Aplikasi SIG sebagai Sistem Pendukung Pe

TUGAS MATA KULIAH
METODE DAN TEKNIK PERENCANAAN II
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
SEBAGAI SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN
(DECISION SUPPORT SYSTEM - DSS)
Dosen Pengampu: Prof. Ir. Achmad Djunaedi, MUP, Ph.D

DisusunOleh :
TAUFIK HIDAYAT
13/356973/PTK/9243

0

MAGISTER PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH
JURUSAN ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

SEBAGAI SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN
(DECISION SUPPORT SYSTEM - DSS)
I.

DESKRIPSI
1.1

Pendahuluan

Metodologi perencanaan semakin berkembang dari tahun ke
tahun dan terjadi pergeseran paradigmadari perencana baik dalam
cara berpikir, merencanakan dan mendesain untuk masyarakat,
dimana keduanya menjadi aktor penting dalam proses perencanaan.
Argumen yang menyatakan bahwa perencana tidak perlu memiliki
semua pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas
perencanaan sendiri, sebagai akibatnya perencana harus
berinteraksi lebih intensif dengan masyarakatyang menjadi obyek
perencanaan. Memang, masyarakat terdiri dari dua kelompok: (1)
para pengambil keputusan yang akhirnya mempertimbangkan dan
menyetujui rencana dalam hal ini pihak pemerintah, dan (2)

masyarakat biasa.
Ada pendapat yang berkembang di masayarakat yang
memandang perencana sebagai teknokrat yang seringkali
memaksakan aturan, hukum dan peraturan tanpa memikirkan
banyak pertimbangan. Kebutuhan untuk tidak hanya melibatkan
perencana tetapi juga para pembuat kebijakan dalam proses
perencanaan mendorongmunculnya pendekatan perencanaan baru
yang mengintegrasikan kelompok tersebut. Salah satu cara untuk
mengintegrasikan para pelaku dalam proses perencanaan adalah
melalui penggunaan sistem pendukung keputusan spasial (spatial
decision support system), yang pada gilirannya tergantung pada
pengembangan model matematika yang user-friendly melalui
penggunaan sistem pakar.
Sistem informasi geografis (GIS) telah dikenal dalam bidang
perencanaan baik wilayah maupun perkotaan dengan ekspektasi
yang tinggi dengan harapan bahwa sistem ini akan meningkatkan
kualitas proses perencanaan, karena sistem ini akan memungkinkan
penggunaan analisis dan alat pemodelan yang canggih dengan
bantuan komputer. Saat ini sistem informasi geografis semakin
banyak digunakan baik di sektor publik maupun swasta untuk

membantu proses pemetaan secara spasial dan pengelolaan basis
datanya. Namun ada beberapa keraguan, bahwa SIG hanya
digunakan untuk penyimpanan data dan output grafis, dan
tampaknya tidak ada yang lebih jauh pemetaan.
Mungkin ada alasan yang berbeda untuk pernyataan tersebut
karena belum banyak yang memahami manfaat dari penggunaan
sistem informasi geografis selain untuk pemetaan semata. Sistem
komersial yang saat ini beredar tidak memiliki alat pemodelan yang

memadai, sehingga sulit untuk digunakan kecuali pengguna
memiliki akses ke perangkat lunak tambahan yang memungkinkan
mereka untuk menggunakan alat (software) ini, meskipun dalam
kasus tertentu terdapat integrasi modul sistem informasi geografis
untuk menjadi sistem pendukung pengambilan keputusan (Decision
Support System - DSS) masih bermasalah. Hal ini juga didukung
oleh kenyataan bahwa sistem saat ini tidak benar-benar mendukung
kebutuhan pengguna atau mendukung hanya bagian dari proses
pengembangan rencana.
1.2


Telaah Pustaka

a. Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan alat dan sarana
analisis spasial yang bermanfaat untuk menurunkan informasi baru
berdasarkan sekumpulan informasi tematik,[CITATION Aro89 \l
1033 ] sedangkan secara operasional SIG adalah suatu sistem
berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, mengelola,
menganalisa, dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai
referensi keruangan, untuk
berbagai
tujuan
yang
berkaitan dengan pemetaan
dan perencanaan.[ CITATION
Bur86 \l 1033 ]
Sistem
Informasi
Geografis (GIS) adalah sistem
berbasis

komputer
menyediakan
kemampuan
canggih untuk menangani
data spasial dan deskriptif .
GIS saat ini dianggap sebagai
satu-satunya
alat
yang
mendukung
analisis digital
yang
terintegrasi
dari
proses
multi-komponen
dengan
mempertimbangkan setiap atribut yang diperlukan dari kombinasi
berbagai komponen[CITATION BSK14 \l 1033 ].
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem

Informasi Geografi (SIG) merupakan
suatu sistem berbasis
komputer yang memberikan empat kemampuan untuk menangani
data berefernsi geografi yaitu pemasukan, pengelolaan atau
manajemen data (penyimpanan dan pengaktifan kembali),
manipulasi dan analisis serta keluaran berupa peta.
SIG
memiliki komponen-komponen yang diambil dari
pengertian yang digunakan oleh Aronof (1989) sebagai acuan,
ditambah pandangan yang agak berbeda dari Burrough (1992)
yaitu:
i.

Pemasukan Data

Pemasukan data ke dalam SIG dapat dilakukan dengan tiga
cara, yaitu pelarikan,digitasi dan tabulasi.
Pelarikan atau penyiaman (Scanning); dapat dilakukan dari suatu
wahana dengan jarak tertentu dari obyek, misalnya staelit atau
pesawat udara; tapi dapat pula melalui pelarik meja (portable

scanner)
Digitasi; dapat dilakukan dengan memanfaatkan suatu alat yang
populer disebut digitizer. Alat ini mampu merubah data analog
berupa peta ataupun rangkaian titik, garis dan poligon menjadi
data berformat digital ke dalam komputer, dalam struktur vektor.
Tabulasi; Sistem Informasi Geografi tidak hanya berkaitan dengan
‘gambar’ berupa peta saja, akan teapi juga informasi lain yang
berkaitan dengan pemetaan itu, yaitu berupa data atribut
(tabular). Hampir semua program SIG mempunyai fasilitas
manjemen basis data internal.
ii.

Manajamen Data
Manejemen data meliputi semua operasi penyimpanan,
pengaktifan kembali dan pencetakan semua data yang
diperoleh dari masukan data. Efisiensi suatu manajemen data
ditentukan oleh efisisensi untuk melaksanakan operasi-operasi
itu. Dengan berkembangnya sistem komputerisasi, berkembang
pula sistem manajemen basis data yang efisien. SIG merupakan
sistem manajemen basis data spasial, yang tugasnya tidak

dapat digantikan oleh paket-paket sitem manajemen basis data
yang lain.

iii.

Manipulasi dan Analisis Data
Salah satu kemampuan utama SIG adalah dalam manipulasi
dan analisis data (spasial) untuk meghasilkan informasi baru
meliputi: Penyuntingan untuk pemutakhiran data, Interpolasi
Spasial, Tumpangsusun Peta dan Pembuatan model dan analisis
data.

iv.

Keluaran
Keluaran utama dari suatu SIG ialah informasi spasial baru.
Informasi ini perlu disajikan dalam bentuk tercetak (hard copy)
supaya dapat dimanfaatkan dalam kegiatan operasional
[ CITATION Dan96 \l 1033 ].


b. Decision Support Systems (DSS)
Decision Support Systems atau DSS adalah suatu bentuk dari
sistem informasi manajemen yang secara khusus dibuat untuk
mendukung perencana dan stakeholders dalam pengambilan
keputusan. DSS dapat mencerminkan berbagai konsep dari
pengambilan keputusan dan kondisi yang berbeda-beda, dan akan
sangat berguna untuk semi-structured atau unstructured problems

dimana proses pengambilan keputusan ditingkatkan dengan dialog
interaktif antara DSS dengan pengguna[CITATION SCa14 \l 1033 ].
Kelebihan utama dari DSS adalah kemampuannya untuk
memanfaatkan sistem komputer untuk membantu pengambil
keputusan dalam mempelajari masalah dan mengambil kebijakan,
dan meningkatkan pemahaman mengenai kondisi lingkungan
dimana kebijakan tersebut akan diterapkan dengan mengakses data
dan model yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan
tersebut. DSS berfungsi untuk mengembangkan dan mengevaluasi
beragam alternatif solusi untuk memperoleh pemahaman mengenai
permasalahan, trade off antara obyektif-obyektif yang ada, dan
mendukung proses pengambilan keputusan.

Sebuah DSS berasumsi bahwa tidak ada solusi tunggal untuk
menyelesaikan
masalah
tetapi
memungkinkan
pengguna
menggunakan keahliannya dalam menemukan solusi yang tepat
terhadap suatu permasalahan (Geoffrion, 1983 dalam Bola Ayeni,
2005). Menurut Densham (1994), secara umum DSS akan memiliki
beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:
 Mendukung data spasial dan non-spasial
 Kemampuan untuk merepresentasikan hubungan spasial yang
kompleks dari data spasial yang diperlukan untuk
pemanggilan data (query) spasial, pemodelan spasial dan
menampilkannya secara kartografis.
 Arsitektur
yang
fleksibel,
memungkinkan
pengguna

menggabungkan data dan model dalam berbagai metode.
 Metode khusus dalam melakukan analisis spasial dan
geografis termasuk analisis statistik spasial.
 Kemampuan untuk menghasilkan berbagai output termasuk
peta dan bentuk spesifik lainnya
 Sebuah sistem tunggal yang terpadu yang mendukung
berbagai gaya pengambilan keputusan.


Sebuah arsitektur yang mendukung penigkatan kemampuan
baru dari pengguna.

DSS merupakan sebuah sistem berbasis komputer yang
mengintegrasikan sumber data dengan pemodelan dan alat-alat
analisis,
memfasilitasi
pengembangan,
analisis,
dan
memeringkatkan berbagai alternatif dan membantu dalam
pengelolaan ketidakpastian dapat meningkatkan pemahaman
masalah secara keseluruhan. Sehingga, berurusan dengan masalah
tidak jelas atau tidak terstruktur dibuat lebih efisien dengan cara
mengeksplorasi dengan pengambil keputusan konsekuensi dari
tindakan tertentu, merubah sebuah pemecahan masalah menjadi
suatu masalah pemilihan. DSS memungkinkan pendekatan
terstruktur dan sistematis, dengan memecah masalah menjadi
serangkaian tindakan dinamis dan siklus untuk menghasilkan proses
pemecahan masalah yang efektif dan transparan.

Pemodelan dalam proses pengambilan keputusan diperlukan
karena proses pembuatan suatu keputusan bukanlah proses yang
mudah dan harus melalui beberapa tahap untuk mendapatkan
keputusan yang tepat. Turban (2005) mengusulkan empat tahap
yang harus dilalui dalam membentuk suatu keputusan yaitu:
i.

Identifikasi masalah
Pada tahap ini akan dilakukanidentifikasi terhadap
permasalahan
yangada
terkait
dengankebutuhankebutuhan untukmenyelesaikan masalah dan beberapa
peluang yang ditemukan dalampenyelesaian masalah.
Secara lebih detil, pada tahap inidilakukan serangkaian
aktivitas sebagaiberikut:
 Mengidentifikasi
tujuan
organisasi
atautujuan
pencapaian masalah
 Mengidentifikasi prosedur-prosedur yang perlu disiapkan
dalam mencari ataumelacak adanya permasalahan
 Melakukan pengumpulan data. Ada beberapa kendala
yang dimungkinkan akan ditemui selama proses koleksi
data ini, antara lain (Turban, 2005: 54): (a)
Ketaktersediaan data; Hal ini mengakibatkan model
yang akan dibentuk akan memberikan hasil yang tidak
akurat, (b) Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan
data cukup mahal, (c) Data yang diperoleh tidak cukup
akurat dan tepat, (d) Estimasi sering kali bersifat
subyektif, (e) Data dimungkinkan tidak aman, (f) Datadata penting yang mempengaruhi hasil adakalanya
bersifat kualitatif, (g) Data yang ada sangat banyak, (h)
Terkadang diasumsikan bahwa data yang akan datang
memiliki karakteristik yang sama dengan data saat ini.
Oleh karena itu, apabila hal ini tidak terjadi, maka perlu
adanya
suatu
metode
untuk
memprediksi
adanyaperubahan tersebut.
 Melakukan
klasifikasi
permasalahan;
Klasifikasi
dilakukan untuk menentukankategori permasalahan.
 Melakukan dekomposisi permasalahan; Aktivitas ini
diperlukan apabila permasalahan yang timbul terlalu
kompleks sehingga perlu dipecah lagimenjadi beberapa
sub permasalahan.
 Kepemilikan masalah, artinya permasalahan dianggap
ada apabila ada seseorang atau sekelompok orang yang
tanggap untuk mengatasi permasalahan tersebut dan
organisasi merasa mampuuntuk menyelesaikan masalah
tersebut.
Hasil akhir dari tahap ini adalahpernyataan masalah
secara formal (formal problem statement).

ii.

Perancangan

iii.

Aktivitas yang dilakukan adalah:
 Formulasi model (normatif atau deskriptif).
 Pemilihan kriteria-kriteria. Kriteria adalahhal-hal apa
saja yang menjadi bahanpertimbangan bagi pengambil
keputusanuntuk memutuskan alternatif terbaik.
 Pencarian beberapa alternatif.
 Mengukur dan memprediksi terhadaphasil yang terjadi.
Hasil akhir dari tahap ini adalahalternatif-alternatif.
Pemilihan
Pada tahap ini akan dilakukan pencariancara yang paling
tepat untuk melakukanaksi, melakukan evaluasi dan
pemilihanterhadap solusi yang paling cocok. Untuk
melakukan pencarian cara yangpaling tepat untuk
melakukan aksi dapatdilakukan melalui teknik-teknik
analitik dan menggunakan algoritma.
Proses evaluasi pada pemilihan alternatif dapatdilakukan
dengan berbagai cara:
 Apabila
suatu
alternatif
dimungkinkan
memiliki
beberapatujuan, maka perlu ada pembandingan antar
tujuan yangdicapai tersebut.
 Proses pembandingan ini dapat dilakukan melalui
analisissensitivitas atau analisis what-if.
 Analisis
sensitivitas
umumnya
digunakan
untukmenentukan
tingkat
robustness
apabila
diberikanbeberapa alternatif
 Sedangkan
analisis
what-if
digunakan
untuk
melihatadanya perubahan mayor pada parameterparameter
Secara rinci, pada tahap pemilihan iniakan dilakukan
beberapa aktivitasantara lain:
 Menghasilkan solusi dari model yangdiformulasikan
pada tahap perancangan
 Melakukan analisis sensitivitas
 Menyeleksi alternatif-alternatif yang terbaik
 Melakukan perencanaan untuk tahapimplementasi
Hasil akhir dari tahap ini adalah solusi.

iv.

Implementasi
Pada tahap ini akan diimplementasikanhasil (solusi) yang
telah diperoleh dalamtahap pemilihan

Keempat tahap pemodelan dalam pengambilan keputusan
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Permasalahan di Dunia Nyata

Penyederhanaan,
asumsi-asumsi

IDENTIFIKASI
MASALAH

Validasi Model

Verifikasi
Pengujian Solusi

Pernyataan
Masalah

PERANCANGAN

YA
Alternatifalternatif

PEMILIHAN

Solusi

IMPLEMENTASI

Gambar 1. Tahapan dalam proses pengambilan keputusan
TIDAK

II.

CONTOH KASUS

SUSKSES?

1. Spatial Decision Support System(SDSS) untuk Pengelolaan
Sumber Daya Air Di Negara Bagian Victoria, Australia
Saat ini, peran yang semakin meningkat dimainkan oleh model
yang kompleks, komputer dan perangkat untuk membantu
pengelolaan sumber daya air, untuk memenuhi kebutuhan air
saat ini dari sektor yang bersaing. Banyak sistem pendukung
keputusan telah dikembangkan untuk menghadapi masalah
pengelolaan sumber daya air. Namun, sementara kebutuhan
untuk pendukung keputusan terkomputerisasi muncul sebagai
akibat dari meningkatnya kompleksitas situasi keputusan baik
diakui, masih ada pertanyaan terbuka tentang pengembangan
dan struktur DSS meningkatkan kinerja pengambil keputusan.
Oleh sebab itu, di Negara Bagian Victoria, Australia, beberapa
lembaga yang bergerak di bidang lingkungan bekerjasama
dengan badan pemerintah menuju sebuah inisiatif bersama
untuk mengembangkan Spatial Decision Support System (SDSS)
untuk
terintegrasinya
(seluruh
DAS)
dan
pengelolaan
sumberdaya alam yang berkelanjutan. Tujuan dari proyek
tersebut adalah untuk mengembangkan dan menunjukkan
bagaimana sebuah SDSS dapat membantu pelaksanaan
kebijakan dan strategi pengelolaan yangberkelanjutan, serta
pembangunan
kembali
kebijakan
yang
berkelanjutan,
menggunakan Westernport dan DAS-nya sebagai studi kasus,
dan penelitian tersebut selanjutnya diberi nama "The
Westernport (WP) Project".
Aplikasi dari keputusan spasial membuat metode pada domain
pengelolaan air menawarkan potensial berarti untuk mengelola
masalah keputusan yang kompleks yang muncul karena
meningkatnya kompleksitas pembangunan spasial berkelanjutan.
Untuk konteks ini, Uni Eropa RTD menyebut sebuah proyek
MULINO (Sistem Pendukung Keputusan multi-sektoral, terpadu
dan Operasional Pemanfaatan Berkelanjutan Sumber Daya Air
pada Skala DAS) bertujuan untuk memberikan kontribusi, dengan
mengembangkan DSS untuk membantu pengelola air dalam
pengelolaan sumber daya air.
Tujuan khusus-DSS Mulino adalah meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan dan berusaha untuk mencapai
pendekatan yang benar-benar terintegrasi ke pengelolaan DAS.
Melalui integrasi teknik pemodelan sosio-ekonomi dan
lingkungan dengan fungsi GIS dan multi-kriteria keputusan alat
bantu, MULINO-DSS bertujuan untuk menjadi alat operasional
yang memenuhi kebutuhan pengelola pengelolaan air di Eropa
dan memfasilitasi pelaksanaan Water Framework Directive Uni
Eropa.

2. Aplikasi Sistem Iinformasi Geografis sebagai Decision Support
System (DSS) dalam penyusunan Rencana Induk Pengembangan
Manajemen Data SpasialKementerian Negara Lingkungan Hidup
Penggunaan data spasial untuk berbagai keperluan seperti
penelitian,
pengelolaan
lingkungan,pengembangan
dan
perencanaan wilayah, serta manajemen sumber daya alam,
terutama untuk isulingkungan dirasakan semakin diperlukan.
Data dan informasi spasial tersebut umumnya dikelola
olehbeberapa unit teknis sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya. Untuk meningkatkan efektivitas danefisiensi dalam
pengelolaan data spasial tersebut perlu dikembangkan rencana
pengelolaan yang terpadudengan melibatkan unit teknis terkait
di Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH).
Secara umum sudah cukup banyak unit kerja di KNLH yang telah
memanfaatkan data spasial untukkeperluan analisis dan
pengambilan kebijakan. Format data yang beragam dan cukup
banyaknyakebutuhan data spasial yang dapat disediakan oleh
unit lain merupakan kondisi umum di KNLH.
Adopsi sebuah teknologi komputasi oleh sebuah organisasi baik
SIG maupun aplikasilainnya, akan membawa perubahan yang
mendasar dari organisasi terhadappandangannya terhadap data.
Pengelolaan
data
sebelumnya,
memaksa
suatu
organisasimengumpulkan data secara terpisah baik berdasarkan
aktivitas atau proyek tertentu. Halini akan menyebabkan
duplikasi koleksi data dan duplikasi penyimpanan (yang
berbedadisetiap unit) dan bahkan memungkinkan menjadi
penyebab kesalahan data yangterdapat pada satu atau lebih
lokasi.
Salah satu tujuan dari pengembangan sistemkomputer dan basis
data adalah meniadakan redundansi (pengulangan yang
tidakbermanfaat) koleksi data maupun penyimpanan data. Pada
prinsipnya adalahpengkoleksian data dilaksanakan hanya satu
kali dan dapat diakses oleh yangmembutuhkannya. Hal ini tidak
hanya akan mengurangi redundansi namun juga akanmendorong
peningkatan keakurasian data dan pemahaman bagaimana data
yang samadapat dipergunakan secara bersama-sama antara
unit-unit yang ada. Dengan demikianprasyarat penting dari
sukses dan bermanfaatnya pengembangan komputer sistem
danbasis datanya adalah kerjasama yang nyata antara unit-unit
dan instansi yang berbedadalam pengembangan sitem tersebut.
Dengan model penyempurnaan dari water fall model, maka pada
setiap tahapan dapat dilakukan penyempurnaan dan koreksi

pada tahapan sebelumnya untuk mendapatkanhasil yang
maksimal. Adapun Tahapan kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Analisa Kebutuhan Pengguna; menitikberatkan pada studi
ruang lingkup dan definisi dari permasalahan yang
dihadapi.
Kebutuhan
pengguna,
ditekankan
pada
identifikasi, kategorisasi masalah yang dihadapi dan serta
identifikasi faktor-faktor pendukung dan pembatas seperti
ketersediaan anggaran, tenggat waktu kegiatan, jumlah
dan kualitas sumber daya manusia, kebijakandan peraturan
pemerintah, dan standar teknologi informasi
b. Analisa dan Desain Sistem; Tahapan analisis sistem
dilakukan dengan mempelajari sistem yang ada dan
menganalisa
temuan-temuan
daristudi
kebutuhan
pengguna dengan pemahaman yang lebih mendalam akan
masalah-masalah yang dihadapi.
c. Penyiapan & Pengumpulan Data; melakukan identifikasi
ketersediaan data pada setiap unit kerja di lingkungan
KNLH. Proses identifikasi dilakukan dengan melalui
wawancara langsung serta dengan mengisi kuisioner.
Identifikasi dan pengumpulan data meliputi dokumentasi
tema data yang tersedia (entitas, atribut dan feature), jenis
data spasial yang dimiliki, serta komponen metadata
lainnya seperti: kelompok informasi identifikasi, informasi
kualitas data,informasi publikasi dan referensi data spasial.
d. Pengembangan Protoype Sistem; Pembangunan sistem
aplikasi mengacu pada konsep tree tier. Sebuah antar
muka berbasis web dibangun untuk memberikan fasilitas
kepada
pengguna
untuk
melakukan
penelusuran,
pemasukan/pemutakhiran data spasial, metadata dan data
tabular. Hasil penelusuran akan membimbing pengguna
kepada detil informasi dan data yangdiperlukan.
e. Verifikasi Sistem; Pengujian sistem dilakukan sebelum
sistem siap digunakan oleh pengguna akhir (end user).
Pengujian sistem dilakukan berdasarkan tujuan awal sistem
yang dibangun. Pengguna (user) menguji sistem dari sisi
teknis berjalannya sistem dengan baik (tanpaerror) dan
sesuai dengan keperluan pengguna terhadap sistem.
Hasil akhir dari seluruh tahapan tersebut adalah terbentuknya
sebuah aplikasi berbasis komputer yang terkoneksi ke jaringan
internet agar mempermudah saling tukar data dan informasi baik
di lingkungan KNLH maupun dapat diakses oleh pengguna yang
berkepentingan.

III.

KOMENTAR
Pengelolaan SDA berkelanjutan membutuhkan pemikiran
ulang tentang bagaimana pengambil keputusan bernegosiasi dan
mengatur pemanfaatan SDA. Pengelolaan SDA tergantung pada
tindakan informasi dari pengguna individu dan pengelola dari
beberapa
sumber
daya.
Semakin
dikenalnya
keterkaitan
komprehensif antara subsistem alam, ekonomi dan manusia
membuat sistem lingkungan pengelolaan berkelanjutan yang lebih
kompleks.
Tujuan, perangkat kebijakan dan nilai-nilai dari kelompok
(pemerintah, perencana dan masyarakat) yang berbeda beragam
dan sering ada distribusi yang tidak merata dalam kekuasaan, yang
menyebabkan
konflik
yangmenghambat
pembangunan
berkelanjutan. Berbagai isu dan masalah yang memerlukan
keputusan oleh lembaga pemerintahk atau swasta memunculkan
aneka ragam solusi dalam hal metodologi dan kombinasi alat yang
spesifik untuk memecahkan masalah secara tepat. DSS untuk
Pengelolaan SDA dirancang untuk mendukung masalah keputusan
terdepan dan memaksimalkan efektivitas tujuan pengelolaan
lingkungan. Perangkat ini biasanya terdiri dari berbagai
berpasangan lingkungan dan model sosial-ekonomi, database dan
perangkat penilaian yang terintegrasi di bawah Graphic User
Interface (GUI) dan sering didukung oleh perangkat SIG. Dimensi
spasial sangat penting karena mempromosikan data dan model
integrasi melalui referensi spasial umum dan membuat interface
lebih intuitif. Untuk alasan ini, suatu DSS sering menjadi Spasial
DSS, dengan mengintegrasikan fungsi spasial atau penghubung
dengan perangkat SIG yang ada.
SDSS membantu tercapainya pengelolaan berkelanjutan SDA
ketika dirancang dengan baik dan menjadi alat yang berguna bagi
para pembuat keputusan, "memungkinkan penggunaan yang lebih
efektif dan kolektif dari informasi dalam menangani pertanyaan
yang kompleks dan sering kurang terstruktur". Bahkan, ini ada
usulan bahwa praktek yang efektif pengelolaan ekosistem tidak
memungkinkan tanpa bantuan SDSS yang canggih memadai.
Dalam beberapa kasus, SDSS diperlukan untuk mengelola
penggunaan sumber daya dan eksploitasi (tingkat operasional).
Dalam kasus lain, SDSS mendukung perencanaan strategis, dalam
pembuatan kebijakan dan perencanaan untuk skenario mana yang
analisis dan alat simulasi sangat membantu. Sebagai contoh,
keputusan mengenai pemulihan ekosistem atau peningkatan aliran
material lain di bidang pengelolaan SDA merupakan keputusan
masyarakat. Tujuan pengelolaan menggambarkan keadaan yang
diinginkan (atau skenario masa depan), yang harus dicapai untuk
memenuhi tujuan legislatif atau lainnya. Para pengambil keputusan
dapat berinteraksi dengan sistem dan membandingkan situasi
negara/hadir
saat
ini
dengan
keadaan
yang
diinginkan

(diproyeksikan) yang diberikan oleh tujuan pengelolaan. Beberapa
tindakan dapat diturunkan untuk menganalisis bagaimana untuk
mencapai sasaran (indikator). Proyeksi iklim, ekonomi agro dan
perubahan demografis harus dipandang sebagai pengaruh penting.
Atau, SDSS dapat digunakan untuk menilai dampak dari keputusan
pengelolaan tertentu (misalnya perluasan kegiatan kehutanan di
daerah tertentu) atau dampak perubahan iklim terhadap
lingkungan. Dalam kasus keputusan pengelolaan yang baru,
skenario mewakili perkembangan masa depan/ perubahan dapat
dinilai dan dibandingkan dengan situasi saat ini dan/ atau terhadap
tindakan yang berkelanjutan.
Penggunaan
aplikasi
SIG
dalam
rangka
membantu
pengambilan keputusan di Indonesia telah banyak digunakan di
berbagai lembaga baik pemerintah maupun swasta (konsultan)
seperti penyusunan rencana tata ruang wilayah dan kota maupun
pada pembuatan program aplikasi berbasis komputer yang
dilakukan oleh lembaga pemerintah. Hal ini akan mempermudah
para pengambil kebijakan untuk memahami persoalan secara lebih
mendalam tanpa harus mengeluarkan biaya yang terlalu besar
untuk melakukan survei dan observasi lapangan secara langsung.
Sistem yang terkoneksi secara online akan memungkinkan
pengguna berinteraksi dengan pengambil kebijakan baik antara staf
dengan pimpinannya maupun interaksi dengan pengguna
(masyarakat) yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
bagi stakeholder sebelum mengambil keputusan yang tepat
sasaran.
IV.

DAFTAR PUSTAKA

Aronoff, S, 1989, Geographyc Information System, WDL Publication,
Ottawa, Canada.
Arentze, T.A., 1999. A Spatial Decision Support System for the Planning of
Retail and Service Facilities, Thesis, Faculteit Bouwkunde,
Capaciteitsgroep Stedebouw, Eindhoven University of Technology,
Eindhoven.
Burrough, P.A, 1986, Principles of Geographical Information System For
Land Resources Asessment, Clarendon Press, Oxford.
Cahyono, S., 2014, Decision Support System dalam www.pwktech.info
:diakses tgl 11 Juni 2014, Jam 04:46
Danoedoro, P., 1996, Pengolahan Citra Digital – Teori dan Aplikasinya
dalam bidang Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sejati, K., 2014, Aplikasi GIS sebagai Decision Support System dalam
www.kukuhbayuseejati.blogspot.com :diakses tgl 11 Juni 2014, Jam
04:58
Timmermans, H., Decision Support System In Urban Planning,
SPON an Imprint of Thomson Professional, London, UK.

E & FN