PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, ARUS KAS BEBAS, DAN LEVERAGE KEUANGAN TERHADAP PEMBAYARAN DIVIDEN TUNAI PADA SAHAM-SAHAM BLUE CHIP (LQ 45) PADA BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2013

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN

  

INSTITUSIONAL, ARUS KAS BEBAS, DAN LEVERAGE

KEUANGAN TERHADAP PEMBAYARAN DIVIDEN TUNAI

PADA SAHAM-SAHAM BLUE CHIP (LQ 45)

PADA BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2013

1 2 3 1) Doni Kasmon , Hasan Basri , M. Shabri Abd. Majid 2,3) Magister Pendidikan Bahasa Inggris Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

  Staff Pengajar Magister Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Syiah Kuala Banda Ace h.

  Abstract : Dividend can reduce conflict of interest between stockholders and managers (agent).

  However, before dividends are distributed, there are many factors to consider because it’s related to future survival of a company. Moreover, dividend distribution is also influenced by many things, including distribution of shareholding, free cash flow and percentage of debt to working capital. Therefore, the purpose of writing this article was to discuss the influence of managerial ownership, institutional ownership, free cash flow, and financial leverage on cash dividend payment. The samples in this study were collected using purposive sampling technique, based on established criterion. The criterion was the company successfully enter list of companies announced by Indonesian Stock Exchange (IDX) to be in stock category LQ 45 five years in a row. From the criterion, 110 samples from 22 companies in 2009-2013 period were collected. The result of this study showed independent variables which consisted of managerial ownership, institutional ownership, free cash flow, and financial leverage were simultaneously proven to have significant influence on cash dividend payment. In partial test, managerial ownership and free cash flow were proven to have insignificant influence on cash dividend payment, while institutional ownership and financial leverage were proven to have negative significant influence on cash dividend payment.

  Keywords: Managerial Ownership, Institutional Ownership, Free Cash Flow, Financial Leverage, Cash Dividend

  Abstrak : Dividen dapat mengurangi konflik kepentingan antara pemegang saham (principal) dengaan manajer (agent), namun sebelum dividen tersebut dibagikan, banyak faktor yang harus diperhatikan, karena menyangkut keberlangsungan perusahaan di masa yang akan datang. Disamping itu dalam hal pembagian dividen, juga dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya distribusi kepemilikan saham, adanya arus kas bebas dan persentase utang dengan modal perusahaan. Oleh karena itu, tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mendiskusikan pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, arus kas bebas, dan leverage keuangan terhadap pembayaran dividen tunai. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, berdasarkan kriteria yang dibuat. Kriteria tersebut adalah perusahaan yang berhasil selama lima tahun berturut- turtut masuk dalam daftar perusahaan yang selalau diumumkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) masuk dalam saham perusahaan kategori LQ 45. Dari kriteria yang dibuat tersebut diperoleh 110 sampel dari 22 perusahaan, selama kurun waktu 2009-2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama semua variabel bebas yang terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, arus kas bebas, dan leverage keuangan terbukti memiliki pengaruh secara signifikan terhadap pembayaran dividen tunai. Ketika dilakukan uji secara parsial, kepemilikan manajerial dan arus kas bebas, tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap pembayaran dividen tunai, sementara kepemilikan institusionaldan leverage keuangan terbukti berpengaruh negatif secara signifikan terhadap pembayaran dividen tunai.

  

Kata Kunci: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Arus Kas Bebas, Leverage

Keuangan, Dividen Tunai.

  

PENDAHULUAN dikenal dengan istilah teori keagenan (agency

  Antara pemilik modal dengan pengelola theory ). Untuk mengurangi gesekan tersebut, dapat perusahaan sering terjadi gesekan kepentingan yang dilakukan dengan pemberian dividen yang tinggi kepada para pemegang saham tersebut (Jansen dan Meckling, 1976). Namun dalam perkembangan dunia usaha, tidak selamanya dividen bisa memberikan harapan kepada para investor, ada kalanya dividen yang dibagikan mengalami penurunan, atau bahkan tidak dibagikan sama sekali. Ferrish (2009), menemukan bahwa, pemangkasan dividen menjadi tren di Amerika, hal ini disebabkan oleh banyaknya perusahaan- perusahaan yang mendapatkan tekanan dari pemerintah untuk memangkas pengeluaran- pengeluaran, terutama perusahaan yang mendapatkan bailout atau dana talangan dari pemerintah. Pernyataan tersebut diperkuat oleh temuan J.P Morgan dalam laporan yang berjudul

  Dividends: The 2011 Guide to Dividend Policy and Best Practice , yang dikeluarkan pada tahun 2011,

  mengemukakan bahwa, dari tahun 2004-2010 terjadi penurunan pembayaran dividen pada perusahaan-perusahaan top dunia. Penyebab penurunan ini adalah, adanya resesi ekonomi dan ekpansi yang dilakukan oleh perusahaan, selain itu ada faktor ketidakpastian perekonomian, tingkat bunga yang dikenakan kepada pendapatan dividen, dan ketidakpastian regulasi. Tren penurunan dividen juga terjadi di Indonesia, dalam kurun waktu 2011-2013, hanya 50% dari total perusahaan yang terdaftar di BEI, mampu membayarkan dividen kepada para pemegang saham. Berdasarkan laporan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang dikutip dari , pada tahun 2011 tercatat 231 perusahaan yang membayar dividen dari 441 perusahaan, kemudian tahun 2012 tercatat 218 perusahaan dari 457 perusahaan, dan untuk tahun

  2013 hanya 241 perusahaan dari 507 perusahaan yang tercatat pada BEI. Namun tren penurunan dividen ini tidak demikian halnya dengan saham yang masuk dalam Indek LQ 45. Saham-saham tersebut antara lain saham PT. Telkom, Antam, Unilever dan saham dalam Indek LQ 45 lainnya.

  Tujuan artikel ini adalah untuk mendiskusikan pengaruh kepemilikan saham oleh manajer, kepemilikan saham oleh institusional, arus kas bebas, dan leverage keuangan terhadap pembayaran dividen tunai. Bagian kedua memuat landasan teoritis. Kemudian, bagian ketiga membahas metodelogi yang digunakan. Seterusnya, bagian keempat berisi hasil temuan dan pembahasan. Pada bagian terakhir artikel akan ditarik beberapa kesimpulan.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

  Miller dan Modigliani (1961), dalam Brigham dan Houston, (2011:211) mengemukakan terdapat tiga teori yang berhubungan dengan kebijakan dividen, yaitu “teori ketidakrelevanan dividen, teori bird-in-

  the-hand

  , dan teori preferensi pajak”. Teori ketidakrelevanan dividen mengungkapkan bahwa perusahaan itu memiliki nilai, semata- mata ditentukan oleh laba dan risiko bisnisnya, bukan karena besarnya dividen yang dibagikan. Teori bird-in-the-hand merupakan pandangan yang menyebutkan investor akan lebih memilih menanamkan kembali dividen dalam saham pada perusahaan yang membagikan dividen atau pada perusahaan lain. Dan yang terakhir teori preferensi pajak merupakan teori yang intinya tidak menyukai pembagian dividen secara tunai, dengan alasan, bahwa dividen tunai akan dikenakan pajak yang lebih tinggi dibanding dengan dividen saham.

  Jensen dan Meckling (1976), melihat dividen merupakan sumber konflik antara pemegang saham dengan manajer perusahaan, berupa tarik menarik kepentingan yang menimbulkan biaya agensi. Biaya ini timbul sebagai akibat dari adanya biaya pengawasan terhadap manajer yang menjalankan perusahaan. Untuk mengurangi konflik tersebut bisa dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer perusahaan, maupun kepemilikan dari institusional. Kepemilikan oleh manajerial akan menimbulkan peran ganda dari seorang manajer, dimana dia akan bertindak sebagai seorang manajer, sekaligus sebagai pemilik perusahaan (Chritiawan dan Tarigan, 2007).

  Cruthley dan Hansen (1989), mengungkapkan peningkatan dividen diharapkan dapat mengurangi biaya keagenan. Hal ini disebabkan dividen yang sangat besar menyebabkan rasio laba ditahan akan kecil, sehingga perusahaan membutuhkan tambahan dana dari sumber eksternal, seperti oleh bursa dan penyedia dana baru. Beberapa penelitian terdahulu menemukan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pembayaran dividen tunai, temuan tersebut diantaranya didapatkan oleh Hatta (2002), Andriyani (2008), dan Ipaktri (2012). Temuan yang berbeda didapatkan oleh Jensen et al. (1992), Mahadwarta dan Jogiyanto (2002), dan Ahmed dan javid yang mendapatkan temuan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pembayaran dividen tunai.

  Variabel kedua yang dipilih adalah kepemilikan institusional. Menurut Brigham dan Houston (2001), kepemilikan institusional merupakan kepemilikan investasi saham, yang dimiliki oleh institusi lain, seperti perusahaan dana pensiun, reksadana, dan lain-lain dalam jumlah yang besar. Pendapat lainya diungkapkan oleh Madura (2006) yang menyebutkan kepemilikan institusional adalah kepemilikan yang dimiliki oleh lembaga atau institusi lain yang biasanya memiliki nilai subtansial, sehingga dapat meminta pertanggungjawaban dan kontrol dari manajer perusahaan, agar dapat melakukan keputusan dengan tepat, sehingga dapat menyenangkan bagi pemegang saham.

  Pengertian lainnya mengenai kepemilikan institusional disampaikan oleh Gitman, (2009:17) yang menyebutkan kepemilikan insititusional sebagai “kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga profesional yang dibayar untuk mengelola keuangan orang lain, dan institusi ini memegang dan memperdagangkan saham dalam jumlah yang besar”. Lebih lanjut Tarjo dan Jogiyanto (20038:2) menyebutkan, kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, dan perusahaan investasi”. Dengan adanya kepemilikan institusional ini akan mendorong manajer untuk bertindak lebih hati-hati dan mengambil keputusan yang tepat, sehingga bisa mengamankan kepentingan pemegang saham (Madura, 2006).

  Beberapa penelitian terdahulu mengenai kepemilikan institusional pernah dilakukan oleh Kumar (2004), Heti (2011), Lucyanda dan Lilyana (2012), hasil dari ketiga peneliti tersebut mengungkapkan terdapat hubungan yang negatif antara kepemilikan institusional terhadap pembayaran dividen tunai, semakin tinggi kepemilikan institusional, maka akan semkin kecil dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham perusahaan.

  Variabel berikutnya yang diteliti dalam kaitannya dengan pembayaran dividen tunai adalah arus kas bebas. Arus kas bebas dipandang sebagai faktor lain penyebab timbulnya konflik antara pemegang saham dengan manajer perusahaan. Arus kas bebas sebagai aliran kas dimana kelebihan pendanaan dibutuhkan untuk semua proyek yang mempunyai net present value yang positif setelah keseluruhan proyek tersebut didiskontokan pada cost of capital-nya (Jensen, 1986). Arus kas bebas atau Free cash flow (FCF) secara sederhana dapat diterjemahkan sebagai kas yang menganggur, yaitu sisa kas setelah digunakan untuk berbagai keperluan proyek yang telah direncanakan perusahaan, seperti: melunasi hutang, membayar deviden, melakukan investasi, dan lainlain. Dengan demikian tingkat FCF yang relatif rendah akan mengurangi biaya agen sehingga kebutuhan dari deviden untuk membayar biaya agen menjadi berkurang. Oleh karena itu semakin tinggi FCF maka semakin tinggi rasio pembayaran deviden.

  Pengaruh positif antara arus kas bebas dengan pembayaran dividen tunai diungkapkan oleh Ridha dan Arfan (2011), serta Luchyanda dan Lilyana (2012). Namun temuan yang berbeda didapatkan oleh Hatta (2002) yang meneliti faktor-faktor faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen untuk perusahaan kelompok manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 1993-1996 dengan melibatkan 146 perusahaan. Dalam penelitian tersebut Hatta menemukan tidak adanya pengaruh arus kas bebas terhadap pembayara dividen tunai. Temuan ini juga didukung oleh temuan yang didapatkan oleh Ipaktri (2012).

  Variabel terakhir yang dibahas dalam penelitian ini adalah leverage keuangan. Sesuai dengan pandangan dari Modiglini dan Miller (1961), bahwa suatu perusahaan itu akan cenderung dinilai dari besarnya laba dan meminimalkan risiko bisnisnya, oleh karena itu manajer perusahaan akan cenderung untuk meningkatkan laba perusahaan sebesar- besarnya. Jika dividen tahun sebelumnya tidak mencukupi sebagai sumber dana untuk menciptakan laba, maka manajer akan menggunakan utang sebagai alternatif pembiayaan (Keown et al., 2000). Perusahaan yang leverage operasi atau keuangannya tinggi akan memberikan dividen yang rendah, pernyataannya ini sesuai dengan pandangan, bahwa perusahaan yang berisiko akan membayar dividennya rendah, dengan maksud untuk mengurangi ketergantungan akan pendanaan secara eksternal. (Rozeff, 1982).

  Banyak sekali penelitian terdahulu yang mengugkapkan pengaruh leverage keuangan terhadap dividen tunai. Seperti yang dilakukan oleh Jensen et al. (2002), Prihantoro (2003), Sunarto (2004), Amidu dan Abor (2006), Andriyani (2008), dan Ahmed dan Javid (2009). Hampir semua temuan dalam penelitian tersebut menemukan adanya hubungan negatif

  leverage keuangan dengan dividen tunai

  perusahaan, temuan yang sedikit berbeda didapatkan oleh Sunarto yang mengungkapkan tidak kuatnya pengaruh leverage keuangan terhadap pembayaran dividen tunai.

  Berdasarkan landasan teori dan temuan oleh peneliti terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

  1. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Arus Kas Bebas, dan Leverage Keuangan berpengaruh secara bersama-sama terhadap Dividen Tunai pada saham LQ 45 di BEI 2. Kepemilikan

  Manajerial berpengaruh terhadap Dividen Tunai pada saham LQ 45 di BEI ada perusahaan manufaktur di BEI.

  3. Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Dividen Tunai pada saham LQ 45 di BEI

  4. Arus Kas Bebas berpengaruh terhadap Dividen Tunai pada saham LQ 45 di BEI

  5. Leverage Keuangan berpengaruh terhadap Dividen Tunai pada saham LQ 45 di BEI.

  METODE PENELITIAN Data

  Penelitian ini menggunakan data kuantitaif untuk menguji hipotesis penelitian yang telah disebutkan sebelumnya Data diambil dengan menggunakan teknik purposive

  sampling , syaratnya adalah data dari semua

  perusahaan yang masuk dalam kategori Indek LQ 45 dari tahun 2009-2013, yang mampu bertahan secara lima tahun berturut-turut dalam kategori Indek LQ 45 yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Data diunduh langsung dari website BEI dan dengan mengunjungi website perusahaan masing-masing. Dari hasil pengamatan didapatkan 77 populasi, dari 77 populasi tersebut, didapatkan 22 perusahaan yang memenuhi syarat. Disamping itu, penelitian ini menggunakan periode waktu selama 5 tahun.

  Dari 22 perusahaan selama 5 lima tahun, didapatkan data sebanyak 110 perusahaan. Karena data penelitian ini terdiri dari banyak perusahaan dan periode waktu yang lebih dari satu tahun, maka data dalam penelitian ini disebut dengan data panel.

  Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai variabel dependen adalah pembayaran dividen tunai yang dihitung dengan dividen per lembar saham, yakni total dividen dibagi dengan total saham. Untuk variabel independen melibatkan empat variabel, yakni kepemilikan manajerial yang diukur dengan besarnya persentase kepemilikan manajerial dibagi dengan total saham. Variabel kedua, kepemilikan institusional yang dihitung dengan persentase kepemilikan manajerial dibagi K adalah Jumlah variabel bebas dengan total saham perusahaan. Variabel ketiga Hipotesis nol dari restricted F test adalah adalah arus kas bebas, dihitung dengan arus kas sebagai berikut: operasi dikurang dengan belanja modal H = model Pooled Least Square (restricted) kemudian dikurang lagi dengan modal kerja 1 H = model Fixed Effects (unrestricted) bersih perusahaan. Dan yang terakhir untuk

  Kriteria pengujian hipotesis adalah Jika menghitung leverage keuangan dihitung dengan hitung tabel hasil nilai F >F pada tingkat keyakinan α total utang dibagi dengan total modal. 1 tertentu, maka H ditolak, H diterima, artinya model Fixed Effects digunakan untuk teknik

  Metode Analisis estimasi.

  Untuk melakukan analisis regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan pemilihan  Uji Hausman model. Untuk data terdapat tiga

  pool

  Menurut Nachrowi dan usman (2006), pendekatan moel yakni Pooled Least Square

  Hausman Test digunakan untuk menentukan (PLS), Fixed Effects Model (FEM), dan

  model antara pendekatan Fixed Effects Model

  Random Effects Model (REM). Mengenai (FEM) dan Random Effects Model (REM).

  model mana yang akan digunakan dalam Rumus untuk mendapatkan nilai Uji Hausman melakukan regresi, dilakukan Uji Chow, Uji adalah sebagai berikut: Hausman, dan Uji Lagrange Multiplier (LM). ' 1 2

  m    b MM   b

  X K    1     

  Gujarati (2003) dimana:  Uji Chow

  β adalah vector untuk statistik variabel

  Menurut Widarjono, (2009), F Restricted

  fixed effects Test atau Uji Chow merupakan pengujian untuk b adalah vector untuk statistik variabel menentukan pendekatan antara PLS dan FEM. random effects

  Rumus untuk mendapatkan nilai F statistik

  M adalah matrik kovarian untuk dugaan

  seperti yang dirumuskan oleh Chow adalah FEM sebagai berikut:

  M 1 adalah matrik kovarian untuk dugaan RRSSURSS / N

  1    

  F

  REM

  /    URSS   NT N K

  Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai dimana: berikut: 2 2 URSS adalah Sum Residual Square (PLS)

  Jika X hitung > X tabel , dan p-value signifikan, maka H ditolak dan model FEM tepat untuk

  RRSS adalah Sum Residual Square (FEM)

  digunakan

  N adalah Jumlah data cross section

   Uji Lagrange Multiplier (LM)

  T adalah Jumlah data times series

    T n i T t it e n i T it e nT LM

  Fixed Effects Model (FEM), maka tidak diperlukan lagi uji Lagrange Multiplier (LM).

  perusahaan i dalam waktu t

  HASIL PEMBAHASAN Pemilihan Model Tabel 1. Hasil Uji Chow

  Berdasarkan tabel Uji Chow pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa Prob. = 0,000 atau kurang dari 0,10, sehingga model regresi yang harus kita pakai adalah model Fixed Effects

  Model (FEM).

  Tabel 2. Hasil Uji Hausman

  Nilai Probabilitas Uji Hausman adalah 0,092 atau lebih kecil dari 0,10. Berdasarkan hasil Uji Hausman di atas maka untuk regresi data menggunakan Fixed Effects Model. Dengan diporolehnya hasil Uji Chow dan Uji Hausman, yang menunjukkan hasil yang sama, yakni menggunakan sama-sama menunjukkan

  Hasil Uji Regresi

  β 1

  Berdasarkan hasil Uji Chow dan Uji Hausman, maka model regresi untuk melihat hasil pengujian hipotesis menggunakan model

  Fixed Effects Model (FEM) . Hasil pengujian

  hipotesis dengan menggunakan regresi logistik dapat dilihat pada tebel berikut ini: 2 1 1 1 2 1 ) 2 ) ( 1 ( 2

         

       

     

     

  ε it = Error

  = Konstanta

  Effects Test Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-Section Random 7,981 4 0,092 Effects Test Statistic d.f. Prob

  Setelah pemodelan mana yang akan dipilih, maka dilakukan regresi dengan model sebagai berikut:

  Cross-section F 36,058 (21.84) 0,000 Cross-Section Chi-square 253,444 21 0,000

  Rumus untuk mendapatkan nilai Uji

  Lagrange Multiplier adalah sebagai berikut:

  Dimana: n = jumlah perusahaan T = jumlah periode

  ∑ = Jumlah rata-rata kuadrat residual

  ∑ = Jumlah rata-rata kuadrat residual Hipotesis dari Uji LM adalah: H : Commond Effects (PLS) H 1 : Random Effects (REM)

  Dengan kriteria pengujian hipotesis, Jika χ 2 hitung ≥ χ 2 tabel dan p-value signifikan, maka H ditolak, artinya model REM lebih tepat digunakan. Uji LM dilakukan apabila hasil Uji Chow menunjukan model yang berbeda dengan hasil Uji Hausman, jika kedua hasil Uji Chow dan Uji Hausman sudah menunjukkan hasil yang sama, maka uji LM tidak diperlukan lagi (Gujarati, 2003).

  Dimana: Y it = Dividen Saham perusahaan i dalam waktu t, X 1it = Kepemilikan Manajerial perusahaan

  t, β

  i

  dalam waktu

  t,

  X 2it =

  Kepemilikan Institusional perusahaan i dalam waktu t, X 3i t = Leverage Keuangan perusahaan

  i dalam waktu t, X 4it = Arus Kas Bebas

  perusahaan i dalam waktu

  • – β 3 = Koefisien regresi (slope),

  Tabel 3. Fixed Effects Model

  Berdasarkan tabel Fixed Effects Model di atas, dapat dilihat nilai X 1 yang merupakan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dividen tunai, begitu juga dengan X 3 yang merupakan variabel arus kas bebas. Untuk variabel X 2 dalam hal ini adalah kepemilikan institusional dan X 4 yang merupakan leverage keuangan berpengaruh secara negatif dan signifikan. Kemudian Dalam Tabel Fixed Effects Model di atas, dapat dilihat nilai F-statistic sebesar 0,0000 maka dengan nilai sig = 0,0000 > 0,10, berarti variabel- variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, arus kas bebas, dan leverage keuangan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel pembayaran dividen tunai. Selanjutnya jika dilihat dari nilai

  R-squared menunjukkan nilai sebesar 0,9179

  atau mendekati 1, artinya variabel bebas yang terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, arus kas bebas, dan

  leverage keuangan, memberikan hampir semua

  informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen, yang dalam hal adalah pembayaran dividen tunai.

  Dilihat dari nilai koefisien variabel kepemilikan manajerial sebesar 0,012 menandakan setiap penambahan kepemilikan sebesar 1% oleh manajer, akan meningkatkan pembayaran dividen sebesar 1,2%. Temuan yang menyatakan tidak adanya pengaruh kepemilikan manajerial terhadap dividen tunai didukung oleh Hatta (2002), Andriyani (2008), dan Ipaktri (2012). Namun tidak sejalan dengan temuan yang didapatkan oleh Jansen et al. (1992), Mahadwarta dan Jogiyanto (2002), Ahmed dan Javid (2009), serta Zameer et al. (2013).

  Berikutnya nilai Probabilitas X 2 pada Tabel Fixed Effects Model, bahwa pada variabel

  X 2 yang merupakan kepemilikan institusional, didapatakan hasil sebesar 0.0838 atau lebih besar dari 0,10. Dari hasil ini sudah jelas bahwa hipotesis 1 diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan tingkat kepemilikan institusional dengan dividen tunai. Lebih lanjut dengan melihat nilai t-Statistic maka hubungan antara kepemilikan insititusional dengan dividen tunai, berpengaruh secara negatif, artinya semakin besar kepemilikan institusional, semakin kecil dividen tunai yang dibayarkan. Kemudian nilai koefisien yang menunjukkan - 0,18629, mengindikasikan setiap penambahan 1% kepemilikan institusional, akan mengakibatkan pengurangan dividen tunai sebesar 18,63% dividen yang dibagikan kepada pemegang saham

  Hasil dalam penelitian ini, konsisten dengan temuan-temuan terdahulu, seperti Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. temuan yang didapatkan oleh Kumar (2004), C 16.1294 6.1103 2.6397 0.0099 X1? 0.0120 0.6928 0.0173 0.9862 X2? -1.8629 1.0644 -1.7501 0.0838 X3? -0.0750 0.1153 -0.6501 0.5174 X4? -0.1477 0.0737 -2.0046 0.0482 R-squared 0.9179 5.0788 Adjusted R-squared 0.8935 1.3883 S.E. of regression 0.4530 1.4573 Sum squared resid 17.2384 2.0956 Log likelihood -54.1494 1.7162 F-statistic 37.5903 1.5979 Prob (F-statistic) 0.0000 Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat Weighted Statistics Schwarz criterion Akaike info criterion S.D. dependent var Mean dependent var dan Heti (2011) dan Lucyanda dan Lilyana (2012). Dengan samanya temuan ini menandakan hampir di semua sektor perusahaan kepemilikan insitusional berpengaruh secara negatif terhadap dividen tunai.

  Tidak beda jauh dengan kepemilikan manajerial, arus kas bebas juga menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap dividen tunai. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas yang 0,5174, jauh lebih besar dari taraf 0,10. Pengaruh tersebut menunjukkan pengaruh negatif sebesar 0,0750. Artinya setiap penambahan 1% arus kas bebas, akan mengakibatkan berkurangnya dividen tunai sebesar 7,5%. Tidak adanya pengaruh arus kas bebas terhadap dividen mengindikasikan bahwa arus kas bebas lebih digunakan untuk kepentingan perusahaan yang lebih luas, seperti untuk melakukan ekpansi dan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Hasil dalam penelitian ini mendukung teori yang disampaikan Modiglini dan Miller (1961), yang memandang bahwa perusahaan dinilai bukan dari besar kecilnya dividen, namun dari laba dan ukuran perusahaan. Temuan ini didukung oleh Ipaktri (2012), serta Lucyanda dan Lilyana (2012), namun bertentangan dengan temuan yang didapatkan oleh Rosdini (2009), dan Issa (2012).

  Variabel terakhir, adalah leverage keuangan dengan nilai probabilitas sebesar 0,0482 < 0,10 berarti ada pengaruh secara signifikan antara leverage keuangan dengan pembayaran dividen tunai. Nilai koefisien -

  0,1477, menandakan setiap penambahan

  leverage keuangan sebesar 1%, akan

  mengakibatkan pengurangan 14,7% dividen yang akan diterima pemegang saham. Temuan ini didukung oleh Prihantoro (2003), Kumar (2004), Andriyani (2008), Wicaksana (2012), dan Komrattanpanya (2013). Namun tidak sejalan dengan temuan yang didapatkan oleh Gill et al. (2010) dan Zameer et al. (2013).

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Hasil pengujian menunjukkan variabel kepemilikan manajerial dan arus kas bebas tidak berpengaruh terhadap dividen tunai, sementara kepemilikan institusional dan leverage keuangan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pembayaran dividen tunaiSaran

  Saran Para investor harus ingat bahwa dividen bukan satu-satunya tujuan dari memiliki saham sebuah perusahaan, masih ada nilai perusahaan yang meningkatkan nilai dari saham yang dimiliki.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

  Ahmed, H. Dan Javid, A. 2009. Dynamics and Determinants of Dividend Policy in Pakistan (Evidence from Karachi Stock Exchange Non-Financial Listed Firms) . International Research Journal of Finance and Economics , Vol.25, Hal: 148-171. Amidu, Muhammed dan Joshua Abor. 2006.

  Determinants of Dividen Payout Ratios in Ghana . The Journal of Risk Finance, Vol.7, No.2, Hal:136-145 Andriyani, Maria. 2008. Analisis Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Insider Ownership, Investmen Opportunity Set (IOS0, dan Profitability terhadap kebijakan Dividen. Tesis.

  • –Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Devidend : Investasi Pengaruh Teori Stakeholder. JAAI Volume 6 No. 2, Desember 2002 Heti, Christina Tri Rahmawati. 2011. Pengaruh Insider

  Jansen, Michael. C. 1986. Agency Costs of Free Cash Flow,Corporate Finance, and Takeovers . American Economic Review, Vol.

  Sain Akuntansi Universitas Syiah Kuala. Vol. 4. No. 2. Hal: 126 – 138

  Telaah dan Riset Akuntansi. Magister

  Ridha, Ramli Muhammad dan Muhammad Arfan. 2011. Pengaruh Laba, Arus Kas Operasi, Arus Kas Bebas, dan Pembayaran Dividen Kas Sebelumnya Terhadap Dividen Kas Yang Diterima Oleh Pemegang Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal

  2006. Teknik Pengambilan Keputusan. Grasindo. Jakarta

  Nachrowi, Djalal., Nachrowidan Hardius Usman.

  Miller, M. dan Modigliani, F. 1961. Divident Policy, Growt dam The Valuation of Share . Jurnal of Business , Vo.34, Hal: 411-433

  Salemba Empat Mahadwartha, Putu Anom dan Jogiyanto H. 2002. Uji Teori Keagenan Dalam Hubungan Interdependensi Antara Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen. Makalah Seminar, Simposium Nasional Akuntansi V

  Luchyanda, Jurica dan Lilyana. 2012. Pengaruh Arus Kas Bebas dan Struktur Kepemilikan Terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Dinamika Akuntansi. Vol.4, No.2. Madura, Jeff. 2006. Keuangan Perusahaan Internasional, Edisi Kedelapan. Jakarta:

  Kumar, Jayesh. 2004. Coporate Governance and Dividends Payout in India. Journal of Emerging Markets Finance. The participants of the 6th Annual Conference on Money and Finance in the Indian Economy, Indira Gandhi Institute of Development Research (IGIDR), Mumbai, India March 25-27

  Influencing Dividend Payout in Thailand: A Tobit Regression Analysis. International Journal of Accounting and Financial Reporting Vol. 3, No. 2.

  8 th Edition. New Jersey: Prentice Hall., Inc Komrattanapanya, Pornumpai. 2013. Factors

  J.P.Morgan. 2011. Dividends: The 2011 guide to dividend policy trends and best practices. https://www.jpmorgan.com Keown , J. Arthur, John D. Martin, J. William Petty, David F. Scott. 2000. Basic Financial Management

  76, No. 2, Hal: 323-329 Jensen, Solberg dan Zorn. 1992. Simultaneous Determination of Insider Ownershi, Debt and Dividend Policies. Journal of Financial and Quantitative Analysis. Vol 27. No.2 Hal: 247-263.

  Ipaktri, Munsa. 2012. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, Likuiditas,dan Arus Kas Bebas terhadap Kebijakan Dividen Kas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI . Skripsi Universitas Lampung. Bandar Lampung Jensen, M., dan W. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency, and Ownership Structure , Journal of Financial Economics. Vol. 3, No. 4, Hal: 305-360

  Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Brigham, Eugene dan Joel F Houston, 2011.

  XXXV/Januari Issa, Ayman I.F. 2012. The Determinan of Dividend Policy: Evidence From Malaysian Firms. Thesis. Master of Science Finance Universiti Utara Malaysia

  Of Ownership , Tingkat Pertumbuhan Perusahaan, Dan Risiko Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2006. Jurnal Widya Warta No.01 Tahun

  Ownership , InstitutionalOwnership, Dispersion

  Hatta, Atika Jauhari. 2002. Faktor

  Fourtd Edition . McGraw Hill.

  11 th edition. Prentice Hall Gujarati, Damodaar N. 2003. Basic Econometricse.

  Gitman, Lawrence. 2009. Principles of Managerial Finance

  

  Dividend Payment Behavio r.

  2009. An International Analysis of

  Cruthley dan Hansen (1989). A Test the Agency Theory of Manajerial Owner Corporate Leverage and Corporate Dividend. Financial Managment/Winter, 18, Hal: 177-197 Ferris, P. Stephen, Nilanjan Sen, Emre Unlu.

  Kepemilikan Manajerial, Kebijakan, Hutang, Kriteria dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi Keuangan . Vol.9, No. 1, Hal: 1-8

  II. Jakarta: Salemba Empat Christiawan, Jogi Juluis dan Joshua Tarigan. 2007.

  Manajemen Keuangan

  Rosdini, Dini.2009, Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Dividen Payout Ratio Bandung: Working Paper in Accounting and Finance , Universitas Padjajaran Ross, Stephen A., Randolph W., dan Bradford, D. Jordan. 2000. Fundamentals of Corporate Finance . Boston. Irwin McGraw-Hill. Rozeff, M. 1982. Growth, Beta, and Agency Cost as Determinants of Dividen Payout Ratios .

  Jurnal of Financial Reserch Vol.5, Hal: 249- 259 Tarjo dan Jogiyanto Hartono. 2003. Analisa Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Publik di Indonesia”, Makalah Seminar, Simposium Nasional Akuntansi VI, Ikatan Akuntansi Indonesia Prihantoro. 2003. Estimasi Pengaruh Dividen Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis No.1, Jilid 8, Hal: 7-14

  Wibisono, Yusuf. 2005. Metode Statistika.

  Yogyakarta. Gajah Mada University Press Wicaksana. I Gede Anannditha. 2012. Pengaruh Cash Ratio, Debt To Equity Ratio, dan Return On Asset Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas Udayana

  Zameer, Hashim. Shahid Rasool, Sajid Iqbal dam Umair Arshad. 2013. Determinants of Dividend Policy: A Case of Banking Sector in Pakistan. Middle-East Journal of Scientific Research Vol. 18 (3): Hal: 410-424 .

Dokumen yang terkait

PENGARUH SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN, PARTISIPASI ANGGARAN DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA SKPD PADA PEMERINTAH KABUPATEN ACEH UTARA

1 4 10

PENGARUH PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI KABUPATEN ACEH UTARA Munasyir1,

0 0 13

HUBUNGAN ANTARA KINERJA LINGKUNGAN DAN KINERJA KOMITE AUDIT DENGAN KUALITAS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Pada Perusahaan Mamufaktur di BEI) Ivana Siregar Lindrianasari Komaruddin Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas

0 0 20

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN PERAN MANAJERIAL PENGELOLA KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH.

1 2 12

ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK TRANSAKSI EMAS DI PERDAGANGAN BERJANGKA Poppy Indriani dan Harjahdi Fakultas Ekonomi, Universitas Bina Darma e-mail : poppy_ucatyahoo.com Abstract - Analisis Fundamental Dan Teknikal Dala

0 0 8

PENGARUH PEMAHAMAN ATAS SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN PERAN PENGAWAS FUNGSIONAL TERHADAP EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Aceh di Pemerintah Aceh)

0 0 10

PENGARUH PERENCANAAN ANGGARAN DAN KUALIAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP TINGKAT PENYERAPAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI KABUPATEN ACEH UTARA

0 0 8

PENGARUH KUALITAS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERBANKAN SYARIAH INDONESIA (PERIODE 2010 – 2014) Noor Dwi Yantiningsih1 , Islahuddin2 , Said Musnadi3

0 1 11

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN MANAJEMEN RISIKO

1 12 18

PENGARUH PERSEPSI PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH TERHADAP PENGGUNAAN SAK ETAP DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Studi Pada Sentra Kripik Segalamider Bandar Lampung) Rosmiaty tarmizi Ni Luh Sartika Bugawanti (Universitas Bandar Lampung) E-mail: rosmiati.tarmiziyahoo.c

0 0 24