Pengaruh Latihan Treadmill Dibandingkan (1)

Pengaruh Latihan Treadmill Dibandingkan Dengan
Terapi Suspensi Pada Keseimbangan Anak Dengan
Sindroma Down
Gehan H. El-Meniawy, Hebatallah M. Kamal, Samah A. Elshemy
Departemen Terapi Fisik untuk Gangguan Tumbuh Kembang pada Anak dan Bedah, Fakultas Terapi
Fisik, Universitas Kairo, Mesir

Abstraksi
Latar Belakang dan Tujuan : Mempertahankan keseimbangan bukanlah kebutuhan utama
namun sangat diperlukan manusia untuk melakukan tindakan. Hampir semua anak dengan
Sindroma Down (DS), yang banyak terjadi di negara ini(Mesir), sudah dibuktikan mengalami
gangguan keseimbangan, koordinasi, dan gaya berjalan saat masa kanak-kanak sampai
dewasa. Oleh karena itu, diperlukan adanya program terapi fisik untuk membantu
memecahkan masalah yang meluas ini. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan
pengaruh antara latihan treadmill dan terapi suspensi pada keseimbangan anak dengan
sindroma Down.
Subyek dan Metode : Sebanyak 30 anak yang terlahir dengan DS dari dua jenis kelamin
dalam rentang usia 8 sampai 10 tahun diikutsertakan pada penelitian dengan membagi
menjadi dua grup sama rata jumlahnya. Grup penelitian I mendapatkan latihan treadmill
sebagai tambahan desain program terapi latihan dan grup penelitian II menerima terapi
suspensi sebagai tambahan program terapi latihan yang sama diberikan pada grup I. Indeks

stabilitas dievaluasi menggunakan sistem instrumentasi Biodex sebelum dan 3 bulan sesudah
menerima terapi.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan ketika membandingkan
nilai rerata kedua grup sebelum terapi, namun terdapat perbaikan signifikan semua variabel
terukur pada kedua grup saat membandingkan nilai rerata sebelum dan sesudah terapi.
Terdapat pula perbedaan signifikan saat membandingkan hasil sesudah terapi pada kedua
grup terutama untuk grup II.
Kesimpulan : Terapi suspensi untuk anak-anak dengan DS merupakan sebuah terapi
suplemen yang baik untuk dijadwalkan sebagai intervensi latihan fisik secara teratur yang
bertujuan memperbaiki derajat stabilitas pasien tersebut.
Kata kunci : Sindroma Down, keseimbangan, treadmill, terapi suspensi
1. Pendahuluan
Sindroma Down (DS) adalah salah satu dari beberapa disabilitas yang secara
meyakinkan menimbulkan keterlambatan pada bidang perkembangan [1]. Anak-anak
dengan DS melakukan tindakan dengan sangat buruk pada pengukuran kecepatan
berlari, keseimbangan, kontrol visual motorik, kekuatan dan motorik kasar, serta

kemampuan motorik halus dibandingkan dengan anak-anak normal dengan usia yang
sama [2].
Kontrol keseimbangan sangat penting untuk melakukan performa pada hampir

seluruh kemampuan fungsional, membantu anak-anak untuk pulih dari gangguan
keseimbangan yang tidak diharapkan, baik karena terpeleset dan terjatuh atau
instabilitas diri saat melakukan gerakan yang menuju tepi batas stabilitas mereka [3].
Kesulitan pada penentuan penyebab individual dari gangguan keseimbangan dan
disabilitas berhubungan dengan berbagai mekanisme yang terlibat. Penurunan
kekuatan otot, lingkup gerak sendi, koordinasi motorik, organ-organ sensorik,
kognitif, multi-sensori integrasi dan tonus otot abnormal berkontribusu pada
gangguan keseimbangan pada level yang berbeda [4].
Latihan treadmill digunakan pada anak-anak dengan DS untuk membantu
memperbaiki keseimbangan dan membangun kekuatan ekstremitas bawah sehingga
anak-anak tersebut dapat berjalan lebih awal dan lebih efisien daripada anak-anak
yang tidak mendapatkan program treadmill [5].
Treadmill menstimulasi repetisi dan irama langkah saat pasien disokong pada
posisi tegak dan menumpu berat tubuh pada ekstremitas bawah [5]. Sebuah korelasi
positif muncul antara gangguan keseimbangan dan penurunan kekuatan ekstremitas
bawah. Sebagai tambahan, kontrol trunkus yang buruk secara negatif mempengaruhi
keseimbangan keseluruhan [4].
Terapi suspensi adalah sebuah modalitas inovatif dan efektif untuk terapi.
Terapi ini dapat dikombinasikan dengan metode terapi fisik konvensional dan dapat
secara sukses dikombinasikan dengan hampir semua alat rehabilitasi dan olahraga

untuk membantu stabilitas postural dalam menyokong kemandirian yang aman
dimana secara signifikan memperbaiki keseimbangan dan koordinasi tubuh dan
performa sistem vestibuler, begitu pula membiarkan penggunaan penuh kekuatan dan
kemampuan pasien [6].
Sistem stabilitas Biodex adalah penilaian keseimbangan dan sistem latihan
yang penting. Sebagai tambahan, keunikan alat ini didesain untuk menstimulasi
reseptor mekanik sendi dan menilai kontrol neuromuskuler dengan menghitung
kemampuan menjaga stabilitas postural dinamis. Sistem ini juga bertindak sebagai
alat latihan yang bernilai untuk meningkatkan kemampuan kinestesi [7].
Sebuah penelitian klinis ini dilakukan untuk membandingkan antara pengaruh
latihan treadmill dan terapi suspensi menggunakan kandang laba-laba pada anak-anak
DS yang tidak mampu menjaga keseimbangan.
2. Pasien dan Metode
2.1.

Pasien
Sebanyak 30 anak-anak dengan DS dari dua jenis kelamin antara usia 8
sampai 10 tahun (x’ = 9.34 ± 0,62 tahun) diikutsertakan pada penelitian yang
diambil dari klinik rawat jalan Fakultas Terapi Fisik, Universitas Kairo. Tinggi
badan pasien berada pada rentang 110 sampai 125 cm (x’ = 118 ± 0,09 cm).


Pasien-pasien tersebut memiliki fungsi kognitif cukup dan mampu memahami
perintah yang diberikan pada mereka. Pasien-pasien dapat berdiri dan berjalan
secara mandiri namun sering jatuh.
Pasien yang memiliki masalah keseimbangan diinklusikan pada
penelitian setelah dikonfirmasi dengan uji keseimbangan menggunakan tilt
board yang dilakukan pada dua kondisi, dengan mata terbuka dan mata
tertutup. Anak-anak dianggap mengalami gangguan keseimbangan ketika
jumlah rata-rata derajat maksimal dari ayunan empat arah (anterior-posterior
dan medial-lateral) dilakukan dengan mata terbuka dan mata tertutup secara
berurutan sebesar kurang dari 32,1° dan 25,8° [8].
Anak-anak dengan kondisi medis yang sangat membatasi
partisipasinya pada penelitian seperti gangguan penglihatan dan pendengaran,
anomali jantung atau masalah muskuloskeletal diekslusi dari penelitian ini.
Tidak ada ras atau jenis kelamin yang menghalangi anak-anak dari yang
terdaftar dalam penelitian ini.
Subyek penelitian diklasifikasikan secara acak menjadi dua grup
dengan jumlah yang sama. Grup I mendapatkan latihan treadmill dan grup II
mendapatkan terapi suspensi menggunakan kandang laba-laba. Sebagai
tambahan kedua grup menerima program terapi latihan untuk memfasilitasi

kontrol postural dan keseimbangan.
2.2.

Metode
Seluruh prosedur dijelaskan pada orangtua dan peserta, masing-masing
dari mereka menandatangani formulir persetujuan partisipasi. Partisipan
menerima program terapi pada klinik rawat jalan sebanyak tiga kali/minggu
selama 3 bulan berturut-turut. Sesi uji dilakukan sekitar 15 menit dan sesi
praktek dilakukan selama 1 jam.
Masing-masing grup menerima program latihan untuk keseimbangan
dan kontrol postural selama 30 menit sebagai tambahan 30 menit latihan
treadmill(grup I) dan 30 menit terapi suspensi(grup II).
2.2.1. Sesi Uji
Sistem stabilitas Biodex digunakan untuk menilai keseimbangan
dan stabilitas postural. Masing-masing anak pada kedua grup diminta
untuk berdiri pada sisi tengah panggung terkunci di dalam alat dengan
kedua kaki posisi berdiri sambil memegang pegangan alat, papan layar
diatur sehingga tiap partisipan dapat melihat lurus padanya. Untuk
pertama, beberapa parameter dimasukkan ke alat.
(1) Tinggi badan, berat badan, dan usia anak

(2) Level stabilitas (kekokohan panggung)
Masing-masing partisipan lalu diminta untuk mencapai posisi
tengah pada panggung yang tidak stabil dengan menggeser posisi kaki

sampai pada posisi yang mudah untuk menjaga kursor tetap
ditengah(mewakili pusat panggung) garis layar saat berdiri dengan
nyaman pada posisi tegak. Saat partisipan sudah di pusat panggung,
kursor berada pada pusat target layar, partisipan diminta untuk
mempertahankan posisi kakinya sampai panggung stabil. Koordinat tumit
dan sudut kaki dari panggung dicatat sebagai berikut : koordinat tumit
diukur dari pusat tumit bagian belakang, dan sudut kaki ditentukan dengan
mempertemukan garis paralel pada panggung ke garis pusat kaki.
Pengujian dimulai setelah memasukkan sudut kaki dan koordinat
tumit ke dalam sistem Biodex. Panggung kemudian berada pada posisi
tidak stabil, lalu anak diinstruksikan supaya fokus pada umpan balik
visual pada layar didepan pasien dengan posisi kedua tangan pada sisi
tubuh tanpa memegang pegangan alat dan mencoba untuk
mempertahankan kursor pada tengah target pada layar. Durasi pengujian
dilakukan selama 30 detik untuk masing-masing partisipan dan rerata dari
tiga repetisi ditentukan.

Pada akhir pengujian didapatkan hasil cetakan meliputi indeks
stabilitas keseluruhan, indeks stabilitas antero-posterior, dan indeks
stabilitas medio-lateral. Nilai yang tinggi menunjukkan jika anak
mengalami kesulitan keseimbangan.
Tes pengujian ini dilakukan pada masing-masing anak pada
kedua grup sebelum dan 3 bulan sesudah program terapi.
Catatan: Sesi keakraban dilakukan sebelum sesi pengujian. Sesi
ini terutama diperlukan untuk partisipan dengan DS untuk memastikan
kenyamanan mereka dengan tim peneliti dan pelaksana uji. Dalam sesi ini,
partisipan berlatih berjalan di atas treadmill dan latihan dalam kandang
laba-laba. Begitu pula, sesi penjelasan pada sistem instrumentasi Biodex
dilakukan untuk lebih menyadari langkah-langkah pengujian yang
berbeda.
2.2.2. Sesi Praktek
Untuk grup penelitian I: karena sulit bagi anak-anak dengan DS
untuk melaporkan secara baik kecepatan berjalan mereka yang nyaman di
treadmill, Oleh karena itu berdasarkan penelitian pendahuluan peneliti dan
penelitian lain serta fakta bahwa kecepatan dengan treadmill yang nyaman
lebih lambat dari pada berjalan atas tanah [9], kecepatan treadmill nyaman
terpilih untuk semua peserta sebesar 75% dari kecepatan partisipan yang

nyaman saat berjalan di atas tanah [10].
Penelitian pendahuluan peneliti menunjukkan bahwa kecepatan
dipilih sendiri pada kondisi stabil setelah di beberapa kunjungan ke klinik
rawat jalan.
Partisipan berjalan terus menerus beberapa kali bolak-balik
melintasi ruangan sebagai pemanasan selama kurang lebih 5 menit.

Latihan di atas treadmill (En Tred) dilakukan pada 75% dari
kecepatan berjalan di atas tanah dan kemiringan nol derajat selama 20
menit, tiga kali seminggu selama 3 bulan, berturut-turut [11].
Anak-anak tetap pada posisi berdiri tegak dengan kaki mendatar
di atas alas treadmill dan ketinggian pegangan tangan diatur untuk
menyesuaikan posisi tiap anak. Sangat penting untuk menjaga untuk anak
tetap melihat ke depan sesering mungkin untuk menstimulasi kondisi
berjalan mandiri
Dalam protokol latihan treadmill, setiap menit dibagi menjadi 15
detik dengan kedua tangan berpegangan pada treadmill, 15 detik dengan
satu tangan di pegangan, dan 30 detik tanpa berpegangan pada treadmill,
manuver ini diulang dua puluh kali [10]. Pendinginan dilakukan selama 5
menit setelah akhir prosedur.

Anak-anak berlatih sambil mengenakan pakaian biasa dan
memakai sepatu olahraga. Untuk semua anak-anak, percakapan tentang
kegemaran mereka dilakukan sebagai tambahan dorongan verbal dan
visual untuk memotivasi mereka.
Untuk grup penelitian II: Anak-anak menerima sebuah desain
program terapi fisik dalam ''kandang laba-laba”. Setiap anak ditempatkan
dalam posisi berdiri di tengah kandang. Mereka terhubung di kandang
laba-laba melalui sabuk melingkari pinggang mereka yang melekat pada
kandang menggunakan kabel elastis. Sabuk itu difiksasi ke trunkus
dengan tali Velcro. Kabel elastis yang dipakai dalam bentuk laba-laba.
Sistem suspensi ''kandang laba-laba'' ini memberikan suspensi fungsional
dinamika dengan fitur horizontal dan vertikal sebagai dukungan, bantuan,
atau bahkan tahanan selama latihan. Sistem suspensi ini juga memberikan
sejumlah yang tepat dari dukungan yang diperlukan untuk mengamankan
dan menyeimbangkan pasien saat berlatih atau melakukan gerakan yang
dibutuhkan [12]. Berbagai jenis tipe latihan yang diterapkan sesuai dengan
tali yang digunakan.
(1) Tali samping: Di mana tingkat tali yang terhubung ke kandang
berada pada tingkat yang sama dengan tali yang terhubung ke
sabuk sehingga seluruh berat tubuh jatuh pada tungkai bawah

untuk memberi posisi tumpuan berat badan sepenuhnya. Pada
awalnya, ketegangan tali sama satu sama lain. Ini memungkinkan
anak untuk mengasumsikan posisi tengah atau tegak. Kemudian
ketegangan tali menurun secara bertahap. Tali diperiksa harus
cukup elastis untuk memungkinkan anak untuk menyesuaikan
kembali dirinya dan untuk mengembangkan kontrol mereka
sendiri. Ketegangan dari tali depan dan belakang yang secara
bergantian berkurang sembari mengulangi latihan yang sama.
Latihan yang berbeda yang diterapkan untuk meningkatkan
keseimbangan dari posisi yang berbeda meliputi; berlutut, setengah

berlutut, berjalan dengan berlutut, membungkuk dan menegakkan
badan, standing weight shift, jongkok dari posisi berdiri
(keseimbangan jongkok), menendang bola, melempar bola,
melangkah, melompat di tempat, melompat ke luar, berdiri satu
kaki dan berdiri di atas papan keseimbangan.
(2) Suspensi lengkap: Pada tipe ini tingkat tali yang terhubung
ke kandang berada di atas tingkat tali yang terhubung dengan sabuk
di mana anak itu sepenuhnya tergantung (kaki anak itu terlepas dari
tanah). Jenis suspensi yang digunakan bersifat sebagai stimulasi

vestibular, untuk memberikan kesiagaan tubuh dan untuk
mendorong atau mengembangkan refleks postural (reaksi ekstensi
proteksi, meluruskan atau reaksi keseimbangan). Terapis menarik
anak ke belakang, sehingga dia berayun maju dan mundur melalui
ruang udara sampai ia berhenti, juga menarik ke atas dan ke bawah,
dan geraka sisi ke sisi juga diperbolehkan. Setiap anak diminta
untuk menjaga keseimbangan, sementara ia bergerak melalui ruang
udara. Durasi setiap latihan adalah 1-2 menit dengan waktu
istirahat (1-2 menit) di antara latihan [13].
Kedua kelompok di samping itu, menerima desain program
latihan untuk keseimbangan dan kontrol postural termasuk beberapa
macam berikut ini dengan instruksi yang jelas kepada anak untuk
melakukan:
(1) Berdiri dengan kedua kaki sementara terapis duduk belakang dan
secara manual mengunci lutut anak, dan kemudian perlahan-lahan
menggoyangkan anak untuk tiap sisi samping, depan dan belakang.
(2) Melangkah berdiri dengan terapis di belakang anak membimbing
anka untuk menggeser berat badan ke depan lalu ke belakang
bergantian.
(3) Berdiri sambil melangkah dan mencoba untuk tetap seimbang.
(4) Berdiri dengan penguncian manual dari lutut kemudian mencoba
aktif membungkuk dan menegakkan badan.
(5) Latihan equilibrium, meluruskan dan reaksi proteksi.
Karena
kemampuan
berjalan
merupakan
komponen
keseimbangan dinamis yang penting, oleh karena itu latihan berjalan
sangat penting untuk latihan keseimbangan. Berikut latihan dilakukan:
 Berjalan maju, mundur, dan ke samping antara palang sejajar
(latihan berjalan lingkungan tertutup).
 Pemberian hambatan termasuk gulungan dan ganjalan dengan
diameter dan tinggi berbeda yang ditempatkan di dalam palang
sejajar.
 Latihan berjalan lingkungan terbuka dilakukan dengan hambatan
sebelumnya tapi tanpa palang sejajar.

3. Hasil
Data yang terkumpul dari penelitian ini merupakan analisi statistik indeks
stabilitas termasuk indeks stabilitas keseluruhan, indeks stabilitas antero-posterior (A/
P) dan indeks stabilitas medio-lateral (M/L) dari indeks stabilitas tes keseimbangan
dinamis pada tingkat stabilitas 8 (panggung yang lebih stabil) yang diukur sebelum
dan tiga bulan sesudah terapi kedua grup. Data mentah dari variabel terukur untuk
kedua grup secara statistik diperlakukan untuk menentukan rerata dan standar deviasi.
Pengujian student t-test kemudian diterapkan untuk menentukan signifikansi terapi
yang dilakukan untuk setiap grup. Hasil yang diperoleh dalam penelitian
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan ketika membandingkan
nilai rerata sebelum terapi dari dua kelompok. Perbaikan signifikan diamati pada
semua variabel pengukuran kedua grup penelitian I dan II, ketika membandingkan
nilai rerata sebelum dan sesudah terapi. Setelah terapi, terdapat perbedaan signifikan
ketika membandingkan nilai hasil setelah terapi dari kedua grup, terutama untuk grup
II.
Seperti terlihat dari tabel 1 dan gambar 1, penurunan signifikan terlihat pada
nilai rerata indeks stabilitas untuk studi grup I pada akhir terapi dibandingkan dengan
sesuai nilai rerata sebelum terapi.
Begitu pula pada tabel 2 dan gambar 2, menunjukkan penurunan yang
signifikan pada nilai rerata indeks stabilitas untuk grup II di akhir terapi dibandingkan
dengan sesuai nilai rerata sebelum terapi.
Perbaikan signifikan juga terjadi ketika membandingkan nilai rerata setelah
terapi dari indeks stabilitas kedua grup, yang terutama untuk grup II (P