Peran wanita tani dalam pengembangan (2)

Peran Pemuda Dalam Budaya Anti Korupsi
Jika ditarik kebelakang perjalanan menuju Negara yang berkedualatan dan memihak pada rakyat
tidak lepas dari peran mahasiswa sebagai agent perubahan dimulai lahirnya Budi Utomo 1908, lahirnya
sumpah pemuda 28 0ktober 1928, proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 , penggulingan orde lama
1966, pelengseran orde baru dan puncaknya tragedy 1998, heroisme masyarakat dan mahaiswa
menandai puncak kerinduan akan Negara yang bersih. Ketika era kolonial mupun otoriter pergerakan
korupsi masih dilakukan dikalangan eksekutif den masyarakat maish dibawah tekanan penguasa,
kelompok-kelompok yang anti korupsi ditelikung langkahnya oleh penguasa yang terusik
kenyamanannya, namun di era demokrasi ini setiap lini mulai dari pusat hingga cabang, atasan hingga
bawahan tidak lepas dari bayang korupsi, pergerakannya pun mulai sistematis dan telah menjadi
kejahatan berkerah putih (white collar crime) yaitu terorganisir, terencana, dan rapi.
Korupsi bukanlah hal yang tabu ditelinga masyarakat Indonesia, praktik kotor tersebut konon
telah berlangsung jauh sebelum Indonesia menemui kemerdekaannya, kaum borjuis pada masa kerajaan
nusantara kuno bahkan telah menerapkan praktik kotor tersebut untuk memuluskan langkahnya, mereka
tidak segan untuk memberikan upeti atau yang lebih papulernya suap, uang pelican, amplop, gratifikasi
kepada penyelenggara waktu itu. Kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) tersebut telah menjelma
menjadi monster kekuasaan yang kapan saja siap memangsa rakyat, badan usaha milik negara (BUMN)
tak ubahnya sapi perahan koruptor yang kapan saja dapat diperah oleh segolongan pihak atau pribadi,
salah satu pemantik yang berpotensi terjadinya korupsi adalah mereka yang mempunyai kekuasaan,
terjadi perselingkuhan antara para pemangku kekuasaan dan pihak swasta, mereka tanpa malu
mengumbar kemesraan didepan publik, indikasi seperti ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Lord

Action “power tend to corrupt, absolutely power tend to absolutely corrupt”, para penegak hukum yang
menjadi wakil tuhan mandul didepan para penguasa, bahkan ada juga yang menjalin mitra busuk dengan
para penguasa.
Berbagai macam varian bungkus korupsi belekangan ini mulai terendus oleh KPK, progresfitas
mulai nampak dari badan antirasuah tersebut, demikian juga para koruptor menglami peningkatan
melahap harta rakyat, dibarengi dengan kelihaian dalam merakayasa kebusukannya, semisal praktik
pencucian uang adalah salah satu produk yang paling mutakhir yang dihasilkan koruptor. Pundi-pundi
harta kekayaan Djoko Susilo merupakan praktik kotor hasil menyedot uang rakyat, untuk mengelabui
mata publik jendral berbintang dua tersebut membelikan barang-barang mewah yang diatas namakan
istri-istri sang jendral. korupsi tidak hanya mewabah pada lapisan birokrat, politisi, bahkan penegak
hukum pun terinfeksi sindrom tersebut, hakim pengadilan tinggi bandung, Setya Budi yang seharusnya
menjadi wakil tuhan dalam penegakkan keadialan kini telah berselingkuh dengan para mafia suap bansos
(bantuan social). kerakusan para koruptor sudah mecapi titik diluar nalar, mereka mulai bertingkah
layaknya hewan meraka makan apa saja yang dapat dimakan mulai dari al-Qur’an, tanah pemakaman,
proyek-proyek, dan masih banyak lagi demi memuaskan kerakusannya, rasa malu pun tidak dapat
mengingatkan diri mereka, dengan entengnya mereka menyunggigkan senyum didepan kamera
wartawan.
Bambang Widjajanto salah satu anggota KPK, mengemukakan pendapatnya ketika acara talk
show, Indonesia Lawyer Club, ia mengemukakan bahwa episentrum yang potesial terjadinya korupsi
yaitu ranah kekuasaan, para penguasa dengan mudahnya mengintervrensi bahannya agar mengiuti

keinginannya dengan kewanangan yang dimiliki, dengan mudahnya ia memanipulasi data-data yang
dimiliki untuk memuluskan langkah pihak yang bersedia membayar, contoh kasus adalah Rustam effendi
yang merupakan mantan kepala dinas perhubungan DKI Jakarta tahun 2003-2004 ia terbukti bersalah

dalam perkara proyek pengadaan busway koridor I yang menggunakan APBD provensi Jakarta negara
dirugikan 10,6 miliar, menurut hakim Rustam terbukti menyalahgunakan kewananganya sehingga
memberikan untung kepad orang lain atau korporasi yaitu PT Armada Usaha Bersama. Negara menjadi
korban.
Episentrum selanjutnya yaitu mereka yang mengetahui perputaran keuangan, dengan mudahnya
mereka dapat merekayasa dan mengatur kemana pergerakan serta siklus keuangan akan dialikan, salah
satu kasus yang terjadi pula adalah kasus Gayus Tambunan mantan pegawai pajak ini menempati posisi
yang strategis untuk mengatur aliran uang ke kantongnya, kasus Gayus Tambunan merupakan skelumit
kasus diantara berbagai kasus yang lainnya, kebobrokan moral yang disebabkan korupsi menyerang
berbagai lini pertahanan khusunya para pengak hukum, mulai tampak jelas ketika hakim dan jaksa yang
menangani kasus tersebut serta kegenitan pengacaranya tersret dalam lingkaran setan, vonis yang
seharusnya turun sesuai dengan undang-undang tipikor No 20 tahun 2001 pasal 8 dengan vonis paling
singkat kurungan tiga tahun penjara dan paling lama lima belas tahun penjara, atau denda paling sedikit
Rp 150.000.000 dan paling banyak fRp 750.000.000, amanat konstitusi tersebut malah di sisishkan untuk
demi memuaskan keserakahan, rakyatpun menjadi korban akan keserakahan sang penegak hukum, yang
seharusnya menempatkan derajatnya pada posisi pembela rakyat dan keadilan.

Krisis kepercayaan telah melanda seantero Indonesia, ditandai oleh parade koropsi yang makin
meriah oleh kalangan elit politik, penegak hukum, dan para birokrat. Rakyat sudah mulai bosan
disuguhkan berita korupsi ini dan itu di media, amunisi satu-satunya dalam upaya pemberantasan
korupsi adalah bibit-bibit muda bangsa dalam mengawal kinerja pemerintahan, demo-demo yang
diselenggarakan menuntut kadilan penyelasaian kasus-kasus korupsi mapun vonis-vonis yang dijatuhkan
telah dijatuhkan, aksi-aksi ke jalan bukan seedar menebar sensasi, reinkarnasi pejuang angkatan 08, 28
45, 66, 98 terlahir kembali menentang kediktatoran pejabat yang menjelma menjadi pejabat korup,
adrenalin patriotik mengalir deras pada tubuh generasi muda, pada era milenium ini Indonesian dalam
puncak kejayaan dengan pertumbuhan eknomi 6,3%, Indonesia membutuhkan pelindung dari para
Mafioso yang selalu menghantui, penempaan generasi muda sebagai penerus estafeta kepemimpinan
harus lebih intensif ditingkatkan, melihat fakta korupsi yang terus berevolusi menggerogoti Negara yang
kaya ini.
Control terhadap peyelenggara Negara harus ditingkatkan intensitas dan eksistensinya demi
terselenggaranya Negara yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme sesuai dengan amanat konstitusi,
aparat Negara rawan terkena penyakit tersebut, hanya masyrakat umumnya dan pemuda khusunya yang
masih mempunyai imunitas yang kuat dalam memberantas penyakit tesebut hingga ke akar, kaum muda
merupakan ujung tombak perang melawan korupsi yang menempati garda terdepan dalam mengawal
pemerintahan dewasa ini, umumnya penegak hukum justru bermasalah dalam hukum yang disamarkan
dengan dalih kesalahan administratif, lembaga yang sudah lama berkecipung di dalam dunia penegakkan
hukum justru menjadi pesakitan di rumahnya, namun belakangan ini carut-marutnya penegakan hukum

Indonesia mulai nampak jelas dihadapan publik, mulai dari oknum yang menjdadi pesakitan, hingga
vonis yang dijatuhkan tidak berpihak pada keadilan. para kaum muda khususnya mahasiswa harus
bereran aktiv dalam pemberantasan korupsi sesuai dengan gelar yang yang disandang agent of chang
dan social control di tengah kondisi bangsa yang semakin memprihatinkan.

Oleh: Moh. Zainullah
Mahasiswa UIN Maliki Malang