Pengantar Penelitian Studi Kasus di Bida

Pengantar
Penelitian Studi Kasus
di Bidang Perencanaan

Sumber: http://denisewakeman.com/marketing-trends/case-studies-attract-clients/

Presentasi:

Achmad Djunaedi
Email: adjun@ugm.ac.id; achmaddjunaedi@yahoo.com

Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan FT UGM, Yogyakarta
2017

Pendahuluan: Penelitian Studi
Kasus telah banyak dilakukan
 Penelitian studi kasus telah banyak dilakukan di
bidang-bidang ilmu, antara lain: hukum, teknik,
psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi, studi
lingkungan, pendidikan, studi bisnis, kedokteran,
keperawatan, dsb.

 Di bidang ilmu arsitektur dan perencanaan di
banyak negara juga telah mulai banyak dilakukan
penelitian studi kasus.
 Di Indonesia, penelitian studi kasus di bidang
arsitektur dan perencanaan belum banyak
dilakukan.
 Memang dari dulu banyak judul penelitian yang
tertulis “studi kasus”, tapi pengertiannya
berbeda-beda (berbeda pendekatan).
2

Daftar Bahasan
1.
2.

3.

Bagaimana Perkembangan Metode Studi Kasus
sampai Saat ini dan Alirannya apa saja?
Menukik ke Metode Studi Kasus Aliran RK Yin:

apa syaratnya untuk memakai metode ini?
Bagaimana cara memakai Metode Studi Kasus
Aliran Yin?

3

Bahasan ke 1:

Bagaimana Perkembangan Metode
Studi Kasus sampai Saat ini dan
Alirannya apa saja?

4

Generasi I: Studi Kasus Bukan Metode
 Generasi pertama studi kasus (“case studies”) muncul
dan berkembang mulai tahun 1900an, diawali oleh
bidang antropologi (dengan paradigma hermeneutik).
 Penelitian serupa juga berkembang di bidang
kedokteran, kerja sosial dan psikologi dengan sebutan

“case work” atau “case history”.
 Yg penting pemilihan kasusnya; metodenya apa pun.
 Setelah Perang Dunia II saat paradigma positivistik
berjaya, terjadi tarik menarik antar paradigma, dan di
akhir tahun 1960an, muncullah generasi kedua studi
kasus yang memantapkan diri sebagai salah satu
metode penelitian.
 Perjalanannya sampai ke generasi kedua, terlihat
pada gambar di slide berikut.
Referensi: (01) dan (02)

5

Dari Generasi I ke Generasi II

Referensi: (01)

6

Generasi II: Macam Aliran

 Aliran pertama yang muncul dalam generasi ke II studi
kasus: adalah metode grounded theory.
 Setelah itu, muncul dua kelompok yang berbeda.
Kelompok pertama, lebih condong ke paradigma
hermeneutik yg berfokus mendeskripsikan kasus, antara
lain dgn tokoh-tokoh: Robert Stake, MQ Patton, B.
Flyvbjerg. Yg mereka pentingkan adalah pemilihan kasus,
bukan metodenya.
 Kelompok satunya lagi, dimotori oleh RK Yin, yg lebih
condong ke paradigma positivisme. Yin memantapkan
studi kasus menjadi sebuah metode penelitian.
 Besar kemungkinan akan muncul “Generasi III” (?)
karena metode seperti ini sedang marak berkembang.
Referensi: (01)

7

Pembahasan selanjutnya ke: Aliran Yin
 Bagi yang biasa menggunakan
metode Fenomenologi, kalau mau

melakukan penelitian studi kasus,
mungkin akan lebih cocok utk
mengikuti “aliran” R Stake, daripada
“aliran” RK Yin. Bagi Stake, studi
kasus tidak mementingkan metode,
tapi lebih ke obyek yang dijadikan
kasus.
 Sebaliknya Yin mengembangkan studi kasus sebagai
suatu metode penelitian (dgn disain dan step-by-step
yg lebih jelas).
 Pembahasan selanjutnya akan dibatasi hanya
8
memperkenalkan “aliran” Yin saja.

Pembahasan selanjutnya ke: Aliran Yin
 Beberapa buku RK Yin ttg Metode Studi Kasus

Edisi ke 4 (2009)
Edisi ke 5 (2013)


9

Bahasan ke 2:

Menukik ke Metode Studi Kasus Aliran
RK Yin: apa syaratnya untuk memakai
metode ini?

Referensi (06) Yin, R.K. 2009. Case Study Research: Design and Methods. 4th Edition. Sage, Thousand Oaks, CA.

10

Macam Kasus dan Karakternya
 Menurut Johansson (2003), kasus adalah: (a) unit yg
berfungsi komplek, (b) bisa diteliti dalam konteks
alamiahnya dengan berbagai kombinasi metode, dan
Referensi: (01)
(c) kontemporer.
 Menurut Neale dkk (2006), kasus harus bersifat unik,
spesial atau menarik. Kasus bisa berupa: individu,

organisasi, proses, program, lingkungan pemukiman,
institusi dan juga peristiwa.
Referensi: (04)

 Menurut Alizadeh (2006), salah satu kasus yg patut
diteliti dengan studi kasus dalam arsitektur adalah:
proses disain, dan proses kreatif.
Referensi: (02)
11

Ragam Generalisasi Kasus

Referensi: (01)

12

Syarat Situasi & Kondisi

Referensi: (06) Yin (2009: 8)


13

Alasan (singkat) memilih Metode Studi Kasus
1. Pertanyaan penelitiannya bercorak: HOW & WHY
 HOW; contohnya: Bagaimana proses perencanaan gaya
Djokowi sewaktu memindahkan pedagang kaki lima?

 WHY; contohnya: Faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi proses perencanaan tersebut?

2. Peneliti tidak mempunyai kontrol/kendali terhadap
jalannya penelitian. Contoh: penelitian yg
penelitinya mempunyai kontrol yaitu yg memakai
metode kuantitatif eksperimental.
3. Masalah yang diteliti bersifat kontemporer (masa
kini; masih berjalan sampai saat ini).
14

Kekuatan/kelebihan Studi Kasus
 Kekuatan utama penelitian studi kasus adalah

memberikan informasi yg lebih detail (in-depth study)
dibanding dengan metode lain (misal: metode
kuantitatif korelasi).
 Penelitian studi kasus membolehkan kita
mengkombinasikan beberapa metode sekaligus
(mencampur kuantitatif dan kualitatif, menggabungkan
induksi dan deduksi menjadi abduksi).
 Penelitian studi kasus juga dapat dipakai untuk
mengevaluasi kasus untuk menghasilkan pembelajaran
(lessons learned).
 Metode studi kasus cocok utk jumlah kasus yg hanya
sedikit tapi dikaji mendalam (situasi bidang arsitektur
dan perencanaan memang begitu) Referensi: (04)
15

Kelemahan/kekurangan Studi Kasus
 Perlu waktu lama (untuk “nongkrongi”) dan
konsekuensinya sering jadi mahal biayanya.
 Menarik utk mengkaji kasus yg berhasil atau gagal, tapi
kasus gagal sering sulit dicari informasinya.

 Kadang banyak informasi disembunyikan (karena “malu”
atau “rahasia”)
 Sulit dilakukan terhadap proyek/kegiatan yg belum
lama/baru.
 Komparasi antar kasus kadang sulit karena masingmasing punya konteks yg berbeda (bisa saja direduksi
menjadi lebih umum, tapi jangan kembali menjadi
umum/ general).
 Tidak mudah utk digeneralisasikan.
Referensi: (03)

16

Bahasan ke 3:

Bagaimana cara memakai Metode
Studi Kasus Aliran Yin?

17

Macam Jumlah Kasus

 Dalam studi kasus (Yin), berdasar jumlah kasus,
penelitian studi kasus dibedakan menjadi dua macam:
(1) kasus tunggal, atau (2) kasus jamak/ganda.
 Pada dasarnya, lebih baik kasus ganda karena akan
memperkuat temuan; tapi jangan “terlalu banyak”
kasus agar sifat “in-depth study” tetap dapat dilakukan.
 Kasus tunggal dimungkinkan, antara lain, bila: kasus
bersifat kritis dan perlu segera diteliti (tidak bisa
menunggu kasus serupa lainnya), atau sebagai kasus
awal (“pilot case study”) sebelum mengkaji kasus-kasus
yang lain.
 Kasus tunggal dapat dipakai dalam studi kasus yang
bertujuan menguji teori yang sebelumnya sdh disusun
(tetapi bukan deduktif seperti penelitian kuantitatif).
Referensi: (05)

18

Macam Disain Kasus (1)
Pada dasarnya studi kasus melihat kasus secara holistik;
tapi ada kalanya di dalam kasus terdapat unit-unit yang
banyak (“embedded”), maka dari tiap kasus bisa dipilih
sejumlah kecil unit yang paling “padat” dengan informasi.
Tiap kasus mempunyai konteks sendiri. Kasus ganda
artinya ada banyak kasus yg masing-masing punya konteks
yg berbeda, tapi masih mungkin utk dikaji lintas kasus.
Ragam disain studi kasus dapat dilihat sbg matriks:
Sifat kasus
Holistik
Embedded
Jumlah Tunggal
kasus Ganda

Tunggal, holistik Tunggal, embedded

Ganda, holistik

Ganda, embedded

Referensi: (06) Yin (2009)

19

Referensi: (06) Yin (2009: 46)

20

Develop (Initial) Theory: Proposisi

Paparan DR Basuki, Universitas Airlangga, Surabaya (26 Agst 2010).
21

Pemilihan Kasus dan Perumusan Protokol
 Berdasar proposisi (bila ada) dirumuskan “kisi-kisi”
teoritik atau kadang berupa hipotesis.
 Proposisi dan kisi-kisi dibawa ke lapangan tapi bukan
untuk diuji, tapi sebagai “ancer-ancer” pengumpulan
data; tapi tidak mendikte lapangan. Apapun yg di
lapangan (meski tdk di proposisi atau kisi-kisi, itulah yang
dipakai).
 Setelah proposisi disusun, dilakukan pemilihan kasus.
Pemilihan kasus merupakan tahap sangat penting karena
salah pilih kasus maka hasil penelitian akan “kering”.
 Kemudian dirumuskan protokol penelitian, yang berisi
kisi-kisi, rancangan cara pengumpulan data dan cara
analisis.
22

Jalannya Penelitian: Kasus Ganda

Referensi: (06) Yin (2009: 57)

23

Tahap & Macam Analisis Kasus Ganda
 Untuk studi kasus ganda/jamak, analisis dilakukan dua
tahap: (1) within-case (kajian tiap kasus), dan (2) intercase (kajian lintas kasus).
 Dalam kajian tiap kasus, mulailah dengan
mendeskripsikan konteks. Dilanjutkan dengan deskripsi
“how” dari kasus. Dari deskripsi “how” tsb dapat
diidentifikasi “why” (faktor-faktornya).
 Lakukan kajian tiap kasus sampai selesai menuliskan
laporan, kemudian barulah pindah ke kasus lain.
 Hasil kajian tiap kasus dapat dikomparasikan dengan
proposisi untuk menggali lebih dalam mengapa terjadi
persamaan/perbedaan (pattern matching).
 Kajian lintas kasus mengkomparasikan kasus dalam
konteksnya masing-masing. Beda dengan cara komparasi
metode kuantitatif (yg konteksnya dianggap sama).
24

Jalannya Penelitian: Kasus Tunggal

Paparan DR Basuki, Universitas Airlangga, Surabaya (26 Agst 2010).

25

Tahap & Macam Analisis Kasus Tunggal
 Terhadap kasus tunggal yg rumit, dapat dilakukan
pendalaman kajian tiap variabel/faktor dan dikaji
hubungan antar variabel (yg kompleks). Lalu
dibandingkan dengan proposisi untuk menghasilkan
kontribusi teoritik (keunikan teori dari kasus).
 Selain itu, kasus tunggal akan menarik bila dilihat
perkembangan masalahnya dari masa ke masa,
melahirkan teori yg unik terkait proses, prosedur atau
tahapan yang berbeda (unik) dibanding proposisi.
Analisis “timeline” dan periodisasi digunakan dalam hal
ini
 Setelah dirumuskan periodisasi, lalu “how & why” tiap
periode dikaji secara mendalam. Setelah semua periode
dibahas, kemudian dilakukan analisis lintas periode.
26

Isi Bab Kesimpulan
Salah satu alternatifnya, isi bab kesimpulan terdiri
dari empat komponen, sbb:

1. Ringkasan Temuan
2. Kontribusi Teoritik (merupakan “selisih”
antara temuan empirik yg sdh diteorikan
dengan proposisi sebagai teori awal sebelum
penelitian ini dilakukan).

3. Implikasi Kebijakan
4. Saran Penelitian Lebih Lanjut
27

Referensi Pendukung Paparan ini
(01)

Johansson, Rolf. 2003. “Case Study Methodology”. A key note speech at the
International Conference Methodologies in Housing Research organised by the
Royal Institute of Technology in cooperation with the International Association of
People–Environment Studies, Stockholm, 22–24 September 2003.

(02)

Alizadeh, Pardis. 2006. “Case Study as a Methodology in Architectural Research”.
International Conference Research Methodologies Science, Engineering and
Technology.

(03)

Francis, Mark. 1999. A Case Study Method for Landscape Architecture. Landscape
Architecture Foundation, Washington, D.C.

(04)

Neale, Palena ; Shyam Thapa & Carolyn Boyce. 2006. Preparing A Case Study: A
Guide for Designing and Conducting a Case Study for Evaluation Input. Pathfinder
International, Watertown, MA.

(05)

Christie, Michael; Pat Rowe; Chad Perry & John Chamard. 2000. “Implementation
of Realism in Case Study Research Methodology”. International Council for Small
Business, Annual Conference, Brisbane.

(06)

Yin, R.K. 2009. Case Study Research: Design and Methods. 4th Edition. Sage,
Thousand Oaks, CA
28