak
dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman sebayanya, serta dalam
menghindari dari hal – hal negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang
lain, remaja hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut dengan
kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti
bagaimana remaja mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya,
mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, dapat mengendalikan perasaan dan mampu
mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga
interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif.
Dalam penelitiannya Goleman (2002) menyebutkan bahwa kecerdasan

intelektual (IQ) hanya menyumbang 20 % bagi kesuksesan, sedangkan 80 %
adalah sumbangan kekuatan-kekuatan yang lain, diantaranya adalah kecerdasan

4

emosional (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi,
mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta
kemampuan bekerja sama. Apabila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf
kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung terlihat sebagai seorang keras
kepala, sulit bergaul, mudah frustasi, tidak mudah percaya pada orang lain, tidak
peka terhadap kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami strees.
Sehingga tidak heran kalau sekarang ini banyak anak yang pandai secara
intelektual namun gagal secara emosional.
Sekolah sebagai sarana pendidikan memiliki peranan penting bagi
perkembangan dan perwujudan diri individu, selain untuk mengembangkan
kemampuan intelegensi, pendidikan juga perlu mengembangkan aspek psikologis
siswa. Surya dan Natawidjaja (1999) menyatakan sekolah sebagai jalur
pendidikan formal pada umumnya memiliki tiga hal kegiatan pendidikan, yaitu:
(a) bidang administrasi, manajemen, dan kepemimpinan; (b) bidang pembelajaran
dan kurukulum; (c) bidang pembinaan siswa atau bimbingan konseling. Dari

kegiatan pendidikan pembelajaran dan kurikulum mungkin hanya mampu
memperhatikan perkembangan siswa dari aspek intelektualnya saja tanpa
memperhatikan pembinaan psikologis pada diri siswa tersebut. Disinilah peran
bimbingan konseling dalam pemberian layanan secara khusus kepada semua siswa
agar masing-masing dapat berkembang secara mandiri dan optimal. Salah satu
layanan yang dapat diberikan dalam bimbingan konseling adalah melalui
bimbingan kelompok.
Prayitno (1995) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika
kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi,
bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain

5

sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta
yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.
Dalam menyelenggarakan program bimbingan konseling tersebut, maka
harus digunakan beberapa teknik, prosedur dan pendekatan yang beragam sesuai
dengan kebutuhan. Diantara prosedur yang digunakan dalam bimbingan konseling
adalah layanan bimbingan kelompok yang dilaksanakan pendekatan dan teknikteknik yang tepat. Dalam penelitian ini salah satunya adalah dengan menggunakan

teknik role playing (bermain peran).
Dalam teknik bermain peran menghadirkan peran-peran yang ada dalam
dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran yang kemudian dijadikan sebagai
bahan refleksi agar siswa memberi penilaian. Dalam role playing, peserta
melakukan suatu peran-peran tertentu tentang topik yang dibahas, interpretasi
mereka tentang peran tersebut dan tingkat dimana orang lain menerima pandangan
mereka tentang peran tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang “Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Role
Playing Terhadap Kemampuan Mengelola Emosi pada Siswa SMK S Tri
Karya Sunggal Tahun Ajaran 2012-2013”

6

1.2 Identifikasi Masalah
Berbagai masalah siswa diidentifikasi sebagai berikut:
1. Banyak masalah siswa yang berkaitan dengan emosi belum tertangani
secara efektif.
2. Guru belum sepenuhnya dapat menyelesaikan permasalahan yang
berkaitan dengan emosi siswa.
3. Belum diketahui pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik
role playing dalam pengentasan masalah emosi siswa.

1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan dapat dikaji lebih mendalam maka
diperlukan pembatasan masalah.fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah
kurangnya kemampuan siswa dalam mengelola emosi negatif ditingkatkan
melalui pemberian layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing.

1.4 Perumusan Masalah
Perumusan masalah berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan
secara umum dari penelitian ini adalah apakah ada pengaruh layanan bimbingan
kelompok dengan teknik role playing terhadap kemampuan siswa dalam
mengelola emosi.

7

1.5 Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini ditujukan untuk menguji apakah pemberian
layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing dapat membantu siswa
dalam mengelola emosi.
Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan siswa
dalam mengelola emosi melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik role
playing.

1.6 Manfaat penelitian
Dalam penelitian ini penulis berharap semoga hasil penelitian memberi
manfaat konseptual utamanya kepada layanan bimbingan konseling. Disamping
itu juga kepada penelitian peningkatan layanan bimbingan konseling di SMK.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai beikut :
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan teori tentang pelaksanaan bimbingan konseling dengan
teknik role playing terhadap kemampuan mengelola emosi siswa,
sehingga dapat

dijadikan sumber

informasi pendidikan dalam

penerapan layanan bimbingan konseling dalam setting sekolah.
b. Sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang
menggunakan layanan bimbingan kelompok.

8

2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam
menerapkan layanan bimbingan kelompok.
b. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan khusunya dalam
bimbingan konseling dalam membantu siswa mengelola emosi melalui
layanan bimbingan kelompok.
c. Bagi siswa terutama subyek penelitian, diharapkan dapat meperoleh
pengalaman langsung mengenai pemahaman mengelola emosi secara
tepat.

9

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan peneliti, maka
diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan dalam pemberian
layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik role playing terhadap
kemampuan mengelola emosi siswa kelas XI SMK S Tri Karya Medan Sunggal.
Ini dapat dilihat dari hasil uji Mann Whitney U menunjukkan bahwa hasil mean
rank (rata-rata) mengelola emosi siswa kelompok eksperimen = 18.50 dan mean
rank (rata-rata) kelompok kontrol = 6.50 Selisih mean rank keduanya adalah
12.00 dan menunjukkan bahwa kelompok eksperimen lebih tinggi daripada
kelompok kontrol.
5.2 SARAN
Adapun saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah:
1. Bagi guru bimbingan dan konseling
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik role playing dalam
bimbingan kelompok dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan
mengelola emosinya. Oleh karena itu guru BK dapat menggunakan teknik
role playing ini dalam meningkatkan kemampuan mengelola emosi siswa di
SMK S Tri Karya.
2.

Bagi peneliti selanjutnya

a. Dalam melakukan penelitian mengenai pengaruh teknik role playing dalam
bimbingan kelompok terhadap kemampuan mengelola emosi siswa, peneliti

68

mengalami kesulitan dalam beberapa hal diantanya, dalam prakteknya siswa
yang mengikuti teknik role playing ternyata diantaranya siswa mengalami
kekurangan dalam hal motivasi siswa, sehingga pada penulis selanjutnya
diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dengan menggunakan teknik
yang ada dalam bimbingan dan konseling

yang tentunya dapat

mengefektifkan teknik role playing terhadap kemampuan mengelola emosi
siswa.
b. Masalah kemampuan untuk mengelola emosi tidak hanya terjadi pada anak
SMA saja, tidak menutup kemungkinan hal ini juga dapat dialami oleh
siswa SD, SMP maupun pada tingkat mahasiswa di perguruan tinggi. Untuk
itu penggunaan teknik role playing dapat juga dilakukan pada jenjang
pendidikan SD, SMP, dan Perguruan tinggi atau pada status sosial yang
berbeda misalnya anak jalanan, anak panti, serta pada perbedaan gender
yaitu pada perempuan dan laki-laki.

69

Daftar Pustaka
Ahmadi, A. 2003. Psikologi Umum. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Andreas, Krisan. 2011. Meningkatkan Empati Siswa Melalui Metode Role
Play/Bermain Peran. Skripsi Jurusan PPB FIP Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga: Tidak diterbitkan.
Arjanto, P. 2011. Budaya dan Emosi.http://paul-arjanto.blogspot.com. Diakses
pada tanggal 9 Mei 2013.
Damayanti, N. 2012.Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseling. Yogyakarta:
Araska.
Golemen, D. 2000. Emotional Intellagent (terjemahan). Jakarta: PT. Gramedia.
Hurlock, E. 1993.Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Edisi Kelima (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hidayat, A. 2012. Penelitian Eksperimen. http://statistikian.blogspot.com. Di
akses pada tanggal 4 Maret 2013.
Junaidi, W. 2009. Media Pembelajaran. http://wawan-junaidi.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 20 Februari 2013.
Mashar, R. 2011. Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya. Jakarta:
Penerbit Kencana.
Prayitno. 2004. Dasar-Dasar BK. Bandung: Renita.
Rusmana, N. 2009. Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah. Bandung:
Rizqi Press.
Sanjaya, W. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sarwono, S. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Cetakan Kedua. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Setiawaty, T. M. 2012. Efektivitas Bimbingan Kelompok dengan Teknik Role
Playing dalam Menangani Perilaku Bullying. Skripsi UPI Bandung.
Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Edisi Keenam. Bandung: Tarsito.
Sujarweni, W. 2012. SPSS untuk Paramedis.Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Subagyo, P dan Djarwanto. 2011. Statistik Induktif. Edisi Kelima. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.
Uno, H . 2011. Model Pembelajaran. Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Cetakan Ketujuh. Jakarta. Bumi Aksara
Walgito, B. 2007. Psikologi Kelompok. Yogyakarta. ANDI.

68

Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM TAHUN AJARAN 2015/2016.

2 25 28

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING TERHADAP PEMAHAMAN IDENTITAS GENDER SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 34 MEDAN T. A. 2015/2016.

0 3 29

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING TERHADAP PERUBAHAN PROKRASTINASI SISWA SMK NEGERI 4 MEDAN T.A 2014/2015.

1 2 97

PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING TERHADAP KARAKTER KEMANDIRIAN SISWA DALAM BELAJAR KELAS VIII SMP NEGERI 3 PENANGGALAN TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 3 23

PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 MEDAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 2 22

PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING TERHADAP KEADILAN BERSOSIALISASI DENGAN TEMAN SEBAYA PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KISARAN TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 2 21

PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI NONVERBAL SISWA KELAS XI IPA 6 SMA NEGERI 5 MEDAN TAHUN AJARAN 2013-2014.

0 2 32

PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 MEDAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 2 13

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SIMULASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGELOLA EMOSI SISWA KELAS XI SMA KATOLIK BUDI MURNI-3 MEDAN T.A 2013/ 2014.

1 17 25

MENGURANGI SIKAP NARSIS SISWA MELALUI PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING DI KELAS XI RPL SMK SWASTA NAMIRA MEDAN TAHUN AJARAN 2014-2015.

0 0 23