STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN BROADBA pdf
STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN BROADBAND
ACCES DI INDONESIA
Makalah
Disusun sebagai pengganti Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Manajemen dan Keekonomian Proyek Teknik
Dosen Pengajar : DR. Ir. Iwan Krisnadi MBA
Oleh :
Ria Rizki Yuliana
1706992513
PROGRAM PASCA SARJANA
MANAJEMEN TELEKOMUNIKASI
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
2017
ABSTRAK
Saat ini peran informasi menjadi sangat penting baik untuk kepentingan pemerintahan,
perekonomian, sosial budaya, dan bahkan pertahanan keamanan. Oleh karena itu, pola pikir
yang menempatkan prasarana informasi dan komunikasi hanya sebagai pelengkap dan
pemberdaya harus disesuaikan dengan kondisi global saat ini yang menuntut informasi menjadi
motor penggerak pembangunan.
Broadband memungkinkan penyediaan, pengolahan, dan pendistribusian informasi
dilakukan secara lebih cepat, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel sehingga informasi
tersebut tidak kehilangan nilai dan bahkan dapat menciptakan nilai tambah bagi masyarakat.
Seiring dengan perkembangan infrastruktur jaringan 4G di tanah air, pemerintah, dalam
hal ini Kementrian Telekomunikasi dan Informasi (Kemkominfo), mulai menelurkan kebijakan
berbagi jaringan atau active network sharing. Langkah ini mulai santer dibicarakan beberapa
waktu belakangan. Dalam jangka panjang, impelementasi berbagi infrastruktur diharapkan bisa
membuat industri telekomunikasi semakin terjangkau dan berkelanjutan.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai strategi apa yang harus dilakukan oleh Pemrintah
dalam rangka percepatan pengembangan Broadband Access di Indonesia dengan
menggunakan metode SWOT untuk mengetahui keterkaitan antara peluang eksternal dengan
kekuatan internal serta kelemahan internal dengan ancama eksternal. Dari analisa tersebut akan
menghasilkan strategi yang akan digunakan oleh Pemerintah dalam percepatan pengembangan
Broadband Access di Indonesia.
Kata Kunci : Broadband Access, Sharing Infrastruktur, SWOT.
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
a. Peran Broadband sebagai Pendorong Pembangunan
Saat ini peran informasi menjadi sangat penting baik untuk kepentingan
pemerintahan, perekonomian, sosial budaya, dan bahkan pertahanan keamanan. Oleh
karena itu, pola pikir yang menempatkan prasarana informasi dan komunikasi hanya
sebagai pelengkap dan pemberdaya harus disesuaikan dengan kondisi global saat ini
yang menuntut informasi menjadi motor penggerak pembangunan.
Broadband memungkinkan penyediaan, pengolahan, dan pendistribusian
informasi dilakukan secara lebih cepat, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel
sehingga informasi tersebut tidak kehilangan nilai dan bahkan dapat menciptakan nilai
tambah bagi masyarakat.
Peran TIK khususnya broadband sebagai mesin pertumbuhan di seluruh aspek
pembangunan dalam tahun-tahun mendatang juga diyakini oleh dunia internasional.
Urgensi implementasi pitalebar dalam pembangunan diangkat oleh berbagai
konferensi dan pertemuan internasional dan nasional seperti dinyatakan dalam United
Nations Conference on Sustainable Development (Rio+20) yang diadakan pada bulan
Juni 2012.
b. Upaya-upaya Pemerintah dalam mendorong Percepatan Broadband melalui
Penatapan target-target dalam Rencana Pita Lebar Indonesia ( RPI).
Dalam rangka mewujudkan pencapaian broadband yang akan mendorong
pembangunan dan penciptaan nilai tambah bagi masyarakat, maka pemerintah telah
menyelesaikan penyusunan rencana pembangunan pitalebar nasional yang dituangkan
dalam Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019 dan ditetapkan melalui Peraturan
Presiden Nomor 96 Tahun 2014. Pitalebar dalam Rencana Pitalebar Indonesia 20142019 didefinisikan sebagai akses internet dengan jaminan konektivitas selalu
tersambung, terjamin ketahanan dan keamanan informasinya serta memiliki
kemampuan triple-play dengan kecepatan minimal 2 Mbps untuk akses tetap (fixed)
dan 1 Mbps untuk akses bergerak (mobile).
Walaupun pitalebar didefinisikan secara teknis, keberhasilan pembangunan
pitalebar tidak saja dinilai dari penyediaan prasarana, tetapi juga dari tingkat adopsi
dan kualitas penggunaannya dalam mendukung pertumbuhan pembangunan nasional
dan daya saing Indonesia di tingkat global, serta peningkatan kualitas hidup
masyarakat Indonesia.
Dalam lima tahun ke depan (2019), pembangunan pitalebar nasional
direncanakan dapat memberikan akses tetap di wilayah perkotaan ke 71% rumah
tangga (20 Mbps) dan 30% populasi, serta akses bergerak ke seluruh populasi (1
Mbps). Adapun di wilayah perdesaan, prasarana pitalebar akses tetap diharapkan
dapat menjangkau 49% rumah tangga (10 Mbps) dan 6% populasi, serta akses
bergerak ke 52% populasi (1 Mbps).
Untuk meningkatkan adopsi layanan pitalebar oleh masyarakat luas, harga
layanan pitalebar ditargetkan paling tinggi sebesar 5% dari rata-rata pendapatan
bulanan pada akhir tahun 2019. Penguatan industri teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dalam negeri diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar
terjaring (captive market) yang meliputi 4,5 juta orang Pegawai Negeri Sipil, 50 juta
siswa, 3 juta pendidik, dan 60 juta rumah tangga pengguna internet. Target dalam
pembangunan sarana prasarana Broadband pemerintah telah menetapkan target
sebagai berikut :
Sumber : Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019
Upaya-upaya mendorong percepatan pengembangan pita lebar di Indonesia telah
dilakukan secara parsial oleh masing-masing operator dengan salah satu diantaranya
ekspansi jaringan , pengembangan BTS, dan lain –lain. Namun upaya tersebut masih
belum cukup dapat mencapai target-terget yang di butuhkan oleh masyarakat.
c. Capaian Rencana Pita Lebar ( Broadband) Indonesia
Dari sekian target yang telah ditetapkan oleh pemerintah, masih banyak targettarget yang belum dapat dipenuhi antara lain: mobile broad-band harus mencapai 100%
populasi pada tahun 2019 masih menyisakan 7% target populasi khususnya untuk
wilayah rural. Kemudian Fixed Broadband yang harus mencapai 49% rumah tangga
dan tarif fixed broadband untuk rumah tangga yang relatif masih dibawah target RPI
yaitu baru mencapai 2% dari pendapatan perkapita dari target 5% dari pendapatan
perkapita. (RPI 2014-2019)
d. Krisis Frekuensi Spektrum untuk Mobile Broadband Indonesia.
“Mobile broadband menjadi andalan untuk meningkatkan penetrasi internet di
Indonesia. Masalahnya, ada bahaya laten yang harus bisa diatasi yakni krisis
spektrum,” ungkap Dirjen SDPPI kala menjadi pembicara di seminar National
Broadband Economy (Sumber : IndoTelko.com).
Cepatnya kondisi krisis spektrum untuk mobile broadband tak bisa dilepaskan
dari peningkatan penggunaan perangkat pintar seperti komputer tablet dan
smartphone yang menuntut pemakaian frekuensi radio sebagai elemen pokok yang
menghubungkan setiap perangkat gadget.
e. Penerapa sharing infrastruktur mendapat penolakan Big Operator
Seiring dengan perkembangan infrastruktur jaringan 4G di tanah air,
pemerintah, dalam hal ini Kementrian Telekomunikasi dan Informasi (Kemkominfo),
mulai menelurkan kebijakan berbagi jaringan atau active network sharing . Langkah
ini mulai santer dibicarakan beberapa waktu belakangan. Dalam jangka panjang,
impelementasi berbagi infrastruktur diharapkan bisa membuat industri
telekomunikasi semakin terjangkau dan berkelanjutan. Hal tersebut terkait dengan
rencana penyediaan jaringan pita lebar dan menjadikan industri telekomunikasi
semakin efisien. Selama ini sejumlah operator sudah melakukan passive sharing yang
meliputi penggunaan tower, BTS (base tranceiver station), dan pasokan daya.
Melanjutkan metode yang sudah terbukti dan teruji tersebut, Kemkominfo
mengajak seluruh pelaku industri telekomunikasi, yaitu para operator dan penyedia
infrastruktur, untuk bekerja sama dan berbagi pelayanan. Network sharing sendiri
realisasinya bisa bermacam-macam, termasuk berbagi frekuensi. Untuk mendukung
kebijakan network sharing, Kemkominfo akan mengubah aturan lisensi yang ada.
Misalnya lisensi pengadaan BTS secara kuantitas diubah menjadi pengadaan BTS
berdasarkan tingkat coverage dan kualitas pelayanan. Perlu diketahui bahwa
kebijakan network sharing telah diimplementasikan ke banyak negara maju di dunia.
Beberapa negara di dunia yang sudah mengimplementasikan network sharingadalah
Swedia, Australia, Kanada, Amerika Serikat, Inggris, Brazil, Spanyol, dan Jepang.
Dalam implementasinya nanti, pemerintah tidak akan memaksa operator, tetapi
hanya menganjurkan. Hal ini mengingat adanya pertimbangan bisnis antar operator
yang harus diperhitungkan. Ada beberapa model dalam penerapan network sharing,
di antaranya adalah multi operator radio access network (MORAN) dan multi operator
core network (MOCN). Pada model MORAN, dua operator atau lebih akan berbagi
BTS, namun tetap menggunakan spektrum frekuensi masing-masing. Sedangkan
MOCN adalah berbagi BTS, sekaligus berbagi spektrum frekuensi. Dalam MOCN,
kedua operator sepakat untuk saling berbagi spektrum yang dimilikinya.
XL dan Indosat menyambut baik kebijakan active network sharing ini. Kedua
operator tersebut akan menggunakan jaringan 4G-LTE bersama melalui (MORAN)
di Banyumas, Surakarta, Batam, dan Banjarmasin. Kerja sama ini rencananya
diteruskan untuk beberapa kota lainnya.
Namun demikian Operator terbesar indonesia yaitu PT. Telkomsel menolak
rencana penerapan Kebijakan Sharing Infrastructure yang di gagas oleh Kementerian
Kominfo. Perusahaan ini menilai bahwa 10 Negara pengguna selular terbesar, hanya
2 negara yang melakukan Active Network Sharing yakni Brasil dan Rusia. Jika dilihat
dari market share di kedua Negara tersebut, tidak ada operator yang dominan. Dan
Active Network Sharing tersebut dilakukan antar operator dengan market share yang
setara. Telkomsel juga melihat bahwa tidak ada Negara yang memberlakukan Active
Network Sharing di Negara-negara yang memiliki operator yang dominan. “Jadi, tidak
ada benchmark yang memadai untuk Indonesia melakukan langkah ini,” ujar Ivan
lebih lanjut. Bahkan, Telkomsel melihat bahwa Active Network Sharing ini tidak
memberikan manfaat lebih kepada pelanggan dan Operator. Padahal, untuk
mendukung program percepatan pita lebar, efisiensi biaya dari Active Network
Sharing harus dialokasi kepada percepatan penggelaran jaringan.
Selanjutnya PT Telkomsel melihat bahwa Active Network Sharing tidak
menjamin kesetaraan dan keseimbangan pembangunan jaringan. Hal ini mengingat
bahwa :
1) UU RI 36/ 1999 Tentang Telekomunikasi menimbang Point b : bahwa
penyelenggaraan telekomunikasi mempunyai arti strategis dalam upaya
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, memperlancar kegiatan
pemerintahan, mendukung terciptanya tujuan pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya, serta meningkatkan hubungan antar bangsa.
2) Lisensi 3G yang diberikan bersama-sama pada tahun 2006 tidak disertai dengan
komitmen pembangunan yang sama untuk semua operator sehingga beberapa
operator hanya membangun di daerah-daerah yang menguntungkan saja. Hal ini
bertentangan dengan semangat pemerataan pembangunan yang diamanatkan UU.
Terlihat adanya kelemahan pada reward dan punishement.
Kebijakan network sharing harus memperhatikan komitmen pembangunan yang
merata dan seimbang bukan hanya sekedar efisiensi biaya usaha. Telkomsel juga
melihat bahwa langkah untuk melakukan Active Network Sharing ini hanya berpotensi
menghemat devisase besar 0.13-0.27% dari total Impor Indonesia. Sehingga kebijakan
Active Network Sharing dengan tujuan menghemat Devisa bertentangan dengan
keinginan untuk melakukan percepatan pembangunan pitalebar di Indonesia, di mana
saat ini pembangunan BTS Indonesia perlu ditingkatkan. Sebagai gambaran, untuk
total impor komponen network adalah 2,288 juta USD. Sebesar 70% adalah belanja
untuk network Telko atau sebesar 1,601.6 juta USD yang digunakan untuk Impor
komponen BTS. Sedangkan untuk Network Sharing akan memberikan saving sebesar
30% dari impor komponen BTS atau sebesar 480.5 juta USD.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan kondisi eksisting sebagaimana telah dijabarkan pada latar belakang di
atas, dan didukung bahwa melihat kebutuhan dan target yang telah ditetapkan maka upayaupaya “biasa” dengan mengandalkan kemampuan ekspansi penyelenggara telekomunikasi
tidak akan cukup dapat mengejar target dan pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat
Indonesia khususnya dalam industri TIK serta langkanya spectrum frekuensi sebagai salah
satu sumber daya dalam mendorong percepatan broadband. Dengan melihat kondisi
tersesehingga diperlukan suatu strategi yang baik dalam melakukan percepatan
pengembangan pita lebar di Indonesia.
1.3. Batasan Masalah
Dalam penulisan ini kami sengaja membatasi pembahasan masalah pada kekhususan
pada bagaimana analisa strategi percepatan pengembangan broadband access di Indonesia
berdasarkan analisa SWOT, formulasi strategi dan implementasi strategi dalam strategi
percepatan pengembangan pita lebar melalui perumusan kebijakan sharing infrastruktur
oleh pemerintah.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi-strategi yang harus
diambil pemerintah, sesuai dengan kondisi internal dan eksternal yang ada pada saat ini
dalam rangka melakukan percepatan Broadband Access di Indonesia.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penulisan Jurnal ini nantinya diharapkan antara lain :
a. Secara akedemis dapat bermanfaat bagi para peneliti berikutnya sebagai referensi,
rujukan atau bandingan pada penulisan atau penelitian yang serupa;
b. Secara praktis diharapkan dapat digunakan sebagai referensi pemerintah dalam
menentukan strategi dalam pengembangan pita lebar;
c. Secara pribadi sebagai syarat kelulusan dalam penyelesaian studi magister manajemen
telekomunikasi;
1.6. Data Penelitian
Sumber data yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder,
yaitu data yang diperoleh peneliti dari hasil pengolahan yang dilakukan oleh orang lain
atau lembaga tertentu. Metode pengumpulan data yang dipergunakan dari penelitian ini
adalah annual report dari operator, Data Statitistik Kominfo, Data BPS, data LKO Ditjen
PPI, serta literatur terkait dengan Strategi Percepatan Pengembagnan Acces Broadband.
2. Tinjauan Teoritis
2.1 Definisi Broadband
Banyak yang mengasosiasikan broadband dengan kecepatan transmisi tertentu atau
seperangkat layanan tertentu, seperti digital subscriber loop (DSL) atau jaringan area lokal
nirkabel (wLAN). Namun, karena teknologi broadband selalu berubah, definisi
broadband juga terus berkembang.
Saat ini menurut Internasional Telecommunication Union (ITU) (2003), istilah
broadband biasanya menggambarkan koneksi Internet terbaru yang berkisar antara 5 kali
sampai 2000 kali lebih cepat daripada teknologi dial-up Internet sebelumnya. Namun,
istilah broadband tidak mengacu pada kecepatan tertentu atau layanan tertentu.
Broadband menggabungkan kapasitas koneksi (bandwidth) dan kecepatan. Rekomendasi
I.113 dari Sektor Standardisasi ITU mendefinisikan broadband sebagai "kapasitas
transmisi yang lebih cepat daripada tingkat dasar Integrated Services Digital Network
(ISDN) pada 1,5 atau 2,0 Megabit per detik (Mbits)".
Teknologi broadband secara umum didefinisikan sebagai jaringan atau service interet
yang memiliki kecepatan transfer yang tinggi karena lebar jalur data yang besar. Meskipun
jalur data yang disediakan untuk penggunanya sangat lebar, teknologi broadband
biasanya membagi jalur lebar tersebut dengan pengguna sekitarnya. Namun jika tidak ada
yang menggunakan, pengguna akan menggunakan sepenuhnya jalur lebar tersebut
(Rukayya, 2011).
Teknologi broadband atau pita lebar merupakan salah satu tenologi media transmisi
yang mendukung banyak frekuensi, mulai dari frekuensi suara hingga video. Teknologi
broadband bisa membawa banyak sinyal dengan membagi kapasitasnya (yang sangat
besar) dlam beberapa kanal bandwidth. Setiap kanal beroperasi pada frekuensi yang
spesifik. Secara sederhana, istilah teknologi broadband digunakan untuk menggambarkan
sebuah koneksi berkecepatan 500 Kbps atau lebih. Tetapi Federal Communication
Commission (FCC) mendefinisikan broadband dengan kecepatan minimal 200 Kbps. Saat
ini, teknologi broadband wireless merupakan tujuan utama dari evaluasi teknologi
telekomunikasi.
Broadband menawarkan akses data multimedia berkecepatan tinggi berupa layanan
gambar, audio, dan video termasuk videostreaming, video messaging. Melalui perangkat
yang mendukung teknologi tersebut, pengguna juga bisa mengakses hiburan mobile TV
dan mengunduh musik, serta melakukan komunikasi real-time menggunakan teknologi
fixed mobile seperti webcam melalui ponsel.
Definisi umum broadband adalah proses pengiriman dan penerimaan data melalui
sistem jaringan telekomunikasi dengan kecepatan tinggi. Umumnya kecepatan mulai dari
256 Kbps sampai dengan 100 Mbps yang terhubung dengan perangkat
pengguna/pelanggan disebut broadband (Rukayya, 2011).
2.1.1. Definisi Pitalebar Indonesia
Internastional Telecommunication union (ITU) tidak memberikan definisi pitalebar
secara spesifik, tidak seperti halnya kriteria kecepatan kecepatan untuk teknologi sistem
bergerak seperti GSM generasi ke-2 atau 2G, 3G, dan generasi selanjutnya. Dengan
demikian, pengertian pitalebar tergantung kepada pandangan masyarakat yang
menggunakannya, yang dapat berbeda antara negara berkembang dan negara maju
(Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019, p.46)
Pitalebar dalam dokumen Rencana Pitalebar Indonesia (RPI 2014-2019, p.46)
didefinisikan sebagai akses internet dengan jaminan konektivitas selalu tersambung,
terjamin ketahanan dan keamanan informasinya, serta mamiliki kemampuan triple-play
dengan kecepatan minimal 2 Mbps untuk akses tetap dan 1 Mbps untuk akses bergerak.
Walapun pitalebar didefinisikan secara teknis, keberhasilan pembangunan pitalebar
tidak saja dinilai dari penyediaan prasarana, tetapi juga dari tingkat adopsi dan kualitas
pemanfaatan pitalebar yang mendukung pertumbuhan pembangunan nasional, penguatan
daya saing Indonesia di tingkat global, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat
Indonesia.
2.1.2. Konsep Pembangunan Pitalebar Indonesia
Pembangunan pitalebar merupakan isu kompleks yang tidak hanya berorietnasi
kepada pembangunan prasarana tetapi juga kepada pemberdayaan masyarakat agar adopsi
dan utilisasi pitalebar memiliki makna. Pembangunan pitalebar tidak hanya diarahkan
untuk kepentingan ekonomi tetapi juga ke seluruh aspek pembangunan termasuk
pertahanan keamanan. Pembangunan pitalebar sebagai sabuk pengamanan informasi di
daerah perbatasan negara merupakan salah satu bentuk menjaga kedaulatan bangsa.
Pembangunan pitalebar nasional merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan daya saing bangsa
dan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Dengan demikian, Rencana Pitalebar Indonesia
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari rencana dan strategi pembangunan nasional
seperti RPJPN, MP3EI, RPJMN, dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) seperti yang
disajikan dalam Gambar di bawah ini.
Gambar 2 Keterkaitan RPI dengan Dokumen Perencanaan Lain
Rencana Pitalebar Indonesia disusun dengan mengacu kepada visi pembangunan
nasional sebagaimana tercantum dalam UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 yaitu mewujudkan masyarakat
Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Sejalan dengan visi pembangunan
nasional 2025, visi RPI adalah memberdayakan masyarakat untuk mendukung
transformasi Indonesia menjadi negara maju melalui pengembangan dan pemanfaatan
pitalebar sebagai prasarana dan meta-infrastructure. Pitalebar Indonesia dibangun untuk
mencapai tiga tujuan pembangunan yaitu (1) mendorong pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan daya saing bangsa; (2) mendukung peningkatan kualitas pembangunan
manusia Indonesia; dan (3) menjaga kedaulatan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pitalebar mempunyai empat pilar utama yaitu (1) prasarana dan keamanan; (2) adopsi dan
utilisasi kreatif; (3) legislasi, regulasi dan kelembagaan; serta (4) pendanaan. Kerangka
rancangan pitalebar secara ringkas disampaikan dalam Gambar berikut.
Gambar 3 Kerangka Rancangan Pitalebar Indonesia 2014-2019
2.2 Definisi Strategi
Strategi secara umum adalah teknik untuk mendapatkan kemenangan (victory)
pencapaian tujuan (to achieve goals). Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan jangka
panjang. Strategi bisnis bisa berupa perluasan geografis, diversifikasi, akusisi,
pengembangan produk , penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan, divestasi, likuidasi dan
joint venture (David, p.15, 2004).
Menurut Glueck dan Jauch (1989, p.9) pengertian strategi adalah Rencana yang
disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan
dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari
perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepatoleh organisasi. Pengertian
strategi secara umum dan khusus sebagai berikut:
1. Pengertian Umum Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak
yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara
atau upaya bagaimana agar tujuantersebut dapat dicapai.
2. Pengertian khusus Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa
yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir
selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.
Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang barudan perubahan pola konsumen
memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari
kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.
Menurut Rangkuti (2013, p.183) strategi adalah perencanaan induk yang
komprehensif, yang menjelaskan bagaimana perusahaan akan mencapai semua tujuan
yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari definisi-definisi di atas maka dapat disimulkan bahwa strategi adalah suatu alat
yang digunakan untuk mencapai tujuan dan keunggulan bersaing dengan
mempertimbangkan faktor eksternal dan internal suatu perusahaan atau organisasi.
2.3 Definisi Analisa SWOT
Salah satu pendekatan yang dapat dipergunakan sebagai instrumen dalam pemilihan
strategi dasar adalah melalui analisis SWOT. Menurut Rangkuti (2006) analisis SWOT
adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi.
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan
peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu
berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan atau
organisasi. Dengan demikian perencanaan strategis strategic plannner) harus menganilisi
faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam
kondisi yang ada saat ini.
Menurut Kotler (2009, p.51) analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity,
Threats) merupakan cara untuk mengamati lingkungan pemasaran eksternal dan internal.
Sebelum melakukan pola pikir pendekatan analisa SWOT ini dibagi menjadi 3 aspek.
Adapun ketiga aspek dalam analisa SWOT ini adalah terdiri dari :
1.
2.
Aspek Global
Dalam aspek global ini kita harus mengetahui SWOT atau KEKEPAN kita yang
berkaitan dengan aspek global, aspek yang besifat garis besar, yang kadang-kadang
bersifat internasional serta tidak jarang bernuansa religius. Aspek global ini sangat
berkaitn dengan “Misi” dan ”Visi” yang harus dikembangkan oleh perusahaan kita
Aspek Strategis
Aspek strategi ini merupakan penjabaran yang lebih rinci kedalam rencana kerja yang
lebih bersifat jangka menengah (biasanya 5 tahunan) guna merealisasikan apa yang
sudah dirumuskan oleh rencana global di atas. Dalam tahap strategis yang mungkin
dapat kita lakukan untuk merealisasikan rancangan global, dengan tetap
memperhatikan SWOT yang ada pada organisasi.
3.
Aspek Operasional
Aspek operasional merupakan aspek yang bersifat jangka pendek atau tahunan, atau
bahkan kurang dari setahun. Renana operasional ini akan menjabarkan secara
operasional serta rinc terhadap rencana strategis. Operasionalisasi terhadap strategi
yang dipilih dan ditetapkan harus ditindaklanjuti dalam bentuk keterampilan atau
keahlian yang harus dikuasai, bentuk-bentuk latihan yang harus dilaksanakan, alatalat macam apa yang harus disiapkan, begitu pula siapa personalis yang harus
melakukannya dan sebagainya.
Analisis SWOT digunakan untuk membandingkan faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman, sedangkan faktor internal terdiri dari
kekuatan dan kelemahan (gambar 1.)
Gambar 4 Diagram SWOT
Kuadran I :
Ini merupakan situasi yang menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan
kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan dalam
kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Kuadran II :
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari
segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran III :
Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak menghadapi
beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi ini yaitu meminimalkan masalah
internal perusahaan sehingga dapat merebut pasar yang lebih baik (turn around).
Kuadran IV :
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi
berbagai ancaman dan kelemahan internal. Fokus strategi yaitu melakukan tindakan
penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar (defensive).
Dalam analisis SWOT, dilakukan perbandingan antara faktor-faktor strategis internal
maupun eksternal untuk memperoleh strategi terhadap masing-masing faktor tersebut,
kemudian dilakukan skoring. Berdasarkan hasil yang diperoleh kemudian ditentukan fokus
rekomendasi strategi.
2.3.1. Matrik SWOT
Alat yang digunakan dalam menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah
matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman
internal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang
dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis, seperti
pada Tabel berikut :
EFI
EFE
STRENGTH (S)
(Tentukan 5-10 faktor kekuatan
internal)
WEAKNESSES
(Tentukan 5-10 faktor kelemahan
internal)
OPPORTUNITIES (O)
(Tentukan
5-10
faktor
peluang eksternal)
Strategi SO
Daftar kekuatan untuk meraih
keuntungan dari peluang yang ada
Strategi WO
Daftar
untuk
memperkecil
kelemahan dengan memanfaatkan
keuntungan dari peluang yang ada
THREATS (T)
(Tentukan
5-10
ancaman eksternal)
Strategi ST
Daftar
kekuatan
menghindari ancaman
Strategi WT
Daftar
untuk
kelemahan
dan
ancaman
faktor
untuk
memperkecil
menghindari
Tabel 1 Contoh Matrik SWOT
Berdasarkan Matriks SWOT diatas maka didapatkan 4 langkah strategi sebagai berikut :
1. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran organisasi, yaitu dengan memanfaatkan
seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi
SO menggunakan kekuatan internal organisasi untuk memanfaatkan peluang eksternal.
2. Strategi ST
Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman.
Strategi ST menggunakan kekuatan internal organisasi untuk menghindari atau
mengurangi dampak ancaman eksternal.
3. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki
kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.
4. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan
kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertujuan untuk mengurangi
kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.
Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk membantu para manajer
mengembangkan empat tipe strategi: Strategi SO (Strengths-Opportunities), Strategi WO
(Weaknesses-Opportunities), Strategi ST (Strengths-Threats), dan Strategi WT
(Weaknesses-Threats). Terdapat 8 langkah dalam menyusun matrik SWOT, yaitu:
1. Tuliskan kekuatan internal organisasi yang menentukan.
2. Tuliskan kelemahan internal organisasi yang menentukan.
3. Tuliskan peluang eksternal organisasi yang menentukan.
4. Tuliskan ancaman eksternal organisasi yang menentukan.
5. Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi
SO dalam sel yang tepat.
6. Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi
WO dalam sel yang tepat.
7. Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi
ST dalam sel yang tepat.
8. Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan
strategi WT dalam sel yang tepat.
2.3.2. Analisis Faktor Strategis Eksternal
Analisis faktor strategis eksternal difokuskan pada kondisi yang ada dan kecenderungan
yang muncul dari luar, tetapi dapat memberi pengaruh kinerja organisasi (Rangkuti, 2006).
Setelah mengetahui faktor-faktor strategi eksternal, selanjutnya susun tabel faktor-faktor
Strategis Eksternal (External Strategic Factors Analysis Summary/EFAS), dengan langkah
sebagai berikut :
1. Menyusun faktor peluang dan ancaman pada kolom 1.
2. Memberikan bobot masing-masing faktor pada kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting)
sampai dengan 0,0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis yang berupa peluang
dan ancaman ini harus berjumlah 1.
3. Menghitung rating dalam (dalam kolom 3) untuk masing-msing faktor dengan memberi
skala mulai dari 4 (sangat baik/outstanding) sampai dengan 1 (sangat tidak baik/poor )
berdasarkan pengaruh faktor tersebut pada kondisi organisasi. Pemberian nilai rating
untuk peluang bersifat positif, artinya peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi
jika peluangnya kecil diberi nilai +1. Sementara untuk rating ancaman bersifat
sebaliknya, yaitu jika nilai ancamannya besar, maka ratingnya -4 dan jika nilai
ancamannya kecil, maka nilainya -1.
4. Mengalikan bobot faktor pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya adalah skor
pembobotan untuk masing-masing faktor.
5. Menghitung jumlah skor pembobotan. Nilai ini adalah untuk memetakan posisi
organisasi pada diagram analisa SWOT.
Faktor-faktor
Strategis Eksternal
Peluang
(Opportunities/O) :
1. Peluang 1
2. Peluang 2
Jumlah O
Ancaman
(Threats/T) :
1. Ancaman 1
2. Ancaman 2
Bobot
Rating
bobot peluang 1
bobot peluang 2
rating peluang 1
rating peluang 2
a
Skor Pembobotan
(Bobot x Rating)
b
bobot ancaman 1
bobot ancaman 2
rating ancaman 1
rating ancaman 2
Jumlah T
c
d
Total
(a+c) = 1
(b+d)
Tabel 2 Faktor-Faktor Strategis Eksternal (Eksternal Strategic Factors Analysis
Summary/EFAS)
2.3.3. Analisis Faktor Strategis Internal
Analisis faktor strategis internal adalah analisis yang menilai prestasi/kinerja yang
merupakan faktor kekuatan dan kelemahan yang ada untuk mencapai tujuan organisasi.
Seperti halnya pada Analisis Faktor Strategis Eksternal, maka dengan cara yang sama
menyusun tabel Faktor-faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors
AnalysisSummary/IFAS). Bentuk tabel IFAS adalah sepeti terlihat pada Tabel 3 berikut.
Faktor-faktor Strategis
Internal
Kekuatan
(Stregths/S) :
1. Kekuatan 1
2. Kekuatan 2
Jumlah S
Kelemahan
(Weaknesses/W):
1. Kelemahan 1
2. Kelemahan 2
Bobot
Rating
bobot kekuatan 1
bobot kekuatan 2
rating kekuatan 1
rating kekuatan 2
a
Bobot kelemahan 1
bobot kelemahan 2
Skor Pembobotan
(Bobot x Rating)
b
rating kelemahan 1
rating kelemahan 2
Jumlah W
c
d
Total
(a+c) = 1
(b+d)
Tabel 3 Faktor-Faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors Analysis
Summary/IFAS)
3. Metode Penelitian
a. Penelitian Deskritif Kualitatif
Metode penelitian yang akan digunakan dalam peniltian ini adalah metode
deskriptif kualititatif dimana penelitian akan mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
kejadian yang terjadi saat sekarang yaitu dimana pemerintah dihadapkan dalam kondisi
untuk dapat memenuhi target ketercapaian pengembangan pita lebar di Indonesia
namun disisi lain dihadapkan pada kondisi adanya krisis spectrum frekuensi. Penelitian
ini akan memusatkan perhatian kepada masalah-masalah actual sebagaimana adanya
pada saat penelitian berlangsung.
b. Hipotesis Deskriftif
Rumusan hipotesys deskriptif adalah jawaban sementara untuk rumusan masalah
deskriptif, yaitu berkaitan dengan variabel mandiri.khusus dalam penulisan ini akan
difokuskan pada jawaban perlunya sebuah upaya khusus dan wajib oleh pemerintah
dalam mempercepat pengembangan broadband melalui kebijakan infrastruktur sharing.
Dengan merumuskan kekurangan dan kelebihan pada masing faktor internal dan
eksternal melalui analisa SWOT maka akan dapat diketahui seberapa kuat kebijakan
infrasktur sharing dapat dijadikan sebagai strategi dalam mendorong percepatan
pengembangan acces broad band.
4. Analisa dan Pembahasan
4.1 Analisa Matrik SWOT
Berikut analisa Strategi Percepatan Pembangunan Acces Broadband di Indonesia
melalui Insfrastruktur Sharing, dalam matriks SWOT.
1)
2)
3)
4)
STRENGTH (S)
Telah diterapkan di
negara-negara lain dan
sukses;
Didukung oleh KPPU,
dan Parlemen serta
sebagaian besar operator
Pengalaman pada kasus
penyelenggaraan
sebelumnya
dapat
dijadikan
sebagai
rujukan
dalam
pembuatan
kebijakan
sharing infrastruktur.
Sesuai dengan Visi
Kebijakan Pemerintah
untuk
menciptakan
Industri Telekomunikasi
yang Effisien dan Efektif
1)
2)
3)
4)
WEAKNESSES (W)
Belum
ada
payung
hukum yang kuat yang
melandasi
pelaksanan
sharing infrasktruktur
Perlu melakukan Revisi
Undang-Undang
Telekomunikasi sebelum
melakukan revisi PP
penyelenggaraan
Telekomunikasi
Kondisi pasar yang
berbeda pada negara
yang telah menerapkan
kebijakan yang serupa
Pemerintah
belum
menciptakan
kematangan
pada
network yang mampu
5) Dapat dijadikan sebagai
menjangkau konsumen
tools untuk mendorong
keseluruh wilayah.
pemerataan akses Broad 5) Selain itu pemerintah
Band;
juga
harus
memperpendek jurang
6) Tidak
Membutuhkan
kepemilikan
jaringan
Biaya Besar dalam
antaroperator, yang saat
Pelaksanaanya;
ini masih rendah (low
coverage gap ).
6) Kurangnya pengawasan
yang tegas dan atas
punish and reward,
berdasarkan pengalaman
pemerintah kurang dalam
hal ini.
7) Permintaan pasar yang
tinggi belum didukung
dengan
ketersediaan
spectrum frekuensi
1)
2)
3)
4)
5)
OPPORTUNITIES (O)
Strategi S-O
Strategi W-O
Sharing Infrastruktur
1) Mencontoh penerapan 1) Mewujudkan efisiensi
akan meningkatkan
infrastruktur sharing dari
sumberdaya namun perlu
efisiensi sumberdaya
negara-negara lain guna
didukung
dengan
alam terbatas (frekuensi);
mendorong pemerataan
kebijakan
yang
Sharing infrastruktur
layanan broadband dan
memadahi
terlebih
dapat membuka
kompetisi layanan pada
dahulku;( W1,W2-O1;)
pemerataan layanan pita
suatu wilayah;( S1- 2) Mendorong kompetisi
lebar (broadband) bagi
O2;O3)
layanan pada suatu
masyarakat.
wilayah dengan tetap
2) Menyusun
dan
Mendorong kompetisi
memperhatikan kondisi
melakukan
langkah
layanan pada suatu
pasar (W2-O3,);
kebijakan dalam rangka
wilayah.
meningkatkan efisiensi 3) Peningkatan
Masyarakat
sumber
daya
alam
Produktivitas diberbagai
berkesempatan
terbatas ( frekuensi),
bidang dalam rangka
mendapatkan
tarif
sekaligus meningkatkan
mengurangi kesenjangan
layanan telekomunikasi
devisa (S2-O1,O7);
jaringan
antar
yang lebih murah karena 3) Fokus
pada
upaya
penyelenggara (W5-O6)
ada keleluasaan sebagai
mewujudkan visi melalui 4) Dengan
mendorong
hasil
kompetisi
kebijakan
yang
mpercepat (S4-O4)
pelayanan.
mendorong
Masyarakat di luar Jawa
keperpihakan
pada
khususnya
dapat
kemanfaatan
dan
memanfaatkan layanan
produktivitas berbagai
telekomunikasi
untuk
bidang.(S4-O4)
meningkatkan
4) Melindungi
industri
produktivitas di berbagai
telekomunikasi dalam
bidang.
menjalankan pelayanan
6) Meningkatkan
masyarakat
dengan
Produktivitas ekonomi
kebijakan dan landasan
secara rata-rata;
hukum yang tepat(S3O4).
7) Berpeluang untuk
5) Dengan memanfaatkan
meningkatkan devisa
anggaran
seefisien
mungkin namun dapat
meningkatkan
devisa
dan dapat meningkatkan
produktivitas rata-rata (
S5-O6;O7)
THREATS (T)
Strategi S-T
1) Tidak
semua 1) Melakukan
upaya
penyelenggara
pendekatan
kepada
telekomunikasi
industri telekomunikasi
mendukung
kebijakan
bahwa
pentingnya
Sharing Infrastruktur;
mendukng
visi
2) Pembangunan infrasktur
pemerintah dalam rangka
di
daerah
terpencil
menciptakan
efsieinsi
terancam terhambat jika
industri ( S5-T1);
kebijakan yang diambil 2) Mengadopsi eksperiensce
di negara lain terkait
tidak memberikan win
dengan
sharing
win solution, sehingga
infrasruktur tersebut agar
akan berdampak pada
tidak
mengganggu
gagalnya
pemerataan
kualitas layanan kepada
akses;
masyarakat;(S1-T5);
3) Penyelenggara
3) Melakukan evaluasi dan
telekekomunikasi
berpotensi tidak sepakat
pengawasan kebijakan
satu sama lain dalam
sekaligus
persaingan
pelaksanaanya;
usaha yang sehat(S24) Menurunya
revenue
T2,T4)
penyelenggara
4) Menyusun
Kebijakan
telekomunikasi
yang
dengan
melihat
memiliki komitmen tinggi
kelemahan
kebijakan
dalam pembangunan.
masa lalu (S3-T3).
5) Menurunya
kualitas
pelayanan pada customer
1)
2)
3)
4)
5)
Strategi W-T
Perlu adanya hukum yang
kuat (W1,W2-T1)
Melakukan
Benchmarking terlebih
dahulu darinegara-negara
lain yang telah sukses
melaksanakan
sharing
infrastruktur (W2-T-)
Melakukan pemetaana
seluruh kekuatan jaringan
penyelenggara sebelum
memutuskan kebijakan
yang akan diambil (W3,T5,T4)
Memperkuat
fungsi
pengendallian (W5-T2)
Melakukan
penataan
frekuensi nasional secara
menyeluruh ( W6-T5)
salah
satu
operator
(Customer Experience)
akibat
sharing
infrasttruktur dimaksud.
Tabel 4 Analisa SWOT Strategi Percepatan Pengembangan Broadband Access di
Indonesia
4.1.1. Analisis Faktor Strategis Eksternal
Analisis faktor strategis eksternal difokuskan pada kondisi yang ada dan kecenderungan
yang muncul dari luar, tetapi dapat memberi pengaruh kinerja organisasi. Setelah
mengetahui faktor-faktor strategi eksternal, selanjutnya susun tabel faktor-faktor Strategis
Eksternal (External Strategic Factors Analysis Summary/EFAS), dengan langkah sebagai
berikut :
1. Menyusun faktor peluang dan ancaman pada kolom 1.
2. Memberikan bobot masing-masing faktor pada kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting)
sampai dengan 0,0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis yang berupa
peluang dan ancaman ini harus berjumlah 1.
3. Menghitung rating dalam (dalam kolom 3) untuk masing-msing faktor dengan memberi
skala mulai dari 4 (sangat baik/outstanding) sampai dengan 1 (sangat tidak baik/poor )
berdasarkan pengaruh faktor tersebut pada kondisi organisasi. Pemberian nilai rating
untuk peluang bersifat positif, artinya peluang yang semakin besar diberi rating +4,
tetapi jika peluangnya kecil diberi nilai +1. Sementara untuk rating ancaman bersifat
sebaliknya, yaitu jika nilai ancamannya besar, maka ratingnya -4 dan jika nilai
ancamannya kecil, maka nilainya -1.
4. Mengalikan bobot faktor pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya adalah
skor pembobotan untuk masing-masing faktor.
5. Menghitung jumlah skor pembobotan. Nilai ini adalah untuk memetakan posisi
organisasi pada diagram analisa SWOT.
Peluang
(Opportunities/O)
O1
O2
O3
O4
O5
O6
O7
Ancaman (treath/T)
T1
T2
Bobot (B)
0,15
0,10
0,10
0,10
0,10
0,10
0,10
0,065
0,025
rating (r)
Bxr
4
3
3
4
3
3
3
0,60
0,30
0,30
0,40
0,30
0,30
0,30
2
2
0,13
0,05
T3
T4
T5
TOTAL
0,025
0,055
0,08
1,00
1
2
1
0,03
0,11
0,08
2,90
Tabel 5 Analisa Faktor-Faktor Strategis Eksternal (Eksternal Strategic Factors
Analysi Summary/EFAS) Strategi Percepatan Pengembangan Broadband
Access di Indonesia
4.1.2. Analisis Faktor Strategis Eksternal
Analisis faktor strategis internal adalah analisis yang menilai prestasi/kinerja yang
merupakan faktor kekuatan dan kelemahan yang ada untuk mencapai tujuan organisasi.
Seperti halnya pada Analisis Faktor Strategis Eksternal, maka dengan cara yang sama
menyusun tabel Faktor-faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors
AnalysisSummary/IFAS). Bentuk tabel IFAS adalah sepeti terlihat pada Tabel berikut.
Kekuatan
Strengthen(S)
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
Kelemahan
Weaknesses(W)
W1
W2
W3
W4
W5
W6
W7
TOTAL
Bobot (B)
rating (r)
Bxr
0,16
0,16
0,18
0,09
0,08
0,08
0,05
4
4
4
3
3
3
4
0,64
0,64
0,72
0,27
0,24
0,24
0,2
0,042
0,037
0,022
0,032
0,029
0,038
2
2
1
2
1
1
0,084
0,074
0,022
0,064
0,029
0,038
1
3,261
Tabel 6 Analisa Faktor-Faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors
Analysi Summary/IFAS) Strategi Percepatan Pengembangan Broadband Access
di Indonesia
4.2 Penentuan dan Perumusan Jenis Strategi
Berdasarkan hasil pembobotan skor yang dilakukan dengan metode EFAS dan IFAS
maka, penentuan jenis strategi seperti dibawah ini: (Skor kekuatan-skor kelemahan)/2: (skor
peluang - skor ancaman)/2 = (2,95-0,311)/2: (2,50-0,40)/2 = 1,31:1,05.
Gambar 5 Grafik Hasil Analisis SWOT
Gambar diatas menunjukkan bahwa strategi yang digunakan adalah Strategi S-O yaitu
pemerintah memiliki peluang dan kekuatan untuk dapat menjalankan kebijakan Sharing
Infrastruktur secara tegas dengan pilihan-pilihan strategi sebagaimana disampaikan pada
hasil Analisis SWOT diatas yaitu :
1) Mencontoh penerapan infrastruktur sharing dari negara-negara lain guna mendorong
pemerataan layanan broadband dan kompetisi layanan pada suatu wilayah;
2) Menyusun dan melakukan langkah kebijakan dalam rangka meningkatkan efisiensi
sumber daya alam terbatas ( frekuensi), sekaligus meningkatkan devisa;
3) Fokus pada upaya mewujudkan visi melalui kebijakan yang mendorong keperpihakan
pada kemanfaatan dan produktivitas berbagai bidang;
4) Melindungi industri telekomunikasi dalam menjalankan pelayanan masyarakat dengan
kebijakan dan landasan hukum yang tepat; dan
5) Dengan memanfaatkan anggaran seefisien mungkin namun dapat meningkatkan devisa
dan dapat meningkatkan produktivitas rata-rata.
5. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan bahwa Pemerintah dalam hal ini Kementerian
Komunikasi dan Informatika memiliki peluang dan kekuatan untuk dapat menjalankan
kebijakan Sharing Infrastruktur yang selama ini telah diagendakan dalam rencana
pembangunan Pemerintah dan tertuang pada dokumen Rencana Pitalebar Indonesia. Dengan
dilakukannya kebijakan Sharing Infrastruktur kepada Operator/Penyelenggara
Telekomunikasi, diharapkan pemerataan dan pengembangan Broadband Access di
Indonesia sesuai dengan amanat Nawa Cita Presiden RI terlaksana dengan baik dengan
memperhatikan perlindungan pada industri telekomunikasi dan stakeholder terkait sehingga
Operator/Penyelenggara Telekomunikasi dapat memberikan layanan terbaik kepada
masyarakat di Indonesia.
6. Studi Pustaka
David, Fred R. 2009. Manajemen Strategis. Jakarta : Salemba Empat.
Internasional Telecommunication Union (ITU).
Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran, edisi 13. Jakarta : Erlangga.
Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2014 tentang Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019.
Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Memebedah Kasus Bisnis . Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Ward, John and Peppard, Joe. 2004. Strategic Planning for Information Systems, Third
Edition. John Wiley & Sons, Ltd, 1989.
ACCES DI INDONESIA
Makalah
Disusun sebagai pengganti Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Manajemen dan Keekonomian Proyek Teknik
Dosen Pengajar : DR. Ir. Iwan Krisnadi MBA
Oleh :
Ria Rizki Yuliana
1706992513
PROGRAM PASCA SARJANA
MANAJEMEN TELEKOMUNIKASI
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
2017
ABSTRAK
Saat ini peran informasi menjadi sangat penting baik untuk kepentingan pemerintahan,
perekonomian, sosial budaya, dan bahkan pertahanan keamanan. Oleh karena itu, pola pikir
yang menempatkan prasarana informasi dan komunikasi hanya sebagai pelengkap dan
pemberdaya harus disesuaikan dengan kondisi global saat ini yang menuntut informasi menjadi
motor penggerak pembangunan.
Broadband memungkinkan penyediaan, pengolahan, dan pendistribusian informasi
dilakukan secara lebih cepat, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel sehingga informasi
tersebut tidak kehilangan nilai dan bahkan dapat menciptakan nilai tambah bagi masyarakat.
Seiring dengan perkembangan infrastruktur jaringan 4G di tanah air, pemerintah, dalam
hal ini Kementrian Telekomunikasi dan Informasi (Kemkominfo), mulai menelurkan kebijakan
berbagi jaringan atau active network sharing. Langkah ini mulai santer dibicarakan beberapa
waktu belakangan. Dalam jangka panjang, impelementasi berbagi infrastruktur diharapkan bisa
membuat industri telekomunikasi semakin terjangkau dan berkelanjutan.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai strategi apa yang harus dilakukan oleh Pemrintah
dalam rangka percepatan pengembangan Broadband Access di Indonesia dengan
menggunakan metode SWOT untuk mengetahui keterkaitan antara peluang eksternal dengan
kekuatan internal serta kelemahan internal dengan ancama eksternal. Dari analisa tersebut akan
menghasilkan strategi yang akan digunakan oleh Pemerintah dalam percepatan pengembangan
Broadband Access di Indonesia.
Kata Kunci : Broadband Access, Sharing Infrastruktur, SWOT.
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
a. Peran Broadband sebagai Pendorong Pembangunan
Saat ini peran informasi menjadi sangat penting baik untuk kepentingan
pemerintahan, perekonomian, sosial budaya, dan bahkan pertahanan keamanan. Oleh
karena itu, pola pikir yang menempatkan prasarana informasi dan komunikasi hanya
sebagai pelengkap dan pemberdaya harus disesuaikan dengan kondisi global saat ini
yang menuntut informasi menjadi motor penggerak pembangunan.
Broadband memungkinkan penyediaan, pengolahan, dan pendistribusian
informasi dilakukan secara lebih cepat, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel
sehingga informasi tersebut tidak kehilangan nilai dan bahkan dapat menciptakan nilai
tambah bagi masyarakat.
Peran TIK khususnya broadband sebagai mesin pertumbuhan di seluruh aspek
pembangunan dalam tahun-tahun mendatang juga diyakini oleh dunia internasional.
Urgensi implementasi pitalebar dalam pembangunan diangkat oleh berbagai
konferensi dan pertemuan internasional dan nasional seperti dinyatakan dalam United
Nations Conference on Sustainable Development (Rio+20) yang diadakan pada bulan
Juni 2012.
b. Upaya-upaya Pemerintah dalam mendorong Percepatan Broadband melalui
Penatapan target-target dalam Rencana Pita Lebar Indonesia ( RPI).
Dalam rangka mewujudkan pencapaian broadband yang akan mendorong
pembangunan dan penciptaan nilai tambah bagi masyarakat, maka pemerintah telah
menyelesaikan penyusunan rencana pembangunan pitalebar nasional yang dituangkan
dalam Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019 dan ditetapkan melalui Peraturan
Presiden Nomor 96 Tahun 2014. Pitalebar dalam Rencana Pitalebar Indonesia 20142019 didefinisikan sebagai akses internet dengan jaminan konektivitas selalu
tersambung, terjamin ketahanan dan keamanan informasinya serta memiliki
kemampuan triple-play dengan kecepatan minimal 2 Mbps untuk akses tetap (fixed)
dan 1 Mbps untuk akses bergerak (mobile).
Walaupun pitalebar didefinisikan secara teknis, keberhasilan pembangunan
pitalebar tidak saja dinilai dari penyediaan prasarana, tetapi juga dari tingkat adopsi
dan kualitas penggunaannya dalam mendukung pertumbuhan pembangunan nasional
dan daya saing Indonesia di tingkat global, serta peningkatan kualitas hidup
masyarakat Indonesia.
Dalam lima tahun ke depan (2019), pembangunan pitalebar nasional
direncanakan dapat memberikan akses tetap di wilayah perkotaan ke 71% rumah
tangga (20 Mbps) dan 30% populasi, serta akses bergerak ke seluruh populasi (1
Mbps). Adapun di wilayah perdesaan, prasarana pitalebar akses tetap diharapkan
dapat menjangkau 49% rumah tangga (10 Mbps) dan 6% populasi, serta akses
bergerak ke 52% populasi (1 Mbps).
Untuk meningkatkan adopsi layanan pitalebar oleh masyarakat luas, harga
layanan pitalebar ditargetkan paling tinggi sebesar 5% dari rata-rata pendapatan
bulanan pada akhir tahun 2019. Penguatan industri teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dalam negeri diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar
terjaring (captive market) yang meliputi 4,5 juta orang Pegawai Negeri Sipil, 50 juta
siswa, 3 juta pendidik, dan 60 juta rumah tangga pengguna internet. Target dalam
pembangunan sarana prasarana Broadband pemerintah telah menetapkan target
sebagai berikut :
Sumber : Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019
Upaya-upaya mendorong percepatan pengembangan pita lebar di Indonesia telah
dilakukan secara parsial oleh masing-masing operator dengan salah satu diantaranya
ekspansi jaringan , pengembangan BTS, dan lain –lain. Namun upaya tersebut masih
belum cukup dapat mencapai target-terget yang di butuhkan oleh masyarakat.
c. Capaian Rencana Pita Lebar ( Broadband) Indonesia
Dari sekian target yang telah ditetapkan oleh pemerintah, masih banyak targettarget yang belum dapat dipenuhi antara lain: mobile broad-band harus mencapai 100%
populasi pada tahun 2019 masih menyisakan 7% target populasi khususnya untuk
wilayah rural. Kemudian Fixed Broadband yang harus mencapai 49% rumah tangga
dan tarif fixed broadband untuk rumah tangga yang relatif masih dibawah target RPI
yaitu baru mencapai 2% dari pendapatan perkapita dari target 5% dari pendapatan
perkapita. (RPI 2014-2019)
d. Krisis Frekuensi Spektrum untuk Mobile Broadband Indonesia.
“Mobile broadband menjadi andalan untuk meningkatkan penetrasi internet di
Indonesia. Masalahnya, ada bahaya laten yang harus bisa diatasi yakni krisis
spektrum,” ungkap Dirjen SDPPI kala menjadi pembicara di seminar National
Broadband Economy (Sumber : IndoTelko.com).
Cepatnya kondisi krisis spektrum untuk mobile broadband tak bisa dilepaskan
dari peningkatan penggunaan perangkat pintar seperti komputer tablet dan
smartphone yang menuntut pemakaian frekuensi radio sebagai elemen pokok yang
menghubungkan setiap perangkat gadget.
e. Penerapa sharing infrastruktur mendapat penolakan Big Operator
Seiring dengan perkembangan infrastruktur jaringan 4G di tanah air,
pemerintah, dalam hal ini Kementrian Telekomunikasi dan Informasi (Kemkominfo),
mulai menelurkan kebijakan berbagi jaringan atau active network sharing . Langkah
ini mulai santer dibicarakan beberapa waktu belakangan. Dalam jangka panjang,
impelementasi berbagi infrastruktur diharapkan bisa membuat industri
telekomunikasi semakin terjangkau dan berkelanjutan. Hal tersebut terkait dengan
rencana penyediaan jaringan pita lebar dan menjadikan industri telekomunikasi
semakin efisien. Selama ini sejumlah operator sudah melakukan passive sharing yang
meliputi penggunaan tower, BTS (base tranceiver station), dan pasokan daya.
Melanjutkan metode yang sudah terbukti dan teruji tersebut, Kemkominfo
mengajak seluruh pelaku industri telekomunikasi, yaitu para operator dan penyedia
infrastruktur, untuk bekerja sama dan berbagi pelayanan. Network sharing sendiri
realisasinya bisa bermacam-macam, termasuk berbagi frekuensi. Untuk mendukung
kebijakan network sharing, Kemkominfo akan mengubah aturan lisensi yang ada.
Misalnya lisensi pengadaan BTS secara kuantitas diubah menjadi pengadaan BTS
berdasarkan tingkat coverage dan kualitas pelayanan. Perlu diketahui bahwa
kebijakan network sharing telah diimplementasikan ke banyak negara maju di dunia.
Beberapa negara di dunia yang sudah mengimplementasikan network sharingadalah
Swedia, Australia, Kanada, Amerika Serikat, Inggris, Brazil, Spanyol, dan Jepang.
Dalam implementasinya nanti, pemerintah tidak akan memaksa operator, tetapi
hanya menganjurkan. Hal ini mengingat adanya pertimbangan bisnis antar operator
yang harus diperhitungkan. Ada beberapa model dalam penerapan network sharing,
di antaranya adalah multi operator radio access network (MORAN) dan multi operator
core network (MOCN). Pada model MORAN, dua operator atau lebih akan berbagi
BTS, namun tetap menggunakan spektrum frekuensi masing-masing. Sedangkan
MOCN adalah berbagi BTS, sekaligus berbagi spektrum frekuensi. Dalam MOCN,
kedua operator sepakat untuk saling berbagi spektrum yang dimilikinya.
XL dan Indosat menyambut baik kebijakan active network sharing ini. Kedua
operator tersebut akan menggunakan jaringan 4G-LTE bersama melalui (MORAN)
di Banyumas, Surakarta, Batam, dan Banjarmasin. Kerja sama ini rencananya
diteruskan untuk beberapa kota lainnya.
Namun demikian Operator terbesar indonesia yaitu PT. Telkomsel menolak
rencana penerapan Kebijakan Sharing Infrastructure yang di gagas oleh Kementerian
Kominfo. Perusahaan ini menilai bahwa 10 Negara pengguna selular terbesar, hanya
2 negara yang melakukan Active Network Sharing yakni Brasil dan Rusia. Jika dilihat
dari market share di kedua Negara tersebut, tidak ada operator yang dominan. Dan
Active Network Sharing tersebut dilakukan antar operator dengan market share yang
setara. Telkomsel juga melihat bahwa tidak ada Negara yang memberlakukan Active
Network Sharing di Negara-negara yang memiliki operator yang dominan. “Jadi, tidak
ada benchmark yang memadai untuk Indonesia melakukan langkah ini,” ujar Ivan
lebih lanjut. Bahkan, Telkomsel melihat bahwa Active Network Sharing ini tidak
memberikan manfaat lebih kepada pelanggan dan Operator. Padahal, untuk
mendukung program percepatan pita lebar, efisiensi biaya dari Active Network
Sharing harus dialokasi kepada percepatan penggelaran jaringan.
Selanjutnya PT Telkomsel melihat bahwa Active Network Sharing tidak
menjamin kesetaraan dan keseimbangan pembangunan jaringan. Hal ini mengingat
bahwa :
1) UU RI 36/ 1999 Tentang Telekomunikasi menimbang Point b : bahwa
penyelenggaraan telekomunikasi mempunyai arti strategis dalam upaya
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, memperlancar kegiatan
pemerintahan, mendukung terciptanya tujuan pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya, serta meningkatkan hubungan antar bangsa.
2) Lisensi 3G yang diberikan bersama-sama pada tahun 2006 tidak disertai dengan
komitmen pembangunan yang sama untuk semua operator sehingga beberapa
operator hanya membangun di daerah-daerah yang menguntungkan saja. Hal ini
bertentangan dengan semangat pemerataan pembangunan yang diamanatkan UU.
Terlihat adanya kelemahan pada reward dan punishement.
Kebijakan network sharing harus memperhatikan komitmen pembangunan yang
merata dan seimbang bukan hanya sekedar efisiensi biaya usaha. Telkomsel juga
melihat bahwa langkah untuk melakukan Active Network Sharing ini hanya berpotensi
menghemat devisase besar 0.13-0.27% dari total Impor Indonesia. Sehingga kebijakan
Active Network Sharing dengan tujuan menghemat Devisa bertentangan dengan
keinginan untuk melakukan percepatan pembangunan pitalebar di Indonesia, di mana
saat ini pembangunan BTS Indonesia perlu ditingkatkan. Sebagai gambaran, untuk
total impor komponen network adalah 2,288 juta USD. Sebesar 70% adalah belanja
untuk network Telko atau sebesar 1,601.6 juta USD yang digunakan untuk Impor
komponen BTS. Sedangkan untuk Network Sharing akan memberikan saving sebesar
30% dari impor komponen BTS atau sebesar 480.5 juta USD.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan kondisi eksisting sebagaimana telah dijabarkan pada latar belakang di
atas, dan didukung bahwa melihat kebutuhan dan target yang telah ditetapkan maka upayaupaya “biasa” dengan mengandalkan kemampuan ekspansi penyelenggara telekomunikasi
tidak akan cukup dapat mengejar target dan pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat
Indonesia khususnya dalam industri TIK serta langkanya spectrum frekuensi sebagai salah
satu sumber daya dalam mendorong percepatan broadband. Dengan melihat kondisi
tersesehingga diperlukan suatu strategi yang baik dalam melakukan percepatan
pengembangan pita lebar di Indonesia.
1.3. Batasan Masalah
Dalam penulisan ini kami sengaja membatasi pembahasan masalah pada kekhususan
pada bagaimana analisa strategi percepatan pengembangan broadband access di Indonesia
berdasarkan analisa SWOT, formulasi strategi dan implementasi strategi dalam strategi
percepatan pengembangan pita lebar melalui perumusan kebijakan sharing infrastruktur
oleh pemerintah.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi-strategi yang harus
diambil pemerintah, sesuai dengan kondisi internal dan eksternal yang ada pada saat ini
dalam rangka melakukan percepatan Broadband Access di Indonesia.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penulisan Jurnal ini nantinya diharapkan antara lain :
a. Secara akedemis dapat bermanfaat bagi para peneliti berikutnya sebagai referensi,
rujukan atau bandingan pada penulisan atau penelitian yang serupa;
b. Secara praktis diharapkan dapat digunakan sebagai referensi pemerintah dalam
menentukan strategi dalam pengembangan pita lebar;
c. Secara pribadi sebagai syarat kelulusan dalam penyelesaian studi magister manajemen
telekomunikasi;
1.6. Data Penelitian
Sumber data yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder,
yaitu data yang diperoleh peneliti dari hasil pengolahan yang dilakukan oleh orang lain
atau lembaga tertentu. Metode pengumpulan data yang dipergunakan dari penelitian ini
adalah annual report dari operator, Data Statitistik Kominfo, Data BPS, data LKO Ditjen
PPI, serta literatur terkait dengan Strategi Percepatan Pengembagnan Acces Broadband.
2. Tinjauan Teoritis
2.1 Definisi Broadband
Banyak yang mengasosiasikan broadband dengan kecepatan transmisi tertentu atau
seperangkat layanan tertentu, seperti digital subscriber loop (DSL) atau jaringan area lokal
nirkabel (wLAN). Namun, karena teknologi broadband selalu berubah, definisi
broadband juga terus berkembang.
Saat ini menurut Internasional Telecommunication Union (ITU) (2003), istilah
broadband biasanya menggambarkan koneksi Internet terbaru yang berkisar antara 5 kali
sampai 2000 kali lebih cepat daripada teknologi dial-up Internet sebelumnya. Namun,
istilah broadband tidak mengacu pada kecepatan tertentu atau layanan tertentu.
Broadband menggabungkan kapasitas koneksi (bandwidth) dan kecepatan. Rekomendasi
I.113 dari Sektor Standardisasi ITU mendefinisikan broadband sebagai "kapasitas
transmisi yang lebih cepat daripada tingkat dasar Integrated Services Digital Network
(ISDN) pada 1,5 atau 2,0 Megabit per detik (Mbits)".
Teknologi broadband secara umum didefinisikan sebagai jaringan atau service interet
yang memiliki kecepatan transfer yang tinggi karena lebar jalur data yang besar. Meskipun
jalur data yang disediakan untuk penggunanya sangat lebar, teknologi broadband
biasanya membagi jalur lebar tersebut dengan pengguna sekitarnya. Namun jika tidak ada
yang menggunakan, pengguna akan menggunakan sepenuhnya jalur lebar tersebut
(Rukayya, 2011).
Teknologi broadband atau pita lebar merupakan salah satu tenologi media transmisi
yang mendukung banyak frekuensi, mulai dari frekuensi suara hingga video. Teknologi
broadband bisa membawa banyak sinyal dengan membagi kapasitasnya (yang sangat
besar) dlam beberapa kanal bandwidth. Setiap kanal beroperasi pada frekuensi yang
spesifik. Secara sederhana, istilah teknologi broadband digunakan untuk menggambarkan
sebuah koneksi berkecepatan 500 Kbps atau lebih. Tetapi Federal Communication
Commission (FCC) mendefinisikan broadband dengan kecepatan minimal 200 Kbps. Saat
ini, teknologi broadband wireless merupakan tujuan utama dari evaluasi teknologi
telekomunikasi.
Broadband menawarkan akses data multimedia berkecepatan tinggi berupa layanan
gambar, audio, dan video termasuk videostreaming, video messaging. Melalui perangkat
yang mendukung teknologi tersebut, pengguna juga bisa mengakses hiburan mobile TV
dan mengunduh musik, serta melakukan komunikasi real-time menggunakan teknologi
fixed mobile seperti webcam melalui ponsel.
Definisi umum broadband adalah proses pengiriman dan penerimaan data melalui
sistem jaringan telekomunikasi dengan kecepatan tinggi. Umumnya kecepatan mulai dari
256 Kbps sampai dengan 100 Mbps yang terhubung dengan perangkat
pengguna/pelanggan disebut broadband (Rukayya, 2011).
2.1.1. Definisi Pitalebar Indonesia
Internastional Telecommunication union (ITU) tidak memberikan definisi pitalebar
secara spesifik, tidak seperti halnya kriteria kecepatan kecepatan untuk teknologi sistem
bergerak seperti GSM generasi ke-2 atau 2G, 3G, dan generasi selanjutnya. Dengan
demikian, pengertian pitalebar tergantung kepada pandangan masyarakat yang
menggunakannya, yang dapat berbeda antara negara berkembang dan negara maju
(Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019, p.46)
Pitalebar dalam dokumen Rencana Pitalebar Indonesia (RPI 2014-2019, p.46)
didefinisikan sebagai akses internet dengan jaminan konektivitas selalu tersambung,
terjamin ketahanan dan keamanan informasinya, serta mamiliki kemampuan triple-play
dengan kecepatan minimal 2 Mbps untuk akses tetap dan 1 Mbps untuk akses bergerak.
Walapun pitalebar didefinisikan secara teknis, keberhasilan pembangunan pitalebar
tidak saja dinilai dari penyediaan prasarana, tetapi juga dari tingkat adopsi dan kualitas
pemanfaatan pitalebar yang mendukung pertumbuhan pembangunan nasional, penguatan
daya saing Indonesia di tingkat global, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat
Indonesia.
2.1.2. Konsep Pembangunan Pitalebar Indonesia
Pembangunan pitalebar merupakan isu kompleks yang tidak hanya berorietnasi
kepada pembangunan prasarana tetapi juga kepada pemberdayaan masyarakat agar adopsi
dan utilisasi pitalebar memiliki makna. Pembangunan pitalebar tidak hanya diarahkan
untuk kepentingan ekonomi tetapi juga ke seluruh aspek pembangunan termasuk
pertahanan keamanan. Pembangunan pitalebar sebagai sabuk pengamanan informasi di
daerah perbatasan negara merupakan salah satu bentuk menjaga kedaulatan bangsa.
Pembangunan pitalebar nasional merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan daya saing bangsa
dan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Dengan demikian, Rencana Pitalebar Indonesia
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari rencana dan strategi pembangunan nasional
seperti RPJPN, MP3EI, RPJMN, dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) seperti yang
disajikan dalam Gambar di bawah ini.
Gambar 2 Keterkaitan RPI dengan Dokumen Perencanaan Lain
Rencana Pitalebar Indonesia disusun dengan mengacu kepada visi pembangunan
nasional sebagaimana tercantum dalam UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 yaitu mewujudkan masyarakat
Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Sejalan dengan visi pembangunan
nasional 2025, visi RPI adalah memberdayakan masyarakat untuk mendukung
transformasi Indonesia menjadi negara maju melalui pengembangan dan pemanfaatan
pitalebar sebagai prasarana dan meta-infrastructure. Pitalebar Indonesia dibangun untuk
mencapai tiga tujuan pembangunan yaitu (1) mendorong pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan daya saing bangsa; (2) mendukung peningkatan kualitas pembangunan
manusia Indonesia; dan (3) menjaga kedaulatan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pitalebar mempunyai empat pilar utama yaitu (1) prasarana dan keamanan; (2) adopsi dan
utilisasi kreatif; (3) legislasi, regulasi dan kelembagaan; serta (4) pendanaan. Kerangka
rancangan pitalebar secara ringkas disampaikan dalam Gambar berikut.
Gambar 3 Kerangka Rancangan Pitalebar Indonesia 2014-2019
2.2 Definisi Strategi
Strategi secara umum adalah teknik untuk mendapatkan kemenangan (victory)
pencapaian tujuan (to achieve goals). Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan jangka
panjang. Strategi bisnis bisa berupa perluasan geografis, diversifikasi, akusisi,
pengembangan produk , penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan, divestasi, likuidasi dan
joint venture (David, p.15, 2004).
Menurut Glueck dan Jauch (1989, p.9) pengertian strategi adalah Rencana yang
disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan
dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari
perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepatoleh organisasi. Pengertian
strategi secara umum dan khusus sebagai berikut:
1. Pengertian Umum Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak
yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara
atau upaya bagaimana agar tujuantersebut dapat dicapai.
2. Pengertian khusus Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa
yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir
selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.
Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang barudan perubahan pola konsumen
memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari
kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.
Menurut Rangkuti (2013, p.183) strategi adalah perencanaan induk yang
komprehensif, yang menjelaskan bagaimana perusahaan akan mencapai semua tujuan
yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari definisi-definisi di atas maka dapat disimulkan bahwa strategi adalah suatu alat
yang digunakan untuk mencapai tujuan dan keunggulan bersaing dengan
mempertimbangkan faktor eksternal dan internal suatu perusahaan atau organisasi.
2.3 Definisi Analisa SWOT
Salah satu pendekatan yang dapat dipergunakan sebagai instrumen dalam pemilihan
strategi dasar adalah melalui analisis SWOT. Menurut Rangkuti (2006) analisis SWOT
adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi.
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan
peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu
berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan atau
organisasi. Dengan demikian perencanaan strategis strategic plannner) harus menganilisi
faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam
kondisi yang ada saat ini.
Menurut Kotler (2009, p.51) analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity,
Threats) merupakan cara untuk mengamati lingkungan pemasaran eksternal dan internal.
Sebelum melakukan pola pikir pendekatan analisa SWOT ini dibagi menjadi 3 aspek.
Adapun ketiga aspek dalam analisa SWOT ini adalah terdiri dari :
1.
2.
Aspek Global
Dalam aspek global ini kita harus mengetahui SWOT atau KEKEPAN kita yang
berkaitan dengan aspek global, aspek yang besifat garis besar, yang kadang-kadang
bersifat internasional serta tidak jarang bernuansa religius. Aspek global ini sangat
berkaitn dengan “Misi” dan ”Visi” yang harus dikembangkan oleh perusahaan kita
Aspek Strategis
Aspek strategi ini merupakan penjabaran yang lebih rinci kedalam rencana kerja yang
lebih bersifat jangka menengah (biasanya 5 tahunan) guna merealisasikan apa yang
sudah dirumuskan oleh rencana global di atas. Dalam tahap strategis yang mungkin
dapat kita lakukan untuk merealisasikan rancangan global, dengan tetap
memperhatikan SWOT yang ada pada organisasi.
3.
Aspek Operasional
Aspek operasional merupakan aspek yang bersifat jangka pendek atau tahunan, atau
bahkan kurang dari setahun. Renana operasional ini akan menjabarkan secara
operasional serta rinc terhadap rencana strategis. Operasionalisasi terhadap strategi
yang dipilih dan ditetapkan harus ditindaklanjuti dalam bentuk keterampilan atau
keahlian yang harus dikuasai, bentuk-bentuk latihan yang harus dilaksanakan, alatalat macam apa yang harus disiapkan, begitu pula siapa personalis yang harus
melakukannya dan sebagainya.
Analisis SWOT digunakan untuk membandingkan faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman, sedangkan faktor internal terdiri dari
kekuatan dan kelemahan (gambar 1.)
Gambar 4 Diagram SWOT
Kuadran I :
Ini merupakan situasi yang menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan
kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan dalam
kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Kuadran II :
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari
segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran III :
Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak menghadapi
beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi ini yaitu meminimalkan masalah
internal perusahaan sehingga dapat merebut pasar yang lebih baik (turn around).
Kuadran IV :
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi
berbagai ancaman dan kelemahan internal. Fokus strategi yaitu melakukan tindakan
penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar (defensive).
Dalam analisis SWOT, dilakukan perbandingan antara faktor-faktor strategis internal
maupun eksternal untuk memperoleh strategi terhadap masing-masing faktor tersebut,
kemudian dilakukan skoring. Berdasarkan hasil yang diperoleh kemudian ditentukan fokus
rekomendasi strategi.
2.3.1. Matrik SWOT
Alat yang digunakan dalam menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah
matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman
internal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang
dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis, seperti
pada Tabel berikut :
EFI
EFE
STRENGTH (S)
(Tentukan 5-10 faktor kekuatan
internal)
WEAKNESSES
(Tentukan 5-10 faktor kelemahan
internal)
OPPORTUNITIES (O)
(Tentukan
5-10
faktor
peluang eksternal)
Strategi SO
Daftar kekuatan untuk meraih
keuntungan dari peluang yang ada
Strategi WO
Daftar
untuk
memperkecil
kelemahan dengan memanfaatkan
keuntungan dari peluang yang ada
THREATS (T)
(Tentukan
5-10
ancaman eksternal)
Strategi ST
Daftar
kekuatan
menghindari ancaman
Strategi WT
Daftar
untuk
kelemahan
dan
ancaman
faktor
untuk
memperkecil
menghindari
Tabel 1 Contoh Matrik SWOT
Berdasarkan Matriks SWOT diatas maka didapatkan 4 langkah strategi sebagai berikut :
1. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran organisasi, yaitu dengan memanfaatkan
seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi
SO menggunakan kekuatan internal organisasi untuk memanfaatkan peluang eksternal.
2. Strategi ST
Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman.
Strategi ST menggunakan kekuatan internal organisasi untuk menghindari atau
mengurangi dampak ancaman eksternal.
3. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki
kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.
4. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan
kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertujuan untuk mengurangi
kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.
Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk membantu para manajer
mengembangkan empat tipe strategi: Strategi SO (Strengths-Opportunities), Strategi WO
(Weaknesses-Opportunities), Strategi ST (Strengths-Threats), dan Strategi WT
(Weaknesses-Threats). Terdapat 8 langkah dalam menyusun matrik SWOT, yaitu:
1. Tuliskan kekuatan internal organisasi yang menentukan.
2. Tuliskan kelemahan internal organisasi yang menentukan.
3. Tuliskan peluang eksternal organisasi yang menentukan.
4. Tuliskan ancaman eksternal organisasi yang menentukan.
5. Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi
SO dalam sel yang tepat.
6. Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi
WO dalam sel yang tepat.
7. Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi
ST dalam sel yang tepat.
8. Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan
strategi WT dalam sel yang tepat.
2.3.2. Analisis Faktor Strategis Eksternal
Analisis faktor strategis eksternal difokuskan pada kondisi yang ada dan kecenderungan
yang muncul dari luar, tetapi dapat memberi pengaruh kinerja organisasi (Rangkuti, 2006).
Setelah mengetahui faktor-faktor strategi eksternal, selanjutnya susun tabel faktor-faktor
Strategis Eksternal (External Strategic Factors Analysis Summary/EFAS), dengan langkah
sebagai berikut :
1. Menyusun faktor peluang dan ancaman pada kolom 1.
2. Memberikan bobot masing-masing faktor pada kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting)
sampai dengan 0,0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis yang berupa peluang
dan ancaman ini harus berjumlah 1.
3. Menghitung rating dalam (dalam kolom 3) untuk masing-msing faktor dengan memberi
skala mulai dari 4 (sangat baik/outstanding) sampai dengan 1 (sangat tidak baik/poor )
berdasarkan pengaruh faktor tersebut pada kondisi organisasi. Pemberian nilai rating
untuk peluang bersifat positif, artinya peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi
jika peluangnya kecil diberi nilai +1. Sementara untuk rating ancaman bersifat
sebaliknya, yaitu jika nilai ancamannya besar, maka ratingnya -4 dan jika nilai
ancamannya kecil, maka nilainya -1.
4. Mengalikan bobot faktor pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya adalah skor
pembobotan untuk masing-masing faktor.
5. Menghitung jumlah skor pembobotan. Nilai ini adalah untuk memetakan posisi
organisasi pada diagram analisa SWOT.
Faktor-faktor
Strategis Eksternal
Peluang
(Opportunities/O) :
1. Peluang 1
2. Peluang 2
Jumlah O
Ancaman
(Threats/T) :
1. Ancaman 1
2. Ancaman 2
Bobot
Rating
bobot peluang 1
bobot peluang 2
rating peluang 1
rating peluang 2
a
Skor Pembobotan
(Bobot x Rating)
b
bobot ancaman 1
bobot ancaman 2
rating ancaman 1
rating ancaman 2
Jumlah T
c
d
Total
(a+c) = 1
(b+d)
Tabel 2 Faktor-Faktor Strategis Eksternal (Eksternal Strategic Factors Analysis
Summary/EFAS)
2.3.3. Analisis Faktor Strategis Internal
Analisis faktor strategis internal adalah analisis yang menilai prestasi/kinerja yang
merupakan faktor kekuatan dan kelemahan yang ada untuk mencapai tujuan organisasi.
Seperti halnya pada Analisis Faktor Strategis Eksternal, maka dengan cara yang sama
menyusun tabel Faktor-faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors
AnalysisSummary/IFAS). Bentuk tabel IFAS adalah sepeti terlihat pada Tabel 3 berikut.
Faktor-faktor Strategis
Internal
Kekuatan
(Stregths/S) :
1. Kekuatan 1
2. Kekuatan 2
Jumlah S
Kelemahan
(Weaknesses/W):
1. Kelemahan 1
2. Kelemahan 2
Bobot
Rating
bobot kekuatan 1
bobot kekuatan 2
rating kekuatan 1
rating kekuatan 2
a
Bobot kelemahan 1
bobot kelemahan 2
Skor Pembobotan
(Bobot x Rating)
b
rating kelemahan 1
rating kelemahan 2
Jumlah W
c
d
Total
(a+c) = 1
(b+d)
Tabel 3 Faktor-Faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors Analysis
Summary/IFAS)
3. Metode Penelitian
a. Penelitian Deskritif Kualitatif
Metode penelitian yang akan digunakan dalam peniltian ini adalah metode
deskriptif kualititatif dimana penelitian akan mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
kejadian yang terjadi saat sekarang yaitu dimana pemerintah dihadapkan dalam kondisi
untuk dapat memenuhi target ketercapaian pengembangan pita lebar di Indonesia
namun disisi lain dihadapkan pada kondisi adanya krisis spectrum frekuensi. Penelitian
ini akan memusatkan perhatian kepada masalah-masalah actual sebagaimana adanya
pada saat penelitian berlangsung.
b. Hipotesis Deskriftif
Rumusan hipotesys deskriptif adalah jawaban sementara untuk rumusan masalah
deskriptif, yaitu berkaitan dengan variabel mandiri.khusus dalam penulisan ini akan
difokuskan pada jawaban perlunya sebuah upaya khusus dan wajib oleh pemerintah
dalam mempercepat pengembangan broadband melalui kebijakan infrastruktur sharing.
Dengan merumuskan kekurangan dan kelebihan pada masing faktor internal dan
eksternal melalui analisa SWOT maka akan dapat diketahui seberapa kuat kebijakan
infrasktur sharing dapat dijadikan sebagai strategi dalam mendorong percepatan
pengembangan acces broad band.
4. Analisa dan Pembahasan
4.1 Analisa Matrik SWOT
Berikut analisa Strategi Percepatan Pembangunan Acces Broadband di Indonesia
melalui Insfrastruktur Sharing, dalam matriks SWOT.
1)
2)
3)
4)
STRENGTH (S)
Telah diterapkan di
negara-negara lain dan
sukses;
Didukung oleh KPPU,
dan Parlemen serta
sebagaian besar operator
Pengalaman pada kasus
penyelenggaraan
sebelumnya
dapat
dijadikan
sebagai
rujukan
dalam
pembuatan
kebijakan
sharing infrastruktur.
Sesuai dengan Visi
Kebijakan Pemerintah
untuk
menciptakan
Industri Telekomunikasi
yang Effisien dan Efektif
1)
2)
3)
4)
WEAKNESSES (W)
Belum
ada
payung
hukum yang kuat yang
melandasi
pelaksanan
sharing infrasktruktur
Perlu melakukan Revisi
Undang-Undang
Telekomunikasi sebelum
melakukan revisi PP
penyelenggaraan
Telekomunikasi
Kondisi pasar yang
berbeda pada negara
yang telah menerapkan
kebijakan yang serupa
Pemerintah
belum
menciptakan
kematangan
pada
network yang mampu
5) Dapat dijadikan sebagai
menjangkau konsumen
tools untuk mendorong
keseluruh wilayah.
pemerataan akses Broad 5) Selain itu pemerintah
Band;
juga
harus
memperpendek jurang
6) Tidak
Membutuhkan
kepemilikan
jaringan
Biaya Besar dalam
antaroperator, yang saat
Pelaksanaanya;
ini masih rendah (low
coverage gap ).
6) Kurangnya pengawasan
yang tegas dan atas
punish and reward,
berdasarkan pengalaman
pemerintah kurang dalam
hal ini.
7) Permintaan pasar yang
tinggi belum didukung
dengan
ketersediaan
spectrum frekuensi
1)
2)
3)
4)
5)
OPPORTUNITIES (O)
Strategi S-O
Strategi W-O
Sharing Infrastruktur
1) Mencontoh penerapan 1) Mewujudkan efisiensi
akan meningkatkan
infrastruktur sharing dari
sumberdaya namun perlu
efisiensi sumberdaya
negara-negara lain guna
didukung
dengan
alam terbatas (frekuensi);
mendorong pemerataan
kebijakan
yang
Sharing infrastruktur
layanan broadband dan
memadahi
terlebih
dapat membuka
kompetisi layanan pada
dahulku;( W1,W2-O1;)
pemerataan layanan pita
suatu wilayah;( S1- 2) Mendorong kompetisi
lebar (broadband) bagi
O2;O3)
layanan pada suatu
masyarakat.
wilayah dengan tetap
2) Menyusun
dan
Mendorong kompetisi
memperhatikan kondisi
melakukan
langkah
layanan pada suatu
pasar (W2-O3,);
kebijakan dalam rangka
wilayah.
meningkatkan efisiensi 3) Peningkatan
Masyarakat
sumber
daya
alam
Produktivitas diberbagai
berkesempatan
terbatas ( frekuensi),
bidang dalam rangka
mendapatkan
tarif
sekaligus meningkatkan
mengurangi kesenjangan
layanan telekomunikasi
devisa (S2-O1,O7);
jaringan
antar
yang lebih murah karena 3) Fokus
pada
upaya
penyelenggara (W5-O6)
ada keleluasaan sebagai
mewujudkan visi melalui 4) Dengan
mendorong
hasil
kompetisi
kebijakan
yang
mpercepat (S4-O4)
pelayanan.
mendorong
Masyarakat di luar Jawa
keperpihakan
pada
khususnya
dapat
kemanfaatan
dan
memanfaatkan layanan
produktivitas berbagai
telekomunikasi
untuk
bidang.(S4-O4)
meningkatkan
4) Melindungi
industri
produktivitas di berbagai
telekomunikasi dalam
bidang.
menjalankan pelayanan
6) Meningkatkan
masyarakat
dengan
Produktivitas ekonomi
kebijakan dan landasan
secara rata-rata;
hukum yang tepat(S3O4).
7) Berpeluang untuk
5) Dengan memanfaatkan
meningkatkan devisa
anggaran
seefisien
mungkin namun dapat
meningkatkan
devisa
dan dapat meningkatkan
produktivitas rata-rata (
S5-O6;O7)
THREATS (T)
Strategi S-T
1) Tidak
semua 1) Melakukan
upaya
penyelenggara
pendekatan
kepada
telekomunikasi
industri telekomunikasi
mendukung
kebijakan
bahwa
pentingnya
Sharing Infrastruktur;
mendukng
visi
2) Pembangunan infrasktur
pemerintah dalam rangka
di
daerah
terpencil
menciptakan
efsieinsi
terancam terhambat jika
industri ( S5-T1);
kebijakan yang diambil 2) Mengadopsi eksperiensce
di negara lain terkait
tidak memberikan win
dengan
sharing
win solution, sehingga
infrasruktur tersebut agar
akan berdampak pada
tidak
mengganggu
gagalnya
pemerataan
kualitas layanan kepada
akses;
masyarakat;(S1-T5);
3) Penyelenggara
3) Melakukan evaluasi dan
telekekomunikasi
berpotensi tidak sepakat
pengawasan kebijakan
satu sama lain dalam
sekaligus
persaingan
pelaksanaanya;
usaha yang sehat(S24) Menurunya
revenue
T2,T4)
penyelenggara
4) Menyusun
Kebijakan
telekomunikasi
yang
dengan
melihat
memiliki komitmen tinggi
kelemahan
kebijakan
dalam pembangunan.
masa lalu (S3-T3).
5) Menurunya
kualitas
pelayanan pada customer
1)
2)
3)
4)
5)
Strategi W-T
Perlu adanya hukum yang
kuat (W1,W2-T1)
Melakukan
Benchmarking terlebih
dahulu darinegara-negara
lain yang telah sukses
melaksanakan
sharing
infrastruktur (W2-T-)
Melakukan pemetaana
seluruh kekuatan jaringan
penyelenggara sebelum
memutuskan kebijakan
yang akan diambil (W3,T5,T4)
Memperkuat
fungsi
pengendallian (W5-T2)
Melakukan
penataan
frekuensi nasional secara
menyeluruh ( W6-T5)
salah
satu
operator
(Customer Experience)
akibat
sharing
infrasttruktur dimaksud.
Tabel 4 Analisa SWOT Strategi Percepatan Pengembangan Broadband Access di
Indonesia
4.1.1. Analisis Faktor Strategis Eksternal
Analisis faktor strategis eksternal difokuskan pada kondisi yang ada dan kecenderungan
yang muncul dari luar, tetapi dapat memberi pengaruh kinerja organisasi. Setelah
mengetahui faktor-faktor strategi eksternal, selanjutnya susun tabel faktor-faktor Strategis
Eksternal (External Strategic Factors Analysis Summary/EFAS), dengan langkah sebagai
berikut :
1. Menyusun faktor peluang dan ancaman pada kolom 1.
2. Memberikan bobot masing-masing faktor pada kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting)
sampai dengan 0,0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis yang berupa
peluang dan ancaman ini harus berjumlah 1.
3. Menghitung rating dalam (dalam kolom 3) untuk masing-msing faktor dengan memberi
skala mulai dari 4 (sangat baik/outstanding) sampai dengan 1 (sangat tidak baik/poor )
berdasarkan pengaruh faktor tersebut pada kondisi organisasi. Pemberian nilai rating
untuk peluang bersifat positif, artinya peluang yang semakin besar diberi rating +4,
tetapi jika peluangnya kecil diberi nilai +1. Sementara untuk rating ancaman bersifat
sebaliknya, yaitu jika nilai ancamannya besar, maka ratingnya -4 dan jika nilai
ancamannya kecil, maka nilainya -1.
4. Mengalikan bobot faktor pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya adalah
skor pembobotan untuk masing-masing faktor.
5. Menghitung jumlah skor pembobotan. Nilai ini adalah untuk memetakan posisi
organisasi pada diagram analisa SWOT.
Peluang
(Opportunities/O)
O1
O2
O3
O4
O5
O6
O7
Ancaman (treath/T)
T1
T2
Bobot (B)
0,15
0,10
0,10
0,10
0,10
0,10
0,10
0,065
0,025
rating (r)
Bxr
4
3
3
4
3
3
3
0,60
0,30
0,30
0,40
0,30
0,30
0,30
2
2
0,13
0,05
T3
T4
T5
TOTAL
0,025
0,055
0,08
1,00
1
2
1
0,03
0,11
0,08
2,90
Tabel 5 Analisa Faktor-Faktor Strategis Eksternal (Eksternal Strategic Factors
Analysi Summary/EFAS) Strategi Percepatan Pengembangan Broadband
Access di Indonesia
4.1.2. Analisis Faktor Strategis Eksternal
Analisis faktor strategis internal adalah analisis yang menilai prestasi/kinerja yang
merupakan faktor kekuatan dan kelemahan yang ada untuk mencapai tujuan organisasi.
Seperti halnya pada Analisis Faktor Strategis Eksternal, maka dengan cara yang sama
menyusun tabel Faktor-faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors
AnalysisSummary/IFAS). Bentuk tabel IFAS adalah sepeti terlihat pada Tabel berikut.
Kekuatan
Strengthen(S)
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
Kelemahan
Weaknesses(W)
W1
W2
W3
W4
W5
W6
W7
TOTAL
Bobot (B)
rating (r)
Bxr
0,16
0,16
0,18
0,09
0,08
0,08
0,05
4
4
4
3
3
3
4
0,64
0,64
0,72
0,27
0,24
0,24
0,2
0,042
0,037
0,022
0,032
0,029
0,038
2
2
1
2
1
1
0,084
0,074
0,022
0,064
0,029
0,038
1
3,261
Tabel 6 Analisa Faktor-Faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors
Analysi Summary/IFAS) Strategi Percepatan Pengembangan Broadband Access
di Indonesia
4.2 Penentuan dan Perumusan Jenis Strategi
Berdasarkan hasil pembobotan skor yang dilakukan dengan metode EFAS dan IFAS
maka, penentuan jenis strategi seperti dibawah ini: (Skor kekuatan-skor kelemahan)/2: (skor
peluang - skor ancaman)/2 = (2,95-0,311)/2: (2,50-0,40)/2 = 1,31:1,05.
Gambar 5 Grafik Hasil Analisis SWOT
Gambar diatas menunjukkan bahwa strategi yang digunakan adalah Strategi S-O yaitu
pemerintah memiliki peluang dan kekuatan untuk dapat menjalankan kebijakan Sharing
Infrastruktur secara tegas dengan pilihan-pilihan strategi sebagaimana disampaikan pada
hasil Analisis SWOT diatas yaitu :
1) Mencontoh penerapan infrastruktur sharing dari negara-negara lain guna mendorong
pemerataan layanan broadband dan kompetisi layanan pada suatu wilayah;
2) Menyusun dan melakukan langkah kebijakan dalam rangka meningkatkan efisiensi
sumber daya alam terbatas ( frekuensi), sekaligus meningkatkan devisa;
3) Fokus pada upaya mewujudkan visi melalui kebijakan yang mendorong keperpihakan
pada kemanfaatan dan produktivitas berbagai bidang;
4) Melindungi industri telekomunikasi dalam menjalankan pelayanan masyarakat dengan
kebijakan dan landasan hukum yang tepat; dan
5) Dengan memanfaatkan anggaran seefisien mungkin namun dapat meningkatkan devisa
dan dapat meningkatkan produktivitas rata-rata.
5. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan bahwa Pemerintah dalam hal ini Kementerian
Komunikasi dan Informatika memiliki peluang dan kekuatan untuk dapat menjalankan
kebijakan Sharing Infrastruktur yang selama ini telah diagendakan dalam rencana
pembangunan Pemerintah dan tertuang pada dokumen Rencana Pitalebar Indonesia. Dengan
dilakukannya kebijakan Sharing Infrastruktur kepada Operator/Penyelenggara
Telekomunikasi, diharapkan pemerataan dan pengembangan Broadband Access di
Indonesia sesuai dengan amanat Nawa Cita Presiden RI terlaksana dengan baik dengan
memperhatikan perlindungan pada industri telekomunikasi dan stakeholder terkait sehingga
Operator/Penyelenggara Telekomunikasi dapat memberikan layanan terbaik kepada
masyarakat di Indonesia.
6. Studi Pustaka
David, Fred R. 2009. Manajemen Strategis. Jakarta : Salemba Empat.
Internasional Telecommunication Union (ITU).
Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran, edisi 13. Jakarta : Erlangga.
Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2014 tentang Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019.
Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Memebedah Kasus Bisnis . Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Ward, John and Peppard, Joe. 2004. Strategic Planning for Information Systems, Third
Edition. John Wiley & Sons, Ltd, 1989.