Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Pemenuhan Gizi Anak pada Orang Tua Single Parent di Cabean Mangunsari Salatiga T1 462011024 BAB IV

(1)

43 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam hal ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada tujuh partisipan selama kurang lebih dua bulan. Penyajian data hasil penelitian akan peneliti bagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama berisikan gambaran tempat penelitian. Pada bagian kedua peneliti akan memaparkan data demografi partisipan yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan serta pelaksanaan penelitian. Pada bagian ketiga peneliti akan mengulas hasil penelitian berupa hasil analisa tema yang mencakup deskripsi hasil wawancara semi terstruktur dan catatan lapangan yang peneliti lakukan berdasarkan tema – tema yang ditemukan tentang pola pemenuhan gizi anak pada orang tua single parent serta faktor – faktor yang mempengaruhi pemenuhan gizi tersebut.

Hasil penelitian yang telah diperoleh akan peneliti bandingkan dengan teori – teori dan hasil penelitian sebelumnya, yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Peneliti juga membahas keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian yang terkait dengan pola pemenuhan gizi anak pada orang tua single parent serta faktor – faktor apa yang mempengaruhi pemenuhan gizi tersebut.


(2)

44

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Cabean yang masuk di wilayah Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Salatiga. Salatiga memiliki batas wilayah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Pabelan, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Suruh, sebelah selatan berbatasan dengan Tengaran, sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Tuntang.

4.2 Karakteristik Partisipan dan Pelaksanaan Penelitian

4.2.1 Karakteristik Partisipan

Tabel 4.2.1.1 Karakteristik Partisipan Inisial Jenis

Kelamin Umur Pekerjaan

RP1 Ny. D P 39 th PNS

RP2 Ny. HM P 31 th Swasta

RP3 Ny. H P 30 th PRT

RP4 Ny. N P 45 th PNS

RP5 Ny. Y P 30 th Wiraswasta

RP6 Ny. A P 24 th Swasta

RP7 Ny. O P 41 th Wiraswasta

4.2.2 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan wawancara melalui pertemuan dengan partisipan dilakukan sejak Desember 2015 sampai dengan Januari 2016. Berikut adalah rincian dari pelaksanaan penelitian:


(3)

45 4.2.2.1 Riset Partisipan 1 (RP1)

Wawancara bersama RP1 dilakukan pada tanggal 06 Januari 2016 pukul 14.30 – 16.30 WIB. Bertempat di teras rumah RP1, R1 sedang duduk bersama anaknya. Mereka sedang bercanda dan bermain mainan yang dimiliki oleh anak RP1. Rp1 mengatakan kalau baru saja pulang kerja dari kantor dan baru selesai mandi. RP1 juga mengatakan sedang menunggu peneliti.

4.2.2.2 Riset Partisipan 2 (RP2)

Wawancara bersama RP2 dilakukan pada tanggal 06 januari 2016 pukul 16.30 – 17.30 WIB. Bertempat di ruang tamu RP2, sebelumnya partisipan sedang duduk di halaman rumah partisipan. Saat itu partisipan menceritakan kalau baru saja pulang bekerja dan langsung membersihkan rumah. Partisipan juga mengatakan kalau baru saja selesai mandi dan menunggu peneliti untuk datang kerumah seperti apa yang sudah disepakati.

4.2.2.3 Riset Partisipan 3 (RP3)

Wawancara dengan RP3 dilaksanakan pada tanggal 06 Januari 2016 pukul 19.00 – 20.30 WIB. Bertempat di teras rumah RP3, RP3 sedang duduk diteras rumahnya. Partisipan juga menceritakan kalau sedang menunggu anaknya pulang mengaji di masjid dekat rumah. Saat itu


(4)

46

partisipan juga menceritakan kalau anaknya sangat rajin mengaji dan partisipan mengatakan kalau baru saja selesai mandi karena selesai membersihkan rumah.

4.2.2.4 Riset Partisipan 4 (RP4)

Wawancara dengan RP4 dilaksanakan pada tanggal 03 Februari 2016 pukul 16.00-17.00 WIB. Bertempat di teras rumah RP4, partisipan sedang duduk diteras rumah partisipan. Partisipan sedang berbincang-bincang dengan tetangga partisipan. Partisipan juga menceritakan bahwa dikantor banyak kerjaan sehingga pulang sudah sore. 4.2.2.5 Riset Partisipan 5 (RP5)

Wawancara dengan RP5 dilaksanakan pada tanggal 03 Februari 2016 pukul 17.00-18.00 WIB. Bertempat di teras rumah RP5, partisipan sedang duduk diteras rumah dengan saudara partisipan. Saat itu beliau mengatakan kalau baru saja selesai mandi karena selesai membersihkan rumah.

4.2.2.6 Riset partisipan 6 (RP6)

Wawancara dengan RP6 dilaksanakan pada tanggal 04 Februari 2016 pukul 16.00-17.00 WIB. Bertempat di ruang keluarga RP6, partisipan sedang duduk dihalaman rumah dengan tetangga-tetangga partisipan. Saat itu beliau mengatakan kalau sedang mengawasi anaknya yang


(5)

47

sedang berain dengan anak-anak kecil disekitar rumah partisipan.

4.2.2.7 Riset partisipan 7 (RP7)

Wawancara dengan RP7 dilaksanakan pada tanggal 04 Februari 2016 pukul 17.00-18.00 Wib. Bertempat di ruang tamu RP7, partisipan sedang duduk diteras rumah. Saat itu beliau mengatakan kalau baru saja pulang dari bantu-bantu tetangga yang sedang akan punya hajatan.

4.3 Hasil Penelitian

Hasil penelitian berupa hasil analisa tema yang mencakup deskripsi hasil wawancara semi terstruktur dan catatan lapangan yang peneliti susun berdasarkan tema – tema yang ditemukan tentang pola pemenuhan gizi anak pada orang tua single parent serta faktor – faktor yang mempengaruhi pemenuhan gizi tersebut. 4.3.1 Tema 1 Pola Pemenuhan Gizi

Partisipan dalam penelitian ini memiliki pekerjaan yang berbeda – beda dan juga cara pemenuhan kebutuhan gizi yang berbeda- beda pula. Dari semua partisipan yang selalu menyiapkan hidangan makanan dengan sendiri atau memasaknya sendiri, hanya pada situasi tertentu partisian tidak menyiapkan makanan.


(6)

48

Hal tersebut terlihat dari jawaban partisipan. Berikut adalah ungkapan partisipan.

“Ya mbak saya masak sendiri. Cuma kalau sore atau anak saya pengen makan makanan lain ya kadang saya beli mbak, anak saya pengen apa nanti saya belikan.” (RP1, 25)

“ Saya masak sendiri mbak, entah itu apa saja saya selalu masak sendiri. Saya jarang sekali beli masakan diluar mbak, saya kurang suka membeli masakan diluar lebih baik masak sendiri kan malah bisa sesukanya to mbak mau masak apa saja sedangkan kalau beli kan gak bisa sesuai sama apa yang kita pengen mbak!” (RP3, 17-20)

“ Kalau anak saya biasakan untuk sarapan mbak kan penting. Saya masak sendiri mbak, entah itu apa saja saya selalu masak sendiri. Saya jarang sekali beli masakan diluar mba.” (RP4, 17)

“ Saya masak sendiri mbak, sebelum saya pergi untuk membeli sayuran yang saya jual saya selalu siapkan dulu makan untuk anak saya. Saya kurang suka membeli masakan diluar lebih baik masak sendiri.” (RP5, 17-20)

“ Ya kadang masak sendiri mbak, tapi saya sempat masak kalau pulang kerja. Kadang saya siapkan pagi sebelum berangkat kerja, tapi ya saya kadang beli lauk juga.” (RP6, 20)

“ Saya masak sendiri mbak, sebelum saya pergi untuk membeli sayuran yang saya jual saya selalu siapkan dulu makan untuk anak saya atau kalu tidak ya sepulang dari jualan mbak.” (RP7, 17)

Namun 1 dari 7 partisipan (RP2) yang selalu membeli makanan jadi atau membeli. Hal tersebut terlihat dari jawaban partisipan. Berikut adalah ungkapan partisipan.


(7)

49

“ Hehehe..(tertawa) saya lebih sering membeli dek karena waktu saya lebih banyak untuk di kantor.” (RP2, 17-20)

Ungkapan diatas menunjukkan bahwa pola makan tiap partisipan untuk memberikan gizi kepada anak berbeda – beda. Hal tersebut dapat dinilai dari kebiasaan partisipan di dalam memenuhi kebutuhan gizi sehari hari.

Sub Tema 1.1 Kesadaran Ibu Single Parent mengenai Kebersihan, Kesehatan Bahan Makanan, pengolahan, Penyajian, serta Lingkungan

Kebersihan dan kesehatan dari bahan makanan mentah, lingkungan, cara pengolahan, sampai dengan cara penyajian sangat penting didalam menjaga gizi yang terkandung di dalam makanan agar menghasilkan zat gizi yang baik pula bagi tubuh. Kesadaran seorang ibu akan hal tersebut berpengaruh didalam memberikan makanan untuk anaknya. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan memilliki kesadaran akan hal tersebut. Hal tersebut terlihat dari ungkapan partisipan berikut ini.

“Tapi saya itu sangat memperhatikan kebersihan makanannya itu, benar-benar bersih apa gak. Selain itu juga cara masaknya, tempatnya bersih apa tidak, penyajiannya gimana kan itu semua penting mbak.” (RP1, 38-40)


(8)

50

“saya selalu perhatikan betul. Apalagi sayur-sayuran itu saya selalu cuci sampai benar-benar bersih mbak jorok kalau belum bersih kan kadang juga waktu ditanam itu dikasih obat to mbak, jadi saya takut kalau masih pada nempel. Begitu juga sampai matang soalnya saya itu walaupun orang yang biasa tapi saya resikan mbak ( menjaga kebersihan ).” ( RP3, 26-30)

“ Ooo iya mbak,saya selalu perhatikan. Apalagi sayur-sayuran, buah itu saya selalu cuci sampai benar-benar bersih mbak joro, kotor kalau belum bersih kan kadang juga waktu ditanam itu dikasih obat to mbak, jadi saya takut kalau masih pada nempel.” (RP4, 27)

““ Oh nggih mbak,saya perhatikan. Sayur-sayuran itu saya selalu cuci sampai benar-benar bersih. Sampai matang pun saya gatekke (perhatikan).” (RP5, 27-30)

““ Ya selalu to mbak. Sayuran itu saya kumbah nganti resik tenan.” (cuci sampai benar-benar bersih).Proses sampai mateng (matang) saya juga perhatikan mbak.” (RP6, 36-40)

““ Ooo iya mbak,saya selalu perhatikan betul. Apalagi sayur-sayuran itu saya selalu cuci sampai benar-benar bersih. Begitu juga sampai matang.”.” (RP7, 26-30)

Dari ketujuh partisipan ada satu partisipan yang kurang memperhatikan kebersihan dan kesehetatan makan. Hal tersebut dikarenakan partisipan lebih senang membeli makanan diluar. Berikut ungkapan partisipan.

“ Iya sih dek, kadang berpikir bersih tidak makanan yang aku beli, sehat atau tidak. Tapi mau bagaimana lagi kami sudah terbiasa seperti itu. Yang penting anak saya mau makan.” (RP2, 36-40)


(9)

51

Sub Tema 1.2 Penyediaan Hidangan Makanan

Tersedianya bahan makanan yang lengkap sesuai kebutuhan tubuh sangatlah penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak juga untuk mendapatkan gizi yang baik. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan telah berusaha dengan baik untuk memberikan asupan gizi yang baik untuk anak partisipan. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan partisipan berikut ini.

“Ya mbak sayur tu selalu saya usahakan ada setiap hari, lauk juga, buah juga mbak,” ( RP1,66)

“ Kalau pas masak sendiri iyaa..saya pada dasarnya suka sayuran, lauk juga saya beli,seperti tempe, daging ayam, telur, dll. Susu saya juga siapkan setiap hari karena anak saya minum susu. Kalau buah saya gak selalu siap dirumah, kalau pas pengen atau anak saya minta saya baru beli dek, karena kadang gak kemakan!” (RP2, 46-50)

“ Yaa seperti pada umumnya to mbak nasi itu selalu ada, sayur juga selalu ada karena anak saya suka sayuran, buah juga kalau saya pas setelah gajian kadang saya belikan buah entah itu hanya pisang atau apa mbak, lauk juga gak usah yang mahal-mahal mbak yang penting ada gizinya kaya tempe tahu sama telur itu mbak..ya kadang sekali-kali saya beli daging ayam atau sapi saya masak kalau pas punya uang lebih mbak kan saya kerjanya juga pas-pasan. Kalau susu saya juga sediakan mbak tapi anak saya kurang suka dengan susu.” (RP3, 36-40) “buah ya gak selalu mbak, paling sisa dagang gitu kaya yang gak kejual jeruk gitu ya dimakan sendiri mbak. Lauk juga seadanya gak usah yang mahal-mahal mbak yang penting ada gizinya kaya tempe tahu sama telur itu mbak..ya kadang sekali-kali saya


(10)

52

beli daging ayam atau sapi biar anak saya juga seneng. Kalau susu saya juga sediakan mbak tapi anak saya kurang suka dengan susu.” (RP5,37 -40)

“ Yaa kalau disuruh lengkap setiap hari mungkin saya kurang mampu ya mbak,kan saya juga cuma buruh to mbak yang penting cukup buat hari-harinya. Buah ya gak selalu mbak, kalau pas habis gajian gitu kadang tak belikan buah, kalau gak ya kadang tak belikan jus mbak buat gantinya buah. Lauk juga seadanya gak usah yang mahal-mahal mbak yang penting ada gizinya mbak..ya kadang sekali-kali saya beli daging ayam atau sapi biar anak saya juga seneng. Kalau susu saya juga selalu sediakan mbak karena anak saya tiap hari harus disediain susu.” (RP6, 46-50)

Selain hidangan yang lengkap, upaya ibu didalam menarik perhatian anak agar mau makan dan tertarik makan makanan yang dihidangkan agar kebutuhan gizi terpenuhi dengan baik juga berpengaruh. Berikut uraian dari partisipan.

“Terutama kalau saya libur, saya selalu ajak anak saya untuk nyiapin makanan, jadi mereka biar tambah tertarik saat makan nanti.” (RP1,115)

“ Ya saya bujuk mbak..saya kasih tau kalau makanan ini itu mengandung vitamin bagus buat kamu biar pintar, ibu sudah menyiapkan ini masak gak mau dimakan, ibu sudah capek-capek lho nyiapin ini semua..paling tak omongin kaya gitu mbak. Kalau gak ya saya ajak memasak biar dia tahu cara buatnya biar lebih tertarik mbak.” (RP3,70)

Makanan pengganti perlu disiapkan agar makanan yang disajikan dapat bervariasi. Hal itu juga dipengaruhi oleh kreativitas ibu dan merupakan salah satu upaya agar anak


(11)

53

tidak bosan dan tetap mau makan. Hal tersebut dapat dilihat dari uraian berikut.

“Iya mbak, kadang saya siapkan roti, atau saya rebuskan pisang, membuatkan makanan – makanan yang saya buat dalam bentuk lain, kaya perkedel tahu, roti yang dibuat dari kentang biar gak bosen mbak,jadi bervariasi gak Cuma itu- itu aja.” (RP1,150)

Sub Tema 1.3 Upaya yang Dilakukan Ibu Single Parent dalam Menjaga Gizi Anak

Gizi yang dibutuhkan anak sangat bergantung ada ibu didalam memberikan asupan gizi bagi anaknya. Namun peneliti ingin memperoleh gambaran upaya partisipan didalam menjaga gizi anak partisipan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan memberikan jawaban yang relatif sama antara satu dengan yang lainnya, yaitu dengan memberikan asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan secara lengkap seperti sayur, lauk – pauk, buah, susu dan telur.

Berikut adalah ungkapan partisipan.

“Ya itu mbak, saya selalu berusaha memberikan makanan yang dibutuhkan tubuh, seperti sayur – sayuran, buah, lauk – pauk, susu itu semua selalu saya sediakan mbak.” (RP1,140)

“ Yah saya berusaha memberikan sesuai apa yang dibutuhkan oleh anak saya dek, kaya sayur, buah,susu.” (RP2,85)

“Ya saya berusaha mencukupi semua mbak..makanan juga seperti sayur-sayuran, buah, lauk walaupun dengan makanan yang tidak harus mahal yang penting saya usaha untuk mencukupi itu semua!” (RP4, 70)


(12)

54

4.3.2 Tema 2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ibu Single Parent didalam Memenuhi Gizi Anak

Single parent atau orang tua tunggal sebagian besar memenuhi kebutuhan hidupnya secara sendirian tanpa dibantu oleh anggota keluarga yang lain. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi partisipan didalam memenuhi gizi anak partisipan. Tidak adanya pasangan membuat partisipan erasa sedikit kesulitan dalam memperhatikan anak dan juga mengawasi waktu makan anak. Berikut adalah ungkapan partisipan mengenai hambatan partisipan dalam memenuhi gizi anak.

“Iya mbak saya sendiri. Pasti ada ya mbak, gak usah munafik. Saya sendirian tanpa ada pasangan yang membantu saya, terutama dalam mengawasi anak saya, saya pulang kerja sudah sore jadi saya merasa anak saya kurang diperhatikan.” (RP1, 156-160)

Selain tidak adanya pasangan hidup yang mebantu memperhatikan anak, salah satu partisipan juga mengungkapkan bahwa kurang waktu dalam menyiapkan makan anak karena kesibukan bekerja juga pengaruh pemenuhan gizi anak bagi partisipan, sulitnya anak partisipan saat makan juga berpengaruh, seperti ungkapan partisipan berikut ini.

Kesulitannya ya itu dek, saya jarang bisa longgar waktunya dirumah, kerjaan saya banyak, selalu pulang sore, saya kurang memberikan waktu saya kepada anak saya, anak saya juga makannya susah, saya juga


(13)

55

gak ada waktu untuk menyiapkan kebutuhan makan anak saya.” (RP2, 102-105)

Hasil penelitian juga menunjukkan tentang penghasilan seseorang. Tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup, seperti ungkapan partisipan berikut ini.

“ Iya mbak saya sendiri. Kesulitannya ya itu mbak pendapatan saya tidak seberapa, untuk mencukupi kebutuhan makan saja saya sudah harus benar-benar membagi dengan teliti, belum kebutuhan yang lainnya. Ya itu mbak kalau saja pendapatan saya banyak ya mungkin kesulitan itu tidak terlalu berat untuk saya.” (RP3, 90)

“ Iya saya sendiri. Kesulitannya penghasilan saya gak tetap, saya masih kurang-kurang. Kalau pendapatan saya tinggi, ya mungkin kesulitan itu tidak terlalu berat untuk saya.” (RP5,98-100)

““ Iya saya sendiri. Lha mau jaga’ke siapa lagi to. Kesulitannya pendapatan saya tidak seberapa.

Kalau pendapatan saya banyak, ya mungkin kesulitan itu tidak terlalu berat untuk saya.”” (RP6, 88-90)

Adapun bentuk bantuan dari anggota keluarga namun tidak berbentuk secara materi melainkan dengan bentuk bantuan secara moral. Partisipan mengungkapkan bahwa bentuk dukungan keluarga secara moral sudah sangat membantu partisipan. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan partisipan berikut.

“Ya mbak mereka menyemangati saya, tidak lupa untuk mengingatkan saya dalam berbagai hal karena saya single parent, terkadang juga membantu saya dalam


(14)

56

memperhatikan makan anak saya. Dengan begitu saja saya sudah merasa sangat terbantu. Saya sudah senang sekali.” (RP1,177-180)

“Ya kalau keluarga membantu dek. Karena setiap hari anak saya titipkan dirumah orang tua saya, karena saya sudah keluarga sendiri. Masalah makan anak saya ya saya pasrahkan sama ibu saya, kalau gak mau makan masakan rumah saya biasa memberikan uang kepada ibu saya untuk anak saya kalau pengen makan apa yang lainnya.” (RP2, 112-115)

“Keluarga saya selalu mengingatkan saya untuk menjaga anak saya, terutama makannya karena anak saya makannya susah, selalu mengingatkan saya untuk menjaga kesehatan anak saya, mengingatkan untuk memberikan kasih sayang yang sepenuhnya karena mengingat saya hanya sebdirian dan berperan dobel tidak hanya ibu juga sebagai ayah, itu dek.” (RP2, 123 -125)

“ Kalau secara materi tidak ya mbak, hanya saja mereka memperhatikan saya..menyayangi anak saya itu saja saya sudah merasa sangat terbantu kok mbak. Kan saya tinggal juga gak deket mbak dengan keluarga. Memberi saya semangat, mendukung secara moril itu saja saya sudah sangat terbantu.” (RP3, 106-110) 4.4 Pembahasan

4.4.1 Pola Pemenuhan Gizi Anak pada Ibu Single Parent

Terpenuhinya gizi seorang anak dengan baik sangat bergantung pada pola pemenuhan gizi yang diberikan oleh ibu. Kesadaran ibu mengenai kebersihan dan kesehatan bahan makanan, cara pengolahan hingga cara penyajian sangat diperlukan guna mendapatkan gizi yang baik. RP1, RP3, RP5, RP5,RP6, dan RP7 menyadari dan paham bahwa didalam


(15)

57

menjaga kualitas makanan yang akan disajikan sangat dibutuhkan agar anak mendapatkan zat gizi yang baik pula untuk tubuhnya. Menurut Almatsier (2003) gizi akan didapatkan dengan baik apabila kuantitas dan kualitas susunan makanan seseorang disajikan dengan baik. Pernyataan Almatsier sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh riset partisipan.

Lebih lanjut Almatsier (2003), menuturkan bahwa susunan makan memerlukan pengetahuan dan keterampilan didalam mengolah makanan. Pengetahuan yang dimaksud merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, sumber - sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat, hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmojo (2003).

Didalam penyajian hidangan makanan, gizi akan terpenuhi dengan baik jika semua kebutuhan zat gizi dalam tubuh dapat tercukupi. Di dalam memberikan asupan gizi, semua riset partisipan selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan gizi anaknya dengan lengkap. RP1, RP3, dan RP4 selalu memberikan hidangan lengkap setiap harinya, seperti sayur, lauk-pauk, buah, susu dan juga telur. Sedangkan RP2 sedikit berbeda dengan riset partisipan yang lain karena RP2 lebih


(16)

58

banyak menuruti apa yang diinginkan oleh anaknya asalkan anak mau makan. Dirjen BKM (2002), menjelaskan bahwa gizi baik adalah gizi yang seimbang. Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Upaya dari RP1 dan RP3 sesuai dengan penjelasan dari BKM.

Kebiasaan atau pola makan yang dilakukan oleh RP2 akan berpengaruh pada gizi anak RP2. Hal ini disebabkan RP2 senang menuruti keinginan anak tanpa menghiraukan kandungan gizi dari makanan yang diinginkan oleh anak RP2. Pribawaningsih (2009), menyatakan bahwa pola asuh orang tua, yaitu pengaturan pola makan anak tergantung pada ibu. Ibu harus mampu memilih bahan makanan, mengolah sampai menyajikan makanan dengan menu seimbang. Menu disajikan sesuai kebutuhan energi dalam sehari pola makan yang baik maka akan menghasilkan gizi yang baik pula dan tercukupinya kebutuhan gizi seseorang.

Selain pola makan yang baik, kreatifitas ibu dan keterlibatan anak didalam menyiapkan makanan ternyata juga berpengaruh pada minat anak untuk makan makanan yang telah disiapkan. Penyajian makanan dalam bentuk makanan yang lain, seperti dibuat menjadi makanan ringan juga berpengaruh dalam


(17)

59

terpenuhinya gizi agar anak tidak bosan didalam memakan suatu makanan. Soetjiningsih, dkk, (2002) menyatakan, dalam pemenuhan gizi anak, ibu harus mampu dalam mengatur menu seimbang untuk anak karena anak belum mampu mengurus dan melakukannya sendiri. Menu disajikan sesuai kebutuhan energi dalam sehari, baik dalam bentuk makanan yang lengkap, makanan pengganti ataupun makanan kecil (snack). Hal ini sesuai dengan apa yang dilakukan oleh RP1 didalam menyiapkan makanan dan juga kreatifitas RP1 menyajikan bentuk makanan, serta melibatkan anak didalam menyiapkan makanan sehingga anak lebih senang dan lebih tertarik.

Kemudian mengenai upaya yang dilakukan riset partisipan didalam menjaga gizi anak, setiap riset partisipan memiliki jawaban yang relatif sama antara satu dengan yang lainnya. RP1, RP2, dan RP3 melakukan upaya yang relatif sama yaitu dengan memberikan asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan secara lengkap seperti sayur, lauk – pauk, buah, susu dan telur. Upaya tersebut sesuai dengan penjelasan BKM (2002) bahwa didalam sehari harus tersedia bahan makanan yang mengandung zat gizi lengkap sesuai dengan kebutuhan tubuh, beragam, dengan jumlah yang cukup dan seimbang, tidak kurang dan tidak berlebihan.


(18)

60

4.4.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ibu Single Parent di dalam Memenuhi Gizi Anak

Single parent atau orang tua tunggal sebagian besar memenuhi kebutuhan hidupnya secara sendirian tanpa dibantu oleh anggota keluarga yang lain. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi partisipan di dalam memenuhi gizi anak partisipan. Tidak adanya pasangan mebuat partisipan merasa sedikit kesulitan dalam memperhatikan anak dan juga mengawasi waktu makan anak, hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh RP1.

Kimmel (1980) dan Walsh (2003), menyatakan beberapa permasalahan yang sering timbul di dalam keluarga dengan orang tunggal baik wanita maupun pria yakni merasa kesepian, perasaan terjebak dengan tanggung jawab mengasuh anak dan mencari sumber pendapatan, kekurangan waktu untuk mengurus diri dan kehidupan seksualnya, kelelahan menanggung tanggung jawab untuk mendukung dan membesarkan anak sendirian, mengatasi hilangnya hubungan dengan partner special, memiliki jam kerja yang lebih panjang, lebih banyak masalah ekonomi yang muncul, menghadapi perubahan hidup yang lebih menekan, lebih rentan terkena depresi, kurangnya dukungan sosial dalam melakukan perannya sebagai orang tua, dan memiliki fisik yang rentan terhadap penyakit.


(19)

61

Berbeda dengan RP1, RP2 mengatakan bahwa didalam memenuhi gizi anaknya RP2 mengalami kesulitan yaitu kurang waktu dalam menyiapkan makan anak karena kesibukan bekerja juga pengaruh pemenuhan gizi anak bagi partisipan, sulitnya anak partisipan saat makan juga berpengaruh. Sama dengan apa yang dituturkan oleh Kimmel (1980) dan Walsh (2003) menyatakan bahwa orang tua tunggal kekurangan waktu untuk mengurus diri dan anak, kelelahan menanggung tanggung jawab untuk mendukung dan membesarkan anak sendirian, mengatasi hilangnya hubungan dengan partner special, serta memiliki jam kerja yang lebih panjang.

Hasil penelitian juga menunjukkan tentang penghasilan seseorang. Tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup. Isnansyah (2006), dalam penelitiannya menyatakan bahwa faktor yang berhubungan antara pola makan dengan status gizi balita di pengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan pendapatan keluarga. Pernyataan tersebut sesuai dengan jawaban dari RP3. Pekerjaan dan penghasilan yang tidak tinngi akan berpengaruh pada pola hidup seseorang didalam memenuhi kebutuhan hidup seseorang sehari – hari.


(20)

62 4.5 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian terhadap 7 partisipan, peneliti mengalami keterbatasan yaitu 4 dari 7 partisipan yang telah menikah lagi membuat peneliti sedikit kesulitan dalam memperoleh informasi karena didalam memperoleh informasi harus membahas kehidupan masa lalu partisipan. Sedangkan sisa partisipan yang lainnya sudah memiliki dan memulai dengan kehidupan barunya.


(1)

57

menjaga kualitas makanan yang akan disajikan sangat dibutuhkan agar anak mendapatkan zat gizi yang baik pula untuk tubuhnya. Menurut Almatsier (2003) gizi akan didapatkan dengan baik apabila kuantitas dan kualitas susunan makanan seseorang disajikan dengan baik. Pernyataan Almatsier sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh riset partisipan.

Lebih lanjut Almatsier (2003), menuturkan bahwa susunan makan memerlukan pengetahuan dan keterampilan didalam mengolah makanan. Pengetahuan yang dimaksud merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, sumber - sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat, hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmojo (2003).

Didalam penyajian hidangan makanan, gizi akan terpenuhi dengan baik jika semua kebutuhan zat gizi dalam tubuh dapat tercukupi. Di dalam memberikan asupan gizi, semua riset partisipan selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan gizi anaknya dengan lengkap. RP1, RP3, dan RP4 selalu memberikan hidangan lengkap setiap harinya, seperti sayur, lauk-pauk, buah, susu dan juga telur. Sedangkan RP2 sedikit berbeda dengan riset partisipan yang lain karena RP2 lebih


(2)

58

banyak menuruti apa yang diinginkan oleh anaknya asalkan anak mau makan. Dirjen BKM (2002), menjelaskan bahwa gizi baik adalah gizi yang seimbang. Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Upaya dari RP1 dan RP3 sesuai dengan penjelasan dari BKM.

Kebiasaan atau pola makan yang dilakukan oleh RP2 akan berpengaruh pada gizi anak RP2. Hal ini disebabkan RP2 senang menuruti keinginan anak tanpa menghiraukan kandungan gizi dari makanan yang diinginkan oleh anak RP2. Pribawaningsih (2009), menyatakan bahwa pola asuh orang tua, yaitu pengaturan pola makan anak tergantung pada ibu. Ibu harus mampu memilih bahan makanan, mengolah sampai menyajikan makanan dengan menu seimbang. Menu disajikan sesuai kebutuhan energi dalam sehari pola makan yang baik maka akan menghasilkan gizi yang baik pula dan tercukupinya kebutuhan gizi seseorang.

Selain pola makan yang baik, kreatifitas ibu dan keterlibatan anak didalam menyiapkan makanan ternyata juga berpengaruh pada minat anak untuk makan makanan yang telah disiapkan. Penyajian makanan dalam bentuk makanan yang lain, seperti dibuat menjadi makanan ringan juga berpengaruh dalam


(3)

59

terpenuhinya gizi agar anak tidak bosan didalam memakan suatu makanan. Soetjiningsih, dkk, (2002) menyatakan, dalam pemenuhan gizi anak, ibu harus mampu dalam mengatur menu seimbang untuk anak karena anak belum mampu mengurus dan melakukannya sendiri. Menu disajikan sesuai kebutuhan energi dalam sehari, baik dalam bentuk makanan yang lengkap, makanan pengganti ataupun makanan kecil (snack). Hal ini sesuai dengan apa yang dilakukan oleh RP1 didalam menyiapkan makanan dan juga kreatifitas RP1 menyajikan bentuk makanan, serta melibatkan anak didalam menyiapkan makanan sehingga anak lebih senang dan lebih tertarik.

Kemudian mengenai upaya yang dilakukan riset partisipan didalam menjaga gizi anak, setiap riset partisipan memiliki jawaban yang relatif sama antara satu dengan yang lainnya. RP1, RP2, dan RP3 melakukan upaya yang relatif sama yaitu dengan memberikan asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan secara lengkap seperti sayur, lauk – pauk, buah, susu dan telur. Upaya tersebut sesuai dengan penjelasan BKM (2002) bahwa didalam sehari harus tersedia bahan makanan yang mengandung zat gizi lengkap sesuai dengan kebutuhan tubuh, beragam, dengan jumlah yang cukup dan seimbang, tidak kurang dan tidak berlebihan.


(4)

60

4.4.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ibu Single Parent di dalam Memenuhi Gizi Anak

Single parent atau orang tua tunggal sebagian besar memenuhi kebutuhan hidupnya secara sendirian tanpa dibantu oleh anggota keluarga yang lain. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi partisipan di dalam memenuhi gizi anak partisipan. Tidak adanya pasangan mebuat partisipan merasa sedikit kesulitan dalam memperhatikan anak dan juga mengawasi waktu makan anak, hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh RP1.

Kimmel (1980) dan Walsh (2003), menyatakan beberapa permasalahan yang sering timbul di dalam keluarga dengan orang tunggal baik wanita maupun pria yakni merasa kesepian, perasaan terjebak dengan tanggung jawab mengasuh anak dan mencari sumber pendapatan, kekurangan waktu untuk mengurus diri dan kehidupan seksualnya, kelelahan menanggung tanggung jawab untuk mendukung dan membesarkan anak sendirian, mengatasi hilangnya hubungan dengan partner special, memiliki jam kerja yang lebih panjang, lebih banyak masalah ekonomi yang muncul, menghadapi perubahan hidup yang lebih menekan, lebih rentan terkena depresi, kurangnya dukungan sosial dalam melakukan perannya sebagai orang tua, dan memiliki fisik yang rentan terhadap penyakit.


(5)

61

Berbeda dengan RP1, RP2 mengatakan bahwa didalam memenuhi gizi anaknya RP2 mengalami kesulitan yaitu kurang waktu dalam menyiapkan makan anak karena kesibukan bekerja juga pengaruh pemenuhan gizi anak bagi partisipan, sulitnya anak partisipan saat makan juga berpengaruh. Sama dengan apa yang dituturkan oleh Kimmel (1980) dan Walsh (2003) menyatakan bahwa orang tua tunggal kekurangan waktu untuk mengurus diri dan anak, kelelahan menanggung tanggung jawab untuk mendukung dan membesarkan anak sendirian, mengatasi hilangnya hubungan dengan partner special, serta memiliki jam kerja yang lebih panjang.

Hasil penelitian juga menunjukkan tentang penghasilan seseorang. Tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup. Isnansyah (2006), dalam penelitiannya menyatakan bahwa faktor yang berhubungan antara pola makan dengan status gizi balita di pengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan pendapatan keluarga. Pernyataan tersebut sesuai dengan jawaban dari RP3. Pekerjaan dan penghasilan yang tidak tinngi akan berpengaruh pada pola hidup seseorang didalam memenuhi kebutuhan hidup seseorang sehari – hari.


(6)

62 4.5 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian terhadap 7 partisipan, peneliti mengalami keterbatasan yaitu 4 dari 7 partisipan yang telah menikah lagi membuat peneliti sedikit kesulitan dalam memperoleh informasi karena didalam memperoleh informasi harus membahas kehidupan masa lalu partisipan. Sedangkan sisa partisipan yang lainnya sudah memiliki dan memulai dengan kehidupan barunya.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Pemenuhan Gizi Anak pada Orang Tua Single Parent di Cabean Mangunsari Salatiga

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Pemenuhan Gizi Anak pada Orang Tua Single Parent di Cabean Mangunsari Salatiga T1 462011024 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Pemenuhan Gizi Anak pada Orang Tua Single Parent di Cabean Mangunsari Salatiga T1 462011024 BAB II

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Pemenuhan Gizi Anak pada Orang Tua Single Parent di Cabean Mangunsari Salatiga T1 462011024 BAB V

0 1 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Pemenuhan Gizi Anak pada Orang Tua Single Parent di Cabean Mangunsari Salatiga

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Pemenuhan Gizi Anak pada Orang Tua Single Parent di Cabean Mangunsari Salatiga

0 0 39

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Pemenuhan Gizi Anak pada Orang Tua Single Parent di Cabean Mangunsari Salatiga

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Pemenuhan Gizi Anak pada Orang Tua Single Parent di Cabean Mangunsari Salatiga

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Pemenuhan Gizi Anak pada Orang Tua Single Parent di Cabean Mangunsari Salatiga

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Pemenuhan Gizi Anak pada Orang Tua Single Parent di Cabean Mangunsari Salatiga

0 0 2