PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN PERAN MANAJERIAL PENGELOLA KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH.

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN

  

PERAN MANAJERIAL PENGELOLA KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH .

1 2 3 1) Fauzan Rahman , Nadirsyah , Syukriy Abdullah 2.3)

Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Staf Pengajar Magister AkuntansinPascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

  

Abstract: The purpose of this research is to acquire knowledge about the effect of budgetary participation,

accounting information system and managerial role of local finance on local government performance in

partially and simultaneously.There are 34 respondents used in this research taken from local governments

agencies (SKPK) in Aceh Tengah as budget user. The research type used is verificative research by using cencus

method. This research is using multiple regressions analysis. The result indicates that: budgetary participation,

accounting information system and managerial role have influences positively on local government performance.

Partially, budgetary participation, accounting information system and managerial role of local finance on local

government performance

Key word: Budgetary Partcipation, Accounting Information System and Managerial Role of Local Finance,

Local Government Performance

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh partisipasi anggaran, sistem informasi akuntansi dan

peran manajerial pengelola keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah kabupaten Aceh Tengah. Responden

penelitian ini sebanyak 34 orang yaitu SKPK sebagai Pengguna Anggaran. Metode yang digunakan adalah

sensus, yaitu seluruh elemen populasi diselidiki satu persatu dalam pengumpulan data. Metode analisis yang

digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran,

sistem informasi akuntansi dan peran manajerial pengelola keuangan daerah secara bersama-sama dan sendiri-

sendiri berpengaruh terhadap kinerja pemerintah kabupaten Aceh Tengah.

  Kata kunci: Partisipasi Anggaran, Sistem Informasi Akuntansi, Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah dan Kinerja.

  PENDAHULUAN

  Kinerja organisasi sektor publik dapat penurunan kinerja pemerintahan di kabupaten dijelaskan sebagai suatu kajian tentang Aceh Tengah dalam pengelolaan keuangan. kemampuan suatu organisasi dalam pencapaian Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan tujuan. Penilaian atas kinerja tersebut dapat (BPK) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah dipakai untuk mengukur kegiatan-kegiatan Kabupaten Aceh Tengah tahun 2011 dan 2013 organisasi dalam pencapaian tujuan dan juga memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian sebagai bahan untuk perbaikan di masa yang (WDP), sementara pada tahun 2012 akan datang. Fenomena yang terjadi pada memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian organisasi sektor publik khususnya di dalam WTP. Sehingga, berdasarkan hasil opini dari organisasi kepemerintahan di Kabupaten Aceh BPK fakta yang terjadi menunjukkan bahwa Tengah pada tahun 2011 sampai dengan 2013 kinerja pemerintah kabupaten Aceh Tengah terjadi dalam pengelolaan keuangan mengalami penurunan.

  Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur (Permendagri No.13/2006). Kinerja organisasi sektor publik adalah hasil akhir (output) organisasi sesuai dengan tujuan organisasi, transparan dalam pertanggungjawaban, efisien, sesuai dengan kehendak pengguna jasa informasi, visi dan misi, berkualitas, adil serta diselenggarakan dengan sarana dan prasarana yang memadai (Kurotomo dan Erwan, 2005:103).

  Soetrisno (2010) menemukan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja. Keterlibatan SKPD dalam menyusun anggaran berpengaruh terhadap kinerja. Kinerja pemerintah semakin baik dikarenakan SKPD dilibatkan dalam penganggaran sehingga menjadikan anggaran lebih efektif dan pemerintah daerah akan meningkat dengan adanya partisipasi anggaran. Partisipasi dalam konteks pemerintahan daerah adalah keterlibatan Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kepala SKPK merupakan Pengguna Anggaran (PA)/Pengguna Barang (PB), yang diberi kesempatan untuk mengajukan usulan terkait dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPK yang dipimpinnya. Kepala SKPK menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) yang secara substansi harus sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan target kinerja dan pagu anggaran yang telah disetujui dalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS). RKA-SKPK inilah yang disebut sebagai dokumen anggaran partisipatif di pemerintah daerah secara internal terkait penentuan alokasi anggaran dan target kinerja yang akan diakomodasi di dalam Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) dan akhirnya dalam Peraturan Daerah (Perda) APBD (Abdullah, 2012). Kinerja tidak hanya dipengaruhi oleh partisipasi anggaran. Sistem informasi juga ikut berpengaruh terhadap kinerja.

  Kinerja pemerintah daerah erat hubungannya dengan sistem informasi akuntansi. Susilastri dkk (2010) menemukan bahwa sistem informasi akuntansi berpengaruh terhadap kinerja. Adanya keterlibatan pemakai dalam menjalankan sistem informasi akan akuntansi. Pada konteks sektor pemerintahan, sistem informasi yang diterapkan pada pemerintah daerah berupa ”Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA)”, yang merupakan sistem informasi akuntansi terkomputerisasi bagi pemerintahan daerah serta semua SKPK yang dibawahinya. Sistem akuntansi pemerintahan daerah merupakan serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka mempertanggungjawabkan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

  Dalam rangka mewujudkan kinerja pemerintahan secara menyeluruh tidak berhenti pada tahap awal penganggaran, namun dibutuhkan peran manajerial pimpinan daerah khususnya pengelola keuangan yang ada di daerah. Hasil penelitian Herminingsih (2009) menemukan bahwa peran manajerial pengelola keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi. Peran manajerial menurut Mintzberg (1973) terdiri atas peran perseorangan, peran informasi dan peran pengambilan keputusan. Peran manajerial pengelola keuangan daerah memungkinkan tercapainya kinerja dan mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien. Memperhatikan betapa pentinganya partisipasi anggaran, sistem informasi akuntansi dan peran manajerial pengelola keuangan daerah dan kinerja pemerintah daerah, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh partisipasi manajerial pengelola keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah Kabupaten Aceh Tengah.

  Anggaran yang digunakan oleh suatu daerah bersumber dari pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disebut APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pasal 1 ayat 9). Sebagai rencana keuangan tahunan pemerintah daerah, maka dalam APBD tergambar semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah dalam kurun waktu 1 tahun. Selain sebagai rencana keuangan pemerintah daerah, APBD merupakan instrumen dalam rangka mewujudkan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara.

  Mardiasmo (2002:70) menyebutkan bahwa dalam partisipasi anggaran pada akuntansi sektor pemerintahan terdapat empat siklus anggaran yang meliputi: tahap persiapan implementasi/pelaksanaan anggaran, tahap pelaporan dan evaluasi anggaran. Penganggaran di pemerintahan tidak sepenuhnya “tergantung pada” karyawan. Di organisasi pemerintahan, karyawan atau birokrat mengemban akuntabilitas ganda (dual accountability), yakni bertanggungjawab kepada kepala organisasinya (di Pemda disebut SKPD atau Kepala Daerah) dan juga kepada masyarakat (yang diwakili oleh lembaga perwakilan atau DPRD). Pada saat ini, dalam penganggaran di pemerintahan daerah di Indoesia dikenal mekanisme penganggaran

1. Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Dan Hipotesis Partisipasi Anggaran

  partisipatif, yakni dengan melibatkan masyarakat secara langsung melalui mekanisme Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan). Musrenbang dilaksanakan secara berjenjang, yang mencakup tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional (Abdullah, 2008).

  Sistem Informasi Akuntansi

  Sistem informasi akuntansi adalah suatu sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan dan memproses data untuk menghasilkan informasi yang digunakan untuk pembuat keputusan (Romney dan Steinbart (2006:6). Kegunaan sistem informasi akuntansi adalah: (1) Menghasilkan laporan ekternal.; (2) Mendukung aktivitas rutin.; (3) Pengambilan keputusan. Informasi juga dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan non rutin pada tingkat dalam organisasi; (4) Perencanaan dan pengendalian.; (5) Impelementasi pengendalian internal. (Rama dan Jones,

  Pada penjelasan PP No.56/2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) disebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola keuangan daerah, dan menyalurkan Informasi Keuangan Daerah kepada publik. Pemanfaatan teknologi informasi penting bagi berbagai pihak untuk mengakses, mengelola, dan mendayagunakan informasi keuangan daerah secara cepat dan akurat. Sistem akuntansi di pemerintah daerah memiliki transaksi yang komplek dan besar volumenya. Oleh karena itu, pemanfaatan teknologi informasi akan sangat membantu mempercepat proses pengolahan data transaksi dan penyajian laporan keuangan. Sistem informasi akuntansi yang digunakan oleh Pemerintah Daerah adalah Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD).

  Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah

  Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, petanggung jawaban, dan pengawasan daerah (Permendagri No.13/pasal 1 ayat 8). Pengelolaan keuangan yang berorientasi pada kinerja menuntut adanya desentralisasi. Desentralisasi pengelolaan keuangan daerah merupakan desentralisasi administratif, yaitu pendelegasian wewenang paling rendah. Dalam hal ini Pengelola Keuangan Daerah diberi wewenang dalam batas yang telah ditetapkan dalam sistem pengelolaan keuangan daerah, namun mereka memiliki elemen kebijaksanaan dan kekuasaan serta tanggungjawab tertentu dalam halsifat dan hakekat jasa dan pelayanan yang menjadi tanggungjawabnya (Coralie, 1982 dalam Kementrian Keuangan, 2013).

  Manajer merupakan orang yang bertanggungjawab atas organisasi atau unit yang dipimpinnya. Tugas manajer dapat digambarkan dalam kaitannya dengan berbagai “peran” atau serangkaian perilaku yang terorganisir yang diidentifikasi dengan suatu posisi (Mintzberg, 1973 dalam Herminingsih, 2009). Mitzberg menjelaskan bahwa para manajer dapat memainkan tiga peran melalui kewenangan dan statusnya didalam melaksanakan tugas- tugas yang dipercayakan antara lain: peran antar pribadi, peran informasional, peran pengambil keputusan.

  Peran manajerial pengelola keuangan daerah memungkinkan tercapainya kinerja dan mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif. Peran menunjukkan partisipasi seseorang dalam mewujudkan tujuan organisasi. Peran manajerial pengelola keuangan daerah menunjukkan tercapainya mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif. Desentralisasi memberikan kesempatan Pengelola Keuangan Daerah untuk mendorong kreatifitas pengelola keuangan daerah. Individu yang terlibat dan anggaran akan bekerja lebih keras untuk mencapai tujuan, sehingga kinerja organisasi akan semakin tinggi (Rohman, 2007).

  Kinerja Pemerintah Daerah

  Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi (Lembaga Administrasi Negara, 1999:3). Lebih lanjut LAN-RI mendefinisikan indikator masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya manusia, informasi, kebijakan atau peraturan perundang-undangan, dan sebagainya. Indikator keluaran (outputs) adalah sesuatu yang dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan atau non fisik. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Indikator manfaat (benefits) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.

  Pengaruh Partisipasi Anggaran, Sistem Informasi Akuntansi dan Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah terhadap

  Anthony dan Govindarajan (2005:87) menjelaskan bahwa partisipasi anggaran memiliki dampak positif karena dua alasan yaitu: (a) kemungkinan ada penerimaan yang lebih besar atas cita-cita anggaran jika anggaran dipandang berada dalam kendali pegawai dibandingkan bila secara eksternal, (b) hasil penyusunan anggaran partisipatif adalah pertukaran informasi yang efektif.

  Hasil penelitian Herminingsih (2009) menemukan bahwa partisipasi anggaran dan peran manajerial pengelola keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Kementerian Keuangan, 2013). Herminingsih Adanya keterlibatan dari manajemen pada saat (2009) menemukan bahwa peran manajerial proses penyusunan anggaran dapat mencapai pengelola keuangan daerah berpengaruh positif tujuan organisasi sehingga dapat meningkatkan dan signifikan terhadap kinerja organisasi.Hal kinerja organisasi. ini mengindikasikan bahwa adanya suatu peran

  Kinerja erat hubungannya dengan yang dilakukan oleh pejabat pengelola sistem informasi akuntansi. Sistem informasi keuangan daerah (pengguna dan kuasa akuntansi sektor publik merupakan sistem pengguna anggaran/ barang) untuk mendorong pembagian kekuasaan dalam organisasi dan memotivasi bawahannya untuk mencapai Pemerintah Daerah melalui pemrosesan data tujuan organisasi. Dengan adanya peran keuangan mulai dari catatan akuntansi sampai manajerial tersebut, mendorong para pengelola dengan penyajian informasi dalam laporan keuangan daerah untuk lebih berpartisipasi keuangan. Perancangan sistem pengolahan dalam pencapaian kinerja pemerintah daerah informasi diintegrasikan untuk mengelola yang lebih baik, melaksanakan tujuan yang informasi akuntansi (Bastian, 2007:4). Sistem telah ditetapkan oleh organisasi pemerintah informasi akuntansi sektor publik disusun daerah. karena adanya perubahan sistem politik, sosial Berdasarkan tinjauan terhadap teori kerangka dan kemasyarakatan serta ekonomi yang pemikiran, maka dapat dirumuskan hipotesis dibawa oleh arus reformasi yang menimbulkan sebagai berikut: tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan

  1. Partisipasi anggaran, sistem informasi pemerintah yang baik. akuntansi dan peran manajerial Pengelolaan keuangan yang pengelola keuangan daerah desentralisasi. Desentralisasi pengelolaan terhadap kinerja pemerintah Kabupaten keuangan daerah merupakan desentralisasi Aceh Tengah. administratif, yaitu pendelegasian wewenang 2. anggaranberpengaruh

  Partisipasi pelaksanaan sampai pada tingkat hierarkhi yang terhadap kinerja pemerintah Kabupaten paling rendah. Dalam hal ini Pengelola Aceh Tengah. Keuangan Daerah diberi wewenang dalam batas 3. informasi akuntansi

  Sistem yang telah ditetapkan dalam sistem pengelolaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan daerah, namun mereka memiliki pemerintah Kabupaten Aceh Tengah. elemen kebijaksanaan dan kekuasaan serta 2.

  Peran manajerial pengelola keuangan daerah tanggungjawab tertentu dalam halsifat dan berpengaruh terhadap kinerja pemerintah hakekat jasa dan pelayanan yang menjadi kabupaten Aceh Tengah. tanggungjawabnya (Coralie, 1982 dalam

3. Metode Penelitian

  = Error 4.

  semua variabel ≠ 0. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran, sistem informasi akuntansi dan peran manajerial pengelola keuangan daerah secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah dan menerima hipotesis. Koefisien korelasi (R) sebesar 0.774 yang menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 77.4%, artinya variabel bebas partisipasi anggaran, sistem informasi akuntansi dan peran manajerial pengelola keuangan daerah mempunyai hubungan yang erat dengan kinerja pemerintah daerah.

  Y= 2.465+0.528X 1 +0.190X 2 +0.231X 3 Berdasarkan Tabel 1, koefisien regresi (β) untuk

  Sumber: Data Primer Diolah (2014) Berdasarkan Tabel 1 dapat ditulis persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

  0.774 0.599 Partisipsi Anggaran 0.528 Sistem Informasi Akuntansi 0.190 Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah 0.231

  Tabel 1 Hasil Uji Regresi Nama Variabel Koefisien Regresi (β) R R 2 Konstanta 2.465

  Hasil uji regresi dengan menggunakan bantuan software SPSS adalah seperti pada Tabel 1.

   Hasil Penelitian Dan Pembahasan Pengaruh Partisipasi Anggaran, Sistem Informasi Akuntansi dan Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Darah

  Penelitian ini dilakukan di Pemkab Aceh Tengah yaitu SKPK Kabupaten Aceh Tengah. Teknik penumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan kuesioner.

  Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan dijawab oleh responden, biasanya dalam alternatif jawaban yang cukup jelas (Sekaran, 2006:82). Setiap kuesioner dengan pernyataan positif akan diberi bobot 1 sampai 5 terhadap tingkat setuju atau ketidaksetujuannya. Penelitian ini menggunakan skala likert dengan interval 5 point yaitu:Kuesioner diberikan langsung kepada Pengguna Anggaran (PA) atau kepala SKPK di Kabupaten Aceh Tengah.

  X 2 = Sistem Informasi Akuntansi

  X 1 = Partisipasi Anggaran

  = Konstanta β 1 β 2 β 3 = Koefisien regresi

  Keterangan : Y = Kinerja Pemerintah Daerah α

  Y = α + β + β + β ε

  X 2 dan X 3 terhadap Y adalah sebagai berikut:

  Teknik analisis data pada pengujian hipotesis menggunakan pengujian analisis regresi linier berganda.. Persamaan regresi linear berganda yang digunakan untuk meneliti pengaruh X 1,

  X 3 = Peran Manajerial Pengelola Keuangan ε Nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0.599 atau 59.9%, hal ini dapat diinterpretasikan bahwa variasi yang terjadi pada variabel kinerja pemerintah daerah (Y) sebesar 59.9% dipengaruhi atau disebabkan oleh perubahan yang terjadi secara bersama- sama pada partisipasi anggaran, sistem informasi akuntansi dan peran manajerial pengelola keuangan daerah, sedangkan 40.1% sisanya disebabkan oleh faktor-faktor dari variabel-varibel lain yang tidak tercakup dalam model regresi tersebut.

  Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

  Pengujian hipotesis kedua yaitu pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja pemerintah daerah dilakukan dengan analisis regresi liner berganda dengan bantuan SPSS. Hasil olah data regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel 1. Untuk menguji pengaruh anggaran terhadap kinerja pemerintah daerah dilakukan dengan melihat koefisien regresi (β). Koefisien regresi (β) partisipasi anggaran sebesar 0.528, dimana β ≠ 0. Hasil penelitian menerima hipotesis kedua yaitu partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah. Partisipasi anggaran (X 1 ) mempunyai pengaruh yang positif atau dengan kata lain setiap terjadi 1% perubahan dalam variabel partisipasi anggaran secara relatif akan menaikan 0.528% variabel kualitas kinerja peerintah daerah.

  Penganggaran di pemerintahan tidak sepenuhnya “tergantung pada” karyawan. Di organisasi pemerintahan, karyawan atau birokrat mengemban akuntabilitas ganda (dual

  accountability ), yakni bertanggungjawab

  kepada kepala organisasinya (di Pemda disebut SKPD atau kepala daerah) dan juga kepada masyarakat (yang diwakili oleh lembaga perwakilan atau DPRD). Pada saat ini, dalam penganggaran di pemerintahan daerah di Indonesia dikenal mekanisme penganggaran partisipatif, yakni dengan melibatkan masyarakat secara langsung melalui mekanisme Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan). Musrenbang dilaksanakan secara berjenjang, yang mencakup tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional (Abdullah, 2008).

  Keterlibatan SKPD dalam pengangaran akan memudahkan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam RPJM Kabupaten, sehingga kinerja pemerintah akan meningkat.

  Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi

  Pengujian hipotesis ketiga yaitu pengaruh sistem informasi akuntansi terhadap kinerja pemerintah Kabupaten Aceh Tengahdilakukan dengan melihat koefisien regresi (β 2 ). Berdasarkan Tabel 4.8, koefisen regresi (β 2 ) sistem informasi akuntansisebesar 0.190. Dimana β 2 ≠ 0. Hal ini menunjukan bahwa sistem informasi akuntansi berpengaruh terhadap kinerja pemerintah Kabupaten Aceh Tengah sehingga menerima hipotesis. Variabel ssitem informasi akuntansi (X 2 ) mempunyai pengaruh yang positif atau dengan kata lain setiap terjadi 100% perubahan dalam variabel sistem informasi akuntansi secara relatif akan menaikan 19% variabel kinerja pemerintah Kabupaten Aceh Tengah.

  Kinerja pemerintah kabupaten juga dipengaruhi oleh sistem informasi akuntansi. Sistem adalah sekumpulan dari dua atau lebih komponen saling berkaitan dan berinteraksi untuk mencapai tujuan. Informasi merupakan data yang telah di organisasikan dan di proses untuk menyediakan arti bagi pengguna (Romney dan Steibart, 2006:4-5). Pemerintah kabupaten aceh tengah sudah menggunakan sistem informasi akuntasi dalam pengelolaan keuangan. Tujuan adanya sistem informasi akuntansi di SKPK akan membuat akuntabilitas keuangan peemrintah menjadi transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga pelaporan keuangan yang menjadi bagian dari kinerja peerintah dalam pengelolan keuangan akan selesai tepat waktu.

  Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

  Pengujian hipotesis keempat yaitu pengaruh peran manajerial terhadap kinerja pemerintah Kabupaten Aceh Tengah. dilakukan dengan melihat koefisien regresi (β 3 ). Berdasarkan Tabel 4.8, koefisen regresi (β 3 ) peran manajerial sebesar 0.231. Dimana β 3 ≠ 0. Hal ini menunjukkan bahwa peran manajerial berpengaruh terhadap kinerja pemerintah Kabupaten Aceh Tengahsehingga menerima hipotesis. Peran manajerial (X 3 ) mempunyai pengaruh yang positif atau dengan kata lain setiap terjadi 100% perubahan dalam variabel peran manajerial secara relatif akan menaikan 23.1% kinerja pemerintah Kabupaten Aceh Tengah.

  Peran manajerial ikut berpengaruh terhadap kinerja. Dalam organisasi sektor publik, Kepala SKPK adalah manajer atau bagian dari manajerial yang menjadi pelaksana program dan kegiatan pemerintah kabupaten. Adanya peran manajerial akan memudahkan pemerintah kabupaten dalam mencapai visi dan misi Kepala Daerah. Herminingsih (2009) menemukan bahwa peran manajerial pengelola keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi. Peran manajerial menurut Mintzberg (1973) terdiri atas peran perseorangan, peran informasi dan peran pengambilan keputusan. Peran manajerial pengelola keuangan daerah memungkinkan tercapainya kinerja dan mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan

  5. Kesimpulan, Keterbatasan Dan Saran Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.

  Partisipasi anggaran, sistem informasi akuntansi dan peran manajerial pengelola keuangan secara bersama- sama berpengaruh terhadap kinerja Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga variabel dapat digunakan dalam mempengaruhi kinerja seperti budaya menignkatkan kinerja pemerintah organisasi dan sistem pengendalian daerah kabupaten aceh tengah. intern. 2. anggaran berpengaruh 2.

  Partisipasi Responden penelitianini hanya Kepala terhadap kinerja Pemerintah Kabupaten SKPK sebagai Pengguna Anggaran, Aceh Tengah. Hal ini menunjukkan sebaiknya kedepan bisa ditambah bahwa adanya partisipasi dalam dengan pejabat-pejabat teknis lainnya. penganggaran pemerintah dapat Saran meningkatkan kinerja pemerintah Berdasarkan penelitian yang telah daerah kabupaten aceh tengah. dilaksanakan, maka diajukan saran-saran

  3. informasi akuntansi sebagai berikut: Sistem berpengaruh terhadap kinerja

  1. Penelitian ini dapat memberikan Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah. masukan kepada Pemerintah Kabupaten Hal ini menunjukkan bahwa sistem Aceh Tengah untuk meningkatkan informasi yang terintegrasi membantu kinerja pemerinah kabupaten adanya pemerintah daerah dalam mecapai partisipasi anggaran, sistem informasi tujuan dari organisasi sehingga akuntansi dan peran manajerial berdampak terhadap peningkatan sehingga target yang ingin dicapai kinerja pemerintah daerah kabupaten pemerintah kabupaten setiap tahunnya aceh tengah. akan tercapai. 2 4. Nilai Koefisien determinasi (R ) sebesar

  Peran Manajerial pengelola keuangan berpengaruh terhadap kinerja 0.599 menunjukkan masih ada variabel lain Hal ini menunjukkan bahwa peran daerah. Penelitian selanjutnya diharapkan manajerial sangat penting dalam memasukkan variabel yang diduga berpengaruh mencapai target kinerja pemerintah terhadap kinerja pemerintah daerah seperti daerah kabupaten aceh tengah. serapan anggaran.

1. Keterbatasan DAFTAR PUSTAKA

  Beberapa keterbatasan dalam penelitian Abdullah, Syukriy. 2008. ini adalah sebagai berikut: http://syukriy.wordpress.com/2008/12/

  25/ partisipatif-di-penganggaran- 1.

  Penelitian ini hanya menggunakan

  pemerintahan-dan-bisnis-perbedaan- partisipasi anggaran, sistem informasi dan-isu-isu-penelitian.

  akuntansi dan peran manajerial, diduga Abdullah, Syukriy. 2012. masih banyak faktor-faktor lain yang

  

  Yogyakarta: Andi. McKeen. J.D, T. Guaimares & J.C. Wetherbe.

  Magister Administrasi Publik. Yogyakarta: UGM.

  Kusrini dan Andri Koniyo. 2007. Tuntunan

  Praktis Membangun Sistem Informasi Akuntansi dengan Visual Basic & Microsoft SQL Server . Yogyakarta: Andi.

  Kuncoro, Mudrajarad. 2009. Metode Riset

  untuk Bisnis dan Ekonomi . Jakarta: Erlangga.

  Mahsun, Mohammad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Edisi Pertama.

  Yogyakarta: BPFE. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik.

  1994. The Relationship between User Participation and User Satisfaction: Factors. MIS Quartely Vol. 18 4: 427- 451.

  Administrasi Negara . Jakarta: Raja Grafindo Persada.

  Mintzberg, H, 1973, The Nature of Manajement

  Work,

  Harper Row: New York Palmer, J. 1991. Information Technology at Your Service. Personnel Management.

  Vol. 23 No. 6: 57-60. Rama, Dasaratha V. dan Frederick L. Jones.

  2006. Sistem Informasi Akuntansi

  Buku 1. Terjemahan oleh M. Slamet Wibowo. Jakarta: Salemba Empat.

  Republik Indonesia, 2006. Permendagri Nomor

  Kumorotomo, Wahyudi dan Erwan Agus Purwanto. 2005. Anggaran Berbasis Kinerja, Konsep dan Aplikasinya.

  Kumorotomo, Wahyudi. 1996. Etika

  Anthony, Robert N dan Vijay Govindarajan.

  Marketing Research (International Edition). Boston: McGraw Hill.

  2005. Management Control System. Jakarta: Salemba Empat.

  Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu

  Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka Cipta.

  Atmosudirjo, Slamet Prayudi. 1997.

  Administrasi dan Managemen Umum .

  Jakarta: Ghalia Indonesia. Bastian, Indra. 2007. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

  Cooper, Donald and Pamela Schindler. 2006.

  Donnelly. Mike, John F. Dalrymple, dan Ivan P.

  Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah . Jakarta: LAN.

  Hollingsworth. 1994. The Use and Development of Information Systems and Technology in Scottish Local Government. International Journal of Public Sector Management . Vol. 7 No.

  3: 4-15. Dwiyanto, Agus Pratini. 2006. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia .

  Press. Herminingsih. 2009. Partisipasi dalam

  Penganggaran dan Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten Demak). Tesis. Semarang:

  Program Pasca sarjana Universitas Diponegoro. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1998.

  Metodogi Penelitian Bisnis .

  Yogyakarta: BPFE. Kementrian Keuangan. 2013. Perencanaan dan Penganggaran . Jakarta.LAN. 1999.

  13 tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

  • ----------, 2007. Permendagri No. 59 Tahun

  Research Methods for Business-A Skill Building Approach . 5th Edition.

  Wiley. Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for

  Business. Edisi 4 buku 1. Terjemahan Yon, Kwan. Jakarta: Salemba Empat.

  • ----------, 2010. Peraturan Pemerintah Nomor
    • ---------,

  Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan dan Pengelolaan Keuangan terhadap Kinerja Unit Satuan Kerja Pemerintah Daerah. Jurnal Keuangan Dan Perbankan , Vol 10 No 1:66.

  Tidak Dipublikasikan. Universitas Diponegoro. Tuaskial, Askam. 2008. Pengaruh Pengawasan,

  dalam Penyusunan Anggaran dan Kinerja Manajerial . Tesis. Semarang:

  Thoyib Armanu. 2005. Hubungan Kepemimpinan, Budaya, Strategi dan Kinerja: Pendekatan Konsep, Jurnal

  Jurnal Ekonomi . Vol. 18 No. 2:121- 132.

  Susilatri, Amaris, Rusli, Tanjung dan Surya Pebrina. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi pada Bank Umum Pemerintah Kota Pekan Baru.

  Suhartono, Erhmann. 2004. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Pemerintah Daerah dengan Motivasi sebagai Variabel Pemoderasi. Tesis. Tidak di Publikasikan

  Business. Edisi 4 buku 2. Terjemahan Yon, Kwan. Jakarta: Salemba Empat.

  2006. Research Methods for

  • ----------, 2011. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Pemerintah Aceh.
  • ----------, 2013. Kementrian Dalam Negeri

  • , 2014. Undang-undang Nomor 23

  Susanto, Azhar. 2008. Sistem Informasi Akuntansi . Jakarta: Gramedia. Soetrisno. 2010. Pengaruh Partisipasi,

  2006. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

  Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010.

  2:206-220. Romney, Marshal R. dan Paul John Steinbart.

  Rohman, Abdul. 2007. Pengaruh Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah dan Fungsi Pemeriksaan Intern terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. (Survey pada Pemda Kota, Kabupaten dan Provinsi di Jawa Tengah), Jurnal Maksi. Vol. 7 No.

  Englewood Cliffs. Jakarta: PT. Prenhallindo.

  Behavior, Concepts, Controversies, Application. Seventh Edition.

  Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah dan Fungsi Pemeriksaan Intern serta Pengaruhnya terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. Jurnal Dian . Vol. 11 No. 2:182-191.

  Ratnawati, Jul dan Petrus, Arnold C.W. 2011.

  tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.

  

  

  65 Tahun 2010 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 Tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.

  Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

  2007 Tentang Perubahan atas

  Manajemen dan Kewirausahaan. Vol.7 No.1:60-73.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM MODUL PENERIMAAN NEGARA (MPN) TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KPP METRO (Study Kasus pada KPP Metro) Herry Goenawan Soedarsa, Universitas Bandar Lampung Fitriya Kasmawati, Universitas Bandar Lampung Rosmiaty

0 0 20

ANALISIS KESIAPAN PENERAPAN BASIS AKRUAL DALAM LAPORAN KEUANGAN (Studi pada Pemerintah Kabupaten Aceh Barat)

0 0 9

LEVERAGE TERHADAP PERSISTENSI LABA, DAN DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS LABA (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index)

1 5 13

ANALISIS PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA PERUSAHAAN INDUSTRI DI BANDAR LAMPUNG. (Study Kasus pada Perusahaan Industri di Bandar Lampung) Nuria Erisna, Universitas Bandar Lampung Ines Genevine, Universit

0 0 16

PERAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH DAN DEWAN KOMISARIS DALAM MENGUNGKAPKAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Lakharis Inuzula, Hasan Basri,Shabri

0 0 11

PENGARUH PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA, DAN PENGAWASAN INTERNAL TERHADAP KINERJA UNIT SATUAN KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIMEULUE

0 0 11

PENGARUH PELATIHAN, PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAERAH DAN KOMPETENSI PEJABAT PENATAUSAHAAN KEUANGAN TERHADAP EFEKTIVITAS PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BIREUEN

0 0 11

PENGARUH SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN, PARTISIPASI ANGGARAN DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA SKPD PADA PEMERINTAH KABUPATEN ACEH UTARA

1 4 10

PENGARUH PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI KABUPATEN ACEH UTARA Munasyir1,

0 0 13

HUBUNGAN ANTARA KINERJA LINGKUNGAN DAN KINERJA KOMITE AUDIT DENGAN KUALITAS PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Pada Perusahaan Mamufaktur di BEI) Ivana Siregar Lindrianasari Komaruddin Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas

0 0 20