SERUAN UNTUK BERTINDAK OA 48 50.docx

SERUAN UNTUK BERTINDAK
48. Di bidang sosial Gereja selalu ingin memainkan peranan rangkap: pertama, menerangi
budi untuk mendampinginya mengenal kebenaran serta menemukan jalan yang benar di
tengah berbagai ajaran yang menarik perhatiannya, dan kedua ikut serta dalam tindakan, serta
memancarkan daya-kekuatan Injil dengan sungguh mengusahakan pelayanan dan dayagunanya. Tidakkah untuk setia mengikuti keinginan itulah Gereja telah mengutus untuk
metasul di tengah kaum buruh imam-imam, yang - dengan sepenuhnya mengalami kondisi
pekerja - pada tingkat itu menjadi saksi-saksi keprihatinan dan daya-upaya Gereja?
Kepada segenap umat Kristianilah kami tujukan seruan yang baru dan mendesak ini untuk
bertindak. Dalam Ensiklik kami tentang Perkembangan Bangsa-Bangsa kami mendesak,
supaya semua anggota Gereja menunaikan tugas mereka: "Umat awam hendaknya
menjalankan tugas mereka yang khas, yakni membaharui tata-dunia. Sedangkan peranan
Hierarki ialah mengajarkan dan menafsirkan secara otentik norma-norma moralitas yang
dalam hal itu harus dipatuhi, termasuk panggilan kaum awamlah, tanpa menunggu secara
pasif perintah-perintah atau petunjuk-petunjuk, mengadakan prakarsa dengan bebas dan
menanam semangat Kristiani ke dalam mentalitas, adat-istiadat, undang-undang dan tatasusunan masyarakat lingkungan mereka" (Ensiklik PP. 81; AAS. 59). Hendaklah tiap orang
memeriksa diri, untuk melihat apa yang hingga sekarang sudah dijalankan, dan apa yang
harus dijalankannya. Belum cukup mengingat prinsip-prinsip, menyatakan maksudmaksudnya, menunjukkan pelanggaran-pelanggaran keadilan yang menyolok, dan
melontarkan kecaman-kecaman profetis. Kata-kata itu akan kehilangan bobotnya yang nyata,
kalau pada tiap orang tidak disertai kesadaran yang lebih hidup akan tanggung jawab pribadi
dan tindakan yang efektif. Terlampau mudah melemparkan kepada pihak-pihak lain tanggung
jawab atas pelanggaran-pelanggaran keadilan, kalau sementara itu tiada kesadaran:

bagaimana tiap orang secara pribadi tersangkut dalamnya, dan bagaimana terutama
dibutuhkan pertobatan pribadi. Kerendahan hati yang mendasar itu akan menghilangkan
segala sifat kaku dan sektarianisme dari tindakan. Selain itu akan menghindarkan orang dari
sikap putus asa menghadapi tugas, yang lingkupnya nampak tanpa batas. Harapan Kristiani
terutama bersumber pada kenyataan, bahwa orang menginsyafi: Tuhan bekerja sama dengan
kita di dunia. Sementara itu Ia melangsungkan dalam Tubuh-Nya, yakni Gereja, - dan melalui
Gereja dalam segenap umat manusia - karya penebusan, yang telah dilaksanakan-Nya di salib
dan yang tampil gemilang dalam kejayaan pada pagi kebangkitan-Nya. Harapan itu
bersumber pula pada kenyataan, bahwa orang Kristiani menyadari: orang-orang lain sedang
berusaha menjalankan tindakan-tindakan keadilan dan damai untuk mencapai tujuan yang
sama. Sebab di balik penampilan lahir sikap tidak peduli, di sanubari tiap orang terdapat
kemauan akan hidup dalam persaudaraan, serta rasa haus akan keadilan dan damai, yang
harus ditumbuhkan.
49. Maka di tengah situasi, tugas-kewajiban dan kelembagaan yang bermacam-ragam, tiap
orang harus menentukan menurut suara hatinya tindakan-tindakan yang harus dijalankannya.
Di tengah berbagai arus, yang di samping aspirasi-aspirasi yang wajar juga mencakup gerakgejolak yang lebih meragukan, umat Kristiani harus menentukan pilihannya dengan bijaksana
dan waspada, serta berusaha jangan sampai terlibat dalam kerja sama tanpa syarat yang
bertentangan dengan asas-asas humanisme yang sejati, kendati barangkali demi solidaritas
yang dirasa tulus. Kalau memang ingin memainkan peranan khas sebagai orang Kristiani
menurut imannya - peranan itu oleh mereka yang berkeyakinan lain pun diharapkan dari

padanya - ia harus berusaha, sambil memenuhi komitmennya secara aktif, menjelaskan
motivasi-motivasinya, Dan melampaui sasaran-sasaran yang dituju, dengan mengenakan
pandangan yang lebih menyeluruh, sehingga mengelakkan bahaya partikularisme penuh cinta
diri dan totalitarianisme yang menindas.

50. Dalam berbagai situasi konkret, sementara solidaritas diperhatikan dalam kehidupan
masing-masing, harus diakui adanya keanekaan yang wajar dalam pilihan-pilihan yang
mungkin. Iman Kristiani yang sama dapat menimbulkan komitmen yang bermacam-ragam
(GS. 43; AAS 58). Gereja mengundang seluruh umat Kristiani untuk menyanggupi tugas
rangkap, yakni memberi inspirasi dan membaharui, untuk mendukung pengembangan
struktur-struktur, sehingga sungguh menanggapi kebutuhan-kebutuhan nyata zaman sekarang.
Dari orang-orang Kristiani, yang sepintas lalu menimbulkan kesan bertentangan karena
bertolak dari pilihan-pilihan yang berbeda-beda, Gereja meminta adanya usaha untuk saling
memahami terhadap posisi-posisi maupun motivasi-motivasi pihak-pihak lain. Pemeriksaan
yang loyal tentang tepat tidaknya perilaku masing-masing akan mendorong tiap orang untuk
mengenakan sikap cinta kasih lebih mendalam, yang sementara mengakui perbedaanperbedaan, toh percaya juga akan adanya kemungkinan arah serentak dan kesatuan. "Ikatanikatan yang menghimpun umat beriman masih lebih kuat dari apa pun yang memisahmisahkan mereka.
Memang, di tengah struktur-struktur modern dan berbagai situasi yang ikut menentukan, peri
hidup banyak orang ditentukan oleh pola-pola berpikir dan tugas-tugas mereka, terlepas dari
usaha menjamin kepentingan-kepentingan jasmani. Ada pula yang begitu mendalam
merasakan solidaritas antar-golongan dan antar-budaya, sehingga mereka sampai mengikuti

tanpa syarat segala penilaian dan pilihan di lingkungan mereka. Hendaklah tiap orang
berusaha memeriksa diri dengan cermat, dan mewujudkan kebebasan yang sejati menurut
Kristus, sehingga hatinya terbuka bagi nilai-nilai universal di tengah kondisi-kondisi yang
sangat khas.