Pengukuran Kinerja Kelompok Penelitian D

AMTeQ 2015
Annual
Meeting
on Testing
and Quality
2015

10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

PENGUKURAN KINERJA KELOMPOK PENELITIAN DALAM LEMBAGA
PEMERINTAH
(STUDI KASUS: SEBUAH KELOMPOK PENELITIAN LEMBAGA X)
Sih Damayanti1,*, Medi Yarmen1,**
1

Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Kawasan Puspiptek Gedung 417 Tangerang Selatan 15314, Banten
korespondensi: [email protected]*

INTISARI

Tulisan ini bertujuan untuk membuat rerangka (framework) pengukuran kinerja untuk kelompok
penelitian dan mengukur sebuah kinerja kelompok penelitian di Lembaga X dalam periode 2014. Data
penelitian diperoleh berdasarkan studi dokumen yang terkait kelompok penelitian, studi literatur
pengukuran kinerja organisasi penelitian, dan diskusi dengan peneliti kelompok penelitian obyek
pengukuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerangka (framework) pengukuran kinerja untuk
kelompok penelitian terdiri atas 4 perspektif dengan 8 indikator. Lebih lanjut, berdasarkan hasil
pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan framework tersebut, kinerja kelompok penelitian obyek
pengukuran berada pada kategori cukup, yaitu level 3 dari 5 level dengan nilai 3.050.
Kata Kunci: Pengukuran Kinerja, Kelompok Penelitian, framework

ABSTRACT
This paper aims to develop a research group performance measurement framework and to measure the
performance of research group at Institute X in 2014. The research data were obtained by the study of
documents related research group, literature study of performance measurement of research
organizations, and discussions with researchers of research group measurement object. The research
results showed that the performance measurement framework for the research group consists of 4
perspectives with 8 indicators. Furthermore, based on the results of the measurements using the
framework, the performance of research group measurement object is in the category of standard
performance, which is 3rd level of 5 levels with the value of 3,050.
Keywords: Performance Measurement, Research Group, Framework


1.

PENDAHULUAN

Pengukuran kinerja dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian kinerja
seorang pekerja, sebuah unit kerja ataupun sebuah organisasi [1]. Pengukuran kinerja
digunakan untuk mengevaluasi apakah proses kerja yang dilakukan individu, unit kerja,
atau organisasi sudah efektif dan efisien dalam menjalankan tugas dan fungsi yang telah
ditetapkan sebelumnya [1]. Berdasarkan hal tersebut, pengukuran kinerja organisasi
dapat dijadikan sebagai pedoman organisasi dalam upaya peningkatan proses bisnis
(business proses improvement) organisasi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
untuk mendukung daya saing organisasi.
Pengukuran kinerja dalam bidang penelitian saat ini belum dilakukan secara optimal.
Sekarang ini tidak banyak data yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
336
ISSN 1907-7459

10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


efisiensi kinerja peneliti dan organisasi penelitian [2]. Selain itu tidak banyak alat yang
dapat digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi proses bisnis dalam suatu
organisasi penelitian [2]. Beberapa penelitian tentang pengukuran kinerja pada
organisasi penelitian memang telah dilakukan [2,3,4,5]. Akan tetapi hasil dari
penelitian-penelitian tersebut tidak mudah untuk diterapkan dalam organisasi penelitian
pemerintah [5]. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan karakteristik kunci pada setiap
organisasi [5].
Pengukuran kinerja organisasi harus objektif sesuai dengan tujuan dan alasan
dibentuknya suatu organisasi [5]. Indikator atau kriteria yang digunakan dalam
pengukuran harus sesuai dengan proses bisnis dan kriteria capaian organisasi [5]. Tidak
hanya itu, pengukuran kinerja harus dapat menggambarkan kinerja organisasi secara
keseluruhan dan dapat dibandingkan dengan organisasi sejenis dengan tujuan
benchmarking [6].
Pengukuran kinerja pada organisasi penelitian milik pemerintah di Indonesia harus
mulai mendapatkan perhatian yang lebih. Kinerja organisasi menjadi acuan bagi
pemerintah dalam memberikan dana kegiatan. Seperti yang tertuang dalam ADIK [7],
bahwa pemerintah mentransformasi sistem penganggaran yang berdasarkan pada jenis
belanja atau berbasis pada input menjadi penganggaran yang berbasis pada kinerja
dengan orientasi pada outcome yang akan dimulai pada tahun 2016. Sistem

penganggaran berbasis outcome tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara [7]. Mengingat hal itu, membahas pengukuran
kinerja dalam konteks organisasi penelitian di Indonesia menjadi penting dan menarik
untuk dilakukan.
Secara lebih spesifik, seiring geliat reformasi birokrasi, salah satu isu yang harus
dipertimbangkan dalam Lembaga Penelitian Pemerintah di Indonesia adalah munculnya
pola kelompok penelitian untuk menggantikan struktur bidang teknis. Pada Pusat
Penelitian, kelompok penelitian ini bersifat fungsional dan langsung bertanggung jawab
kepada Pimpinan Tertinggi Lembaga. Lebih lanjut, kelompok penelitian ini dapat
disebutkan sebagai core player Pusat Penelitian. Mengingat hal itu, kinerja kelompok
penelitian menjadi penting untuk diperhatikan. Sayangnya, literatur-literatur yang ada
umumnya membahas kinerja pada level individu peneliti atau level lembaga. Oleh
karena itu, menjadi penting untuk menjawab pertanyaan bagimanakah pengukuran
kinerja kelompok penelitian yang terdapat pada organisasi penelitian pemerintah?
Berdasarkan hal itu, penelitian ini bertujuan untuk membuat rerangka (framework)
pengukuran kinerja untuk kelompok penelitian dengan studi kasus dilakukan pada
sebuah kelompok penelitian di Lembaga X. Lebih lanjut, penelitian ini juga bertujuan
untuk mengukur kinerja kelompok penelitian tersebut berdasarkan framework yang
telah dibuat. Secara praktis, hasil penelitian ini akan bermanfaat karena dapat dijadikan
referensi dalam melakukan pengukuran kinerja yang terkait kelompok penelitian.


2.

DASAR TEORI

2.1.

Pengukuran Kinerja
337

ISSN 1907-7459

10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Kinerja merupakan konsep yang digunakan oleh suatu organisasi untuk menilai
seberapa besar hasil yang telah dicapai dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi
[8]. Kinerja menggambarkan seberapa besar kinerja yang dihasilkan oleh sebuah
organisasi dibandingkan dengan kinerjanya terdahulu (previous performance) dan
dibandingkan dengan organisasi lain (benchmarking) dan berapa besar pencapaian

organisasi terhadap tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya [6].
Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai proses perhitungan efisiensi dan efektivitas
sebuah kinerja dari suatu pekerjaan [8]. Pengukuran kinerja dapat memberikan dampak
pada lingkungan dimana kinerja tersebut diukur [8]. Bagaimana keadaan awal
pengukuran, keputusan mengenai apa yang akan diukur, bagaimana mengukurnya, dan
apa yang menjadi target dari proses yang diukur akan berpengaruh terhadap pekerja
baik secara individu atau kelompok dalam organisasi [8]. Untuk dapat mengukur kinerja
organisasi, terlebih dahulu harus dipahami apa yang menjadi tujuan organisasi [9].
Tujuan organisasi tersebut didefinisikan dan dikonversi menjadi angka yang kemudian
dijadikan pembanding atau target pengukuran kinerja organisasi [9].
Proses perancangan sistem pengukuran kinerja harus melibatkan akademisi maupun
praktisi, mempertimbangkan teori tentang model dengan studi kasus dimana sebuah
pengukuran tersebut telah diaplikasikan dan dilakukan percobaan [10]. Dalam proses
perancangan sistem pengukuran kinerja harus mempertimbangkan strategi bisnis sebuah
organisasi, target apa yang akan dicapai dan bagaimana dapat mencapainya yang
kemudian dirinci lagi menjadi model kinerja organisasi [1].
2.2.
Kinerja Organisasi Penelitian
Pengukuran kinerja pada organisasi penelitian berbeda-beda sesuai dengan karakteristik
organisasi [2]. Pada dasarnya pengukuran kinerja pada organisasi penelitian terdiri dari

5 elemen utama [11] yaitu tujuan, dimensi kinerja, indikator, struktur dan proses
pengukuran. Dimana kelima elemen tersebut saling berkaitan satu sama lain.
Kinerja pada organisasi penelitian menurut Coccia [12] dapat diukur berdasarkan pada 2
hal yaitu, input dan output. Input penelitian terdiri dari dana penelitian, gaji pegawai dan
biaya tenaga kerja, sedangkan output penelitian terdiri dari swadana dari kegiatan
transfer teknologi pelatihan, jumlah program yang diselenggarakan oleh peneliti,
publikasi internasional dan nasional, prosiding konferensi internasional dan nasional
[12]. Disamping itu, output utama dalam sebuah penelitian adalah pengetahuan.
Pengetahuan tersebut bisa dituangkan dalam beberapa bentuk, misalnya artikel, buku,
prototype, paten, metode dan juga training terhadap orang lain [13].
Output penelitian tersebut diharapkan memiliki dampak positif pada masyarakat luas,
memberikan kemajuan dalam teknologi dan dunia ilmiah dan dapat menjadi penggerak
kekuatan nasional [12]. Dampak sebuah hasil penelitian diasumsikan sama dengan
frekuensi sebuah hasil penelitian berupa karya tulis atau paten disitasi oleh masyarakat
[2]. Seberapa besar jumlah sitasi terhadap hasil penelitian dapat dijadikan sebagai
indikator kinerja peneliti [2].
Pengukuran kinerja pada organisasi penelitian dapat memberikan beberapa manfaat,
antara lain untuk memberikan motivasi kepada peneliti, mengevaluasi kegiatan
penelitian, memberikan pertimbangan dalam proses pembuatan keputusan, dan untuk
merangsang pembelajaran bagi organisasi [2].

338
ISSN 1907-7459

10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

3.

METODE DAN TEKNIK PENGUKURAN

Penelitian ini bertujuan untuk merancang rerangka (framework) pengukuran kinerja
untuk kelompok penelitian pada sebuah organisasi penelitian dan mengukur kinerja
kelompok penelitian tersebut berdasarkan framework yang dibuat. Penelitian ini
dilakukan pada sebuah kelompok penelitian di Lembaga X. Lebih lanjut, penelitian ini
akan melakukan pengukuran kinerja pada kelompok penelitian tersebut. Tahapan yang
dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Tahap 1 hingga tahap 5
merupakan tahap perancangan rerangka (framework) pengukuran kinerja kelompok
penelitian untuk menjawab tujuan pertama penelitian. Hasil dari tahapan 1 dan tahapan
4, berupa framework pengukuran kinerja kelompok penelitian, ditampilkan secara
langsung pada bagian 3 tulisan ini (Metode dan Teknik Pengukuran). Framework

tersebut meliputi perspektif, indikator, bobot, maupun kategorisasi indeks kinerja
kelompok penelitian. Framework tersebut diperoleh berdasarkan studi dokumen yang
terkait kelompok penelitian, studi literatur pengukuran kinerja organisasi penelitian, dan
diskusi dengan peneliti personel informan kunci yang ada pada kelompok penelitian
obyek pengukuran dan ditunjuk oleh koordinator kelompok peneliti sebagai pihak yang
berkompeten terkait kegiatan pengukuran kinerja selanjutnya disebut sebagai peneliti
kelompok penelitian obyek pengukuran saja. Pelibatan peneliti kelompok penelitian
obyek pengukuran, sesuai saran [10], dalam pembuatan framework ini untuk
memastikan bahwa framework yang dibuat sesuai dengan konteks obyek pengukuran
dan juga untuk memvalidasi framework.
Tahap 5 dan tahap 6 merupakan tahap pengukuran kinerja kelompok penelitian.
Tahapan ini untuk menjawab tujuan penelitian kedua. Lebih lanjut, pada tahap ini,
pengumpulan data dijelaskan secara tersendiri pada bagian pengumpulan data untuk
pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja pada penelitian ini dibatasi pada periode tahun
2014.
3.1.
Memahami konteks Kelompok Penelitian
Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap proses bisnis organisasi untuk mengetahui
karakteristik organisasi dan stakeholder yang berhubungan dan berpengaruh terhadap
kinerja organisasi. Lebih lanjut dilakukan identifikasi terhadap peraturan perundangan,

keputusan kepala LIPI serta Surat Keputusan lainnya yang berhubungan dengan
kegiatan organisasi. Hal tersebut bertujuan agar indikator yang nantinya yang ditetapkan
sebagai kinerja organisasi sesuai dengan tugas dan fungsi organisasi dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundangan yang ada. Konteks kelompok penelitian
obyek pengukuran dituliskan dalam bagian Hasil dan Pembahasan sub bagian Mengenal
Kelompok Penelitian Obyek Pengukuran.
3.2.
Mengidentifikasi Perspektif Pengukuran Kinerja
Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap perspektif pengukuran kinerja kelompok
penelitian. Berdasarkan Pedoman Penataan Arsitektur dan Informasi Kinerja dalam
RKA-K/L yang dikeluarkan oleh kementerian Keuangan, arsitektur kinerja dirancang
menggunakan kerangka logika (logic model) dengan basis pada outcome yang
komponennya terdiri dari input, aktivitas, output, dan outcome. Sehingga pada
pembuatan framework pengukuran kinerja kelompok penelitian ini menggunakan 4
perpektif yaitu input, aktivitas, output, dan outcome.
339
ISSN 1907-7459

10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


Tahap 1: Memahami konteks kelompok penelitian

Tahap 2: Mengidentifikasi perspektif Pengukuran
Kinerja
Tahap 3: Mengidentifikasi indikator pada setiap
perspektif Pengukuran Kinerja

Tahap 4: Membangun indeks kinerja

Tahap 5: Mengumpulkan data

Tahap 6: Mengukur kinerja

Gambar 1. Metodologi penelitian

3.3.
Mengidentifikasi Indikator Pada Setiap Perspektif pengukuran Kinerja
Pada tahap ini dilakukan identifikasi indikator terhadap setiap perspektif pengukuran
kinerja kelompok penelitian. Pada tahap sebelumnya telah ditetapkan bahwa
pengukuran kinerja kelompok penelitian menggunakan 4 perspektif yaitu input,
aktivitas, output, dan outcome, sehingga pada tahap ini akan diidentifikasi indikator
pada setiap perspektif tersebut. Indikator diperoleh berdasarkan studi literatur dan
divalidasi oleh peneliti kelompok penelitian obyek pengukuran.
Pada perspektif pertama, input, ada beberapa indikator yang mengindikasikan kinerja
kelompok penelitian pada Lembaga X yaitu tingkat pendidikan SDM, jabatan
fungsional peneliti SDM, dan serapan anggaran penelitian DIPA. Pemilihan indikator
ini disebabkan pertimbangan bahwa kelompok penelitian obyek pengukuran bergerak
pada bidang penelitian manajemen mutu. Hal ini berimplikasi input yang paling penting
bagi kelompok ini adalah kualitas sumber daya peneliti dan anggaran. Berdasarkan
diskusi dan kesepakatan dengan peneliti kelompok penelitian obyek pengukuran, ketiga
indikator tersebut merepresentasikan kualitas sumber daya peneliti dan anggaran.
Pada perspektif kedua, aktivitas/proses bisnis, indikatornya adalah efisiensi,
perbandingan output dengan dana terkait penelitian. Output dalam indikator ini akan
dikonversi dalam bentuk rupiah dengan output utama berupa Karya Tulis Ilmiah (KTI)
mengingat kelompok penelitian berada di Lembaga yang memiliki tugas melakukan
riset dasar. Dana terkait penelitian ini meliputi jumlah anggaran tematik yang diperoleh
oleh kelompok penelitian dan jumlah anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota
kelompok penelitian.
Pada perspektif ketiga yaitu output terdapat beberapa indikator yang diacu berdasarkan
PERKA LIPI nomor 2 tahun 2014 [14]. Indikator tersebut meliputi jumlah KTI yang
dihasilkan dan kualitas KTI yang dihasilkan. KTI yang dihasilkan dapat mencakup KTI
yang terbit dalam bentuk buku oleh penerbit internasional, KTI yang terbit dalam
340
ISSN 1907-7459

10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

bentuk buku oleh penerbit nasional, KTI yang menjadi bagian dari buku oleh penerbit
internasional, KTI yang menjadi bagian dari buku oleh penerbit nasional, KTI yang
terbit dalam majalah ilmiah internasional, KTI yang terbit dalam majalah ilmiah
nasional terakreditasi, KTI yang terbit dalam prosiding pertemuan ilmiah internasional,
dan KTI yang terbit dalam prosiding pertemuan ilmiah nasional. Jumlah KTI mencakup
jumlah seluruh jenis KTI yang mungkin dihasilkan menurut PERKA LIPI No. 2 tahun
2014. Sementara itu, kualitas KTI dilihat dari persentase antara jumlah KTI yang
dihasilkan berupa KTI yang terbit dalam Publikasi Internasional berindeks
Googlescholar dengan total jumlah KTI. Pemilihan indeks googlescholar sebagai batas
kualitas dengan pertimbangan bahwa PERKA LIPI No. 2 tahun 2014 juga mengakui
indeks googlescholar untuk jurnal dan sitasi diperoleh berdasarkan sitasi googlescholar.
Perspektif keempat adalah perspektif outcome. Outcome merupakan keadaan yang
dicapai sebagai efek dari pemanfaatan hasil penelitian oleh masyarakat atau komunitas
ilmiah dalam periode waktu tertentu. Indikator perspektif outcome adalah jumlah sitasi
pada setiap KTI yang terbit dan juga jumlah download yang dilakukan terhadap KTI.
Kedua indikator outcome tersebut dihitung secara akumulasi mengingat pemanfaatan
suatu KTI dapat terjadi dalam waktu yang panjang. Secara ringkas, indikator kinerja
beserta ukuran yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perspektif dan Indikator Kinerja
Perspektif
Input

Aktivitas/
proses
bisnis

Output

Indikator
Tingkat
pendidikan SDM
Jabatan
fungsional
peneliti SDM
Serapan anggaran
penelitian tematik
DIPA
Efisiensi

Jumlah KTI
Kualitas KTI

Outcome

Jumlah sitasi
Jumlah download

Ukuran
Persentase jumlah SDM dengan pendidikan minimal S2 bidang ilmu
sesuai dengan bidang kelompok penelitian
Persentase jumlah SDM yang jabatan fungsional penelitinya minimal
peneliti madya dengan bidang kepakaran sesuai dengan bidang
kelompok penelitian
Persentase penyerapan anggaran penelitian Tematik DIPA

Persentase perbandingan output dengan dana terkait penelitian.
Keterangan:
• Output dinilai berdasarkan jumlah KTI dikalikan nilai KTI dalam
rupiah. Dalam hal ini, ditentukan bahwa nilai KTI sebuah publikasi
ilmiah dalam prosiding internasional bernilai Rp. 50 Juta sebagai
baseline. Nilai KTI lainnya disesuaikan berdasarkan perbandingan
bobot angka kredit
• Input mencakup jumlah anggaran tematik yang diperoleh oleh
kelompok penelitian dan jumlah anggaran untuk gaji dan tunjangan
anggota kelompok penelitian.
Jumlah seluruh jenis KTI yang mungkin dihasilkan menurut PERKA
LIPI No. 2 tahun 2014
Persentase antara jumlah KTI yang dihasilkan berupa KTI yang terbit
dalam Publikasi Internasional berindeks Google scholar dengan total
jumlah KTI
Jumlah sitasi pada setiap KTI yang terbit dihitung secara akumulasi
Jumlah download pada setiap KTI yang terbit dihitung secara
akumulasi

3.4.
Membangun Indeks Kinerja
Setelah indikator pada setiap perspektif diidentifikasi kemudian langkah selanjutnya
adalah membangun indeks kinerja. Indeks kinerja dibangun berdasarkan hasil penilaian
341
ISSN 1907-7459

10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

terhadap seluruh indikator. Indeks kinerja diperoleh dengan mengalikan bobot dari
setiap indikator dengan nilai kinerja dari setiap indikator. Berdasarkan kesepakatan
dengan peneliti kelompok penelitian obyek pengukuran, bobot dari setiap indikator
ditetapkan sebagai berikut. Indikator perspektif output dan outcome masing-masing
diberi bobot 0.35. Sedangkan indikator perspektif aktivitas diberi nilai 0.2 dan indikator
perspektif input diberi nilai 0.1. Perbedaan nilai bobot ini didasari pertimbangan bahwa
tingkat kepentingan yang tertinggi pada organisasi penelitian Pemerintah diyakini
terletak pada output dan outcome disusul efisiensi dan input. Apabila dalam satu
perspektif terdapat lebih dari satu indikator, bobot tiap indikator dihitung dengan cara
bobot perspektif dibagi jumlah indikator.
Adapun nilai untuk setiap indikator dikelompokkan berdasarkan ketentuan sebagai
berikut. Untuk nilai yang berupa persentase, nilai yang diberikan dapat dilihat pada
Tabel 2. Nilai ini diadaptasi berdasarkan tata cara pengukuran yang ada dalam
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP/25/M.PAN/2/2004.
Tabel 2. Nilai untuk indikator berdasarkan persentase
Persentase
0-24,99
25 – 43,75
43,76 – 62,50
62,51 – 81,25
≥ 81,26

Nilai
1
2
3
4
5

Adapun nilai untuk indikator yang diukur berdasarkan jumlah (jumlah KTI, jumlah
sitasi, dan jumlah download), ditetapkan berdasarkan data yang pernah dicapai oleh
Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) dimana Lembaga X bernaung. Ukuran
penilaian pada jumlah KTI didapatkan berdasarkan pada capaian tertinggi Lembaga
yang berada pada LPNK dimana Lembaga X bernaung pada tahun 2014 dibagi 5
dengan asumsi terdapat 5 kelompok penelitian pada Lembaga X, kemudian diturunkan
lagi menjadi 5 level penilaian. Pada jumlah sitasi, ukuran penilaian didasarkan pada
jumlah sitasi tertinggi dari sivitas LPNK dimana Lembaga X bernaung dalam google
scholar yang kemudian diturunkan ke dalam 5 level. Untuk jumlah download, penilaian
didasarkan pada target jumlah pengguna akses informasi dan pengetahuan LPNK
dimana Lembaga X bernaung pada tahun 2014 dibagi jumlah Lembaga yang bernaung
pada LPNK kemudian dibagi 5, dengan asumsi terdapat 5 kelompok penelitian pada
setiap Lembaga pada LPNK kemudian diturunkan lagi ke dalam 5 level penilaian.
Tabel 3 menunjukkan nilai untuk indikator tersebut.
Tabel 3. Nilai untuk indikator berdasarkan jumlah
Jumlah KTI
≤ 15
16 – 30
31 – 45
46 – 60
≥ 61

Jumlah Sitasi
≤ 6.972
6.973 – 13.944
13.945 – 20.916
20.917 – 27.888
≥ 27.889

Jumlah Download
≤ 2.000
2.001 – 4.000
4.001 – 6.000
6.001 – 8.000
≥ 8.001

Nilai
1
2
3
4
5

Berdasarkan perkalian bobot dari setiap indikator dengan nilai kinerja dari setiap
indikator, diperoleh indeks kinerja Kelompok Penelitian. Secara ringkas, kategorisasi
indeks kinerja kelompok penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
342
ISSN 1907-7459

10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Tabel 4. Kategori indeks kinerja
Indeks
1
2
3
4
5

Kategori
Sangat Tidak Baik
Tidak Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik

3.5.
Pengumpulan Data untuk Pengukuran Kinerja
Setelah diperoleh indikator pengukuran kinerja, tahap selanjutnya adalah
mengumpulkan data yang terkait kriteria kinerja kelompok penelitian. Dalam hal ini,
data yang dikumpulkan adalah data peneliti yang tergabung dalam kelompok penelitian
Lembaga X yang meliputi tingkat pendidikan masing-masing peneliti dan tingkat
jabatan fungsionalnya sebagai peneliti, data serapan dana penelitian DIPA, jumlah
publikasi ilmiah, jenis publikasi ilmiah, jumlah sitasi dan data pembelian dan jumlah
download KTI yang telah diterbitkan. Data dikumpulkan dengan sumber data berasal
dari kelompok penelitian dan data sekunder. Untuk jumlah sitasi, acuan yang digunakan
adalah jumlah sitasi berdasarkan Google scholar. Untuk jumlah download, diperoleh
berdasarkan data jumlah download yang dipublikasikan oleh website penerbit tempat
peneliti kelompok penelitian menerbitkan KTI. Data yang diambil adalah data tahun
2014. Mengingat kelompok penelitian dibentuk pada saat tahun 2014 telah berjalan,
beberapa data kelompok penelitian diperoleh berdasarkan data personel anggota
kelompok penelitian.
3.6.
Mengukur Kinerja
Data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan pengukuran kinerja. Langkahlangkah dalam pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:
Lankah pertama: Menghitung kinerja
Pada langkah ini dilakukan perhitungan kinerja terhadap data yang telah dikumpulkan.
Perhitungan kinerja dilakukan dengan mengkonversi data berdasarkan ketetapan ukuran
pada setiap indikator yang telah ditetapkan dalam framework.
Langkah kedua: Menilai kinerja
Penilaian terhadap kinerja dilakukan dengan membandingkan kinerja hasil perhitungan
dengan data standar nilai ukuran kinerja yang telah ditetapkan pada setiap indikator.
Terdapat 5 nilai dalam setiap indikator yaitu 1 untuk nilai terendah sampai dengan 5
untuk nilai tertinggi.
Langkah ketiga: Menghitung Indeks kinerja
Pengukuran indeks kinerja dilakukan dengan menggunakan rumus:
Indeks kinerja= (Bobot Indikator 1 X Nilai Kinerja Indikator 1) + (Bobot
Indikator 2 X Nilai Kinerja Indikator 2) + ...+ ((Bobot Indikator 8 X Nilai
Kinerja Indikator 8)
(1)

343
ISSN 1907-7459

10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.
Mengenal Kelompok Penelitian Obyek Pengukuran
Kelompok penelitian obyek pengukuran merupakan kelompok penelitian yang
tergabung dalam sebuah Lembaga Penelitian pemerintah yang memiliki tugas
melakukan penelitian di bidang manajemen mutu. Secara umum, kelompok penelitian
memiliki fokus pada empat kluster riset, meliputi pengukuran mutu, perancangan dan
peningkatan mutu, mega tools mutu, dan data dan variabilitas. Kelompok penelitian
obyek pengukuran mengarahkan risetnya untuk memahami fenomena manajemen mutu
terkait empat kluster tersebut dan memperoleh pengetahuan yang dapat memperkaya
khasanah ilmu manajemen mutu. Dengan kata lain, Kelompok penelitian tersebut lebih
mengarahkan kepada penemuan pengetahuan manajemen mutu ketimbang invensi soft
teknologi manajemen mutu.
Kelompok penelitian tersebut dibentuk pada 2014 berdasarkan surat keputusan Kepala
Lembaga X. SDM yang bergabung dalam kelompok penelitian berjumlah 7 orang
dengan tingkatan jabatan fungsionalnya terdiri dari 2 orang peneliti madya, 3 orang
peneliti pertama dan 2 orang kandidat peneliti. Dari segi tingkat pendidikan, terdapat 2
orang dengan tingkat pendidikan S2 yang sesuai dengan bidang keilmuan kelompok
penelitian.
Dalam melakukan kegiatan penelitian, kelompok penelitian mendapatkan dana
penelitian dari pemerintah berupa dana penelitian DIPA dengan besaran dana ditentukan
oleh pejabat Lembaga dimana kelompok penelitian bernaung. Pada praktreknya,
penggunaan atau penyerapan dana dilakukan secara berkala sesuai kebutuhan penelitian
dan diatur berdasarkan peraturan yang berlaku.
4.2.
Pengukuran Kinerja Kelompok Penelitian
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, dapat dihitung kinerja kelompok penelitian.
Perhitungan pencapaian kinerja Kelompok Penelitian pada Lembaga X tahun 2014
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5: Perhitungan pencapaian kinerja kelompok penelitian Lembaga X

Perspektif

Indikator

Tingkat
Pendidikan
SDM

Input

Jabatan
Fungsional
Peneliti
Serapan
anggaran
penelitian
DIPA

Ukuran
Kinerja
prosentase
SDM tingkat
pendidikan
minimal
lulusan S2
prosentase
SDM jabatan
fungsional
minamal
peneliti
madya
prosentase
serapan
anggaran
penelitian

Data
(untuk indikator kinerja dalam %)
Pembagi
Pembilang

Kinerja

Nilai

7

2

28.6%

2

7

2

28.6%

2

150,000,000

122,641,425

81.8%

5

344
ISSN 1907-7459

10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Proses

Efisiensi

Jumlah
KTI

Output
Kualitas
KTI

Outcome

Jumlah
sitasi
Jumlah
KTI yang
dibeli
/
didownloa
d

prosentase
output
penelitian
terhadap
dana
penelitian
dan
gaji,tunjanga
n SDM
jumlah KTI
dalam
1
tahun
prosentase
KTI
Internasional
terindex
google
scholar
dengan
jumlah KTI
jumlah sitasi
KTI

658,807,200

1,483,333,333

225.2%

5

-

-

15

1

15

10

66.7%

4

-

-

65

1

-

-

6862

4

jumlah
download
KTI

Setelah diperoleh nilai kinerja, indeks kinerja kelompok penelitian obyek pengukuran
dapat diperoleh. Lebih lanjut, perhitungan indeks kinerja kelompok penelitian obyek
pengukuran dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6: Perhitungan indeks kinerja kelompok penelitian Lembaga X
Indikator

Bobot

Kinerja

Nilai Kinerja

Bobot * Nilai

1

0.033

28.6%

2

0.067

2

0.033

28.6%

2

0.067

3

0.033

81.8%

5

0.167

4

0.200

225.2%

5

1.000

5

0.175

15

1

0.175

6

0.175

66.7%

4

0.7

7

0.175

65

1

0.175

8

0.175

6862

4

0.7

Indeks Kinerja

3.050 (Cukup)

4.3.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja yang terdapat pada Tabel 6, Indeks Kinerja
kelompok penelitian Lembaga X berada di nilai 3.050 atau dengan kata lain kinerja
kelompok penelitian Lembaga X berada pada kategori cukup. Apabila dilihat pada
setiap indikator kinerja, terdapat 1 indikator yang berada dalam kategori sangat tidak
baik, yaitu jumlah sitasi, dan tiga indikator yang berada dalam kategori tidak baik, yaitu
tingkat pendidikan SDM, tingkat jabatan fungsional SDM dan jumlah KTI yang
345
ISSN 1907-7459

10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

dihasilkan dalam 1 tahun. Dengan demikian, indikator-indikator ini perlu mendapat
perhatian khusus dari kelompok penelitian obyek pengukuran.
Apabila dikaitkan dengan kelompok penelitian konteks obyek pengukuran, rendahnya
pencapaian kinerja pada empat indikator tersebut sebenarnya dapat dipahami.
Rendahnya keempat indikator tersebut berhubungan dengan kelompok penelitian yang
baru saja berdiri, dengan jumlah personel yang terbatas dan mayoritas personel yang
berkarir sebagai peneliti dan bahkan menjadi PNS pada Lembaga X kurang dari lima
tahun. Rendahnya indikator jumlah sitasi dapat dipahami mengingat perolehan sitasi
memerlukan waktu yang tidak sebentar. Akan tetapi, mengingat kualitas KTI yang
dihasilkan berada pada kategori kinerja baik, seiring berkembangnya waktu, jumlah
sitasi ini kemungkinan akan meningkat.
Rendahnya indikator tingkat pendidikan SDM dan tingkat jabatan fungsional SDM
terjadi karena mayoritas personel kelompok penelitian memang baru bekerja pada
Lembaga X kurang dari lima tahun dan merupakan rekrutmen dengan tingkat
pendidikan S1. Saat ini, terdapat tiga anggota kelompok penelitian yang masih tugas
belajar untuk melanjutkan pendidikan sesuai bidang ilmu. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan kinerja pada indikator ini, kelompok penelitian perlu untuk mendorong
anggotanya untuk melanjutkan pendidikan sesuai bidang ilmu kelompok penelitiannya.
Untuk indikator ke 5 yaitu jumlah KTI, rendahnya nilai kinerja disebabkan oleh jumlah
peneliti yang kurang memadai yaitu Lima peneliti dan Dua kandidat peneliti. Dan tiga
diantaranya tengah tugas belajar. Jumlah tersebut sangat rendah dibandingkan dengan
kelompok penelitian lain di luar Lembaga X tapi masih dalam naungan LPNK yang
sama. Hal tersebut menyebabkan adanya perbedaan yang signifikan pada jumlah KTI
yang dihasilkan.
Pencapaian kinerja tertinggi terdapat pada indikator 3 dan 4 yaitu indikator serapan
anggaran penelitian DIPA dan efisiensi pada nilai tertinggi yaitu 5 dengan nilai kinerja
81,8% dan 225,2%. Tingginya nilai kinerja pada indikator 3 mengindikasikan bahwa
pada kelompok penelitian ini penggunaan dana penelitian telah dilakukan dengan
optimal walaupun belum maksimal mencapai 100%. Pada indikator kinerja yang ke 4
yaitu efisiensi, tingginya nilai kinerja mengindikasikan bahwa output hasil penelitian
yaitu KTI yang dihasilkan oleh kelompok penelitian lembaga X lebih besar dari hasil
yang diharapkan oleh LPNK dibandingkan dengan jumlah investasi yang telah
diberikan kepada kelompok penelitian.

5.

KESIMPULAN

Sekarang ini, perlu dilakukan pengukuran terhadap kinerja kelompok penelitian untuk
mengetahui tingkat capaian kinerja kelompok penelitian sesuai dengan tugas dan
fungsinya sebagai organisasi penelitian. Pengukuran kinerja organisasi penelitian dapat
digunakan untuk mengevaluasi aktivitas atau proses bisnis organisasi [1]. Hasil evaluasi
ini nantinya dapat digunakan untuk memberikan motivasi kepada SDM organisasi unuk
lebih optimal dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam organisasi [1]. Pada
tingkat selanjutnya pengukuran ini dapat digunakan sebagai media benchmarking antar
organisasi penelitian satu dengan yang lainnya untuk meningkatkan daya saing
organisasi.
346
ISSN 1907-7459

10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Dalam kaitan itu, tulisan ini bertujuan untuk membuat rerangka (framework)
pengukuran kinerja untuk kelompok penelitian dan mengukur kinerja sebuah kelompok
penelitian di Lembaga X dalam periode 2014. Sesuai tujuan penelitian, dapat
disimpulkan beberapa hal. Pertama, rerangka (framework) pengukuran kinerja untuk
kelompok penelitian terdiri atas 4 perspektif dengan 8 indikator yang digunakan dalam
pengukuran kinerja kelompok penelitian. Indikator-indikator tersebut adalah tingkat
pendidikan SDM, tingkat jabatan fungsional SDM dan serapan dana tematik DIPA pada
perspektif input, efisiensi pada perspektif aktivitas, jumlah KTI dan kualitas KTI pada
perspektif output dan jumlah sitasi dan jumlah download terhadap KTI hasil penelitian
pada perspektif outcome. Kedua, Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan, kinerja
kelompok penelitian obyek pengukuran berada pada kategori cukup yaitu level 3 dari 5
level dengan nilai 3.047.
Mengacu pada temuan tersebut, disarankan bagi Manajemen Lembaga X untuk
membuat kebijakan yang dapat meningkatkan kinerja kelompok penelitian. Peningkatan
kinerja kelompok penelitian dapat dilakukan dengan beberapa hal antara lain
peningkatan jumlah SDM peneliti yang berkualitas dari tahun ke tahun untuk
meningkatkan output penelitian dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi. Sedangkan
untuk meningkatkan jumlah sitasi dan jumlah download, manajemen dapat mendorong
peneliti untuk menghasilkan hasil penelitian dengan kualitas yang bagus sehingga dapat
mempublikasikannya pada media publikasi internasional yang terindeks minimal
googlescholar yang diikuti dengan penghargaan terhadap kelompok penelitian karena
perannya dalam meningkatkan penggunaan layanan informasi dan pengetahuan
Lembaga dan juga mengenalkan Lembaga dalam dunia internasional demi terwujudnya
visi dan misi Lembaga.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Sik Sumaedi, Medi Yarmen, Tri Widianti,
Tri Rakhmawati, M. Azwar Massijaya dan I Gede Mahatma Yuda Bakti dari kelompok
penelitian Manajemen Mutu dan juga kepada Dewi Indah dan Sri Supadmi atas
kerjasama, dukungan dan bantuannya dalam proses penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1]

[2]

[3]
[4]
[5]

Bourne, M. Neely, A. Mills, J. dan Platts K, Implementing performance
measurement systems: a literature review, 2003, International journal business
performance management, Vol.5 No.1.
Altmann, J. Abbasi A. Dan Hwang J., Evaluating the productivity or researhers
and their comunities: the RP-indec and CP-index, 2009, International Journal of
Computer science and aplications, Vol.6 No.2, Hal 104-118.
Bremser, W.G. dan Barsky, N.P, Utilizing the balanced scorecard for R&D
performance measurement, 2004, R&D Management 34 (3), Hal.229-238.
Bigliardi, B. Dkk, A balanced scorecard approach for R&D: evidence from a case
study, 2010, Facilities, Vol. 28 No. 5/6, Hal 278-289.
Agustino, D. dkk, Developing a performance measurement system for public
347

ISSN 1907-7459

10th Annual Meeting on Testing and Quality 2015
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

[6]
[7]

[8]

[9]
[10]
[11]

[12]
[13]
[14]

research centres, 2012, International Journal of Business Science and Applied
Management, Vol.7 Iss.1.
Keban, Y.T. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik: Konsep, Teori dan Isu,
2004, Yogyakarta:Gaya Media.
Kemenkeu, Pedoman Penataan Arsitektur Dan Informasi Kinerja Dalam Rencana
Kerja Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, 2014, Kementerian
Keuangan, Jakarta.
Neely, A. Bourne, M. dan Kennerley, M., Performance measurement system
design: developing and testing a process-based approach, 2000, International
journal of operations & production management, Vol.20 No.10, Hal 1119-1145.
Varcoe, B. J.,Facilities performance measurement, 1996, Facilities, Vol.14 Iss
10/11, Hal.46 – 51
Neely, A., Measuring Business Performance: why, what, and how, 1998, The
Economist Books, London.
Chiesa, V. dan Frattini, F. Performance measurement of research and
development activities, 2009, European Journal of Innovation Management,
Vol.12 No.1, Hal. 25-61.
Coccia, M., R&D performance and identifying the productivity of public research
institutes, 2004, National Research Council of Italy.
Coccia, M., Models for Measuring the Research Performance and management of
the public labs, 2003, National Research Council of Italy.
LIPI, Peraturan Kepala LIPI No.2 Tahun 2014, tentang Petunjuk Teknis Jabatan
Funsional Peneliti, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

DISKUSI
Penanya
: Hermawan
Instansi
: PTICMR-BATAN
Pertanyaan :
1. Berapa perkiraan prosentasi kinerja indikator: jumlah download terhadap KTI hasil
penelitian?
Jawaban :
1. Presentase indikator jumlah download terhadap KTI hasil penelitian terhadap
kinerja Keltian adalah sebesar 17.5% sesuai dengan nilai bobotnya. Dan pada hasil
pengukuran keltian (3,05) indikator jumlah download terhadap KTI hasil penelitian
mempunyai porsi sebesar 5,73%.

348
ISSN 1907-7459