SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BANTUAN LOGISTIK BERBASIS COULD COMPUTING (STUDI KASUS : GUNUNG MERAPI)
Seminar Nasional Informatika 2014
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BANTUAN LOGISTIK
BERBASIS COULD COMPUTING
(STUDI KASUS : GUNUNG MERAPI)
Rita Novita Sari
STMIK Potensi Utama, Jl.K.L Yos Sudarso Km.6.5 No.3A Tanjung Mulia
rita.ns89@gmail.com
Abstrak
Gunung merapi merupakan salah satu gunung yang paling aktif di seluruh dunia. Bencana gunung merapi
sangat berpotensi mengancam kelangsungan kehidupan manusia, seperti korban jiwa, korban luka, kelaparan,
kerugain materi kerusakan lingkungan. Salah satu komponen agar aktivitas penanggulan becana dapat
berjalan dengan baik adalah manajemen pendistribusian logistik. Dengan membuat sistem informasi berbasis
cloud computing diharapkan pendistribusian logistik di daerah yang terkena dari dampak gunung merapi
dapat dibagikan secara merata, tepat sasaran, jumlah, kwalitas dan transparan dalam hal penggunaan uang
yang disumbangkan oleh para donatur.
Kata kunci : Gunung Merapi, Logistik, Cloud Computing
1.
PENDAHULUAN
Indonesia terletak pada pertemuan lempeng
tektonik aktif, jalur pegunungan aktif, dan
kawasan beriklim tropik, sehingga menjadikan
sebagian wilayahnya rawan terhadap bencana
alam. Jumlah korban bencana tergolong sangat
tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain.
Pendistribusian bantuan yang tidak merata
menjadi masalah utama pada saat terjadinya
bencana. Permasalahan ini dapat diatasi dengan
adanya manajemen logistic yang lebih baik lagi,
yaitu adanya penggunaan posko penyangga atau
posko pembantu. Posko pembantu merupakan
alternatif yang dapat dilakukan pada saat
pendistribusian bantuan dari BPBD sebelum
didistribusikan ke tempat evakuasi. Maka
dilakukan suatu penelitian untuk menentukan
alternatif lokasi posko pembantu, dan jumlah
alokasi bantuan yang akan didistribusikan kepada
tempat evakuasi (masjid). Adanya interaksi antara
posko utama, posko pembantu dan tempat
evakuasi akan membentuk sistem manajemen
logistik bencana yang lebih baik berorientasi pada
fasilitas umum masyarakat yaitu lapangan sepak
bola [1].
Selama ini proses pendistribusian bantuan ke
posko-posko bencana alam dari pemerintah,
instansi dan masyarakat sekitar seringkali kurang
merata, sedangkan masih banyak korban lain
yang belum mendapatkan bantuan. Penyebab
kurang meratanya bantuan antara lain terbatasnya
informasi lokasi korban, dan belum memiliki
sistem pendataan kebutuhan untuk para korban
yang nantinya dapat mempermudah petugas
bencana alam, instansi dan masyarakat untuk
mengetahui lokasi dan kebutuhan korban di
masing-masing posko bencana alam [2].
82
Ketika terjadi bencana, bantuan dari para
donatur dan para relawan pun mulai berdatangan.
Namun pendistribusian bantuan tidak terkelola
dengan baik, terjadi penumpukan bantuan di satu
titik sedangan di titik lain terjadi kekurangan.
Bantuan dari donatur kadang tidak sesuai dengan
yang dibutuhkan pengungsi, karena mereka
kurang mendapatkan informasi atau data tentang
kebutuhan pegungsi. Maka dari itu dibutuhkan
sebuah sistem informasi manajemen bantuan
logistic bencana.
Penelitian ini akan menjabarkan perancangan
basis data dari sistem informasi manajemen
bantuan logistik bencana di mulai dari
perancangan diagram konteks, diagram level 0,
relasi antar tabel, struktur tabel yang terdapat
constraint disetiap kolom yang dibutuhkan dan
pembuatan query dari setiap tabel. Dengan
adanya penjabaran dari penelitian terdahulu maka
dibuatlah penelitian lanjutan dari manajemen
bantuan logistik bencana alam yang bisa di akses
lewat web atau sistem informasi manajemen
bantuan logistik bencan alam yang berbasis cloud
computing.
2.
METODE PENELITIAN
2.1. Landasan Teori
1. Logistik
Secara umum, definisi logistik adalah suatu
proses yang dimulai dari perencanaan,
penyimpanan barang atau jasa dengan tujuan
memenuhi kebutuhan pelanggan dengan biaya
yang minimum [2]. Tujuan dari manajemen
logistik adalah mendistribusikan barang jadi atau
barang mentah kepada konsumen pada waktu
yang epat dengan jumlah yang tepat dan lokasi
Seminar Nasional Informatika 2014
yang tepat dengan biaya yang serendah mungkin.
Misi logistik adalah mengembangkan suatu
sistem yang dapat memenuhi kebijaksanaan
pelayanan dengan biaya pengeluaran yang
serendah mungkin [1]. .
2. Logistik Bencana
Logistik bencana merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia. Kebutuhan dasar ini kebutuhan sandang,
pangan dan papan atau turunannya. Namun,
kategori logistik bencana adalah sembako, obat
pakaian dan kelengkapannya, air, tenda, jas tidur
dan sebagainya. Definisi sistem manajemen
logistik dan peralatan penanggulangan bencana
adalah adanya ketersediaan logistik dan peralatan
pada masa pra bencana, saat bencana, dan
sesudah terjadinya bencana. Faktor utama yang
dapat mendukung berjalannya sistem logistik
dan peralatan untuk penanggulangan bencana
adalah
kemampuan
infrastruktur,
dan
ketersediaan alat transportasi. Rantai pasokan
dalam sistem manajemen logistik dan peralatan
penanggulangan bencana berdasarkan kepada [1]
:
a. Tempat masuknya logistic
b. Gudang Utama
c. Gudang Penyalur
d. Gudang penyimpanan terakhir di pos
komando
3.
Sistem Manajemen Logistik
Sistem adalah serangkaian proses yang
bertujuan untuk menjalankan suatu kegiatan.
Manajemen adalah ilmu dan seni dalam
mengelola suatu kegiatan yang biasanya dalam
kegiatan tersebut digunakan pendekatan fungsifungsi
manajemen seperti
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan
dan
pengendalian. Bantuan adalah segala sesuatu
yang diperoleh dari hasil bantuan dan atau
sumbangan dari berbagai pihak yang diberikan
kepada pihak yang membutuhkan. Logistik adalah
segala sesuatu yang
berujud
dan
dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar
hidup manusia yang terdiri atas sandang, pangan
dan papan atau turunannya. Termasuk dalam
kategorilogistik adalah barang yang habis pakai
atau dikonsumsi, misalnya: sembako (sembilan
bahan pokok), obatobatan, pakaian dan
kelengkapannya, air, tenda, jas tidur dan
sebagainya. [2]
4. Cloud Computing
Istilah cloud computing diciptakan untuk
menggambarkan sebuah layanan komputasi yang
canggih yang disesuaikan permintaan pelanggan
yang pada awal mulanya ditawarkan secara
komersial oleh penyedia layanan tersebut seperti
Amazon, Google, dan Microsoft. Infrastruktur
komputasi dari cloud computing biasa disebut
dengan awan atau “cloud” yang merupakan
tempat untuk mengakses aplikasi baik dari
individu maupun organisasi bisnis dari tempat
manapun sesuai dengan permintaan pengguna
cloud. Penggunaan simbol awan didasari karena
disetiap diagram jaringan internet digambarkan
dengan simbol awan[3].
Cloud computing adalah user- centric.
Setelah Anda sebagai pengguna yang terhubung
ke awan , apa pun yang disimpan di sana dokumen , pesan, gambar, aplikasi , apa pun menjadi milikmu. Selain itu, tidak hanya
merupakan data Anda, tetapi Anda juga dapat
berbagi dengan orang lain. Akibatnya, perangkat
apapun yang mengakses data Anda di awan juga
menjadi milik Anda. Cloud computing
memungkinkan pergeseran dari komputer ke
pengguna, dari aplikasi dengan tugas, dan dari
data yang terisolasi ke data yang dapat diakses
dari mana saja dan berbagi dengan siapa pun.
Pengguna tidak lagi harus mengambil tugas data
dari manajemen, dia bahkan tidak perlu ingat di
mana data tersebut. Semua yang penting adalah
bahwa data di awan, dan sehingga segera tersedia
bagi pengguna dan pengguna lain yang
berwenang[4].
Kunci utama dari cloud computing adalah
visualisasi infrastruktur yang menyediakan dan
memelihara
server
virtual yang dapat
ditingkatkan dan diturunkan sesuai permintaan.
Akar dari sebuah cloud computing merupakan
kemajuan dari hardware, teknologi internet,
distributed computing, dan manajemen sistem
seperti yang ditunjukkan pada gambar 1 yang
menggambarkan konvergensi kemajuan bidang
teknologi yang memberikan kontribusi dalam
terciptanya sebuah cloud computing [4].
Gambar 1. Konvergensi berbagai
kemajuan yang menyebabkan munculnya
Cloud Computing [4]
Sebuah cloud computing terdiri dari
beberapa komponen yaitu client, pusat data (data
center), dan server yang didistribusikan
(distributed server) seperti pada gambar 1. Client
merupakan komputer yang dipakai oleh pengguna
83
Seminar Nasional Informatika 2014
cloud computing. Selain komputer,client dapat
juga berupa laptop, komputer tablet, PDA dan
lain -lain. Pusat data merupakan sebuah kumpulan
server dimana aplikasi dari client berupa server
yang didistribusikan pelanggan ditempatkan.
Server yang didistribusikan tidak semuanya
terletak pada satu lokasi yang sama tapi bisa
berada pada lokasi yang berbeda, tapi dalam
cloud computing server seolah berada pada lokasi
berdampingan yang memberikan keuntungan
apabila salah satu situs mengalami kegagalan
maka situs yang lain masih bisa dijalankan.
Gambar 2. Tiga komponen dasar komputasi
awan [4]
2.2 Metode Penelitian
1.
Pengumpulan data
Adapaun teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
membaca dan mengumpulkan banyak referensi
baik itu dari jurnal- jurnal terdahulu dan juga
buku.
2.
Analisa sistem
Dalam penelitian ini, penulis membahas
mengenai manajemen pendistribusian logistic
bencana. Dalam pembahasan jurnal sebelumnya
yang telah dilakukan oleh Nova Aryana yang
berjudul “Model Lokasi-Alokasi Bantuan
Logistik Catastrophic Berbasis Masjid Di Kota
Padang”[1]. Hasil penelitian ini, bantuan yang
diberikan dari BPBD pendistribusian bantuan
logistic hanya didistribusikan ke mesjid saja. Pada
penelitian lain yang dijadikan bahan acuan adalah
penelitian yang telah dilakukan oleh Faya Mahdi
dan Fiftin Noviyanto yang berjudul “Pemanfaatan
Google Maps Api Untuk Pembangunan Sistem
Informasi Manajemen Bantuan Logistic Pasca
Bencana Alam Berbasis Mobile Web (Studi
Kasus: Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kota
Yogyakarta)”[2].
Penelitian
telah
menghasilkan sebuah sistem informasi manjemen
bantuan logistic pasca bencana saja. Disini
penulis
akan
membahas
manajemen
84
pendistribusian logistic bantuan bencana dengan
mengirimkan bantuan logistic ke posko-posko
yang sudah terdata dan kebutuhan apa saja yang
diperlukan oleh para pengungsi. Dimana data-data
tersebut diperoleh dari para relawan yang telah
melakukan pendataan langsung pada para korban
dan juga ke posko-posko yang dekat dengan
daerah bencana dan juga penulis merancangan
database, untuk memudahkan dalam pembuatan
sistem ini.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada
perancangan
sistem
informasi
manajemen pendistribusian logistik bencana
berbasis cloud computing yang dilakukan pertama
kali adalah pengguna (paguyuban jalin
merapi,relawan dan donatur) masuk ke web
“simple”, untuk dapat masuk ke web tersebut
terlebih dahulu harus menginputkan username
dan
password
masing-masing
pengguna(paguyuban jalin merapi, relawan dan
donatur). Setiap pengguna diberi hak akses
tertenut, dimana jika yang login adalah relawan,
maka relawan hanya bisa menginputkan data
pribadi relawan, barang apa saja yang dibutuhkan
oleh para korban bencana merapi, berapa banyak
jumlah barang yang diminta, posko mana saja
yang meminta bantuan logistik. Sedangkan untuk
donatur diberi hak akses untuk menginputkan
jumlah dana yang akan didonasikan ,melihat
laporan keungan yang digunakan untuk membeli
kebutuhan korban. Untuk paguyuban sendiri dia
memiliki hak akses untuk melihat siapa dan
berapa jumlah donator yang mendonasikan
uangnya,
membuat
laporan
keuangan,
mendistribusikan bantuan logistik sesuai yang
sudah di inputkan oleh relawan. Semua proses ini
akan disimpan didalam sistem. Penjelasan diatas
dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.
Gambar 3. Diagram Konteks
DFD Level 0 dari sistem informasi
manjemen pendistribusian logistk bencana alam
berbasis cloud computing (Studi Kasus Gunung
Merapi) seperti pada gambar 4 di bawah ini.
Dimana setiap relawan, paguyuban dan donator
untuk dapat mengakses system ini harus
Seminar Nasional Informatika 2014
menginputkan username dan password mereka
masing-masing, dimana username dan password
mereka sudah tersimpan didalam database.
Relawan yang Jika bencana merapi terjadi, maka
secara cepat relawan mendata berapa jumlah
pengungsi dan jumlah posko yang berada dilokasi
bencana tersebut. Setelah mengetahui jumlah
posko, kemudian relawan menginputkan data
posko kedalam system, kemudian data yang
diinputkan akan disimpan kedalam sistem. Data
yang diinputkan oleh relawan dapat dilihat oleh
para
donator
dan
paguyuban.
Selain
menginputkan data posko, relawan juga mendata
kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh para
pengungsi, dimana data itu diperoleh relawan
dengan mencari informasi dari perwalian tiap-tiap
posko dan juga mendata langsung ketempat
pengungsian. Setelah mengetahui kebutuhan apa
saja yang dibuthkan oleh para pengungsi,
kemudian relawan menginputkan data kebutuhan
pengungsi ke system. Ketika terjadinya bencana
donator dapat langsung mendonasikan uangnya
untuk para korban bencana. Para donator juga
dapat melihat laporan keuangan, jumlah uang
yang telah didonasikan dan digunakan untuk apa
saja uang tersebut. Paguyuban setelah mengetahui
terjadinya
bencana,
kemudian
langsung
menghubungi relawan, setelah menghubungi
relawan. Paguyuban dapat melihat data yang telah
diinputkan oleh relawan dan juga donator. Setelah
melihat berapa jumlah posko yang terdapat di
dekat lokasi bencana, kebutuhan apa saja yang
diperlukan oleh pengungsi dan jumlah donasi
yang diterima barulah paguyuban membeli
kebutuhan yang di perlukan oleh para pengungsi.
Setelah membeli kebuthan yang diperlukan oleh
para pengungsi. Barang yang sudah dibeli
disimpan terlebih dahulu digudang sebelum
dikirim kemasing-masing posko. Setelah barang
dikirim ke tiap-tiap posko melalui relawan,
relawan akan menginputkan ke system
penerimaan barang logistik yang telah dikirim.
Setelah itu paguyuban dapat membuat laporan
perincian keuangannya.
Gambar 4. DFD Level 1
Relasi antar tabel dari sistem informasi
manjemen pendistriibusian logistk bencana alam
berbasis cloud computing (Studi Kasus Gunung
Merapi) seperti pada gambar 5 di bawah ini.
Dimana relasi antar tabel ini memiliki 12 buah
tabel ada yang memiliki hubungan 1 to M
85
Seminar Nasional Informatika 2014
N
o
1
Name
Type
Data
Varcha
r
Siz
e
10
id_detail
2
id_donasi
Varcha
r
10
3
Id_donatu
r
Varcha
r
10
4
Jumlah
Int
10
N
o
1
Tabel 3. Donasi
Type
Size
Data
id_donasi
Varchar 10
2
Via
Varchar
45
3
Jumlah_do
nasi
Int
10
Gambar 5. Relasi Antar Tabel
Percangna database dari sistem informasi
manjemen pendistriibusian logistk bencana alam
berbasis cloud computing (Studi Kasus Gunung
Merapi) memiliki tabel user,donatur, donasi dan
detail donasi dengan sebagai salah satu contoh
dari tabel berikut.
No
1
2
3
4
86
Tabel 1. Donatur
Type
Size
Data
Id_donatur Varchar 10
Name
Constraint
Primary
Key, Not
Null,
update
cascade,
delete no
action,
Nama_don Varchar 45
Not Null,
atur
Check
,
hanya
karakter a –
z . dan ,
yang bisa
diinuputkan
Jenis_don
Varhcarr 10
Not Null,
asi
Check
hanya
„
Individu‟
dan
„
Kelompok‟
Id_user
Varchar (10) Foreign
Key, Not
Null,
update
cascade,
delete no
action,
Tabel 2. Detail Donasi
Constrain
t
Primary
Key, Not
Null,
update
cascade,
delete no
action,
Foreign
Key, Not
Null,
update
cascade,
delete no
action,
Foreign
Key, Not
Null,
update
cascade,
delete no
action,
Not Null
Name
1
Tabel 4. Relawan
Name
Type
Size
Data
id_relawan
Varchar 10
2
Nama_relawan
No
Varchar
45
Constraint
Primary
Key, Not
Null,
update
cascade,
delete no
action,
Not Null,
Check
hanya
„
Bank
Mandiri‟,‟
Bank BCA‟
dan „Bank
BRI‟
Not Null
Constraint
Primary
Key, Not
Null,
update
cascade,
delete no
action
Not Null,
check
Seminar Nasional Informatika 2014
3
Id_posko
Varchar
10
1
Tabel 5. Posko
Type
Size
Data
id_posko
Varchar 10
2
Nama_posko
Varchar
45
3
wilayah
Varchar
45
No
Name
hanya
karakter az
Foreign
Key, Not
Null,
update
cascade,
delete no
action,
Constraint
Primary
Key, Not
Null,
update
cascade,
delete no
action
Not Null,
check
hanya
karakter az
Not Null
3
Tabel 6. Permintaan Barang
Nam
Type
Size
Constraint
e
Data
id_perm Varch 10
Primary Key,
intaanb
ar
Not
Null,
arang
update
cascade, delete
no action
Nama_
Varch 45
Not Null
barang
ar
jumlah
Int
5
Not Null
4
Tanggal
Date
-
Not Null
5
Status
Varch
ar
20
Not
Null,
check hanya
„terima‟
dan
„belum
diterima‟
No
1
2
Tabel 7. Detail_permintaan Barang
No
Name
Type
Size Constra
Data
int
1
id_detailpe Varchar
10
Primary
rmintaanba
Key,
rang
Not
Null,
update
cascade,
2
Id_posko
Varchar
10
3
id_permint
aanbarang
Varchar
10
4
Id_gudang
Varchar
10
1
Tabel 8. Gudang
Type
Size
Data
id_gudang Varchar 10
2
Jumlah
No
No
Name
Int
5
Tabel 9. Paguyuban
Name
Type Size
Data
1
id_paguy
uban
Varch
ar
10
2
nama
Varch
ar
45
3
Status
Varhc
ar
20
delete
no
action
Foreign
Key,
Not
Null,
update
cascade,
delete
no
action
Foreign
Key,
Not
Null,
update
cascade,
delete
no
action
Foreign
Key,
Not
Null,
update
cascade,
delete
no
action
Constraint
Primary
Key,
Not
Null, update
cascade,
delete
no
action
Not
Null,
update
cascade,
delete
no
action
Constraint
Primary Key,
Not
Null,
update
cascade, delete
no action
Not
Null,
check hanya
karakter a-z
Not
Null,
check
87
Seminar Nasional Informatika 2014
4
Id_relaw
an
Varch
ar
10
5
Id_detail
perminta
an
Varch
ar
10
6
Id_user
Varch
ar
10
No
1
2
3
No
Tabel 10. Pembelian
Name
Type
Size
Data
id_pembelia Varchar 10
n
Tgl_pembeli
an
id_paguyub
an
Name
id_user
2
Nama_user
88
Password
Date
-
Varchar
10
Tabel 11. User
Type
Size
Data
Varchar 10
1
3
hanya‟ketua‟,‟
sekretaris‟,‟be
ndahara‟ dan
„anggota‟
Foreign Key,
Not
Null,
update
cascade, delete
no action
Foreign Key,
Not
Null,
update
cascade, delete
no action
Foreign Key,
Not
Null,
update
cascade, delete
no action
Varchar
Varchar
45
45
4
Level
Varchar
20
Not Null,
check
hanya
karakter az
1
Tabel 12. Laporan
Name
Type
Size
Data
id_laporan
Varchar 10
2
Tanggal
Date
-
3
Id_pembelian
Varchar
10
Primary
Key,
Not
Null, update
cascade,
delete
no
action
Not Null
4
Id_detaildonasi
Varchar
10
Foreign
Key,
Not
Null, update
cascade,
delete
no
action
4.
No
Constraint
Constraint
Primary Key,
Not
Null,
update
cascade,
delete
no
action
Not Null
Foreign Key,
Not
Null,
update
cascade,
delete
no
action
Foreign Key,
Not
Null,
update
cascade,
delete
no
action
IMPLEMENTASI
1. Tampilan Login
Pada tahap ini dilakukan pengujian sistem,
dimana masuk ke web dan harus memasukkan
username dan password.
Constraint
Primary
Key, Not
Null,
update
cascade,
delete no
action
Not Null,
check
hanya
karakter az
Not Null,
check
hanya
karakter az
dan
angka 0-10
Gambar 5. Tampilan Login
2.
Tampilan Input Relawan
Pada tahap ini halaman Relawan, dimana
di dalam halaman ini terdapat beberapa sub menu
yaitu input relawan, input posko dan kebutuhan.
Seminar Nasional Informatika 2014
Berdasarkan penelitian yang telah penulis
lakukan dapat diambil kesimpulan yaitu dengan
menggunakan sistem informasi ini, dimana
penulis telah merancang pendistribusan logistik
bencana untuk dapat digunakan baik oleh
paguyuban maupun para relawan. Dimana
paguyuban disini berfokus para para korban
bencana
gunung
merapi.
Diharapkan
pendistribusian logistik kepada para korban
bencana dapat tersalurkan secara merata dan tepat
sasaran. Dan bagi para donator mereka dapat
melihat rincian atau laporan donasi yang
digunakan untuk membeli kebutuhan para
pengungsi.
Gambar 6. Tampilan Input Relawan
3.
Tampilan Kebutuhan
Tampilan ini juga terdapat pada halaman
relawan, dimana pada tahapan ini relawan
menginputkan kebutuan apa saja yang diperlukan
oleh para pengungsi, dimana data tersebut
diperoleh oleh relawan dengan bertanya langsung
ke pengungsi dan posko-posko terdekat bencana.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
Ariana, Nova, 2012, Model Lokasi-Alokasi
Bantuan Logistik Catastrophic Berbasis
Masjid DiKota Padang, Jurnal Optimasi
Sistem Industri, Vol. 11 No. 2, Oktober
2012
Mahdia, Faya Mahdia, Fiftin Noviyanto,
2013, Pemanfaatan Google Maps Api Untuk
Pembangunan Sistem Informasi Manajemen
Bantuan Logistik Pasca Bencana Alam
Berbasis Mobile Web ( Studi Kasus : Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kota
Yogyakarta),
JurnalSarjana
Teknik
Informatika, Juni 2013
Andriani, Anik, 2013, Pemanfaatan Cloud
Computing Dalam Pengembangan Bisnis,
SeminarNasional Teknologi Informasi dan
Multimedia 2013,Yogyakarta, 19 Januari
2013
Miller, Michael, 2008, Cloud computing
web Based application that change the way
you work and collaborate online, Publisher:
Que, Indiana.
Gambar 7. Tampilan Kebutuhan
Kesimpulan
89
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BANTUAN LOGISTIK
BERBASIS COULD COMPUTING
(STUDI KASUS : GUNUNG MERAPI)
Rita Novita Sari
STMIK Potensi Utama, Jl.K.L Yos Sudarso Km.6.5 No.3A Tanjung Mulia
rita.ns89@gmail.com
Abstrak
Gunung merapi merupakan salah satu gunung yang paling aktif di seluruh dunia. Bencana gunung merapi
sangat berpotensi mengancam kelangsungan kehidupan manusia, seperti korban jiwa, korban luka, kelaparan,
kerugain materi kerusakan lingkungan. Salah satu komponen agar aktivitas penanggulan becana dapat
berjalan dengan baik adalah manajemen pendistribusian logistik. Dengan membuat sistem informasi berbasis
cloud computing diharapkan pendistribusian logistik di daerah yang terkena dari dampak gunung merapi
dapat dibagikan secara merata, tepat sasaran, jumlah, kwalitas dan transparan dalam hal penggunaan uang
yang disumbangkan oleh para donatur.
Kata kunci : Gunung Merapi, Logistik, Cloud Computing
1.
PENDAHULUAN
Indonesia terletak pada pertemuan lempeng
tektonik aktif, jalur pegunungan aktif, dan
kawasan beriklim tropik, sehingga menjadikan
sebagian wilayahnya rawan terhadap bencana
alam. Jumlah korban bencana tergolong sangat
tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain.
Pendistribusian bantuan yang tidak merata
menjadi masalah utama pada saat terjadinya
bencana. Permasalahan ini dapat diatasi dengan
adanya manajemen logistic yang lebih baik lagi,
yaitu adanya penggunaan posko penyangga atau
posko pembantu. Posko pembantu merupakan
alternatif yang dapat dilakukan pada saat
pendistribusian bantuan dari BPBD sebelum
didistribusikan ke tempat evakuasi. Maka
dilakukan suatu penelitian untuk menentukan
alternatif lokasi posko pembantu, dan jumlah
alokasi bantuan yang akan didistribusikan kepada
tempat evakuasi (masjid). Adanya interaksi antara
posko utama, posko pembantu dan tempat
evakuasi akan membentuk sistem manajemen
logistik bencana yang lebih baik berorientasi pada
fasilitas umum masyarakat yaitu lapangan sepak
bola [1].
Selama ini proses pendistribusian bantuan ke
posko-posko bencana alam dari pemerintah,
instansi dan masyarakat sekitar seringkali kurang
merata, sedangkan masih banyak korban lain
yang belum mendapatkan bantuan. Penyebab
kurang meratanya bantuan antara lain terbatasnya
informasi lokasi korban, dan belum memiliki
sistem pendataan kebutuhan untuk para korban
yang nantinya dapat mempermudah petugas
bencana alam, instansi dan masyarakat untuk
mengetahui lokasi dan kebutuhan korban di
masing-masing posko bencana alam [2].
82
Ketika terjadi bencana, bantuan dari para
donatur dan para relawan pun mulai berdatangan.
Namun pendistribusian bantuan tidak terkelola
dengan baik, terjadi penumpukan bantuan di satu
titik sedangan di titik lain terjadi kekurangan.
Bantuan dari donatur kadang tidak sesuai dengan
yang dibutuhkan pengungsi, karena mereka
kurang mendapatkan informasi atau data tentang
kebutuhan pegungsi. Maka dari itu dibutuhkan
sebuah sistem informasi manajemen bantuan
logistic bencana.
Penelitian ini akan menjabarkan perancangan
basis data dari sistem informasi manajemen
bantuan logistik bencana di mulai dari
perancangan diagram konteks, diagram level 0,
relasi antar tabel, struktur tabel yang terdapat
constraint disetiap kolom yang dibutuhkan dan
pembuatan query dari setiap tabel. Dengan
adanya penjabaran dari penelitian terdahulu maka
dibuatlah penelitian lanjutan dari manajemen
bantuan logistik bencana alam yang bisa di akses
lewat web atau sistem informasi manajemen
bantuan logistik bencan alam yang berbasis cloud
computing.
2.
METODE PENELITIAN
2.1. Landasan Teori
1. Logistik
Secara umum, definisi logistik adalah suatu
proses yang dimulai dari perencanaan,
penyimpanan barang atau jasa dengan tujuan
memenuhi kebutuhan pelanggan dengan biaya
yang minimum [2]. Tujuan dari manajemen
logistik adalah mendistribusikan barang jadi atau
barang mentah kepada konsumen pada waktu
yang epat dengan jumlah yang tepat dan lokasi
Seminar Nasional Informatika 2014
yang tepat dengan biaya yang serendah mungkin.
Misi logistik adalah mengembangkan suatu
sistem yang dapat memenuhi kebijaksanaan
pelayanan dengan biaya pengeluaran yang
serendah mungkin [1]. .
2. Logistik Bencana
Logistik bencana merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia. Kebutuhan dasar ini kebutuhan sandang,
pangan dan papan atau turunannya. Namun,
kategori logistik bencana adalah sembako, obat
pakaian dan kelengkapannya, air, tenda, jas tidur
dan sebagainya. Definisi sistem manajemen
logistik dan peralatan penanggulangan bencana
adalah adanya ketersediaan logistik dan peralatan
pada masa pra bencana, saat bencana, dan
sesudah terjadinya bencana. Faktor utama yang
dapat mendukung berjalannya sistem logistik
dan peralatan untuk penanggulangan bencana
adalah
kemampuan
infrastruktur,
dan
ketersediaan alat transportasi. Rantai pasokan
dalam sistem manajemen logistik dan peralatan
penanggulangan bencana berdasarkan kepada [1]
:
a. Tempat masuknya logistic
b. Gudang Utama
c. Gudang Penyalur
d. Gudang penyimpanan terakhir di pos
komando
3.
Sistem Manajemen Logistik
Sistem adalah serangkaian proses yang
bertujuan untuk menjalankan suatu kegiatan.
Manajemen adalah ilmu dan seni dalam
mengelola suatu kegiatan yang biasanya dalam
kegiatan tersebut digunakan pendekatan fungsifungsi
manajemen seperti
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan
dan
pengendalian. Bantuan adalah segala sesuatu
yang diperoleh dari hasil bantuan dan atau
sumbangan dari berbagai pihak yang diberikan
kepada pihak yang membutuhkan. Logistik adalah
segala sesuatu yang
berujud
dan
dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar
hidup manusia yang terdiri atas sandang, pangan
dan papan atau turunannya. Termasuk dalam
kategorilogistik adalah barang yang habis pakai
atau dikonsumsi, misalnya: sembako (sembilan
bahan pokok), obatobatan, pakaian dan
kelengkapannya, air, tenda, jas tidur dan
sebagainya. [2]
4. Cloud Computing
Istilah cloud computing diciptakan untuk
menggambarkan sebuah layanan komputasi yang
canggih yang disesuaikan permintaan pelanggan
yang pada awal mulanya ditawarkan secara
komersial oleh penyedia layanan tersebut seperti
Amazon, Google, dan Microsoft. Infrastruktur
komputasi dari cloud computing biasa disebut
dengan awan atau “cloud” yang merupakan
tempat untuk mengakses aplikasi baik dari
individu maupun organisasi bisnis dari tempat
manapun sesuai dengan permintaan pengguna
cloud. Penggunaan simbol awan didasari karena
disetiap diagram jaringan internet digambarkan
dengan simbol awan[3].
Cloud computing adalah user- centric.
Setelah Anda sebagai pengguna yang terhubung
ke awan , apa pun yang disimpan di sana dokumen , pesan, gambar, aplikasi , apa pun menjadi milikmu. Selain itu, tidak hanya
merupakan data Anda, tetapi Anda juga dapat
berbagi dengan orang lain. Akibatnya, perangkat
apapun yang mengakses data Anda di awan juga
menjadi milik Anda. Cloud computing
memungkinkan pergeseran dari komputer ke
pengguna, dari aplikasi dengan tugas, dan dari
data yang terisolasi ke data yang dapat diakses
dari mana saja dan berbagi dengan siapa pun.
Pengguna tidak lagi harus mengambil tugas data
dari manajemen, dia bahkan tidak perlu ingat di
mana data tersebut. Semua yang penting adalah
bahwa data di awan, dan sehingga segera tersedia
bagi pengguna dan pengguna lain yang
berwenang[4].
Kunci utama dari cloud computing adalah
visualisasi infrastruktur yang menyediakan dan
memelihara
server
virtual yang dapat
ditingkatkan dan diturunkan sesuai permintaan.
Akar dari sebuah cloud computing merupakan
kemajuan dari hardware, teknologi internet,
distributed computing, dan manajemen sistem
seperti yang ditunjukkan pada gambar 1 yang
menggambarkan konvergensi kemajuan bidang
teknologi yang memberikan kontribusi dalam
terciptanya sebuah cloud computing [4].
Gambar 1. Konvergensi berbagai
kemajuan yang menyebabkan munculnya
Cloud Computing [4]
Sebuah cloud computing terdiri dari
beberapa komponen yaitu client, pusat data (data
center), dan server yang didistribusikan
(distributed server) seperti pada gambar 1. Client
merupakan komputer yang dipakai oleh pengguna
83
Seminar Nasional Informatika 2014
cloud computing. Selain komputer,client dapat
juga berupa laptop, komputer tablet, PDA dan
lain -lain. Pusat data merupakan sebuah kumpulan
server dimana aplikasi dari client berupa server
yang didistribusikan pelanggan ditempatkan.
Server yang didistribusikan tidak semuanya
terletak pada satu lokasi yang sama tapi bisa
berada pada lokasi yang berbeda, tapi dalam
cloud computing server seolah berada pada lokasi
berdampingan yang memberikan keuntungan
apabila salah satu situs mengalami kegagalan
maka situs yang lain masih bisa dijalankan.
Gambar 2. Tiga komponen dasar komputasi
awan [4]
2.2 Metode Penelitian
1.
Pengumpulan data
Adapaun teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
membaca dan mengumpulkan banyak referensi
baik itu dari jurnal- jurnal terdahulu dan juga
buku.
2.
Analisa sistem
Dalam penelitian ini, penulis membahas
mengenai manajemen pendistribusian logistic
bencana. Dalam pembahasan jurnal sebelumnya
yang telah dilakukan oleh Nova Aryana yang
berjudul “Model Lokasi-Alokasi Bantuan
Logistik Catastrophic Berbasis Masjid Di Kota
Padang”[1]. Hasil penelitian ini, bantuan yang
diberikan dari BPBD pendistribusian bantuan
logistic hanya didistribusikan ke mesjid saja. Pada
penelitian lain yang dijadikan bahan acuan adalah
penelitian yang telah dilakukan oleh Faya Mahdi
dan Fiftin Noviyanto yang berjudul “Pemanfaatan
Google Maps Api Untuk Pembangunan Sistem
Informasi Manajemen Bantuan Logistic Pasca
Bencana Alam Berbasis Mobile Web (Studi
Kasus: Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kota
Yogyakarta)”[2].
Penelitian
telah
menghasilkan sebuah sistem informasi manjemen
bantuan logistic pasca bencana saja. Disini
penulis
akan
membahas
manajemen
84
pendistribusian logistic bantuan bencana dengan
mengirimkan bantuan logistic ke posko-posko
yang sudah terdata dan kebutuhan apa saja yang
diperlukan oleh para pengungsi. Dimana data-data
tersebut diperoleh dari para relawan yang telah
melakukan pendataan langsung pada para korban
dan juga ke posko-posko yang dekat dengan
daerah bencana dan juga penulis merancangan
database, untuk memudahkan dalam pembuatan
sistem ini.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada
perancangan
sistem
informasi
manajemen pendistribusian logistik bencana
berbasis cloud computing yang dilakukan pertama
kali adalah pengguna (paguyuban jalin
merapi,relawan dan donatur) masuk ke web
“simple”, untuk dapat masuk ke web tersebut
terlebih dahulu harus menginputkan username
dan
password
masing-masing
pengguna(paguyuban jalin merapi, relawan dan
donatur). Setiap pengguna diberi hak akses
tertenut, dimana jika yang login adalah relawan,
maka relawan hanya bisa menginputkan data
pribadi relawan, barang apa saja yang dibutuhkan
oleh para korban bencana merapi, berapa banyak
jumlah barang yang diminta, posko mana saja
yang meminta bantuan logistik. Sedangkan untuk
donatur diberi hak akses untuk menginputkan
jumlah dana yang akan didonasikan ,melihat
laporan keungan yang digunakan untuk membeli
kebutuhan korban. Untuk paguyuban sendiri dia
memiliki hak akses untuk melihat siapa dan
berapa jumlah donator yang mendonasikan
uangnya,
membuat
laporan
keuangan,
mendistribusikan bantuan logistik sesuai yang
sudah di inputkan oleh relawan. Semua proses ini
akan disimpan didalam sistem. Penjelasan diatas
dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.
Gambar 3. Diagram Konteks
DFD Level 0 dari sistem informasi
manjemen pendistribusian logistk bencana alam
berbasis cloud computing (Studi Kasus Gunung
Merapi) seperti pada gambar 4 di bawah ini.
Dimana setiap relawan, paguyuban dan donator
untuk dapat mengakses system ini harus
Seminar Nasional Informatika 2014
menginputkan username dan password mereka
masing-masing, dimana username dan password
mereka sudah tersimpan didalam database.
Relawan yang Jika bencana merapi terjadi, maka
secara cepat relawan mendata berapa jumlah
pengungsi dan jumlah posko yang berada dilokasi
bencana tersebut. Setelah mengetahui jumlah
posko, kemudian relawan menginputkan data
posko kedalam system, kemudian data yang
diinputkan akan disimpan kedalam sistem. Data
yang diinputkan oleh relawan dapat dilihat oleh
para
donator
dan
paguyuban.
Selain
menginputkan data posko, relawan juga mendata
kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh para
pengungsi, dimana data itu diperoleh relawan
dengan mencari informasi dari perwalian tiap-tiap
posko dan juga mendata langsung ketempat
pengungsian. Setelah mengetahui kebutuhan apa
saja yang dibuthkan oleh para pengungsi,
kemudian relawan menginputkan data kebutuhan
pengungsi ke system. Ketika terjadinya bencana
donator dapat langsung mendonasikan uangnya
untuk para korban bencana. Para donator juga
dapat melihat laporan keuangan, jumlah uang
yang telah didonasikan dan digunakan untuk apa
saja uang tersebut. Paguyuban setelah mengetahui
terjadinya
bencana,
kemudian
langsung
menghubungi relawan, setelah menghubungi
relawan. Paguyuban dapat melihat data yang telah
diinputkan oleh relawan dan juga donator. Setelah
melihat berapa jumlah posko yang terdapat di
dekat lokasi bencana, kebutuhan apa saja yang
diperlukan oleh pengungsi dan jumlah donasi
yang diterima barulah paguyuban membeli
kebutuhan yang di perlukan oleh para pengungsi.
Setelah membeli kebuthan yang diperlukan oleh
para pengungsi. Barang yang sudah dibeli
disimpan terlebih dahulu digudang sebelum
dikirim kemasing-masing posko. Setelah barang
dikirim ke tiap-tiap posko melalui relawan,
relawan akan menginputkan ke system
penerimaan barang logistik yang telah dikirim.
Setelah itu paguyuban dapat membuat laporan
perincian keuangannya.
Gambar 4. DFD Level 1
Relasi antar tabel dari sistem informasi
manjemen pendistriibusian logistk bencana alam
berbasis cloud computing (Studi Kasus Gunung
Merapi) seperti pada gambar 5 di bawah ini.
Dimana relasi antar tabel ini memiliki 12 buah
tabel ada yang memiliki hubungan 1 to M
85
Seminar Nasional Informatika 2014
N
o
1
Name
Type
Data
Varcha
r
Siz
e
10
id_detail
2
id_donasi
Varcha
r
10
3
Id_donatu
r
Varcha
r
10
4
Jumlah
Int
10
N
o
1
Tabel 3. Donasi
Type
Size
Data
id_donasi
Varchar 10
2
Via
Varchar
45
3
Jumlah_do
nasi
Int
10
Gambar 5. Relasi Antar Tabel
Percangna database dari sistem informasi
manjemen pendistriibusian logistk bencana alam
berbasis cloud computing (Studi Kasus Gunung
Merapi) memiliki tabel user,donatur, donasi dan
detail donasi dengan sebagai salah satu contoh
dari tabel berikut.
No
1
2
3
4
86
Tabel 1. Donatur
Type
Size
Data
Id_donatur Varchar 10
Name
Constraint
Primary
Key, Not
Null,
update
cascade,
delete no
action,
Nama_don Varchar 45
Not Null,
atur
Check
,
hanya
karakter a –
z . dan ,
yang bisa
diinuputkan
Jenis_don
Varhcarr 10
Not Null,
asi
Check
hanya
„
Individu‟
dan
„
Kelompok‟
Id_user
Varchar (10) Foreign
Key, Not
Null,
update
cascade,
delete no
action,
Tabel 2. Detail Donasi
Constrain
t
Primary
Key, Not
Null,
update
cascade,
delete no
action,
Foreign
Key, Not
Null,
update
cascade,
delete no
action,
Foreign
Key, Not
Null,
update
cascade,
delete no
action,
Not Null
Name
1
Tabel 4. Relawan
Name
Type
Size
Data
id_relawan
Varchar 10
2
Nama_relawan
No
Varchar
45
Constraint
Primary
Key, Not
Null,
update
cascade,
delete no
action,
Not Null,
Check
hanya
„
Bank
Mandiri‟,‟
Bank BCA‟
dan „Bank
BRI‟
Not Null
Constraint
Primary
Key, Not
Null,
update
cascade,
delete no
action
Not Null,
check
Seminar Nasional Informatika 2014
3
Id_posko
Varchar
10
1
Tabel 5. Posko
Type
Size
Data
id_posko
Varchar 10
2
Nama_posko
Varchar
45
3
wilayah
Varchar
45
No
Name
hanya
karakter az
Foreign
Key, Not
Null,
update
cascade,
delete no
action,
Constraint
Primary
Key, Not
Null,
update
cascade,
delete no
action
Not Null,
check
hanya
karakter az
Not Null
3
Tabel 6. Permintaan Barang
Nam
Type
Size
Constraint
e
Data
id_perm Varch 10
Primary Key,
intaanb
ar
Not
Null,
arang
update
cascade, delete
no action
Nama_
Varch 45
Not Null
barang
ar
jumlah
Int
5
Not Null
4
Tanggal
Date
-
Not Null
5
Status
Varch
ar
20
Not
Null,
check hanya
„terima‟
dan
„belum
diterima‟
No
1
2
Tabel 7. Detail_permintaan Barang
No
Name
Type
Size Constra
Data
int
1
id_detailpe Varchar
10
Primary
rmintaanba
Key,
rang
Not
Null,
update
cascade,
2
Id_posko
Varchar
10
3
id_permint
aanbarang
Varchar
10
4
Id_gudang
Varchar
10
1
Tabel 8. Gudang
Type
Size
Data
id_gudang Varchar 10
2
Jumlah
No
No
Name
Int
5
Tabel 9. Paguyuban
Name
Type Size
Data
1
id_paguy
uban
Varch
ar
10
2
nama
Varch
ar
45
3
Status
Varhc
ar
20
delete
no
action
Foreign
Key,
Not
Null,
update
cascade,
delete
no
action
Foreign
Key,
Not
Null,
update
cascade,
delete
no
action
Foreign
Key,
Not
Null,
update
cascade,
delete
no
action
Constraint
Primary
Key,
Not
Null, update
cascade,
delete
no
action
Not
Null,
update
cascade,
delete
no
action
Constraint
Primary Key,
Not
Null,
update
cascade, delete
no action
Not
Null,
check hanya
karakter a-z
Not
Null,
check
87
Seminar Nasional Informatika 2014
4
Id_relaw
an
Varch
ar
10
5
Id_detail
perminta
an
Varch
ar
10
6
Id_user
Varch
ar
10
No
1
2
3
No
Tabel 10. Pembelian
Name
Type
Size
Data
id_pembelia Varchar 10
n
Tgl_pembeli
an
id_paguyub
an
Name
id_user
2
Nama_user
88
Password
Date
-
Varchar
10
Tabel 11. User
Type
Size
Data
Varchar 10
1
3
hanya‟ketua‟,‟
sekretaris‟,‟be
ndahara‟ dan
„anggota‟
Foreign Key,
Not
Null,
update
cascade, delete
no action
Foreign Key,
Not
Null,
update
cascade, delete
no action
Foreign Key,
Not
Null,
update
cascade, delete
no action
Varchar
Varchar
45
45
4
Level
Varchar
20
Not Null,
check
hanya
karakter az
1
Tabel 12. Laporan
Name
Type
Size
Data
id_laporan
Varchar 10
2
Tanggal
Date
-
3
Id_pembelian
Varchar
10
Primary
Key,
Not
Null, update
cascade,
delete
no
action
Not Null
4
Id_detaildonasi
Varchar
10
Foreign
Key,
Not
Null, update
cascade,
delete
no
action
4.
No
Constraint
Constraint
Primary Key,
Not
Null,
update
cascade,
delete
no
action
Not Null
Foreign Key,
Not
Null,
update
cascade,
delete
no
action
Foreign Key,
Not
Null,
update
cascade,
delete
no
action
IMPLEMENTASI
1. Tampilan Login
Pada tahap ini dilakukan pengujian sistem,
dimana masuk ke web dan harus memasukkan
username dan password.
Constraint
Primary
Key, Not
Null,
update
cascade,
delete no
action
Not Null,
check
hanya
karakter az
Not Null,
check
hanya
karakter az
dan
angka 0-10
Gambar 5. Tampilan Login
2.
Tampilan Input Relawan
Pada tahap ini halaman Relawan, dimana
di dalam halaman ini terdapat beberapa sub menu
yaitu input relawan, input posko dan kebutuhan.
Seminar Nasional Informatika 2014
Berdasarkan penelitian yang telah penulis
lakukan dapat diambil kesimpulan yaitu dengan
menggunakan sistem informasi ini, dimana
penulis telah merancang pendistribusan logistik
bencana untuk dapat digunakan baik oleh
paguyuban maupun para relawan. Dimana
paguyuban disini berfokus para para korban
bencana
gunung
merapi.
Diharapkan
pendistribusian logistik kepada para korban
bencana dapat tersalurkan secara merata dan tepat
sasaran. Dan bagi para donator mereka dapat
melihat rincian atau laporan donasi yang
digunakan untuk membeli kebutuhan para
pengungsi.
Gambar 6. Tampilan Input Relawan
3.
Tampilan Kebutuhan
Tampilan ini juga terdapat pada halaman
relawan, dimana pada tahapan ini relawan
menginputkan kebutuan apa saja yang diperlukan
oleh para pengungsi, dimana data tersebut
diperoleh oleh relawan dengan bertanya langsung
ke pengungsi dan posko-posko terdekat bencana.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
Ariana, Nova, 2012, Model Lokasi-Alokasi
Bantuan Logistik Catastrophic Berbasis
Masjid DiKota Padang, Jurnal Optimasi
Sistem Industri, Vol. 11 No. 2, Oktober
2012
Mahdia, Faya Mahdia, Fiftin Noviyanto,
2013, Pemanfaatan Google Maps Api Untuk
Pembangunan Sistem Informasi Manajemen
Bantuan Logistik Pasca Bencana Alam
Berbasis Mobile Web ( Studi Kasus : Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kota
Yogyakarta),
JurnalSarjana
Teknik
Informatika, Juni 2013
Andriani, Anik, 2013, Pemanfaatan Cloud
Computing Dalam Pengembangan Bisnis,
SeminarNasional Teknologi Informasi dan
Multimedia 2013,Yogyakarta, 19 Januari
2013
Miller, Michael, 2008, Cloud computing
web Based application that change the way
you work and collaborate online, Publisher:
Que, Indiana.
Gambar 7. Tampilan Kebutuhan
Kesimpulan
89