KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN Kemandirian Ditinjau Dari Urutan Kelahiran Dan Jenis Kelamin.
KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN
JENIS KELAMIN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh :
OKTAVIANA TRIBAKTI UTAMI
F. 100 090 145
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN
JENIS KELAMIN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh:
OKTAVIANA TRIBAKTI UTAMI
F. 100 090 145
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN
JENIS KELAMIN
Oktaviana Tribakti Utami1)
Partini 2)
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang terkait dengan
aspek kepribadian yang lain dan harus dilatih sedini mungkin agar dalam
perkembangannya dapat sesuai dengan tugas perkembangannya. Kenyataannya, tidak
semua remaja mandiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kemandirian diantaranya
yaitu urutan kelahiran dan jenis kelamin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran dan jenis kelamin. Hipotesis
yang diajukan yaitu: (1) ada perbedaan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran
dan jenis kelamin (2) Ada perbedaan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran.
Dimana anak sulung memiliki kemandirian yang lebih tinggi dari pada anak bungsu.
(3) Ada perbedaan kemandirian ditinjau dari jenis kelamin. Dimana laki-laki
memiliki kemandirian yang lebih tinggi dari pada perempuan.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa siswi SMA Negeri 2 Boyolali
dengan jumlah subjek169 orang, yang terdiri dari laki-laki sulung 30, laki-laki
bungsu 23, perempuan sulung 56 dan perempuan bungsu 60. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah populasi. Alat ukur yang digunakan adalah skala
kemandirian.
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 17.0 menggunakan teknik
analisis anava 2 jalur (two way anava ), diperolah nilai F= 0,817 ; p = 0,367 (p>0,05).
Berdasarkan hasil analisis, diketahui variabel kemandirian mempunyai rerata empirik
(RE) sebesar 75,85 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 67,5 yang berarti kemandirian
pada subjek tergolong tinggi. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah
tidak ada perbedaan yang signifikan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran dan
jenis kelamin.
Kata kunci :kemandirian.
1)
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
2)
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
v
ketergantungan remaja terhadap orang
PENDAHULUAN
Mandiri
kemampuan
merupakan
individu
untuk
tua,
adalah
salah
satu
tugas
tidak
perkembangan yang harus dipenuhi
tergantung pada orang lain serta
siswa pada periode remaja. Sehingga
bertanggung jawab atas apa yang
ketika tidak adanya kemandirian pada
dilakukanya. Kemandirian merupakan
remaja akan menghasilkan berbagai
salah satu aspek kepribadian yang
macam problem perilaku, misalnya;
terkait dengan aspek kepribadian yang
rendahnya harga diri, pemalu, tidak
lain dan harus dilatih ssedini mungkin
punya motivasi sekolah, kebiasaan
agar dalam perkembangannya dapat
belajar yang jelek, perasaan tidak
sesuai
aman, dan kecemasan.
dengan
perkembangannya.
tugas
Kemampuan
Orang
yang
untuk mandiri tidak dapat terbentuk
memperlihatkan
dengan
eksploratif,
sendirinya.
Kemampuan
mandiri
perilaku
mampu
akan
yang
mengambil
tersebut diperoleh dengan kemauan
keputusan, percaya diri dan kreatif.
dan dorongan dari orang di sekitar
Selain itu juga mampu bertindak kritis,
subjek. Steinberg (2002) menyatakan
tidak
kemandirian merupakan kemampuan
mempunyai
individu
laku,
melakukan aktifitasnya, percaya diri,
merasakan sesuatu, dan mengambil
dan mampu menerima realitas serta
suatu keputusan berdasarkan kehendak
dapat
sendiri. Peningkatan tanggung jawab,
mampu berinteraksi dengan teman
kemandirian, dan menurunnya tingkat
sebaya, percaya diri, terarah pada
dalam
bertingkah
1
takut
berbuat
sesuatu,
kepuasan
dalam
memanipulasi
lingkungan,
tujuan, dan mampu mengendalikan
berharap saat dewasa nanti tidak lagi
diri (Monks dkk, 2006).
bergantung kepada orangtua.
Dewasa ini kajian terhadap isu
perkembangan
kemandirian
Berdasarkan pertanyaan yang
pada
telah diajukan oleh peneliti terhadap
remaja akan sangat menarik karena
80 siswa sekolah menengah atas
fenomena perkembangan kemandirian
(SMA) di Boyolali pada bulan Maret
pada
tahun 2013, didapatkan hasil bahwa
masyarakat,
terutama
kultur
masyarakat timur seperti di Indonesia,
terdapat
sering di salah tafsirkan. Misalnya
menunjukkan perilaku mandiri, hal ini
perilaku
terkadang
dapat dilihat dari hasil survey yang
pemberontakan
dilakukan oleh peneliti bahwa terdapat
(rebellion) karena pada kenyataannya
sekitar 55% remaja ketika mendapat
remaja
memulai
masalah subjek lebih memilih untuk
kemandirian
curhat pada orangtua dari pada curhat
dengan
dengan teman sebaya, 91,25% remaja
memunculkan perilaku yang tidak
ketika menentukan jurusan IPA/IPS
sesuai
maupun jurusan kuliah harus terlebih
kemandirian
ditafsirkan
sebagai
yang
mengembangkan
seringkali
diawali
dengan
aturan
keluarga.
tanda-tanda
yang
Akibatnya orangtua kurang toleran
dahulu
terhadap
orangtua, 55% remaja sulit untuk
proses
perolehan
bermusyawarah
belum
kemandirian yang dilakukan remaja.
menolak
Tetapi dalam situasi lain orangtua
mengajak bermain, meskipun saat itu
ternyata
subjek sedang belajar.
menginginkan
remaja
memiliki kemandirian, bahkan mereka
2
permintaan
teman
dengan
yang
Dari
hasil
perempuan
survey,
sulung
remaja
reaksi yang sulit dipahami bagi kedua
memiliki
belah
pihak,
yaitu
remaja
dan
prosentase tinggi sekitar 55,7% lebih
orangtua. Remaja sering tidak mampu
menunjukkan belum adanya perilaku
memutuskan
mandiri dibandingkan dengan remaja
emosional
laki-laki
orangtua secara logis dan objektif. Hal
sulung,
remaja
laki-
simpul-simpul
kanak-kanaknya
ikatan
dengan
lakibungsu,danremajaperempuanbung
ini dapat kita lihat dari beberapa sikap
su. Remajalaki-laki sulung memiliki
anak yang cenderung masih sangat
prosentase gejala ketidak mandirian
bergantung dengan orang tua yang
sekitar 52,5%, remaja laki-laki bungsu
seharusnya pada masa perkembangan
sekitar 48,3%, remaja
remaja
bungsu
sekitar
52,5%,
perempuan
sehingga
sudah
dapat
memutuskan
sendiri. Contohnya saja seperti survey
remaja perempuan sulung memiliki
yang
gejala perilaku ketidak mandirian
memutuskan untuk memilih jurusan
dengan prosentase tertinggi
kelas, dalam hal ini seharusnya anak
Berdasarkan
telah
dilakukan
fenomena
sudah
dapat
perkembangan kemandirian di atas,
terkait
dengan
tidak
bidang akademik
mudah
bagi
remaja
dalam
dalam
memutuskan
hal
sendiri
kemampuannya
di
pencarian kemandirian, sebab usaha
Banyak
untuk memutuskan ikatan yang telah
mempengaruhi
berkembang dan dinikmati dengan
diantaranya yaitu jenis kelamin dan
penuh rasa nyaman selama masa
urutan
kanak-kanak seringkali menimbulkan
mandiri dari perempuan. Perbedaan
3
kelahiran.
factor
yang
kemandirian
Laki-laki
lebih
tersebut
bukan
karena
factor
dunia
remaja.
Mengenai
masalah
lingkungan semata akan tetapi karena
factor urutan kelahiran dan jenis
orang tua dalam memperlakukan anak
kelamin perlu di perhitungkan, karena
dalam kehidupan sehari-hari lebih
diketahui bahwa adanya perbedaan
cenderung memberikan perlindungan
perlakuan
yang besar pada anak perempuan
sulung,
(Masrun dkk, 2000).
kelamin. Berdasarkan uraian di atas
Perlakuan orangtua berbeda
orangtua
anak
berikut
yang
kemandirian
(Bigner,
bungsu
dan
anak
jenis
maka rumusan masalahnya sebagai
terhadap anak dengan urutan kelahiran
berbeda
kepada
1979).
“Apakah
ada
ditinjau
perbedaan
dari
urutan
Perbedaan ini juga mempengaruhi
kelahiran dan jenis kelamin” untuk
perbedaan tingkat kemandirian antar
menjawab pertanyaan tersebut peneliti
anak dengan masing-masing urutan
mengajukan
kelahiran. Ada anggapan dimasyarakat
ditinjau dari urutan kelahiran dan Jenis
bahwa anak bungsu selalu dimanja
Kelamin”.
oleh
orang
menjadikannya
tuanya
sehingga
kurang
mandiri.
judul
“Kemandirian
Tujuan dalam penelitian ini
adalah mengetahui :
Sementara anak sulung cenderung
1. Perbedaan kemandirian ditinjau
lebih mandiri karena dianggap sebagai
dari urutan kelahiran dan jenis
panutan bagi adiknya.
kelamin.
Berdasarkan latar belakang di
2. Perbedaan kemandirian ditinjau
atas yang telah dikemukakan, bahwa
dari urutan kelahiran
kemandirian menjadi masalah dalam
4
3. Perbedaan kemandirian ditinjau
2. Reliabilitas : analisis varians yang
dari jenis kelamin
dikembangkan oleh Hoyt (Azwar,
2008)
3. Metode analisis data : analisis
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
statistik, analisis anava 2 jalur (two
pendekatan kuantitatif dengan variable
way anava )
bebas yaitu urutan kelahiran dan jenis
kelamin,
sedangkan
variable
HASIL DAN PEMBAHASAN
tergantung adalah kemandirian.
Hasil uji statistik menunjukkan
Subjek penelitian ini adalah
bahwa nilai rata-rata kemandirian
siswa-siswi SMA Boyolali, dengan
dengan urutan kelahiran dan jenis
karakteristik yaitu anak dengan urutan
kelamin F= 0,817, p= 0,367 (p>0,05).
kelahiran sulung atau bungsu dalam
Dari hasil tersebut dapat diketahui
keluarga. Subjek dalam penelitian ini
bahwa
berjumlah 169 orang.
signifikan kemandirian ditinjau dari
Untuk
memperoleh
data,
perbedaan
yang
urutan kelahiran dan jenis kelamin.
penelitian ini menggunakan skala
Hasil uji statistik menunjukkan
kemandirian.
bahwa nilai rata-rata kemandirian
Metode analisis data:
1. Validitas
tidak
:
korelasi
dengan
urutan
kelahiran
sulung
sebesar 75,70 sedangkan nilai rata-rata
product
moment dari Pearson (Hadi, 2000)
kemandirian dengan urutan kelahiran
bungsu sebesar 76,01. Dari nilai ratarata tersebut terlihat ada selisih nilai
5
rata-rata kemandirian ditinjau dari
bungsu secara keseluruhan berarti
urutan kelahiran 0,31. Hal ini berarti
tidak mendukung teori dan asumsi
bila
rata-rata
yang telah diajukan. Diharapkan teori
kemandirian antara remaja sulung dan
yang ada perlu ditinjau kembali. Tidak
remaja bungsu relatif sama. Apabila
terdapatnya perbedaan yang signifikan
dilihat dari two way anava
tersebut mungkin disebabkan masih
dilihat
dari
nilai
nilai F
sebesar 0,039 dan p= 0,844 dengan
ada
p>0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa
dipertimbangkan, seperti jarak usia
tidak ada perbedaan yang signifikan
antar anak. Jarak usia yang terlalu jauh
kemandirian
dapat mengurangi pengaruh urutan
ditinjau
dari
urutan
kelahiran.
faktor
kelahiran
Santrock
(2003)
juga
lain
terhadap
yang
perlu
perkembangan
kemandirian.
menyatakan bahwa urutan kelahiran
Hasil analisis data perbedaan
bukan merupakan satu-satunya faktor
kemandirian
yang mempengaruhi perkembangan
kelamin
kepribadian seorang remaja. Menurut
kemandirian laki-laki = 74,55 dan
Santrock, masih banyak faktor lain
kemandirian perempuan 76,45. Dari
yang
ditinjau
dari
memiliki
jenis
rata-rata
lebih
penting
dalam
nilai rata-rata tersebut dapat terlihat
memperkirakan
perilaku
seorang
ada selisih nilai rata-rata kemandirian
remaja, termasuk perilaku mandiri.
sebesar 1,9. Hal ini berarti bila dilihat
Tidak adanya perbedaan kemandirian
dari nilai rata-rata kemandirian, relatif
dilihat dari urutan kelahiran baik anak
sama kemandirian antara remaja laki-
pertama, anak tengah, maupun anak
laki
6
dengan
perempuan.
Apabila
dilihat dari two way anava
nilai
penelitian itu ternyata pria dan wanita
sebesar 2,595 dan p = 0,109 (p>0,05).
memiliki sifat tergantung yang tidak
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
berbeda.
perbedaan
Berdasarkan
yang
signifikan
hasil
analisis
dan
kemandirian antara laki-laki dengan
pembahasan maka kesimpulan yang
perempuan.
dapat penulis kemukakan adalah:
menunjukkan
1. Tidak ada perbedaan kemandirian
perbedaan kemandirian antara laki-
ditinjau dari urutan kelahiran dan
laki dan perempuan, dinyatakan dalam
jenis kelamin.
Penelitian
yang
2. Tidak
hasil penelitian Anindya (2008) bahwa
tidak
ada
perbedaan
signifikan
kemandirian
3. Tidak
Masrun dkk (2000) pada suku Jawa
tidak
ada
perbedaan
antara
yang
kemandirian
remaja sulung dan remaja bungsu,
ditinjau dari jenis kelamin. Penelitian
ternyata
ada
ada
signifikan
perbedaan
yang
antara
kemandirian
dengan
kemandirian
kemandirian yang signifikan antara
laki-laki
pria dengan wanita,
perempuan.
bahkan ada
perbedaan
kecenderungan wanita lebih mandiri.
Hasil penelitian serupa didapatkan
DAFTAR PUSTAKA
juga pada penelitian yang dilakukan
Azwar.
2008.
Validitas
dan
Reliabilitas.
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Bigner, J.J. 1979. Parent-child
retations: An introduction to
parenting.
New
York:
MacMillan Publishing Co. Inc.
Sugiyanto dan Murtini (1984). Yang
terakhir ini dilakukan juga di Jawa
dengan kekhususan pada nelayan di
daerah
pantai
utara.
Berdasarkan
7
Hadi. 2000. Statistik Psikologi. Jilid 2.
Yogyakarta:Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM.
Masrun, Martono Martaniah, S.M.
2000.
Studi
Mengenai
Kemandirian Pada Penduduk di
Tiga Suku (Jawa, Batak dan
Bugis). Laporan Penelitian.
Yogyakarta: Kantor Menteri
Negara dan Lingkungan Hidup
Fakultas Psikologi UGM.
Monks, F.J, Knoers, A.M.P. &
Haditono, S.R. 2006. Psikologi
perkembangan.
(terjemahan).
Yogyakarta:
Gadjah
Mada
University Press.
Santrock, J. W. 2003. Adolescence:
Perkembangan Remaja. Jakarta:
Erlangga. Alih Bahasa: Shinto
B. Adelar, Sherli Saragih.
steinberg, L. 2002. Adolescence. New
York: Mc Graw Hill
8
JENIS KELAMIN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh :
OKTAVIANA TRIBAKTI UTAMI
F. 100 090 145
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN
JENIS KELAMIN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh:
OKTAVIANA TRIBAKTI UTAMI
F. 100 090 145
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN
JENIS KELAMIN
Oktaviana Tribakti Utami1)
Partini 2)
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang terkait dengan
aspek kepribadian yang lain dan harus dilatih sedini mungkin agar dalam
perkembangannya dapat sesuai dengan tugas perkembangannya. Kenyataannya, tidak
semua remaja mandiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kemandirian diantaranya
yaitu urutan kelahiran dan jenis kelamin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran dan jenis kelamin. Hipotesis
yang diajukan yaitu: (1) ada perbedaan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran
dan jenis kelamin (2) Ada perbedaan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran.
Dimana anak sulung memiliki kemandirian yang lebih tinggi dari pada anak bungsu.
(3) Ada perbedaan kemandirian ditinjau dari jenis kelamin. Dimana laki-laki
memiliki kemandirian yang lebih tinggi dari pada perempuan.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa siswi SMA Negeri 2 Boyolali
dengan jumlah subjek169 orang, yang terdiri dari laki-laki sulung 30, laki-laki
bungsu 23, perempuan sulung 56 dan perempuan bungsu 60. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah populasi. Alat ukur yang digunakan adalah skala
kemandirian.
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 17.0 menggunakan teknik
analisis anava 2 jalur (two way anava ), diperolah nilai F= 0,817 ; p = 0,367 (p>0,05).
Berdasarkan hasil analisis, diketahui variabel kemandirian mempunyai rerata empirik
(RE) sebesar 75,85 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 67,5 yang berarti kemandirian
pada subjek tergolong tinggi. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah
tidak ada perbedaan yang signifikan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran dan
jenis kelamin.
Kata kunci :kemandirian.
1)
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
2)
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
v
ketergantungan remaja terhadap orang
PENDAHULUAN
Mandiri
kemampuan
merupakan
individu
untuk
tua,
adalah
salah
satu
tugas
tidak
perkembangan yang harus dipenuhi
tergantung pada orang lain serta
siswa pada periode remaja. Sehingga
bertanggung jawab atas apa yang
ketika tidak adanya kemandirian pada
dilakukanya. Kemandirian merupakan
remaja akan menghasilkan berbagai
salah satu aspek kepribadian yang
macam problem perilaku, misalnya;
terkait dengan aspek kepribadian yang
rendahnya harga diri, pemalu, tidak
lain dan harus dilatih ssedini mungkin
punya motivasi sekolah, kebiasaan
agar dalam perkembangannya dapat
belajar yang jelek, perasaan tidak
sesuai
aman, dan kecemasan.
dengan
perkembangannya.
tugas
Kemampuan
Orang
yang
untuk mandiri tidak dapat terbentuk
memperlihatkan
dengan
eksploratif,
sendirinya.
Kemampuan
mandiri
perilaku
mampu
akan
yang
mengambil
tersebut diperoleh dengan kemauan
keputusan, percaya diri dan kreatif.
dan dorongan dari orang di sekitar
Selain itu juga mampu bertindak kritis,
subjek. Steinberg (2002) menyatakan
tidak
kemandirian merupakan kemampuan
mempunyai
individu
laku,
melakukan aktifitasnya, percaya diri,
merasakan sesuatu, dan mengambil
dan mampu menerima realitas serta
suatu keputusan berdasarkan kehendak
dapat
sendiri. Peningkatan tanggung jawab,
mampu berinteraksi dengan teman
kemandirian, dan menurunnya tingkat
sebaya, percaya diri, terarah pada
dalam
bertingkah
1
takut
berbuat
sesuatu,
kepuasan
dalam
memanipulasi
lingkungan,
tujuan, dan mampu mengendalikan
berharap saat dewasa nanti tidak lagi
diri (Monks dkk, 2006).
bergantung kepada orangtua.
Dewasa ini kajian terhadap isu
perkembangan
kemandirian
Berdasarkan pertanyaan yang
pada
telah diajukan oleh peneliti terhadap
remaja akan sangat menarik karena
80 siswa sekolah menengah atas
fenomena perkembangan kemandirian
(SMA) di Boyolali pada bulan Maret
pada
tahun 2013, didapatkan hasil bahwa
masyarakat,
terutama
kultur
masyarakat timur seperti di Indonesia,
terdapat
sering di salah tafsirkan. Misalnya
menunjukkan perilaku mandiri, hal ini
perilaku
terkadang
dapat dilihat dari hasil survey yang
pemberontakan
dilakukan oleh peneliti bahwa terdapat
(rebellion) karena pada kenyataannya
sekitar 55% remaja ketika mendapat
remaja
memulai
masalah subjek lebih memilih untuk
kemandirian
curhat pada orangtua dari pada curhat
dengan
dengan teman sebaya, 91,25% remaja
memunculkan perilaku yang tidak
ketika menentukan jurusan IPA/IPS
sesuai
maupun jurusan kuliah harus terlebih
kemandirian
ditafsirkan
sebagai
yang
mengembangkan
seringkali
diawali
dengan
aturan
keluarga.
tanda-tanda
yang
Akibatnya orangtua kurang toleran
dahulu
terhadap
orangtua, 55% remaja sulit untuk
proses
perolehan
bermusyawarah
belum
kemandirian yang dilakukan remaja.
menolak
Tetapi dalam situasi lain orangtua
mengajak bermain, meskipun saat itu
ternyata
subjek sedang belajar.
menginginkan
remaja
memiliki kemandirian, bahkan mereka
2
permintaan
teman
dengan
yang
Dari
hasil
perempuan
survey,
sulung
remaja
reaksi yang sulit dipahami bagi kedua
memiliki
belah
pihak,
yaitu
remaja
dan
prosentase tinggi sekitar 55,7% lebih
orangtua. Remaja sering tidak mampu
menunjukkan belum adanya perilaku
memutuskan
mandiri dibandingkan dengan remaja
emosional
laki-laki
orangtua secara logis dan objektif. Hal
sulung,
remaja
laki-
simpul-simpul
kanak-kanaknya
ikatan
dengan
lakibungsu,danremajaperempuanbung
ini dapat kita lihat dari beberapa sikap
su. Remajalaki-laki sulung memiliki
anak yang cenderung masih sangat
prosentase gejala ketidak mandirian
bergantung dengan orang tua yang
sekitar 52,5%, remaja laki-laki bungsu
seharusnya pada masa perkembangan
sekitar 48,3%, remaja
remaja
bungsu
sekitar
52,5%,
perempuan
sehingga
sudah
dapat
memutuskan
sendiri. Contohnya saja seperti survey
remaja perempuan sulung memiliki
yang
gejala perilaku ketidak mandirian
memutuskan untuk memilih jurusan
dengan prosentase tertinggi
kelas, dalam hal ini seharusnya anak
Berdasarkan
telah
dilakukan
fenomena
sudah
dapat
perkembangan kemandirian di atas,
terkait
dengan
tidak
bidang akademik
mudah
bagi
remaja
dalam
dalam
memutuskan
hal
sendiri
kemampuannya
di
pencarian kemandirian, sebab usaha
Banyak
untuk memutuskan ikatan yang telah
mempengaruhi
berkembang dan dinikmati dengan
diantaranya yaitu jenis kelamin dan
penuh rasa nyaman selama masa
urutan
kanak-kanak seringkali menimbulkan
mandiri dari perempuan. Perbedaan
3
kelahiran.
factor
yang
kemandirian
Laki-laki
lebih
tersebut
bukan
karena
factor
dunia
remaja.
Mengenai
masalah
lingkungan semata akan tetapi karena
factor urutan kelahiran dan jenis
orang tua dalam memperlakukan anak
kelamin perlu di perhitungkan, karena
dalam kehidupan sehari-hari lebih
diketahui bahwa adanya perbedaan
cenderung memberikan perlindungan
perlakuan
yang besar pada anak perempuan
sulung,
(Masrun dkk, 2000).
kelamin. Berdasarkan uraian di atas
Perlakuan orangtua berbeda
orangtua
anak
berikut
yang
kemandirian
(Bigner,
bungsu
dan
anak
jenis
maka rumusan masalahnya sebagai
terhadap anak dengan urutan kelahiran
berbeda
kepada
1979).
“Apakah
ada
ditinjau
perbedaan
dari
urutan
Perbedaan ini juga mempengaruhi
kelahiran dan jenis kelamin” untuk
perbedaan tingkat kemandirian antar
menjawab pertanyaan tersebut peneliti
anak dengan masing-masing urutan
mengajukan
kelahiran. Ada anggapan dimasyarakat
ditinjau dari urutan kelahiran dan Jenis
bahwa anak bungsu selalu dimanja
Kelamin”.
oleh
orang
menjadikannya
tuanya
sehingga
kurang
mandiri.
judul
“Kemandirian
Tujuan dalam penelitian ini
adalah mengetahui :
Sementara anak sulung cenderung
1. Perbedaan kemandirian ditinjau
lebih mandiri karena dianggap sebagai
dari urutan kelahiran dan jenis
panutan bagi adiknya.
kelamin.
Berdasarkan latar belakang di
2. Perbedaan kemandirian ditinjau
atas yang telah dikemukakan, bahwa
dari urutan kelahiran
kemandirian menjadi masalah dalam
4
3. Perbedaan kemandirian ditinjau
2. Reliabilitas : analisis varians yang
dari jenis kelamin
dikembangkan oleh Hoyt (Azwar,
2008)
3. Metode analisis data : analisis
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
statistik, analisis anava 2 jalur (two
pendekatan kuantitatif dengan variable
way anava )
bebas yaitu urutan kelahiran dan jenis
kelamin,
sedangkan
variable
HASIL DAN PEMBAHASAN
tergantung adalah kemandirian.
Hasil uji statistik menunjukkan
Subjek penelitian ini adalah
bahwa nilai rata-rata kemandirian
siswa-siswi SMA Boyolali, dengan
dengan urutan kelahiran dan jenis
karakteristik yaitu anak dengan urutan
kelamin F= 0,817, p= 0,367 (p>0,05).
kelahiran sulung atau bungsu dalam
Dari hasil tersebut dapat diketahui
keluarga. Subjek dalam penelitian ini
bahwa
berjumlah 169 orang.
signifikan kemandirian ditinjau dari
Untuk
memperoleh
data,
perbedaan
yang
urutan kelahiran dan jenis kelamin.
penelitian ini menggunakan skala
Hasil uji statistik menunjukkan
kemandirian.
bahwa nilai rata-rata kemandirian
Metode analisis data:
1. Validitas
tidak
:
korelasi
dengan
urutan
kelahiran
sulung
sebesar 75,70 sedangkan nilai rata-rata
product
moment dari Pearson (Hadi, 2000)
kemandirian dengan urutan kelahiran
bungsu sebesar 76,01. Dari nilai ratarata tersebut terlihat ada selisih nilai
5
rata-rata kemandirian ditinjau dari
bungsu secara keseluruhan berarti
urutan kelahiran 0,31. Hal ini berarti
tidak mendukung teori dan asumsi
bila
rata-rata
yang telah diajukan. Diharapkan teori
kemandirian antara remaja sulung dan
yang ada perlu ditinjau kembali. Tidak
remaja bungsu relatif sama. Apabila
terdapatnya perbedaan yang signifikan
dilihat dari two way anava
tersebut mungkin disebabkan masih
dilihat
dari
nilai
nilai F
sebesar 0,039 dan p= 0,844 dengan
ada
p>0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa
dipertimbangkan, seperti jarak usia
tidak ada perbedaan yang signifikan
antar anak. Jarak usia yang terlalu jauh
kemandirian
dapat mengurangi pengaruh urutan
ditinjau
dari
urutan
kelahiran.
faktor
kelahiran
Santrock
(2003)
juga
lain
terhadap
yang
perlu
perkembangan
kemandirian.
menyatakan bahwa urutan kelahiran
Hasil analisis data perbedaan
bukan merupakan satu-satunya faktor
kemandirian
yang mempengaruhi perkembangan
kelamin
kepribadian seorang remaja. Menurut
kemandirian laki-laki = 74,55 dan
Santrock, masih banyak faktor lain
kemandirian perempuan 76,45. Dari
yang
ditinjau
dari
memiliki
jenis
rata-rata
lebih
penting
dalam
nilai rata-rata tersebut dapat terlihat
memperkirakan
perilaku
seorang
ada selisih nilai rata-rata kemandirian
remaja, termasuk perilaku mandiri.
sebesar 1,9. Hal ini berarti bila dilihat
Tidak adanya perbedaan kemandirian
dari nilai rata-rata kemandirian, relatif
dilihat dari urutan kelahiran baik anak
sama kemandirian antara remaja laki-
pertama, anak tengah, maupun anak
laki
6
dengan
perempuan.
Apabila
dilihat dari two way anava
nilai
penelitian itu ternyata pria dan wanita
sebesar 2,595 dan p = 0,109 (p>0,05).
memiliki sifat tergantung yang tidak
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
berbeda.
perbedaan
Berdasarkan
yang
signifikan
hasil
analisis
dan
kemandirian antara laki-laki dengan
pembahasan maka kesimpulan yang
perempuan.
dapat penulis kemukakan adalah:
menunjukkan
1. Tidak ada perbedaan kemandirian
perbedaan kemandirian antara laki-
ditinjau dari urutan kelahiran dan
laki dan perempuan, dinyatakan dalam
jenis kelamin.
Penelitian
yang
2. Tidak
hasil penelitian Anindya (2008) bahwa
tidak
ada
perbedaan
signifikan
kemandirian
3. Tidak
Masrun dkk (2000) pada suku Jawa
tidak
ada
perbedaan
antara
yang
kemandirian
remaja sulung dan remaja bungsu,
ditinjau dari jenis kelamin. Penelitian
ternyata
ada
ada
signifikan
perbedaan
yang
antara
kemandirian
dengan
kemandirian
kemandirian yang signifikan antara
laki-laki
pria dengan wanita,
perempuan.
bahkan ada
perbedaan
kecenderungan wanita lebih mandiri.
Hasil penelitian serupa didapatkan
DAFTAR PUSTAKA
juga pada penelitian yang dilakukan
Azwar.
2008.
Validitas
dan
Reliabilitas.
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Bigner, J.J. 1979. Parent-child
retations: An introduction to
parenting.
New
York:
MacMillan Publishing Co. Inc.
Sugiyanto dan Murtini (1984). Yang
terakhir ini dilakukan juga di Jawa
dengan kekhususan pada nelayan di
daerah
pantai
utara.
Berdasarkan
7
Hadi. 2000. Statistik Psikologi. Jilid 2.
Yogyakarta:Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM.
Masrun, Martono Martaniah, S.M.
2000.
Studi
Mengenai
Kemandirian Pada Penduduk di
Tiga Suku (Jawa, Batak dan
Bugis). Laporan Penelitian.
Yogyakarta: Kantor Menteri
Negara dan Lingkungan Hidup
Fakultas Psikologi UGM.
Monks, F.J, Knoers, A.M.P. &
Haditono, S.R. 2006. Psikologi
perkembangan.
(terjemahan).
Yogyakarta:
Gadjah
Mada
University Press.
Santrock, J. W. 2003. Adolescence:
Perkembangan Remaja. Jakarta:
Erlangga. Alih Bahasa: Shinto
B. Adelar, Sherli Saragih.
steinberg, L. 2002. Adolescence. New
York: Mc Graw Hill
8