Persepsi Masyarakat Banjar Kedaton Kelod Desa Kesiman Petilan Denpasar Timur mengenai Kinerja Juru Pemantau Jentik Tahun 2016.
PERSEPS DESA KESIMAN PE
PROG
UNIVERSTAS UDAYANA
PSI MASYARAKAT BANJAR KEDATON K PETILAN DENPASAR TIMUR MENGENAI
PEMANTAU JENTIK TAHUN 2016
I G.A. NIDIA SARI
GRAM STUDI KESEHATAN MASYARAK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA 2016
KELOD
AI KINERJA JURU
(2)
PERSEPS DESA KESIMAN PE
PROG
UNIVERSTAS UDAYANA
PSI MASYARAKAT BANJAR KEDATON K PETILAN DENPASAR TIMUR MENGENAI
PEMANTAU JENTIK TAHUN 2016
I G.A. NIDIA SARI 1220025006
GRAM STUDI KESEHATAN MASYARAK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA 2016
KELOD
AI KINERJA JURU
(3)
PERSEPS DESA KESIMAN PE
S
PROG
UNIVERSTAS UDAYANA
PSI MASYARAKAT BANJAR KEDATON K PETILAN DENPASAR TIMUR MENGENAI
PEMANTAU JENTIK TAHUN 2016
Skripsi ini diajukan sebagai
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
I G.A. NIDIA SARI 1220025006
GRAM STUDI KESEHATAN MASYARAK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA 2016
KELOD
AI KINERJA JURU
T
(4)
Skripsi
PERNYATAAN PERSETUJUAN
psi ini telah dipresentasikan dan diujikan dihada Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar, 18 Juli 2016
Tim Penguji Skripsi
Ketua (Penguji I)
Putu Ayu Indrayathi, S.E. M.PH. NIP. 19770331 200501 2 001
Anggota (Penguji II)
Rina Listyowati, S.SiT, M.Kes. NIP.19710529 200812 2 001
(5)
Skripsi ini tela
PERNYATAAN PERSETUJUAN
elah disetujui dan diperiksa dihadapan Tim Peng Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar, 18 Juli 2016
Pembimbing,
dr. Pande Putu Januraga, M.Kes. Dr.PH NIP. 19790110 200312 1 001
(6)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikanproposal penelitian yang berjudul “Persepsi Masyarakat Banjar Kedaton Kelod Desa Kesiman Petilan Denpasar Timur Mengenai Kinerja Juru Pemantau Jentik Tahun 2016”dengan tepat waktu. Dalam pembuatan dan penyusunan proposal ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sehingga proposal ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH., Ph.D., selaku Ketua PSKM FK Unud atas segenap bantuan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan baik.
2. Putu Ayu Indrayathi, S.E. M.PH. sebagaiKetua Bagian Administrasi dan Kebijakan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
3. dr. Pande Putu Januraga, M.Kes. Dr.PH sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan saran-sarannya dalam pembuatan dan penyelesaian laporan ini.
4. Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, atas ijin yang diberikan dalam memperoleh data kesehatan di wilayahnya.
5. Kepala Desa Kesiman Petilan, atas ijin yang diberikan dalam memperoleh data kependudukan di wilayahnya.
6. Kepala Dusun Banjar Kedaton Kelod, Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur atas ijin yang diberikan dalam memperoleh data kependudukan di wilayahnya.
7. Seluruh staf Tata Usaha dan dosen PS IKM FK UNUD atas bantuan dan bimbingannya kepada penulis dalam mempersiapkan skripsi, dan penyelesaian skripsi.
(7)
8. Keluarga , teman – teman penulis di PS IKM FK UNUD yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan dukungannya dalam membuat dan menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna dapat menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat diterima sehingga penelitian terkait dapat dilaksanakan dan bermanfaat di berbagai kalangan.
.
Denpasar, Juni 2015 Penulis,
(8)
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
Skripsi, Juli 2016
Persepsi Masyarakat Banjar Kedaton Kelod
Desa Kesiman Petilan Denpasar Timur mengenai
Kinerja Juru Pemantau Jentik Tahun 2016
ABSTRAK
Berdasarkan data dari Puskesmas II Denpasar Timur, Banjar Kedaton Kelod memiliki persentase ABJ terendah (96,33%).Rendahnya ABJ di Banjar Kedaton Kelod mengindikasikan bahwa kinerja jumantik dalam pelaksanaan PSN masih belum maksimal.Kinerja jumantik merupakan masalah yang sangat penting untuk dikaji dalam rangka menunjang pelaksanaan PSN. Persepsi masyarakat mengenai kinerja jumantik yang baik akan berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat terhadap jumantik. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai kinerja jumantik dan untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi mengenai kinerja jumantik berdasarkan karakteristik responden (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan) dan pengetahuan.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan desain cross sectional yang bersifat analitik kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Sampel pada penelitian ini berjumlah 100 KK.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat sebanyak 65% responden mempersepsikan kinerja jumantik baik dan sebanyak 35% responden mempersepsikan kinerja jumantik kurang baik. Terdapatperbedaan yang bermakna terkait persepsi masyarakat mengenai kinerja jumantik berdasarkan pengetahuan dan pendapatan.
Dapat disimpulkan, lebih banyak responden mempersepsikan kinerja jumantik baik dan tidak ada perbedaan persepsi mengenai kinerja jumantik berdasarkan karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan). Saran yang dapat diberikan yaitu jumantik diharapkan melaksanakan tugas survei keberadaan jentik secara rutin.
(9)
SCHOOL OF PUBLIC HEALTH
MEDICAL FACULTY
UDAYANA UNIVERSITY
ADMINISTRATION AND HEALTH POLICY
Skripsi, July 2016
Public Perception Banjar Kedaton Kelod
Kesiman Village East Denpasar About
The Performance Of Larva MonitorsIn 2016
ABSTRACT
Based on data from the health center II East Denpasar, Banjar Kedaton Kelod ABJ has the lowest percentage (96.33%). The low ABJ in Banjar Kedaton Kelod indicates that the jumantik performance in the implementation of PSN is still not optimal. Jumantik performance is a very important issue to be studied in order to support the implementation of PSN. Community perceptions of jumantik good performance will affect the public confidence in the jumantik. This study aims to determine the public perception about the performance jumantik and to find out if there are different perceptions about the performance jumantik based on the characteristics of respondents (age, gender, education level, employment status, income) and knowledge.
This study is an observational study using cross sectional design that is both analytical and quantitative approach. The sampling technique used is simple random sampling. Samples in this study are 100 households.
The results showed that the perception of the community as much as 65% of respondents perceive jumantik good performance and as much as 35% of respondents perceive jumantik poor performance. There are significant differences related to people's perceptions of the performance jumantik based knowledge and income.
It can be concluded, more respondents perceive jumantik performance was good and there was no difference in the perception of the performance jumantik based on the characteristics of respondents (age, gender, education, employment). Advice can be given that jumantik expected to carry out tasks routinely surveys the presence of mosquito larvae.
(10)
DAFTAR ISI
halaman HALAMAN JUDUL
HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI
HALAMAN PERSETUJUAN... i
KATA PENGANTAR ...iii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
DAFTAR SINGKATAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Pertanyaan Penelitian... 5
1.4. Tujuan Penelitian ... 6
1.4.1. Tujuan umum ... 6
1.4.2. Tujuan khusus ... 6
1.5. Manfaat Penelitian ... 6
1.5.1. Manfaat Teoretis ... 6
1.5.2. Manfaat Praktis ... 7
1.6. Ruang Lingkup Penelitian... 7
BAB IITINJAUAN PUSTAKA... 8
(11)
2.1.2. Jenis Persepsi ... 9
2.1.3. Teori-Teori Persepsi... 9
2.1.4. Persepsi Masyarakat Mengenai Kinerja Jumantik ... 11
2.2. Kinerja... 16
2.2.1. Penilaian Kinerja ... 18
2.2.2. Pengukuran Kinerja... 21
2.3. Jumantik... 21
2.3.1. Pengertian Jumantik ... 21
2.3.2. Tugas dan Tanggung Jawab Jumantik ... 22
2.3.3. Tata Kerja Jumantik ... 22
2.4. Penelitian Terdahulu ... 25
BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 29
3.1. Kerangka Konsep... 29
3.2. Hipotesis ... 30
3.3. Variabel dan Definisi Operasional... 30
BAB IVMETODE PENELITIAN ... 33
4.1. Desain Penelitian ... 33
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian... 33
4.3. Populasi dan Sampel ... 33
4.3.1. Populasi ... 33
4.3.2. Sampel... 34
4.3.3. Responden ... 34
4.4. Perhitungan Besar Sampel ... 35
4.5. Teknik Sampling... 36
4.6. Metode Pengumpulan Data... 36
4.7. Pengolahan Data ... 38
(12)
BAB VHASIL PENELITIAN ... 40
5.1. Gambaran Tempat Penelitian... 40
5.2. Gambaran Karakteristik Responden ... 41
5.3. Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Jumantik ... 42
5.4. Gambaran Persepsi Responden Mengenai Kinerja Jumantik ... 44
5.5. Analisis Perbedaan Persepsi Masyarakat Mengenai Kinerja Jumantik Berdasarkan Karakteristik Responden ... 45
BAB VIPEMBAHASAN... 49
6.1. Pengetahuan Responden tentang Jumantik ... 49
6.2. Persepsi Responden mengenai Kinerja Jumantik ... 50
6.3. Perbedaan Persepsi Masyarakat Mengenai Kinerja Jumantik Berdasarkan Pengetahuan ... 52
6.4. Perbedaan Persepsi Masyarakat Mengenai Kinerja Jumantik Berdasarkan Umur ... 53
6.5. Perbedaan Persepsi Masyarakat Mengenai Kinerja Jumantik Berdasarkan Jenis Kelamin... 54
6.6. Perbedaan Persepsi Masyarakat Mengenai Kinerja Jumantik Berdasarkan Pendidikan... 55
6.7. Perbedaan Persepsi Masyarakat Mengenai Kinerja Jumantik Berdasarkan Status Pekerjaan ... 56
6.8. Perbedaan Persepsi Masyarakat Mengenai Kinerja Jumantik Berdasarkan Pendapatan ... 57
6.9. Keterbatasan Penelitian... 59
BAB VIIPENUTUP ... 60
7.1. Simpulan ... 60
7.2. Saran ... 60
(13)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1Kriteria Tingkat Kinerja... 20
Tabel 3.1Definisi Operasional ... 32
Tabel 5.1 Karakteristik Responden ... 43
Tabel 5.2 Pengetahuan Responden tentang Jumantik ... 44
Tabel 5.3 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Jumantik ... 45
Tabel 5.4 Persepsi Responden mengenai Kinerja Jumantik ... 46
Tabel 5.5 Distribusi Persepsi Responden mengenai Kinerja Jumantik... 47
Tabel 5.6 Perbedaan Persepsi Masyarakat mengenai Kinerja Jumantik berdasarkan Karakteristik Responden... 48
Tabel 5.7 Perbedaan Persepsi Masyarakat mengenai Kinerja Jumantik berdasarkan Pengetahuan ... 50
Tabel 6.1 Gambaran Status Pekerjaan Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 59
(14)
DAFTAR GAMBAR
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Ethical Clearance
Lampirna 2 Surat Rekomendari Penelitian Kesbangpol Provinsi Bali Lampiran 3 Surat Rekomendari Penelitian Kesbangpol Kota Denpasar Lampiran 4 Jadwal Penelitian
Lampiran 5 Kuesioner Penelitian Lampiran 6 Dokumentasi
(16)
DAFTAR SINGKATAN
Jumantik : Juru Pemantau Jentik ABJ : Angka Bebas Jentik
DBD : Demam BerdarahDengue
(17)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena jumlah penderita penyakit DBD cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan penyebarannya semakin luas. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia, 2014 dinyatakan bahwa jumlah penderita DBD yang dilaporkan pada tahun 2014 sebanyak 100.347 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 907 orang (IR/angka kesakitan = 39,8 per 100.000 penduduk dan CFR/angka kematian = 0,9%). Dibandingkan dengan tahun 2013 dilaporkan sebanyak 112.511 kasus serta IR 45,85 terjadi penurunan kasus pada tahun 2014.
Bali merupakan provinsi dengan angka kesakitan DBD tertinggi pada tahun 2014 yaitu sebesar 204,22 per 100.000 penduduk. Banyak faktor yang turut berperan terhadap peningkatan kasus DBD dan Kejadian Luar Biasa yang sulit atau tidak dapat dikendalikan seperti kepadatan penduduk yang terus meningkat, sejalan dengan pembangunan kawasan pemukiman, urbanisasi yang tidak terkendali, lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar terhadap kebersihan lingkungan serta perubahan iklim. Demikian pula dengan Kota Denpasar yang merupakan ibu kota Provinsi Bali dengan jumlah kepadatan penduduk dan tingkat mobilitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap tingginya kasus DBD dan menjadikan Kota Denpasar daerah endemis DBD. Tingginya kasus DBD di Kota Denpasar telah menimbulkan keresahan di masyarakat. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2015 jumlah kasus DBD di kota
(18)
Denpasar sebanyak 1.500 kasus. Untuk melihat kinerja jumantik, dapat dilihat dari Angka Bebas Jentik (ABJ). Angka Bebas Jentik (ABJ) merupakan indikator yang digunakan untuk upaya pengendalian penyakit DBD. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2015, Kecamatan Denpasar Timur memiliki presentase ABJ terendah yaitu sebesar 91,01%, sedangkan persentase ABJ tertinggi di Kecamatan Denpasar Selatan sebesar 95,14%. Puskesmas I Denpasar Timur ABJ memiliki persentase ABJ yaitu sebesar 91,36% dengan kasus DBD sebanyak 143 dan Puskesmas II Denpasar Timur memiliki persentase ABJ yaitu sebesar 87,65% dengan kasus DBD sebanyak 119. Desa Kesiman Petilan memiliki persentase ABJ terendah yaitu sebesar 73,33%. Desa Kesiman Petilan memiliki 11 banjar dan 9 banjar dinas. Banjar di Desa Kesiman Petilan diantaranya banjar Bukit Buwung , Kuningan, Abian Nangka Kelod, Abian Nangka Kaja, Meranggi, Dukuh, Saraswati, Kehen, Batan Buah, Kedaton, dan Kedaton Kelod. Terdapat 2 banjar yang tergabung menjadi satu banjar dinas, yaitu banjar Kuningan menjadi satu dengan banjar Bukit Buwung, dan banjar Saraswati menjadi satu dengan banjar Dukuh. Berdasarkan data dari Puskesmas II Denpasar Timur, banjar yang memiliki persentase ABJ terendah yaitu Banjar Kedaton Kelod sebesar 96,33%. Sedangkan Banjar Kuningan memiliki persentase ABJ tertinggi yaitu sebesar 99,69%.
DBD mendapat perhatian serius dari seluruh kalangan masyarakat. Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah, salah satunya dengan cara memberdayakan jumantik. Jumantik merupakan warga masyarakat setempat yang dilatih untuk memeriksa keberadaan jentik di tempat-tempat penampungan air. Jumantik merupakan salah satu bentuk gerakan atau partisipasi aktif dari masyarakat dalam menanggulangi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang sampai saat
(19)
3
Jumantik berfungsi untuk memantau keberadaan dan menghambat perkembangan awal vektor penular DBD, oleh karena itu peran jumantik sangat penting dalam sistem kewaspadaan dini dan mewabahnya DBD (Pratamawati, 2012). Dengan adanya jumantik yang aktif diharapkan dapat menurunkan angka kasus DBD dapat memutus mata rantai nyamuk Aedes Aegypty.sp serta menyadarkan masyarakat akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat melalui kegiatan pemeriksaan jentik yang berulang-ulang, pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), serta penyuluhan kepada masyarakat.
Kinerja jumantik merupakan masalah yang sangat penting untuk dikaji dalam rangka menunjang pelaksanaan PSN. Rendahnya ABJ di Banjar Kedaton Kelod mengindikasikan bahwa kinerja jumantik dalam pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk masih belum maksimal. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian di daerah Jakarta Utara bahwa presentase ABJ yang rendah disebabkan oleh jumantik yang kinerjanya kurang baik. Salah satu indikatornya adalah jumantik kurang teliti dalam melakukan survei. Jumantik mungkin hanya memeriksa tempat penampungan air yang besar seperti bak mandi, ember, dan drum, sedangkan wadah yang kecil misalnya vas bunga, penampungan air di belakang kulkas, penampungan tetesan air conditioner (AC), dan penampungan tetesan dispenser tidak diperiksa. Tempat penampungan air di luar rumah seperti talang air, tangki air, botol bekas, kaleng, wadah plastik, dan sebagainya terkadang juga tidak diperiksa. Hal tersebut mengakibatkan lepasnya jentik Aedes aegypti dari pemeriksaan. Secara umum, peran jumantik dinilai cukup berhasil dalam pencegahan DBD. Pengalaman di lapangan dalam melakukanevaluasi kinerja jumantik biasanya mereka tidak memberikan informasi yang cukup kepada masyarakat mengenai DBD dan pencegahannya. Motivasi kepada masyarakat juga jarang diberikan padahal, ini penting sekali untuk
(20)
selalu diberikan dan diingatkan kepada masyarakat tentang pencegahan DBD (Pratamawati, 2012). Dalam menjalankan tugasnya memantau jentik ke rumah-rumah tentunya jumantik dihadapkan dengan berbagai situasi dan permasalahannya di lapangan seperti sebagian pemilik rumah tidak mengijinkan rumahnya disurvei. Ada pula rumah atau bangunan yang dikunci karena tidak dihuni atau penghuninya sedang pergi sehingga terlewat dari pemeriksaan (Pratamawati, 2012).
Pandangan atau pendapat masyarakat yang positif mengenai kinerja jumantik perlu untuk diketahui karena dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi terhadap kebijakan-kebijakan instansi terutama yang berkaitan dengan upaya meningkatkan kinerja jumantik. Feldman (1985) dalam Ramadhan (2009) menyatakan bahwa informasi yang pertama kali diperoleh sangat mempengaruhi pembentukan persepsi. Oleh karena itu, pengalaman pertama yang tidak menyenangkan akan sangat mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang. Tetapi karena stimulus yang dihadapi oleh manusia senantiasa berubah, maka persepsi pun dapat berubah-ubah sesuai dengan stimulus yang diterima. Jika masyarakat mendapatkan pengalaman yang tidak menyenangkan mengenai kinerja jumantik maka akan sangat mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai kinerja jumantik menjadi kurang baik. Begitu pula sebaliknya, jika masyarakat mendapat pengalaman yang menyenangkan dan puas mengenai kinerja jumantik maka akan sangat mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai kinerja jumantik menjadi baik.
Persepsi masyarakat mengenai kinerja jumantik yang baik akan berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat terhadap jumantik. Hal ini dapat mempengaruhi pada perilaku masyarakat akan pentingnya melakukan pencegahan DBD dengan cara PSN 3M Plus setelah diberikan motivasi dan penyuluhan oleh jumantik. Setiap orang
(21)
5
mengenai kinerja jumantik mengatakan kinerja jumantik baik, maka hal tersebut akan menciptakan citra jumantik yang baik dimata masyarakat. Jika persepsi masyarakat Banjar Kedaton Kelod mengenai kinerja jumantik mengatakan kinerja jumantik kurang baik, maka hal itu menunjukkan kinerja yang dilakukan jumantik selama ini masih kurang optimal dan perlu ditingkatkan. Dengan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti persepsi masyarakat mengenai kinerja jumantik.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2015 persentase ABJ terendah ada di Desa Kesiman Petilan wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Timur yaitu sebesar 73,33%. Berdasarkan data dari Puskesmas II Denpasar Timur, banjar yang memiliki persentase ABJ terendah yaitu Banjar Kedaton Kelod sebesar 96,33%. Rendahnya ABJ di Banjar Kedaton Kelod, Desa Kesiman Petilan mengindikasikan bahwa kinerja jumantik dalam pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk masih belum maksimal. Salah satu indikator kinerja jumantik yang kurang baik adalah jumantik kurang teliti dalam melakukan survei. Berdasarkan hal tersebut, sehingga diperlukan adanya sebuah penelitian untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai kinerja jumantik.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah persepsi masyarakat Banjar Kedaton Kelod Desa Kesiman Petilan Denpasar Timur mengenai kinerja jumantik dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk?
(22)
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat Banjar Kedaton Kelod Desa Kesiman Petilan Denpasar Timur mengenai kinerja jumantik.
1.4.2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui persepsi masyarakat Banjar Kedaton Kelod Desa Kesiman Petilan Denpasar Timur mengenai kinerja jumantik.
b. Untuk mengetahui perbedaan persepsi masyarakat mengenai kinerja jumantik berdasarkan karakteristik responden (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan pendapatan perkapita) dan pengetahuan responden tentang jumantik.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi ilmiah yang menyangkut dibidang kesehatan masyarakat mengenai kinerja jumantik berdasarkan persepsi masyarakat Banjar Kedaton Kelod Desa Kesiman Petilan Denpasar Timur.
(23)
7
1.5.2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan evaluasi terhadap kebijakan-kebijakan instansi terutama yang berkaitan dengan upaya meningkatkan kinerja jumantik.
b. Menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya dalam bidang sumber daya manusia dan perilaku organisasi mengenai kinerja jumantik.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian untuk mengetahui persepsi masyarakat Banjar Kedaton Kelod Desa Kesiman Petilan Kecamatan Denpasar Timur mengenai
(24)
2.1. Persepsi
2.1.1. Pengertian Persepsi
Menurut Wenburg dan Wilmot mendefinisikan persepsi sebagai cara organisme memberi makna (Riswandi, 2009). Persepsi merupakan istilah yang umumnya dikenal oleh masyarakat, persepsi dapat diartikan sebagai penafsiran terhadap suatu hal. Notoatmodjo, 2010 mengemukakan bahwa persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diamil. Persepsi adalah satu proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Feldman (1985) dalam Ramadhan (2009) menyatakan bahwa informasi yang pertama kali diperoleh sangat mempengaruhi pembentukan persepsi. Oleh karena itu, pengalaman pertama yang tidak menyenangkan akan sangat mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang. Tetapi karena stimulus yang dihadapi oleh manusia senantiasa berubah, maka persepsi pun dapat berubah-ubah sesuai dengan stimulus yang diterima.
Dari beberapa pendapan para ahli mengenai persepsi diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses dari kegiatan individu dalam menafsirkan suatu objek karena adanya stimulus yang diterima dan dimulai dari indera penglihatan hingga terbentuk tanggapan.
(25)
9
2.1.2. Jenis Persepsi
Terdapat dua jenis persepsi menurut Riswandi (2009), yaitu persepsi lingkungan fisik dan persepsi sosial atau persepsi terhadap manusia. Persepsi lingkungan fisik berbeda dengan persepsi sosial. Adapun perbedaan jenis persepsi yaitu sebagai berikut :
a. Persepsi lingkungan fisik yaitu suatu kegiatan dalam menafsirkan stimulus berupa lambang-lambang yang bersifat fisik baik terhadap suatu objek. Persepsi terhadap objek terjadi dengan menanggapi sifat-sifat luar objek. Objek bersifat statis, sehingga ketika seseorang mempersepsikan suatu objek, objek tersebut tidak memberi tanggapan.
b. Persepsi sosial merupakan persepsi terhadap orang melalui lambang-lanbang verbal dan non-verbal. Persepsi sosial yaitu menanggapi sifat-sifat luar dan dalam yang meliputi perasaan, motif, harapan, keyakinan dan lain sebagainya. Persepsi terhadap manusia bersifat interaktif, dimana ketika sesorang mempersepsikan orang lain terhadap kemungkinan timbul reaksi dari orang yang dipersepsikan.
Berdasarkan jenis persepsi, maka persepsi masyarakat mengenai kinerja jumantik tergolong dalam persepsi sosial. Hal tersebut dikarenakan persepsi ini ditujukan kepada orang atau individu lainnya.
2.1.3. Teori-Teori Persepsi
1. Menurut Muchlas (2005) dalam Arifin (2011), faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu usia dan jenis kelamin.
2. Menurut Potter dan Perry (2001) dalam Nurhidayat (2012) faktor interpersonal merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi. Faktor interpersonal meliputi tingkat pendidikan, tingkat
(26)
pengembangan, latar belakang sosio-kultural, faktor emosi, gender, status kesehatan fisik, nilai dan kepercayaan serta peran.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang menurut Kozier (2004) dalam Nurhidayat (2012) adalah:
a. Variabel demografis meliputi usia, jenis kelamin, ras dan suku bangsa
b. Variabel sosio-psikologi yaitu faktor sosia dan emosional. Tekanan sosial, merupakan pengaruh dari teman kelompok dapat mempengaruhi seseorang dalam mempersepsikan mengenai suatu hal
c. Variabel struktural meliputi pengetahuan
d. Cues of action, dapat berupa isyarat internal atau eksternal
misalnya perasaan lemah, gejala yang tidak menyenangkan atau anggapan seseorang terhadap kondisi orang terdekat yang menderita suatu penyakit
4. Menurut Robbins (1998) dalam Arifin (2011), faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu
a. Orang yang melakukan persepsi.
- Sikap individu yang bersangkutan terhadap objek persepsi - Motivasi atau keinginan yang belum terpenuhi yang ada
didalam diri seseorang akan berpengaruh terhadap persepsi - Interest atau keterkaritan, faktor perhatian individu
(27)
11
- Harapan, seseorang akan mempersepsikan suatu objek atau kejadian sesuai dengan apa yang diharapkan pada orang tersebut.
- Pengalaman
b. Target atau objek persepsi
c. Faktor keadaan atau situasi lingkungan 1. Konteks sosial
2. Konteks pekerjaan, persepsi seseorang terhadap suatu peristiwa dalam lingkup pekerjaan
3. Waktu saat objek dipersepsikan
2.1.4. Persepsi Masyarakat Mengenai Kinerja Jumantik
Persepsi masyarakat mengenai kinerja jumantik merupakan penilaian subjektif dari hasil yang diperolehnya.
Perbedaan Persepsi berdasarkan Karakteristik Responden a. Umur
Menurut Kozier (2004) dalam Nurhidayat (2012), umur merupakan faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Seseorang melihat sebuah target dan mencoba untuk memberikan interpretasi persepsi dari objek yang dilihatnya dengan berbeda-beda. Karakteristik individu seperti usia dapat mempengaruhi interpretasi persepsi seseorang, sehingga setiap orang yang usianya berbeda mempunyai persepsi yang berbeda terhadap suatu objek atau stimulus. Umur merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan persepsi seseorang. Umur dapat mempengaruhi daya tangkap seseorang dan pola pikir seseorang.
(28)
Semakin bertambah usia seseorang maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Belum ada penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan usia seseorang yaitu seseorang dengan usia tua maupun muda dalam mempersepsikan kinerja jumantik. Namun pada penelitian Pratiwi (2011) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara persepsi child abuse berdasarkan umur orang tua di Dusun Mantaran Trimulyo Sleman Yogyakarta.
b. Jenis Kelamin
Menurut Muchlas (2005) dalam Arifin (2011), mengatakan bahwa karakteristik individu seseorang seperti jenis kelamin dapat mempengaruhi seseorang dalam memberikan interpretasi persepsi pada suatu objek atau stimulus yang dilihatnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin laki-laki dalam mempersepsikan tentang sesuatu objek atau stimulus berbeda dengan perempuan. Perbedaan jenis kelamin cenderung membentuk persepsi yang berbeda sehingga mempengaruhi sikap yang berbeda pula antara laki-laki dengan perempuan dalam menilai kinerja jumantik.Namun pengaruh dari perbedaan jenis kelamin mengenai persepsi masyarakat mengenai kinerja jumantik dapat dikatakan tidak pasti. Hasil penelitian Faranita (2006) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi pria dan wanita tentang kinerja auditor.
c. Tingkat Pendidikan
(29)
13
kinerja. Tingkat pendidikan yang baik dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat dalam memahami suatu informasi tentang jumantiik. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang untuk menerima informasi. Menurut Potter dan Perry (2001) dalam Nurhidayat (2012) faktor interpersonal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi persepsi. Faktor interpersonal meliputi tingkat pendidikan, tingkat pengembangan, latar belakang sosio-kultural, faktor emosi, gender, status kesehatan fisik, nilai dan kepercayaan serta peran.
Seseorang yang berpendidikan tinggi dianggap memiliki pengetahuan yang tinggi. Berdasarkan Ari Kunto, kategori tingkat pendidikan tinggi apabila tingkat pendidikan terakhir responden yaitu SMA dan Perguruan Tinggi. Sedangkat kategori tingkat pendidikan rendah apabila tingkat pendidikan terakhir responden yaitu tidak sekolah, SD, SMP.Belum ada penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pendidikan seseorang yaitu seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi maupun rendah dalam mempersepsikan kinerja jumantik. Namun pada penelitian Pratiwi (2011) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara persepsi child abuse berdasarkan pendidikan orang tua di Dusun Mantaran Trimulyo Sleman Yogyakarta.
d. Pengetahuan
Notoatmojo (2003) dalam Ummuhani (2014) mengatakan bahwa pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
(30)
seseorang melakukan penginderaan tehadap suatu objek tertentu. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, pengalaman dan usia. Kurniawan (2008) dalam Rini (2010) menyatakan bahwa pendidikan mempunyai peranan penting dalam pembentukan kecerdasan manusia maupun perubahan tingkah lakunya. Tingkat pendidikan yang baik dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat dalam memahami suatu informasi tentang jumantik. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang untuk menerima informasi. Namun, seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mempunyai pengetahuan yang rendah.
Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya. Persepsi juga bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara yang berbeda-beda dengan menggunakan alat indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk menafsirkannya.
Menurut Robbins (1998) dalam Arifin (2011), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang yaitu pengalaman dan pengetahuan. Setiap orang memiliki pengetahuan terhadap suatu hal yang berbeda-beda, termasuk dengan pengetahuan seseorang mengenai jumantik. Pengetahuan seseorang mengetahui segala sesuatu mengenai jumantik, tugas dan tanggung jawab jumantik tentu berbeda. Sebagian
(31)
15
beberapa orang juga tidak mengetahui jumantik, tugas dan tanggung jawab dari jumantik.
e. Status Pekerjaan
Menurut Kozier (2004) dalam Nurhidayat (2012), pengetahuan merupakan salah saatu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang.Faktor pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, karena sebagian responden memiliki status pekerjaan sebagai buruh, petani, dan ibu rumah tangga atau tidak bekerja sehingga masih kurang dalam mendapatkan informasi mengenai jumantik sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi persepsi responden mengenai kinerja jumantik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Robbins (1998) dalam Arifin (2011) bahwa faktor keadaan dan kondisi lingkungan seperti pekerjaan merupakan salah satufaktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Persepsi setiap orang berbeda-beda dikarenakan adanya perbedaan dari pengalaman serta lingkungan sekitar orang tersebut tinggal. Mubarak (2007) dalam Pratiwi (2011) bahwa lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Belum ada penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan status pekerjaan seseorang dalam mempersepsikan kinerja jumantik. Namun pada penelitian Pratiwi (2011) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara persepsi child abuse berdasarkan pekerjaan orang tua di Dusun Mantaran Trimulyo Sleman Yogyakarta.
(32)
f. Pendapatan Perkapita Keluarga
Belum ada penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pendapatan perkapita keluarga antara seseorang dengan pendapatan tinggi dan rendah dalam mempersepsikan kinerja jumantik. Budi (2007) bahwa penghasilan memiliki hubungan signifikan (bermakna) dengan persepsi nilai anak.
2.2. Kinerja
Kata kinerja secara entimologis adalah kata yang berasal dari kata dasar “kerja” dan terjemahan dari prestasi kerja (performance). Kinerja adalah pencapaian/prestasi seseorang berkenaan dengan tugas – tugas yang dibebankan kepadanya (Marwansyah, 2010 dalam Sandhy, 2014).
Kinerja adalah hasil atau tingkatan keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkann dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama (Rivai, 2005 dalam Komara, 2012).
Kinerja (Job performance) sering diartikan oleh para cendekiawan sebagai penampilan kerja prestasi kerja. Kinerja merupakan kombinasi antara kemampuan dan usaha, untuk menghasilkan apa yang dikerjakan menghasilkan kerja yang baik seseorang harus memiliki kemampuan, kemauan, usaha serta kegiatan yang dilaksanakan tidak mengalami hambatan yang berat dalam lingkungannya. Kemauan dan usaha dapat menghasilkan motivasi, kemudian setelah ada motivasi dapat menimbulkan kegiatan (Berry, 1993 dalam Zubaedah, 2007). Kinerja adalah hasil
(33)
17
pekerjaan dalam suatu organisasi (Gomez, 1995 dalam Zubaedah, 2007). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan suatu fungsi pekerjaan dalam suatu periode waktu tertentu. Dengan demikian indikator pengukuran kinerja dapat dikembangkan dari hasil yang dicapai (kinerja hasil) dan proses dalam mencapai hasil (kinerja proses).
Adapun faktor yang memperngaruhi kinerja, yaitu kemampuan, keinginan dan lingkungan (Mangkuprawira, 2007 dalam Komara, 2012). Berdasarkan teori Gibson dalam Notoatmodjo, 2007 bahwa perilaku dan kinerja individu dipengaruhi oleh sejumlah variabel. Terdapat tiga kelompok yang mempengaruhi kinerja dan perilaku yaitu variabel individu (kemampuan, keterampilan, latar belakang dan demografis), variabel psikologi (persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi) dan variabel organisasi (sumber daya, kepemimpinan, imbalan struktur dan desain pekerjaan). Subvariabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Subvariabel demografis terdiri dari umur, etnis dan jenis kelamin mempunyai hubungan langsung dengan perilaku dan kinerja. Subvariabel latar belakang terdiri dari keluarga, tingkat sosial dan pengalaman.
Menurut Hall TL dan Meija, 1987 seperti yang ditulis oleh Komara, 2012 menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja adalah :
a. Faktor internal yang terbagi menjadi dua yaitu karakteristik individu (umur, pendapatan, status perkawinan, pengalaman kerja dan masa kerja) dan sikap terhadap tugas (persepsi, pengetahuan motivasi, tanggung jawab dan kebutuhan terhadap imbalan)
(34)
b. Faktor eksternal yang meliputi sosial ekonomi, demografi, geografi (lingkungan kerja), aseptabilitas, aksesbilitas, beban kerja dan organisasi (pembinaan, pengawasan, koordinasi dan fasilitas).
2.2.1. Penilaian Kinerja
Penilaian kerja merupakan evaluasi terhadap penampilan kerja personil dengan membandingkan dengan standar baku penampilan. Penilaian kinerja juga merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja personil dan usaha untuk memperbaiki unjuk kerja personil dalam organisasi. sehingga penilaian kinerja juga merupakan proses menilai hasil personil dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja (Syarifudin, 2004 dalam Zubaedah, 2007).
1. Penilaian kinerja mencakup faktor-faktor antara lain :
a. Pengamatan, yang merupakan proses menilai dan menilik perilaku yang ditentukan oleh sistem pekerjaan
b. Ukuran, yang dipakai untuk mengukur prestasi kerja pegawai dibanding dengan uraian pekerjaan yang telah ditetapkan
c. Pengembangan, yang bertujuan untuk memotivasi pegawai mengatasi kekurangan dan mendorong pegawai untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki
2. Tujuan penilaian kinerja antara lain :
a. Penilaian kemampuan personil,merupakan tujuan mendasar dalam rangka penilaian personel secara individual, yang dapat digunakan
(35)
19
b. Pengembangan personil, sebagai informasi untuk pengambilan keputusan untuk pengembangan personil seperti promosi, mutasi, kompensasi
c. Memperbaiki kualitas pelaksanaan pekerjaan
d. Sebagai bahan perencanaan sumber daya manusia organisasi di masa depan memperoleh umpan balik prestasi kerja personil.
3. Metode Penilaian Kinerja
Berdasarkan metoda dan teknik yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian kerja (Singer, 1990 dalam Zubaedah, 2007).
a. Teknik skala penghargaan grafik(rating scale), merupakan tehnik yang paling sederhana dan populer. Skala ini mencantumkan sejumlah faktor kualitas dan kuantitas juga jajaran prestasi dari yang tidak memuaskan sampai pada prestasi yang luar biasa bagi tiap faktor.
b. Metode penjejangan berselang-seling (rank order), diterapkan dengan cara mendaftar semua karyawan yang akan dinilai dan dicoret mereka yang tidak cukup diketahui dengan baik untuk diperingatkan, setelah itu mengidentifikasi karyawan yang berprestasi paling tinggi dan paling rendah berdasarkan faktor yang telah diukur.
c. Metode perbandingan berpasangan (paired comparation), dimana setiap karyawan dibandingkan dalam setiap faktor kualitas dankuantitas pekerjaan.
d. Metode insiden kritis (critical incident), dengan metode ini para penyelia menyimpan catatan bawahan, setiap 6 bulan atau lebih, kemudian penyelia dan bawahan dengan menggunakan insiden khusus sebagai contoh.
(36)
e. Skala pengharkatan perilaku (weight checklist), skala ini dikaitkan dengan perilaku yang bertujuan untuk mengkombinasikan manfaat yang diperoleh dan insiden krisis naratif dan pengharkatan kuantitatif dengan mengaitkan suatu skala kualitatif terhadap contoh-contoh spesifik, naratif yang baik dan buruk.
f. Metode gabungan, pada umumnya perusahaan menerapkan beberapa metode sekaligus dalam pembuatan penilaian terhadap prestasi kerja, ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa metode yang satu akan menutupi kekurangan metode yang lain.
g. Manajemen Berdasarkan Sasaran (MBS), hasil riset pada departemen pemeriksaan internal, menyarankan bahwa manajemen berdasarkan sasaran yang dikombinasikan dengan beberapa bentuk checklist penilaian adalah merupakan metode penilaian yang sering digunakan.
4. Kriteria Tingkat Kinerja
Kriteria Tingkat kinerja tergantung pada sudut pandang mana pengkajian tersebut akan digunakan. Fleksibilitas organisasi merupakan unsur yang sangat penting dalam menggunakan tingkat-tingkat kinerja guna menentukan harga nilai seseorang individu dan memenuhi sasaran-sasaran organisasi. Beberapa kriteria tingkat kinerja sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kriteria Tingkat Kinerja
Kriteria Deskripsi
Buruk Kinerja dibawah harapan dan sasaran minimum
Sedang Kinerja memenuhi sebagian besar sasaran minimum yang ditentukan bagi individu tersebut
Baik Kinerja memuaskan, telah memenuhi persyaratan persyaratan esensial, mencapai hasil yang dianggap beralasan bagi
(37)
21
pelatihan yang dimiliki. Sangat
baik
Kinerja diatas normal, pencapaian/hasil telah berada diatas harapan. Untuk pegawai yang cakap, masa kerja, pengalaman dan pelatihan yang dimiliki
2.2.2. Pengukuran Kinerja
Menurut Mangkunegara (2009) mengemukakan bahwa pengukuran kinerja individu dilakukan melalui beberapa dimensi kinerja yaitu sebagai berikut :
a. Kualitas adalah seberapa baik seorang pegawai mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan. Kualitas dapat dilihat ketepatan kesesuaian dengan prosedur kerja yang ada.
b. Kuantitas adalah seberapa lama seorang pegawai bekerja dalam satu harinya. Kuantitas dapat dilihat dari kecepatan kerja setiap pegawai dalam penyelesaian pekerjaan.
c. Pelaksanaan tugas adlah seberapa jauh pegawai mampu melakukan pekerjaannya dengan akurat atau tidak ada kesalahan.
d. Tanggung jawab terhadap pekerjaan adalah kesadaran akan kewajiban pegawai untuk melaksanakan pekerjaan yang diberikan instansi.
2.3. Jumantik
2.3.1. Pengertian Jumantik
Juru Pemantau Jentik (jumantik) merupakan warga masyarakat setempat yang dilatih untuk memeriksa keberadaan jentik di tempat-tempat penampungan air. Jumantik merupakan salah satu bentuk gerakan atau
(38)
partisipasi aktif dari masyarakat dalam menanggulangi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang sampai saat ini masih belum dapat diberantas tuntas (Depkes RI, 2010)
2.3.2. Tugas dan Tanggung Jawab Jumantik
Adapun tugas dan tanggung jawab jumantik menurut Dirjen PP & PL, 2012 adalah sebagai berikut :
a. Membuat rencana/jadwal kunjungan ke seluruh rumah dan tempat-tempat umum di wilayah kerjanya.
b. Melakukan kegiatan pemantauan jentik di seluruh tempat tinggal dan tempat-tempat umum di wilayah kerjanya.
c. Membuat catatan/rekapitulasi hasil pemeriksaan jentik.
d. Melaporkan hasil pemeriksaan jentik ke Puskesmas sebulan sekali.
e. Memberikan penyuluhan PSN 3M plus untuk pencegahan DBD secara perorangan atau kelompok.
f. Berperan sebagai penggerak dan pengawas masyarakat agar mau melaksankan pemberantasan sarang nyamuk terutama di sekitar tempat tinggalnya.
g. Bersama supervisior, melakukan pemantauan wilayah setempat (PWS) dan pemetaan per RW hasil pemeriksaan jentik setiap bulan.
2.3.3. Tata Kerja Jumantik
Tata kerja secara teknis jumantik di lapangan pada pedoman Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD oleh jumantik (Depkes RI, 2006) yaitu sebagai berikut :
(39)
23
Pemilihan rumah rencana kunjungan dilakukan dengan mengetahui daftar nama KK yang ada terlebih dahulu, kemudian dilakukan penentuan rumah/KK yang akan dikunjungi dengan cara sebaai berikut :
1. Misalnya disuatu Desa/Kelurahan terdiri dari 10 RW, 100 RT dengan 3000 rumah/banguan sehingga terdapat 10 RT per RW dan 30 rumah/bangunan per RT.
2. Pemeriksaan dilakukan secara berurutan yang dimulai dari RT 1 sampai RT 100, misalnya hai pertama RT 1-4, hari kedua Rt 5-8 demikian seterusnya sehingga dalam 25 hari kerja sudah mencakup seluruh RT yang ada.
3. Melakukan kunjungan rumah pada waktu yang tepat (waktu santai keluarga) dengan menceritakan keadaan/peristiwa yang ada kaitannya dengan penyakit DBD sseperti banyaknya kasus DBD di wilayahnya. Adanya catatan kunjungan rumah pada kartu merah/kartu jentik yang dibagikan setiap KK.
4. Memeriksa semua tempat-tempat penampungan air yang berpengaruh menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk dengan menggunakan senter.
Cara-cara memeriksa jentik antara lain :
a. Periksalah bak mandi/WC, tempayan, drum dan tempat-tempat penampungan air lainnya yang terdapat didalam maupun diluar rumah.
b. Jika tampak, tunggu kurang lebih 0,5 – 1 menit jika ada jentik maka akan muncul ke permukaan air untuk bernafas.
(40)
c. Gunakan senter dalam memeriksa jentik pada tempat yang gelap d. Periksa juga vas bunga, tempat minum burung, kaleng-kaleng
terbuka uang menghadap ke atas, ban bekas, talang/saluran air yang rusak/tidak lancar, lubang-lubang pada potongan bambu dan pohon serta tempat-tempat yang memungkinkan air tergenang seperti rumah-rumah kosong, pemakaman dan lain-lain.
5. Melakukan penyuluhan perorangan atau kelompok yang dilaksanakan di kelompok dasa eisma, pertemuan arisan, pertemuan warga RT/RW dan pertemuan dalam kegiatan keagamaan dan pertemuan lain yang membicarakan tentang penyakit DBD baik cara penularan dan pencegahannya. Penyuluhan kelompok yang dilaksanakan tercatat dalam buku notulen rapat.
6. Berperan sebagai penggerak dan pengawas masyarakat dalam PSN DBD. Bersama-sama masyarakat melaksanakan gerakan serentak, membersihkan lingkungan yang dapat berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti seminggu sekali. Para jumantik diharapkan mencatat setiap kegiatan dalam buku harian. 7. Mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan jenrik dengan
menggunakan formulir JPJ 1. Formulir ini berisikan nama kepala keluarga yang dikunjungi, alamat (RT/RW), kolom hasil pemeriksaan jentik dengan memberi tanda positif (+)jika ditemukan jentik dan tanda negatif (-) jika tidak sitemukan jentik serta adanya kolom untuk keterangan agar diisi jenis tempat penampungan air yang diketemukan
(41)
25
adanya jentik. Adanya rekapitulasi hasil pemeriksaan jentik setiap hari kerja.
8. Melaporkan hasil pemeriksaan jentik ke puskesmas sebulan sekali. Adanya arsip laporan sebagai bukti pengiriman laporan.
9. Bersama supervisior, melakukan PSW dan pemetaan per RW hasil pemeriksaan jentik.
2.4. Penelitian Terdahulu
No Penelitian Terdahulu
1 Judul Upaya Peningkatan Angka Bebas Jentik Demam Berdarah Dengue (ABJ-DBD) melalui Penggerakan Juru Pemantau jentik (Jumantik) di RW 1 Kelurahan Danyang Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Tahun 2012
Tahun 2013
Desain one group pretest-posttest design
Variabel Variabel terikat: Angka Bebas Jentik (ABJ)
Variabel bebas: Penggerakan Juru Pemantau Jentik (Jumantik)
Hasil Penggerakan Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dapat meningkatkan Angka Bebas Jentik Demam Berdarah
Dengue (ABJ DBD) di RW I Kelurahan Danyang
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan
2 Judul Pengaruh Faktor Motivasi Terhadap Kinerja Juru Pemantau Jentik Dalam Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk Di Kecamatan Denpasar Selatan Tahun 2013
Tahun 2014
Desain Cross sectional
Variabel Variabel terikat: Kinerja Jumantik
Variabel bebas: lingkungan kerja, kompensasi, supervisi Hasil Hasil Penelitian ini menunjukkan analisis univariat variabel
(42)
baik 35 orang (61,4%), variabel kompensasi separuhnya memiliki kategori kurang baik 29 orang (50,9%), variabel supervisi sebagaian besar memiliki kategori kurang baik 33 orang (57,9%), dan variabel kinerja sebagian besar memiliki kategori kurang baik 32 orang (56,1%). Berdasarkan analisis bivariat lingkungan kerja dan kompensasi tidak ada hubungan signifikan dengan kinerja jumantik dengan nilaip value 0,197 dan 0,147 (p>0,05) sedangkan supervisi memiliki hubungan signifikan dengan kinerja jumantik dengan nilai p value 0,000 (p<0,05). Analisis multivariat menunjukkan lingkungan kerja dan kompensasi tidak berpengaruh signifikan dengan kinerja jumantik dengan nilaip value0,194 dan 0,495 (p>0,05) sedangkan supervisi memiliki pengaruh signifikan dengan kinerja jumantik dengan nilaip value0,000 (p<0,05).
3 Judul Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Jumantik Dalam Memantau Jentik Aedes Aegypti Di Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar Tahun 2009
Tahun 2011
Desain Crossectional
Variabel Variabel terikat: Kinerja Jumantik
Variabel bebas: karakteristik individu jumantik
Hasil Tingkat kinerja jumantik di wilayah Kecamatan Denpasar Selatan tidak add mempunyai kinerja sangat baik, 53,8% kinerja baik.
4 Judul Kinerja Jumantik dan Program Pengendalian Demam BerdarahDengue(DBD) di Kecamatan Tebet Tahun 2011
Tahun 2012
Desain Cross sectional
Variabel Variabel terikat: Kinerja Jumantik
Variabel bebas: usia, tingkat pendidikan, masa kerja, pengetahuan, perlengkapan, imbalan, peran lintas sektoral, lingkungan
Hasil Kinerja jumantik dipengaruhi oleh faktor usia dan sesuaian honor, kinerja tidak berbeda menurut tingkat pendidikan,
(43)
27
status pekerjaan, masa kerja, pengetahuan, pelatihan PSN, frekuesi pelatihan PSN, perlengkapan PSN, kartu berobat gratis, pemberian bubuk larvasida dan lingkungan kerja 5 Judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persepsi tentang
Keselamatan Berkendara pada Civitas Akademika Pengendara Motor di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011
Tahun 2011
Desain Cross sectional
Variabel Variabel terikat: Persepsi tentang Keselamatan Berkendara Variabel bebas: usia, jenis kelamin, pengalaman mengemudi dan motivasi
Hasil Gambaran responden yang memiliki persepsi baik tentang keselamatan berkendara lebih banyak yaitu berjumlah 85 orang (66,7%). Hanya motivasi yang ada hubungan dengan persepsi tentang keselamatan berkendara, sedangkan usia, jenis kelamin dan pengalaman mengemudi tidak ada hubungan dengan persepsi tentang keselamatan berkendara pada Civitas Akademika pengendara motor di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011. 6 Judul Persepsi Siswa SMP Putra Bangsa terhadap Perilaku
Merokok di Kelurahan Kemiri Muka, Depok
Tahun 2012
Desain Cross sectional
Variabel Variabel terikat: Persepsi siswa SMP terhadap perilaku merokok
Variabel bebas: Karakteristik Demografi (usia, jenis kelamin, kelas dan suku) ; Latar belakang sosio kultural (pekerjaan orang tua, status perokok prang tua responden) dan Peran (status perokok siswa)
Hasil Siswa berpersepsi positif (51,9%). Usia >14 tahun berpersepsi negatif dibandingkan usia dibawahnya. Persepsi responden laki-laki berpersepsi negatif dibandingkan perenpuan sebanyak 2,6 kali, responden dengan orang tua perokok serta bekerja di bidang non kesehatan berpersepsi
(44)
positif. 23% responden mendukung pernyataan bahwa merokok membuat laki-laki terlihat jantan. 28,9% responden mendukung pernyataan merokok dapat mengurangi stres.
7 Judul Gambaran Persepsi Masyarakat tentang Peran Perawat Puskesmas di Kelurahan Bintara Kota Bekasi Tahun 2012
Tahun 2012
Desain Cross sectional
Variabel Input : penerapan peran perawat puskesmas meliputi peran pemberi asuhan keperawatan (care provider), penemu kasus, pendidik kesehatan, koordinator dan kolaborator, konselor danrole model
Proses : proses terbentuknya persepsi
Output : persepsi masyarakat (positif dan negatif)
Hasil Sebanyak 55,2% responden memiliki persepsi positif tentang peran perawat secara keseluruhan. Dengan demikian, persepsi masyarakt hampir seimbang karena selisih persentase antara persepsi baik dan buruk hanya 10,4 8 Judul Perbandingan Persepsi tentang Child Abuse berdasarkan Karakteristik Demografi Orang Tua di Dusun Mantaran Trimulyo Sleman Yogyakarta
Tahun 2011
Desain Cross sectional
Variabel Variabel terikat: Persepsi tentangChild Abuse
Variabel bebas: Karakteristik Demografi Orang Tua (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan)
Hasil Ada perbedaan perssepsi tentang child abuse berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan.
(1)
Pemilihan rumah rencana kunjungan dilakukan dengan mengetahui daftar
nama KK yang ada terlebih dahulu, kemudian dilakukan penentuan
rumah/KK yang akan dikunjungi dengan cara sebaai berikut :
1.
Misalnya disuatu Desa/Kelurahan terdiri dari 10 RW, 100 RT dengan
3000 rumah/banguan sehingga terdapat 10 RT per RW dan 30
rumah/bangunan per RT.
2.
Pemeriksaan dilakukan secara berurutan yang dimulai dari RT 1
sampai RT 100, misalnya hai pertama RT 1-4, hari kedua Rt 5-8
demikian seterusnya sehingga dalam 25 hari kerja sudah mencakup
seluruh RT yang ada.
3.
Melakukan kunjungan rumah pada waktu yang tepat (waktu santai
keluarga) dengan menceritakan keadaan/peristiwa yang ada kaitannya
dengan penyakit DBD sseperti banyaknya kasus DBD di wilayahnya.
Adanya catatan kunjungan rumah pada kartu merah/kartu jentik yang
dibagikan setiap KK.
4.
Memeriksa semua tempat-tempat penampungan air yang berpengaruh
menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk dengan menggunakan
senter.
Cara-cara memeriksa jentik antara lain :
a.
Periksalah bak mandi/WC, tempayan, drum dan tempat-tempat
penampungan air lainnya yang terdapat didalam maupun diluar
rumah.
b.
Jika tampak, tunggu kurang lebih 0,5
–
1 menit jika ada jentik
maka akan muncul ke permukaan air untuk bernafas.
(2)
c.
Gunakan senter dalam memeriksa jentik pada tempat yang gelap
d.
Periksa juga vas bunga, tempat minum burung, kaleng-kaleng
terbuka uang menghadap ke atas, ban bekas, talang/saluran air
yang rusak/tidak lancar, lubang-lubang pada potongan bambu
dan pohon serta tempat-tempat yang memungkinkan
air
tergenang seperti rumah-rumah kosong, pemakaman dan
lain-lain.
5.
Melakukan penyuluhan perorangan atau kelompok yang dilaksanakan
di kelompok dasa eisma, pertemuan arisan, pertemuan warga RT/RW
dan pertemuan dalam kegiatan keagamaan dan pertemuan lain yang
membicarakan tentang penyakit DBD baik cara penularan dan
pencegahannya. Penyuluhan kelompok yang dilaksanakan tercatat
dalam buku notulen rapat.
6.
Berperan sebagai penggerak dan pengawas masyarakat dalam PSN
DBD. Bersama-sama masyarakat melaksanakan gerakan serentak,
membersihkan lingkungan yang dapat berpotensi sebagai tempat
perkembangbiakan nyamuk
aedes aegypti
seminggu sekali. Para
jumantik diharapkan mencatat setiap kegiatan dalam buku harian.
7.
Mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan jenrik dengan
menggunakan formulir JPJ 1. Formulir ini berisikan nama kepala
keluarga yang dikunjungi, alamat (RT/RW), kolom hasil pemeriksaan
jentik dengan memberi tanda positif (+)jika ditemukan jentik dan
tanda negatif (-) jika tidak sitemukan jentik serta adanya kolom untuk
(3)
adanya jentik. Adanya rekapitulasi hasil pemeriksaan jentik setiap hari
kerja.
8.
Melaporkan hasil pemeriksaan jentik ke puskesmas sebulan sekali.
Adanya arsip laporan sebagai bukti pengiriman laporan.
9.
Bersama supervisior, melakukan PSW dan pemetaan per RW hasil
pemeriksaan jentik.
2.4. Penelitian Terdahulu
No Penelitian Terdahulu
1 Judul Upaya Peningkatan Angka Bebas Jentik Demam Berdarah Dengue (ABJ-DBD) melalui Penggerakan Juru Pemantau jentik (Jumantik) di RW 1 Kelurahan Danyang Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Tahun 2012
Tahun 2013
Desain one group pretest-posttest design
Variabel Variabel terikat: Angka Bebas Jentik (ABJ)
Variabel bebas: Penggerakan Juru Pemantau Jentik (Jumantik)
Hasil Penggerakan Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dapat meningkatkan Angka Bebas Jentik Demam Berdarah Dengue (ABJ DBD) di RW I Kelurahan Danyang Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan
2 Judul Pengaruh Faktor Motivasi Terhadap Kinerja Juru Pemantau Jentik Dalam Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk Di Kecamatan Denpasar Selatan Tahun 2013
Tahun 2014
Desain Cross sectional
Variabel Variabel terikat: Kinerja Jumantik
Variabel bebas: lingkungan kerja, kompensasi, supervisi Hasil Hasil Penelitian ini menunjukkan analisis univariat variabel
(4)
baik 35 orang (61,4%), variabel kompensasi separuhnya memiliki kategori kurang baik 29 orang (50,9%), variabel supervisi sebagaian besar memiliki kategori kurang baik 33 orang (57,9%), dan variabel kinerja sebagian besar memiliki kategori kurang baik 32 orang (56,1%). Berdasarkan analisis bivariat lingkungan kerja dan kompensasi tidak ada hubungan signifikan dengan kinerja jumantik dengan nilaip value 0,197 dan 0,147 (p>0,05) sedangkan supervisi memiliki hubungan signifikan dengan kinerja jumantik dengan nilai p value 0,000 (p<0,05). Analisis multivariat menunjukkan lingkungan kerja dan kompensasi tidak berpengaruh signifikan dengan kinerja jumantik dengan nilaip value0,194 dan 0,495 (p>0,05) sedangkan supervisi memiliki pengaruh signifikan dengan kinerja jumantik dengan nilaip value0,000 (p<0,05).
3 Judul Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Jumantik Dalam Memantau Jentik Aedes Aegypti Di Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar Tahun 2009
Tahun 2011
Desain Crossectional
Variabel Variabel terikat: Kinerja Jumantik
Variabel bebas: karakteristik individu jumantik
Hasil Tingkat kinerja jumantik di wilayah Kecamatan Denpasar Selatan tidak add mempunyai kinerja sangat baik, 53,8% kinerja baik.
4 Judul Kinerja Jumantik dan Program Pengendalian Demam BerdarahDengue(DBD) di Kecamatan Tebet Tahun 2011
Tahun 2012
Desain Cross sectional
Variabel Variabel terikat: Kinerja Jumantik
Variabel bebas: usia, tingkat pendidikan, masa kerja, pengetahuan, perlengkapan, imbalan, peran lintas sektoral, lingkungan
Hasil Kinerja jumantik dipengaruhi oleh faktor usia dan sesuaian honor, kinerja tidak berbeda menurut tingkat pendidikan,
(5)
status pekerjaan, masa kerja, pengetahuan, pelatihan PSN, frekuesi pelatihan PSN, perlengkapan PSN, kartu berobat gratis, pemberian bubuk larvasida dan lingkungan kerja
5 Judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persepsi tentang Keselamatan Berkendara pada Civitas Akademika Pengendara Motor di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011
Tahun 2011
Desain Cross sectional
Variabel Variabel terikat: Persepsi tentang Keselamatan Berkendara Variabel bebas: usia, jenis kelamin, pengalaman mengemudi dan motivasi
Hasil Gambaran responden yang memiliki persepsi baik tentang keselamatan berkendara lebih banyak yaitu berjumlah 85 orang (66,7%). Hanya motivasi yang ada hubungan dengan persepsi tentang keselamatan berkendara, sedangkan usia, jenis kelamin dan pengalaman mengemudi tidak ada hubungan dengan persepsi tentang keselamatan berkendara pada Civitas Akademika pengendara motor di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011.
6 Judul Persepsi Siswa SMP Putra Bangsa terhadap Perilaku Merokok di Kelurahan Kemiri Muka, Depok
Tahun 2012
Desain Cross sectional
Variabel Variabel terikat: Persepsi siswa SMP terhadap perilaku merokok
Variabel bebas: Karakteristik Demografi (usia, jenis kelamin, kelas dan suku) ; Latar belakang sosio kultural (pekerjaan orang tua, status perokok prang tua responden) dan Peran (status perokok siswa)
Hasil Siswa berpersepsi positif (51,9%). Usia >14 tahun berpersepsi negatif dibandingkan usia dibawahnya. Persepsi responden laki-laki berpersepsi negatif dibandingkan perenpuan sebanyak 2,6 kali, responden dengan orang tua perokok serta bekerja di bidang non kesehatan berpersepsi
(6)
positif. 23% responden mendukung pernyataan bahwa merokok membuat laki-laki terlihat jantan. 28,9% responden mendukung pernyataan merokok dapat mengurangi stres.
7 Judul Gambaran Persepsi Masyarakat tentang Peran Perawat Puskesmas di Kelurahan Bintara Kota Bekasi Tahun 2012
Tahun 2012
Desain Cross sectional
Variabel Input : penerapan peran perawat puskesmas meliputi peran pemberi asuhan keperawatan (care provider), penemu kasus, pendidik kesehatan, koordinator dan kolaborator, konselor danrole model
Proses : proses terbentuknya persepsi
Output : persepsi masyarakat (positif dan negatif)
Hasil Sebanyak 55,2% responden memiliki persepsi positif tentang peran perawat secara keseluruhan. Dengan demikian, persepsi masyarakt hampir seimbang karena selisih persentase antara persepsi baik dan buruk hanya 10,4
8 Judul Perbandingan Persepsi tentang Child Abuse berdasarkan Karakteristik Demografi Orang Tua di Dusun Mantaran Trimulyo Sleman Yogyakarta
Tahun 2011
Desain Cross sectional
Variabel Variabel terikat: Persepsi tentangChild Abuse
Variabel bebas: Karakteristik Demografi Orang Tua (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan)
Hasil Ada perbedaan perssepsi tentang child abuse berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan.