PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS XI SMAN 1 PERMATA KABUPATEN BENER MERIAH.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN DI KELAS XI SMAN I PERMATA KABUPATEN BENER MERIAH

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh:

RAHAYU SEHAT WIDODO

NIM. 8116121015

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2013


(2)

(3)

(4)

v

ABSTRAK

RAHAYU SEHAT WIDODO, NIM. 8116121015. Pengaruh Model Pembelajaran dan Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas XI SMA Negeri 1 Permata Kabupaten Bener Meriah. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2013.

Penelitian kuasi eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran CTL dan yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori. (2) perbedaan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi dan yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah. (3) interaksi antara model pembelajaran dan keterampilan berpikir kritis terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas XI SMA Negeri 1 Permata pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Populasi berjumlah 128 peserta didik. Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling berjumlah 64 sampel yang terdiri dari 32 sampel kelas XI IPA 1 dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran contextual teaching learning sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori sebagai kelas kontrol. Tes keterampilan berpikir kritis dilakukan untuk mengelompokkan peserta didik yang mempunyai tingkat berpikir tinggi dan rendah. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen

dengan desain penelitian faktorial 2x2, sedangkan teknik analisis data menggunakan ANAVA dua jalur dengan taraf signifikan α = 0,05. Syarat Anava adalah data harus berdistribusi normal dengan lilifors dan data harus memiliki varians populasi homogen dengan uji Bartlett dan uji fisher.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) hasil belajar PKn yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran contextual teaching learning lebih baik dari pada hasil belajar PKn yang dibelajarkan dengan menggunakkan model pembelajaran ekspositori, dengan Fhitung = 4,32 > Ftabel = 4,00; (2) hasil belajar

PKn yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi lebih baik dari pada hasil belajar PKn yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah, dengan Fhitung =

34,25 > Ftabel = 4,00; (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan

keterampilan berpikir kritis peserta didik dalam mempengaruhi hasil belajar peserta didik, dengan Fhitung = 4,39 > Ftabel = 4,00. Hipotesis ini menunjukkan

bahwa model pembelajaran contextual teaching learning lebih tepat dari pada model pembelajaran ekspositori dalam meningkatkan hasil belajar PKn, dan peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi akan memperoleh hasil yang lebih baik dari pada peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah.


(5)

vi ABSTRACT

RAHAYU SEHAT WIDODO, NIM. 8116121015.The Effect of Learning Models and Critical Thinking Skills of Civics Student Learning Outcomes in XI Class SMA Negeri 1 Permata Bener Meriah regency. Thesis: Graduate Program, State University of Medan, 2013.

This study aims to obtain factual description of the: (1) The results of studying Civics students taught with CTL learning modelswith learning outcomes than students who were taught Civics with expository learning models, (2) Difference in student's learning outcomes who had skills of high critical thinking and low critical thinking, (3) Interaction between learning modelsand critical thinkingskills on learning outcomes of students of Civics

The research was carried out at XI class SMA Negeri 1 Permata in the second semester of academic year 2012/2013. Population of 128 people. Sampling was done by cluster random sampling amount to 64 samples consisting of 32 samples of class XI IPA 1 taught with CTL learning modelsas an experimental and 32 samples of class XI IPA 2 is taught with expository learning modelsas a control class. Critical thinking skills tests performed to classify students who had had skill of high critical thingking and low critical thingking. The research method used quasi experiment with factorial design 2x2. The data analysis technique was

analysis of variance (ANOVA) two way at significant α = 0.05.

The results showed: (1) learning outcomes Civics students taught with CTL learning modelsare better than the results of studying Civicsstudents taught with expository learning Models, with Fcount = 4.32 >Ftable = 4.00, (2) the results of

students who have learning Civics skills of high crtitical thinking better than the student's learning outcomes that have a skills of low critical thinking, with Fcount =

34.25 > F = 4.00, (3) there is an interaction between learning modelswith students' critical thinking skills in influencing student learning outcomes, with Fcount = 4.39

> F = 4.00. This hypothesis suggests that a more appropriate CTL learning models CTL than expository learning modelsto improve student's learning outcomes, and students who have a skills of high critical thinking will get better results than students who have skills of low thinking.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur senatiasa penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan kasih karunia-NYa, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan

judul PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KETERAMPILAN

BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS XI SMAN I PERMATA KABUPATEN BENER MERIAH. Tesis ini merupakan sebahagian dari persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Prodi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Tesis ini dalam proses penulisan banyak menemui hambatan dan rintangan namun dengan segala upaya maksimal yang dilakukan penulis serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya tesis ini dapat selesai tepat waktu. Atas bantuan yang diberikan, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, dan Dr. R. Mursid, M.Pd selaku pembimbing I dan II yang telah banyak meluangkan waktu dalam mengarahkan, memotivasi serta memberikan nasehat kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

2. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd, dan Dr. Deny Setiawan, M.Si selaku nara sumber yang telah banyak memberikan masukan dalam penulisan tesis ini. Sumbang saran yang diberikan sangatlah bermanfaat dalam menambah cakrawala pengetahuan penulis khususnya dalam metodologi penelitian 3. Rektor Universitas Negeri Medan beserta para pejabat di jajaran Civitas Akademika

Universitas Negeri Medan

4. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur PPs Universitas Negeri Medan yang telah memfasilitasi penulis menyelesaikan studi.

5. Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd dan Dr. R. Mursid, M.Pd selaku ketua dan sekretaris program studi Teknologi Pendidikan yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam administrasi sampai menyelesaikan studi di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

6. Bapak/Ibu Dosen di lingkungan Program Studi Teknologi Pendidikan yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermakna bagi penulis


(7)

vii

7. Bapak Sukur, S.Pd, M.Pd selaku Kepala SMA Negri 1 Permata Kabupaten Bener Meriah yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Isteriku tercinta Sri Maharani, S.Pd dan anakku tersayang Haulina Ariny Kyo atas kasih sayang yang selalu memberikan semangat, menjadi motivator serta inspirasi bagi penulis untuk menjadi suami, ayah dan pemimpin yang bertanggungjawab. Semoga karya ini menjadi penawar dan penyejuk atas kesabaran, kesetiaan, kebersamaan dan pengorbanan selama menanti penyelesaian studi

9. Ayahanda Saring (almarhum) dan Ibunda Sari yang telah membesarkan dan membimbing penulis menjadi yang lebih baik. Kemudian kedua mertua saya Bapak M. Hasan BS, A.Ma serta Ibu Kasmawati, A.Ma dan beserta abang dan adik tersayang: Abangda Budi, Deny, Jaya dan Adinda Suci Hari Ono, Selanjutnya juga kepada Abangda Kapten Junaedy, Saiful Amri HS, S.Pd dan Adinda Al Munthasar, S.Sos atas doa yang tiada henti untuk penulis dalam mengarungi hidup ini. Semoga Allah SWT selalu melindungi keluarga besar penulis.

10. Teman-teman Program Studi Teknologi Pendidikan Angkatan XX (Bunda Chairani, Pak Muslim, Fandi Setiawan, Bu Khairani, Darmawati, Juliana Tarigan, Ronauly, Atika, Yanti, Hasni, Anna Novelin, Poppi, Fatma, Fitri, Afrina Sari Dewi, Devi Simanjorang, Rahmadani Hasibuan, Nominanda, Zahara dan bu Nina Merina yang sangat membantu dalam memberikan motivasi bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan studi dan penulisan tesis ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengakui bahwa Tesis ini masih perlu perbaikan dalam rangka penyempurnaan, oleh karenanya kritik, saran yang sifatnya membangun sungguh sangat diperlukan. Akhirnya penulis berharap semoga Tesis bermanfaat bukan hanya kepada penulis tetapi juga kepada pembaca yang membutuhkannya, Amin.

Medan, Agustus 2013 Penulis,

Rahayu Sehat Widodo NIM. 8116121015


(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT ... iii

ABSTRACT ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian... 10

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis ... 14

1. Hakikat Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 14


(9)

ix

b. Pengertian Hasil Belajar PKn ... 16

c. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 18

d. Fungsi dan Tujuan PKn ... 19

e. Pembelajaran PKn ... 23

1). Pengertian Pembelajaran ... 23

2). Pendekatan Pembelajaran PKn ... 25

2. Hakikat Model Pembelajaran ... 28

a. Pengertian Model ... 28

b. Pengertian Model Pembelajaran ... 29

c. Jenis-jenis Model Pembelajaran ... 30

d. Karakteristik Model Pembelajaran ... 31

e. Model Pembelajaran CTL ... 32

1). Hakikat Model CTL ... 34

2). Pengertian Model CTL ... 35

3). Karakteristik Model CTL ... 38

4). Komponen-Komponen Pendekatan CTL ... 39

5). Langkah-Langkah Pembelajaran CTL ... 46

6). Keunggulan dan Kelemahan Model CTL ... 48

f. Model Pembelajaran Ekspositori ... 50

1). Pengertian Model Pembelajaran Ekspositori ... 50

2). Langkah Pelaksanaan Model pembelajaran Ekspositori... 54

3). Kelemahan dan Keunggulan Model Ekspositori ... 56


(10)

x

Halaman

3. Hakikat Keterampilan Berpikir Kritis ... 59

a. Pengertian Keterampilan Berpikir Kritis ... 59

b. Tujuan Keterampilan Berpikir Kritis ... 64

c. Karakteristik Keterampilan Berpikir Kritis ... 64

d. Tahap-Tahap Keterampilan Berpikir Kritis ... 66

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 68

C. Kerangka Berpikir ... 69

D. Pengajuan Hipotesis ... 77

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 78

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 78

1. Populasi Penelitian ... 78

2. Sampel Penelitian... 78

C. Metode dan Desain Penelitian... 79

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 81

E. Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan ... 82

1. Prosedur Perlakuan ... 82

2. Pelaksanaan Perlakuan ... 83

a. Model CTL ... 83

b. Model Pembelajaran Ekspositori ... 85

F. Pengontrolan Perlakuan ... 86

1. Validitas Internal ... 87

2. Validitas Eksternal ... 88

G. Teknik Pengumpulan Data... 88

1. Instrumen Penelitian ... 88

a. Tes Hasil Belajar PKn ... 89


(11)

xi

2. Uji Coba Instrumen ... 91

a. Uji Validitas... 91

b. Uji Reliabilitas... 92

c. Indeks Kesukaran ... 92

d. Daya Beda ... 92

e. Pengecoh... 93

H. Teknik Analisa Data ... 93

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 95

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 109

C. Pengujian Hipotesis ... 114

D. Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 120

E. Keterbatasan Penelitian ... 127

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ... 129

B. Implikasi ... 131

C. Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 130


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Data Hasil UAS PKn SMAN I Permata... 5

Tabel 2.1. Perbandingan model pembelajaran CTL dan model pembelajaran ekspositori ... 72

Tabel 3.1. Rancangan Eksperimen Disain Faktorial 2 x 2 ... 80

Tabel 3.2. Prosedur model CTL ... 83

Tabel 3.3. Prosedur perlakuan model pembelajaran ekspositori ... 85

Tabel 3.4. Kisi -kisi Tes Hasil Belajar PKn Kelas XI Semester 2 Setelah dilakukan ujicoba ... 90

Tabel 3.5. Kisi-Kisi Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis Setelah dilakukan ujicoba ... 90

Tabel 4.1. Deskripsi data hasil belajar PKn Yang Dibelajarkan dengan menggunakan model CTL ... 95

Tabel 4.2. Deskripsi data hasil belajar PKn Yang Dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori ... 97

Tabel 4.3 Hasil belajar PKn yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi ... 99

Tabel 4.4 Hasil belajar PKn Yang Memiliki keterampilan berpikir kritis rendah ... 100

Tabel 4.5 Hasil belajar sistem PKn Yang Dibelajarkan Dengan Menggunakan model pembelajaran CTL dan keterampilan berpikir kritis tinggi ... 102

Tabel 4.6 Hasil belajar PKn yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran CTL berdasarkan keterampilan berpikir kritis rendah ... 104


(13)

xiii

Tabel 4.7 Hasil belajar PKn yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori berdasarkan keterampilan

berpikir kritis tinggi ... 106 Tabel 4.8 Hasil belajar PKn yang dibelajarkan dengan menggunakan

model pembelajaran ekspositori berdasarkan keterampilan

berpikir kritis rendah ... 106 Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Normalitas Hasil Belajar PKn

Yang diajarkan dengan menggunakan Model pembelajaran

CTL dan Ekspositori ... 109 Tabel 4.10 Hasil Analisis Uji Normalitas Hasil Belajar PKn

Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah ... 110 Tabel 4.11 Rangkuman Uji Normalitas Hasil Belajar PKn Peserta Didik

Yang dibelajarkan dengan menggunakan model

Pembelajaran CTL dan Model pembelajaran ekspositori berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah ... 110 Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Perhitungan Varians Model Pembelajaran ... 112 Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Perhitungan Varians Keterampilan

Berpikir Kritis ... 112 Tabel 4.14 Rangkuman Perhitungan Homogenitas Varians

Populasi Uji Bartlett ... 113 Tabel 4.15. Rangkuman Analisis Varians (ANAVA) ... 114 Tabel 4.16 Ringkasan Hasil Pengujian dengan Menggunakan Uji Scheffee ... 118


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1. Histogram hasil belajar PKn Yang Dibelajarkan

dengan menggunakan model CTL ... 96 Gambar 4.2. Histogram hasil belajar PKn Yang Dibelajarkan

dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori ... 98 Gambar 4.3. Histogram hasil belajar PKn Peserta Didik Yang Memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi ... 99 Gambar 4.4. Histogram hasil belajar PKn Yang Memiliki

keterampilan berpikir kritis rendah ... 101 Gambar 4.5. Histogram hasil belajar PKn yang dibelajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran CTL berdasarkan

keterampilan berpikir kritis tinggi ... 103 Gambar 4.6. Histogram hasil belajar PKn yang dibelajarkan dengan

Menggunakan model pembelajaran CTL berdasarkan

keterampilan berpikir kritis rendah ... 105 Gambar 4.7. Histogram hasil belajar PKn yang dibelajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran ekspositori berdasarkan keterampilan berpikir kritis tinggi ... 106 Gambar 4.8. Histogram hasil belajar PKn yang dibelajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran ekspositori berdasarkan keterampilan berpikir kritis rendah ... 108 Gambar 4.9 Interaksi antara Model Pembelajaran dan Keterampilan


(15)

xv

Halaman

LAMPIRAN I

Lampiran 1. Silabus ... 137 Lampiran 2. RPP Model CTL dan RPP Model Ekspositori ... 142 Lampiran 3. Soal Tes Hasil Belajar dan Kunci Jawaban ... 170 Lampiran 4. Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar: Uji Validitas Tes Hasil

Belajar, Uji Reliabilitas, Analisis Tingkat Kesukaran Butir Tes, Analisis Daya Pembeda Butir Tes dan Rekapitulasi

Hasil Uji Coba Tes ... 177 Lampiran 5. Instrumen Variabel Moderator ... 190 Lampiran 6. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian: Uji Validitas dan Uji

Reliabilitas ... 199 Lampiran 7. Hasil Analisis Data Penelitian: Data Induk Penelitian,

Perhitungan Distribusi Frekuensi Data Penelitian Dalam Tabel dan Gambar Histrogram, Perhitungan Dasar Statistik, Perhitungan Uji Normalitas Data, Perhitungan Uji

Homogenitas Data, Pengujian Hipotesis, Pengujian Uji Lanjut dengan Uji Scheffe/Uji Tukey/Uji-t dan Uji Lanjut ... 214 Lampiran 8. Tabel Statistik: Tabel Nilai Kritis L untuk Uji Liliefors, Tabel

Luas Dibawah Lengkungan Kurva Normal dari 0 s/d Z, Tabel Nilai-Nilai R Product Moment, Tabel Nilai-Nilai

Chi Kuadrat ... 254 Lampiran 9. Pedoman penggunaan Model Pembelajaran CTL dan


(16)

xvi

Lampiran 10. Foto Dokumen Penelitian ... 279 Lampiran 11. Surat Keputusan Pembimbing Tesis

Lampiran 12. Undangan Seminar Proposal Tesis

Lampiran 13. Surat Keterangan Proposal Tesis Lampiran 14. Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian

Lampiran 15. Surat Izin Melakukan Uji Coba Instrumen Lampiran 16. Surat Izin Melakukan Penelitian Lapangan Lampiran 17. Izin Melakukan Penelitian Yang Dituju

Lampiran 18. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Dari Tempat Penelitian Lampiran 19. Undangan Ujian Tesis


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan. Keberhasilan pendidikan akan dicapai suatu bangsa apabila ada usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM). Fungsi dan tujuan pendidikan nasional menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Ini jelas bahwa pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan SDM yang handal. Pendidikan diyakini dapat memaksimalkan potensi peserta didik untuk dapat bersikap kritis, logis dan inovatif dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapinya. Dalam proses kegiatan belajar mengajar perlu adanya model pembelajaran yang penekanannya mengarah kepada kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis dapat membantu peserta didik membuat


(18)

2

keputusan yang tepat berdasarkan usaha yang cermat, sistematis, logis dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber- sumber pengetahuan lainya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan persekolahan, masyarakat, dan orang tua yang kesemuanya itu diproses guna melatih para peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945. (Soemantri, 2001: 299).

Sedangkan menurut Azra (2003: 10) menjelaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan kebutuhan mendesak saat ini, karena beberapa alasan antara lain (1) meningkatnya gejala dan kecenderungan political illiteracy,

dan (2) meningkatnya apatisme politik (political aphatisme). Untuk itu pendidikan

kewarganegaraan (civics education) harus mulai diterapkan sejak dini, dalam

dunia pendidikan nasional, agar warga negara Indonesia mampu untuk membentuk kecakapan partisipatif yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan berpolitik dan bermasyarakat baik di tingkat lokal, nasional, regional dan global yang mampu menjadikan warga negara Indonesia menjadi warga masyarakat yang baik dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia yang tangguh, sejahtera dan demokratis, serta mampu menghasilkan peserta didik yang berpikir komprehensif, analitis, kritis dan bertindak demokratis sesuai dengan apa yang dikatakan Lord Henry Peter Broughton (dalam Azra, 2003:10) mengedepankan dengan pendidikan


(19)

kewarganegaraan (civics education) akan mampu menjadikan warga bangsa yang

mudah dipimpin tetapi sulit untuk dikendalikan, mudah diperintah tetapi sulit untuk di perbudak.

Untuk mencapai tujuan tersebut, tentunya guru sebagai pengajar harus mendidik peserta didik melalui proses berpikir kritis, reflektif, analitis dan kreatif dikembangkan menjadi cara-cara berpikir warga negara yang demokratis, cerdas dan bertanggung jawab berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini sesuai dengan Whardha (2010:50) bahwa tugas seorang guru adalah memahami, membina, mengembangkan, serta menerapkan kemampuan berpikir secara cermat, tepat dan efektif dalam proses belajar mengajar. Demikian juga menurut Glesser (1976) mengatakan bahwa untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah diperlukan ílmu merancang yaitu seperangkat tindakan dengan tujuan mengubah situasi pembelajaran yang ada ke situasi yang diinginkan.

Proses mencapai tujuan tersebut salah satunya perlu dipersiapkan pandangan baru dalam pembelajaran PKn yang lebih berpusat pada kepentingan peserta didik. Dalam proses pembelajaran PKn guru harus menciptakan situasi yang kondusif artinya situasi yang merangsang aktivitas dan kreativitas peserta didik yang dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis serta perilaku yang inovatif dan kreatif. Hasil pengamatan awal di kelas XI SMA Negeri 1 Permata, diperoleh gambaran factual bahwa pembelajaran yang dikembangkan di dalam kelas kurang melibatkan peran peserta didik secara aktif, hal itu ditunjukan dengan: (1) Peserta didik hanya menerima hasil belajar yang diberikan oleh guru berupa metode ceramah (ekspositori) sehingga tidak merangsang daya berpikir peserta didik. Penjelasan dan informasi secara lisan dari guru kurang memberikan motivasi bagi


(20)

4

peserta didik untuk lebih memperdalam dan memperluas informasi yang didapatnya. Winkel (1999: 274) menjelaskan bahwa kelemahan dari informasi lisan ialah sulit mendapatkan jaminan bahwa peserta didik sungguh-sungguh terlibat dalam mengelolah hasil belajar yang disampaikan dengan baik karena perbedaan diantara peserta didik itu sendiri seperti motivasi, daya konsentrasi, daya tangkap dan tempo belajar kurang diperhatikan; (2) Peserta didik masih beranggapan bahwa guru sebagai satu-satunya sumber informasi. Hal ini terlihat saat proses pembelajaran berlangsung; (3) Peserta didik hanya menerima apa yang diberikan oleh guru untuk dihapalkan. Selain itu, guru tidak mewajibkan peserta didik untuk mempunyai buku teks sehingga buku teks hanya dimiliki oleh sebagian kecil peserta didik. Akibatnya peserta didik hanya memperoleh informasi dari guru tidak dari sumber informasi yang lainnya; (4) Penggunaan media pembelajaran masih terbatas sehingga kurang membantu peserta didik dalam memahami konsep-konsep pembelajaran PKn. Hal ini menyebabkan mata pelajaran PKn menjadi membosankan dan kurang merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran; (5) Evaluasi yang diberikan pada umumnya berkadar dalam ranah tingkat kognitif rendah yang bersifat hapalan dengan bentuk soal isian dan multiple choice. Hal itu terlihat pada soal tes

yang dibuat oleh guru umumnya masih tingkat ranah kognitif rendah yang bersifat hapalan sehingga peserta didik hanya dilatih untuk mengingat saja bukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir.

Kondisi di atas menggambarkan bahwa proses pembelajaran masih terbatas pada satu atau dua metode saja dan belum menumbuhkan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Implikasi keadaan tersebut mengakibatkan


(21)

keterampilan berpikir kritis peserta didik terhadap pelajaran PKn belum mencapai taraf optimal. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran PKn diperlukan suatu model pembelajaran. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Dick & Carrey (2005) bahwa terjadinya penyimpangan terhadap pembelajaran, karena ketepatan suatu model pembelajaran yang masih belum tepat yang tidak menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Menurut Suparman (2001: 117) ada dua pendekatan yang dapat dipilih untuk mengatasi masalah karakteristik peserta didik yang mempunyai ketrampilan yang heterogen dalam satu kelas yaitu: (1) pertama peserta didik menyesuaikan dengan hasil belajar pelajaran, dan (2) sebaliknya, hasil belajar pelajaran disesuaikan dengan peserta didik.

Selain keterampilan berpikir kritis peserta didik rendah di SMA Negeri 1 Permata Permasalahan juga terlihat rendahnya hasil belajar peserta didik pada Ujian Akhir Semester (UAS) dalam mata pelajaran PKn di kelas XI dengan nilai rata-rata 6,50. Berikut hasil nilai rata-rata UAS SMAN I Permata dalam mata pelajaran PKn relatif rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, seperti terlihat pada Tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1: Data Hasil UAS PKn SMAN I Permata Tahun

Pelajaran

Kriteria Ketuntasan

Minimal

Nilai rata – rata

Nilai terendah

Nilai tertinggi

2009/2010 6,50 6,00 4,50 8,00

2010/2011 7,00 5,85 5,00 8,75

2011/2012 7,00 6,50 5,00 8,80

Sumber: Dokumen SMAN I Permata

Data di atas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar PKn masih cenderung kurang memuaskan. Hal tersebut, disebabkan karena kurangnya


(22)

6

pemahaman peserta didik terhadap konsep pembelajaran PKn. Mereka menganggap pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang membosankan. Masalah lain yang ditemukan peneliti adalah kurangnya perhatian guru dalam mengembangkan keterampilan

Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran di atas, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang lebih efektif dan inovatif yang membuat peserta didik lebih aktif selama pembelajaran berlangsung, sehingga terjadi perubahan paradigma belajar yang semula berpusat pada guru (

teacher-centered) beralih berpusat pada peserta didik (student-centered); metodologi yang

semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partismatematikatori; dan

pendekatan yang semula bersifat tekstual beralih ke kontekstual. Ada asumsi

tentang pembelajaran yang mengatakan bahwa peserta didik akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika peserta didik mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan hasil belajar terbukti gagal dalam membekali peserta didik memecahkan persoalan dalam kehidupan yang mereka hadapi dalam sebuah teori common sense menurut Sukmara (2003:98) menyatakan bahwa,

“Karena terjadinya perubahan terus menerus dalam masyarakat, semakin pentingnya setiap lulusan memiliki kemampuan dalam bertindak, belajar dan mengatur masa depan sendiri secara mandiri dengan memadukan unsur-unsur terbaik dari sistem-sistem yang telah terbukti berhasil”. Oleh karena itu dalam mengatasi permasalahan tersebut perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat menyentuh dengan tingkat pemahaman peserta didik, salah satu dari sekian


(23)

banyak model pembelajaran adalah model pembelajaran melalui pembelajaran kontektual (Contextual Teaching and Learning (CTL).

Dengan demikian model pembelajarn CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara hasil belajar yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan

(Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan

penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) serta refleksi. Dengan konsep itu,

hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik dan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh peserta didik. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan secara ekspositori. Menurut Kumalasari (2010:8) menjelaskan bahwa pembelajaran CTL adalah merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengkaitkan antara hasil belajar yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sebagai anggota keluarga dan warga negara.

Untuk itu model pembelajaran ini dianggap efektif, karena model pembelajaran ini memandang bahwa proses belajar benar-benar berlangsung hanya jika peserta didik dapat menemukan hubungan yang bermakna antara pemikiran yang abstrak dengan penerapan praktis dalam konteks dunia nyata.


(24)

8

Dalam pengalaman belajar yang demikian, fakta, konsep, prinsip, dan prosedur sebagai hasil belajar pelajaran diinternalisasikan melalui proses penemuan, penguatan, keterkaitan dan keterpaduan (Forgarty, 1991:1, Mathews & Cleary, 1993:2). Selanjutnya, Johnson (2002:25) menegaskan bahwa model CTL membantu peserta didik melihat makna di dalam hasil belajar akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.

Hal ini sesuai dengan hasil belajar PKn, dimana guru harus dapat mengaitkan antara hasil belajar dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Dengan diterapkannya model pembelajaran CTL diharapkan dapat menjadi tolak ukur untuk mengetahui interaksi antara guru dan peserta didik sehingga peserta didik menjadi aktif bertanya, mengeluarkan pendapatnya dan meningkatkan keterampilan berpikir kritisnya. Kegiatan interaksi yang efektif antara guru dan peserta didik akan mempermudah peserta didik menerima dan mempelajari hasil belajar pelajaran dengan baik.

Dengan demikian model pembelajaran CTL dapat menuntut peserta didik untuk aktif dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka. Karena tugas guru tidak lagi dijadikan sebagai sumber utama melainkan mengatur model belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru dan memfasilitasi pembelajaran PKn. Kemampuan berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu, reformasi dalam pembelajaran perlu dibangun dan dikembangkan guna


(25)

menciptakan suasana belajar yang lebih demokratis dan dapat memacu peserta didik untuk berpikir kritis dalam pemecahan masalah dalam pembelajaran.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka masalah penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: (1) kebiasaan belajar bagaimanakah yang akan memberikan dampak kepada hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan? (2) apakah model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dapat meningkatkan kualitas belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan? (3) apakah keterampilan berpikir kritis mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh peserta didik? (4) apakah bahan ajar berpengaruh terhadap hasil belajar? (5) apakah ada pengaruh kurikulum dan perangkat akomodasinya terhadap hasil belajar peserta didik? (6) apakah hasil belajar peserta didik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran CTL lebih baik dari pada hasil belajar peserta didik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori? (7) apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi dan yang memiliki keterampilan berpikir rendah? (8) apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan keterampilan berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belajar peserta didik?.

C. Pembatasan Masalah

Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik, sehingga perlu adanya pembatasan masalah dalam penelitian ini agar penelitian lebih berarah dan mendalam. Adapun masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini


(26)

10

dibatasi pada model pembelajaran yang dipilah atas model pembelajaran CTL dan model pembelajaran ekspositori. Karakteristik peserta didik dibatasi pada keterampilan berpikir kritis yang dipilah atas keterampilan berpikir kritis tinggi dan keterampilan berpikir kritis rendah, dan hasil belajar PKn dengan materi sistem hukum dan peradilan internasional dibatasi pada ranah kognitif yang dapat diukur dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru di Kelas XI SMA Negeri 1 Permata Kabupaten Bener Meriah Tahun Pelajaran 2012/2013.

D. Perumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah yang dikemukakan, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran CTL lebih tinggi dibandingkan yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori?

2. Apakah hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi lebih baik dibandingkan yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan keterampilan berpikir kritis terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(27)

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran CTL dan yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori.

2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi dan yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah.

3. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan keterampilan berpikir kritis terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan

F. Manfaat penelitian

Manfaat yang dimaksudkan adalah aplikasi hasil penelitian ini, baik bagi penulis sendiri, lembaga-lembaga yang berkaitan maupun bagi masyarakat umum. Disamping itu penulis juga mengharapkan manfaat penelitian ini tidak hanya memberikan manfaat secara teoritis saja tetapi juga dapat memberikan manfaat secara praktis.

1) Manfaat teoretis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pendidikan terutama dalam pengembangan model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

2) Manfaat praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan yang berarti dan berguna bagi peningkatan penelitian pembelajaran, terutama:


(28)

12

a. Bagi Guru

1) Model pembelajaran dapat membantu dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang aktif, interaktif dan memicu keterampilan berpikir kritis peserta didik.

2) Merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan cara berpikir kritis peserta didik.

b. Bagi peserta didik

1) Dengan model pembelajaran dapat memberikan bekal dan keterampilan berpikir kritis bagi peserta didik dalam kemampuan menganalisis, memecahakan permasalahan, pengambilan keputusan, dan menuntun peserta didik akrab dengan dunia nyata, serta memberikan bekal dalam memecahkan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari.

2) Untuk menjadikan peserta didik mempunyai pemahaman tentang berbagai sistem nilai, persepsi, dan sikap-sikap tertentu yang berkaitan dengan situasi atau masalah tertentu.

3) Dapat mencapai sinergi kelompok dalam memecahkan masalah.

4) Dengan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

c. Bagi pihak sekolah

1) Dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya melalui pengembangan model pembelajaran.

2) Diharapkan mampu mencermati kebutuhan peserta didik yang beragam dengan kondisi lingkungan yang berbeda, serta mampu mewujudkan


(29)

harapan masyarakat terhadap dunia kerja untuk menghasilkan out put yang

mandiri, produktif, potensial, dan berkualitas.

3) Diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi dalam menemukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah.


(30)

129

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan:

1. Hasil belajar PKn yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran CTL lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar PKn peserta didik yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori.

2. Hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi lebih tinggi daripada hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan keterampilan berpikir krits yang memberikan perbedaan pengaruh terhadap hasil belajar PKn peserta didik. Perbedaan pengaruh tersebut adalah:

a. Hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran CTL lebih tinggi daripada hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori.

b. Hasil belajar PKn peserta yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi lebih tinggi dari pada hail belajar PKn peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah yang dibelajarkan dengan model pembelajaran CTL.


(31)

c. Hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran CTL lebih tinggi dari pada hasil belajar PKn peserta yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori.

d. Hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki kemmapuan berpikir kritis tinggi yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori lebih tinggi dari pada hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah yang dibelajarkan dengan model pembelajaran CTL.

e. Hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori lebih tinggi dari pada hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori. f. Hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki kemampun berpikir

kritis rendah yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran CTL lebih rendah daripada hasil belajar peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori.


(32)

131

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan pertama dari hasil penelitian ini, hasil belajar PKn peserta didik yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran CTL lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar PKn peserta didik yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori. Hal ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para guru PKn untuk menggunakan model ini dalam pembelajaran.

Pelaksanaan model pembelajaran merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengkaitkan antara hasil belajar yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan nyata peserta didik.

Hasil belajar PKn peserta didik yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran CTL lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar PKn peserta didik yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori, hasil temuan ini perlu disosialisasikan kepada para guru yang mengajar. Temuan ini dapat disosialisasikan melalui seminar, ataupun lokakarya maupun pelatihan. Dengan memperkenalkan model pembelajaran CTL lewat pelatihan maupun lokakarya diharapkan dapat memberikan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori.

Berdasarkan simpulan kedua, bahwa peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi memberikan hasil belajar PKn yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah, hasil temuan ini menjadi bahan pertimbangan bagi guru untuk memahami


(33)

kondisi peserta didik dan menerapkan model yang tepat sesuai dengan kondisi peserta didik.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka disarankan beberapa hal, yaitu:

1. Mengingat hasil belajar pembelajaran PKn menitik beratkan kepada situasi dan kondisi gambaran factual saat ini dalam kehidupan internasional maka disarankan kepada guru untuk menggunakan model pembelajaran CTL agar hasil belajar PKn peserta didik lebih baik daripada yang sebelumnya. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki

keterampilan berpikir kritis tinggi, maka salah satu alternatif pilihan yang digunakan dalam model pembelajaran adalah CTL

3. Menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan karakteristik hasil belajar memberikan pengaruh pada hasil belajar, untuk itu disarankan kepada pemilik sekolah untuk memberikan pelatihan kepada para guru dalam upaya meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran.

4. Mengingat populasi dan sampel penelitian tergolong kecil, untuk itu disarankan kepada peneliti yang lain untuk menggunakan populasi dan sampel yang lebih besar lagi.


(34)

133

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (Eds.) (2001). A taxonomy for learning,

teaching, and assessing:A revision of Bloom’s taxonomy of educational

bjectives. New York: Longman

Al-Muchtar, Suwarma. (2005). Pendidikan dan Masalah Sosial Budaya. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri

Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Ary, D. Jacobs. L.C dan Razaviech, A.(1982). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional : Surabaya

Azra, Azyumardi (2003). Pendidikan Kewargaan (Civuc Education), Demokrasi Hak Azasi Manusia & Masyarakat Madani. Jakarta : Prenada Media

Bangsawan, LT (2006). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Citra Praya

Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni. (2008). Teori Belajar & Pembelajaran.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Berns, R. G & Erickson, P.M (2001). Contextual Teaching and Learning The Highlight Zone: Reaserach @ Work No. 5 (Online). Tersedia: http://www.nccte.org/publications/infosynthesis/highlightzone/highlight05/i

ndex.asp (Diunduh 26 Januari2013)

Beyer, B.K. (1995). Critical Thinking: What is It? Social Education

Bloom, B. S. (1956). A taxonomy for learning, teaching, and assessing.' a revision

of Bloom ’s taxonomy of educational objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc Reigeluth, M., Charles. 1983. Instructional Design Theories And Models : An Overview of

Djahiri, Kosasih. (1985). Strategi Pengajaran Afektif Nilai Moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung: Jurusan Peendidikan Moral dan Kewargaan Negara FPIPS IKIP.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Dick, W. Carey L & Carey, J. (2005). The Systematic Design of Instruction.

Fourth Edition. New York: Harper Collins College Publisher. Fisher, Alec (2008). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga


(35)

Gagne ,R.M, Briggs & Wager (1992). Principles of instructional Design. Second Editio . New York :Holt, Rinehart and Winston.

Glasersfeld, E (1996). “Introduction: Aspects of Construtivism” dalam Fosnot C

(ed). Controctivisme: Theory, Perspectives, and Practice. New York: teachers College.

Glesser,R. (1976). Componen Of Psycology of Instruction : Toward A science of Design, Review of Educational Research

Izhab, Hassoubah Z. (2007). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa Indah

Johnson E.B (2002). Contextual Teaching and Learning : What it is and why it is here to stay. Thousands Oaks. California : Corwin Press, Inc.

Kardi, S dan Nur, M (2000). Pengajaran Langsung, Surabaya, UNESA University Press.

Komalasari, Kokom (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.Bandung: Refika Aditama

Liliasari. ( 2002). Beberapa Pola Berpikir dalam Pembentukan Pengetahuan Kimia oleh Siswa SMA. Disertasi : Tidak diterbitkan.

Mayana. (2011). Pengaruh Model pembelajaran dan Media Gambar Terhadap hasil Belajar Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Pada Pembelajaran Biologi SMAN Tanjung Pura. Tesis Medan; UNIMED

Maftuh, Bunyamin dan Sapriya (2005). “Pembelajaran PKn melalui Pemetaan Konsep”. Jurnal civicus I (V). (319-329)

Miarso, Yusufhadi, (2007). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana

Oemar H. (2001). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara..

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Bandung: Fokusmedia.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Rahmat, dkk (2008). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium PKn Upi Bandung.


(36)

135

Reigeluth, M ,Charles. (1983). Instructional Design Theories And Models :An Overview of Their Current Status . Hillsdale, New Jersey London:Lawrence Erlbaum Assosiates

Roestiyah, (2001) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Rosalin, Elin (2008) Gagasan merancang pembelajaran kontekstual. Bandung: Karsa Mandiri Persada

Sapriya, Winataputra. (2003). Pendidikan Kewarganegaraan: Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan PKn FPIPS UPI.

Sapriya. (2002). Studi Sosial Konsep dan Model Pembelajaran. Bnadung: Buana Nusantara.

Sagala, S. (2007). Konsep dan makna pembelajaran: Untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar. Bandung: Alfabeta

Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana, Prenada Media Grup.

Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana Prenada Media Group, Jakarta

Slavin, R.E. (2000). Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston : Allyn and Bacon

Sudirjo, Encep. & Didi Sutardi. (2007). Pembaharuan Dalam PBM di SD. Bahan Belajar Mandiri. Bandung : UPI Press.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Media Pembelajaran. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com. (Diunduh 25 Januari 2008)

Sukmara, Dian (2003). Implementasi Program Kompetensi Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Pada Jalur Sekolah. Bandung: Muhni Sejahtera

Suparman, Atwi (1995). Desain Instruksional, Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Suparman, Atwi (2001). Model-model pembelajaran interaktif, Jakarta, STIA Lan Press

Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta


(37)

Suria, Kusumah. (2003). Pengantar PKn dan Masalah Wargenegara. Bandung: Jurusan PMPKn Bandung.

Somantri, Muhammad Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Titin, Rosmala Dewi. (2008). Pengaruh Penggunaan Metode Pemecahan Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaramn PKn. Skripsi pada FPIPS. Bandung: UPI.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Impelemntasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana

Tuckman, Brucewe W.(1978) Conducting Educational Research, New York: Harcourt Brace Jovanovich Publishers

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Wardhana, Yana (2010). Teori Belajar dan Mengajar, Bandung: Pribumi Mekar

Winkel, W.S. (1989). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia

Yennice. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran & Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SD Kota Langsa. Tesis Medan; Unimed

Yulia, Widya, T. (2008). Penggunaan Metode Pembelajaran Studi Kasus dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi pada FPIPS. Bandung: UPI.

Zahorik, Jhon A (1995). Constructivist Teaching (Fastback 390). Bloomington Indiana: Phi Delta Kappa Educational Fundantion


(1)

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan pertama dari hasil penelitian ini, hasil belajar PKn peserta didik yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran CTL lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar PKn peserta didik yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori. Hal ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para guru PKn untuk menggunakan model ini dalam pembelajaran.

Pelaksanaan model pembelajaran merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengkaitkan antara hasil belajar yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan nyata peserta didik.

Hasil belajar PKn peserta didik yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran CTL lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar PKn peserta didik yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori, hasil temuan ini perlu disosialisasikan kepada para guru yang mengajar. Temuan ini dapat disosialisasikan melalui seminar, ataupun lokakarya maupun pelatihan. Dengan memperkenalkan model pembelajaran CTL lewat pelatihan maupun lokakarya diharapkan dapat memberikan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori.

Berdasarkan simpulan kedua, bahwa peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi memberikan hasil belajar PKn yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah, hasil temuan ini menjadi bahan pertimbangan bagi guru untuk memahami


(2)

kondisi peserta didik dan menerapkan model yang tepat sesuai dengan kondisi peserta didik.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka disarankan beberapa hal, yaitu:

1. Mengingat hasil belajar pembelajaran PKn menitik beratkan kepada situasi dan kondisi gambaran factual saat ini dalam kehidupan internasional maka disarankan kepada guru untuk menggunakan model pembelajaran CTL agar hasil belajar PKn peserta didik lebih baik daripada yang sebelumnya. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar PKn peserta didik yang memiliki

keterampilan berpikir kritis tinggi, maka salah satu alternatif pilihan yang digunakan dalam model pembelajaran adalah CTL

3. Menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan karakteristik hasil belajar memberikan pengaruh pada hasil belajar, untuk itu disarankan kepada pemilik sekolah untuk memberikan pelatihan kepada para guru dalam upaya meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran.

4. Mengingat populasi dan sampel penelitian tergolong kecil, untuk itu disarankan kepada peneliti yang lain untuk menggunakan populasi dan sampel yang lebih besar lagi.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (Eds.) (2001). A taxonomy for learning, teaching, and assessing:A revision of Bloom’s taxonomy of educational bjectives. New York: Longman

Al-Muchtar, Suwarma. (2005). Pendidikan dan Masalah Sosial Budaya. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri

Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Ary, D. Jacobs. L.C dan Razaviech, A.(1982). Pengantar Penelitian dalam

Pendidikan. Usaha Nasional : Surabaya

Azra, Azyumardi (2003). Pendidikan Kewargaan (Civuc Education), Demokrasi Hak Azasi Manusia & Masyarakat Madani. Jakarta : Prenada Media

Bangsawan, LT (2006). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Citra Praya Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni. (2008). Teori Belajar & Pembelajaran.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Berns, R. G & Erickson, P.M (2001). Contextual Teaching and Learning The Highlight Zone: Reaserach @ Work No. 5 (Online). Tersedia: http://www.nccte.org/publications/infosynthesis/highlightzone/highlight05/i ndex.asp (Diunduh 26 Januari2013)

Beyer, B.K. (1995). Critical Thinking: What is It? Social Education

Bloom, B. S. (1956). A taxonomy for learning, teaching, and assessing.' a revision of Bloom ’s taxonomy of educational objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc Reigeluth, M., Charles. 1983. Instructional Design Theories And Models : An Overview of

Djahiri, Kosasih. (1985). Strategi Pengajaran Afektif Nilai Moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung: Jurusan Peendidikan Moral dan Kewargaan Negara FPIPS IKIP.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Dick, W. Carey L & Carey, J. (2005). The Systematic Design of Instruction.

Fourth Edition. New York: Harper Collins College Publisher. Fisher, Alec (2008). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga


(4)

Gagne ,R.M, Briggs & Wager (1992). Principles of instructional Design. Second Editio . New York :Holt, Rinehart and Winston.

Glasersfeld, E (1996). “Introduction: Aspects of Construtivism” dalam Fosnot C

(ed). Controctivisme: Theory, Perspectives, and Practice. New York: teachers College.

Glesser,R. (1976). Componen Of Psycology of Instruction : Toward A science of Design, Review of Educational Research

Izhab, Hassoubah Z. (2007). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa Indah

Johnson E.B (2002). Contextual Teaching and Learning : What it is and why it is here to stay. Thousands Oaks. California : Corwin Press, Inc.

Kardi, S dan Nur, M (2000). Pengajaran Langsung, Surabaya, UNESA University Press.

Komalasari, Kokom (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.Bandung: Refika Aditama

Liliasari. ( 2002). Beberapa Pola Berpikir dalam Pembentukan Pengetahuan Kimia oleh Siswa SMA. Disertasi : Tidak diterbitkan.

Mayana. (2011). Pengaruh Model pembelajaran dan Media Gambar Terhadap hasil Belajar Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Pada Pembelajaran Biologi SMAN Tanjung Pura. Tesis Medan; UNIMED

Maftuh, Bunyamin dan Sapriya (2005). “Pembelajaran PKn melalui Pemetaan Konsep”. Jurnal civicus I (V). (319-329)

Miarso, Yusufhadi, (2007). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana

Oemar H. (2001). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara..

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Bandung: Fokusmedia.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Rahmat, dkk (2008). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium PKn Upi Bandung.


(5)

Reigeluth, M ,Charles. (1983). Instructional Design Theories And Models :An Overview of Their Current Status . Hillsdale, New Jersey London:Lawrence Erlbaum Assosiates

Roestiyah, (2001) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Rosalin, Elin (2008) Gagasan merancang pembelajaran kontekstual. Bandung: Karsa Mandiri Persada

Sapriya, Winataputra. (2003). Pendidikan Kewarganegaraan: Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan PKn FPIPS UPI.

Sapriya. (2002). Studi Sosial Konsep dan Model Pembelajaran. Bnadung: Buana Nusantara.

Sagala, S. (2007). Konsep dan makna pembelajaran: Untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar. Bandung: Alfabeta

Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana, Prenada Media Grup.

Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana Prenada Media Group, Jakarta

Slavin, R.E. (2000). Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston : Allyn and Bacon

Sudirjo, Encep. & Didi Sutardi. (2007). Pembaharuan Dalam PBM di SD. Bahan Belajar Mandiri. Bandung : UPI Press.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Media Pembelajaran. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com. (Diunduh 25 Januari 2008)

Sukmara, Dian (2003). Implementasi Program Kompetensi Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Pada Jalur Sekolah. Bandung: Muhni Sejahtera

Suparman, Atwi (1995). Desain Instruksional, Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Suparman, Atwi (2001). Model-model pembelajaran interaktif, Jakarta, STIA Lan Press

Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta


(6)

Suria, Kusumah. (2003). Pengantar PKn dan Masalah Wargenegara. Bandung: Jurusan PMPKn Bandung.

Somantri, Muhammad Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Titin, Rosmala Dewi. (2008). Pengaruh Penggunaan Metode Pemecahan Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaramn PKn. Skripsi pada FPIPS. Bandung: UPI.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Impelemntasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana

Tuckman, Brucewe W.(1978) Conducting Educational Research, New York: Harcourt Brace Jovanovich Publishers

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Wardhana, Yana (2010). Teori Belajar dan Mengajar, Bandung: Pribumi Mekar

Winkel, W.S. (1989). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia

Yennice. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran & Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SD Kota Langsa. Tesis Medan; Unimed

Yulia, Widya, T. (2008). Penggunaan Metode Pembelajaran Studi Kasus dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi pada FPIPS. Bandung: UPI.

Zahorik, Jhon A (1995). Constructivist Teaching (Fastback 390). Bloomington Indiana: Phi Delta Kappa Educational Fundantion