BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teoritis 2.1.1. Signalling Theory - Pengaruh Profitabilitas dan Nilai Pasar terhadap Harga Saham dengan Struktur Modal sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Property, Real Estate dan Building Construction yang T

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teoritis

2.1.1. Signalling Theory

  Signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk

  memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Brigham dan Houston, 2001:36). Signaling theory menjelaskan alasan perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Scott (2003:7), asimetri informasi adalah “suatu kondisi di mana suatu pihak memiliki informasi lebih banyak dari pihak lain.” Perusahaan (agent) mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka kesulitan untuk menilai prospek perusahaan dan melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan.

  Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi asimetri informasi. Salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan dapat mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Wolk et al., 2003:294). Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan menyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan maka diperlukan keterlibatan pihak lain yang independen dalam memberikan pendapat tentang laporan keuangan.

  Informasi keuangan yang dipublikasikan akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Reaksi pasar terhadap informasi keuangan yang dipublikasikan dapat mempengaruhi harga saham dan volume perdagangan saham perusahaan yang bersangkutan. Jika publikasi tersebut mengandung informasi positif, maka investor diharapkan akan bereaksi positif pada saat informasi tersebut diterima pasar. Sebaliknya apabila publikasi mengandung informasi negatif, maka investor juga akan bereaksi secara negatif. Dengan demikian, reaksi pasar akan tercermin dari adanya perubahan harga dan volume transaksi saham perusahaan yang bersangkutan dan diukur dengan menggunakan harga saham pada saat penutupan.

2.1.2. Saham

  Saham merupakan surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan. Saham dapat dibedakan menjadi saham preferen dan saham biasa.

1. Saham preferen adalah saham yang memiliki karakteristik gabungan

  (hybrid) antara obligasi dan saham biasa. Seperti pada obligasi, saham preferen memiliki nilai nominal dan dividen dalam jumlah tetap yang tidak akan bertambah walaupun perusahaan mengalami keuntungan.

  Seperti saham biasa, jika suatu ketika perusahaan mengalami kerugian, maka pemegang saham preferen bisa tidak menerima pembayaran dividen yang sudah ditetapkan sebelumnya. Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa. Pemegang saham preferen juga memiliki prioritas untuk memperoleh aktiva perusahaan terlebih dahulu pada saat terjadinya likuidasi perusahaan.

  2. Saham biasa adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan dalam suatu perusahaan. Saham biasa tidak memiliki tanggal jatuh tempo dan tetap ada sepanjang perusahaan aktif (Arthur J, 2004:228 dalam Dita and Murtaqi, 2014). Pemegang saham biasa mempunyai hak suara dan ikut berperan dalam pengambilan keputusan penting perusahaan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). Menurut Lubis (2008:61), berdasarkan fundamental dan kondisi perekonomian, klasifikasi dari saham biasa meliputi:

  1. Blue Chips. Merupakan klasifikasi dari saham yang penerbitannya memiliki reputasi yang baik. Emiten mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi dan konsisten membayar dividen yang tinggi. Di sini emiten sudah dalam keadaan stabil.

  2. Income Stock. Merupakan income yang diperoleh dari dividen yang lebih tinggi dari dividen rata-rata yang dibayarkan tahun sebelumnya. Emiten seperti ini lebih suka membayarkan dividen daripada diendapkan dalam bentuk P/E ratio, return earning. Mereka ini merupakan kelompok investor berusia lanjut dan indeks beta dari perusahaan ini biasanya kurang dari 1.

  3. Growth Stock (Well Known). Hal ini terjadi bila emiten merupakan pemimpin di dalam industrinya. Dalam beberapa tahun, perusahaan mampu mendapatkan hasil di atas rata-rata.

  4. Growth Stock (Lesser Known). Emiten saham ini umumnya bukan merupakan pemimpin dalam industrinya, namun demikian saham ini tetap mempunyai ciri-ciri seperti growth stock well known, yaitu mampu mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari penghasilan rata- rata tahun terakhir.

  5. Speculative Stock. Merupakan saham yang emitennya tidak dapat menghasilkan dividen/penghasilannya konsisten dari tahun ke tahun. Tetapi emiten ini mempunyai potensi untuk mendapatkan penghasilan yang baik di masa-masa mendatang.

  6. Cyclical Stocks. Perkembangan saham jenis ini sesuai dengan perkembangan dan pergerakan kondisi ekonomi makro dan kondisi bisnis secara umum. Penerbit saham jenis ini biasanya bergerak dalam bidang ekonomi dasar, perumahan, otomotif, baja dan industri.

  7. Defensive Stocks atau Counter Cyclical Stocks. Harga saham ini tidak terpengaruh oleh situasi dan kondisi ekonomi makro dan kondisi bisnis pada umumnya. Emiten ini bergerak dalam penjualan/memproduksi produk yang benar-benar dibutuhkan oleh konsumen, misalnya rokok, sabun, dan sebagainya.

2.1.2.1. Harga Saham

  Harga saham menurut Jogiyanto (2006:8) adalah “harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal”.

  Harga saham menurut Widoatmojo (2005:91) dapat dibedakan menjadi sebagai berikut: a.

  Harga Nominal Harga nominal merupakan harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting karena dividen yang dibayarkan atas saham biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. b.

  Harga Perdana Harga perdana merupakan harga pada waktu saham tersebut dicatat di bursa efek dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana yang disebut dengan Initial Public

  Offering (IPO). Harga saham pada pasar perdana biasanya

  ditetapkan oleh penjamin emisi dan emiten. Dengan demikian, akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat.

  c.

  Harga Pasar Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga inilah yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan merupakan harga yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali kemungkinan terjadi negosiasi harga antara investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar yang tercatat pada waktu penutupan aktivitas di Bursa Efek Indonesia.

2.1.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

  Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham adalah sebagai berikut : a.

  Faktor internal Faktor internal dapat berupa berbagai pengumuman yang dikeluarkan perusahaan seperti pengumuman laporan keuangan yang berisi laba akhir tahun, laba per saham, dividen per saham dan sebagainya. Selain itu, pengumuman mengenai rencana investasi ataupun rencana lain yang dapat berdampak pada pendapatan perusahaan di masa depan juga dapat mempengaruhi pergerakan harga saham. b.

  Faktor eksternal Faktor eksternal dapat berupa keadaan politik suatu negara, kebijakan pemerintahan yang baru, fluktuasi nilai tukar mata uang, berbagai isu baik yang berasal dari luar maupun dalam negeri serta perubahan tingkat suku bunga. Apabila tingkat suku bunga perbankan naik, maka investor akan terdorong untuk menjual sahamnya sehingga berdampak pada menurunnya harga saham dan begitu pula sebaliknya.

2.1.3. Penilaian dan Analisis Harga Saham

2.1.3.1. Penilaian Saham

  Dalam penilaian saham, dikenal tiga jenis nilai yakni nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham. Nilai pasar adalah nilai saham di pasar, yang ditunjukkan oleh harga saham di pasar. Nilai intrinsik atau nilai fundamental adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya.

  Secara umum, keputusan membeli, menjual atau mempertahankan saham ditentukan oleh perbandingan antara perkiraan nilai intrinsik dengan harga pasarnya (Halim, 2005:31), dengan kriteria sebagai berikut: 1.

  Jika nilai intrinsik > dari harga pasar saham, maka saham tersebut undervalued artinya saham tersebut dinilai terlalu rendah. Oleh karena itu, saham tersebut sebaiknya dibeli atau ditahan sementara.

  2. Jika nilai intrinsik = harga pasar saham, maka saham tersebut menunjukkan nilai yang wajar dan berada dalam kondisi keseimbangan.

3. Jika nilai intrinsik < harga pasar saham, maka saham tersebut

  overvalued , artinya saham tersebut dinilai terlalu tinggi. Oleh karena itu, saham tersebut sebaiknya dijual.

  Dengan menggunakan penilaian saham ini, para investor dapat mengambil keputusan dalam menentukan strategi investasi yang tepat baik dengan membeli, menjual atau mempertahankan saham.

2.1.3.2. Analisis Saham

  Analisis saham dibutuhkan untuk menentukan kelas resiko dan perolehan surat berharga sebagai dasar keputusan investasi. Analisis tersebut dilakukan dengan dasar sejumlah informasi yang diterima investor atas suatu jenis saham tertentu. Keputusan investasi akan berbeda apabila merupakan hasil analisis yang berbeda, dari susunan informasi yang berbeda, dengan kondisi yang berbeda, dengan preferensi resiko yang relevan untuk berbagai investor. Terdapat dua pendekatan dalam penilaian saham, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental.

1. Analisis Teknikal

  Analisis teknikal menganggap bahwa saham adalah komoditas perdagangan yang pada gilirannya, permintaan dan penawarannya merupakan manifestasi kondisi psikologis dari pemodal (Kamaruddin, 2004:79).

  Pendekatan ini menekankan pentingnya perilaku investor di masa yang akan datang dan berdasarkan masa lalu sehingga para analisis teknikal mempelajari perubahan harga saham dengan menggunakan data historis perdagangan. Penilaian saham dalam analisis teknikal menggunakan data-data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham seperti harga saham, volume perdagangan, permintaan dan penawaran saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Para analis melakukan studi dengan menggunakan grafik dengan harapan dapat menemukan suatu pola pergerakan harga saham.

  Ketepatan waktu dalam memprediksi harga jangka pendek suatu saham merupakan sasaran yang ingin dicapai dari analisis ini.

  Ada tiga prinsip yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan analisis teknikal, yaitu : a.

  Market Price Discounts Everything Yaitu harga yang terbentuk di pasar merupakan refleksi dari seluruh faktor yang ada di pasar. Analisis teknikal hanya peduli pada apa yang terjadi dengan harga yaitu jika permintaan meningkat dan penawaran menurun atau tetap, maka harga akan naik, begitu juga sebaliknya, mereka tidak peduli dengan kenaikan inflasi atau hal lain karena semua itu sudah tercermin dalam harga.

  b.

  Price Moves in Trend Analisis teknikal tidak berkeyakinan bahwa pergerakan harga adalah acak dan tidak dapat diprediksi karena harga akan bergerak dalam suatu arah (trend) tertentu dan akan berlanjut selama beberapa saat. c.

  History Repeats Itself Analisis teknikal percaya bahwa perilaku investor di masa lalu terjadi secara berulang-ulang dan dapat digunakan sebagai acuan dalam memprediksi perilaku investor di masa yang akan datang.

2. Analisis Fundamental

  Analisis fundamental adalah suatu pendekatan untuk menghitung nilai intrinsik saham biasa dengan menggunakan data keuangan perusahaan (Kamaruddin, 2004:81).

  Analisis fundamental fokus pada data laporan keuangan perusahaan untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasikan secara akurat. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006: 189), “analisis fundamental merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan, termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan”. Dengan demikian, analisis fundamental merupakan analisis yang berbasis pada berbagai data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksi nilai suatu saham. Analisis fundamental akan meminimalkan resiko kemungkinan membeli saham yang berpotensi untuk di-delisting dari bursa saham. Secara umum, untuk menganalisis perusahaan dengan menggunakan analisa fundamental terdiri dari empat langkah (Anoraga, 2001:63) yaitu:

  1) Menghitung kondisi ekonomi secara keseluruhan

  Kondisi ekonomi dipelajari untuk menghitung kondisi ekonomi secara keseluruhan di pasar saham, berkaitan dengan tingkat inflasi, suku bunga, neraca perdagangan dan sebagainya.

  2) Menghitung kondisi industri secara keseluruhan

  Industri perusahaan secara langsung mempengaruhi kinerja perusahaan tersebut. Saham yang paling baik pun dapat menghasilkan pengembalian yang tidak menguntungkan jika kondisi industri secara keseluruhan lemah

  3) Menghitung kondisi perusahaan

  Karena pasar saham adalah pasar ekspektasi dimana seluruh pemegang saham mengharapkan perusahannya selalu menghasilkan laba yang pada akhirnya mempengaruhi dividen maka perlu diperhitungkan kesahatan keuangan perusahaan tersebut. Menghitung kondisi perusahaan biasanya dilakukan dengan menggunkana rasio-rasio keuangan. 4)

  Menghitung nilai saham perusahaan Setelah memperhitungkan kondisi ekonomi, industri dan perusahaan selanjutnya yang dilakukan adalah menghitung apakah saham suatu perusahaan overvalued, undervalued ataupun pas harganya.

2.1.4. Keuntungan dan Resiko Investasi Saham

2.1.4.1. Keuntungan Investasi Saham

  Pada dasarnya terdapat dua keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham perusahaan go public, yaitu: a.

  Dividen Dividen adalah keuntungan bersih setelah dikurangi pajak yang diberikan perusahaan penerbit saham kepada para pemegang saham (Simatupang, 2010:39). Pembagian dividen tergantung pada hasil RUPS.

  b.

  Capital Gain Capital Gain merupakan keuntungan yang diperoleh para investor di pasar modal dari selisih antara harga beli dan harga jual (Simatupang, 2010:39). Data-data transaksi di Bursa Efek menunjukkan bahwa para investor di pasar modal melakukan investasi saham lebih memprioritaskan mendapatkan capital gain daripada dividen. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya investor melakukan investasi jangka pendek.

2.1.4.2. Resiko Investasi Saham a.

  Resiko Sistematik dan Non Sistematik Resiko Sistematik mengacu pada resiko pasar sehingga sering disebut sebagai resiko pasar, yaitu ketidakpastian hasil perolehan investasi yang dipengaruhi oleh faktor inflasi, pertumbuhan ekonomi, perubahan tingkat suku bunga dan kondisi politik. Resiko nonsistematik sering disebut sebagai resiko unik adalah resiko yang terkait dengan fluktuasi dan siklus bisnis dari industri tertentu. Contoh resiko nonsistematik yaitu resiko finansial, resiko industri dan resiko negara.

  b.

  Resiko Investasi Saham Lainnya.

1) Tidak mendapatkan dividen.

  Perusahaan yang mengalami kerugian tidak dapat membagikan laba atau dividen kepada para pemegang sahamnya. 2)

  Capital Loss Capital Loss, yaitu kerugian dari hasil jual/beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih rendah daripada nilai beli saham. Resiko capital loss ini mungkin dapat terjadi antara lain misalnya harga saham yang dimiliki investor mengalami penurunan di satu sisi dan di sisi lain, investor terdesak oleh kebutuhan uang tunai, sehingga walaupun harga saham yang dimiliki lagi mengalami penurunan, saham tetap dijual untuk memperoleh uang tunai. Kemungkinan kedua timbulnya resiko capital loss yang dihadapi investor saham dikarenakan investor menjual saham untuk menghindarkan kerugian yang lebih besar (Cut

  

Lost ) mengingat kecenderungan harga-harga saham di bursa

sedang mengalami penurunan (Bearish).

  3) Saham Perusahaan Dilikuidasi (Bangkrut)

  Kondisi suatu perusahaan yang dilikuidasi karena kebangkrutan pada umumnya sering terjadi bahwa hutang perusahaan jauh melebihi asset perusahaan, sehingga sangat sulit diharapkan adanya sisa pembagian asset yang setara dengan nilai dari suatu perusahaan yang dilikuidasi. 4)

  Saham Perusahaan Di-delisting Resiko bagi investor yang memiliki saham di-delist yaitu harga saham umumnya akan turun secara drastis dan saham sulit ditransaksikan (tidak likuid). Sesuai ketentuan pasar modal bahwa suatu saham di-delist dapat terjadi karena permintaan sendiri atau kinerja perusahaan yang buruk.

  5) Saham Di-Suspend

  Saham di-suspend artinya aktivitas perdagangan suatu saham dihentikan perdagangannya oleh otoritas bursa.

  Resiko atas saham yang di-suspend maka investor tidak dapat menjual sahamnya tersebut sampai suspend dicabut.

  Suspend atau pemberhentian transaksi suatu saham pada

  umumnya terjadi karena adanya lonjakan harga yang naik atau turun secara drastis serta bersifat sementara yaitu satu atau dua sesi perdagangan. Selanjutnya suspend akan dicabut oleh otoritas bursa dan saham dapat diperdagangkan kembai seperti semula setelah pihak manajemen perusahaan telah memberikan informasi yang jelas terhadap berita atau rumor yang terjadi yang menyebabkan kepanikan bagi masyarakat investor.

2.1.5. Analisis Laporan Keuangan

  Laporan keuangan merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Akuntansi mampu memberikan informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan seperti tercermin pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Informasi laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban manajemen dan menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.

  Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 (2009): Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

  Menurut Warren (2005:24), laporan keuangan suatu entitas bisnis terdiri atas: a.

  Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep perbandingan atau pengaitan. Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban yang terjadi yang disebut laba bersih.

  b.

  Laporan Ekuitas Pemilik Laporan ekuitas pemilik melaporkan perubahan ekuitas pemilik selama jangka waktu tertentu. Laporan tersebut disiapkan setelah laporan laba rugi karena laba bersih ataupun rugi bersih dalam periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini. Laporan ekuitas pemilik dibuat sebelum mempersiapkan neraca, karena julah ekuitas pemilik pada akhir periode harus dilaporkan didalam neraca.

  c.

  Neraca Neraca merupakan suatu daftra aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun. Pada bagian aktiva dalam neraca biasanya disusun berdasarkan urutan cepat lambatnya aktiva tersebut dikonversikan kedalam kas atau digunakan dalam operasi.

  d.

  Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas selama periode tertentu. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.

  Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1(2009): Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan. Menurut Wild et.al (2005:16), analisis laporan keuangan merupakan

  “penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis posisi dan kinerja perusahaan, dan untuk menilai kinerja keuangan di masa depan.” Kasmir (2008 : 68) mengungkapkan secara lengkap tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah : a.

  Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.

  b.

  Untuk mengetahui kelemahan – kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.

  c.

  Untuk mengetahui kekuatan – kekuatan yang dimiliki.

  d.

  Untuk mengetahui langkah – langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.

  e.

  Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.

  f.

  Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.

2.1.6. Analisis Rasio Keuangan

  Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio (Wild et al., 2005:36). Analisis rasio keuangan dilakukan dengan membandingkan data-data keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan atau antar laporan keuangan.

  Rasio keuangan harus menunjukkan hubungan yang sistematis dalam bentuk perbandingan antara perkiraan-perkiraan laporan keuangan. Dalam hal menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan, maka diperlukan adanya pembanding.

  Ada dua metode pembanding rasio keuangan perusahaan menurut Syamsuddin (2000:39), yaitu : 1.

  Cross- sectional approach

  Cross- sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi

  dengan jalan membandingkan rasio – rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lannya yang sejenis pada saat bersamaan.

2. Time series analysis

  Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan

  rasio- rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Menurut Harahap (2008:298), analisis rasio mempunyai keunggulan sebagai berikut: a.

  Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

  b.

  Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

  c.

  Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

  d.

  Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.

  e.

  Menstandarisir ukuran perusahaan.

  f.

  Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau

  time series g.

  Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

2.1.7. Profitabilitas

  Profitabilitas menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan hutang pada hasil operasi (Brigham dan Houston, 2010:146). Profitabilitas mengukur efektivitas manajemen dalam menggunakan aset perusahaan untuk menghasilkan laba. Kemampuan dalam menghasilkan laba merupakan signal positif bagi investor, karena dapat mengindikasikan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang.

  Dalam penelitian ini, profitabilitas diproksikan dengan rasio net profit margin .

2.1.7.1. Net Profit Margin (NPM)

  Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang diukur dari

  perbandingan antara laba bersih dengan penjualan bersih. Net profit

  

margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan dalam

  menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu (Kodrat dan Kurniawan, 2010:31).

  Rumus untuk menghitung Net Profit Margin sebagai berikut:

  

Net Income

  NPM = x 100%

  

Sales

Net profit margin menginterpretasikan tingkat efisiensi

  perusahaan, yakni sejauh mana kemampuan perusahaan menekan biaya- biaya operasional yang ada di perusahaan. Profit margin yang tinggi menunjukkan perusahaan dapat mengendalikan biaya atau memiliki posisi kompetitif yang kuat dalam industri. Nilai NPM yang tinggi juga memberi sinyal bagi investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut dimana NPM yang tinggi mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan laba bersih (Dita and Murtaqi, 2014). Laba Bersih yang tinggi diharapkan akan menarik investor untuk menanamkan dananya dan pada akhirnya dapat meningkatkan harga saham di pasar saham.

2.1.8. Nilai Pasar

  Nilai pasar menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba, arus kas, dan nilai buku per sahaamnya. Nilai pasar memberi indikasi bagi manajemen tentang bagaimana pandangan investor terhadap risiko dan prospek perusahaan di masa depan (Brigham dan Houston, 2010:150).

  Dalam penelitian ini, nilai pasar diproksikan dengan rasio Price Earning Ratio dan Price to Book Value.

2.1.8.1. Price Earning Ratio (PER)

  Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio antara harga pasar

  per lembar saham dengan laba per saham. Darmadji dan Fakhrudin (2006:198) menyatakan bahwa “Price earning ratio menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.” Dengan mengetahui besarnya PER, investor dapat memperkirakan jangka waktu pengembalian investasi pada saham tersebut serta dapat membandingkannya dengan saham lainnya.

  Rumus untuk menghitung Price Earning Ratio sebagai berikut:

  Market Price per Share

  PER=

  Earning Per Share

  PER menjadi ukuran penting yang menjadi landasan pertimbangan investor dalam membeli atau menjual saham suatu perusahaan. Jika PER dari suatu saham adalah lima kali, maka artinya harga pasar dari saham tersebut adalah lima kali dari EPS. Artinya, modal investasi saham tersebut akan kembali dalam waktu lima tahun sebab EPS pada umumnya dibagikan tiap tahun. Dengan demikian, secara teoritis dapat dinyatakan semakin kecil PER akan semakin baik dimana tingkat pengembalian investasi saham tersebut akan semakin cepat. Pengembalian yang besar secara konsisten dapat dicapai dari nilai investasi pada saham PER yang rendah (Truong,2009).

2.1.8.2. Price to Book Value (PBV)

  Price to Book Value (PBV) merupakan rasio antara harga pasar

  per lembar saham dengan nilai buku per saham. Rasio price to book

  

value menunjukkan sudah berapa kali market value suatu saham dihargai

  dari book value-nya. Sihombing (2008:95) berpendapat bahwa “price to

  

book value merupakan suatu nilai yang dapat digunakan untuk

  membandingkan apakah sebuah saham lebih mahal atau lebih murah dibandingkan dengan saham lainnya.” Untuk membandingkannya, kedua perusahaan harus berasal dari satu kelompok usaha yang memiliki sifat bisnis yang sama. Sawir (2000:22) berpendapat bahwa “rasio price to

  

book value menggambarkan nilai pasar keuangan terhadap manajemen

  dan organisasi dari perusahaan yang sedang berjalan.” Rumus untuk menghitung Price to Book Value sebagai berikut:

  Market Price per Share

  PBV=

  Book Value per Share

  Rasio price to book value dapat memberikan gambaran potensi pergerakan harga suatu saham. Semakin tinggi rasio PBV suatu saham, berarti semakin tinggi apresiasi pasar terhadap prospek perusahaan, namun di sisi lain juga meningkatkan resiko bagi investor, karena harga saham dengan PBV yang tinggi juga berpotensi untuk turun dikarenakan kinerja keuangan yang sangat buruk sehingga nilai buku saham tersebut menjadi rendah. Jika saham suatu perusahaan yang berkinerja baik memiliki PBV yang masih rendah, harga saham tersebut masih berpotensi untuk naik, dan sebaliknya. Menurut Simatupang (2010:68), “secara teoritis rasio PBV yang wajar adalah sebesar dua kali atau dengan kata lain harga saham dikategorikan masih wajar dalam kaitannya dengan tingkat resiko investasi, apabila harga saham perusahaan adalah dua kali nilai buku suatu perusahaan”

2.1.9. Struktur Modal

  Struktur modal adalah pertimbangan antara pemakaian modal asing atau hutang dengan modal sendiri. Struktur modal dproksikan dengan rasio

  

Debt to Equity Ratio . Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang

  mengukur proporsi antara total hutang dengan total modal yang dimiliki perusahaan.

  Rumus untuk menghitung Debt to Equity Ratio sebagai berikut:

  

Total Debt

  DER = x 100%

  

Total Equity

  Struktur modal terkait dengan harga saham. Penentuan struktur modal merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber dana sehingga dapat digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Ketika manajer memiliki keyakinan kuat atas propek perusahaan kedepan dan ingin agar harga saham meningkat, maka manajer dapat menggunakan hutang sebagai sinyal yang lebih dapat dipercaya oleh calon investor. Penilaian investor terhadap keberadaan hutang sebuah perusahaan sangat tergantung dari bagaimana perusahaan tersebut mampu mengelola hutangnya dan peruntukkan dari hutang itu sendiri, maka investor akan menilai positif keberadaan hutang tersebut. Struktur modal erat kaitannya dengan harga saham, hal ini dikarenakan salah satu unsur yang membentuk harga saham adalah persepsi investor atas kinerja perusahaan, dan struktur modal adalah salah satu unsur yang menentukan baik buruknya kinerja perusahaan, karena struktur modal akan menentukan sumber pembiayaan dan pembelanjaan yang dilakukan oleh perusahaan atas kegiatan operasionalnya.

2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu

  Salman (2011) dalam penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode analisis data dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel independen Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan Return On Equity berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara simultan Debt to Equity

  

Ratio, Return On Equity, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio

berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

  Penelitian Pranggana dan Winarno (2012) mengenai pengaruh faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham pada industri Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan studi ex post facto. Metode analisis data menggunakan uji regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis data secara parsial, hanya variabel Book Value, Return On Asset, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham Secara simultan, variabel Earning Per Share, Book Value, Return On Asset, Return On

  

Equity , Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Beta mempunyai pengaruh

signifikan terhadap harga saham.

  Wulandari (2012) dalam penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dengan dividend per share sebagai variabel pemoderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

  

Data diolah menggunakan metode uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) untuk hipotesis

pertama, metode uji statistik regresi linier berganda untuk hipotesis kedua, dan uji

residual untuk hipotesis ketiga. Hasil Penelitian ini membuktikan pada hipotesis

pertama bahwa Current Ratio, Return On Equity, Debt to Equity Ratio dan Net Profit

Margin berpengaruh terhadap harga saham melalui uji faktor, dan pada hipotesis

kedua bahwa Current Ratio, Return On Equity, Debt to Equity Ratio dan Net Profit

Margin secara simultan berpengaruh terhadap harga saham secara parsial hanya

variabel Current Ratio berpengaruh terhadap harga saham. Dividend per share bukan

merupakan variabel pemoderasi yang dapat memperkuat atau memperlemah

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dalam penelitiannya.

  Penelitian Chandra (2013) menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial hanya Total Assets Turnover yang tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pengujian secara simultant menunjukan Return On Assets , Total Assets Turnover , Earning Per Share and

  Price to Book Value berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

  Willianove (2013) meneliti pengaruh laba bersih akuntansi, arus kas operasi, dan rasio keuangan terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek

  Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linear Indonesia.

berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa Laba Bersih Akuntansi, Arus Kas

Operasi, Current Ratio, Price Earning Ratio, Price to Book Value secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, hanya variabel Laba

Bersih Akuntansi, Arus Kas Operasi, dan Price Earning Ratio yang berpengaruh

signifikan terhadap harga saham, sedangkan Current Ratio dan Price to Book Value

tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

  Dewi (2014) meneliti pengaruh margin laba bersih dan rasio hutang pada modal terhadap harga saham.

  Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Model analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa margin laba bersih dan rasio hutang pada modal berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI, margin laba bersih dan rasio hutang pada modal berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI.

  Penelitian Baker dan Wurgler (2002) mengenai market timing and capital

  dan Properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

  Secara simultan DER, ROE,EPS dan PER berpengaruh terhadap Harga Saham.

  Harga Saham 1.

  

Earing Ratio (PER)

Variabel Dependen:

  (EPS) dan Price

  Equity (ROE),

Earning Per Share

  (DER), Return On

  Variabel Independen:

Debt to Equity Ratio

  Real Estate

  structure . Penelitian menyatakan struktur modal saat ini terkait dengan nilai pasar

  Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan

  1 Salman (2011)

  Nama Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian

  Tabel 2.1

Ringkasan Tinjauan Peneliti Terdahulu

No

  simultan juga berpengaruh terhadap Debt to Equity Ratio.

  Margin dan Total Assets Turn Over secara parsial berpengaruh positif terhadap Debt to Equity Ratio. Net Profit Margin dan Total Assets Turn Over secara

  Gunawan (2011) meneliti pengaruh profitabilitas dan perputaran aktiva terhadap struktur modal. Hasil pengujian membuktikan bahwa variabel Net Profit

  historis. Perusahaan dengan leverage rendah cenderung meningkatkan pendanaan saat nilai pasar tinggi. Fluktuasi nilai pasar memiliki dampak besar terhadap struktur modal yang berlangsung setidaknya satu decade.

  2. Secara parsial ROE berpengaruh signifikan sedangkan variabel DER, EPS dan PER tidak berpengaruh terhadap Harga Saham

  2 Pranggana dan Winarno

  

Payout Ratio (DPR),

Earning Per Share

  Turnover (TATO), 1.

  (ROA), Total Asset

  Variabel Independen: Return on Assets

  Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham

  4 Chandra (2013)

  memoderasi hubungan antara variabel independen dan dependen.

  per share tidak

  2. Secara parsial hanya variabel CR berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan variabel dividend

  Secara simultan, variabel CR, ROE, DER, NPM berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

  Harga Saham 1.

  Variabel Pemoderasi: Dividend Per Share Variabel Dependen:

  (NPM), Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan

  Equity Ratio (DER), Net Profit Margin

  (EPS), Debt to

  (ROE), Dividend

  (2012) Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham pada Industri Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia Periode 2008- 2011

  Equity Ratio

  Variabel Independen: Earnings Per Share

  (EPS), Book Value (BV), Return on

  Assets (ROA), Return on Equity

  (ROE), Price

  Earning Ratio

  (PER), Debt to

  (DER),dan risiko sistematik (Beta)

  Variabel Independen: Current ratio (CR), Return On Equity

  Variabel Dependen:

  Harga Saham 1.

  Secara simultan, ketujuh variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham.

  2. Berdasarkan hasil analisis data secara parsial, variabel BV, ROA, PER dan DER mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Sedangkan variabel EPS, ROE dan Beta tidak berpengaruh terhadap harga saham

  3 Wulandari (2012)

  Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaru hi Harga Saham Dengan Dividend Per Share Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

  ROA, TATO, EPS dan PBV secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

  

Earning Per Share

  Variabel-variabel independen (Laba Bersih Akuntansi, arus kas operasi, CR, PER dan PBV) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

  2. secara simultan,

  Uji t test menunjukkan bahwa secara parsial NPM dan DER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

  Harga Saham 1.

  

Equity Ratio (DER)

Variabel Dependen:

  (NPM) dan Debt to

  Variabel Independen: Net Profit Margin

  Pengaruh margin Laba Bersih dan Rasio Hutang pada Modal terhadap Harga Saham (Studi Kasus Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI 2009- 2012)

  6 Dewi (2014)

  2. Secara parsial, variabel Laba Bersih Akuntansi, Arus Kas Operasi, dan PER berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

  Harga Saham 1.

  (EPS), dan Price to

  

Book Value (PBV)

Variabel Dependen:

  (PER), Price to

  

Current Ratio (CR),

Price Earning Ratio

  Bersih Akuntansi, Arus Kas Operasi,

  Variabel

Independen: Laba

  Pengaruh Laba Bersih Akuntansi, Arus Kas Operasi, dan Rasio Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI)

  5 Willia nove (2013)

  2. Secara parsial, ROA, TATO, dan PBV berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Hanya TATO yang secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham

  Harga Saham harga saham.

  

Book Value (PBV)

Variabel Dependen:

  NPM dan DER memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham

  7 Baker and Market Nilai pasar merupakan

  Variabel

  Wurgler Timing and Independen: aspek penting dalam Capital Market Value keputusan pendanaan.

  (2002) Structure Perusahaan dengan

  Variabel leverage rendah

  cenderung

  Dependen: Capital Structure meningkatkan

  pendanaan ketika nilai pasar tinggi. Fluktuasi dalam penilaian pasar memiliki dampak besar pada struktur permodalan setidaknya satu dekade

  8 Gunawan Pengaruh Variabel 1.

  Hasil pengujian Profitabilitas Independen: secara parsial

  (2011) dan Profitabilitas membuktikan bahwa Perputaran (diproksikan dengan variabel net profit Aktiva Net Profit Margin ) margin, dan total Terhadap dan Perputaran assets turn over Struktur Aktiva (di wakili berpengaruh Modal oleh Total Asset terhadap debt to Turn Over ) equity ratio .

  2. Hasil penelitian juga

  Variabel membuktikan bahwa Dependen: net profit margin

  Struktur Modal dan total assets turn (Debt to Equity over secara simultan

  Ratio ) juga berpengaruh

  terhadap debt to

  equity ratio

2.3. Kerangka Konseptual

  Menurut Sugiyono (2010:89), “kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan”. Kerangka konseptual berperan untuk mengidentifikasi jaringan hubungan antar variabel yang dianggap penting bagi masalah yang sedang diteliti.

  Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  H

  )

  (Y)

  (Z) Harga Saham

  Debt to Equity Ratio

  Struktur Modal

  3 )

  (X

  Price to Book Value

  2

  1 H

  (X

  1 ) Price Earning Ratio

  (X

  Net Profit Margin

  Nilai Pasar

  Hubungan variabel independen terhadap dependen dapat dijelaskan sebagai berikut: Profitabilitas

  Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis.

  2 Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y) Variabel Pemoderasi (Z) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis Penelitian

2.4.1. Pengaruh Profitabilitas dan Nilai Pasar secara simultan dan parsial terhadap Harga Saham

  a.

  Hubungan Profitabilitas terhadap Harga Saham Kemampuan perusahaan menciptakan keuntungan adalah hal yang diperhatikan para investor sebelum menanamkan modal di suatu perusahaan. Untuk mencerminkan profitabilitas, digunakan rasio Net Profit Margin .

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Peran Mediator Dalam Penyelesaian Sengketa Pembagian Harta Bersama Setelah Perceraian (Studi di Pengadilan Agama Medan)

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN - Implementasi Layanan Rakyat Untuk Sertifikasi Tanah (Larasita) Pada Kantor Pertanahan Kota Binjai

0 0 43

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik 2.1.1 Pengertian Resin Akrilik - Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas setelah Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil 1% dengan Metode Berbeda

0 1 9

Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas setelah Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil 1% dengan Metode Berbeda

0 0 13

2.1 Kebiajakan Publik - Peranan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Dan Pantai

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Peranan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Dan Pantai

0 0 8

PERANAN KELOMPOK MASYARAKAT PENGAWAS (POKMASWAS) DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DAN PANTAI DI KECAMATAN PANTAI LABU SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

0 0 9

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Paradigma - Pemberitaan Konflik Basuki Tjahaja Purnama Dengan DPRD DKI Jakarta di Harian Sinar Indonesia Baru

0 1 39

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Pemberitaan Konflik Basuki Tjahaja Purnama Dengan DPRD DKI Jakarta di Harian Sinar Indonesia Baru

0 0 7

Pengaruh Profitabilitas dan Nilai Pasar terhadap Harga Saham dengan Struktur Modal sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Property, Real Estate dan Building Construction yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 17