Buku Guru Daerahku Tercinta SMALB – Tunagrahita Ringan

SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

  Buku Guru Daerahku Tercinta Tunagrahita Ringan KELAS X

  KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 2014 Buku Guru Daerahku Tercinta SMALB – Tunagrahita Ringan

  Buku ini merupakan buku guru yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi kurikulum 2013. Buku guru ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan kurikulum 2013.

  Buku ini merupakan "dokumen hidup" yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang – Undang MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN

  Kontributor : Ratmartini, Purwanto Penyunting materi : (tim pengarah) Diterbitkan oleh : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kotak katalog dalam terbitan (KDT)

  Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Daerahku Tercinta

SMALB/A ~Tunagrahita Ringan : Buku Guru/ Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan. –Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014. viii, 148 hl. : ilus.; 25 cm. Untuk SMALB Kelas X

  ISBN 978-602-282-541-8 (jilid lengkap)

  ISBN 978-602-282-542-5 (jilid 1) Tematik - Daerahku Tercinta – Studi dan Pengajaran I. Judul

I. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

  Cetakan ke-1, 2014 Disusun dengan huruf Bookman Oldstyle , 12pt

BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

KATA PENGANTAR

  

Pemerintah Republik Indonesia telah menerbitkan Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Berdasarkan peraturan ini telah ditetapkan kebijakan baru pendidikan khususnya yang berkaitan dengan kurikulum yang berlanjut dengan penerapan kurikulum 2013.

Menurut peraturan ini, struktur kurikulum merupakan

pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Muatan Pembelajaran, Mata Pelajaran, dan Beban Belajar pada setiap satuan pendidikan dan program pendidikan. Khusus struktur Kurikulum untuk satuan pendidikan menengah termasuk untuk SMALB di antaranya terdiri atas muatan umum dan muatan pilihan lintas minat atau pendalaman minat.

  Pengembangan Kurikulum 2013 SMALB seperti juga pengembangan kurikulum 2013 SMA dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas

mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus

berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat

esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi

Kurikulum 2013.

  Dengan diberlakukannya implementasi kurikulum 2013 mulai tahun ajaran 2014/ 2015 di SMALB, Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (Dit.PPKLK) Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah mengembangkan kurikulum pendidikan khusus. Kegiatan ini telah berhasil merumuskan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sejumlah mata pelajaran bagi peserta didik di SMALB. Merujuk pada kurikulum tersebut, Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan

Khusus Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah

mengembangkan bahan ajar pendidikan khusus. Dari kegiatan

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN pengembangan tersebut telah diterbitkan sebanyak 54 jenisbahan ajar pendidikan khusus untuk peserta didik/siswa SMALB kelas

  

X Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita Ringan, Tunagrahita

Sedang, Tunadaksa Ringan, Tunadaksa Sedang, dan Autis, yang

terdiri dari 27 bahan ajar untuk peserta didik/siswa dan 27

bahan ajar untuk guru yang mencakup mata pelajaran Bahasa

Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Kewarganegaraan,

Matematika, dan Seni Budaya.

  Akhirnya, saya menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

berperan dalam penyusunan bahan ajar ini khususnya kepada

semua Penulis, Editor, dan Ilustratorserta team profesional dari

Dit. PPKLK Ditjen Pendidikan Menengah Kemendikbud di bawah

koordinasi Direktur Dit. Pembinaan Pendidikan Khusus dan

Layanan Khusus, dengan dibantu Kasubdit Pembelajaran, Kasi

Pelaksanaan Kurikulum, Kasi Penilaian dan Akreditasi yang telah

mengkoordinir penulis, penelaah/ editor, illustrator, dan tim

teknis Dit. PPKLK serta staf subdit pembelajaranDit. PPKLK

sehingga atas kerja keras dan bekerja dengan penuh konsentrasi dapat dihasilkannya bahan ajar ini. Semoga ketersediaan bahan ajar ini akan mendorong semua guru dan Kepala Sekolah SMALB

untuk meningkatkan kapasitasnya dalam memahami dan

menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran dalam mengelola kelas dan mengembangkan sekolah serta bagi guru diharapkan dapat

menerapkan pendekatan saintifik dan penilaian otentik pada

setiap kegiatan pembelajaran supaya dihasilkan lulusan SMALB yang kreatif, produktif, inovatif, dan mandiri serta memiliki sikap ilmiah.

  Jakarta, Mei 2014. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan MOHAMMAD NUH

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

DAFTAR ISI

  Kata Pengantar ……………………………………………..…… iv Daftar Isi ………………………………………………………….. vi

BAB I PENDAHULUAN

  1 Latar Belakang……………………………….

  1 A.

  2 B. Karakteristik Siswa………………………….

  C. Karaktersitik Pembelajaran Tematik……

  5 D. Ruang Lingkup Isi Buku…………………..

  6 E. Penggunaan Buku Siswa…………………..

  7 BAB II PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN Model-model Pembelajaran………………..

  10 A.

  B. Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Anak Tunagrahita……………………………

  19

  23 C. Penyusunan Jaringan Tema………………

  24 D. Silabus………………………………………….

BAB III PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN I KUNJUNGAN WISATA Pendahuluan………………………………….

  33 A.

  33 B. Tujuan Pembelajaran……………………….

  34 C. Media/Alat Bantu dan Sumber Belajar…

  34 D. Materi dan Kegiatan Pembelajaran………

  45 E. Penilaian Pembelajaran……………………. Remedial/Pengayaan……………………….

  50 F.

  

BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

  PEMBELAJARAN II MENONTON PERTUNJUKAN Pendahuluan………………………………….

  55 A. Tujuan Pembelajaran……………………….

  55 B.

  C. Media/Sumber Belajar……………………..

  56 Materi dan Kegiatan Pembelajaran……...

  56 D. Rangkuman……………………………………

  68 Evaluasi………………………………………..

  69 Pengayaan/Remedial……………………….

  72 PEMBELAJARAN III

  KERJA BHAKTI Pendahuluan………………………………….

  81 A.

  81 B. Tujuan Pembelajaran……………………….

  82 C. Media/Sumber Belajar……………………..

  82 D. Materi dan Kegiatan Pembelajaran…….. Rangkuman…………………………………..

  91 Evaluasi………………………………………..

  92 PEMBELAJARAN IV

  MENYANYI Pendahuluan………………………………….

  96 A.

  96 B. Tujuan Pembelajaran……………………….

  97 C. Kegiatan Pembelajaran…………………….. Rangkuman…………………………………… 104

  Evaluasi………………………………………. 105 Pengayaan/Remedial……………………… 108

  PEMBELAJARAN V MENANAM POHON

  Pendahuluan…………………………………. 111 A.

  111 B. Tujuan Pelajaran……………………………. Rangkuman…………………………………… 120

  Evaluasi……………………………………….. 121 125 Remedial/Pengayaan………………………..

  

BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

  PEMBELAJARAN VI MEMBUAT POSTER

  Pendahuluan…………………………………. 127 A.

  127 B. Tujuan Pembelajaran………………………. Rangkuman…………………………………… 136 Evaluasi……………………………………….. 137 Pengayaan/Remedial………………………. 141

  GLOSARIUM………………………………………………………. 143 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………. 145

  

BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan pandangan masyarakat

  mengenai pendidikan tentu akan berpengaruh pada kebutuhan akan peningkatan mutu pendidikan termasuk peningkatan mutu pembelajaran. Peningkatan dan pengembangan perangkat pembelajaran sangat dibutuhkan dalam membelajarkan siswa berkebutuhan khusus, termasuk anak tunagrahita yang keadaannya terdapat perbedaan baik antar dan intra dari anak-anak tersebut.

  Dalam upaya mengembangkan pembelajaran bagi anak tunagrahita digunakan beberapa model pembelajaran, di antaranya pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik pada hakekatnya merupakan salah satu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, mencoba dan mengomunikasikan apa yang dipelajarinya sehingga menemukan pengalaman belajar secara holistik, autentik, dan berkesibambungan. Dengan pembelajaran tematik siswa belajar melalui interaksi diri sendiri dengan lingkungannya.

  Berdasarkan keberadaannya anak tunagrahita memiliki kecenderungan belajar dengan ciri: konkret, integratif, dan hierarkis, serta bermakna. Konkret mengandung makna

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN bahwa proses belajar dimulai dari yang nyata (dapat dilihat, diraba, dibaui) yang ada di lingkungannya, Integratif, dimaksudkan siswa memandang apa yang dipelajari merupakan suatu keutuhan atau keterpaduan. Hal ini berarti materi pembelajaran mengaitkan berbagai hal sehingga menjadi pengalaman belajar yang bermakna.

  

Hierarkis adalah mempelajari dari hal yang mudah ke hal

  yang sulit. Oleh karena itu pembelajaran pada anak tunagrahita perlu memperhatikan urutan logis, keterkaitan antar materi pelajaran, dan keluasannya. Bermakna, jika anak mengalami dan bukan mengetahui tentang apa yang dipelajarinya. Siswa dapat memiliki pengalaman tentang apa yang dipelajarinya dengan jalan mengamati, menanyakan, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan apa yang dipelajarinya.

B. Karakteristik Siswa

  Dalam dunia pendidikan terdapat sejumlah anak yang membutuhkan waktu lebih lama dalam belajarnya dibandingkan dengan kawan yang sebaya.Namun, anak- anak tersebut bukanlah termasuk anak tunagrahita. Penentuan apakah seorang anak termasuk ke dalam tunagrahita atau bukan adalah adanya keterbatasan kecerdasan dari rata-rata/anak normal yang disertai kesulitan dalam tingah laku penyesesuain dan terjadi selama masa perkembagan(usia 0–18 tahun).

  Salah satu definisi mengenai anak tunagrahita dikemukakan oleh AAMD (American Association on Mental

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

  Deficiency) yang dikutip oleh Grossman (Kirk & Gallagher,

  1986) alih bahasa Astati (2011:9): ”Tunagrahita mengacu pada fungsi intelek umum yang nyata berada di bawah rata- rata bersamaan dengan kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan terjadi selama periode perkembangan.” Arti dari definisi tersebut mengisyaratkan bahwa seseorang disebut tunagrahita harus memiliki ketiga ciri tersebut, yaitu fungsi intelektual berada di bawah rata-rata secara nyata/meyakinkan, kesulitan dalam perilaku adaptif, dan terjadi di usia 0–18 tahun.

  Berdasarkan berat dan ringannya ketunagrahitaan dikelompokkan: tunagrahita ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Yang menjadi pembahasan dalam tulisan ini adalah anak tunagrahita ringan berusia 16-18 tahun dengan perkiraan usia kecerdasannya setara dengan anak normal usia 10 sampai 13 tahun sehingga diperkirakan pelajaran mereka setara dengan anak normal kelas IV-VII semester I.

  Pemahaman mengenai karakteristik anak tunagrahita ringan sangat penting untuk mengarahkan guru dalam merencanakan dan mengimplementasikan layanan pendidikan atau pembelajaran yangsesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak-anak tersebut. Karakteristik anak-anak tersebut adalah: 1) mengalami keterbatasan dalam perbendaharaan kata namun banyak yang lancar berbicara, 2) mengalami kesulitan berpikir abstrak tetapi masih dapat mengikuti pelajaran akademik

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN seperti anak normal usia 12 tahun, 3) dalam pergaulan mereka kurang mampu mengurus, memelihara dan memimpin diri, 4) mereka dapat mengerjakan hal-hal yang sifatnya semi skill, 5) mereka mampu bergaul di masyarakat, 6) mereka dapat hidup layak di masyarakat asalkan memperoleh bimbingan yang optimal." (adaptasi dari Amin, 1995: 34-35). Sejalan dengan karakteristiktersebut maka kecenderungan perkembangan berpikir anak tunagrahita ringan pada usia 16-18 tahun setara dengan anak normal usia 12 tahun. Tahapan berpikir pada usia ini menurut Piaget adalah “operasi konkret dan awal operasi formal)dengan ciri tingkah laku anak : 1) anak mulai memandang dunia secara obyektif, 2) mulai berpikir secara operasional, 3) mengkalsifikasi benda, 4) membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan, mempergunakan hubungan sebab akibat, dan 5) memhami dan menggunakan konsep substansi, ukuran dalam kehidupan sehari-hari (adaptasi dari Rusman, 2011: 150).

  Adapun ciri belajar anak tunagrahita adalah belajar dengan membeo, cenderung pada hal bersifat konkret, membutuhkan kesesuaian usia kecerdasan dengan materi pelajaran, membutuhkan alat bantu, dan lain lain (Wardani, 2008:6.23)

  Berdasarkan hal tersebut pembelajaran yang berdasarkan karakteristik, tahapan berpikir, dan pemanfaatan lingkungan serta ciri belajar anak tunagrahita harus menggunakan pembelajaran tematik yang mampu

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN mewujudkan proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas bagi anak-anak tunagrahita ringan.

C. Karakteristik Pembelajaran Tematik

  Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran anak tunagrahita karena makna pembelajaran tematik yakni mewujudkan pembelajaran di sekolah dengan mengaitkan kehidupan sehari-hari. Pernyataan tersebut sesuai dengan pembelajaran pada tunagrahita yakni menyesuaikan bahan pembelajaran dengan kehidupannya sehari-hari yang bertujuan agar setelah anak menyelesaikan pendidikan mereka dapat hidup dan menyesuaikan diri di masyarakat. Pembelajaran tematik berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan siswa.

  Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang menekankan pada penetapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Karena itu pembelajaran tematik haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak, (Piaget dalam Ruslan: 2011:254). Pernyataan tersebut sesuai dengan keberadaan anak tunagrahita termasuk tunagrahita ringan.

  Pembelajaran tematik yang merupakan salah satu model pembelajaran mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut: 1) berpusat pada siswa, maksudnya pembelajaran ini termasuk pendekatan belajar modern yang menempatkan

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN siswa sebagai subyek dan guru hanya sebagai fasilitator (memberikan kemudahan pada siswa untuk melakukan sesuatu), 2) memberikan pengalaman langsung, maksudnya siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (melakukan langsung) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang abstrak, 3) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, maksudnya fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa, 4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, maksudnya siswa dapat memahami konsep tertentu secara utuh, 5) bersifat fleksibel, maksudnya guru dapat mengaitkan bahan ajar dari mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan mengaitkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada, 6) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, maksudnya siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensinya, dan 7) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan (adaptasi dari Ruslan, 2011: 258-259).

  Karakteristik tersebut sesuai dengan cara-cara belajar anak tunagrahita ringan, seperti: belajar dengan melakukan, belajar sambil bermain, belajar dengan suasana fleksibel, materi pelajaran dihubungan dengan lingkungannya.

D. Ruang Lingkup Isi Buku

  Buku ini memuat beberapa hal, yaitu:

  Bab I : Pendahuluan meliputi: latar belakang, BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

  karakteristik siswa, karakteristik bahan ajar, dan rambu-rambu penyusunan dan penggunaan buku siswa.

  Bab II : Pengembangan pembelajaran meliputi: model-model pembelajaran, strategi pembelajaran, pemetaan SI, KD ke dalam tema, penyusunan jaringan tema, penyusunan silabus. Bab

  III : Pelaksanaan pembelajaran meliputi: pelaksanaan pembelajaran subtema 1, 2, 3, 4, 5 dan 6.

E. Penggunaan Buku Siswa

1. Penyusunan Buku

  Alur penyusunan buku siswa adalah:

  a. Menentukan tema Dimulai dengan menentukan kata kunci dari analisis SI dan KD tiap mata pelajaran.

  b. Membuat subtema Subtema ditentukan jika diperlukan artinya jikatema pembelajaran terlalu luas.

  c. Kegiatan pembelajaran Kegiatan pembelajaran ditentukan dengan melihat kompetensi apa yang harus dimiliki siswa setelah mempelajari tema atau subtema tertentu.

  d. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran memuat 5 (lima) unsur pendekatan, yaitu: mengamati, BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

  menanya, mengekplorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

2. Penggunaan Buku

  Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam menggunakan buku siswa adalah: a. Isi buku

  Buku siswa berisi tentang tema Daerahku Tercinta terdiri 6 subtema dalam 6 pembelajaran sebagai berikut: 1)

  Kunjungan wisata 2)

  Menonton pertunjukkan 3)

  Kerja bakti 4)

  Menyanyi 5)

  Menanam pohon

6) Membuat poster.

  b. Subtema dan Kegiatan Pembelajaran 1)

  Subtema dan kegiatan pembelajaran yang tertulis dalam buku siswa sebaiknya dipelajari oleh siswa secara berurutan, namun apajika siswa mengalami kesulitan maka hal tersebut dapat mempelajarinya sesuai dengan kemampuan siswa. 2)

  Materi kegiatan pembelajaran merupakan arahan, karena itu guru dapat mengembangkannya sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.

  Pendekatan yang digunakan yang tidak 3) tersurat dalam kegiatan pembelajaran dapat divariasikan artinya tidak mencantumkan pendekatan saintifik secara lengkap namun dapat memilih pendekatan tersebut.

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

BAB II PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN A. Model-Model Pembelajaran Model-model pembelajaran yang dapat digunakan

  dalam pembelajaran anak tunagrahita adalah model- model pembelajaran yang digunakan pada pembeajaran anak normal. Namun dalam memilih dan menentukan model pembelajaran harus memperhatikan karakterisitik dan kebutuhan siswa serta karakteristik pembelajaran. Dapat saja terjadi bahwa model pembelajaran yang tidak digunakan pada pembelajaran anak normal justru digunakan pada pembelajaran anak tunagrahita atau sebaliknya model pembelajaran utama bagi pendidikan anak normal tidak digunakan pada pembelajaran anak tunagrahita.

  Berdasarkan pernyataan di atas maka guru dapat menentukan sendiri model-model pembelajaran dengan melihat kebutuhan, kedalaman dan keluasan materi pembelajaran, kemampuan siswa, ketersediaan fasilitas dan keadaan lingkungan, serta tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu dapat terjadi tiap siswa membutuhkan model pembelajaran khusus yang kemungkinan tidak digunakan pada teman sekelasnya.

  Model-model pembelajaran yang dimaksud di antaranya:

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

1. Model Pembelajaran Kontekstual

  a. Makna model kontekstual

  Model pembelajaran kontekstual merupakan bentuk pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa sehingga dapat mendorong siswa menghubungkan antara yang dipelajarinya di sekolah dengan penerapannya dalam kehidupan siswa di keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya diperlukan untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk melakukan, mencoba, melaksanakannya sendiri, menemukan pengalaman dan bukan hanya sekedar mendengarkan dan menghafalkan.

  Melalui model pembelajaran kontekstual berarti mencari dan memfasilitasi siswa untuk mampu menerapkan apa yang dipelajarinya dalam kehidupan. Karena itu pembelajaran lebih bermakna, keberadaan sekolah dirasakan lebih fungsional karena apa yang diprogramkan oleh sekolah berkaitan dengan siatuasi dan permasalahan kehidupan di lingkungan siswa tersebut. Dengan demikian pembelajaran tidak hanya melihat produk akan tetapi yang terpenting adalah proses.

  b. Ciri model pembelajaran kontekstual

  Berdasarkan uraian singkat tersebut maka desain pembelajaran kontekstual bersifat fleksibel, tidak kaku.

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

  Oleh karena itu, desain pembelajaran akan bervariasi bergantung pada tujuan dan materi serta karakteristik siswa yang akan belajar. Model ini tentu saja memiliki kesamaan dengan model lain namun memiliki karakteristik atau ciri khas tertentu, seperti:

  1) Konstruktivisme (Contructivisme) Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam pembelajaran kontekstual bahwa pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit dan memberi makna akan pengetahuan tersebut melalui pengalaman yang nyata. Jadi, pengetahuan tetap dibutuhkan karena pengetahuan yang dimiliki siswa dapat memberikan pedoman nyata untuk diaktualisasikan dalam kondisi nyata.

  Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu dirumuskan strategi untuk membelajarkan siswa menghubungkan antara setiap konsep dengan kenyataan. 2) Menemukan (Inquiry)

  Menemukan, merupakan kegiatan inti dalam pembelajaran kontekstual bahwa hasil pembelajaran yang diperoleh dari penemuan siswa sendiri diyakini akan menimbulkan kepuasan emosional dan bersifat lebih tahan lama diingat oleh siswa, dan memacu kreativitas siswa, jika dibandingkan dengan sepenuhnya merupakan pemberian dari guru.

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

  3) Bertanya (Questioning) Penerapan unsur bertanya dalam pembelajaran telah lama dikenal dan hal ini tentu merupakan kegiatan yang harus difasilitasi guru untuk mendorong meningkatnya kualitas pembelajaran. Melalui penerapan bertanya, pembelajaran akan lebih hidup, proses dan hasil pembelajaranlebih luas dan mendalam. Pengembangan kemampuan bertanya dapat digunakan untuk pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa, mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, memfokuskan perhatian siswa, membangkitkan pertanyaan dari siswa, dan menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

  4) Masyarakat Belajar (Learning Community) Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar yang ada di masyarakat dan orang lain melalui pengalaman saling memberi dan menerima. Melalui masyarakat belajar maka akan terwujud keberadaan siswa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

  Melalui penerapan masyarakat belajar dalam pembelajaran kontekstual akan membiasakan siswa atau guru untuk mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dari komunitas lain dan

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN sebaliknya anggota masyarakat akan terus menyiapkan diri untuk menerima perubahan sebagai akibat belajar dalam kehidupan nyata. 5) Refleksi (Reflection)

  Melalui refleksi, siswa diberi area kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri. Dengan demikian kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada dunia nyata akan mudah teraktualisasikan karena pengalaman belajar itu telah terinternalisasi dalam jiwa siswa. 6) Penilaian otentik (Authentic Assessment)

  Penilaian otentik adalah penilaian yang mengharuskan siswa menampilkan kemampuan- nya dalam kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan dilakukan pada sepanjang proses pembelajaran dan akhir pembelajaran. Dengan cara tersebut guru akan mengetahui secara nyata tingkat kemampuan siswa yang sebenarnya dan guru dapat mengadakan bimbingan sebagai upaya perbaikan dan pengembangan pembelajaran. (adaptasi dari Rusman, 2011: 193-198).

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

2. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Makna pembelajran kooperatif

  Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam pembelajaran ini siswa belajar bekerja sama dengan anggota kelompok lainnya dan menekankan kerja sama dalam kelompok, Dengan demikian terjadi dua tanggung jawab yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.

  Pembelajaran kooperatif dibutuhkan karena dalam sistuasi belajar pun sering terjadi sikap individualitas seperti bersikap tertutup, kurang memberi perhatian kepada teman, bergaul hanya dengan orang tertentu ingin menang sendiri, dan sebagainya. Jika hal ini dibiarkan maka akan terjadi warga negara yang egois, kurang bergaul di masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga, kurang menghargai orang lain, serta tak mau menerima kelebihan dan kelemahan orang lain.

  Ciri-ciri dan jenis-jenis model pembelajaran b. kooperatif

  Ciri utama yang terlihat dalam pembelajaran kooperatif adalah: 1) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya, 2) kelompok dibentuk darisiswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, 3)

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN jikamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda, 4) penghargaan lebih berorientasi pada kelompok ketimbang individu.

  Jenis-jenis model pembelajaran di antaranya: 1) membuat pasangan dengan cara mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu topik dalam suasana yang menyenangkan, 2) model jigsaw, artinya gergaji ukir atau puzzle maksudnya sebuah tekateki menyusun potongan gambar di mana siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama; dan 3) model TGT (Teams

  Games Tournaments), yaitu permainan yang disusun

  oleh guru dalam bentuk pertanyaan yag berkaitan dengan materi pelajaran dan tiap siswa akan mengambil kartu pertanyaan dan menjawab pertanyaan tersebut dan hasilnya adalah merupakan skor kelompok (adaptasi dari Rusman, 2011: 217-224)

  

Implikasi model pembelajaran kooperatif dalam

c. pembelajaran

  Implikasi model tersebut dalam pembelajaran dapat dipersepsi dalam tiga segi, yaitu: Segi guru: a) guru menyampaikan tujuan 1. pembelajaran, b) guru menyajikan informasi melalui demonstrasi, c) guru menjelaskan tentang pembentukan kelompok, d) membimbing siswa saat bekerja kelompok, e)

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

  mengevaluasi dan menghargai upaya dan hasil belajar baik kelompok maupun individu.

  2. Segi siswa: a) siswa belajar dengan mengerjakan tugas kelompok, b) saling memotivasi sangat dibutuhkan, c) siswa didorong untuk mempersentasikan hasil pekerajaannya, dan d) bersedia menerima kritik untuk perbaikan.

  3. Segi materi pelajaran: a) menekankan pada masalah-masalah sosial, budaya, moral seni dan keterampilan (kegiatan proyek) yang menghasilkan kesadaran yang mengarah pada masyarakat demokratis.

3. Model Pembelajaran Perilaku

  a. Makna model pembelajaran perilaku

  Model pembelajaran yang didasarkan pada urutan tahapan belajar yang ketat dan menggunakan penguatan (reinforcement) untuk mendapatkan tingkah laku yang dapat diamati. Penekanan utama model ini adalah perubahan perikaku siswa atau respon siswa yang dapat diamati dalam menjawab pertanyaan, tingkah laku yang tampak yang menunjukkan makna tertentu (Amin, 1995:187).

  

b. Implikasi model perilaku dalam pembelajaran

  Implikasi model ini dalam pembelajaran dapat dipersepsi dalam tiga segi sebagai berikut:

  Segi guru:

  1) menjajikan materi pelajaran secara bertahap, 2) pemahaman tentang hasil tes materi pelajaran diperoleh dengan cara mengamati jawaban siswa dan menghargai jawaban yang benar dan baik.

  Segi siswa:

  Menunjukkan pemaham dengan memancarkan tanggapan perilaku yang diinginkan.

  Segi materi pelajaran:

  Pada umumnya mencakup keterampilan- keterampilan dasar yang ditentukan oleh tujuan perilaku yang telah ditetapkan dan ditunjukkan dalam urutan langkah-langkah yang logis. Model-model pembelajaran yang telah dikemukakn di atas, dapat dipilih dan digunakan dalam pembelajaran bagi anak tunagrahita. Guru dapat menggunakan model-model ini sesuai dengan materi dan kemampuan siswa serta lingkungannya.

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

B. Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Anak

  Tunagrahita

  Strategi pembelajaran dalam pendidikan anak tunagrahita pada prinsipnya tidak jauh berbeda penerapannya dengan pendidikan pada umumnya. Pada hakekatnya strategi pembelajaran tersebut harus memperhatikan karakteristik siswa, tujuan belajar, dan ketersediaan sumber.

  Strategi pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran anak tunagrahita adalah strategi pembelajaran kooperatif, kompetetitif, dan individual. Berikut ini akan dikemukakan strategi yang dimaksud:

1. Strategi Pembelajaran Kooperatif

  Penerapan strategi kooperatif paling efektif pada kelompok siswa yang heterogen. Strategi ini bertitik tolak dari semangat kerja sama di mana siswa yang lebih mampu agar membantu temannya yang kurang mampu. Strategi ini sangat diperlukan dalam pembelajaran yang menyatukan anak tunagrahita dengan anak normal.

  Keunggulan dari strategi ini menurut Amin (1995: 188) adalah : a) membantu meningkatkan pretastai, b) merangsang peningkatan daya ingat, c) dapat meningkatkan motivasi belajar, d) meningkatkan sosialialisasi antara anak tunagrahita dan anak normal, e) menumbuhkan penghargaan anak normal terhadap kemampuan anak tunagrahita, f) meningkatkan harga

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN diri anak tunagrahita, dan g) memberi kesempatan pada anak tunagrahita untuk mengembangkan potensinya seoptimal mungkin.

  Dalam melaksanakan strategi kooperatif guru harus trampil terutama dalam menentukan tempat, menentukan jumlah kelompok dan materi pembelajaran, serta merancang tugas setiap anak. Namun tidaklah mudah melaksanakan strategi ini karena strategi ini membutuhkan pengalaman, kesungguhan, dan kecintaan guru terhadap profesinya.

2. Strategi Pembelajaran Kompetitif

  Pada hakekatnya setiap inidividu memiliki kebutuhan untuk mencapai prestasi dan mendapat penghargaan. Karena itu dalam pembelajaran tunagrahita perlu menggunakan strategi ini walaunpun mereka tidak dapat berkompetisi secara akademik. Prinsip yang harus diperhatikan oleh guru jika menggunakan strategi ini adalah: a) kompetisi diadakan untuk memvariasi kegiatan, b) kompetisi harus diakukan pada anak yang kemampuannya seimbang.

  Dalam penggunaannya tentu saja mengalami kesulitan apalagi mengingat keterbatasan kemampuan anak tunagrahita. Keberadaan mereka dalam satu kelas sangat beragam, sedangkan strategi ini dapat berhasil kalau perserta didik homogen.

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

  Strategi Pembelajaran Individual atau 3. Individualisasi Pengajaran

  Pembelajaran Individual dikenal dalam istilah asing: Indivudalized Educational Programyang artinya program pendidikan yang disusun berdasarkan kemampuan dan kebutuhan siswa. Setiap anak mmiliki program tersendiri walaupun mereka belajar bersama- sama dalam satu kelas dan dalam waktu yang sama dengan bidang studi yang sama tetapi kedalaman dan keluasan materi berbeda-beda.

  Individualisasi pengajaran tampak pada hal-hal di bawah ini (Amin 1995:191): a) guru tidak hanya memusatkan perhatiannya kepada apa yang diajarkan, melainkan juga pada cara belajar siswa, b) kegiatan- kegiatan yang beraneka warna dan beraneka ragam dalam menciptakan lingkungan belajar, c) sesuainya aktivitas-aktivitas yang dilakukan dengan keadaan anak, d) ikutnya siswa dalam menetapkan apa yang dipelajarinya, e) tersedianya tempat untuk melakkan

  independent study dan group interuction, f) tersedianya

  tempat/fasilitas yang memungkinkan anak menjangkaunya atau mengambil yang diperlukan.

  Strategi pembelajaran individual menjamin bahwa tiap siswa memiliki program yang diindividualisasikan untuk mempertemukan kebutuhan khas siswa dan mengomunikasikan program tersebut kepada orang- orang yang berkepentingan. Karena itu dalam merumuskan program dilakukan suatu tim yang terdiri

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN dari guru, orangtua, pemuka masyarakat, pemegang kebijakan, kepala sekolah dan kalau memungkinkan siswa itu sendiri.

  Strategi pembelajaran dapat saja dipilih dan ditentukan guru atau mengmbil dari strategi lain yang kemungkinan sesuai dengan situasi, materi pembelajaran serta kebutuhan siswa dan lingkungannya.

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

C. Penyusunan Jaringan Tema

  

BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

D. Silabus SILABUS

  Sekolah : SMALB/C Mata Pelajaran : PPKN, Bahasa Indonesia, Matematika,

  IPS, IPA, Seni Budaya Kelas / Semester : X/ I Tema : Daerahku Tercinta

  Kompetensi Inti:

  Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang 1. dianutnya sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus.

  Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, 2. tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus. Memahami, menerapkan, dan menganalisis 3. pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

  BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

SUM-BER BELAJAR

NO KOMPETENSI DASAR MATERI PO-KOK

1 PPKn

  3. Siswa mencari contoh-

contoh suku

  IPA IV, Aprillia (BSE) Buku Paket Seni Budaya kelas IV (BSE) Paket

  IPS IV, Budi S (BSE)

  VIII, Yulianti S (BSE) Matemat ika Kelas V, RJ Sunaryo (BSE)

  4 x 40 m Buku PPKn Kelas IV (BSE) BI Kelas

  Performa Porto- folio 6 jp x

  

BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

  kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

  2. Siswa melakukan

tanya jawab

tentang suku

bangsa Indonesia sesuai dengan

gambar yang

dilihat.

  Bertanya

  1. Siswa mengamati gambar bermacam-

macam suku

bangsa

Indonesiadi

depan kelas.

  Bangsa di Indonesia

Mengamati

  2.3 Menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam pasal- pasal Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam berbagai aspek kehidupan ideologi, politik, Suku

  1.1 Menghayati nilai-nilai ajaran agama dan kepercayaan dalam kehidupan bermasyarakat

  

KEGIATAN

PEMBELA-

JARAN

PENILAIAN ALOK ASI WAKT U

  4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

  

Mengeksplor

isasi

SUM-BER BELAJAR

  

BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

  

KEGIATAN

PEMBELA-

JARAN

PENILAIAN ALOK ASI WAKT U

NO KOMPETENSI DASAR MATERI PO-KOK

  ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamana, serta hukum.

  2.5 Mengamalkan perilaku toleransi dan harmoni keberagaman dalam kehidupan bermasyaraka, berbangsa, dan bernegara Indonesia.

  3.1 Menganalisis sederhana kasus-kasus pelanggaran HAM dalam rangka pelin- dungan dan pemajuan HAM sesuai dengan nilai- nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyaraka, berbangsa, dan bernegara.

  4.1 Menyaji kasus–kasus pelanggaran HAM dalam rangka perlindungan dan pemajuan HAM sesuai dengan nilai- nilai Pancasila dalam kehidupan bangsa Indonesia

selain yang

ada pada

gambar yang

dipasang di

depan kelas.

  

Mengasosiasi

  4. Siswa

mengelompo

k-kan gambar-

gambar yang

berhubungan

dengan suku

bangsa Indonesia

Mengomuni

kasikan

  5. Siswa

menceritaka

n salah satu

suku bangsa

Indonesia yang

disenangi.

  Penjasor kes IV (BSE)

SUM-BER BELAJAR

NO KOMPETENSI DASAR MATERI PO-KOK

2 Bahasa

  

Mengeksplor

isasi

  Paket Bahasa Indonesia

  Performa portofolio 6 jp x 4 x 40 m Buku

  4. Siswa

mengelompo

kkan gambar-

gambar yang

berhubungan

  

Mengasosiasi

  3. Siswa mencari contoh- Daerah Wisata Indonesia

selain yang

ada pada

gambar yang

dipasang di

depan kelas.

  

BUKU GURU : DAERAHKU TERCINTA TUNAGRAHITA RINGAN

  

KEGIATAN

PEMBELA-

JARAN

PENILAIAN ALOK ASI WAKT U

  Bertanya

  1. Siswa

mengamati

gambar bermacam- macam Daerah Wisata

Indonesiadi

depan kelas.

  Daerah Wisata

Mengamati

  3.2.Mengenal isi teks laporan hasil observasi dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosa kata baku Menulis teks

  2.1. Memiliki tutur kata santun dalam penggunaan bahasa Indonesia dengan memilih dan memilah kosakata baku

  Indonesia Meresapi anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Indonesia yang diakui sebagai bahasa persatuan yang kokoh dan sarana belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan

  bermasyarakat , berbangsa, dan bernegara.

  2. Siswa

melakukan

tanya jawab

tentang Daerah Wisata Indonesia sesuai dengan

gambar yang

dilihat.

SUM-BER BELAJAR

NO KOMPETENSI DASAR MATERI PO-KOK

3 Matematika

  

Mengeksplor

isasi

  Paket Matemati ka

  6 jp x 4 x 40 m Buku

  Performa portofolio

  4. Siswa

menjelaskan

benda di

kelas yang

  

Mengasosiasi

  3. Siswa mencari nama

bangun datar

yang ada

pada gambar

yang telah di