Buku Guru PROFESI SMALB - Tunadaksa Sedang

  Buku Guru PROFESI Tunadaksa Sedang KELAS X

  KURIKULUM 2013

SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA

  Buku Guru P R O F E S I SMALB - Tunadaksa Sedang

  Buku ini merupakan buku guru yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi kurikulum 2013. Buku guru ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudaya- an, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan kurikulum 2013.

  Buku ini merupakan "dokumen hidup" yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan per- ubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat mening- katkan kualitas buku ini. Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang – Undang MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN

  Kontributor : Nikmah, M.Pd Penyunting materi : (tim pengarah) Diterbitkan oleh : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kotak katalog dalam terbitan (KDT)

  Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Profesi - SMALB TUNADAKSA SEDANG : Buku Guru/ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. –Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014. viii, 220 hl. : ilus.; 25 cm.

  ISBN..................................................(jilid lengkap) Untuk SMALB Kelas X

  ISBN..................................................(jilid I)

  ISBN 978-602-282-565-4 (jilid lengkap)

  ISBN 978-602-282-566-1 (jilid 1) Tematik – Studi dan Pengajaran

  I. Judul I. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

  Cetakan ke-1, 2014 Disusundenganhuruf Bookman Oldstyle , 12pt

KATA PENGANTAR

  

Pemerintah Republik Indonesia telah menerbitkan Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Berdasarkan peraturan ini telah ditetapkan kebijakan baru pendidikan khususnya yang berkaitan dengan kurikulum yang berlanjut dengan penerapan kurikulum 2013.

Menurut peraturan ini, struktur kurikulum merupakan

pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Muatan Pembelajaran, Mata Pelajaran, dan Beban Belajar pada setiap satuan pendidikan dan program pendidikan. Khusus struktur Kurikulum untuk satuan pendidikan menengah termasuk untuk SMALB di antaranya terdiri atas muatan umum dan muatan pilihan lintas minat atau pendalaman minat.

  Pengembangan Kurikulum 2013 SMALB seperti juga pengembangan kurikulum 2013 SMA dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas

mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus

berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat

esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi

Kurikulum 2013.

  Dengan diberlakukannya implementasi kurikulum 2013 mulai tahun ajaran 2014/ 2015 di SMALB, Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (Dit.PPKLK) Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah mengembangkan kurikulum pendidikan khusus. Kegiatan ini telah berhasil merumuskan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sejumlah mata pelajaran bagi peserta didik di SMALB. Merujuk pada kurikulum tersebut, Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan

Khusus Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah mengembangkan bahan ajar pendidikan khusus. Dari kegiatan pengembangan tersebut telah diterbitkan sebanyak 54 jenisbahan ajar pendidikan khusus untuk peserta didik/siswa SMALB kelas

  

X Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita Ringan, Tunagrahita

Sedang, Tunadaksa Ringan, Tunadaksa Sedang, dan Autis, yang

terdiri dari 27 bahan ajar untuk peserta didik/siswa dan 27

bahan ajar untuk guru yang mencakup mata pelajaran Bahasa

Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Kewarganegaraan,

Matematika, dan Seni Budaya.

  Akhirnya, saya menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

berperan dalam penyusunan bahan ajar ini khususnya kepada

semua Penulis, Editor, dan Ilustratorserta team professional dari

Dit. PPKLK Ditjen Pendidikan Menengah Kemendikbud di bawah

koordinasi Direktur Dit. Pembinaan Pendidikan Khusus dan

Layanan Khusus, dengan dibantu Kasubdit Pembelajaran, Kasi

Pelaksanaan Kurikulum, Kasi Penilaian dan Akreditasi yang telah

mengkoordinir penulis, penelaah/ editor, illustrator, dan tim

teknis Dit. PPKLK serta staf subdit pembelajaranDit. PPKLK

sehingga atas kerja keras dan bekerja dengan penuh konsentrasi dapat dihasilkannya bahan ajar ini. Semoga ketersediaan bahan ajar ini akan mendorong semua guru dan Kepala Sekolah SMALB

untuk meningkatkan kapasitasnya dalam memahami dan

menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran dalam mengelola kelas dan mengembangkan sekolah serta bagi guru diharapkan dapat

menerapkan pendekatan saintifik dan penilaian otentik pada

setiap kegiatan pembelajaran supaya dihasilkan lulusan SMALB yang kreatif, produktif, inovatif, dan mandiri serta memiliki sikap ilmiah.

  Jakarta, Mei 2014. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan MOHAMMAD NUH

DAFTAR ISI

  KATA PENGANTAR …………………………………………. iv DAFTAR ISI ………………………………………………….. vi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang ………………………………..………. 1 A. B. Ruang Lingkup ………………………………..………. 4 C. Pengembangan Materi ……………………………….. 4 D. Kalsifikasi Tunadaksa ……………………………….. 5 BAB II MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Pendekatan Tematik …………………………………… 16 A. B. Model-Model Pembelajaran ………………………….. 16

  1. Model Pembelajaran Langsung ………………… 16

  2. Model Pembelajaran Kooperatif .................... 18

  3. Model Pembelajaran Kontekstual …………….. 19

  4. Kerjasama dengan Orang Tua …………….…… 20

  BAB III KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR Tujuan Umum ………………………………………….. 21 A. B. Strategi Umum Pembelajaran Mengacu pada Buku Siswa ……………………………………………………… 23 C. Penggunaan Media dan Sarana Prasarana ………. 24 D. Tujuan Pembelajaran Tematik ……………………… 24 E. Penilaian ……………………………………………….... 25

  BAB IV BAGIAN KHUSUS Pendahuluan ……………………………………………. 26 A. B. Materi dan Kegiatan Pembelajaran ………………… 27 Pembelajaran 1 …………………………………... 32 1. Pembelajaran 2 …………………………………... 44 2. Pembelajaran 3 …………………………………... 58 3. Pembelajaran 4 …………………………………... 66 4. Pembelajaran 5 …………………………………... 75 5. Pembelajaran 6 …………………………………... 83 6. Sub Tema 2 Barang dan Jasa Pembelajaran 1 …………………………………... 91 A. B. Pembelajaran 2 …………………………………... 104 C. Pembelajaran 3 …………………………………... 113 D. Pembelajaran 4 …………………………………... 121 E. Pembelajaran 5 …………………………………... 129 Sub Tema 3 Pekerjaan Orang Tuaku Pembelajaran 1 …………………………………... 139 A. B. Pembelajaran 2 …………………………………... 150 C. Pembelajaran 3 …………………………………... 162 D. Pembelajaran 4 …………………………………... 174 E. Pembelajaran 5 …………………………………… 187 Pembelajaran 6 …………………………………… 197 F. BAB V PENILAIAN ……………………………………………. 204 BAB VI PENGAYAAN ………………………………………… 207

  BAB VII REMEDIAL …………………………………………. 211 GLOSARIUM ………………………………………………….. 218 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………… 219

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap

  manusia. Hal ini berarti bahwa pendidikan sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas hidup manusia dipandang sebagai persoalan fundamental dan sangat penting untuk dialami dan diperoleh setiap individu tanpa dibatasi oleh ruang, waktu, dan latar belakang apapun. Pemahaman tentang kesempatan memperoleh pendidikan ini merupakan salah satu aspek yang dimuat dalam Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia yang menegaskan bahwa, "Setiap orang berhak mendapatkan kesempatan pendidikan sesuai dengan kemampuan dirinya."

  Berdasarkan pada konsep dasar hak asasi manusia, yang menekankan pentingnya pendidikan bagi semua (Educatian for All) di satu pihak, dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia di pihak lain, maka pemerintah Indonesia meyakini dan memandang bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang harus diberikan kepada setiap warganya dalam rangka memberikan kebebasan untuk mengembangkan kemampuan atau potensi yang dimiliki warga negaranya, sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menegaskan bahwa "Setiap warga mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Warga Negara diberikan kebebasan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan sepanjang hayat sesuai kemampuannya. Oleh karena itu, pemerintah wajib memfasilitasi terpenuhinya hak perolehan pendidikan bagi setiap warga Negara. Dalam rangka ini, pemerintah Indonesia menetapkan wajib belajar pendidikan dasar bagi setiap warganya serta bertanggug jawab atas penyelenggaraannya. Dengan perkataan lain, setiap warga negara diperlakukan untuk mendapatkan kesempatan perolehan pendidikan tanpa perlakuan diskriminatif dari segi apapun, baik fisik, mental, emosional, sosial, maupun dari segi ras, suku, agama, golongan, atau karakteristik lainnya.

  Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang dirancang untuk mengantisipasi kebutuhan kompetensi Abad 21. Pada abad ini, kemampuan kreativitas dan komunikasi akan menjadi sangat penting. Sejalan dengan itu, rumusan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dipergunakan dalam Kurikulum 2013 mengedepankan pentingnya kreativitas dan komunikasi. Sejalan dengan itu, kompetensi yang diharapkan dari seorang lulusan dirumuskan sebagai memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai kemampuan peserta didik. Kemampuan tersebut diperjelas dalam kompetensi inti yang salah satunya adalah menyajikan pengetahuan dalam bahasa yang jelas, logis dan sistematis, dalam

  karya yang estetis, atau dalam tindakan yang

  mencerminkan perilaku anak sehat, beriman, berakhlak mulia. Kompetensi tersebut dirancang untuk dicapai melalui proses pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) melalui kegiatan-kegiatan berbentuk tugas (project based learning) yang mencakup proses- proses mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan.

  Buku guru Tunadaksa Sedang (SLB-D1) ini disusun berdasarkan konsep Buku Pembelajaran Tematik untuk Siswa Kelas X disusun berdasarkan konsep di atas. Sebagaimana lazimnya buku teks pelajaran yang mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi buku ini memuat rencana pembelajaran berbasis aktivitas. Di dalamnya memuat urutan pembelajaran yang dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan peserta didik. Buku ini mengarahkan yang harus dilakukan peserta didik bersama guru dan teman sekelasnya untuk mencapai kompeten tertentu; bukan buku yang materinya dibaca, diisi, atau dihafal

  Pencapaian kompetensi pembelajaran tematik seperti rumusan di atas, menuntut pendekatan pembelajaran tematik juga, yaitu mempelajari semua mata pelajaran secara terpadu melalui tema-tema kehidupan yang dijumpai peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik diajak mengikuti proses pembelajaran transdisipliner di mana kompetensi yang diajarkan dikaitkan dengan konteks peserta didik dan lingkungannya. Materi-materi pada mata pelajaran-mata pelajaran dikaitkan satu sama lain sebagai satu kesatuan membentuk pembelajaran multidisipliner dan interdisipliner untuk menghindari tumpang tindih dan ketidakselarasan antarmateri mata pelajaran. Tujuannya adalah tercapainya efisensi materi yang harus dipelajari dan efektivitas penyerapannya oleh peserta didik. Buku ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

  B. Ruang Lingkup

  Buku Guru Tunadaksa Sedang ini membahas tentang tema "Profesi" dengan ruang lingkup tentang berbagai mecam pekerjaan yang ada di sekitar anak didik dan dengan tema ini diharapkan peserta didik dapat memilih salah satu pekerjaan sesuai dengan kemampuannya.

  C. Pengembangan Materi

  Materi yang dikembangkan dalam tema profesi adalah jenis-jenis pekerjaan, barang dan jasa dan pekerjaan orang tua.

D. Klasifikasi Tunadaksa

  Klasifikasi anak tunadaksa bermacam-macam. Salah satu di antaranya dilihat dari sistem kelainannya yang terdiri atas: (1) kelainan sistem cerebral (otak dengan segala fungsinya) dan, (2) kelainan sistem musculus

  

skeletal (jaringan otot dan rangka). Klasifikasi ini

  dimaksudkan agar lebih mudah memberikan layanan pendidikan terhadap anak.

1. Kelainan Pada Sistem Cerebral

  Kelainan pada sistem cerebral terletak pada sistem saraf pusat, seperti cerebral palsy (CP) atau kelumpuhan otak. Cerebral palsy ditandai adanya kelainan gerak, sikap atau bentuk tubuh, gangguan koordinasi, kadang-kadang disertai gangguan psikologis dan sensoris yang disebabkan oleh adanya kerusakan atau kecacatan pada masa perkembangan otak. Klasifikasi anak tunadaksa ke dalam kelompok ini didasarkan pada letak penyebab gangguan yaitu syaraf pusat. Pada kelompok ini adalah cerebral palsy, biasa disingkat menjadi CP. Cerebral artinya otak, sedangkan palsy artinya ketidakmampuan motorik, sehingga CP dimaksudkan sebagai ketidakmampuan motorik atau bergerak yang disebabkan karena fungsi otak terganggu. Dengan demikian CP adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan ketidakmampuan fungsi motorik yang diakibatkan oleh rusaknya otak (karena sebab-sebab yang ada di otak). Karena kondisi tersebut anak CP mengalami masalah dalam koordinasi otot. Sebenarnya otot itu sendiri normal, akan tetapi otak tidak dapat mengirimkan sinyal-sinyal yang penting untuk memerintahkan otot kapan ia harus mengejang (memendek) dan kapan harus meregang (memanjang). Pada kondisi CP yang kompleks, dapat disertai gangguan pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan bicara. CP dapat diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu: spastik, athetoid, ataxia, rigid, dan tremor.

  Menurut derajat kecacatannya, cerebral palsy diklasifikasikan menjadi:

  a. Ringan

Dapat berjalan tanpa alat bantu, bicara jelas, dan dapat

menolong diri sendiri.

  b. Sedang Membutuhkan bantuan untuk latihan berbicara,

berjalan, mengurus diri, dan alat-alat khusus, seperti

brace.

c. Berat

  Membutuhkan perawatan tetap dalam ambulasi, bicara, dan menolong diri. Menurut letak kelainan otak dan fungsi geraknya

  cerebral palsy dibedakan atas:

  a. Spastik Spastik merupakan kondisi pada CP yang

  disebabkan kerusakan pada cortex cerebri yang ditandai dengan adanya kekejangan atau kekakuan. Memiliki kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot (otot yang keras dan kadang-kadang kaku). Akibat kondisi ini anak tidak dapat menggerakan anggota tubuh dengan baik, gerakan sering tersentak-sentak. Dalam kondisi cemas (ketegangan emosional) kekakuan otot akan semakin bertambah, bahkan cenderung ekstrim. Namun dalam kondisi tenang (tidur), gejala kekakuan tersebut cenderung menjadi berkurang. Beberapa kondisi di bawah ini juga digolongkan sebagai cerebral palsy tipe spastik: 1) Monoplegia Tidak dapat menggerakan satu anggota badan. 2) Diplegia Tidak dapat menggerakan dua anggota tubuh.

  Tidak dapat menggerakan anggota badan pada sebelah bagian tubuh disebut hemiplegia, jika hanya pada kedua buah kaki disebut paraplegia.

  3) Triplegia Tidak dapat menggerakan tiga anggota badan. 4) Quadriplegia/Tetraplegia/Double Hemiplegia Tidak dapat menggerakan empat anggota badan.

  b. Athetoid Atethoid merupakan kondisi pada CP yang

  disebabkan kerusakan pada basal ganglia yang ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yg tiba- tiba dan tanpa disengaja (di luar kemauan) pada tangan atau kaki. Gerakan banyak dan mudah berubah, sukar sekali mengontrol kaki dan tangan dalam melakukan aktivitas sehingga mempunyai gerakan yg tidak beraturan (tidak terkendali dan tidak terarah), meliuk-liuk yg tidak dapat mereka control

  c. Ataxia

Cerebral Palsy jenis ini terjadi karena adanya

  kerusakan pada otak kecil (cerebellum). Tipe CP jenis ini memiliki keseimbangan yg kurang (gangguan keseimbangan), sistem koordinasi keseimbangan mengalami gangguan sehingga langkahnya tidak teratur. Memperlihatkan seperti orang pusing (mabuk) pada waktu berjalan dan mudah jatuh. Apabila tidak dibantu gerakannya cenderung kelihatan gugup/gelisa dan goyah dengan pola gerakan yg berlebihan. CP jenis ataxia tidak dapat (sulit) didiagnosis sampai anak mulai berjalan.

  d. Rigid

Cerebral Palsy jenis ini terjadi karena adanya

  gangguan pada basal ganglia. Memperlihatkan kekakuan yg ekstrim pada anggota tubuh dan sendi-sendi sehingga sukar bergerak. Kekakuan terjadi pada seluruh anggota gerak; tangan, kaki, dan leher sehingga jika bergerak gerakannya cenderung seperti robot. Cerebral palsy jenis ini jarang terjadi.

  e. Tremor

Cerebral Palsy jenis ini terjadi karena adanya

  gangguan pada basal ganglia. Ditandai dengan adanya gerakan-gerakan kecil dan terus menerus yang tidak berirama dan tidak terkontrol. Gerakan (getaran-getaran) dapat terjadi pada kaki, tangan, mata, bibir, dan lainnya. Gerakan-gerakan akan meningkat apabila anak berusaha mengontrol gerakannya. Selain kelima jenis tersebut di atas, dapat juga terjadi tipe campuran, yaitu anak mengalami kelainan dua atau lebih dari jenis cerebral palsy yang ada. Cerebral palsy tipe campuran mengalami keadaan yang lebih berat dibandingkan kelima tipe yang lainnya. Dengan demikian cerebral palsy tipe campuran ini memerlukan perhatian dan bantuan (penanganan) yang lebih komprehensif.

2. Kelainan Pada Sistem Musculus Skeletal

  Klasifikasi anak tunadaksa ke dalam kelompok ini didasarkan pada letak gangguan yang hanya pada sistem otot dan rangka. Jenis kelainan yang berkaitan dengan sistem otot dan rangka meliputi:

a. Polio

  Merupakan suatu infeksi penyakit yang disebabkan oleh virus polio. Area yang diserang virus adalah sel- sel syaraf motorik pada sumsum tulang belakang atau pada jaringan syaraf pusat (otak). Kondisi ini menyebabkan terjadinya kelumpuhan atau kelayuan pada anggota gerak (tangan dan kaki) yang bersifat menetap. Dilihat dari sel-sel motorik yang rusak, kelumpuhan anak polio dapat dibedakan menjadi: 1) Tipe Spinal,

  Tipe Spinal yaitu kelumpuhan atau kelumpuhan pada otot-otot leher, sekat dada, tangan dan kaki. 2) Tipe Bulbeir,

  Tipe Bulbeir yaitu kelumpuhan fungsi motorik pada satu atau lebih saraf tepi dengan ditandai adanya gangguan pernapasan. 3) Tipe bulbispinalis,

  Tipe bulbispinalis yaitu gabungan antara tipe spinal dan bulbair. 4) Tipe Encephalitis

  Tipe Encephalitis biasanya disertai dengan demam, kesadaran menurun, tremor, dan kadang-kadang kejang. Kelumpuhan pada Polio sifatnya layu dan biasanya tidak menyebabkan gangguan kecerdasan atau alat- alat indra. Akibat penyakit Poliomyelitis adalah otot menjadi kecil (atropi) karena kerusakan sel syaraf, adanya kekakuan sendi (kontraktur), pemendekan anggota gerak, tulang belakang melengkung ke salah satu sisi, seperti huruf S (Scoliosis), kelainan telapak kaki yang membengkok ke luar atau ke dalam, dislokasi ( sendi yang ke luar dari dudukannya), lutut melenting ke belakang (genu recorvatum).

b. Muscular Dystropy

  Kelainan yang ditandai oleh melemahnya pertumbuhan otot. Anak yang mengalami kondisi ini mengalami kelumpuhan/kelayuan yang bersifat progresif. Suatu kondisi yang berlangsung lama, yang sedikit demi sedikit memperlemah dan memperkurus otot-otot tubuh, sehingga otot tidak dapat berkembang. Masalah lain yang muncul pada anak dengan kondisi ini adalah sulit buang air besar, serta lekukan punggung dapat menjadi parah. Kelumpuhan yang bersifat progresif mengakibatkan anak jarang yang dapat mencapai usia dewasa. Masalah yang dihadapi anak yang mengalami

  

muscular dystrophy sangat kompleks. Mereka

  mengalami hambatan untuk mobilisasi, perkembangan fisik yang tidak baik (tidak sempurna), semakin menurun kemampuan fisiknya dan tidak dapat disembuhkan.

c. Osteogenesis Imperfecta

  Kondisi tulang yang tidak sempurna, yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan tulang yang mudah patah. Pertumbuhan kerangka tulang yang tidak normal sehingga mudah patah atau retak, sehingga memerlukan perlindungan yang komprehensif. Semakin anak tumbuh dan berkembang menjadi dewasa tulang mereka menjadi kurang rapuh (kuat) dan tidak lagi memerlukan banyak perhatian (perlindungan)

d. Spina Bifida (Meningocele)

  Kerusakan bawaan yang berasal dari masa perkembangan dini janin. Dalam perkembangan janin sebagian ruas tulang belakang tidak menutup sumsum tulang belakang. Akibatnya ada bagian tidak terlindungi yang lembut menonjol menembus kulit seperti kantung yang berwarna gelap. Akibat kondisi ini ada suatu bagian dari susunan syaraf tulang belakang yang mengatur otot-otot dan daya perasa pada bagian bawah tubuh tidak berkembang secara normal.

  Spina bifida mengakibatkan lemah otot anggota gerak dan hilangnya rasa pada anggota gerak bagian bawah. Anak-anak yang menderita spina bifida biasanya mengalami kelumpuhan pada anggota tubuh bagian bawah, kaki lumpuh dan mati rasa atausedikit saja daya rasanya. Anak kurang mampu mengontrol secara penuh terhadap fungsi kandungan air seni dan usus besar, anak mungkin tidak merasa ketika ia buang air kecil atau air besar bahkan sampai ia dewasa. Masalah lain yang mungkin muncul adalah tulang belakang melengkung, sehingga menghambat/menyulitkan posisi duduk anak. Dalam banyak hal mereka ini dapat menggunakan dengan baik tangan mereka dan anggota tubuh bagian atas.

e. Tunadaksa karena bawaan sejak lahir

  Tunadaksa bawaan ini terjadi karena faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Faktor dari dalam dapat merupakan faktor keturunan dari ayah, ibu atau keduanya. Faktor dari luar dapat terjadi karena kecelakaan, racun, atau karena penyakit.

1) Gangguan yang dibawa sejak lahir a) Bentuk kaki seperti tongkat (club foot).

  b) Bentuk tangan seperti tongkat (club hand).

  c) Jari lebih dari lima pada tangan maupun kaki (polydactylism).

  d) Jari yang berselaput atau saling menempel dengan jari yang lain (syndactylism).

  e) Gangguan pada leher, sehingga kepala terkulai (torticolis).

  f) Tubuh kerdil (cretinism).

  g) Kepala kecil, tidak normal (mycrocephalus)

  h) Kepala membesar berisi cairan (hydrocephalus).

i) Kelumpuhan pada bagian paha (congenital hip dislocation).

  j) Dilahirkan tanpa memiliki anggota tubuh tertentu/amputi (congenital amputation).

2) Infeksi/Penyakit

a) TBC tulang, menyerang sendi paha sehingga menjadi kaku.

  b) Radang di dalam dan di sekeliling tulang belakang(Osteomyelitis).

  c) Radang pada tulang yang menyebabkan kerusakan permanen (Still’s disease) .

  d) Tumor tulang (oxostosis).

3) Kondisi Traumatik (Kecelakaan)

  a) Amputasi, pemotongan pada anggota gerak yaitu kaki atau tangan.

  b) Patah tulang.

  c) Luka bakar.

4) Kondisi-kondisi Lain a) Telapak kaki rata (flatfeet) .

b) Tulang belakang bengkok, berputar, bahu dan paha miring (scilosis).

BAB II MODEL-MODEL PEMBELAJARAN A. Pendekatan Tematik Beragam strategi pembelajaran yang akan dikembangkan

  (misalnya siswa bermain peran, mengamati, bertanya, bercerita, bernyanyi, dan menggambar), selain melibatkan siswa secara langsung, diharapkan juga melibatkan warga sekolah dan lingkungan sekolah. Guru diharapkan mengembangkan:

  a. Metode Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM), b. Keterampilan bertanya yang berorientasi pada kemampuan berpikir yang disesuaikan dengan kondisi siswa.

  c. Keterampilan menstimulasi dan memotivasi siswa. Beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran tematik di antaranya sebagai berikut.

B. Model-Model Pembelajaran

1. Model Pembelajaran Langsung

  Dalam tema "Profesi" ini guru hendaknya menggunakan model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung merupakan sebuah model pembelajaran yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Saat melaksanakan model pembelajaran langsung, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan diberikan kepada siswa, selangkah demi selangkah. Guru sebagai pusat perhatian memiliki peran yang sangat dominan. Karena itu, pada direct instruction, guru harus bisa menjadi model yang menarik bagi siswa. Beberapa pakar pendidikan seperti Good dan Grows (1985) menyebut model pembelajaran langsung (direct instruction) ini dengan istilah ‘pengajaran aktif’. Sedangkan Hunter (1982) mengistilahkan sebagai mengajar tuntas (mastery teaching). Pendapat lain dikemukakan oleh Rosenshine dan Stevens (1986)sebagai pengajaran eksplisit (explisit instruction).

  Tujuan pembelajaran langsung adalah mengimplementasikan model pembelajaran yang dirancang khusus untuk mengembangkan pembelajaran siswa baik yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural maupun pengetahuan deklaratif. Pembelajaran hendaknya tersususn dengan baik dan dapat diajarkan selangkah demi selangkah (task

  analysis).

  Bila guru ingin menerapkan model pembelajaran langsung (direct instruction), maka guru harus melakukan perencanaan yang hati-hati dan matang. Setiap detil keterampilan yang diajarkan harus diidentifikasi secara seksama dan teliti.

  Lingkungan belajar, walaupun berpusat pada guru (teacher centered), akan tetapi tetap menuntut siswa yang aktif belajar baik secara fisik maupun mental.

  Pembelajaran langsung tidak akan berhasil jika hanya guru yang aktif. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, memberikan kesempatan resitasi (tanya jawab) untuk klarifikasi dan penguatan. Pengelolaan kelas dan lingkungan belajar yang sesuai akan mendorong penerapan model pemebelajaran langsung yang dilakukan oleh guru berjalan dengan baik.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

  Dalam tema "Profesi" ini guru dapat menggunakan model pembelajaran Skrip kooperatif yaitu metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yangdipelajari

  Langkah-langkah: a. Guru membagi siswa untuk berpasangan.

b. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.

  c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.

e. Sementara pendengar:

1) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap.

  2) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

  f. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.

  g. Bersama dengan siswa guru membuat kesimpulan.

  h. Penutup.

3. Model Pembelajaran Kontekstual

  Pendekatan Kontekstual (Contekstual Tiaching Learning)

  dapat digunakan untuk bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Langkah- langkah pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar

a.

lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan

mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

  Laksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topik.

  b.

  Berikan motivasi kepada anak agar timbul rasa ingin c. tahun dengan cara bertanya. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

  d.

  Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

  e.

f. Lakukan penilaian berbasis kelas.

4. Kerjasama dengan orang tua

  Pada pembahasan setiap Subtema dalam Buku Siswa, hendaknya terdapat lembar kerjasam dengan orang tua yang berjudul Belajar di Rumah. Halaman ini berisi materi yang harus dipelajari, aktivitas belajar yang dilakukan anak bersama orang tua di rumah, serta saran agar anak dan orang tua bisa belajar dari lingkungan. Orang tua diharapkan terlibat dengan aktivitas belajar anak. Saran-saran untuk kegiatan bersama antara siswa dan orang tua dicantumkan juga pada akhir setiap pembelajaran. Guru diharapkan membangun komunikasi dengan orang tua sehubungan dengan kegiatan pembelajaran yang akan melibatkan orang tua dan siswa di rumah. Setelah siswa mengerjakan tugas, orang tua hendaknya membubuhkan paraf sebagai bukti keterlibatan orang tua dalam setiap tugas yang diberikan kepada siswa.

BAB III KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR A. Tujuan Umum Buku Panduan Guru dalam pembelajaran Tematik SMALB-D1 disusun untuk mempermudah dan

  memperjelas penggunaan buku bagi peserta didik yang diterbitkan oleh pemerintah. Buku ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berisi tentang petunjuk umum pembelajaran Tematik, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar mata pelajaran, strategi, model pembelajaran dan format buku. Bagian kedua tentang petunjuk khusus pembelajaran tematik, berdasarkan Kurikulum 2013 dan buku peserta didik. Uraian setiap tema disajikan untuk setiap rencana tatap muka. Pada setiap tatap muka berisi materi pengayaan untuk guru beserta potensi miskonsepsi pada peserta didik pada tema itu, pembelajarannya, serta alternatif penilaiannya. Dengan model pengorganisasian seperti ini, diharapkan guru mendapatkan kemudahan dalam pemahaman lebih dalam terhadap materi ajar, cara pembelajarannya, serta cara penilaiannya. Juga, guru mendapatkan gambaran terhadap rumusan indikator pencapaian kompetensi dasar (terutama untuk KD pada KI III dan KI IV). Sebagai muaranya, panduan pembelajaran tematik ini diharapkan dapat membantu guru dalam memberikan kesempatan peserta didik untuk belajar secara optimal, sehingga peserta didik mampu mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada satuan pendidikan yang dijalaninya.

  Buku guru SMALB-D1 disusun agar guru mendapat gambaran yang jelas dan rinci dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran bagi siswa SMALB-D1. Buku ini berisi:

  1. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang merupakan gambaran kepada guru tentang kompetensi yang melingkupi beberapa KD dan indikator dari berbagai matapelajaran.

  2. Kegiatan pembelajaran tematik untuk menggambarkan kegiatan pembelajaran yang menyatu dan mengalir.

  3. Pengalaman belajar yang bermakna untuk membangun sikap dan perilaku positif, penguasaan konsep, keterampilan berpikir saintifik, dan berpikir tingkat tinggi. Keseluruhan pengalaman belajar tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap siswa.

  4. Teknik penilaian, informasi yang menjadi acuan Remedial dan pengayaan, dilakukan dengan memberi kesempatan kepada orang tua untuk ikut berpartisipasi aktif melalui kegiatan belajar siswa di rumah.

  Menggunakan 5. Petunjuk penggunaan buku siswa.

  Buku Panduan Guru SMALB-D1 memiliki dua fungsi, yaitu sebagai petunjuk penggunaan buku siswa dan sebagai acuan kegiatan pembelajaran di kelas. Mengingat pentingnya buku panduan ini, guru disarankan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

  1. Membaca dengan baik dan teliti halaman demi halaman.

  2. Memahami setiap Kompetensi Dasar yang dikaitkan dengan tema.

  3. Mengupayakan memasukkan KI I dan KI II dalam semua kegiatan pembelajaran. Guru diharapkan melakukan penguatan untuk mendukung pembentukan sikap, pengetahuan, dan perilaku positif.

  4. Mendukung ketercapaian KI I dan KI II dengan kegiatan pembiasaan, peneladanan, dan pembudayaan sekolah.

B. Strategi Umum Pembelajaran Mengacu pada Buku Siswa

  Kembangkan ide-ide kreatif dalam memilih metode pembelajaran. Temukan juga kegiatan alternatif apabila kondisi yang terjadi kurang sesuai dengan perencanaan (misalnya, siswa tidak dapat mengamati tanaman di luar kelas pada saat hujan).

  Beragam strategi pembelajaran yang akan dikembangkan (misalnya siswa bermain peran, mengamati, bertanya, bercerita, bernyanyi, dan menggambar), selain melibatkan siswa secara langsung, diharapkan melibatkan warga sekolah dan lingkungan sekolah.

C. Penggunaan Media dan Sarana Prasarana

  Gunakan media atau sumber belajar alternatif dan adaptif yang tersedia di lingkungan sekolah. Dalam pembelajaran, penggunaan media pembelajaran disesuaikan dengan kondisi siswa dan tidak membahayakan. Media pembelajaran untuk anak tunadaksa sedang hendaknya menarik, sederhana, tidak berbahaya. Akan lebih baik jika alat pembelajaran memanfaatkan lingkungan sekitar.

  Sarana dan prasarana yang ada harus memudahkan siswa dengan memperhatikan aksesbilitas, baik di dalam maupun di luar kelas.

D. Tujuan Pembelajaran Tematik

  Pembelajaran Tematik dikembangkan untuk mencapai tujuan pembalajaran yang telah ditetapkan, selain itu diharapkan siswa juga dapat:

  1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.

  2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi.

  3. Menumbuh kembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.

  4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.

  5. Meningkatkan minat belajar.

  6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

E. Penilaian

  1. Penilaian Sikap

  a. Pengamatan

  b. Penilaian Diri

  2. Pengetahuan

  a. Tulis

  b. Lisan

  c. Penugasan

  3. Keterampilan

  a. Unjuk Kerja

  b. Projek

  4. Portofolio

BAB IV BAGIAN KHUSUS A. Pendahuluan Dalam pembelajaran dengan tema "Profesi" membahas

  tiga Subtema, yaitu:

  1. Subtema 1; Jenis-jenis Pekerjaan

  2. Subtema 2; Barang dan Jasa

  3. Subtema 3; Pekerjaan Orang Tuaku Dalam pembelajaran dari Subtema "Jenis-jenis pekerjaan" siswa diajak berkarya wisata atau outing

  

class (belajar di luar kelas) ke pasar swalyan atau mini

  market. Siswa dikenalkan dengan kegiatan yang dilakukan di pasar swalayan atau mini market. Ada kegiatan jual beli, ada orang yang mengambil uang di ATM dan ada orang yang sekedar melihat-lihat saja. Namun tujuan dalam pembelajaran di luar kelas saat ini adalah: a. Agar siswa mengenal pasar swalayan atau minimarket lebih dekat.

  b. Agar siswa mengenal berbagai macam pekerjaan yang ada di pasar swalayan atau mini market.

  c. Agar siswa dapat mengidentifikasi berbagai macam pekerjaan yang terdapat di pasar swalayan atau mini market.

d. Agar siswa dapat melakukan transaksi jual beli.

B. Materi dan Kegiatan Pembelajaran

  Dalam tema ini akan dibahas tentang berbagai macam pekerjaan yang ada di pasar swalayan atau minimarket antara lain: kasir, pelayan, Satpam, dan petugas kebersihan. Di pasar swalayan atau mini market ada berbagai macam kegiatan antara lain: transaksi jual beli, mengidentifikasi barang-barang yang dijual, interaksi penjual dan pembeli. Di dalam kegiatan ini siswa dianjurkan membeli dan membayar sendiri barang yang di kehendaki di kasir.

  Dalam Subtema jenis-jenis pekerjaan, materi akan dikemas dengan berbagai macam kegiatan yaitu:

  1. Kunjungan Karyawisata

  2. Bermain

  3. Bernyanyi

  4. Menggambar

  5. Bermain peran

  6. Membuat karya dari kayu

  PETA KONSEP PROFESI JENIS-JENIS BARANG PEKERJAAN

  PEKERJAAN DAN JASA ORANG TUAKU

  Proses pembelajaran TATAP MUKA SUBTEMA

  PEMBELAJARAN KE 1 JENIS-JENIS

  PEKERJAAN

  PEMBELAJARAN KE 2 BARANG DAN

  JASA

  PEMBELAJARAN KE 3 PEKERJAAN

  ORANG TUAKU

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DAN KOMPETENSI

  INTI KELAS X SMALB-D1 STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN

  DOMAIN SD SMP SMA/SMK Menerima, Menjalankan, Menghargai, dan Mengamalkan.

  Pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri dan bertanggung jawab

  SIKAP

  dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkunagn sosial, alam sekitar, serta dunia danperadabannya. Menerima, menanya, mencoba, mengolah, menyaji,menalar, dan mencipta.

  KETERAMPILAN

  Pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisa, dan mengevaluasi. DOMAIN SD SMP SMA/SMK Pribadi yang menguasai ilmu

  PENGETAHUAN

  pengetahuan, teknologi,seni budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban.

KOMPETENSI INTI

  1.Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus.

  2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus.

  3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

  4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

KOMPETENSI DASAR TEMA PROFESI

  4.4 Mengidentifikasi benda (padat, cair, dan gas) yang memiliki sifat tertentu di lingkungan sekitarnya.

  4.1 Menyelesaikan soal bilangan bulat dan pecahan untuk menyelesaikan masalah sederhana dengan memanfaatkan berbagai sifat operasi.

  3.1 Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan serta menerapkan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dengan memanfaatkan berbagai sifat operasi

  MATEMATIKA

  4.7 Menunjukkan contoh perilaku dalam menjaga keutuhan NKRI.

  3.7 Memahami pentingnya keutuhan Negara kesatuan neegara Keastuan Republik Indonesia

  PPKn

  3.4 Menyajikan berbagai menuseimbang yang bergizi untuk gmenjaga kesehatan. tubuh.

  3.3 Memahami gizi dan menu seimbang dalam menjaga kesehatan tubuh.

  Penjaskes

  PROFESI Ilmu Pengetahuan Sosial

  3.4 Memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.

  4.2 Menyanyikan lagu secara group (Seni Musik)

  4.4 Membuat ragam hias dari bahan kayu (Seni rupa).

  3.2 Memahami teknik vokal dalam bernyanyi lagu secara vokal group (Seni Musik).

  3.4 Memahami ragam hias dari bahan kayu (Seni Rupa).

  Seni Budaya

  4.1 Menuliskan laporan hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek baik secara lisan maupun tulisan.

  3.1 Menanggapi teks hasil observasi, tanggapandeskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek baik melalui lisan maupun tulisan.

  Bahasa Indonesia

  4.4 Mengadakan kerjasama dengan lemabaga lenbaga sosial, budaya dan ekonomi.

  IPA 3. 4. Memahami karakteristik zat, serta perubahan fisika dan kimia pada zat yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari.

  Subtema 1 Pembelajaran 1 Jenis-Jenis Pekerjaan Fokus Pembelajaran : Bahasa Indonesia, IPS, dan PPKn Tujuan Pembelajaran:

   Dengan mengkaji bacaan tentang hubungan swalayan dengan pekerjaan siswa mampu menjelaskan manfaat swalayan.

   Setelah menganalisa gambar, siswa mampu mengidentifikasi pekerjaan-pekerjaan yang ada di supermarket.

   Setelah mengamati gambar dan berdiskusi, siswa mampu menyebutkan hubungan antara adanya supermerket dan kondisi tempat tinggal siswa.

   Setelah membaca teks “supermarket” siswa mampu menjelaskan beberapa profesi yang dapat kita temui di supermarket.

  Media/Alat Bantu dan Sumber Belajar: Pasar swalayan jenis profesi masyarakat. Materi dan Kegiatan Pembelajaran

  Guru mengkondisikan kegiatan siswa agar siap menerima pelajaran. Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sekitar profesi.

  Apakah yang dimaksud dengan pekerjaan/profesi? Maka 1. jawaban anak akan sedikit sekali yang tahu tentang profesi.

  2. Guru melanjutkan bertanya "Siapa yang tahu pasar

  swalayan atau mini market?" Maka jawaban anak akan lebih banyak variasinya.

  3. Siapa yang pernah pergi ke "pasar swalayan?" anak akan menjawab "pernah" atau "belum".

  4. Apa saja yang dijual di pasar swalayan? Siswa menjawab,

  misalnya: ada sabun, gula, alat kebersihan dan sebagainya.

  5. Bila perhatian siswa sudah terfokus ke pembelajaran ini guru kemudian memasang gambar pasar swalayan.

  6. Di pasar swalayan ada pekerjaan apa saja? Siswa

  menjawab ada kasir, ada satpam, ada tukang sapu dan sebagainya.

  7. Mari kita lihat gambar ini. Ini gambar pasar swalayan.