Laporan Acara 2 Laporan Acara 2

Laporan Ilmu Ukur Tanah Tahun 2017
Acara 2
Waktu
Pengukuran Sudut

Nilai:

Praktikum

Disusun oleh

Asisten

Rabu, 07:00 WIB
Tanggal

Yan Abdi

Praktikum

Praktikum


Rahmanu

1.

13-09-2017

15/377534/GE/07

Mangun K.
2.
M.

975

Ibanun

Zayyanul Afwani
Lampiran
a. Tabel 1. hasil pengukuran sudut horisontal (Lampiran 1)

b. Tabel 2. perbandingan hasil pengukuran sudut horisontal (Lampiran 1)
c. Tabel 3. hasil pengukuran sudut vertikal (Lampiran 1)
d. Tabel 4. perbandingan hasil pengukuran sudut vertikal (Lampiran 2)
e. Plotting hasil pengukuran sudut horisontal (Lampiran 3)
Pembahasan
Pengukuran merupakan pengamatan terhadap suatu besaran yang
dilakukan dengan menggunakan peralatan dalam suatu lokasi dengan
beberapa keterbatasan tertentu (Basuki, 2006). Menurut Wongsotjitro (1980),
arti melakukan pengukuran suatu daerah ialah menentukan unsur – unsur
(jarak dan sudut) titik yang ada di suatu daerah dalam jumlah yang cukup,
sehingga daerah tersebut dapat digambar dengan skala tertentu. Pengukuran
dengan alat sederhana dapat berupa pengukuran jarak, beda tinggi dan sudut.
Pengukuran

ini

dapat

dibedakan


menjadi

pengukuran

langsung

dan

pengukuran tidak langsung. Pengukuran langsung adalah pengukuran dengan
langsung mendapatkan nilai pengukuran. Pengukuran tidak langsung yaitu
pengukuran yang tidak langsung didapat hasilnya tetapi harus melalui proses
perhitungan terlebih dahulu. Pengukuran pada prinsipnya pasti dibutuhkan alat
bantu yang sesuai ddengan tujuan pengukuran tersebut. Terdapat beberapa
macam alat ukur yang digunakan dalam ilmu ukur tanah seperti theodolite,
waterpass, disto meter, yallon, hagameter, baak ukur, abney level, kompas
geologi, kompas survei, statif, pita ukur dan lain sebagainya. Masing – masing
alat mempunyai fungsi yang berbeda – beda, dimana disetiap alat mempunyai
bagian – bagian yang memiliki fungsi untuk mengoperasikan alat.
Alat – alat yang biasa digunakan untuk pengukuran sudut dengan ketelitian
tinggi dalam ukur tanah adalah waterpass dan theodolite. Waterpass dan

theodolite memiliki niveu untuk mengatur posisi alat agar benar – benar dalam
posisi datar. Penggunaan alat theodolite memerlukan alat bantu berupa statif

atau kaki penyangga untuk menjaga keseimbangan alat, sehingga saat
melakukan pengukuran di lapangan alat tetap dalam kondisi stabil atau tidak
berupah – ubah posisi. Kondisi stabil dalam pengukuran diperlukan untuk
menjaga posisi datar alat dan juga menjaga agar kalibrasi terhadap arah utara
pada alat tidak berubah – ubah. Theodolite dilengkapi dengan teropong
pembidik yang mampu membaca dengan jelas objek yang diamati dalam jarak
yang cukup jauh, sehingga akan mengurangi kesalahan pengukuran karena
keterbatasan mata manusia. Ketelitian alat paling tinggi dalam pengukuran
sudut adalah theodolite, selain karena memiliki niveu yang lengkap theodolite
juga memiliki sistem yang begitu canggih sehingga mampu membaca sudut
hingga ke ukuran menit dan detiknya.
Pengukuran sudut di dalam ilmu ukur tanah dibedakan menjadi dua, yaitu
pengukuran sudut horisontal dan pengukuran sudut vertikal. Pengukuran sudut
horisontal

merupakan


pengukuran

sudut

objek

secara

mendatar

atau

horisontal dengan acuan terhadap arah utara. Hasil pengukuran pembacaan
sudut horisontal dapat langsung dibaca pada tampilan layar theodolite.
Pengukuran sudut horisontal bertujuan untuk mengetahui posisi titik objek
terhadap titik referensi atau titik dimana alat dipasang. Pengukuran sudut
horisontal dilakukan dengan meletakkan alat secara vertikal, kemudian melihat
posisi objek terhadap sudut datar alat.
Pengukuran sudut secara vertikal maupun horisontal menggunakan
beberapa alat ukur yaitu theodolite, kompas geologi, kompas survei, dan

abney level. Pengukuran sudut horisontal yaitu melakukan pengamatan
menggunakan sepuluh objek yang berada di sekitaran gedung KLMB dan
gedung D Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada antara lain tanda
larangan membawa handphone, AC panasonic lantai 2 gedung D, lampu taman
gedung D, kubah masjid, lampu utara KLMB, lampu penangkal petir gedung D,
lampu taman KLMB, pengait pintu, ujung tiang gedung D, dan AC panasonic
lantai 1 gedung D. Pengukuran horisontal besaran sudut yang diperoleh
menggunakan alat ukur theodolite dengan mengamati 10 objek dilapangan
yaitu lain tanda larangan membawa handphone sebesar 12,430N , AC
panasonic lantai 2 gedung D sebesar 353,110N, lampu taman gedung D
sebesar 356,640N, kubah masjid sebesar 277,440N, lampu utara KLMB sebesar
83,770N, lampu penangkal petir gedung D sebesar 334,940N, lampu taman
KLMB sebesar 14,4410N, pengait pintu sebesar 22,270N, ujung tiang gedung D
sebesar 40,020N, dan AC panasonic lantai 1 gedung D sebesar 331,270N.

Pengukuran juga dilakukan dengan menggunakan alat ukur kompas geologi
dan kompas survei. Pengukuran dengan menggunakan kompas geologi dan
kompas survei hanya dilakukan dua objek pengamatan saja yaitu AC panasonic
lantai 2 gedung D dan lampu taman gedung D agar memudahakan dalam
perbandingan objek menggunakan alat ukur theodolite, kompas survei dan

kompas geologi. Hasil pengukuran sudut horisontal yang didapatkan dalam
pengukuran menggunakan kompas geologi dengan objek AC panasonic lantai 2
gedung D adalah sebesar 3500N dan pada pengukuran menggunakan kompas
survei yakni sebesar 3550N. Kedua hasil pengukuran menggunakan alat ukur
yang berupa kompas geologi dan kompas survei menunjukkan hasil yang
berbeda satu sama lain, demikian pula dengan theodolite yang hasilnya
menunjukkan sudut horisontal sebesar 353,110N. Perbedaan besaran sudut
menunjukkan hasil yang tidak terlalu signifikan pada objek pengukuran berupa
AC panasonic lantai 2 gedung D. Pengukuran sudut horisontal pada objek
lampu taman gedung D menunjukkan perbedaan yang signifikan ketika
menggunakan

kompas

geologi

menggunakan

kompas


survei

menunjukkan
didapatkan

hasil

hasil

sebesar
sebesar

312 0N
330 0N

dan
serta

dibandingkan dengan menggunakan theodolite menunjukkan hasil sebesar
356,640N . Perbedaan besaran sudut menunjukkan hasil yang tidak terlalu

signifikan. Perbedaan besaran sudut yang didapatkan terjadi akibat adanya
human error yaitu kesalahan pengukuran yang dilakukan oleh pengamat baik
dari segi ketelitian/akurasi maupun penguasaan dalam penggunaan alat.
Faktor jenis alat juga mempengaruhi hasil sudut yang didapatkan, theodolite
merupakan alat yang dirasa cukup akurat karena memiliki teknologi yang lebih
canggih bila dibandingkan dengan kompas geologi maupun kompas survei
serta memiliki ketelitian yang tinggi dan dapat meminimalisir kesalahan yang
disebabkan oleh manusia maupun faktor alam.
Pengukuran sudut vertikal pada objek digunakan untuk mengetahui posisi
ketinggian objek terhadap titik referensi atau posisi alat (Ghilani dan wolf,
2012). Pengukuran sudut vertikal secara lebih lanjut digunakan untuk
menentukan jarak horisontal antara titik objek dengan titik referensi atau
posisi alat. Berbeda dengan hasil pengukuran sudut secara horisontal,
pengukuran sudut secara vertikal hasil pengukuran yang didapat masih harus
dilakukan perhitungan dengan formula yaitu pengurangan antara 90 0 dengan
hasil pengukuran menggunakan theodolite yang didapat selama kegiatan
lapangan.

Pengukuran


sudut

secara

vertikal

dilapangan

menggunakan

beberapa alat ukur tanah yaitu abney level, kompas survei dan theodolite.
Pengamatan objek dengan mengamati sudut vertikal dengan theodolite
menggunakan formula perhitungan yaitu dimana sudut referensi 90 0 dikurangi
dengan hasil pengukuran sudut menggunakan theodolite sehingga baru
diperoleh hasil pengukuran sudut vertikalnya. Sepuluh objek yang dilakukan
pengukuran sudut vertikalnya didapatkan hasil berupa

tanda larangan

membawa handphone sebesar 4,810 , AC panasonic lantai 2 gedung D sebesar

11,220, lampu taman gedung D sebesar 1,790, kubah masjid sebesar 21,010,
lampu utara KLMB sebesar 9,180, lampu penangkal petir gedung D sebesar
26,760, lampu taman KLMB sebesar 2,190, pengait pintu sebesar 5,330, ujung
tiang gedung D sebesar 30,170N, dan AC panasonic lantai 1 gedung D sebesar
0,470. Perbandingan pengukuran selanjutnya dengan menggunakan kompas
survei dan abney level. Pengukuran sudut dengan vertikal menggunakan
kompas survei pada objek AC panasonic lantai 2 gedung D yakni sebesar 12,5 0
dan lampu taman gedung D sebesar 2,5 0. Pengukuran menggunakan abney
level didapatkan besar sudut vertikal pada objek AC panasonic lantai 2 gedung
D yakni sebesar 11,50 dan pada objek lampu taman gedung D sebesar 1 0. Hasil
yang didapatkan bila dibandingkan satu sama lain memiliki angka yang
berbeda namun tidak terpaut jauh, namun kompas survei memiliki hasil
pengukuran yang terpaut jauh bila dibandingkan dengan alat ukur kompas
geologi dan theodolite. Perbedaan besaran sudut vertikal yang didapatkan
terjadi akibat adanya human error yaitu kesalahan pengukuran yang dilakukan
oleh pengamat baik dari segi ketelitian/akurasi maupun penguasaan dalam
penggunaan alat. Jenis alat juga menjadi faktor yang mempengaruhi hasil
pengukuran yang didapatkan. Theodolite merupakan alat yang dirasa cukup
akurat karena memiliki teknologi yang lebih canggih bila dibandingkan dengan
abney level maupun kompas survei serta memiliki ketelitian yang tinggi dan
dapat meminimalisir kesalahan yang disebabkan oleh manusia maupun faktor
alam. Kompas survei menjadi alat yang tak cukup baik digunakan dalam
pengukuran sudut vertikal karena memang sistem alatnya yang terbilang
cukup konvensional serta mudah goyah saat penggunaanya serta diperlukan
kalibrasi agar hasil yang didapatkan dapat maksimal.
Kesimpulan
1. Pengukuran sudut terhadap suatu objek dibagi menjadi dua yakni
pengukuran sudut horisontal dan pengukuran sudut vetikal. Pengukuran

sudut horisontal menggunakan alat ukur theodolite, kompas geologi dan
kompas survei. Hasil pengukuran sudut horisontal dapat langsung
diketahui hasilnya tanpa melakukan formasi perhitungan, sedangkan
pengukuran sudut vertikal menggunakan alat ukur theodolite, kompas
survei dan abney level. Hasil pengukuran sudut vertikal menggunakan
theodolite tidak dapat langsung diketahui, tetapi harus menggunakan
formula sudut referensi 900 dikurangi dengan hasil pengukuran sudut
menggunakan theodolite sehingga baru diperoleh hasil pengukuran
sudut vertikalnya.
2. Pengukuran sudut horisontal menggunakan theodolite pada 10 objek
didapatkan hasil berupa tanda larangan membawa handphone sebesar
12,430N , AC panasonic lantai 2 gedung D sebesar 353,110N, lampu
taman gedung D sebesar 356,640N, kubah masjid sebesar 277,440N,
lampu utara KLMB sebesar 83,770N, lampu penangkal petir gedung D
sebesar 334,940N, lampu taman KLMB sebesar 14,4410N, pengait pintu
sebesar 22,270N, ujung tiang gedung D sebesar 40,020N, dan
panasonic

lantai

1

gedung

D

0

sebesar

331,27 N.

,

AC

sedangkan

menggunakan kompas survei pada objek AC panasonic lantai 2 gedung
D didapatkan hasil sebesar 355 0N dan pada objek lampu taman gedung
D sebesar 3300N. Pengukuran sudut vertikal pada 10 objek didapatkan
hasil setelah dilakukan berupa tanda larangan membawa handphone
sebesar 4,810 , AC panasonic lantai 2 gedung D sebesar 11,220, lampu
taman gedung D sebesar 1,790, kubah masjid sebesar 21,010, lampu
utara KLMB sebesar 9,180, lampu penangkal petir gedung D sebesar
26,760, lampu taman KLMB sebesar 2,190, pengait pintu sebesar 5,330,
ujung tiang gedung D sebesar 30,170N, dan

AC panasonic lantai 1

0

gedung D sebesar 0,47 . Hasil pengukuran sudut vertikal menggunakan
abney level pada AC panasonic lantai 2 gedung D yakni sebesar 11,5 0
dan pada lampu taman gedung D sebesar 1 0, sedangkan menggunakan
kompas survei pada objek AC panasonic lantai 2 gedung D didapatkan
hasil sebesar 12,50 dan pada objek lampu taman gedung D sebesar 2,5 0.
Hasil pengukuran menggunakan theodolite dianggap paling akurat
karena

memiliki

teknologi

yang

cukup

canggih

sehingga

dapat

meminimalisir kesalahan baik yang berasal dari faktor manusia maupun
faktor alam.
Referensi

Basuki, Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
Press.
Ghilani, C., and Wolf, P. 2012. Elementary Surveying : An Introduction to
Geomatics (13th Edition).
New Jersey : Pearson Education.
Wongsotjitro, Soetomo.1980.Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta : Kanisius .

Tugas Praktikum
1. Apa yang saudara ketahui tentang deklinasi magnetik?
Deklinasi magnetik merupakan sudut yang dibentuk oleh kutub utara jarum kompas
dengan arah utara dan selatan geografis. Garis – garis gaya magnet bumi mengalami
penyimpangan terhadap arah utara selatan bumi. Sudut deklinasi (+) menunjukkan
jika kutub utara magnet menyimpang ke timur dan (-) juka kutub utara magnet
menyimpang ke barat seperti dalam gambar 1.

Gambar 1.

Sudut

deklinasi

yang dibentuk

oleh kutub

utara magnet.

2. Jelaskan

istilah

local

attraction dan apa pula pengaruhnya pada pengukuran sudut horisontal?
local attraction adalah kesalahan yang mempengaruhi perangkat atau alat yang
disebabkan oleh benda didekat kompas saat melakukan survei. Merupakan efek dari
bahan magnetik pada kompas sehingga dapat mempengaruhi hasil pengukuran di

lapangan. Local attraction di suatu tempat bisa dideteksi dengan mengamati bearing
dari kedua ujung garis di area tersebut. Jika garis bearing depan dan bearing belakang
tepat 180 °, maka tidak ada local attraction di kedua ujung garis. Tapi jika perbedaan
ini tidak sama dengan 180 °, maka local attraction ada di salah satu atau kedua ujung
garis.

No.

Objek

1

No Handphone Sign
AC Panasonic Lantai 2

2
3
4
5
6
7
8
9
10

Sudut Horisontal
Azimuth
Bearings
12025’38” (12,430)
N 12,430 E

Sudut Objek
340,680

Gedung D
Lampu Taman Gedung D
Kubah Masjid
Lampu Utara KLMB
Lampu Penangkal Petir

353006’20” (353,110)

N 6,890 W

3,530

356038’20” (356,640)
277026’21” (277,440)
83046’18” (83,770)

N 3,360 W
N 85,560 W
N 83,770 E

79,200
193,670
251,170

Gedung D
Lampu Taman KLMB
Pengait Pintu
Ujung Tiang Gedung D
AC PanasonicLantai 1

334056’25” (334,940)

N 25,060 W

193,670

141026’08” (141,440)
22016’09” (22,270)
40001’18” (40,020)

S 38,560 E
N 22,270 W
N 40,020 E

119,170
17,750
291,250

331016’17” (331,270)

N 28,730 W

318,840

Gedung D

Tabel 1. Pengukuran Horisontal (Theodolite).
Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan Ilmu Ukur Tanah (2017).

Tabel 2. Perbandingan hasil Pengukuran Sudut Horisontal.
Alat Ukur

AC Panasonic Lantai 2

Lampu Taman Gedung D

Kompas Geologi

Gedung D
3500

3120

Kompas Survei

3550

3300

Theodolite

353,110

356,640

Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan Ilmu Ukur Tanah (2017).

Tabel 3. Pengukuran Sudut Vertikal (Theodolite).
No
.

Objek

Sudut
Hasil Pembacaan

Vertikal

1
No Handphone Sign
85011’36” (85,190)
2
AC Panasonic Lantai 2 Gedung D
78047’01” (78,780)
3
Lampu Taman Gedung D
88012’34” (88,210)
4
Kubah Masjid
68059’52” (68,990)
5
Lampu Utara KLMB
80049’14” (80,820)
6
Lampu Penangkal Petir Gedung D
63014’20” (63,240)
7
Lampu Taman KLMB
87048’29” (87,810)
8
Pengait Pintu
84040’17” (84,670)
9
Ujung Tiang Gedung D
59049’37” (59,830)
10
AC Lantai 1 Gedung D
89031’43” (89,530)
Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan Ilmu Ukur Tanah (2017).

900 – 85,190 = 4,810
900 – 78,780 = 11,220
900 – 88,210 = 1,790
900 – 68,990 = 21,010
900 – 80,820 = 9,180
900 – 63,240 = 26,760
900 – 87,810 = 2,190
900 – 84,670 = 5,330
900 – 59,830 = 30,170
900 – 89,530 = 0,470

Tabel 4. Perbandingan hasil Pengukuran Sudut Vertikal.
Alat Ukur

AC Panasonic Lantai 2

Gedung D
Abney Level
11,50
Kompas Survei
12,50
Theodolite
11,220
Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan Ilmu Ukur Tanah (2017).

Lampu Taman Gedung D
10
2,50
1,790