Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Perilaku Asertif Remaja Awal Ditinjau dari Jenis Kelamin T1 802009141 BAB IV
30
A.
Orientasi Kancah Penelitian
Salah satu tahapan yang harus dilalui sebelum penelitian
dilaksanakan adalah memahami kancah atau lokasi dilakukannya
penelitian serta mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan
dengan proses penelitian. Penelitian ini dilakukan di SMP Kristen
2 Salatiga yang berlokasi di Jalan Senjoyo 3A Salatiga. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua siswa di SMP Kristen 2 Salatiga
yakni 270 siswa, kelas 7 terdiri dari 98 siswa, kelas 8 terdiri dari 94
siswa dan kelas 9 terdiri dari 78 siswa. Sedangkan subjek dalam
penelitian ini merupakan siswa laki-laki dan perempuan yang
berumur 12-17 tahun dari kelas 7-9 yang dipilih dengan
menggunakan rumus Yamane (dalam Sukandarrumidi, 2006)
untuk menentukan jumlah subjek yang diperlukan dalam penelitian
ini. Dengan menggunakan rumus tersebut, maka jumlah sampel
yang dibutuhkan adalah:
1
2
Nd
N
n
1
2
(0,1)
270
270
n
1
(0,01)
270
270
n
3,7
270
n
(2)
Peneliti mengambil 24 siswa pada kelas 7, 8 dan 9 sehingga
jumlah keseluruhan subjek adalah 72 orang agar diperkirakan
memiliki pembagian yang sama tiap tingkatan kelas.
B. Persiapan Penelitian
1.
Penyusunan Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala perilaku asertif yang disesuaikan dengan keperluan
yang ada dalam penelitian.
a. Skala Perilaku Asertif
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku
asertif dalam penelitian ini merupakan skala perilaku asertif
yang telah dimodifikasi oleh peneliti dari skala perilaku
asertif milik Galassi & Galassi (1974). Skala perilaku asertif
tersebut memiliki tiga aspek antara lain mengungkapkan
perasaan positif (expressing positive feelings), afirmasi diri
(self affirmations)
dan mengungkapkan perasaan negatif
(expressing negatif feelings).
Alat
ukur
perilaku
asertif
menggunakan
teknik
penilaian dengan skala likert yang menawarkan empat
pilihan jawaban yang terdiri dari sangat sesuai (SS), sesuai
(S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).
Skala ini berjumlah 50 item dan keseluruhan merupakan
item
favorable. Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS)
skor yang diberikan adalah 4, untuk pilihan jawaban sesuai
(S) skor yang diberikan adalah 3, untuk pilihan jawaban
tidak sesuai (TS) skor yang diberikan adalah 2, dan untuk
pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) skor yang
diberikan adalah 1. Semakin tinggi skor yang didapat
(3)
menunjukkan semakin tinggi perilaku asertif yang dimiliki
subjek, sebaliknya semakin rendah skor maka semakin
rendah juga perilaku asertif yang dimiliki subjek.
Berikut adalah sebaran item dari skala perilaku
asertif yang ditujukan kepada subjek :
Tabel 2.
Sebaran item perilaku asertif
b. Uji coba alat ukur
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
try out
terpakai atau uji coba terpakai yaitu subjek yang digunakan
untuk uji coba juga digunakan sebagai data penelitian guna
menghemat waktu, tenaga, dan biaya. (Hadi 2000).
Sebelum pengambilan sampel dilakukan, peneliti
melakukan uji coba bahasa kepada 6 responden yaitu 2
responden siswa kelas 7 (laki-laki dan perempuan), 2
responden siswa kelas 8 (laki-laki dan perempuan) dan 2
responden siswa kelas 9 (laki-laki dan perempuan)
Setelah dilakukan uji coba bahasa, peneliti memperbaiki
Aspek
Favorable
Unfavorable
Jumlah
Mengungkapkan
perasaan
positif
(expressing
positive feelings)
5, 6, 9, 10, 20,
25, 26, 31, 36,
41, 42, 43
7, 14, 22, 27, 33,
37, 44
19
Afirmasi diri
(self
affirmations)
3, 12, 13, 17, 21,
24, 29, 35, 39,
45, 46, 47, 49
2, 4, 11, 18, 19, 23,
50
20
Mengungkapkan
perasaan
negatif
(expressing negatif
feelings)
8, 16, 28, 34,
38, 48
1, 15, 30, 32, 40
11
(4)
beberapa kalimat pada item pernyataan skala psikologi
yang akan digunakan sesuai dengan saran dari responden
dan pembimbing.
2.
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan awal sebelum pelaksanaan penelitian adalah
mempersiapkan surat perijinan penelitian Permohonan ijin
penelitian disampaikan peneliti secara lisan dan tulisan
kepada SMP Kristen 2 Salatiga yang terkait dengan proses
penelitian ini. Permohonan ijin penelitian diajukan peneliti
kepada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga. Setelah peneliti mendapatkan surat pengantar yang
telah disetujui oleh Pembimbing I, Pembimbing II, dan dekan
Fakultas
Psikologi
bernomor
030/PU-F.Psi/III/20134
tertanggal 25 Maret 2014. Namun dikarenakan peneliti harus
menunggu ujian sekolah selesai terlebih dahulu, maka peneliti
baru dapat melakukan penelitian pada tanggal 1 April 2014.
Penelitian ini membagikan 50 skala Psikologi kepada
siswa-siswa di SMP 2 Kristen Salatiga. Namun, disini guru-guru
yang menyebarkan pada siswa tersebut, dikarenakan pihak
sekolah yang menginginkannya karena takut menganggu
proses belajar mengajar siswa untuk persiapan menghadapi
test.
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan
adalah
Proportional Stratified Random Sampling.
Teknik
pengambilan sampel yang terdiri dari beberapa tingkatan atau
lapisan dimana prosentase sampel yang diambil pada setiap
lapisan sama. Dalam penelitian ini mengambil kelas 7, 8 dan
9 dengan jumlah yang sama. Hal ini dilakukan agar sampel
dapat mewakili setiap lapisan dari populasi yang ada.
(5)
C. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
1.
Analisis Item dan Reliabilitas Alat Ukur
a.
Uji Validitas
Seleksi item pada skala perilaku asertif yang terdiri
dari 50 item ini menggunakan penghitungan dengan
program SPSS
15 for windows
dan koefisien korelasi
sebesar ≥ 0,25 (Azwar, 1999)
.
Berdasarkan pengujian
yang dilakukan sebanyak tiga kali, dalam penelitian ini
ada 20 item yang tidak valid, item tersebut adalah item
nomor 1, 2, 3, 4, 5, 8, 11, 14, 16, 19, 27, 30, 31, 36, 39,
44, 45, 46, 48 dan 49. Berikut ini adalah distribusi
item-item yang valid dan gugur pada skala perilaku asertif.
Tabel 3.
Distribusi item-item yang valid dan gugur pada skala perilaku
asertif
Ket: Item dengan tanda (*) adalah item yang gugur.
Aspek
Favorable
Unfavorable
Jumlah
Total
Item
Valid
Mengungkapkan
perasaan
positif
(expressing
positive feelings)
5*, 6, 9, 10, 20,
25, 26, 31*, 36*,
41, 42, 43
7, 14*, 22,
27*, 33, 37,
44*
19
13
Afirmasi diri
(self
affirmations)
3*, 12, 13, 17, 21,
24, 29, 35, 39*,
45*, 46*, 47, 49*
2*, 4*, 11*,
18, 19*, 23,
50
20
11
Mengungkapkan
perasaan
negatif
(expressing negatif
feelings)
8*, 16*, 28, 34,
38, 48*
1*, 15, 30*,
32, 40
11
6
(6)
Berdasarkan hasil analisis item maka diperoleh
jumlah 30 item yang dapat digunakan dalam pengukuran
perilaku asertif pada penelitian ini.
b.
Uji Reliabilitas
Salah satu ciri instrument ukur yang berkualitas
baik adalah reliabel (reliable), yaitu mampu menghasilkan
skor
yang
cermat
dengan
eror
pengukuran
kecil.
Koefisien reliabilitas berada dalam rentang angka dari 0
sampai dengan 1,00. Bila koefisien reliabilitas semakin
tinggi mendekati angka 1,00 berarti pengukuran semakin
reliabel, begitupun sebaliknya (Azwar, 2012). Pengujian
reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini terdapat pada
tabel 4 berikut ini :
Tabel 4.
Reliabilitas skala perilaku asertif
Cronbach's
Alpha
N of Items
,874
30
Dari hasil uji reliabilitas setelah 20 item yang gugur
dihilangkan, diperoleh hasil koefisien α = 0,874, maka
dapat disimpulkan bahwa skala perilaku asertif yang
digunakan dalam penelitian ini reliabel.
2.
Uji Normalitas
Tahap selanjutnya adalah melakukan uji asumsi, yaitu
uji normalitas yang bertujuan untuk mengetahui normal atau
tidaknya distribusi data penelitian pada masing-masing
variabel. Data dari variabel penelitian diuji normalitasnya
menggunakan metode
Kolmogorov-Smirnov Test
dan untuk
perhitungannya dibantu dengan program
SPSS 15 for
(7)
windows. Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila
nilai p > 0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 5
berikut :
Tabel 5.
Hasil uji normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Perilaku Asertif
Laki_laki Perempuan
N
36
36
Normal
Parameters
aMean
90.0278
88.6389
Std. Deviation
1.04921E
1
8.82902
Most Extreme
Differences
Absolute
.123
.185
Positive
.123
.185
Negative
-.081
-.138
Kolmogorov-Smirnov Z
.740
1.108
Asymp. Sig. (2-tailed)
.644
.171
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Hasil uji normalitas pada Tabel 5 menunjukkan bahwa
variabel perilaku asertif memiliki koefisien
Kolmogorov-Smirnov
Test
untuk laki-laki sebesar 0,740 dengan signifikasi 0,644 dan
perempuan sebesar 1,108 dengan signifikansi 1,171. Dengan
demikian variabel perilaku asertif untuk laki-laki dan perempuan
memiliki distribusi data yang normal karena p > 0,05.
3.
Uji Homogenitas
Uji
homogenitas
bertujuan
untuk
melihat
apakah
sampel-sampel dalam penelitian berasal dari populasi yang
sama.
Data
dapat
dikatakan
homogen
apabila
nilai
(8)
probabilitas p > 0,05. Data hasil pengujian
SPSS
15
menunjukkan nilai koefisien
Lavene Test
sebesar 0,777
dengan nilai probabilitas 0,381. Oleh karena nilai probabilitas
tersebut lebih besar dari 0,05 (0,381), maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa data yang diperoleh dari dua sampel
memiliki varian homogen. Hasil uji homogenitas dapat dilihat
pada tabel 6 berikut:
Tabel 6.
Hasil uji homogenitas perilaku asertif
Levene
Statistic
df1
df2
Sig.
,777
1
70
,381
D. Hasil Penelitian
1.
Hasil Analisa Deskripsitf
Untuk menentukan tinggi rendahnya variabel perilaku
asertif pada remaja awal, maka digunakan 5 buah kategori
pengelompokan, yakni sangat baik, baik, sedang, rendah, dan
sangat rendah. Variabel perilaku asertif memiliki item valid
sebanyak 30 item, dengan skor berjenjang antara skor 1
hingga
skor
4
berdasarkan
jenis
item
favorabel
dan
unfavorabel.
Kemungkinan pembagian skor tertinggi dan
terendah dari variabel perilaku asertif adalah sebagai berikut:
a.
Skor tertinggi
: 4 x 30 = 120
b.
Skor terendah
: 1 x 30 = 30
Untuk
dapat
menentukan
tinggi
rendahnya
hasil
pengukuran
variabel
perilaku
asertif
seperti
dijelaskan
sebelumnya menggunakan 5 kategori, maka digunakanlah
rumus untuk menghitung interval menurut Hadi (2000)
sebagai berikut:
(9)
kategori
jumlah
terendah
skor
jumlah
tertinggi
skor
jumlah
i
4
30
-120
i
i = 22,5
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat ditentukan
kategori sebagai berikut:
1. Sangat Tinggi
: 97,5≤ x ≤120
2. Tinggi
: 75 ≤ x < 97,5
3. Rendah
: 52,5 ≤ x <75
4. Sangat Rendah
: 30 ≤ x <52,5
Berdasarkan
perhitungan
yang
telah
dilakukan,
didapatkan hasil analisis deskriptif perilaku asertif memiliki nilai
minimum yakni sebesar 71 dan nilai maksimum 120. Mean
atau rata-rata yang diperoleh adalah 89 dan standar deviasi
sebesar 9,65.
Tabel 7.
Kategori
Perilaku
Asertif
Pada
Siswa
Laki-laki
dan
Perempuan
No
Interval
Kategori
Frek-uensi
%
Mea
n
Std.
Devia
si
1 97,5≤ x ≤120
Sangat Tinggi11
15,27%
89
9,65
2 75 ≤ x < 97,5
Tinggi57
79,16%
3 52,5 ≤ x <75
Rendah4
5,55%
4 30 ≤ x <52,5
SangatRendah
0
0%
Bila meninjau data tersebut diperoleh data dengan
keterangan siswa yang termasuk dalam remaja awal yang
berada pada kategori perilaku asertif sangat tinggi sebesar
(10)
15,27%, tinggi 79,16%, rendah 5,55% dan sangat rendah 0%.
Data tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian siswa di
SMP Kristen 2 Salatiga termasuk dalam remaja awal berada
pada kategori tinggi.
Tabel. 8.
Kategori perbedaan
perilaku asertif remaja awal antara
laki-laki dan perempuan
Data
tersebut
menunjukkan
bahwa
sebanyak
26
(72,22%) frekuensi remaja awal laki-laki tergolong dalam
kategori perilaku asertif tinggi, pada kategori perilaku asertif
sangat tinggi sebanyak 7 (19,44%), pada kategori perilaku
asertif rendah sebanyak 3 (8,33%), dan pada kategori
perilaku asertif sangat rendah sebesar 0% (tidak ada remaja
awal laki-laki yang tergolong dalam kategori tersebut).
Sedangkan pada remaja awal perempuan tergolong dalam
kategori perilaku asertif tinggi sebanyak 31 (86,11%), pada
kategori perilaku asertif sangat tinggi sebanyak 4(11,11%)
dan pada kategori perilaku asertif rendah sebanyak 1
(2,77%). Sementara itu, perilaku asertif sangat rendah
No Interval Kategori Frekuensi Laki-laki
% Mean Frekuensi Perempuan
% Mean
1 97,5≤x <120 Sangat Tinggi
7 19,44 %
90
4 11,11 %
89 2 75 ≤ x < 97,5 Tinggi 26 72,22
%
31 86,11 % 3 52,5 ≤ x <75 Rendah 3 8,33% 1 2,77 % 4 30 ≤ x <52,5 Sangat
Rendah
(11)
sebanyak 0% (tidak ada remaja awal perempuan yang
tergolong dalam kategori tersebut).
2.
Hasil Analisis Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
skala untuk mengukur perilaku asertif pada remaja awal
ditinjau dari jenis kelamin yang dilakukan di SMP Kristen 2
Salatiga. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
perilaku asertif remaja awal ditinjau dari jenis kelamin, maka
digunakanlah rumus
Independent Sample Test.
Data
yang
diperoleh
dalam
penelitian
ini
diolah
menggunakan uji t. Uji ini digunakan untuk melihat apakah
rata-rata satu sampel berbeda dengan sampel lainnya. Jika p
> 0,05 maka dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan
perilaku asertif remaja awal yang signifikan ditinjau dari jenis
kelamin. Dan jika p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
ada perbedaan perilaku asertif remaja awal yang signifikan
ditinjau dari jenis kelamin.
Setelah dilakukan analisis data mengenai perbedaan
perilaku asertif remaja awal yang signifikan ditinjau dari jenis
kelamin dengan bantuan
SPSS 15 for windows, maka
diperoleh hasil sebagai berikut (lihat tabel 9):
(12)
Tabel 9
Hasil Uji- T
Group statistics
Jenis kelamin
N
Mean
Std. Deviation
Std.
Error
Mean
Perilaku asertif
Laki-laki
36
90,0278
10,49214
1,74869
Perempuan
36
88,6389
8,82902
1,47150
Independent samples test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig. (2-tailed )
Mean Differenc e
Std. Error Differenc e
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
Lowe
r Upper
Lowe
r Upper Lower Upper Lower
Perilaku asertif
Equal variances assumed
,777 ,381 ,608 70 ,545 1,38889 2,28544 -3,16928 5,9470 6 Equal
variances not assumed
,608 68,01
4 ,545 1,38889 2,28544 -3,17162 5,9494 0
Hasil perhitungan
Independent Sample Test
pada tabel
9 menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk perbedaan
perilaku asertif remaja awal dengan nilai
t-test
sebesar 0,608
dengan signifikansi atau p > 0,05 yang berarti tidak terdapat
perbedaan perilaku asertif remaja awal ditinjau dari jenis
kelamin.
(13)
E.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang
perbedaan perilaku
asertif remaja awal ditinjau dari jenis kelamin didapatkan hasil
perhitungan
Independent Sample Test
sebesar 0,608 dengan
signifikansi 0,545 atau p > 0,05. Dengan demikian, maka hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan hipotesis penelitian yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan perilaku asertif remaja
awal ditinjau dari jenis kelamin. Hal ini menunjukkan bahwa Ho
diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada perbedaan perilaku
asertif remaja awal ditinjau dari jenis kelamin.
Jika dilihat dari penggolongan kategori perilaku asertif,
berdasarkan jenis kelamin. Pada siswa laki-laki dan perempuan
yang tergolong remaja awal menunjukkan perilaku asertif dalam
prosentase kategori tinggi sebesar 79,16%. Pembagiannya untuk
remaja awal laki-laki menunjukkan perilaku asertif sebesar 72,22%
sedangkan remaja awal perempuan menunjukkan perilaku asertif
sebesar 86,11%.
Berdasarkan temuan dalam penelitian ini tampak bahwa
tidak adanya perbedaan perilaku asertif remaja awal ditinjau dari
jenis kelamin tersebut. Temuan ini berbeda dengan Rakos (1991)
yang
menyatakan
bahwa
laki-laki
lebih
asertif
daripada
perempuan. Rakos juga menyatakan bahwa perilaku asertif tidak
hanya dipengaruhi dari jenis kelamin melainkan dari pola asuh
orang tua dan kebudayaan.
Sekarang ini pada era globalisasi yang penuh tantangan dan
persaingan yang sangat ketat seperti sekarang ini, banyak remaja
mengalami tekanan baik dari teman sebaya, lingkungan sosial,
orangtua maupun dari guru. Tanpa sadar remaja yang mendapat
tekanan dari teman sebaya baik laki-laki dan perempuan akan
(14)
berusaha seperti remaja lain untuk dapat diterima dan tidak
disisihkan dari pergaulan.
Jadi,
remaja baik
laki-laki dan
perempuan berkompetisi dalam segala hal salah satunya dalam
perilaku asertif (Ariyanto, 2005).
Sejalan
dengan
hasil
penelitian
ini,
penelitian
dari
Nipsainasri (2004) menunjukkan tidak ada perbedaan perilaku
asertif antara perawat pria dengan perawat wanita. Selaras
dengan pendapat tersebut, Elyana (1997) juga menunjukkan tidak
ada perbedaan perilaku asertif antara karyawan pria dan
karyawan wanita. Menurut Ariyanto (2005) juga menunjukkan
tidak ada perbedaan perilaku asertif siswa laki-laki dengan siswa
perempuan. Demikian Pratama (2004) menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan perilaku asertif antara guru laki-laki dan guru
perempuan.
Jung (dalam Pratama, 2004) menyatakan bahwa
sesungguhnya laki-laki dan perempuan pada dasarnya sama dan
tidak ada perbedaan. Selama ini perempuan di satu sisi memang
dipandang
pasif
tetapi
disisi
lain
mereka
mau
berusaha
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan yang berhubungan
dengan tugas-tugas dan karya dalam menanggapi
kebutuhan-kebutuhan dan pencapaian tujuan dalam lingkungan sosial.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
tingkat perilaku asertif remaja awal ditinjau dari jenis kelamin. Baik
laki-laki maupun perempuan berada pada tingkat perilaku asertif
yang tinggi. Dengan demikian menunjukkan bahwa remaja awal
baik laki-laki maupun perempuan berkembang menjadi individu
yang memiliki perilaku asertif dan karena mereka juga mempunyai
peran yang cenderung sama menyebabkan tingkat perilaku asertif
tidak berbeda.
(1)
kategori jumlah
terendah skor
jumlah tertinggi
skor jumlah
i
4 30 -120 i i = 22,5
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat ditentukan kategori sebagai berikut:
1. Sangat Tinggi : 97,5≤ x ≤120 2. Tinggi : 75 ≤ x < 97,5 3. Rendah : 52,5 ≤ x <75 4. Sangat Rendah : 30 ≤ x <52,5
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan hasil analisis deskriptif perilaku asertif memiliki nilai minimum yakni sebesar 71 dan nilai maksimum 120. Mean atau rata-rata yang diperoleh adalah 89 dan standar deviasi sebesar 9,65.
Tabel 7.
Kategori Perilaku Asertif Pada Siswa Laki-laki dan Perempuan
No Interval Kategori
Frek-uensi %
Mea n
Std. Devia
si 1 97,5≤ x ≤120 Sangat Tinggi 11 15,27%
89 9,65 2 75 ≤ x < 97,5 Tinggi 57 79,16%
3 52,5 ≤ x <75 Rendah 4 5,55% 4 30 ≤ x <52,5 Sangat
Rendah
0 0%
Bila meninjau data tersebut diperoleh data dengan keterangan siswa yang termasuk dalam remaja awal yang berada pada kategori perilaku asertif sangat tinggi sebesar
(2)
15,27%, tinggi 79,16%, rendah 5,55% dan sangat rendah 0%. Data tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian siswa di SMP Kristen 2 Salatiga termasuk dalam remaja awal berada pada kategori tinggi.
Tabel. 8.
Kategori perbedaan perilaku asertif remaja awal antara laki-laki dan perempuan
Data tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 26 (72,22%) frekuensi remaja awal laki-laki tergolong dalam kategori perilaku asertif tinggi, pada kategori perilaku asertif sangat tinggi sebanyak 7 (19,44%), pada kategori perilaku asertif rendah sebanyak 3 (8,33%), dan pada kategori perilaku asertif sangat rendah sebesar 0% (tidak ada remaja awal laki-laki yang tergolong dalam kategori tersebut). Sedangkan pada remaja awal perempuan tergolong dalam kategori perilaku asertif tinggi sebanyak 31 (86,11%), pada kategori perilaku asertif sangat tinggi sebanyak 4(11,11%) dan pada kategori perilaku asertif rendah sebanyak 1 (2,77%). Sementara itu, perilaku asertif sangat rendah No Interval Kategori Frekuen
si Laki-laki
% Mean Frekuensi Perempuan
% Mean
1 97,5≤x <120 Sangat Tinggi
7 19,44 %
90
4 11,11
% 89 2 75 ≤ x < 97,5 Tinggi 26 72,22
%
31 86,11 %
3 52,5 ≤ x <75 Rendah 3 8,33% 1 2,77
% 4 30 ≤ x <52,5 Sangat
Rendah
(3)
sebanyak 0% (tidak ada remaja awal perempuan yang tergolong dalam kategori tersebut).
2. Hasil Analisis Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala untuk mengukur perilaku asertif pada remaja awal ditinjau dari jenis kelamin yang dilakukan di SMP Kristen 2 Salatiga. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan perilaku asertif remaja awal ditinjau dari jenis kelamin, maka digunakanlah rumusIndependent Sample Test.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah menggunakan uji t. Uji ini digunakan untuk melihat apakah rata-rata satu sampel berbeda dengan sampel lainnya. Jika p > 0,05 maka dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan perilaku asertif remaja awal yang signifikan ditinjau dari jenis kelamin. Dan jika p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan perilaku asertif remaja awal yang signifikan ditinjau dari jenis kelamin.
Setelah dilakukan analisis data mengenai perbedaan perilaku asertif remaja awal yang signifikan ditinjau dari jenis kelamin dengan bantuan SPSS 15 for windows, maka diperoleh hasil sebagai berikut (lihat tabel 9):
(4)
Tabel 9 Hasil Uji- T Group statistics
Jenis kelamin N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean Perilaku asertif Laki-laki 36 90,0278 10,49214 1,74869
Perempuan 36 88,6389 8,82902 1,47150
Independent samples test Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig. (2-tailed )
Mean Differenc e
Std. Error Differenc e
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
Lowe r Upper
Lowe
r Upper Lower Upper Lower Perilaku
asertif Equal variances assumed
,777 ,381 ,608 70 ,545 1,38889 2,28544 -3,16928 5,9470 6 Equal
variances not assumed
,608 68,01
4 ,545 1,38889 2,28544 -3,17162 5,9494 0
Hasil perhitungan Independent Sample Test pada tabel 9 menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk perbedaan perilaku asertif remaja awal dengan nilait-test sebesar 0,608 dengan signifikansi atau p > 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan perilaku asertif remaja awal ditinjau dari jenis kelamin.
(5)
E. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan perilaku asertif remaja awal ditinjau dari jenis kelamin didapatkan hasil perhitungan Independent Sample Test sebesar 0,608 dengan signifikansi 0,545 atau p > 0,05. Dengan demikian, maka hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan perilaku asertif remaja awal ditinjau dari jenis kelamin. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada perbedaan perilaku asertif remaja awal ditinjau dari jenis kelamin.
Jika dilihat dari penggolongan kategori perilaku asertif, berdasarkan jenis kelamin. Pada siswa laki-laki dan perempuan yang tergolong remaja awal menunjukkan perilaku asertif dalam prosentase kategori tinggi sebesar 79,16%. Pembagiannya untuk remaja awal laki-laki menunjukkan perilaku asertif sebesar 72,22% sedangkan remaja awal perempuan menunjukkan perilaku asertif sebesar 86,11%.
Berdasarkan temuan dalam penelitian ini tampak bahwa tidak adanya perbedaan perilaku asertif remaja awal ditinjau dari jenis kelamin tersebut. Temuan ini berbeda dengan Rakos (1991) yang menyatakan bahwa laki-laki lebih asertif daripada perempuan. Rakos juga menyatakan bahwa perilaku asertif tidak hanya dipengaruhi dari jenis kelamin melainkan dari pola asuh orang tua dan kebudayaan.
Sekarang ini pada era globalisasi yang penuh tantangan dan persaingan yang sangat ketat seperti sekarang ini, banyak remaja mengalami tekanan baik dari teman sebaya, lingkungan sosial, orangtua maupun dari guru. Tanpa sadar remaja yang mendapat tekanan dari teman sebaya baik laki-laki dan perempuan akan
(6)
berusaha seperti remaja lain untuk dapat diterima dan tidak disisihkan dari pergaulan. Jadi, remaja baik laki-laki dan perempuan berkompetisi dalam segala hal salah satunya dalam perilaku asertif (Ariyanto, 2005).
Sejalan dengan hasil penelitian ini, penelitian dari Nipsainasri (2004) menunjukkan tidak ada perbedaan perilaku asertif antara perawat pria dengan perawat wanita. Selaras dengan pendapat tersebut, Elyana (1997) juga menunjukkan tidak ada perbedaan perilaku asertif antara karyawan pria dan karyawan wanita. Menurut Ariyanto (2005) juga menunjukkan tidak ada perbedaan perilaku asertif siswa laki-laki dengan siswa perempuan. Demikian Pratama (2004) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan perilaku asertif antara guru laki-laki dan guru perempuan. Jung (dalam Pratama, 2004) menyatakan bahwa sesungguhnya laki-laki dan perempuan pada dasarnya sama dan tidak ada perbedaan. Selama ini perempuan di satu sisi memang dipandang pasif tetapi disisi lain mereka mau berusaha menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan yang berhubungan dengan tugas-tugas dan karya dalam menanggapi kebutuhan-kebutuhan dan pencapaian tujuan dalam lingkungan sosial.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat perilaku asertif remaja awal ditinjau dari jenis kelamin. Baik laki-laki maupun perempuan berada pada tingkat perilaku asertif yang tinggi. Dengan demikian menunjukkan bahwa remaja awal baik laki-laki maupun perempuan berkembang menjadi individu yang memiliki perilaku asertif dan karena mereka juga mempunyai peran yang cenderung sama menyebabkan tingkat perilaku asertif tidak berbeda.