PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA SALES PROMOTION GIRLS (SPG) YANG TIDAK DIIKUTSERTAKAN DALAM PROGRAM JAMSOSTEK DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN.
BSTRK
ndang-ndang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
mengamanatkan bahwa perusahaan selain berkewajiban memberikan upah yang layak,
juga diwajibkan memberikan Jamsostek demi terwujudnya kesejahteraan dan jaminan
hari tua bagi para pekerjanya. Pelaksanaan program Jamsostek belum berjalan
sebagaimana mestinya seperti masih banyak perusahaan yang tidak mendaftarkan tenaga
kerjanya pada program Jamsostek. Fenomena masih banyaknya tenaga kerja yang tidak
diikutsertakan dalam program Jamsostek terlihat pula pada tenaga kerja yang sering
disebut ales promotion girls (SPG). ales promotion girls merupakan suatu profesi yang
bergerak dalam pemasaran atau promosi suatu produk. Bertolak dari fenomena tersebut,
maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Apakah
ndang-ndang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja telah
menjamin perlindungan hukum terhadap sales promotion girls? (2) Bagaimanakah
tindakan pemerintah dalam memberikan perlindungan hukum terhadap sales promotion
girls yang tidak diikutsertakan dalam program jaminan sosial tenaga kerja?
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitis, yaitu memberikan gambaran
secermat mungkin mengenai fakta-fakta yang ada, baik berupa data sekunder bahan
hukum primer, data sekunder bahan sekunder serta bahan hukum. Penelitian ini
menggunakan metode pendekatan secara yuridis normatif. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan metode analisis yuridis kualitatif.
Kesimpulan yang diambil berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
adalah, pertama ndang-ndang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jamsostek dalam
memberikan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja di bidang sales promotion girls
yang belum masuk program Jamsostek di Kota Bandung pada intinya sudah cukup
memadai. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan Pasal 18 ayat (3) di mana perlindungan
hukum yang diberikan ndang-ndang Nomor 3 Tahun 1992 yang bersifat preventif,
karena jika ada pengusaha yang lalai terhadap kewajibannya untuk mendaftarkan tenaga
kerjanya pada program Jamsostek, maka menurut undang-undang ini pengusaha wajib
memberikan hak-hak tenaga kerja. Selain itu, ndang-ndang Nomor 3 Tahun 1992 ini
juga memberikan perlindungan hukum yang bersifat represif yaitu berupa sanksi pidana
bagi pengusaha yang tidak mendaftarkan tenaga kerjanya pada program Jamsostek.
Hanya saja dalam pelaksanaan undang-undang ini belum dapat dikatakan baik karena
masih banyak pelanggaran yang dilakukan pengusaha diantaranya tidak mengikutsertakan
tenaga kerjanya ke dalam program Jamsostek. Kedua, peran Pemerintah dalam
perlindungan hukum terhadap sales promotion girl dalam program Jamsostek
berdasarkan ndang-ndang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jamsostek adalah sosialisasi
program Jamsostek ke masyarakat; penegakan hukum terhadap pelanggaran Jamsostek;
optimalisasi pengawasan; serta fasilitas/sarana pegawai pengawas ketenagakerjaan.
ndang-ndang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
mengamanatkan bahwa perusahaan selain berkewajiban memberikan upah yang layak,
juga diwajibkan memberikan Jamsostek demi terwujudnya kesejahteraan dan jaminan
hari tua bagi para pekerjanya. Pelaksanaan program Jamsostek belum berjalan
sebagaimana mestinya seperti masih banyak perusahaan yang tidak mendaftarkan tenaga
kerjanya pada program Jamsostek. Fenomena masih banyaknya tenaga kerja yang tidak
diikutsertakan dalam program Jamsostek terlihat pula pada tenaga kerja yang sering
disebut ales promotion girls (SPG). ales promotion girls merupakan suatu profesi yang
bergerak dalam pemasaran atau promosi suatu produk. Bertolak dari fenomena tersebut,
maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Apakah
ndang-ndang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja telah
menjamin perlindungan hukum terhadap sales promotion girls? (2) Bagaimanakah
tindakan pemerintah dalam memberikan perlindungan hukum terhadap sales promotion
girls yang tidak diikutsertakan dalam program jaminan sosial tenaga kerja?
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitis, yaitu memberikan gambaran
secermat mungkin mengenai fakta-fakta yang ada, baik berupa data sekunder bahan
hukum primer, data sekunder bahan sekunder serta bahan hukum. Penelitian ini
menggunakan metode pendekatan secara yuridis normatif. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan metode analisis yuridis kualitatif.
Kesimpulan yang diambil berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
adalah, pertama ndang-ndang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jamsostek dalam
memberikan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja di bidang sales promotion girls
yang belum masuk program Jamsostek di Kota Bandung pada intinya sudah cukup
memadai. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan Pasal 18 ayat (3) di mana perlindungan
hukum yang diberikan ndang-ndang Nomor 3 Tahun 1992 yang bersifat preventif,
karena jika ada pengusaha yang lalai terhadap kewajibannya untuk mendaftarkan tenaga
kerjanya pada program Jamsostek, maka menurut undang-undang ini pengusaha wajib
memberikan hak-hak tenaga kerja. Selain itu, ndang-ndang Nomor 3 Tahun 1992 ini
juga memberikan perlindungan hukum yang bersifat represif yaitu berupa sanksi pidana
bagi pengusaha yang tidak mendaftarkan tenaga kerjanya pada program Jamsostek.
Hanya saja dalam pelaksanaan undang-undang ini belum dapat dikatakan baik karena
masih banyak pelanggaran yang dilakukan pengusaha diantaranya tidak mengikutsertakan
tenaga kerjanya ke dalam program Jamsostek. Kedua, peran Pemerintah dalam
perlindungan hukum terhadap sales promotion girl dalam program Jamsostek
berdasarkan ndang-ndang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jamsostek adalah sosialisasi
program Jamsostek ke masyarakat; penegakan hukum terhadap pelanggaran Jamsostek;
optimalisasi pengawasan; serta fasilitas/sarana pegawai pengawas ketenagakerjaan.