Identifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Air Bersih di Kelurahan Cihaurgeulis

Reka Lingkungan

© Teknik Lingkungan I tenas | No.1 | Vol. 6
April 2018

Jurnal Online I nstitut Teknologi Nasional

I dentifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam
Pengelolaan Air Bersih di Kelurahan Cihaurgeulis
CI TRA PERMATASARI , JULI SOEMI RAT, SI TI AI NUN
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
I nstitut Teknologi Nasional (I tenas) Bandung
Email: permatacitra1177@yahoo.com
ABSTRAK
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air bersih didefinisikan sebagai keterlibatan
langsung masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan ketersediaan air bersih secara
kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Keterlibatan masyarakat dapat menimbulkan adanya
rasa memiliki serta bertanggungjawab akan pentingnya air bersih yang akan berdampak
terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitar. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan air bersih di
Kelurahan Cihaurgeulis. Pengukuran tingkat partisipasi masyarakat menggunakan

konsep Arnstein (A Ladder of Citizen Participation). Metode pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara. Hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Untuk
menentukan jumlah responden menggunakan teknik stratified sistematis sampling. Hasil
pengukuran menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat terbesar terdapat pada tingkat
informing (32% ). Disarankan adanya pendidikan lingkungan yang formal dan
memberikan pelayanan pengelolaan air bersih yang dapat meningkatkan ketersediaan
air bersih.

Kata kunci: Tingkat partisipasi, masyarakat, air bersih.
ABSTRACT
Public participation in water management is defined as the direct involvement of
communities in maintaining and improving the availability of clean water in terms of
quality, quantity, and continuity. Community involvement can cause a sense of
belonging and responsibility of the importance of clean water that will have an impact
on public health and the environment. The purpose of the study is to measure the level
of public participation in the water management system in the Cihaurgeulis village. The
measurement of the public participation researched use Arnstein concept (A Ladder of
Citizen Participation). Methods of data collection were conducted by interviews. The
results obtained were analyzed by quantitative descriptive. To determine the number of
respondents was used stratified systematic sampling technique. The results of

measurement showed the most level of public participation at the level of informing
(32% ). I t can be recommended to formal environmental education and provide
affordable clean water management that can be increase the availability of clean water.

Keyw ords: Public Participation, community, clean water.

I dentifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Air Bersih Di Kelurahan Cihaurgeulis – 1

Citra Permatasari, Juli Soemirat, Siti Ainun

1. PENDAHULUAN
Cakupan layanan PDAM tahun 2014 di Kota Bandung, yaitu 69,3% (PDAM Kota
Bandung, 2014). Potensi air baku di kota bandung semakin menurun setiap waktunya
bahkan menjadi sangat terbatas. Selain itu, terjadi peningkatan kebutuhan air bersih tahun
2014 hingga 2015 di Kota Bandung mencapai 0,63% . Hal tersebut terjadi karena jumlah
penduduk dan taraf hidup yang meningkat. Untuk mengatasi pelayanan air bersih yang lebih
baik Pemerintah Kota Bandung telah mengeluarkan keputusan “Universal Akses” yakni 100%
layanan air bersih pada tahun 2019. Dalam mencapainya, dibutuhkan kesadaran masyarakat
dalam melestarikan lingkungan pada umumnya di sumber-sumber air pada khususnya.
Partisipasi di sumber, meliputi menjaga kualitas, kuantitas, dan kontinuitas dengan cara

penghematan pemakaian air, meningkatkan pemanfaatan air, menjaga daerah resapan air,
pengendalian pencemaran air, perlindungan dan pelestarian sumber air, dan pengelolaan
kualitas air. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air bersih sangat
diperlukan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum menyatakan bahwa
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan dan perlindungan air
baku. Partisipasi dalam pengelolaan air bersih sangat penting karena adanya partisipasi
masyarakat dapat menjamin keberlanjutan pengelolaan air bersih. Dalam laporan kegiatan
untuk UNDP – World Bank yang dilakukan oleh Sara and Katz (1998) menyebutkan bahwa
faktor yang mempengaruhi keberlanjutan suatu sistem pengelolaan air meliputi aspek teknis,
aspek institusi, serta aspek sosial yaitu adanya keinginan dari pengguna untuk berpartisipasi
baik berupa waktu, tenaga maupun finansial. Studi ini merupakan kajian untuk mengetahui
tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan air bersih.

2. METODOLOGI
Agar tujuan penelitian dapat dicapai, maka diperlukan tahapan-tahapan yang sesuai
dan sistematis. Tahap pertama pada penelitian ini adalah studi literatur dengan mencari
berbagai informasi yang mencakup sistem penyediaan air bersih, pengelolaan prasarana air
bersih, partisipasi dalam penyediaan air bersih, konsep partisipasi, partisipasi masyarakat

terhadap lingkungan dan pengelolaan air bersih, serta jenis-jenis partisipasi masyarakat.
Pada persiapan penelitian, akan dilakukan survei pendahuluan untuk menentukan daerah
penelitian dan mengetahui sistem pengelolaan air bersih. Persiapan lainnya adalah
perancangan daftar pertanyaan wawancara yang disusun berdasarkan konsep Arnstein dan
sistem pengelolaan air bersih.
Daftar pertanyaan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
− Bagian I berisi identitas responden, terdiri dari nama, alamat, jenis kelamin, jumlah
anggota keluarga, lama tinggal, pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan.
− Bagian I I berisi kondisi sistem pengelolaan air bersih. Sistem pengelolaan air bersih yang
diteliti adalah tiga jenis sistem sesuai dengan sumber yang digunakan.
Hubungan sistem pengelolaan air bersih terhadap partisipasi masyarakat pada penelitian
ini didasarkan atas sistem penyediaan air secara teknis yang mencakup sumber air baku
dan unit ditribusi (PerMen PU No. 18 Tahun 2007 Pasal 21) seperti yang terdapat pada
Tabel 1.

I dentifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Air Bersih Di Kelurahan Cihaurgeulis – 2

Citra Permatasari, Juli Soemirat, Siti Ainun

Tabel 1. Jenis Sistem

Sistem
Penyediaan

A

B

C

Sumber

Air permukaan yang
dikelola oleh PDAM.

Sumur

Air
permukaan
yang
dikelola oleh PDAM dan

sumur

Unit Distribusi

Perpipaan

Perpipaan/ non perpipaan

Perpipaan/ non perpipaan



Bagian I I I berisi pertanyaan untuk mengukur partisipasi yang terdiri dari delapan
pertanyaan mengenai tingkat partisipasi masyarakat.
Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Mulai

Studi Literatur

-


Persiapan Penelitian :
Survei pendahuluan
Perancangan daftar pertanyaan wawancara

Pengukuran Tingkat Partisipasi

Teknik Sampling :

Stratified Systematic Sampling

Pengumpulan Data

Data Primer :
- Wawancara terhadap masyarakat
berdasarkan jenis rumah

Data Sekunder :
- Studi literatur
- Data dari instansi terkait


Analisis dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Selanjutnya, perancangan daftar pertanyaan pada bagian tingkat partisipasi disesuaikan dengan
konsep Arnstein dan sistem pengelolaan air bersih yang menghasilkan pengertian yang terdapat pada

I dentifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Air Bersih Di Kelurahan Cihaurgeulis – 3

Citra Permatasari, Juli Soemirat, Siti Ainun

Tabel 2. Hal tersebut terlihat dalam kerangka perancangan daftar pertanyaan yang terdapat pada
Gambar 2.

Kondisi Sistem Pengelolaan
Air Bersih


Konsep Arnstein

Pengertian Level
Arnstein Berdasarkan
Sistem Pengelolaan Air
Bersih

Mengukur
Tingkat
Partisipasi Berdasarkan
Tiga
Aspek,
yaitu
pengetahuan, manfaat,
dan kehadiran.

Gambar 2. Kerangka Perancangan Daftar Pertanyaan Waw ancara.

Cara mengukur tingkat partisipasi didasarkan atas konsep Arnstein. Tangga pertama,

yaitu manipulation (manipulasi) serta tangga kedua theraphy (perbaikan) tidak termasuk
dalam konteks partisipasi yang sesungguhnya. Di dalam hal ini masyarakat terlibat dalam
suatu program, akan tetapi sesungguhnya keterlibatan mereka tidak dilandasi oleh suatu
dorongan mental, psikologis, dan disertai konsekuensi keikutsertaan yang memberikan
kontribusi dalam program tersebut (Satries, 2011). Berdasarkan teori tersebut, kelompok
non participation berhubungan dengan keterlibatan masyarakat. Keterlibatan masyarakat
dapat diartikan dengan adanya kehadiran masyarakat.
Tangga ketiga informing (pemberian informasi) hingga tangga kelima placation
(peredaman kemarahan/ penentraman) adalah suatu bentuk usaha untuk menampung ide,
saran, masukan dari masyarakat. Adanya ide dan saran dari masyarakat memberikan arti
bahwa masyarakat mulai memiliki pengetahuan dan mengetahui manfaat dalam kegiatan
tersebut. Pada kelompok citizen power masyarakat pasti sudah memiliki ketiga aspek
(pengetahuan, manfaat, dan kehadiran) yang lebih baik dibandingkan kelompok
sebelumnya.

Tabel 2. Pengertian Level Arnstein
Level
Citizen control

Delegated power


Penjelasan
I nisiasi sepenuhnya datang dari masyarakat baik dalam proses perencanaan,
pelaksanaan,
pengoperasian,
tanggung
jawab,
pembiayaan,
dan
pemeliharaan.
I nisiasi sudah datang dari masyarakat untuk melakukan perencanaan,
pelaksanaan, pengoperasian, tanggung jawab, dan pemeliharaan dengan
meminta bantuan dari pihak terkait.

Partnership

I nisiasi sudah datang dari masyarakat tetapi pada perencanaan masih dibantu
oleh pihak terkaitdengan adanya kesamaan peran.

Placation

Masyarakat sudah melakukan kegiatan di atas secara sukarela, sudah
mengetahui manfaatnya, sudah ada keinginan untuk berpendapat, dan
masyarakat sudah dipersilakan menyampaikan usulan mengenai hal tersebut,
tetapi hanya sebagian pendapat yang diterima.

Consultation

Masyarakat sudah melakukan kegiatan di atas secara sukarela, sudah
mengetahui manfaatnya, dan masyarakat dapat membuat usulan mengenai
hal tersebut, walaupun tidak ada jaminan untuk diterima.

I nforming

Masyarakat sudah mendapatkan informasi mengenai manfaat dari kegiatan

I dentifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Air Bersih Di Kelurahan Cihaurgeulis – 4

Citra Permatasari, Juli Soemirat, Siti Ainun

Level

Penjelasan
pengelolaan, tetapi tidak
menyampaikan usulan.

diberikan

kesempatan

untuk

berpendapat

Therapy

Masyarakat melakukan kegiatan pengelolaan air bersih karena terpaksa dan
sudah mengetahui manfaatnya.

Manipulation

Masyarakat melakukan kegiatan pengelolaan air bersih karena terpaksa dan
tidak mengetahui manfaatnya.

2.1.

Cara Mengukur Tingkat Partisipasi
Pengukuran didasarkan atas tiga aspek pembahasan, yaitu pengetahuan, manfaat,
dan kehadiran seperti yang terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3. Mengukur Tingkat Partisipasi.
Level
Citizen Control
Delegated Power
Partnership
Placation
Consultation
I nforming
Therapy
Manipulation

Pengetahuan
Tahu
Tahu
Tahu
Tahu
Tahu
Tidak tahu
Tidak tahu
Tidak tahu

Manfaat
Tahu
Tahu
Tahu
Tahu
Tahu
Tahu
Tahu
Tidak tahu

Kehadiran
I nisiatif hadir
I nisiatif hadir
I nisiatif hadir
Sukarela
Sukarela
Sukarela
Terpaksa
Terpaksa

Pengertian dari masing-masing tingkat adalah sebagai berikut:
Citizen Control
: masyarakat memiliki pengetahuan mengenai pengelolaan air bersih
(hingga pemeliharaan, perlindungan sumber air, sosialisasi dalam
penyelenggaraan) dan berinisiatif hadir dalam kegiatan karena
memiliki kekuasaan penuh.
Delegated Power
: masyarakat memiliki pengetahuan mengenai pengelolaan air bersih
mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga kelembagaan dan
berinisiatif hadir karena memiliki kewenangan membuat keputusan.
Partnership
: masyarakat memiliki pengetahuan mengenai pengelolaan air bersih,
mengetahui manfaat air bersih bagi kesehatan, dan berinisiatif hadir
dalam kegiatan setelah adanya kesepakatan bersama.
Placation
: masyarakat memiliki pengetahuan mengenai pengelolaan air bersih
(penghematan penggunaan air), mengetahui manfaat air bersih bagi
kesehatan, dan hadir dalam kegiatan secara sukarela.
Consultation
: masyarakat sudah mulai memiliki pengetahuan mengenai air bersih,
mengetahui manfaat air bersih bagi kesehatan, dan hadir dalam
kegiatan secara sukarela.
I nforming
: masyarakat tidak memiliki pengetahuan mengenai air bersih,
mengetahui manfaat air bersih bagi kesehatan, dan hadir dalam suatu
kegiatan secara sukarela.
Therapy
: masyarakat tidak memiliki pengetahuan mengenai air bersih,
mengetahui manfaat air bersih, dan hadir dalam suatu kegiatan
karena terpaksa.
Manipulation
: masyarakat tidak memiliki pengetahuan mengenai air bersih, tidak
tahu manfaat air bersih, dan hadir dalam suatu kegiatan karena
terpaksa.

I dentifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Air Bersih Di Kelurahan Cihaurgeulis – 5

Citra Permatasari, Juli Soemirat, Siti Ainun

2.2.

Teknik Sampling

Teknik stratifikasi digunakan karena kondisi sosial ekonomi yang heterogen. Subjek
penelitian adalah masyarakat Kelurahan Cihaurgeulis berdasarkan tingkat sosial ekonomi
dilihat dari jenis rumah, yaitu permanen, semi permanen, dan tidak permanen. Untuk
mendapatkan jumlah sampel digunakan distribusi binomial karena kemungkinan jawaban
terhadap pertanyaan pada bagian partisipasi hanya ada dua, yaitu ya/ tidak. Selanjutnya,
melakukan pengambilan sampel secara sistematis berdasarkan interval tertentu sesuai
dengan jumlah responden yang telah dihitung. Data jumlah rumah di Kelurahan Cihaurgeulis
dan perhitungan jumlah sampel terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Jenis Rumah dan Jumlah Sampel
No.
1
2
3

Uraian
Permanen
Semi Permanen
Tidak Permanen
Jumlah

Jumlah (Rumah)
2.377
723
225
3.325

Jumlah Sampel
49 rumah
15 rumah
5 rumah
69 rumah

3. ANALI SI S DAN PEMBAHASAN
3.1. Sistem Pengelolaan Air Bersih
3.1.1. Sumber Air Bersih
Penyediaan air bersih di Kelurahan Cihaurgeulis menggunakan sistem perpipaan dan
non perpipaan. Sistem perpipaan di Kelurahan Cihaurgeulis dikelola oleh PDAM, sedangkan
sistem non perpipaan yaitu dari sumur (dangkal/ dalam). Sumber air bersih yang digunakan
responden di Kelurahan Cihaurgeulis terdapat pada Gambar 3.
PDAM & Sumur
13%

PDAM
26%

Sumur
61%
Gambar 3. Sumber Air Bersih.

Berdasarkan Gambar 3. sebanyak 61% adalah pengguna air sumur dan urutan
terendah terdapat pada pengguna dua sumber, yaitu PDAM dan sumur (13% ). Masyarakat di
Kelurahan Cihaurgeulis lebih banyak menggunakan sumur sebagai sumber air bersih karena
kuantitas air lebih banyak dihasilkan dibandingkan dengan menggunakan PDAM.
Permasalahan yang ada ialah kualitas air sumur di daerah tersebut kurang baik, seperti
terdapat masalah pada kadar zat besi yang tinggi dan warna yang tidak jernih. Masyarakat
tidak banyak yang menggunakan PDAM karena kuantitas airnya kecil dan kontinuitasnya
tidak terjaga.
Selama ini, pemakaian air tanah untuk rumah tangga kurang mendapatkan
pengawasan dan pengendalian karena pemakaiannya dianggap tidak berlebihan. Untuk
mengurangi pemanfaatan air tanah yang berlebih diperlukan kesadaran masyarakat akan
nilai air sebagai benda ekonomi yang memiliki harga. Pada Gambar 4 terdapat penghematan
air yang dilakukan oleh responden.

I dentifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Air Bersih Di Kelurahan Cihaurgeulis – 6

Citra Permatasari, Juli Soemirat, Siti Ainun

Menggunakan seperlunya
Melakukan penghematan dengan mengatur jadwal mencuci 
(tidak setiap hari) & menggunakan kembali air bekas cucian

22%
33%
9%

Melakukan penghematan dengan menggunakan shower
Melakukan penghematan agar tagihannya tidak besar

1%
Tidak melakukan penghematan

3%
32%

Lainnya

Gambar 4. Penghematan Air.

Berdasarkan Gambar 4. penghematan yang dilakukan terbanyak terdapat pada
menggunakan air seperlunya sebesar 33% dan yang terendah adalah dengan alasan
menghemat agar tagihannya tidak besar (1% ).

3.2.

Tingkat Partisipasi

Partisipasi masyarakat adalah kekuasaan tertinggi dalam pengambilan keputusan atas
seluruh aspek yang terkait pengelolaan air bersih berada di tangan anggota masyarakat,
mulai dari tahap awal identifikasi kebutuhan air, perencanaan pelayanan yang diinginkan,
perencanaan teknis, pelaksanaan, hingga pengelolaan. Selama proses, mereka dapat
memperoleh bantuan dari pihak luar, namun keputusan terakhir tetap berada di tangan
masyarakat itu sendiri. Cara mengukur tingkat partisipasi masyarakat terdapat pada Tabel 3.
beserta pengertiannya.
Contoh cara mengukur tingkat partisipasi pada responden adalah dengan
menanyakan pertanyaan, yaitu apakah Bapak/ I bu pernah hadir dalam kegiatan mengenai
pengelolaan air bersih secara sukarela dan mengetahui manfaat dari kegiatan tersebut? dan
apakah dalam kegiatan tersebut Bapak/ I bu diberikan kesempatan untuk menyampaikan
pendapat?. Jika responden menjawab ya “Saya hadir jika terdapat pemberitahuan dalam
perbaikan meteran air/ lainnya dan kegiatan pengelolaan yang ada di lingkungan (sumur
resapan dan biopori), manfaat pengelolaan sumber air bersih agar jumlahnya tidak sedikit
dan penting bagi kesehatan, dan bisa mengungkapkan pendapat atas kekurangan yang
terjadi, seperti kuantitas air yang tidak mencukupi dan kontinuitas air PDAM yang tidak
terjaga”. Jawaban dan pertanyaan di atas dapat diasumsikan bahwa responden tersebut
termasuk dalam tingkat consultation . Hal tersebut dikarenakan masyarakat mengetahui
pengetahuan mengenai kuantitas dan kontinuitas air pada saat mengungkapkan
pendapatnya, tahu manfaat pengelolaan air bersih, dan hadir dalam kegiatan secara
sukarela walaupun harus ada pemberitahuan terlebih dahulu.
Untuk meningkatkan ketersediaan air bersih perlu upaya melibatkan masyarakat
dalam sistem pengelolaan air bersih yang berkelanjutan. Dari hasil wawancara berdasarkan
daftar pertanyaan dan pengukuran partisipasi yang mencakup tiga pembahasan, partisipasi
masyarakat beragam. Tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan air bersih dapat
dilihat pada Gambar 5.

I dentifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Air Bersih Di Kelurahan Cihaurgeulis – 7

Citra Permatasari, Juli Soemirat, Siti Ainun

1% 2%
20%

Manipulation
Theraphy

22%

I nforming
Consultation

23%

32%

Placation
Partnership

Gambar 5. Tingkat Partisipasi Masyarakat.

Berdasarkan Gambar 5. tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan air bersih
terbesar adalah informing (32% ), urutan kedua terbanyak adalah consultation (23% ), dan
yang terkecil terdapat pada partnership (1% ). Partisipasi masyarakat berdasarkan sumber air
bersih yang digunakan memiliki tingkatan yang beragam. Pengguna PDAM memiliki tingkat
partisipasi mulai dari theraphy hingga placation , pengguna sumur memiliki tingkatan yang
sangat beragam dari manipulation hingga partnership , dan pengguna PDAM & sumur hanya
memiliki tiga tingkat mulai dari theraphy hingga consultation . Data tersebut dapat dilihat
pada Gambar 6.
Manipulation

Theraphy

Informing

Consultation

Placation

Partnership

Delegated Power

Citizen Control
19%
17%
16%

10%
7%
4%4%

6%
1%

PDAM

6%6%
1%

Sumur

1%

PDAM & Sumur

Gambar 6. Tingkat Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Sumber.

Gambar 6. menunjukkan bahwa tingkat partisipasi pengguna PDAM yang terbesar
terdapat pada tingkat theraphy (10% ), serta persentase terkecil terdapat di tingkat
consultation dan placation (masing-masing sebesar 4% ). Pengguna sumur memiliki
partisipasi dari tingkat terendah (manipulation) sebesar 1% hingga partnership (1% ).
Tingkat yang beragam ini dikarenakan mayoritas penduduk di Kelurahan Cihaurgeulis adalah
pengguna sumur, selain itu pengelolaan air bersih yang dilakukan pun bermacam-macam
dibandingkan pengguna PDAM. Pengguna PDAM & sumur yang memiliki tingkat persentase
terbesar adalah theraphy dan informing (masing-masing sebesar 6% ), serta persentase
terkecil adalah consultation (1% ). Selain itu, diantara ketiga sumber tersebut yang mendapat
persentase terbanyak adalah tingkat informing , yaitu PDAM (7% ), sumur (19% ), serta PDAM
& sumur (6% ). Tingkat informing yang mendominasi dapat dipengaruhi oleh :

I dentifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Air Bersih Di Kelurahan Cihaurgeulis – 8

Citra Permatasari, Juli Soemirat, Siti Ainun

Tidak adanya kemampuan masyarakat dalam pengambilan keputusan karena
mayoritas masyarakat memiliki pendidikan menengah ke bawah.
- Masyarakat tidak memiliki informasi yang cukup.
- Kurangnya sosialisasi dari pemerintah dalam pengelolalaan air bersih.
Pengertian delapan anak tangga tingkat partisipasi masyarakat yang terdapat pada
Gambar 6. berbeda-beda pada setiap tingkatannya. Pada tingkat manipulation dan theraphy,
masyarakat tidak ada keinginan untuk hadir/ hadir secara terpaksa dalam kegiatan
pengelolaan air bersih. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat dalam
pengelolaan air bersih, sehingga tidak memiliki keinginan untuk melakukan penghematan
dan pemeliharaan air bersih. Tingkat informing masyarakat tidak memiliki pengetahuan,
akan tetapi sudah diberikan informasi mengenai manfaat mengenai air bersih dan
keuntungan melakukan pengelolaan air bersih. Pada tingkat consultation , masyarakat sudah
mulai memiliki pengetahuan pengelolaan air bersih, seperti kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas, serta pentingnya air bersih. Berdasarkan pengetahuan tersebut, masyarakat
sudah dapat mengungkapkan pendapat dalam sosialisasi. Pada tingkat placation , masyarakat
sudah memiliki pengetahuan pengelolaan air bersih, seperti kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas, pentingnya air bersih, serta cara penghematan dan pemanfaatan air bersih agar
ketersediaan air baku terjaga. Dan pada tingkat partnership, masyarakat sudah memiliki
pengetahuan dalam perencanaan untuk melakukan pengelolaan air bersih, seperti
menentukan jumlah rumah yang terlayani, lokasi pembuatan, dan kedalaman sumur.

-

4. KESI MPULAN
Tingkat partisipasi masyarakat terbanyak berada pada tingkat informing sebesar 32% , yaitu
meskipun tidak memiliki pengetahuan mengenai pengelolaan air bersih, masyarakat
mengetahui manfaat air bersih bagi kesehatan, dan hadir dalam suatu kegiatan secara
sukarela. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh partisipasi yang belum dilakukan secara
optimal karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air bersih dan
pengetahuan yang minim. Tingkat informing masih termasuk dalam partisipasi yang rendah,
walaupun sudah mendapatkan sedikit informasi mengenai pengelolaan air bersih. Oleh
karena itu, pendidikan lingkungan sangat penting dilakukan agar masyarakat memahami
kondisi lingkungan.

DAFTAR RUJUKAN
Arnstein, S. R. (1969). A Ladder of Citizen Participation . Dalam R. T. Gates, & F. Stout
(Penyunt.), The City Reader (2nd ed.). New York: Routledge Press.
Kelurahan Cihaurgeulis.
Cihaurgeulis.

(2014).

Profil

Kelurahan

Cihaurgeulis.

Perusahaan Daerah Air Minum Kota Bandung. (2014).
Diakses melalui http:/ / www.pambdg.co.id/ new2/ .

Bandung:

Kelurahan

Kapasitas Produksi Air Minum .

Republik I ndonesia. (2007). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007
tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Jakarta: Menteri
Pekerjaan Umum Republik I ndonesia.
Sara, J. and T. Katz. (1998). Making Rural Water Supply Sustainable: Report on the I mpact
of Project Rules. Washington, DC: UNDP - World Bank.

I dentifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Air Bersih Di Kelurahan Cihaurgeulis – 9

Citra Permatasari, Juli Soemirat, Siti Ainun

Satries, W. I . (2011). Mengukur Tingkat Partisipasi Masyarakat Kota Bekasi dalam
Penyusunan APBD melalui Pelaksanaan Musrenbang 2010. Jurnal Kybernan , Vol. 2, No. 2.

I dentifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Air Bersih Di Kelurahan Cihaurgeulis – 10